• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Coping Stress Pada Penyintas Lanjut Usia Bencana Erupsi Gunung Sinabung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Coping Stress Pada Penyintas Lanjut Usia Bencana Erupsi Gunung Sinabung"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. COPING STRESS

1. Stres

a. Pengertian Stres

Stres sudah menjadi bagian konsep teoritis yang sanget penting. Konsep stress telah diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan (Gifford, 1987). Stres dalam bentuk apapun adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Setiap orang mengalami stres secara berbeda dan mungkin tidak menyadari dari mana asalnya atau bagaimana pengaruhnya terhadap diri atau kehidupan sehari-hari (Manktelow, 2007).

Menurut Manktelow (2007) stres adalah kumpulan hasil respon, jalan, dan pengalaman yang berkaitan yang disebabkan oleh berbagai stressor atau keadaan yang menyebabkan stres. Stres dapat dianggap sebagai suatu peristiwa adanya keterbatasan dan melebihi kemampuan individu untuk mengatasi suatu masalah (Lazarus dalam Lahey 2012). Stres bergantung kepada kognisi yang berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya (Lazarus dalam Pervin & Cervone, 2004). Stres dipandang sebagai hal yang terjadi ketika individu memandang situasi sebagai membebani atau melampaui sumber dayanya yang membahayakan kesejahtraan dan kebahagiaan (Pervin & Cervone, 2004).

(2)

individu dan mengurangi kemampuan individu dalam mengatasi segala bentuk stressor. Menurut tokoh lain stres diartikan sebagai pengalaman negatif yang

disertai dengan emosi, fisiologis, biokimia dan perilaku yang dapat diprediksi (Baum, 1999).

Setiap kali kita dihadapkan dengan stres, tubuh mengalami berbagai perubahan fisiologis, yang sangat jelas dari ini adalah “fight or flight” melawan atau menghidari terhadap situasi stres. Stres akut mengakibatkan individu merasa bahwa jantung akan berdetak lebih cepat dan tangan yang berkeringat. Hasil dari stres jangka panjang adalah perubahan kronis pada fisiologis (Gibbons & Tim, 1998). Stres terbentuk dari berbagai hal (Manktelow, 2007). Ada dua model dasar stres yang mendominasi. Salah satu menekankan respon fisiologis yang lain menekankan respon psikologis (Gifford, 1987). Stres yang mempengaruhi psikologis telah lama dipelajari oleh Lazarus (1966) yang menekankan peran penilaian kognitif, upaya individu untuk menilai situasi yang serius dan mengatasi stressor (Gifford. 1987).

(3)

tantangan fisik dan psikologis yang melibatkan bagaimana individu memandang keadaan hidup mereka (Lovallo, dalam Sarafino, 2011).

Dengan demikian dapat dapat disimpulkan bahwa stres adalah respon individu terhadap situasi yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya dengan mengolah sumber dayanya yaitu biologis, psikologis dan sistem sosial.

Dalam penelitian ini, lanjut usia yang menjadi penyintas erupsi Gunung Sinabung yang harus mengungsi keposko-posko pengungsian. Mereka harus tinggal dipengungsian bertahun-tahun dengan keadaan yang serba minimal dan tidak mengetahui kapan Gunung Sinabung akan berhenti erupsi serta merasakan kerinduan akan rumah. Peneliti juga melihat bahwa lanjut usia harus tinggal dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih dan tidak adanya pembatas antara lanjut usia dan anak-anak. Hal ini membuat lanjut usia mengalami stres yang ditunjukkan oleh beberapa gejala seperti selera makan yang menurun, tekanan darah naik, sulit tidur, migran, jantung yang berdetak lebih cepat, kondisi fisik yang terus-menerus sakit, menarik diri dari teman, sering melamun dan merasakan kebingungan.

b. Gejala-gejala Stres

Menurut Vlinside, Eddy dan Mozie (dalam Rice 1998) secara umum gejala stres diidentifikasi kedalam 4 aspek yaitu:

(4)

2. Emosi : cepat marah, frustasi, perasaan yang tidak menentu dan kehilangan kontrol

3. Kognitif : kehilangan motivasi dan konsentrasi, kecemasan yang berlebihan, kehilangan ingatan, kebingungan, kehilangan harapan

4. Gejala fisik : keadaan fisik lemah, migran dan kepala pusing, sakit punggung, ketegangan otot yang ditandai dengan gemetaran dan kejang, percapatan denyut jantung dan hipertensi

2. Coping Stress

a. Pengertian Coping Stress

Ketegangan emosional dan fisik yang menyertai stres menimbulkan rasa yang tidak nyaman, orang-orang termotivasi melakukan sesuatu untuk mengurangi situasi stres. Ada berbagai cara yang berbeda dalam menghadapi situasi yang ada (Sarafino, 2011).

Coping stress berarti upaya yang dilakukan oleh individu untuk menghadapi

(5)

masalah, cara tersebut mungkin akan membantu orang mengubah persepsi ketidaksesuaian, mentolerir atau menerima bahaya dan ancaman, melarikan diri atau menghidari situasi (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Sarafino, 2011).

Coping dapat membantu dalam proses mengatasi stres. Cara mengatasi stres

melalui kognitif dan transaksi perilaku dengan lingkungan (Sarafino, 2011). Sumber daya dalam mengatasi stres termasuk optimisme, rasa penguasaan, harga diri dan dukungan sosial. Sumber daya akan mempengaruhi proses coping yang dilakukan dan khususnya akan ditandai dengan pendekatan seperti mengambil tindakan langsung atau menghadapi respon emosional ke sumber stres (stressor) dan ditandai dengan penghindaran seperti penarikan atau penolakan. Upaya dalam melakukan coping mungkin akan adaptif atau maladaptif dan bentuk dari proses coping yang dilakukan akan mempengaruhi sukses atau tidaknya dalam

menghadapi situasi tersebut (Taylor & Annete, 2007).

(6)

b. Coping With Stress

Menurut Lahey, 2012 ada beberapa strategi coping yang dilakukan individu ketika menghadapi situasi stres sebagai berikut :

a. Effective Coping

Metode ini efektif untuk mengatasi baik menghapus stres atau mengontrol reaksi seseorang

1. Removing Stress

Salah satu cara efektif untuk menangani stres adalah menghapus sumber stres yang dirasakan atau menghilangkan sumber stres. Ketika individu menggunakan cara removing stress, maka diperlukan analisis yang mendalam mengenai apa yang menjadi sumber stress sesungguhnya. Apabila individu tidak melakukan analisis, maka pengambilan keputusan hanya menyelesaikan masalah terbesar saja dan akan menimbulkan masalah baru.

2. Cognitive Coping

(7)

3. Managing stress reaction

Ketika sumber stres tidak dapat dihapus atau diubah, pilihan lain yang efektif adalah mengelola psikologis atau reaksi psikologis terhadap stres.

b. Ineffective Coping

Banyak upaya individu untuk mengatasi stres tidak efektif, mungkin akan memberikan solusi sementara dari ketidaknyamanan yang dihasilkan oleh stres, tidak memberikan solusi jangka panjang dan bahkan dapat membuat masalah lebih buruk. Tiga yang umum tetapi tidak efektif, strategi untuk mengatasinya adalah sebagai berikut

1. Withdrawal

Ketika dihadapkan pada situasi stres sering sekali individu menghindari atau lari dari kenyataan atau menarik diri. Hal ini hanya akan menghilangkan stres dalam jangka pendek atau bersifat sementara.

2. Aggression

Ketika individu dihadapkan dengan situasi frustasi atau situasi stress maka cenderung melakukan tindakan agresif. Yang dimaksud dengan tindakan aggression adalah tindakan agresif yang merupakan reaksi terhadap situasi stres.

3. Self medication

(8)

obat-obatan untuk meredam reaksi emosi terhadap situasi stres. Bagi sebagian orang mengkonsumsi alkohol dapat mengurangi kecemasan, namun sama sekali tidak menghilangkan penyebab dari stres atau bahkan sering sekali menciptakan masalah-masalah baru.

4. Defence mechanism

Coping stress defence mechanism diartikan sebagai ego pembentukan pertahanan seseorang terhadap situasi atau tekanan yang membuat individu merasa tidak nyaman. Ketika situasi yang membuat stres datang, maka secara lahiriah individu akan membuat suatu pertahanan agar kondisi dirinya tetap nyaman. Dalam hal ini penggunaan pertahanan lebih kepada yag bersifat negatif atau hanya bersifat sementara.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Coping Stress

Ada beberapa faktor sumber daya yang mempengaruhi coping stress, baik sumber daya dari dalam diri individu (internal) maupun sumber daya dari luar diri individu (eksternal ). Menurut Taylor (2014) beberapa faktor tersebut adalah:

1. Sumber daya internal

a. Personality (Kepribadian)

(9)

2. Sumber daya eksternal a. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah dorongan materi atau sosial yang diterima oleh individu yang berasa dari orang lain. Dukungan dapat diberikan oleh kerabat seperti orangtua, pasangam atau teman.

b. Materi

Materi berupa uang, pekerjaan, rumah, transportasi yang dimiliki individu akan mempengaruhi coping stres yang dilakukan dalam menghadapi situasi stres.

c. Tingkat Pendidikan

Perkembangan kognitif sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan. Apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka perkembangan kognitifnya akan menjadi semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana cara dalam mengatasi situasi yang menekan.

(10)

stress merupakan cara individu mengatasi stres dengan menghapus sumber stres,

(b) cognitive coping merupakan cara individu mengatasi stres dengan melakukan penilaian kembali, (c) managing stres reaction merupakan cara individu mengatasi stres dengan mengolah reaksi psikologis. (2) ineffective coping merupakan solusi sementara ketika individu mengatasi stres tidak efektif, ineffective coping tidak memberikan solusi jangka panjang atau bahkan membuat

masalah menjadi lebih buruk. Ineffective coping dibagi menjadi empat cara yaitu: (a) withdrawal merupakan cara individu menghilangkan stres dengan bersenang-senang, (b) aggression merupakan individu melakukan tindakan agresif ketika dihadapkan dengan situasi frustasi, (c) self medication merupakan indivdu lebih menggunakan tembakau, alkohol ketika menghadapi situasi stres, (d) defence mechanism merupakan individu membentuk pertahanan diri ketika dihadapkan

dengan situasi stres. Adapun faktor yang mempengaruhi coping stress adalah sebagai berikut: (1) kepribadian, (2) dukungan sosial, (3) materi dan (4) tingkat pendidikan.

B. BENCANA ALAM ERUPSI GUNUNG SINABUNG

(11)

Bencana alam dapat dikatakan sebagai kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Bencana alam juga merupakan peristiwa yang menganggu ditandai dengan kerusakan yang melebihi kapasitas dari masyarakat yang terkena dampak. Besarnya dampak dari bencana alam adalah terganggunya fungsi individual, grup, organisasi dan tidak dapat berfungsi seperti semula (Rubonis & Bickman, 1991 dalam Ursano & Norwood, 2003).

Penelitian ini akan membahas tentang bencana alam erupsi Gunung Sinabung. Gunung Sinabung atau Deleng Sinabung merupakan gunungapi yang berada di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ketinggian dari gunung ini adalah 2.451 meter diatas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara. Gunung Sinabung memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat Karo karena memiliki keindahan dan kesuburan. Keindahan dan kesuburan yang diberikan gunung ini membuat masyarakat bercocok tanam sayur-sayuran atau buah-buahan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2010, Gunung Sinabung mendadak aktif kembali dan meletus setelah gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Letusan gunung mengeluarkan asap, abu vulkanik dan lava. Letusan tersebut menutupi ribuan hektar lahan pertanian masyarakat dibawah radius enam kilometer dan terancam gagal panen. Status gunung dinaikkan menjadi status awas dan lebih dari 12 ribu warga sekitar mengungsi di delapan lokasi pengungsian (Teran, 2014).

(12)

pada 29 September 2013 dan kembali dinaikkan kelevel tertinggi yaitu Awas (level 4) pada tanggal 24 November 2013 setelah terjadi letusan dahsyat. Kenaikan status Gunung Sinabung menandakan bahwa aktivitas gunung yang terus meningkat dan berpotensi terjadinya guguran jubah yang diikuti awan panas (Teran, 2014).

Hingga tanggal 28 April 2017 tingkat aktivitas Gunung Sinabung masih mengeluarkan asap kawah dan dinyatakan pada Awas (level 4). Gunung Sinabung terus menunjukkan aktivitas yang tidak tahu kapan akan berhenti. Masyarakat dan pengunjung tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas didalam radius 3 km (KaroKab, 2017).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Gunung Sinabung merupakan salah satu gunungapi yang tertinggi di Sumatera Utara. Gunung Sinabung secara terus-menerus menunjukkan aktivitas dari tahun 2010-2017 dengan mengeluarkan kabut asap yang merusak pemukiman, lahan pertanian warga yang tinggal disekitarnya. Erupsi Gunung Sinabung menjadi salah satu bencana yang dapat dikatakan sebagai bencana yang memiliki jangka waktu yang lama dan tidak diketahui kapan akan berhenti (KaroKab, 2017).

C. LANJUT USIA

a. Pengertian Lanjut Usia

(13)

yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Usia 60 biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan lanjut usia. Usia 60 sebagai usia pensiun dalam berbagai urusan, sebagai tanda mulainya lanjut usia. Tahap terakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi lanjut usia dini yang berkisar antara usia 60-70 dan lanjut usia yang mulai pada usia 70-akhir kehidupan seseorang. Orang dalam usia 60-an biasanya digolongkan sebagai usia tua yang berarti antara sedikit lebih tua atau setelah madya dan lanjut usia setelah mereka mecapai usia 70, yang menurut standar beberapa kamus berarti makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah kehilangan kejayaan masa mudanya. Pada masa ini akan ditandai dengan perubahan fungsi fisik maupun psikologis dan mengalami penurunan fungsi organ. Perubahan tersebut menentukan lanjut usia dapat melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan tahap terakhir atau periode penutup dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan pada fisik maupun psikologis.

b. Ciri-Ciri Lanjut Usia

Lanjut usia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Menurut Hurlock (1991) ciri-ciri lanjut usia adalah :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

(14)

Selain itu, pemunduran lanjut usia juga datang dari faktor psikologis yaitu sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya.

b. Perbedaan Individu Pada Efek Menua

Orang menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosioekonomi dan latar pendidikan yang berbeda dan pola hidup yang berbeda.

c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda

Orang yang lanjut usia melakukan segala apa yang dapat mereka sembunyikan atau samarkan yang menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan memakai pakaian orang muda dan pura-pura mempunyai tenaga muda. Hal ini dilakukan untuk menutupi bahwa mereka belum lanjut usia.

d. Menua membutuhkan perubahan peran

Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lanjut usia menumbuhkan rasa rendah diri.

e. Penyesuaian yang buruk

(15)

c. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Menurut Hurlock (1991), tugas perkembangan lanjut usia adalah sebagai berikut:

a. Perbaikan dan perubahan peran

Orangtua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap.

b. Lanjut usia perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri.

c. Lanjut usia perlu membangun ikatan dengan anggota dari keompok usia mereka untuk menghindari kesepian.

d. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia

a. Perubahan Fisik-biologis

Perubahan fisik pada lanjut usia ditekankan pada penurunan atau berkurangnya fungsi alat indera dan sistem saraf seperti penurunan sel dan cairan intra sel, sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem endokrin. Perubahan ini dapat dilihat ketika lanjut usia merada tidak percaya diri ketika berinteraksi dengan lingkungan.

b. Perubahan Psikis

(16)

berinteraksi. Keadaan ini tentunya akan berdampak pada masalah kesehatan jiwa lanjut usia.

c. Perubahan sosial

Lanjut usia banyak melepaskan partisipasi sosial mereka. Aktivitas sosial yang banyak pada lanjut usia mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lanjut usia.

e. Lanjut Usia Penyintas Erupsi Gunung Sinabung

Gunung Sinabung merupakan gunungapi yang tertinggi di Suamtera Utara. Gunung ini menunjukkan aktivitas pada tahun 2010 hingga 2017 setelah sebelumnya tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600 (Islahudin, 2016). Erupsi tersebut mengeluarkan awan panas yang menutupi sejumlah tempat tinggal dan lahan pertanian warga sehingga terancam gagal panen.

Masyarakat yang tinggal disekitar gunung harus mengungsi ke posko-posko pengungunsian salah satunya adalah kelompok lanjut usia. Jumlah lanjut usia yang mengungsi sekitar 2.411 orang (Mandailing, 2014). Kelompok lanjut usia yang mengungsi harus tidur berdesak-desakan dan tidak adanya pembatas antara lanjut usia dan anak-anak, hal ini membuat pola tidur para lanjut usia sangat terganggu. Kebutuhan yang diberikan untuk lanjut usia juga masih kurang (Martha, 2015).

(17)

memenuhi kebutuhan sehari-hari, makan dengan lauk pauk seadanya, lingkungan posko yang tida terjaga kebersihannya dan bantuan yang semakin lama semakin berkurang. Lanjut usia merasakan beberapa tekanan karena harus menghadapi erupsi gunung yang secara terus menerus menunjukkan aktivitas dan tidak tahu kapan akan berhenti. Tekanan yang dirasakan lanjut usia ditandai dengan beberapa gejala fisik seperti sulit tidur, tekanan darah naik, menurunnya selera makan, sakit kepala dan kondisi fisik yang selalu sakit.

(18)

gejala seperti sulit tidur, tekanan darah meningkat, selera makan yang menurun dan kondisi fisik yang selalu sakit.

D. COPING STRESS PADA PENYINTAS LANJUT USIA ERUPSI

GUNUNG SINABUNG

Coping stress merupakan cara seseorang untuk keluar dari situasi atau kondisi

stres yang dialami. Anna dan Sami (2009) memberikan makna coping sebagai usaha perubahan kognitif atau perilaku individu secara terus-menerus untuk mengolah tuntutan internal maupun eksternal yang dinilai berat atau melebihi kemampuan individu. Coping dilakukan ketika adanya perasaan tidak menyenangkan karena tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2011) menyatakan bahwa coping efektif membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan serta tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.

Dalam situasi bencana coping stress sangat dibutuhkan untuk dapat menyesuaikan diri terutama bagi kelompok-kelompok yang sangat rentan terhadap bencana salah satunya adalah kelompok lanjut usia. Kerentanan lanjut usia dalam situasi bencana diakibatkan karena kondisi fisik dan psikologis yang semakin menurun karena mengalami penuaan sehingga ketika terjadinya bencana lanjut usia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri (Probosiwi, 2013).

(19)

usia 60 tahun hingga kematian dan ditandai dengan berbagai perubahan-perubahan mulai dari fisik, psikologis dan sosial (Hurlock, 1991). Perubahan-perubahan yang dialami menuntut lanjut usia untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ketika dalam bencana berbagai keadaan dihadapi oleh para lanjut usia seperti lingkungan yang tidak bersih, tidur bersama dalam satu ruangan, tidak ada pemisah antara lanjut usia dan anak-anak dan makan yang tidak bergizi diposko pengungsian serta tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lanjut usia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut dengan kondisi fisik dan psikologis yang semakin menurun sehingga mengarahkan mereka mengalami beberapa gejala stres seperti gejala perilaku, kognitif, emosi dan fisik.

(20)
(21)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

U>3o acayorc&oft ycaa beds, Uloaapiac paXa

Kemampuan mahasiswa pada kelompok eksperimen melakukan pemeriksaan leopold pada mahasiswa semester II STIKES Yogyakarta setelah diberikan metode coaching dalam kategori baik yaitu 20

Editing non linear memiliki kelebihan dimana editor bisa melakukan editing dari bagian mana yang siap ia kerjakan, koreksi atas hasil editing bisa dilakukan dengan mudah serta

As mentioned earlier, the initiation of this child-friendly village has the support of local government, in this case the Government of Lampung Timur District.. Regent of

Dengan perkataan lain, remaja yang berada pada masa peralihan akan mengalami.. kesulitan dalam pengembangan

Oleh karena itu, penutur menggunakan cara-cara tertentu agar tuturan yang disampaikan mengandung makna sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur tetapi

logam berat yang masuk ke lingkungan perairan sungai akan terlarut dalam air. dan akan terakumulasi dalam sedimen dan dapat bertambah

Bagi minimarket Bu Hj Khamid diharapkan agar tepat dalam menentukan strategi untuk meningkatkan keputusan pembelianB. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat