• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Militer di Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV Of The Outer Space Treaty 1967

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kegiatan Militer di Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV Of The Outer Space Treaty 1967"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keinginan untuk melampaui langit dan menjelajahi ruang angkasa sudah

menjadi bagian dari kesadaran manusia yang dibuktikan dengan banyaknya mitos

atau karya seni yang menggambarkan perjalanan ke ruang angkasa, mitos atau

karya seni tersebut sudah dapat direalisasikan dalam beberapa waktu belakangan

seperti penemuan ilmiah Johann Kepler dari abad ketujuh belas pada hukum

matematika yang mengatur gerakan tubuh di orbit atau penelitian Isaac Newton

pada gravitasi yang merupakan dasar untuk aspek teknis perjalanan ke ruang

angkasa dan tetap relevan sampai hari ini.

Kita kini hidup dalam abad angkasa (space age). Ilmu pengetahuan yang

selamanya bergerak maju, berkembang pesat dalam waktu 50 tahun terakhir ini,

terutama sejak perang dunia ke – II. Kemajuan teknologi khususnya teknologi

penerbangan pada abad kini memberi akibat yang positif kepada tingkat

kehidupan manusia yang sekarang telah mampu melakukan penerbangan –

penerbangan ke dan di ruang angkasa.1

Setelah Perang Dunia II yang mendekati ke pertengahan abad ke-20,

sebuah konflik baru pun dimulai yang pada saat itu dikenal dengan sebutan

Perang Dingin (The Cold War), dimana pertempuran ini terdiri dari the world’s

two great powers yaitu the democratic, capitalist Amerika Serikat dan the

communist Uni Soviet yang saling berkonfrontasi satu sama lain. Dimulai pada

1

(2)

akhir tahun 1950-an, ruang angkasa menjadi suatu arena dramatis lain untuk

kompetisi perang dingin karena setiap Negara berusaha untuk membuktikan

superioritas mereka dalam bidang teknologi, senjata militer dan dengan ekstensi

sistem politik dan ekonomi.

Pada pertengahan tahun 1950-an, Perang Dingin U.S dan Uni Soviet telah

memasuki ke dalam kehidupan sehari – hari di kedua belah Negara, didorong oleh

perlombaan senjata dan ancaman senjata nuklir, perluasan spionase (wide-ranging

espionage) dan kontra spionase (counter-espionage) antara dua negara, perang di

Korea dan perang kata-kata serta pemikiran yang dilakukan di media. Ketegangan

ini pun berlanjut dalam perlombaan di ruang angkasa (space race).

Dengan diorbitkannya Satelit Uni Soviet “Sputnik I” (bahasa Rusia untuk

traveller”) pada tanggal 4 Oktober 1957, yang merupakan satelit buatan pertama

di dunia (the world’s first artificial satellite) dan merupakan keberhasilan objek

buatan manusia pertama yang diletakkan ke orbit Bumi. disusul dengan usaha –

usaha Amerika Serikat Pada tahun 1958, dengan meluncurkan satelit “Explorer I

yang dirancang oleh Angkatan Darat Amerika Serikat di bawah arahan ilmuwan

roket Wernher von Braun. Pada tahun yang sama pula, Presiden ke-34 Amerika Serikat Dwight D. Eisenhower menandatangani suatu perintah umum (public

order) untuk mendirikan the National Aeronautics and Space Administration

(NASA) yaitu sebuah agen federal yang didedikasikan untuk eksplorasi ruang

angkasa.2

Keberhasilan peluncuran SPUTNIK I telah menandai dimulainya abad

ruang angkasa dengan perlombaan kedua negara adidaya pada saat itu, yakni

2

(3)

Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam pemanfaatan teknologi ruang angkasa,

sebagaimana yang diuraikan Jean-Louis Magdenalat, antara lain :

The Launching by U.S.S.R. of Sputnik I, on October 4, 1957, is regarded as the first step in what has come to be known as the space age. Remarkable achievement follower. The U.S.A. launched its Explorer I on February 1, 1958 ; Yuri Gagarin, on April 12, 1961, was the first man to orbit the Earth ; the U.S.S.R, in 1966, launched an automatic station, known as Luna 9, soft landed on the Moon and transmitted television images and information from its surface ; Neil A. Armstrong and Edwin A. Aldrin on July 20, 1969, touched the surface of earth’s satellite, the moon, after a safe landing.

The progress continued with the space-shuttle missions as the beginning of a new era in which practical application and commercial utilization will be developing extensively and bringing many vital space based and

space-related uses within the reach of the world community. 3

3

Juajir Sumardi mengutip Jean Louis Magdelenat, Spacecraft Insurance, Anals of Air and Space Law, McGill University, Montreal, Canada, Vol. VII-1982, hal. 31.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menyebabkan

Negara – Negara mulai mempersoalkan masalah – masalah hukum yang timbul

sebagai akibat dari kegiatan di ruang angkasa tersebut dan mendorong

Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk memberikan pengarahan yang tepat dalam

rangka usaha Negara – Negara memanfaatkan ruang angkasa (“Outer Space”).

Usaha pertama yang menghasilkan ialah diterimanya Resolusi Majelis Umum

PBB No. 1348 (XIII) “Question of the Peaceful Uses of Outer Space” (13

Desember 1958). Resolusi ini merupakan landasan bagi dibentuknya sebuah

Komite ad hoc yang ditugaskan untuk meneliti segala sesuatunya yang berkaitan

dengan ruang angkasa (UN-COPUOS).

Resolusi yang berikutnya ialah Resolusi Majelis Umum PBB No. 1472

(XIV) “International Co-operation in the Peaceful Uses of Outer Space” (12

(4)

Resolusi juga yang dianggap penting ialah Resolusi Majelis Umum PBB

No. 1721 (XVI) “International Co-operating in the Peaceful Uses of Outer

Space” (20 Desember 1961), selanjutnya Resolusi No. 1802 (XVII) dan akhirnya

Resolusi Majelis Umum PBB No. 1962 (XVIII) “Declaration of Legal Principles

Governing the Activities of States in the Exploration and Uses of Outer Space”.

Didalam Resolusi yang terakhir ini dicantumkan 8 Prinsip yang kemudian

merupakan isi pasal – pasal pokok dari “Treaty on Principles Governing the

Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon

and Other Celestial Bodies” The Outer Space Treaty 1967.4

Pada dasarnya, peluncuran benda angkasa merupakan bentuk kemajuan

teknologi dalam memanfaatkan ruang angkasa, yang memberikan dampak positif

bagi kualitas kehidupan manusia. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari

peningkatan kualitas dan taraf hidup manusia, adanya berbagai penelitian di

berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan pencarian sumber-sumber alam baru

dengan menggunakan berbagai jenis benda-benda angkasa. Dampak positif yang

dapat dirasakan ialah terbukanya kesempatan bagi negara-negara lain yang ingin

memajukan kemampuan negaranya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Fungsi dan tujuan dari pembentukan The Outer Space Treaty 1967 adalah

sebagai magna carta untuk mengatur segala kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di

ruang angkasa agar dapat digunakan untuk maksud damai, sedangkan tujuan

utamanya yang dikehendaki adalah membebaskan ruang angkasa selama –

lamanya dari bahaya perang dan secara eksplisit melarang Negara manapun atas

klaim kepemilikan dari celestial resources.

4

(5)

ruang angkasa. Misalnya, dengan berkembangnya teknologi dan ditemukannya

produk ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa, yaitu remote sensing.

Perkembangan teknologi ruang angkasa pada masa kini semakin maju

dimana Negara – Negara klasik seperti Amerika Serikat dan Rusia yang sudah

lama bersaing dalam melakukan eksplorasi ruang angkasa meningkatkan

persaingan mereka dengan misi untuk melakukan kegiatan militerisasi di ruang

angkasa dengan mengirim satelit – satelit militer (military satellites). Negara

adidaya lain seperti Cina pun telah ikut ke dalam persaingan :

On Jan. 11, 2007, China deliberately destroyed one of its defunct weather satellites known as Fengyun – 1C using a ground-based, medium-range ballistic missile. The action, which was widely condemned throughout the international space community, left a cloud of potentially hazardous

debris in a heavily used belt of Earth orbit. 5

Cina untuk pertama kalinya mengungkap motif militer di balik program

luar angkasanya yang ambisius. Dalam kunjungan ke markas Tentara Pembebasan

Rakyat di Beijing, Presiden Xi Jinping mendesak penggabungan Angkatan Udara

dengan dinas luar angkasa dalam rangka untuk dan meningkatkan kapasitas

serangan dan pertahanan, layaknya Amerika Serikat dan Rusia, militer Cina yakin

luar angkasa akan menjadi elemen penting dalam perang di masa depan.6

Tiga negara adidaya terkemuka itu dilaporkan telah mengembangkan,

menguji dan menggunakan senjata canggih di luar angkasa sebelum nantinya

dikhawatirkan terjadi serangan militer. Jika perang dunia di luar angkasa itu benar

– benar terjadi, maka itu akan jadi konflik besar pertama di antara negara adidaya

5

Mike Gruss, U.S. Official: China Turned to Debris-free ASAT Tests Following 2007 Outcry, January 11, 2016, 2016.

6

(6)

yang sudah jadi perdebatan dalam 70 tahun terakhir. Dalam laman Popular

Science menggambarkan potensi perang dunia di luar angkasa itu sebagai “Perang

Dingin Baru di Luar Angkasa”. Parahnya, persaingan untuk menguasai semua

wilayah luar angkasa itu selama ini tidak ada aturannya.7

States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the

Earth any objects carrying nuclear weapons or any other kinds of weapons of mass destruction, install such weapons on celestial bodies, or station such weapons in outer space in any other manner. The Moon and other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases, installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the conduct of military maneuver on celestial bodies shall be forbidden. The use of military personnel for scientific research or for any other peaceful purposes shall not be prohibited. The use of any equipment or facility necessary for peaceful exploration of the Moon and other celestial bodies

shall also not be prohibited.

Pengaturan dan pembatasan terhadap perluasan persenjataan dan militer di

ruang angkasa diatur dalam The Outer Space Treaty 1967 dalam Article IV yang

menyatakan:

8

dalam Article IV dijelaskan: Pihak Negara – Negara yang melakukan Perjanjian

tersebut untuk tidak menempatkan di orbit sekitar Bumi setiap benda yang

membawa senjata nuklir atau jenis lain dari senjata pemusnah massal, memasang

senjata tersebut pada benda – benda langit, atau pangkalan senjata di luar angkasa

dengan cara apapun. Bulan dan benda – benda langit lainnya harus digunakan

oleh semua Pihak Negara – Negara yang ada dalam Perjanjian khusunya untuk

tujuan damai. Pendirian pangkalan militer, instalasi dan benteng, pengujian setiap

7

Muhaimin, “AS, Rusia dan China di Ambang Perang Dunia di Luar Angkasa”, 2015, http://international.sindonews.com/read/1033271/42/as-rusia-dan-china-di-ambang-perang-dunia-di-luar-angkasa-1439605271, diakses pada 8 September 2016.

8

(7)

jenis senjata dan mengadakan manuver militer pada benda – benda langit harus

dilarang. Penggunaan personil militer untuk penelitian ilmiah atau untuk tujuan

damai lainnya tidak dilarang, Penggunaan peralatan atau fasilitas yang diperlukan

untuk eksplorasi damai Bulan dan benda – benda langit lainnya akan juga tidak

dilarang . "

The Outer Space Treaty 1967 pada Article IV merupakan upaya

Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk meniadakan dan mencegah konflik

bersenjata dan aktivitas militer yang tidak bertujuan damai dimana dampaknya

dapat mengganggu keamanan dan ketertiban manusia yang diyakini dapat

memberikan dampak kerusakan di bumi walaupun dengan skala kecil, hal ini

sesuai dengan tujuan Perserikatan Bangsa – Bangsa seperti yang terdapat dalam

Article 1 Verse 1 Charter of the United Nations yang menyatakan :

To maintain international peace and security, and to that end: to take

effective collective measures for the prevention and removal of threats to

the peace, and for the suppression of acts of aggression or other

breaches of the peace, and to bring about by peaceful means, and in conformity with the principles of justice and international law, adjustment or settlement of international disputes or situations which might lead to a

breach of the peace; “ 9

dalam Article 1 Verse 1 Piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa menyatakan bahwa

tujuan United Nations harus memelihara perdamaian dan keamanan internasional

dan untuk tujuan itu : untuk melakukan tindakan – tindakan bersama yang efektif

untuk mencegah dan melenyapkan ancaman – ancaman terhadap pelanggaran –

pelanggaran terhadap perdamaian: dan akan menyelesaikan dengan jalan damai.

Serta sesuai dengan prinsip – prinsip keadilan dan hukum internasional, mencari

9

(8)

penyelesaian terhadap pertikaian – pertikaian internasional atau keadaan –

keadaan yang dapat menggangu perdamaian.

Tetapi semakin meningkatnya program – program antariksa dan

militerisasi ruang angkasa dengan mengorbitkan alat – alat yang semakin canggih

dan mengklaim untuk tujuan damai oleh Negara – Negara yang sudah mampu

melakukan eksplorasi dan eksploitasi ruang angkasa faktanya menurut Priyatna,

“dewasa ini sekitar 14.000 pecahan (debris) atau roket, satelit dan lain – lain

mengambang di ruang angkasa dan lebih kurang 70% dari jumlah itu adalah

akibat perbuatan militer” dan bahkan menurut laman Space, debris atau space

junk saat ini bertambah naik :

Inactive satellites, the upper stages of launch vehicles, discarded bits left

over from separation, and even frozen clouds of water and tiny flecks of paint all remain in orbit high above Earth's atmosphere. When one piece collides with another, even more debris is released. Over 21,000 pieces of space trash larger than 4 inches (10 centimeters) and half a million bits of junk between 1 cm and 10 cm are estimated to circle the planet. And the

number is only predicted to go up. “ 10

menurut laman Space, debris dari satelit – satelit non aktif, yang merupakan tahap

atas pada kendaraan peluncuran, bagian – bagian yang telah dibuang dan yang

tersisa mengalami pemisahan, dan bahkan awan beku atas air dan bintik – bintik

kecil atas cat semua tetap berada di orbit di atas atmosfer bumi. Ketika salah satu

bagian bertabrakan dengan yang lain, lebih banyak puing – puing yang terlepas.

Lebih dari 21.000 potong sampah ruang angkasa yang lebih besar dari 4 inci (10

cm) dan setengah juta bagian - bagian sampah antara 1 cm dan 10 cm yang

10

(9)

diperkirakan di lingkaran planet ini. Dan jumlah ini akan diprediksi untuk terus

naik.

Dalam hal ini sebagai contoh kasus Cina yang selama ini mengklaim

program antariksanya bertujuan damai. Namun klaim tersebut dimentahkan usai

militer negeri tirai bambu itu menggunakan rudal untuk menghancurkan salah satu

satelitnya di orbit bumi. Beijing mengabaikan suara protes dari dunia

internasional karena aksi tersebut dinilai bisa membahayakan satelit lain di orbit

yang sama. Tidak lama kemudian Amerika Serikat mendemonstrasikan

kemampuan militernya menembak jatuh satelit dari langit.11 Menurut berbagai sumber, Cina pada tahun 2016 ini telah sukses menguji coba rudal balistik anti

satelit.12

11

Deutsche Welle, loc. Cit.

12

Diego, “China Sukses Uji Rudal Anti – Satelit”, 2014, http://jakartagreater.com/china-sukses-uji-rudal-anti-satelit/, diakses pada 8 September 2016.

Sesuai uraian di ataslah yang mendorong rasa keingintahuan penulis untuk

lebih mengetahui dan mengerti tentang: Bagaimanakah tinjauan Article IV of The

Outer Space Treaty 1967 terhadap kegiatan militerisasi yang dilakukan oleh

Negara – Negara adidaya dengan semakin meningkatnya perkembangan teknologi

persenjataan dan militer di ruang angkasa Mengingat banyaknya masalah –

masalah yang terjadi belakangan ini yang disebabkan oleh aktivitas militer di

(10)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dan untuk memfokuskan pembahasan dalam

penulisan ini, maka pokok permasalahan yang menjadi objek pembahasan dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pembentukan Hukum Internasional Mengenai Kegiatan Di

Ruang Angkasa?

2. Bagaimana Perkembangan Mengenai Kegiatan Militer di Ruang Angkasa?

3. Bagaimana Pengaturan Mengenai Kegiatan Militer Terhadap Ruang

Angkasa ditinjau dari Article IV of the Outer Space Treaty 1967?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Pembentukan The Outer Space Treaty 1967 Sebagai

Magna Carta Eksplorasi dan Eksploitasi Ruang Angkasa

2. Untuk Mengetahui Perkembangan Hukum Internasional Mengenai

Kegiatan Militer di Ruang Angkasa.

3. Untuk Mengetahui Pengaturan Mengenai Kegiatan Militer Terhadap

Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV of the Outer Space Treaty 1967.

D. Keaslian Penulisan

Sehubungan dengan judul skripsi ini, maka telah dilakukan pemeriksaan di

arsip yang ada pada Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hasil pemeriksaan, judu l skripsi di atas

tidak ada yang sama dengan judul skripsi lainnya baik yang ditulis sekarang

maupun yang terdahulu. Dengan demikian judul skripsi ini adalah asli dan dapat

(11)

E. Tinjauan Kepustakaan

Ditinjau dari judulnya, “ Kegiatan Militer Di Ruang Angkasa Ditinjau

Dari Article IV of The Outer Space Treaty 1967 “, maka mengandung makna

sebagai berikut.

1. Kegiatan artinya aktivitas; usaha; pekerjaan; kekuatan dan ketangkasan

(dalam berusaha).

2. Militer artinya tentara; anggota tentara; ketentaraan; angkatan bersenjata

dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan angkatan

bersenjata. Padanan kata lainnya adalah tentara' atau angkatan

bersenjata. Militer biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu.

3. Ruang artinya rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang; rongga

yang tidak berbatas, tempat segala yang ada:

4. Angkasa artinya lapisan udara yang melingkupi bumi, awang-awang,

langit.

F. Metode Penulisan

Dalam rangka untuk mengumpulkan data – data dan bahan – bahan dalam

penyusunan skripsi ini, dan agar suatu penulisan mempunyai suatu manfaat, maka

penulis merasakan perlu adanya suatu metode tertentu yang dipakai dalam

pengumpulan data guna mencapai tujuan dari penulisan itu sendiri. Di dalam

penulisan skripsi ini penulis memakai metode pengumpulan data yang bersumber

dari perpustakaan, berbagai literatur dan berbagai media informasi yang ada, yang

mengangkat permasalahan khusus mengenai judul skripsi ini. Dengan melakukan

suatu metode penggabungan data – data yang telah diperoleh melalui library

(12)

data dari berbagai media informasi yang dapat mendukung selesainya penulisan

skripsi ini. Maka dengan demikian diharapkan dengan metode penggabungan

pengumpulan data ini dapat membantu penulis dalam memahami permasalahan

yang diangkat dan menjadi landasan pemikiran penulis dalam menganalisa

permasalahan tersebut. Kiranya diharapkan tujuan untuk mendapatkan kebenaran

akan jawaban yang sesungguhnya dari permasalahan yang telah penulis angkat

dalam skripsi ini dapat tercapai dengan baik.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menguraikan rangkaian materi dari skripsi ini penulis berusaha

membuat suatu model – model penulisan sehingga menjadi suatu sistematika dari

skripsi ini. Tujuan dari penentuan model – model tersebut adalah untuk

mempermudah penguraiannya dan sekaligus pula untuk pemahamannya. Oleh

karena itu penulis membagi skripsi ini ke dalam4 bab dan dilengkapi dengan sub

– sub bab dari setiap babnya, yakni sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis hendak menguraikan beberapa

uraian hal – hal yang bersifat umum, yaitu tentang

latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : PEMBENTUKAN HUKUM INTERNASIONAL

(13)

Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang

pengertian ruang angkasa, sejarah terbentuknya

hukum ruang angkasa, serta penggunaannya,

delimitasi ruang angkasa, dan bagaimana

terbentuknya perjanjian ruang angkasa, dan prinsip –

prinsip yang terdapat pada The Outer Space Treaty

1967.

BAB III : PERKEMBANGAN MENGENAI KEGIATAN

MILITER DI RUANG ANGKASA

Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang

bagaimana aktivitas negara space powers di ruang

angkasa, militerisasi di ruang angkasa, dan

pelarangan aktivitas militer di ruang angkasa.

BAB IV : PENGATURAN ARTICLE IV OF THE OUTER

SPACE TREATY 1967 MENGENAI KEGIATAN

MILITER RUANG ANGKASA

Pada bab ini membahas tentang pengaturan Article

IV of The Outer Space Treaty 1967 menguraikan

tentang perbedaan persepsi terhadap penafsiran

Article IV of The Outer Space Treaty 1967,

Yurisprudensi “Use of Force” di Ruang Angkasa

beserta Keambiguan ‘Peaceful Uses Purposes’ dan

Implementasi Article IV of The Outer Space Treaty

(14)

BAB V : PENUTUP

Sebagai bab terakhir dalam penulisan skripsi ini,

maka pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

[10] Berbeda dengan literatur yang ada, kami menemukan bahwa AGLSC yang lebih umum pada laki-laki daripada perempuan (59 laki-laki vs 46 perempuan) dengan laki- laki

pekerjaan pelaksanaan proyek Hotel Tara baik pada pekerjaan pre-finishing maupun pekerjaan finishing yang sedang dikerjakan apakah sudah sesuai dengan rencana kerja

memisahkan material dalam larutan dengan cara menyedot udara di dalam memisahkan material dalam larutan dengan cara menyedot udara di dalam corong dengan pump

penyusunan laporan keuangan konsolidasian ini adalah selaras dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian untuk tahun

Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti kayu dan batu, tetapi materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya/pada

• Berpikir Win-Win bukan maksudnya agar kita selalu menjadi orang baik, juga bukan berarti agar kita berupaya dengan cepat menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan;

Klor memiliki 7 elektron valensi ([Ne]3s 2 3p 5 ) sehingga apabila menerima satu elektron lagi maka jumlah elektron valensinya menjadi 8 yaitu sama dengan Ar (gas mulia).. Oksigen

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi maka refleksi untuk menelusuri kekurangan pada siklus I dan diperbaiki pada tindakan siklus II dari hasil evaluasi siklus I belum