• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PE"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

AMIROTUN NAHDLIYAH NIM. 06110116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN FIKIH MELALUI PENGGUNAAN MEDIA

GRAFIS PADA SISWA KELAS VIII A MTs DARUL HIKMAH

SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

AMIROTUN NAHDLIYAH NIM. 06110116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fikih

Melalui Penggunaan Media Grafis Pada Siswa Kelas VIII A

MTs Darul Hikmah sidoarjo

Oleh:

Amirotun Nahdliyah NIM: 06110116

Telah Disetujui Pada Tanggal 8 April 2010

Oleh Dosen Pembimbing:

Abdul Ghafur, M. Ag NIP. 197304152005011004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FIKIH MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA

KELAS VIII A MTs DARUL-HIKMAH SIDOARJO

SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh Amirotun Nahdliyah (06110116)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 19 April 2010 dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)

pada tanggal 19 April 2009

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang

Drs. H. Suaib H.Muhammad, M.Ag

NIP. 195712311986031028 :___________________________ Sekretaris Sidang

Abdul Ghafur, M.Ag

NIP. 197304152005011004 :___________________________ Pembimbing

Abdul Ghafur, M.Ag

NIP. 197304152005011004 :____________________________ Penguji Utama

Dr. H. M. Mujab, M.A

NIP. 196611212002121001 :___________________________

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

(5)

v PERSEMBAHAN PERSEMBAHANPERSEMBAHAN PERSEMBAHAN

Sebagai perwujudan ras Sebagai perwujudan rasSebagai perwujudan ras

Sebagai perwujudan rasaaaa syukur dan cinta kepada Allah SWT, syukur dan cinta kepada Allah SWT, syukur dan cinta kepada Allah SWT, syukur dan cinta kepada Allah SWT, kupersembahkan karya ini kepada:

kupersembahkan karya ini kepada:kupersembahkan karya ini kepada: kupersembahkan karya ini kepada:

Abuyah dan ibu tercinta (H. Ahmad Machally Salim dan Hj. Churriyah Ahmad) yang telah Abuyah dan ibu tercinta (H. Ahmad Machally Salim dan Hj. Churriyah Ahmad) yang telah Abuyah dan ibu tercinta (H. Ahmad Machally Salim dan Hj. Churriyah Ahmad) yang telah Abuyah dan ibu tercinta (H. Ahmad Machally Salim dan Hj. Churriyah Ahmad) yang telah memberikan limpahan kasih sayang dan doa suci yang tiada

memberikan limpahan kasih sayang dan doa suci yang tiada memberikan limpahan kasih sayang dan doa suci yang tiada

memberikan limpahan kasih sayang dan doa suci yang tiada hentihentihentihenti----hentinya serta membimbinhentinya serta membimbinhentinya serta membimbinhentinya serta membimbing g g g tanpa rasa lelah dan letih saya

tanpa rasa lelah dan letih sayatanpa rasa lelah dan letih saya

tanpa rasa lelah dan letih saya mampu dan menyongsong masa depanmampu dan menyongsong masa depanmampu dan menyongsong masa depan.... mampu dan menyongsong masa depan

Kakakku A. Kholid Mu Kakakku A. Kholid Mu Kakakku A. Kholid Mu

Kakakku A. Kholid Murtadlo, M. Hamdi Muqaddas, dan Mrtadlo, M. Hamdi Muqaddas, dan Mrtadlo, M. Hamdi Muqaddas, dan M. As’ad Nahdly serta adikku rtadlo, M. Hamdi Muqaddas, dan M. As’ad Nahdly serta adikku . As’ad Nahdly serta adikku . As’ad Nahdly serta adikku Nur Arofah Tis’inah

Nur Arofah Tis’inah Nur Arofah Tis’inah

Nur Arofah Tis’inah tercinta serta keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mtercinta serta keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mtercinta serta keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memotivasi tercinta serta keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memotivasi emotivasi emotivasi dalam setiap langkahku, tanpa kalian hidupku terasa hampa

dalam setiap langkahku, tanpa kalian hidupku terasa hampadalam setiap langkahku, tanpa kalian hidupku terasa hampa dalam setiap langkahku, tanpa kalian hidupku terasa hampa....

Semua guru Semua guru Semua guru

Semua guru----guru dan dosenguru dan dosenguru dan dosenguru dan dosen----dosenku yang telah memberikan secercahdosenku yang telah memberikan secercahdosenku yang telah memberikan secercahdosenku yang telah memberikan secercah cacacacahaya berupa ilmu haya berupa ilmu haya berupa ilmu haya berupa ilmu sehingga saya

sehingga saya sehingga saya

sehingga saya dapat mewujudkan harapan dan angan untuk masa depandapat mewujudkan harapan dan angan untuk masa depandapat mewujudkan harapan dan angan untuk masa depandapat mewujudkan harapan dan angan untuk masa depan....

Sahabat SahabatSahabat

Sahabat----sahabatku terkasih di kontraksahabatku terkasih di kontraksahabatku terkasih di kontrakan cantik, dan sealmamater angkatan 2006 yang sahabatku terkasih di kontrakan cantik, dan sealmamater angkatan 2006 yang an cantik, dan sealmamater angkatan 2006 yang an cantik, dan sealmamater angkatan 2006 yang mengisi hidupku dengan kehangatan dan canda tawa

(6)

vi

MOTTO

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.

!" #$% &' () * ()

+ %+, -./ 0 / 12 3./4 56 ( + %+, 7 89

: 5 3; 0!<,* = 9 0 12 >

Artinya: “Apabila Allah SWT menginginkan kebaikna dari seseorang, dia akan

memberikan pemahaman agama (yang mendalam) kepadanya.” (HR.

Bukhari, Muslim, Ahmad Bin Hanmbal, Tirmidzi, dan Ibnu Majjah).

!

! ! ! """" #

##

# $$$$

% % % %&&&&

$$$$ '''' (((())))

*

Artinya: Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya

mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai

(7)

vii Abdul Ghafur, M.Ag

Dosen Fakultas Tarbiyah

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Amirotun Nahdliyah Malang, 8 April 2009 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Di

Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Amirotun Nahdliyah NIM : 06110116

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fikih Melalui Penggunaan Media Grafis Pada Siswa Kelas VIII A MTs Darul Hikmah

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.

Demikian mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Abdul Ghafur, M.Ag

(8)

viii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 08 April 2009

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas akhir laporan skripsi dengan baik.

Shalawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang berkat syafaat dan barokah beliau kita dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian.

Penulisan skripsi dengan judul ” Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fikih Melalui Penggunaan Media Grafis Pada Siswa Kelas VIII A MTs Darul Hikmah Sidoarjo” dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih teriring do’a “Jazaakumullahu Khaira Jaza’” kepada: seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar terselesaikannya laporan skripsi ini, khususnya penyusun sampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Abuyah dan ibu, serta kakak adikku tersayang, yang telah ikhlas memberikan do’a restu, kasih sayang serta bimbingan yang selalu memberikan bantuan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(10)

x

3. Bapak Dr. H.M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) malang.

4. Bapak Drs. H. M. Padil, M.PdI selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 5. Bapak Abdul Ghafur, M.Ag selaku pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi serta doa pada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama di bangku kuliah.

7. Asatidz dan Asatidzah yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis hingga bisa melanjutkan pendidikannya sampai sekarang.

8. Bapak Drs Husnul Qowim selaku kepala MTs Darul Hikmah Sidoarjo selaku kepala sekolah sekaligus guru bidang studi Fikih yang telah menerima dan memberi kesempatan kami untuk melaksanakan kegiatan penelitian di MTs Darul Hikmah Sidoarjo.

9. Seluruh dewan guru dan staf karyawan serta siswa-siswi MTs Darul Hikmah Sidoarjo yang telah dengan ikhlas dan senang hati menerima kami menjadi bagian keluarga MTs Darul Hikmah Sidoarjo

(11)

xi

11. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan skrispi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu dengan kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini serta demi meningkatkan kualitas dan profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan.

Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang telah penyusun curahkan dalam laporan skrispsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Malang, 08 April 2010 Penyusun

(12)

xii

DAFTAR TABEL

2.1 Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Model Pembelajaran

Tradisional………..53

4.1 Data Kelas VIII A………..94

4.2 Hasil Nilai Pre tes………...99

4.3 Laporan Observasi Prilaku Siswa di Kelas………...120

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: kondisi siswa saat berdiskusi

Gambar 2: wawancara dengan guru mata pelajaran Fikih Gambar 3: kegiatan manasik haji

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Penelitian

Lampiran 2 : Struktur Organisasi MTs Darul Hikmah Sidoarjo Lampiran 3 : Tata Tertib Guru

Lampiran 4 : Tata Tertib Siswa Lampiran 5 : Jadwal Pelajaran Lampiran 6 : Nilai Hasil Belajar Lampiran7 : Silabus

Lampiran 8 : RPP I Lampiran 9 : RPP II Lampiran 10 : RPP III Lampiran 11 : KKM Lampiran 12 : Kisi Soal I Lampiran 13 : Kisi Soal II Lampiran 14 : Kisi soal III Lampiran 15 : Kisi Soal IV

Lampiran 16 : Hasil Wawancara guru mata pelajaran Fikih Lampiran 17 : Hasil wawancara siswa-siswa kelas VIII A Lampiran 18 : Media Grafis gambar dan bagan

(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBARAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBARAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN NOTA DINAS... vii

HALAMAN PERNYATAAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISI... xv

HALAMAN ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

(16)

xvi

G. Penelitian Terdahulu ... 9

H. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Memahami Hasil Belajar ... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Hasil Belajar ... 15

3. Hasil Belajar Sebagai Obyek Penelitian... 16

4. Indikator Hasil Belajar ... 26

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Hasil Belajar ... 28

B. Pembelajaran Fikih ... 39

1. Memahami Konsep Pembelajaran Fikih ... 39

2. Model-Model pembelajaran Fikih ... 42

C. Media Pembelajaran ... 57

1. Pengertian Media Pembelajaran... 57

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 58

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 59

4. Media-Media yang Biasa di Gunakan dalam Proses Pembelajaran ... 61

D. Media Grafis ... 66

1. Pengertian Media Grafis ... 66

2. Jenis-jenis Media Grafis ... 67

(17)

xvii BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 77

B. Kehadiran Penelitian ... 80

C. Lokasi Penelitian ... 80

D. Rancangan Penelitian ... 81

E. Tahapan Penelitian ... 82

F. Prosedur Pengumpulan Data... 87

G. Analisis Data ... 89

H. Pengecekan Keabsahan Data ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Obyek Penelitian ... 91

1. Sejarah Berdirinya MTs Darul Hikmah Sidoarjo ... 91

2. Tujuan pendidikan MTs Darul Hikamah Sidoarjo ... 91

3. Identitas MTs Darul Hikamah Sidoarjo ... 93

4. Diskripsi Kelas VIII A MTs Darul Hikamah Sidoarjo ... 94

5. Kondisi Pelaksanaan Pembelajaran Fikih Sebelum Pelaksanaan Tindakan Kelas di MTs Darul Hikamah Sidoarjo ... 95

6. Sekenario Tindakan Pembelajaran ... 96

7. Pre-tes ... 97

B. Siklus Penelitian ... 102

1. Siklus Penelitian I ... 102

(18)

xviii

C. Perekakman Data ... 119 BAB V PEMBAHASAN

A. Proses Implementasi Pembelajaran Fikih dengan

Menggunakan Media Grafis pada siswa kelas VIII A MTs

Darul Hikmah Sidoarjo ... 124 B. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fikih Melalui Media

Grafis pada Siswa Kelas VIII A MTs Darul Hikmah ... 128 BAB VI PENUTUP

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa.1

Proses belajar mengajar yang diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, pada hakikatnya dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun sikap (afektif). Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (perekam vita video dan audio, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar dan lainnya).2

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru

1

Muhibbin Syah, M. ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung; Rosda, 2004), hlm. 32

2

(20)

kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi:

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan c. Seluk beluk proses belajar

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan

g. Berbagai jenis alat dan teknis media pendidikan h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.3

Terkait dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran, salah satu tawaran yang harus dikembangkan oleh guru adalah bagaimana guru bisa menggunakan media sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya; pada intinya adalah bahwa penggunaan media tersebut jika

3

(21)

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya akan membawa dampak tercapainya hasil belajar yang optimal.4

Pendekatan pembelajaran yang masih berorientasi pada guru (teacher oriented) dimana guru dalam melakukan pengajaran yang masih cenderung variablisme harus di ubah menjadi pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student oriented).

Dengan ungkapan tersebut diatas, tugas guru dalam hal ini adalah harus mampu menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pembelajaran. Guru seyogyanya memberikan contoh-contoh dan media sepanjang memungkinkan agar mereka memahami signifikasi materi dan hubungannya dengan sumber-sumber lain sehingga siswa lebih memusatkan perhatiannya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menerapkannya.

Berangkat dari pentingnya perubahan pendekatan pembelajaran, maka penelitian tentang pembelajaran pengguanaan media Grafis dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fikih pada siswa kelas VIII A MTs Darul Hikmah untuk segera dilaksanakan. Oleh karennya, Pembelajaran Fikih adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan menengah yang membahas ajaran agama Islam dalam segi ’ubudiyah dan mu’amalah. Mata pelajaran Fikih juga merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,

4

(22)

menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu pelajaran Fikih juga dipandang perlu memanfaatakan media grafis dalam proses balajar mengajar agar pengajaran itu bisa menyenangkan siswa.

Fenomena di lembaga pendidikan Darul Hikmah, menunjukan bahwa pelajaran Fikih dilakukan dengan metode yang klasik dan sederhana. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila seseorang berhasil menguasai materi yang diajarkan, baik dalam proses pengajaran maupun setelah pengajaran (evaluasi). Hasil belajar siswa dinyatakan meningkat apabila nilai siswa dari hari kehari semakin baik dari pada nilai evaluasi sebelumnya.

Sebagaimana pengamatan peneliti di MTs Darul Hikmah Sidoarjo, dalam proses pembelajaran ditemukan mengalami masalah pada hasil belajar siswa, khususnya pada pelajaran Fikih siswa kelas VIII Darul Hikmah Sidoarjo. Oleh karena itu, peneliti berupaya meneliti fenomen ini dan menawarkan alternatif solusi untuk mengatasi masalah hasil belajar siswa. Guru Bidang Studi Fikih menyatakan bahwa mengalami kesulitan ketika menyajikan media pembelajaran yang diyakini bisa mudah dimengerti dan mudah dipahami oleh siswa. Begitu pula ditemukan terdapat siswa yang tidak bersemangat pada pelajaran Fikih ini sehingga diyakini menyebabkan menurunnya prestasi siswa.

(23)

waktu yang tersedia, hemat biaya dan daya dukung lain yang dapat memperlancar dalam penelitian ini. Maka peneliti akan mengadakan penelitian tindakan kelas guna mengatasi masalah-masalah pada pembelajaran Fikih yaitu dengan memanfaatkan media pembelajaran grafis pada mata pelajaran Fikih. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti akan menfokuskan materi pada bab Haji dan Umroh dengan metode demonstrasi guna mempermudah dalam mempraktekkan serta menjelaskan kepada siswa-siswi kelas VIII A MTs Darul- Hikmah.

Seperti penjabaran di atas, bahwa hasil belajar siswa akan efektif apabila dalam proses belajar mengajar melibatkan semua siswa. Melalui penerapan media grafis ini diharapkan hasil belajar siswa kelas VIII A MTs Darul Hikmah Sidoarjo khususnya dalam mata pelajaran Fikih menjadi meningkat.

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara deskriptif tentang sejauh mana penerapan media grafis

terhadap peningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih, maka penulis terdorong untuk memberikan judul skripsi tentang: ”PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FIKIH MELALUI

PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS VIII A MTs

(24)

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pembelajaran Fikih dengan menggunakan media grafis pada siswa kelas VIII A MTs Darul-Hikmah Sidoarjo ?

2. Apakah penggunaan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fikih pada siswa kelas VIII A MTs Darul Hikmah Sidoarjo?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran Fikih dengan menggunakan media grafis pada siswa kelas VIII A MTs Darul Hikmah

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fikih melalui penggunaan media grafis pada siswa kelas VIII A MTs Darul Hikmah Sidoarjo

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi lembaga

(25)

2. Bagi Guru

Agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara logis, praktis dan sisitematis serta efektif dan efisien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Dan penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kepada para guru dalam proses penyampaian materi fikih.

3. Bagi Siswa

Siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru serta lebih mudah dalam memahami konsep yang ada dalam mata pelajaran Fikih untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi peneliti,

a. Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat dijadikan sebagai bekal bagi peneliti

b. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas sehingga peneliti dapat tanggap terhadap keadaan yang dihadapi.

E.Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penelitian ini digunakan untuk menghindari terjadinya presepsi lain mengenai masalah yang akan dibahas oleh peneliti dalam penelitian ini. Maka dari itu, penulis perlu memberikan ruang lingkup yang berkaitan dengan, yaitu:

(26)

2. Penelitian ini akan dibatasi pada siswa kelas VIII A MTs Darul Hikmah Sidoarjo.

Adapun jika terdapat permasalahan di luar lingkup tersebut, maka sifatnya hanya sebagai penyempurna sehingga pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju.

F.Penegasan Istilah

Dalam pembahasan penelitian ini, agar lebih terfokus pada permasalahan yang akan dibahas dan untuk menghindari terjadinya persepsi lain mengenai istilah-istilah yang dipakai, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi istilah-istilah dan batasan-batsannya.

Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul dalam penulisan penelitian ini adalah:

Pertama, media pembelajaran adalah5 berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Kedua, media grafis adalah Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka, dan simbol/ gambar grafis biasanya di gunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat orang.6 beserta metode demonstrasi yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini.

5

Soetomo, Dasar-dasarInteraksi Belajar Mengajar, (Surabaya,Usaha Nasional, 1993) hlm. 197-198

6

(27)

Ketiga, hasil belajar adalah Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.7

Keempat, pembelajaran Fikih adalah proses belajar mata pelajaran fikih yang menciptakan lingkungan belajar siswa kondusif dengan cara yang efektif dan efisien.

G.Penelitian Terdahulu (Prior Research)

Pembahasan tentang sebuah media pembelajaran sudah banyak diteliti pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, di bawah ini hasil penelitaan terdahulu sebagai pembanding dengan hasil penelitian ini:

1. Muhammad Zehen, 2007, Penggunaan Media Grafis Untuk Meningkatkan Pemahaman Generalisasi pelaku Ekonomi Dan interaksinya Pada Siswa Kelas X-A MA Aswaj Ambunten

Hasil Penelitian: hasi penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media grafis terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa pada generilisasi pelaku ekonomi dan interaksinya kelas X-A MA Aswaja Ambuten. Bukti secara kuantitatif adalah perbandingan presentasi peningkatan pemahaman siswa yang semula rata-rata sebesar 1,75 pada pertemuan I sebelum media grafis digunakan mengalami peningkatan pemahaman rata-rata sebesar 2,25 atau 28% pada pertemuan II, bertambah meningkat pada pertemuan III rata-rata sebesar 3,25 atau 85% berarti peningkatan pemahaman siswa sampai berakhir tindakan rata-rata sebesar

7 Asep Jihad dan Abdul Haris,

(28)

85%. Sedangkan bukti kualitatif dapat dijelaskan dan banyaknya siswa yang menyatakan senang terhadap penggunaan media grafis ini, tumbuhnya rasa minat dan motivasi, kosentrasi siswa pada mata pelajaran ; suasana kelas menjadi hidup. Dengan demikian, bahwa penggunaan media grafis dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang generelisasi pelaku ekonomi dan interaksinya kelas X-A MA Aswaja Ambuten

2. Nufi Diana Lestari, 2007, Penggunaan Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri Pasirini Lumajang

(29)

H.Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh dalam isi pembahasan isi desain ini, maka secara global dapat dilihat pada sistematika penulisan di bawah ini:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang yang didalamnya memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan, penegasan istilah, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Mendiskripsikan pada kajian teori. Yakni: hasil belajar siswa, pembelajaran bidang study Fikih, media pembelajaran, dan media grafis.

BAB III : Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam penelitian ini meliputi: jenis dan pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, rancangan penelitian, tahapan penelitian, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan memaparkan tentang: latar belakang obyek penelitian,siklus penelitian, dan perekaman data BAB V : Pembahasan hasil penelitian merupakan pembahasan terhadap

temuan-temuan penelitian.

(30)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Memahami Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah sangat kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan dengan pasti apakah sebenarnya belajar itu? Banyak orang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Dan juga ada yang mengartikan belajar menyerap pengetahuan. Ini berarti orang mesti menyimpulkan fakta sebanyak-banyaknya jika konsep ini tidak diakui orang maka opini tersebut perlu dipertanyakan apakah dengan belajar semacam itu orang menjadi tumbuh dan berkembang.

Memang kalau kita bertanya kepada seseorang tentang apakah belajar itu, maka akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan misalnya meniru ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta dan sebagainya. Penting juga dipahami tidak semua kegiatan tergolong sebagai kegiatan belajar misalnya melamun, marah dan menikmati hiburan dan seterusnya.8 Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut berikut ini akan disajikan beberapa definisi para ahli.

8

(31)

Chaplin dalam Dictinory of Pshicology yang telah dikutip oleh muhibbin Syah membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi ”...acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience”. Dengan demikian belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua adalah ” process of acquiring responses as a result of special practice”. Artinya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.9

Pengertian belajar yang lain adalah: “a relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced

practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Belajar adalah suatu proses yag dapat dilakukan oleh jenis-jenis makhluk hidup tertentu sebagian besar binatang, termasuk manusia, tetapi tumbuhan tidak. Belajar merupakan proses yang memungkinkan makhluk-makhluk ini merubah prilakunya cukup cepat dalam cara yang kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak harus terjadi lagi dan lagi pada setiap situasi baru. Pengamat dari luar dapat mengenali bahwa belajar telah terjadi ketika melihat adanya perubahan perilaku dan perubahan ini cukup langgeng.10

Belajar merupakan dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

9

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2006) hlm, 65

10

(32)

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.

Meskipun tidak seorangpun yang mengajar seseorang, namun orang itu dapat belajar, guru atau orang lain dapat mengarahkan belajar, dapat menunjukkan sumber pengalaman belajar, menyajikan bahan belajar dan dapat mendorong seseorang untuk belajar. Kebutuhan dan motivasi seseorang menjelma menjadi tujuan seseorang dalam belajar. Dengan demikian belajar itu berorientasi kepada tujuan si belajar.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah hasil tingkah laku yang nampak tetapi terutama adalah proses terjadinya, secara internal di dalam diri sendiri dan dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru. Untuk mencapai hasil yang maksimal maka diperlukan proses belajar mengajar yang dinamis, seimbang dan terarah.

(33)

+,

!

$

-).

/

"

! "

#

#

$

/

).

$

%&

0

$

%&

0

'

$

!

$

-/ $

%

(

&

)

$

(

'

*

1

+,

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan

kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Yang artinya:....niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan ”berilmu”. Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.

2. Hasil Belajar

(34)

prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.11

Menurut Juliah dalam bukunya Asep Jihad hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Hamalik hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan apabilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.12

Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Sujana berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.13

11

Asep Jihad dan Abdul Haris, op,cit, hlm. 14

12

Ibid, hlm.15

13

(35)

3. Hasil Belajar Sebagai Objek Penelitian

Horward Kingsley14 membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumuan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler baik tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dan Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.15

1) Tipe hasil belajar: Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowladge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut

14

Ibid hlm. 22

15

(36)

termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman kosep-konsep lainnya.16

Dibandingkan dengan tipe hasil belajar atau tingakat kemampuan berpikir lainnya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah. Meskipun demikian, pengetahuan yang lebih tinggi. Disesuaikan dengan perkembangan tingkat kemampuan berpikir siswa, soal-soal tes yang banyak menuntut pengetahuan hafalan hanya cocok untuk murid-murid SD kelas-kelas rendah. Untuk kelas-kelas-kelas-kelas yang lebih tinggi, seperti kelas-kelas V dan VI SD, siswa-siswa SMTP dan SMTA, dan untuk para mahasiswa, proporsi jumlah soal yang mengungkapkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi harus semakin besar.17

Rumusan tujuan instruksional khusus yang mengukur jenjang penguasaan yang bersifat ingatan biasanya menggunakan kata kerja operasional, antara lain: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, mendefinisikan.

Perlu kiranya dikemukakan disini bahwa, dilihat dari segi bentuknya, tipe tes yang paling banyak dipakai untuk

16

Nana Sujana, op.cit, hlm. 23

17

(37)

mengungkapkan pengetahuan hafalan adalah tipe melengkapi (completion type), tipe isian (fill in), dan tipe dua pilihan (true-false).

2) Tipe hasil belajar: Pemahaman

Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

Pengetahuan komprehensi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu:

(1)Pengetahuan komprehensi terjemahan seperti dapat menjelaskan arti Bhineka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan arti fungsi hijau daun bagi suatu tanaman

(2)Pengetahuan komprehensi penafsiran seperti dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau dapat memebedakan yang pokok dari yang bukan pokok.

(38)

dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau masalahnya.18

Kata kerja operasional yang bisa dipakai dalam rumusan tujuan instruksional khusus untuk jenjang pemahaman diantaranya: membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, mengintreprestasikan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, mengambil kesimpulan19.

3) Tipe hasil belajar: Aplikasi

Dalam tingkat aplikasi, testee atau responden dituntut kemamapuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis.

Kata kerja oprasional untuk rumusan tingkat penguasaan aplikasi, antara lain: menggunakan, menerapkan, menggenerelasikan, menghubungkan, memilih, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun, mengklasifikasikan, mengubah struktur. Pengetahuan aplikasi lebih tepat dan lebih mudah diukur dengan tes yang berbentuk uraian (essay tes) dari pada dengan tes objectif.20

18

Ngalim Purwanto, op.cit, hlm. 44

19

Ibid, hlm. 44

20

(39)

Bloom membedakan delapan tipe yang akan dibahas dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi.

(1)Dapat menetapkan prinsip atau generilisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi.

(2)Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generilisasi yang sesuai

(3)Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generelisasi

(4)Dapat mengenali hal-hal kasus yang terpampang dari kasus prinsip atau generelisasi

(5)Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip atau generelisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab-akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala.

(6)Dapat meramalkna sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip atau generelisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif. (7)Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam

(40)

banyak diperlukan oleh ahli-ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan.

(8)Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip atau generelisasi bagi situsi baru yang dihadapi.21

4) Tipe hasil belajar: Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkienya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensip dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.22

Kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan instruksional khusus jenjang analisis, antara lain: membedakan, menemukan, menklasifikasikan, mengategorikan, menganalisis, membandingkan, mengadakan pemisahan.23

5) Tipe hasil belajar: Sintesis

Kemampuan analisis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan

21

Nana Sujana, op.cit, hlm 27

22

Ibid, hlm 27

23

(41)

hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya yang berupa integrasi. Tanpa sintesis yang tinggi, seseorang hanya dapat melihat unit-unit atau bagian-bagian secara terpisah tanpa arti. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dan berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang dicapai dalam pendidikan.

Untuk merumuskan tujuan instruksional khusus tingakat penguasaan sintesis digunakan kata kerja operasional, antara lain: menghubungkan, menghasilkan, mengkhususkan, mengembangkan, menggabungkan, mengorganisasikan, menyintesis, mengklasifikasi, menyimpulkan.24

6) Tipe hasil belajar: Evaluasi

Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan lain sebagainya. Berdasarkan kriteria tertentu. Kegiatan penialaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya, cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, meterinya, atau lainnya.

Kata kerja operasional yang biasannya dipakai untuk merumuskan tujuan instruksional khusus jenjang evaluasi, diantaranya: menafsirkan, menilai, menentukan,

24

(42)

mempertimbangkan, membandingkan, mealakukan, memutuskan, mengargumentasikan, menaksir.

Mengetes kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat dikategorikan ke dalam enam tipe:

(1) Dapat memberikan evaluasi tentang ketetapan suatu karya atau dokumen.

(2) Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya. (3) Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai

orang dalam mengambil suatu keputusan.

(4) Dapat megavaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan (5) Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan

kriteria yang telah diterapkan.

(6) Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.

(43)

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingakat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin. Motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.25

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.26

c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

(1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tanpa di sadari)

25 Nana Sujana,

op.cit, hlm. 30

26

(44)

(2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

(3) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

(4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan

(5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

(6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-dicursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar yang dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan prilakunya.27

Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. 28

4. Indikator Hasil Belajar

Banyak guru yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya mengenai apakah pengajaran yang telah dilakukan telah berhasil, dan apa buktinya? Untuk menjawab pertanyaan itu, terlebih

27 Nana Sujana,

op.cit, hlm. 31

28

(45)

dahulu harus ditetapkan apa yang menjadi kriteria keberhasilan pengajaran, baru kemudian ditetapkan alat untuk menaikkan keberhasilan belajar secara tepat. Mengingat pengajaran merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana dalam bukunya asep jihad dan abdul haris kedua kriteria adalah:

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya mulai belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini:

1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh siswa secara sistematik?

2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu?

3) Apakah guru memiliki multimedia

(46)

5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?

6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar?29

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya

Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?

2) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari? 3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat

dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajarannya?30

29

Asep Jihad dan Abdul Haris, op.cit, hlm.20-21

30

(47)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi belajar, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni:

a. Faktor internal, (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan dissekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), jenis upaya belajar siswa yang meliputi startegi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mepelajari materi-materi pelajaran.31

Ketiga faktor di atas akan dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).32

1) Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)yang meandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas

31

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2006), hlm. 144

32

(48)

ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang ata tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa dianjurkan memilih pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus

yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengaran dan indra pengelihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, selaku guru yang profesional seyogyanya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi kekurangan kesempurnaan pendengaran dan pengelihatan siswa-siswa tertentu itu dengan menempatkan mereka di deret bangku terdepan secara bijaksana.

(49)

umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Demikian juga kondisi saraf pengonrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum minuman keras akan kesulitan untuk melakukan proses belajar, karena saraf pengontrol kesadarannya terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut, tidak bisa dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.33

Maka dari itu seorang guru haruslah mengerti keadaan fisik siswa ketika dikelas. Apakah ia siap menerima pelajaran ataukah ia tidak siap menerima pelajaran.

2) Aspek psikologis.

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualiatas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a) Intelegensi siswa

Intelgensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelgensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,

33

(50)

melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungnanya dengan intelgensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ lainnya, lantaran otak merupakan ”menara mengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.

Tingkat kecerdasan atau intelgensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelgensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraihsuses sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelgensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap Siswa

(51)

belajar siswa tersebut atau dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa seperti diatas, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi faknya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. Guru yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studynya, tetapi juga mampu meyakinkan kepada siswa akan manfaat bidang study itu bagi kehidupan mereka. Dengan meyakini manfaat bidang studi tertentu, siswa akan merasakan membutuhkan, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.

c) Bakat Siswa

(52)

Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kamampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Misalnya, seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, maka akan lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang elektro dari pada siswa-siswa lainnya.

d) Minat Siswa

Secara sederhana minat berarti kecendrungan dan kegairaan yang tertinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat yang besar terhadap matematika dan memusatkan perhatiannya lebaih banyak ketimbang siswa yang lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya dapat mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.

(53)

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Motivasi instrinsik dalam diri. 2) Motivasi ekstrinsik motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajarnya. Termasuk dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melaukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal ataupun bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan prses mempelajari materi-materi pelajaran baik disekolah maupun dirumah.

(54)

keterampilan untuk masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru. b. Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan dan faktor instrmental. 1) Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkunagan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepenganpan udara, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di dalam ruangan yang cukup mendukung untuk bernafas lega.

(55)

Karena itu sekolah hendaknya didirikan dalam lingkungan dan kondusif untuk belajar.34

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaaan keluarga, ketegangan keluarga, dan beografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat

34

(56)

memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan.

(57)

Selama proses belajar mengajar berlangsung, terjadilah interaksi antara guru dan siswa, namun interaksi ini bercirikan khusus, karena siswa menghadapi tugas belajar dan guru harus mendampingi siswa dalam belajarnya. Dalam diagram De Corte di atas, proses belajar mengajar disimpan di pusat dan digambarkan dalam bentuk lingkaran. Dengan demikian, interaksi antara kegiatan mengajar yang melimputi penentuan prosedur-prosedur didaktik, media pembelajaran, bentuk-bentuk pengelompokkan siswa serta materi pelajaran, dan kegiatan belajar yang meliputi menjalani suatu proses belajar, menjadi lebih jelas. Komponen-komponen yang lain, yaitu tujuan instruksional, keadaan awal dan evaluasi hasil belajar, berada di luar proses itu dan karenanya, tetap merupakan bagian dari kegiatan didaktik. Maklumlah, guru yang menentukan tujuan instruksional khusus, menyelidiki pula bagaimanakah keadaan awal dan juga mengadakan evaluasi hasil belajar.35

B. Pembelajaran Fikih

1. Memahami Konsep Pembelajaran Fikih

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-wholistik, yang

35

(58)

menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar-mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.

Berikut ini adalah beberapa definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan:

a. Menurut Degeng dalam Muhaimin, pembelajaran (yang lebih dikenal dengan pengajaran) adalah upaya untuk membelajarkan siswa.36

b. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan efisien.37

c. Pembelajaran adalah suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan belajar bagi siswa. 38

Intinya, pembelajaran adalah proses menciptakan lingkungan belajar siswa yang kondusif dengan cara yang efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang merupakan peningkatan dari Fikih yang telah dipelajari oleh peserta didik di madrasah Ibtidaiyah/SD. Peningkatan tersebut dilakukan

36

Muhaimin dkk, Op, Cit, Hal 183

37

Ibid, hlm. 48

38

(59)

dengan cara mempelajari, memperdalam serta membiasakan tata cara beribadah dan bermuamalah dalam kajian Fikih, yang di landasi oleh dalil-dalil yang benar serta menggali hikmah dibalik perintah menjalankannya sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syari’at Islam secara kaffah (sempurna). Selain itu studi Fikih juga diarahkan sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, disamping untuk hidup bermasyarakat.39

Pada hakikatnya mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan pengalaman riil pada aspek spiritual dari praktek ibadah dalam Islam yang dihayati dengan sepenuh jiwa namun, dikarenakan seringnya para pendidik agama Islam mengabaikan aspek spiritual, dan terlalu menekankan pada aspek legal formalnya, maka pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah terkesan hanya bersifat dogmatif. Akibatnya pembelajaran Fikih seperti terlepas dari ruhnya yang bisa menjadi pembentuk al-akhlak al-karimah lewat pembiasaan berdisiplin dalam beribadah dan penghayatannya. Disamping itu, pada aspek muamalah, bisa dikatakan sebagai sebagai implementasi dari aspek spiritual yang dibumikan dalam bentuk hubungan dengan sesama manusia yang harmonis, yang aturannya dalam islam demikian lengkap. Fikih bukan sesuatu yang terpisah dari materi yang lainnya. Ia adalah bagian integral dari materi-materi Pendidikan Agama Islam yang lain.40

39

Departemen Agama RI. 2009. Pedoman Khusus Fikih Madrasah Tsanawiyah (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam)

40

(60)

Jika aspek spiritual dalam ibadah ini bisa ditanamkan pada diri para siswa Madrasah Tsanawiyah, hal ini berarti penanaman secara dini pada penghayatan ibadah telah ditanamkan lebih dini. Penanaman nilai-nilai spiritual anak didik sejak dini dan ditambah dengan kompetensi akdemik pada aspek ibadah dan mu’amlahnya, akan menjadi pondasi yang kokoh dalam membentuk generasi yang lebih unggul secara intelektual dan memiliki keluhuran akhlak. Sebuah generasi yang siap mengarungi tentang globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.

2. Model-model Pembelajaran Fikih

Apabila hendak mengajarkan suatu mata pelajaran tuntutan yang muncul adalah harus memilih pendekatan, strategi, metode,teknik yang sesuai dengan kondisi dan situasi anak, materi yang diajarkan dan lingkungan tempat belajar, supaya tujuan pembelajaran bisa tercapai secara optimal.

Sesuai penjelasan diatas, maka tugas guru sebelum melakukan proses belajar mengajar perlu dipersiapkan strategi, metode, teknik pembelajara. Khususnya pada pembelajaran Fikih. Adapun pendekatan, strategi dan metode pembelajaran Fikih, sebagai berikut:

a. Pendekatan dalam Pembelajaran Fikih

(61)

kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.41

Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan. Pendekatan bisa juga diartikan suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelolah.42

Adapun pendekatan dalam pembelajaran Fikih supaya tercapainya proses penyajian isi materi kepada siswa untuk kompetensi pelajaran fikih khususnya pada bab haji dan umrah, maka peneliti membutuhkan metode dan srtategi pilihan yang relevan digunakan untuk menjelaskan bab haji dan umrah. Pada pendekatan ini peneliti menggunakan metode demonstrasi dan ceramah yang nantinya akan di dukung oleh strategi khusus untuk membantu mengaktifkan siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. b. Strategi Pembelajaran Fikih

Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelolah kegiatan, dengan mengintregasikan urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajaran, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk

41

Asep Jihad dan Abdul Haris, op,cit, hlm 23

42

(62)

mencapi tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, secara efektif dan efisien. 43

Dalam pembelajaran Fikih juga membutuhkan strategi-strategi untuk mendukung metode yang diterapkan guru pada proses belajar mengajar guna untuk mengaktifkan pembelajaran siswa di kelas. Ada beberapa strategi yang terdapat dalam model pembelajaran aktif, di antaranya :

1) Belajar bersama

Salah satu cara terbaik meningkatkan belajar aktif adalah dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dengan kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, penegtahuan, serta ketrampilan mereka akan membantu menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim belajar di kelas anda. Namun demikian, belajar bersama tidaklah selalu berlangsung efektif. Boleh jadi terdapat partisipasi yang tidak seimbang komunikasi yang buruk, dan kebingungan, bukannya belajar yang sesungguhnya. Ada beberapa strategi berikut ini yang dirancang memaksimalkan manfaat dari belajar bersama dan meminimalkan kesenjangan.44

43

Ibid, hlm. 24

44

(63)

2) Quiz kelompok (Team Quiz)

Strategi ini dapat meningkatkan tanggung jawab belajar peserta didik dalam suasana menyenangkan.45

3) Membaca keras (Reading Aloud )

Strategi ini dapat membantu peserta didik dalam berkosentrasi mengajukan pertanyaan dan menggugah diskusi.46 4) Learning Start With a Question

Strategi ini dapat digunakan relative materi yang mudah dipaham oleh siswa. Strategi ini cocok untuk memulai pembeljaran topik ba

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 3.1 Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Tabel. 4.1
Tabel. 4.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Deflasi sebesar 1,03 persen di Nusa Tenggara Timur ini dipicu oleh turunnya indeks harga pada sebagian kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran bahan makanan

1. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang bersifat memaksa, digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat. Retribusi daerah adalah pungutan daerah

Bentuk Setengah Lurus (Semi Block Style) merupakan bentuk surat dimana semua bagian surat, kecuali isi surat, diketika sama seperti bentuk lurus.. Setiap akhir alinea baru diketik

Walaupun secara keseluruhan penurunan penggunaan salah satu jenis alat kontrasepsi tidak secara signifi kan diikuti oleh kenaikan angka kelahiran, ini tetap perlu diwaspadai

Untuk mengidentifikasi potensi dan distribusi aliran aliran permukaan yang dapat di panen dan optimasi pemanfaatannya untuk pertanian setempat, dilakukan beberapa tahapan

protection juga ditempatkan pada titik-titik yang dapat menjangkau banguanan... TAMAN KANAK-KANAK DI JOGJAKARTA BAGIAN II SKEMATIK DESAIN S£X'h£ DIJooMcna adalah bagaimana menata

a. Tujuan buku penghubung siswa. Hasil wawancara dengan ustdzah Jamilah selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum, buku penghubung bertujuan untuk sebagai media

Namun, setelah diselidiki siapa pihak yang menyewa dan dia berkata jujur ternyata jangka waktu sewa- menyewa tersebut sudah habis setelah pemilik lahan meninggal