• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan resmi praktikum kimia organik Im

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan resmi praktikum kimia organik Im"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

ORGANIK

SINTESIS 1,3-bis-FENILMETILDINUREA

Disusun oleh:

Nama

:

Muhammad

Firza

Akbar

NIM

:

K100130035

Kelompok

: A6

Korektor :

Iwan S Nugroho

Paraf Pengumpulan Laporan

Laboratorium Kimia Organik

Bagian Kimia Farmasi Fakultas Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

I. TUJUAN

Mengenal reaksi adisi – eliminasi pada senyawa aldehid dan amina primer.

II. CARA KERJA SKEMATIS

III. BAHAN dan RANGKAIAN ALAT Bahan :

1. Benzaldehid 2. Urea

Dimasukkan 5,1 gram benzaldehid kedalam erlenmeyer yang telah dilengkapi dengan magnetic stirer.

Ditambahkan 1,5 gram urea yang telah dilarutkan ke dalam akuades secukupnya, diaduk.

Ditambahkan 3 tetes HCl 2N sampai pH 3.

Diaduk selama 30 menit, sudhu dijaga 150C hingga terbentuk endapan putih.

Diaduk kembali pada suhu ruangan selama 30 menit.

Disaring menggunakan corong buchner.

(3)

3. HCl 2N 4. Es

5. Akuades Alat :

1. Erlenmeyer 250 mL 2. Bekker glass 500 mL 3. Termometer

4. Megnetic stirrer 5. Corong buchner 6. Thermolite Rangkaian Alat

(4)

V. Hasil dan Perhitungan Rendemen

2. Urea 60,06 0,025 1,5 1,32 1,123

3. HCl 36,5 3 tetes

Data Hasil Percobaan

Organoleptis : serbuk bergranul, warna putih, dan memiliki bau khas imina.

Berat Kertas saring = 0,9637 gram (2 kertas) Berat basah = 4,4983 gram

Berat kering = 3,8013 gram Rendemen = 83,914 % Titik Lebur = 80-115 °C Titik lebur teoritis = 80-138 °C

1. Benzaldehida BJ = 1,043 g/mL V = 5,1 mL

BM= 106,12 g/mol

(5)

= 5,1 . 1,043 = 5,3193 g

Mol =massa/BM = 5,3193/ 106,12 = 0,05 mol

M = mol/V

= 0,05/0,0051 = 9,8 M

2. Urea BJ = 1,32 V = 1,14 mL BM= 60,06 g/mol Massa= 1,5 g

V = massa/BJ = 1,5/1,32 = 1,136 mL

Mol = massa/BM = 1,5/60,06 = 0,025 mol

M = mol/V

= 0,025/0,001136 = 22,007 M

Reaksi:

 Berat teoritis = mol x BM = 0,025 x 236 = 5,9 g

 Rendemen (%) = berat kering / berat teoritis x 100% = 3,8013/4,53 x 100%

(6)

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum percobaan sintesis 1,3-bis- Fenil Metil Dinurea kali ini bertujuan untuk mengenal reaksi adisi - eliminasi pada senyawa aldehid dan amina primer serta mempraktekkan bagaimana cara mensintesis 1,3-bis- fenil metil dinurea. Aldehidyang digunakan pada praktikum ini adalah benzaldehid dan amina primer yang digunakan adalah urea dan dilangsungkan dengan suasana asam menggunakan katalis HCl.

Amina dikelompokkan menjadi amina primer, skunder, dan tersier ini bergantung pada banyaknya atom karbon(C) yang terikat pada atom nitrogen(N). Pemilihan amina primer pada percobaan ini karena reaktivitas dari amina primer lebih besar karena mampu membentuk ikatan hidrogen yang kuat dibandingkan dengan amina skunder dan tersier. Ini disebabkan karena atom nitrogen telah terikat dengan dua atau lebih atom karbon sehingga senyawa dari amina sekunder dan tersier kurang elektronegatif. Jika suatu Amina primer direaksikan dengan suatu aldehid akan menghasilkan senyawa imina. Imina merupakan sebuah senyawa yang memiliki gugus C=N. Imina juga sering dipakai dalam dunia industri, Seperti senyawa propilen imina yang digunakan dalam proses pembuatan tekstil dan kertas.

Prinsip reaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah Reaksi adisi – elminasi yang merupakan sebuah reaksi dimana adanya

penggabungan satu atau lebih senyawa menjadi senyawa yang lebih besar dan disertai oleh pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal dan terjadi reaksi dimana adanya satu atau lebih senyawa yang dilepaskan oleh mekanisme tertentu seperti reaksi dehidrasi yang melepaskan molekul H2O.

Percobaan ini diawali dengan mencampurkan starting material yaitu aldehid aromatik, benzaldehid dengan amina primer, urea kedalam erlenmeyer yang telah dilengkapi dengan pengaduk

magnetik. Pada proses pengadukan hal yang harus diperhatikan adalah penjagaan suhu menggunakan termometer yang tidak boleh lebih atau kurang dari 15°c yang merupakan suhu optimum dari imina. Penjagaan suhu dibantu dengan memasukan es batu dan erlenmeyer kedalam gelas beker. Tujuan dari dijaga nya suhu pada percobaan ini supaya berjalan efektif atau berjalan dengan semestinya karena suhu sangat mempengaruhi proses sintesis imina.

(7)

lebih lambat dan resikonya tidak terbentuk imina yang diinginkan. Penambahan katalis juga harus dilakukan secara perlahan tetes demi tetes.

Setelah laruan tadi ditambahkan HCl, dicek PH nya

menggunakan PH stick. PH yang diinginkan adalah berkisar antar 3-4. Penambahan asam berlebih akan mengakibatkan campuran tersebut akan terhidrolisis karena pada dasarnya reaksi ini bersifat reversibel. Pada proses pengadukan di suhu 15°c, akan terbentuk fase padatan dan cairan sehingga campuran tersebut berbentuk mucilago. Setelah melawati proses pengadukan selama 30 menit di suhu 15°c, diaduk kembali campuran larutan tersebut pada suhu ruang selama kurang lebih 30 menit. Pengadukan pada suhu ruang bertujuan untuk

memisahkan fase air dan padatan dari campuran tersebut. Seperti yang kita ketahui, reaksi ini masih bersifat reversibel sehingga adanya air merupakan faktor yang bisa menghidrolisis campuran dari sintesis imina.

Setelah 30 menit mengalami pengadukan di suhu ruang, akan terlihat endapan putih yang merupakan fase padatan dan air yang merupkan fase cairan. Air bisa terbentuk karena adanya reaksi eliminasi H2O atau yang sering disebut dengan reaksi dehidrasi. Kemudian dilakukan proses penyaringan menggunakan corong buchner. Proses penyaringannya tidak menggunakan pelarut karena dikhawatirkan senyawa imina yang terbentuk dapat terhidrolisis atau melarut. Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan imina dengan pengotornya. Penyaringan dilkakukan hingga imina kering sepenuhnya. Setelah dikeringkan, imina ditimbang dan didiamkan di dalam eksikator selama 4-5 hari dengan tujuan agar imina kering sempurna.

Setelah melakukan percobaan, didapat data hasil rendemen sebesar 83,914%. Titik lebur yang didapat juga hampir mendekati titik lebur teoritis dari imina yaitu sebesar 80°-115°c sedangkan titik lebur teoritisnya 180°-138°c. Diperoleh kesimpulan, hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses sintesis ini adalah pada tahap pengadukan campuran selama 30 menit di suhu 15°c. Pengadukan ini merupakan fase kritis pada tahap sintesis imina sehingga harus dilakukan secara benar. Pengadukan pada suhu ruang juga hal yang harus diperhatikan karena jika telalu lama pengadukan imina yang terbentuk akan

mengalami kontak dengan air sehingga bisa menyebabkan terhidrolisis. Fase hidrolisis dari imina bisa dilihat pada proses penyaringan dimana akan timbul bercak kuning pada kertas saring dimana juga terdapat fase minyak.

(8)

 Prinsip dasar reaksi ini menggunakan mekanisme reaksi adisi – eliminasi.

 Digunakan amina primer karena lebih reaktif dibandingkan dengan amina sekunder dan tersier.  Fase kritis ada pada proses pengadukan

 Fase hidrolisis dari imina meninggalkan bercak relatif berwarna kuning pada kertas saring

VII. Daftar pustaka

Fessenden & Fessenden, 1982, Kimia Organik Edisi III Jilid II, Erlangga : Jakarta.

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi ke-tiga jilid II, Erlangga : Jakarta.

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan pelarut yang kedua menggunakan sampel B, dimana hassil yang didapatkan dari sampel B sama dengan hasil dari sampel A, yaitu sampel B larut pada saat dicampurkan dengan

Alkena dengan dua gugus terletak pada sisi yang sama dari suatu ikatan rangkap disebut cis isomer.. Alkena dengan dua gugus terletak pada sisi yang berlawanan disebut

Laboratorium kimia boleh jadi merupakan suatu tempat yang berbahaya, terutama bila kita ceroboh dan kurang

Pada aldehid yang teroksidasi akan muncul perubahan warna dari coklat kemerahan – berasal dari Cr 6+berwarna kemerahan, menjadi hijau karena kromat yang tereduksi menjadi Cr 3+

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ekstraksi piperin dari buah lada yaitu isolasi piperin yang berada dalam buah lada dapat dilakukan menggunakan metode ekstraksi soxhlet

Dari data ini kita dapat menghitung nilai Rf yaitu, hasil dari jarak yang ditempuh sampel atau standar (spot) dibagi dengan jarak yang ditempuh fase gerak sampel secara

Sifat Kimia Asam Asetat Banyak senyawa kimia berguna lain yang terbuat dari asam asetat sebagai salah satu bahan utamanya diantaranya etil asetat yang banyak dipakai sebagai pelarut

Telur bebek yang akan digunakan untuk pembuatan telur asin haruslah telur yang masih baru dengan umur 10 jam kurang atau maksimal 48 jam.. Hal ini untuk menghasilkan telur asin yang