LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2 PEMBUATAN ASETALDEHID (MENANAL)
Dosen Pengampu : Lisna Dewi, M. Si
disusun oleh :
Gilang Pratama Putra (D1A210190) Qaisha Zahwa Salsabila (D1A210012)
Dian Ismah (D1A210207) Ristiana Siti Shalimar (D1A210268)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2022
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum Kimia Organikini dapat tersusun dan selesai tepat waktu. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan seluruh pengikutnya. Semoga kita mendapatkan syafaatnya dihari kiamat, amin.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Praktikum Kimia Organik Ibu Lisna Dewi, M.Si. yang telah memberikan bimbingan kepada kamijuga kepada rekan-rekan kami yang telah memberikan bantuan moral.
Semua kesalahan datang dari manusia dan semua kebenaran hanya datang dari Allah
SWT. Dengandemikian, tentunya laporan praktikumini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
berharapsemua pihak dapat memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
pada laporan praktikumselanjutnya. Kami berharap laporan praktikumini akan sangat berguna
bagi kami dan pembaca lainnya.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan
Mengenal reaksi pembuatan asetaldehid dan memahami persamaan serta perbedaan sifat kimia aldehida.
1.2 Prinsip Percobaan
1.3
Dasar Teori
Aldehida merupakan suatu senyawa dengan gugu karbonil yang terikat pada ujung molekulnya. Gugus fungsi aldehida mempunyai satu atom hidrogen yang terikat pada atom karbon karbonil. Gugus sisanya dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik maupun aromatik. Rumus umum aldehida yaitu RCHO. Gugus fungsi aldehida yaitu – CHO.
Aldehida yang paling sederhana adalah metanal yang lebih dikenal dengan nama formaldehida.
Selain formaldehida, terdapat senyawa aldehida lain yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari (Fessenden, 1986).
Salah satu gugus fungsi yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah hidrogen. Nama IUPAC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana” dengan “al” nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambah dengan akhiran dehida.
Salah satu aldehid yang penting adalah asetaldehida. Asetaldehida memiliki titik didih sekitar temperatur kamar 20
oc, juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut alam bentuk trimer atau tetramer siklik. Asetaldehida digunakan sebagai zat antara dalam sintetsis asam asetat, anhidrida asetat dan senyawa-senyawa lain dalam industri.
Asetaldehida adalah senyawa aldehid yang mengandung dua atom karbon, disebut sebagai etanal dengan rumus struktur CH3CH=O. Asetaldehida berwujud cairan yang mudah terbakar, tidak berwujud, larut dalam air, baunya merangsang, dan mempunyai titid didih 20
oc.
Senyawa ini tergolong sebagai narkotika dan penyebab gatal yang beracun. Dapat juga
menyebabkan kematian apabila dosis yang digunakan tinggi dan uapnya terhisap (Ikhsan J. dan Damayanti L.A., 2016)
Asetaldehida adalah bahan yang mempunyai kegunaan yang sangat luas dalam industri
kimia. Asetaldehida merupakan produk yang banyak digunakan untuk memproduksi produk
turunannya. Asetaldehid dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam asetat, asetat
anhidrida, etil asetat, butil aldehida, krotonaldehida, piridin, asam pirasetat (Neramittagapong
dkk, 2008).
METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat
A. Alat refluks B. Beaker glass C. Gelas ukur D. Labu bundar E. Pipet tetes F. Batu didih 2.1.2 Bahan
A. K2Cr2O7 B. Etanol 95%
C. H2SO4 D. Aquadest E. Na2CO3 0,1 M F. Fehling A G. Fehling B H. AgNO3 I. NH4OH
2.2 Prosedur
2.2.1 Pembuatan Asetaldehida 1. Ditimbang 5 gram K2Cr2O7 2. Rangkai alat refluks
3. Masukan 5 gram K2Cr2O7 kedalam labu bundar
4. Tambahkan 100 ml aquadest kedalam labu bundar, homogen kan 5. Masukkan 25 ml etanol 95% kedalam beaker glass
6. Tambahkan 15 ml H2SO4 secara perlahan melalui dinding kedalam beaker glass 7. Homogenkan dan dinginkan dengan es batu
8. Tambahkan campuran kedalam labu bundar
9. Lalu sambungkan dengan alat refluks dan nyalakan selama 20 menit 10. Rangkai alat destilasi
11. Hasil dari refluks lalu rangkai ke alat destilasi dan nyalakan alat destilasi selamat 1 jam 15 menit dengan suhu 60-80°C
12. Hitung volume destilasi yang didapat 13. Netral kan destilat dengan Na2CO3 0,1M 2.2.2 Uji Feeling AB
1. Diambil 5 tetes destilat masukan kedalam tabung 2. Tambahkan feeling A dan feeling B kedalam tabung 3. Panaskan diatas penangas air dan amati warnanya 2.2.3 Uji Tollens
1. Diambil 5 tetes destilat masukan kedalam tabung 2. Tambahkan 5 tetes AgNO3 dan 5 tetes NH4OH 3. Panaskan dan amati Hasilnya
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data PengamatanData Pengamatan
Data Pengamatan
Destilat Tets pertama destilat pada menit ke-18 dengan suhu 80 ̊ C Dalam waktu 1 jam 15 menit didapatkan destilat sebanyak 9 ml
Uji Hasil Keterangan
Fehling A -
Setelah dipanaskan menghasilkan warna biru langit
Fehling B - Setelah dipanaskan
menghasilkan warna bening
Fehling AB -
Setelah dipanaskan
menghasilkan warna hitam kecoklatan
Tollens + Setelah dipanaskan terbentuk
cermin perak
3.2 Pembahasan
K2Cr2O7 dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100ml dalam labu bundar, kemudian dalam beaker glass ethanol 95% dan H2SO4 dicampurkan bersama lalu didinginkan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan larutan K2Cr2O7. Hal ini dilakukan karena ketika H2SO4 dicampurkan dengan ethanol, terjadi perubahan suhu pada beaker glass dan membuat beaker glass menjadi panas yang berarti adanya peningkatan suhu. Maka agar tidak terjadi peningkatan suhu saat digabungkan dengan K2Cr2O7 larutan ethanol dan H2SO4 didinginkan dahulu dengan bantuan es agar asetaldehida yang terbentuk tidak rusak karena suhu yang terlalu tinggi.
Untuk menjaga suhu larutan agar tidak terlalu panas dan rusak saat dimasukan ke alat reflux, maka ketika larutan terlihat mulai mendidih, pemanas bunshen di pindahkan dari tempatnya agar larutan tidak menngalami penigkatan suhu. Karena asetaldehida memiliki titik didih 20˚C, apabila saat dipanaskan suhunya terlalu tinggi maka asetaldehida tidak akan terbentuk. Melainkan akan terbentuk asam karboksilat. Asam karboksilat ini dapat direduksi kembali menjadi alkohol primer tapi tidak dapat direduksi menjadi aldehid. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut.
Ketika ethanol direaksikan dengan H2SO4 dan K2Cr2O7 maka
3C22-H5OH + K2Cr24+O7 + 4H2SO4 = Cr23+(SO4)3 + 3CH33-C1+HO + K2SO4 + 7H2O
Alkohol mengalami oksidasi oleh K2Cr2O7 dengan bantuan H2SO4 menjadi asetaldehida (CH3CHO) Larutan ini dipanaskan di rangkaian alat reflux untuk mempercepat proses oksidasi alkohol primer oleh kalium dikromat. Kemudian setelah selesai dipanaskan dalam rangkaian reflux selama 20 menit, larutan kembali dipanaskan menggunakan rangkaian alat destilasi. Hal ini dilakukan untuk memisahkan asetaldehida yang terbentuk dari hasil oksidasi alkohol primer dari produk lain dalam larutan tersebut seperti kalium sulfat dan kromium sulfat. Sehingga hasil destilat yang didapat kelak merupakan larutan asetaldehida yang murni. Pemanasan ini dilakukan selama 1 jam 15 menit, dengan suhu tidak kurang dari 60˚C dan tidak lebih dari 80˚C. Setelah dilakukan pemanasan selama 1 jam 15 menit, didapatkan larutan destilat sebanyak 9ml.
Kemudian dari hasil destilat tersebut, dicek pH nya. pH larutan yang kami dapat adalah 5. Lalu kami netralkan dengan larutan Na2CO3 0,1M hingga pH larutan destilat menjadi 7. Kemudian diambil larutan destilat sebanyak 1ml untuk 4 tabung reaksi
Pada tabung pertama dilakukan uji dengan menambahkan larutan fehling A kedalam tabung sebanyak 2 tetes. Kemudian dipanaskan lalu diamati perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan adalah larutan menjadi warna biru langit. Dikarenakan pereaksi fehling adalah pereaksi yang mengandung ion CU2+ yaitu berwarna biru transfaran dan bisa diakibatkan oleh pemanasan yang kurang sempurna.
Pada tabung kedua dilakukan uji dengan menambahkan larutan fehling B kedalam tabung sebnayak 2 tetes. Kemudian dipanaskan lalu perubahan yang terjadi adalah larutan menjadi warna bening. Pada tabung ini pereaksi dan sampel mengalami oksidasi, sehingga warna atau perubahan yang seharusnya ada endapan merah menjadi bening.
Pada tabung ketiga dilakukan uji dengan menambahkan pereaksi fehling A dan B sebanyak 2 tetes – 2 tetes. Kemudian dipanaskan lalu perubahan yang terjadi adalah larutan menjadi warna hitam kecoklatan. Hal ini terjadi dikarenakan pada saat pemanasan suhu air diatas 60˚C sehingga menyebabkan larutan menjadi berwarna hitam.
Pada tabung keempat dilakukan uji dengan menambahkan pereaksi tollens kedalam tabung sebanyak 5 tetes. Larutan tollens ini terdiri dari 5 tetes larutan perak nitrat (AgNO3) dan larutan salmiak (NH4OH) sebanyak 5 tetes. Kemudian dipanaskan dalam air panas dengan suhu 40˚C lalu diamati perubahan yang terjadi. Setelah ditambahkan pereaksi tollens, larutan berubah warna dari bening menjadi keruh. Kemudian setelah dipanaskan dengan suhu 40˚C, timbul sedikit endapan berwarna putih.
Endapan yang timbul pada reaksi ini merupakan hasil reaksi antara perak dan asetaldehida.
Pereaksi tollens yang bereaksi dengan asetaldehida atau jenis aldehida yang lain, akan
menghasilkan endapan cermin perak. Dengan adanya endapan cermin perak ini menunjukan reaksi
tidak akan menghasilkan cermin perak. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut CH3COH + 2Ag(NH3)2OH = CH3COONH4 + 2Ag(cermin perak) + 3NH3 + H2O
BAB 4 KESIMPULAN
1. Asetaldehida merupakan produk antara dalam proses pembuatan asam asetat 2. Asetaldehida merupakan senyawa golongan aldehida
3 Asetaldehida dapat disintesis dengan cara mengoksidasi alkohol primer dengan K2Cr2O7 sebagai oksidator dan H2SO4 sebagai katalis
4. Untuk mempercepat proses pembentukan asetaldehida, digunakan alat reflux
5. Untuk mendapatkan asetaldehida murni dari hasil reaksi yang telah dilakukan, digunakan alat destilasi
6. Untuk mengidentifikasi asetaldehida dapat digunakan larutan fehling dan pereaksi tollens
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Dewi lisna.Dkk.2021 modul praktikum Kimia organik.Bandung laboratorium kimia terpadu Universitas Al-Ghifari
Abdullahi, I., Davis, T. J., Yun, D. M., Herrera, J. E. (2014) Partialoxidation of ethanol to
acetaldehyde over surface-modifiedsingle-walled carbon nano-tubes,
Applied Catalyst, A
Kimia Dasar Konsep-konsep Inti
. Jakarta : Erlangga.Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997 Dasar-dasar Kimia Organik
.Jakarta: Bina Aksara.
Guan, Y., Hensem, J.M.E. (2013) Selective oxidation of ethanol toacetaldehyde by Au-Ir
catalyst,.