REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT
SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN
NAMA
:
NIM
:
KELAS
:
KELOMPOK
:
ASISTEN
:
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
2017
BAB VREAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN
TUJUAN :
Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida
Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab
1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !
Saponifikasi adalah suatu reaksi karena pencampuran atau hidrolisis lemak atau minyak dengan nama struktur trigliserida dengan larutan yang bersifat alkali atau basa. Produk yang dihasilkan dari pencampuran ini berupa sabun dan gliserin. Sabun adalah produk utamanya sedangkan gliserin merupakan produk sampingan dari sabun. Dalam pencampuran nya dengan lemak atau minyak, biasanya menggunakan larutan alkali jenis NaOH, KOH, dan NH4OH (Nigam, 2007).
2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur maupun sifatnya !
Sabun kalium (ROOCK) sering disebut sebagai sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian, dan juga perlengkapan rumah tangga. Sabun kalium ini terbentuk dari lemak dan KOH dengan struktur C17H35-C-K(O)-O (Kurniadi, 2008).
Sabun natrium (RCOONa) sering disebut dengan sebutan sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam, dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Sabun natrium ini terbentuk dari lemak dan NaOH (Kurniadi, 2008).
Detergen memiliki struktur molekul R-SO3-Na dengan R=CH3(CH2)16. Detergen
memiliki sifat seperti sabun yaitu sebagai daya pembersih, namun tidak terbuat dari lemak ataupun minyak. Selain itu detergen memiliki sifat surfaktan sebagai pengemulsi dan pembasah (Kurniadi, 2008).
3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Penambahan suatu basa pada lemak atau minyak sehingga dapat memecah molelul lemak menjadi gliserol dan sabun. Peran dari basa, misalnya KOH, dalam reaksi ini adalah untuk substitusi gugus fungsi pada ester dengan gugus -OH sari basa yang membentuk molekul gliserol sehingga ion K+ dapat berikatan dengan gugus fungsi pada ester yang
membentuk sabun kalium. Untuk pengujian sifat sabun untuk membedakan antara sabun natrium dan kalium biasanya digunakan akuades, karena sabun kalium lebih mudah larut dalam air daripada sabun natrium. Sedangkan untuk membedakan antara sabun dengan detergen dapat digunakan beberapa larutan seperti CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, dan FeCl2
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan air sadah?
Air Sadah adalah air yang mengalami reaksi kimia, umumnya bereaksi asam. Air sadah merupakan air yang mengandung kation-kation alkali tanah seperti Mg2+, Ca2+, Sr2+.
Kesadahan juga disebabkan kation-kation bermuatan 2+ misalnya Fe2+ dan Mn2+. Air yang
B. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian dan Prinsip Saponifikasi beserta Reaksinya
Saponifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika lemak atau minyak dicampur dengan larutan alkali dimana akan terbentuk dua produk yaitu sabun dan gliserin. Reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Prinsip dasar dari proses saponifikasi adalah proses terhidrolisisnya lemak atau minyak oleh larutan basa kuat sehingga menghasilkan gliserol dan sabun. Reaksi dari proses saponifikasi yaitu (Noverry, 2012).
b. Sabun Kalium dan Sabun Natrium
Sabun kalium (ROOCK) merupakan senyawa yang terbuat dari lemak dan KOH dengan struktur C17H35-C-K(O)-O. Senyawa ini lunak, berwujud cair dan
umumnya digunakan untuk sabun mandi (). Sementara itu, sabun natrium (RCOONa) merupakan senyawa yang terbuat dari lemak dan NaOH dengan struktur C17H35
-C-K(O)-O. Senyawa ini keras, berwujud padatan dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci (Stocker, 2015).
c. Perbedaan Sabun dan Detergen
Sabun merupakan garam logam alkali dari asam-asam lemak. Secara umum dibuat dengan mencampur alkali (basa) dengan asam (minyak, asam lemak, dan lain-lain). Merupakan pembersih ringan dan bereaksi dengan air sadah (Mufida, 2014).
Detergen merupakan campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih seperti sabun. Pembersih keras dan tidak bereaksi dengan air sadah (Riswiyanto, 2012).
Lemak
Lemak merupakan triester dari gliserol dan asam-asam karboksilat rantai panjang trigliserida), padat pada suhu kamar, mengandung asam lemak jenuh, dan banyak terdapat pada hewan, serta tidak larut dalam air (Sunarya, 2007).
Minyak
Minyak merupakan bagian dari senyawa lipid dan termasuk ester dari gliserol. Bersifat nonpolar karena tidak larut dalam air. Pada proses pembuatan sabun, minyak direaksikan dengan senyawa alkali yang berupa NaOH ataupun KOH (Goldberg, 2008).
Kalium Hidroksida (KOH)
Merupakan salah satu jenis basa kuat, berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air. Penambahan terlalu sedikit pada sabun menyebabkan sifat emulsi kurang sempurna, sedangkan terlalu banyak dapat mengiritasi kulit (Goldberg, 2008).
Aseton
Aseton merupakan senyawa keton dengan nama lain propanon atau juga dimetil keton. Karakteristiknya yaitu berupa senyawa yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Pengguanaanya digunakan sebagai penghapus cat kuku (Goldberg, 2008).
NaCl
NaCl atau natrium klorida (garam dapur) merupakan senyawa ionik berwujud padat, tidak berbau, serta dapat larut dalam gliserol, etilen glikol, dan asam formiat, tetapi tidak larut dalam HCl (Stocker, 2015).
Aquades
Aquades merupakan merupakan air murni yang tidak mengandung mineral-mineral dan hasil dari distilasi air. Fungsi umumnya digunakan sebagai pelarut dan pembersih alat-alat laboratorium (Goldberg, 2008).
CaCl2 0,1%
CaCl2 atau kalsium klorida merupakan senyawa ionik yang bersifat
padat pada suhu kamar. Senyawa ini tidak berbau, tidak berwarna, dan juga tidak beracun (Sinaga, 2014).
MgCl2 0,1%
MgCl2 adalah senyawa yang bersifat basa san lebih mudah larut daripada kalsium sehingga jarang mengalami presipitasi, serta dapat pula digunakan sebagai indikator penentu sifat sabun atau detergen (Sinaga, 2014).
FeCl2 0,1%
Detergen
Garam natrium dari alkil hidrogen sulfat yang memiliki sifat surfaktan atau memiliki sisi hidrofilik dan hidrofobik. Detergen dapat digunakan dalam air sadah dan daya cuci lebih tinggi dari sabun (Singh, 2014).
Air kran
C.
Diagram Alir
1. PEMBUATAN SABUN KALIUM
Diambil sebanyak 30 tetes
Diambil hasil tetesan
(Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak) Ditempatkan dalam gelas beker 100ml
Dipanaskan dalam gelas beker 500 ml berisi air mendidih
Dipanaskan hingga mendidih
Dipanaskan lagi selama 3 menit
Dilakukan uji penyabunan
Diletakkan beberapa tetes hasil reaksi ke dalam air
Saponifikasi tidak sempurna
Dipanaskan kembali
Saponifikasi sempurna
Dipanaskan hingga alkohol menguap sempurna
Ditandai cairannya kental, liat jangan gosong
Sabun Kalium (A) Diaduk konstan Sampel minyak atau lemak
2 ml larutan etanol
B
Dibuat untuk sabun natriumC
Diuji 10 ml KOH dalam etanol 96%2 ml larutan Etanol
2. PEMBUATAN SABUN NATRIUM
3. PENGUJIAN SIFAT SABUN DAN DETERGEN
A. Pengujian kemampuan menghilangkan minyak atau lemak menggunakan sabun
-
Sabun KaliumDiaduk dengan kuat
Padatan
Dipisahkan padatan dengan kertas saring
Diteteskan 2 tetes minyak atau lemak pada gelas arloji Ditekan padatan sabun Natrium
Digoyangkan pada gelas arloji
Diamati minyak atau lemak hilang atau tidak Separuh sampel A
(Larutan B)
Ditambahkan 15 ml NaCl jenuh
Hasil
Minyak atau lemak
Hasil
Sabun natrium
Minyak atau lemak
Diteteskan 2 tetes minyak atau lemak pada gelas arloji
Digoyangkan pada gelas arloji
Diamati minyak atau lemak hilang
Hasil
Larutan Detergen
Pembuatan larutan detergen
Detergen
Ditimbang 0,5 gram
Dilarutkan
Larutan detergen (C)
Detergen
Minyak atau lemak
dioleskan minyak atau lemak pada gelas arloji
Digoyangkan pada gelas arloji
Diamati minyak atau lemak hilang
Hasil
C. Pengujian sifat kesadahan sabun dan detergen
1 ml sabun natrium (B)
Akuades 10 ml
- Pengujian sifat sabun kalium
- Pengujian sifat sabun Natrium
Diambil 4 tabung reaksi
Diisi 1 ml sabun kalium (A) setiap tabung reaksi
Diaduk tiap tabung reaksi
Diamati endapan yang terjadi tiap tabung reaksi
Diambil 4 tabung reaksi
Diisi 1 ml sabun natrium (B) setiap tabung reaksi
Diaduk tiap tabung reaksi
Diamati endapan yang terjadi tiap tabung reaksi Sabun Kalium (A)
Masing-masing tiap tabung diisi 1 ml CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,
FeCl2 0,1%, dan Air Kran
Hasil
Sabun Natrium (B)
Masing-masing tiap tabung diisi 1 ml CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,
FeCl2 0,1%, dan Air Kran
- Pengujian Detergen
Diambil 4 tabung reaksi
Diisi 1 ml larutan detergen setiap tabung reaksi
Diaduk tiap tabung reaksi
Diamati endapan yang terjadi tiap tabung reaksi
Masing-masing tiap tabung diisi 1 ml CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,
FeCl2 0,1%, dan Air Kran
Jenis
Jenis sampel Ditambah lemak / minyak
Kelarutan Warna
1 mL sabun Air kran Keruh, ada gumpalan
Untuk membuat sabun kalium, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang akan digunakan dalam pembuatan sabun kalium adalah gelas beaker 100 mL, pipet ukur 1ml dan10 mL, bulb, gelas beaker 500 mL, kompor listrik, penjepit kayu, gelas ukur, pengaduk kaca, label dan pipet tetes. Gelas beaker 100ml digunakan sebagai wadah, pipet ukut 10ml dan 1 ml digunakan untuk mengambil larutan yang membutuhkan yang menggunakan skala akurat, bulb sebagai alat bantu pipet ukur untuk menyedot larutan, gelas beaker 500ml digunakan untuk wadah merebus air, kompor listrik digunakan untuk pemanasan, penjepit kayu digunakan untuk alat bantu memegang saat pemanasan, gelas ukur digunakan untuk pengambilan aquades, pengaduk kaca digunakan untuk mengaduk larutan, pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan tanpa adanya skala (tidak akurat), label digunakan untuk melabeli sampel supaya tidak tertukar.
Sementara bahan-bahan yang diperlukan adalah minyak, larutan
KOH 10% dalam etanol 96%, etanol, dan aquades. KOH digunakan
sebagai bahan dasar hidrolisis untuk membentuk sabun kalium. Etanol digunakan untuk melarutkan lemak. Minyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun yang akan direaksikan dengan basa alkali serta sebagai bahan untuk menguji kemampuan sampel dalam menyerap lemak. Aquades digunakan sebagai pelarut dan uji kelarutan2. Pembuatan Sabun Natrium
Untuk membuat sabun natrium, alat yang diperlukan adalah pipet ukur, bulb, pengaduk kaca, kertas saring, dan corong kaca, beaker glass 100ml. Pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan dengan skala akurat, bulb sebagai alat bantu pipet ukur untuk menyedot larutan, pengaduk kaca digunakan untuk mengaduk sampel supaya tercampur, kertas saring digunakan untuk menyaring larutan sampel, corong kaca digunakan untuk membantu penyaringan.
Sementara bahan yang diperlukan adalah sabun kalium cair dan larutan NaCl. Langkah pertama yang dilakukan adalah menambahkan 15 mL larutan NaCl ke dalam sabun kalium cair. Larutan sabun kalium digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun pada percobaan ini. NaCl digunakan sebagai senyawa yang akan bereaksi dengan KOH yang dapat memisahkan antara sabun dengan gliserol dan membentuk sabun natrium.
Pertama-tama NaCl diambil menggunakan pipet ukur dan bulb. Tujuan dari penambahan NaCl jenuh ke dalam sabun kalium adalah untuk memisahkan antara sabun dengan gliserol serta untuk membentuk sabun natrium itu sendiri. Setelah NaCl ditambahkan, aduk dengan menggunakan pengaduk kaca hingga tercampur dan terbentuk padatan berwarna putih. Kemudian pisahkan padatan tersebut dengan menggunakan corong kaca dan kertas saring. Tujuannya untuk memisahkan antara sabun natrium dengan gliserol yang terbentuk. Padatan yang tersaring merupakan sabun natrium.Sebelum kertas saring digunakan, lipat terlebih dahulu hingga membentuk kerucut dan tempatkan kertas saring diatas corong kaca. Padatan yang dihasilkan adalah sabun natrium yang akan digunakan pada pengujian selanjutnya.
3. Pembuatan Larutan Detergen
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan
detergen adalah neraca digital, gelas beaker 100 mL, spatula,
pengaduk kaca, gelas ukur, gelas arloji, bubuk detergen, dan aquades.
Spatula digunakan untuk mengambil deterjen, beaker glass 100 ml
digunakan sebagai wadah larutan deterjen, pengaduk kaca digunakan
untuk mengaduk larutan deterjen, gelas arloji digunakan untuk wadah
deterjen saat akan ditimbang di neraca digital, gelas ukur digunakan
sebagai wadah aquades.
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah bubuk detergen dan aquades. Detergen bubuk digunakan sebagai bahan utama pembuatan larutan. Aquades digunakan sebagai pelarut.
4. Pengujian Kemampuan Menghilangkan Minyak atau Lemak
Untuk melakukan pengujian kemampuan menghilangkan minyak
atau lemak, dibutuhkan alat seperti gelas arloji, pipet tetes, gelas
beaker 100 mL, dan label. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam
pengujian ini adalah sabun kalium, sabun natrium, larutan detergen,
minyak dan aquades. Gelas arloji digunakan sebagai wadah sampel saat
akan diuji. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel dan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam ukuran tetesan).Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sabun kalium, sabun natrium, detergen dan minyak. Sabun kalium, sabun natrium, dan detergen digunakan sebagai sampel yang akan diuji kemampuan menghilangkan minyaknya. Minyak digunakan sebagai penguji sampel.
Setelah semua alat dan bahan disiapkan, langkah pertama adalah melarutkan sabun natrium yang berbentuk padatan dengan aquades menggunakan gelas beaker 100 mL, kemudian aduk menggunakan pengaduk kaca sampai padatan sabun natrium terlihat larut. Langkah selanjutnya adalah melabeli cawan petri yang akan digunakan untuk menguji sabun kalium dan sabun natrium, sedangkan gelas arloji digunakan untuk menguji larutan detergen. Pelabelan pada cawan petri berfungsi untuk menandai cawan petri agar data pengamatan tidak tertukar. Langkah selanjutnya adalah meneteskan minyak sebanyak 2 tetes menggunakan pipet tetes ke kedua cawan petri dan gelas arloji. Selanjutnya, teteskan masing-masing 1 mL (20 tetes) larutan sabun kalium, sabun natrium, dan detergen ke masing-masing cawan petri dan gelas arloji. Goyangkan perlahan cawan petri dan gelas arloji agas minyak dan sampel sabun atau detergen bersatu merata, kemudian amati pada sabun apakah yang paling sedikit terlihat minyaknya, dan catat hasil pengamatannya.
5. Pengujian Sifat Kesadahan Sabun dan Detergen
Untuk menguji sifat kesadahan sabun dan detergen, alat dan bahan
yang digunakan adalah 12 tabung reaksi dan rak, pipet tetes, label,
CaCl
2, MgCl
2, FeCl
2, air kran, larutan sabun kalium, sabun natrium, dan
sabun detergen. Tabung reaksi digunakan sebagai wadah sampel yang akan
diuji. Rak tabung reaksi digunakan sebagai wadah untuk meletakkan tabung reaksi agar lebih tertata. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel dan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam ukuran tetesan). Label digunakan untuk pelabelan supaya tidak tertukar..Bahan-bahan seperti Sabun kalium, sabun natrium, dan detergen digunakan sebagai sampel yang akan diuji sifat kesadahannya. Larutan MgCl2
kran. 4 tabung reaksi selanjutnya digunakan untuk sampel sabun natrium dengan CaCl2 , MgCl2 , FeCl2 , dan air kran. Sedangkan 4 tabung reaksi lainnya
digunakan untuk sampel detergen dengan CaCl2 , MgCl2 , FeCl2 , dan air kran.
Selanjutnya, masukkan masing-masing 1 mL (20 tetes) sampel CaCl2 , MgCl2 ,
FeCl2 , dan air kran ke dalam masing-masing tabung reaksi sesuai dengan
gram (30 tetes) dan larutan KOH sebanyak 10 mL dihasilkan warna bening dengan tekstur cair. Saat sampel sabun kalium diteteskan ke dalam air, tidak terlihat adanya lemak di dalam air berarti bisa dikatakan berhasil sesuai dengan literatur bahwa sabun kalium yang baik dan benar serta lolos uji adalah ketika direaksikan dengan minyak tidak membentuk suatu globular-globular atau bisa dikatakan terlarut tepat jenuh (Waltz, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa proses saponifikasi berlangsung sempurna. Pada saat setelah dipanaskan sabun kalium memiliki tekstur padat dan berwarna putih kekuningan. Kemudian, saat sampel ditambahkan aquades dan dihomogenkan dengan cara diaduk, terbentuk larutan sabun kalium yang cair, berwarna kuning bening, dan sedikit berbusa. Hasil percobaan pada pembuatan sabun kalium ini telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hasil saponifikasi yang sempurna tidak menghasilkan lemak di dalam air karena ester lemak yang terdapat dalam minyak diikat oleh kalium. Tekstur sabun kalium yang dihasilkan juga telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sabun kalium adalah sabun yang biasanya digunakan untuk mandi, memiliki tekstur yang lunak/cair sehingga sabun kalium ini sering disebut sebagai sabun lunak (Brady, 2007).
2. Pembuatan Sabun Natrium
Dalam pembuatan sabun natrium digunakan bahan berupa larutan sabun kalium dan 15 mL larutan NaCl, kemudian diaduk dan terbentuk padatan berwarna putih dan terdapat gumpalan pada saat diaduk dengan kuat gumpalannya semakin banyak. Larutan dan padatan kemudian dipisahkan dengan menggunakan kertas saring. Hasil yang disaring merupakan padatan sabun natrium sedangkan cairannya disebut gliserol. Gliserol tidak mengalami pengendapan karena memiliki kadar kelarutan yang sangat tinggi. Padatan tersebut merupakan sabun natrium yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa sabun natrium memiliki wujud padat, berwarna putih, dan sering disebut dengan sabun keras (Brady, 2007).
3. Pengujian Menghilangkan Minyak atau Lemak
mengemulsi secara sempurna itulah, detergen memiliki kemampuan membersihkan yang lebih baik dari sabun (Chan, 2008). Kesalahan pada percobaan ini mungkin dikarenakan rendahnya kadar surfaktan yang terdapat dalam merk detergen yang digunakan selain itu juga bisa dikarenakan pengambilan deterjen yang terlalu sedikit (Kornberg, 2014).
Sedangkan pada sabun, berdasarkan data hasil pengamatan, terlihat kemampuan melarutkan atau mengemulsi lemaknya tinggi. Hal ini juga tidak sesuai dengan literatur. Sabun tidak memiliki zat sejenis surfaktan yang memiliki kemampuan mengemulsi lemak dengan baik melalui mekanisme pengelilingan minyak secara merata dengan ujung gugus non polarnya sehingga kemampuan mengangkat lemak dan melarutkan atau mengemulsi lemaknya juga kurang baik (Iman, 2011). Kesalahan pada praktikum bisa dikarenakan pengambilan minyak yang terlalu sedikit sehingga terjadi equilibriuman antara minyak dan sabun 4. Pengujian Sifat Kesadahan Sabun dan Detergen
Pengujian sabun kalium terhadap sampel CaCl2 menghasilkan warna yang
keruh, tidak ada endapan, dan tidak ada lapisan. Setelah sampel diaduk warna tetap keruh dan tidak ada endapan. Pada sampel MgCl2 menghasilkan warna
ungu. Setelah diaduk, warna tetap ungu . Pada sampel FeCl2 menghasilkan warna
oranye bening, Setelah diaduk, terdapat endapan dan berwarna sama. Pada sampel air kran menghasilkan warna bening keruh, tanpa pisan dan tidak ada endapan. Setelah diaduk, sampel tidak mengalami perubahan. Pengujian selanjutnya menggunakan sabun natrium. Pada sampel CaCl2 menghasilkan
warna keruh dan terdapat gumpalan. Setelah diaduk, tidak terbentuk busa dan tetap ada endapan. Pada sampel MgCl2 menghasilkan warna keruh, terdapat
gumpalan. Setelah diaduk, warnanya sama terdapat gumpalan sabun. Pada sampel FeCl2 menghasilkan warna kuning keruh, ada endapan. Setelah sampel
diaduk, tidak ada busa yang terbentuk dan tetap terdapat endapan. Pada sampel air kran menghasilkan warna yang keruh, tidak lapisan, dan terdapat endapan. Setelah diaduk, sampel tetap tidak berbusa dan tetap ada endapan. Pengujian terakhir dilakukan menggunakan detergen. Pada sampel CaCl2 menghasilkan
warna bening, dan tanpa endapan atau lapisan. Setelah diaduk, warna sama tanpa adanya endapan. Pada sampel MgCl2 menghasilkan warna bening dan
tanpa endapan atau lapisan. Setelah diaduk, sampel berwarna bening tanpa endapan. Pada sampel FeCl2 menghasilkan warna kuning bening. Setelah diaduk,
kation bivalen pada air sadah dan mengganggu kerjanya. Gugus utama yang dimiliki detergen adalah alkil sulfonat, bukan asam karboksilat (Sastrohamidjojo, 2007). Sehingga dapat dikatakan detergen dapat bekerja dengan baik di air sadah yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan.
Sedangkan pada sabun natrium dan sabun kalium yang mewakili sampel sabun, hasil yang didapat adalah terbentuknya endapan. Pada sabun natrium, endapan terbentuk ketika dicampurkan dengan 1 ml larutan CaCl2 1 %, FeCl2 1%
dan air kran, sedangkan pada sabun kalium endapan terjadi sewaktu sampel dicampurkan dengan 1 ml larutan FeCl2 1 %. Hal ini juga sudah sesuai dengan
literatur. Sabun memiliki gugus anion karboksilat. Gugus anion karboksilat ini kemudian akan bereaksi dengan gugus kation bivalen, seperti Fe2+, Mg2+ maupun
Ca2+ yang banyak terdapat pada air sadah. Reaksi ini akan membentuk endapan
sehingga mengganggu kinerja sabun untuk bekerja dengan maksimal (Rahmadhani, 2011). Adanya anion karboksilat ini menyebabkan kerja sabun dalam air sadah kurang baik, yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan.
Larutan KOH yang ditambahkan pada proses saponifikasi berfungsi sebagai basa/alkali kuat yang akan menghidrolisis ester lemak dan menghasilkan sabun kalium dan gliserol. Pada umumnya hanya menggunakan basa kuat seperti KOH atau NaOH, namun dapat juga menggunakan NH4OH (Prawira, 2010).
2. Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini!
Fungsi NaCl dalam percobaan ini adalah sebagai basa alkali yang menjadi bahan dasar pembuatan sabun natrium. Natrium dalam NaCl akan mensubstitusikan kalium yang berada dalam sabun kalium. NaCl juga berfungsi sebagai berfungsi sebagai pemecah minyak dan memisahkan sabun dari produk sampingan, yaitu gliserol (Prawira, 2010). 3. Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa
detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun? Sabun dan detergen, keduanya memiliki kemampuan mengemulsi air dengan lemak atau kotoran yang akan dibersihkan. Molekul sabun dan detergen tersusun dari rantai hidrokarbon yang memiliki dua bagian, bagian kepala bersifat hidrofili (polar), sedangkan bagian ekornya bersifat hidrofobik (non polar). Bagian yang bersifat nonpolar akan mengelilingi lemak/kotoran, sementara bagian ujung lainnya yang bersifat polar akan akan larut dalam air. Detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran daripada sabun karena di dalam detergen terdapat senyawa petrokimia, yaitu surfaktan. Surfaktan tersebut mampu menurunkan tegangan permukaan air sehingga mudah membasahi dan menarik kotoran pada benda ke dalam air sehingga jika dibandingkan dengan sabun, detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran (Kornberg, 2014).
sabun menyebabkan adanya perbedaan karakteristik dari sabun itu sendiri.
Prinsip dari proses saponifikasi adalah reaksi hidrolisis trigliserida menggunakan basa alkali seperti NaOH atau KOH yang menghasilkan gliserin atau gliserol dan sabun. Proses ini digunakan untuk menghasilkan sabun yang dibuat dari lemak nabati/hewani.
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida serta untuk mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen.
Pada uji kemampuan sabun dan deterjen dalam menghilangkan lemak terbaik adalah sabun natrium. Tetapi hal tersebut tidak sesuai literatur yang seharusnya kemampuan penghilang lemak terbaik adalah deterjen. Kesalahan tersebut dikarenakan karena human error ataupun kadar kelarutan deterjennya sangat rendah
Pada pengujian sifat kesadahan sabun dan deterjen dicampurkan MgCl2 0,1%, FeCl2
0,1%, CaCl2 0,1%, dan air kran ke dalam masing-masing sampel. Pada sabun natrium tidak
Kent, J. 2013. Handbook of Industrial Chemistry and Biotechnology. London: Springer Science & Business Media
Kurniadi, Bambang. 2008. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius
Mufida, Naufa. 2014. Sabun dan Detergen Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Nigam, William. 2007. Chemistry: Principles and Reaction. Washington DC: ASM International
Noverry, Frank. 2012. Lipid Technologies and Applications. New York: Marcel Dekker Inc Riswiyanto. 2012. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Sinaga, Y. 2014. Pemanfaatan Minyak Jelantah dalam Pembuatan Sabun Padat Transparan Melalui Proses Saponifikasi KOH dengan Penambahan Essence Kulit Jeruk Nipis. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Singh, Lakhmir. 2014. CHEMISTRY. New Delhi: S. Chand & Company
Stocker, Dominic. 2015. Chemical and Functional Properties of Food Lipids. Berlin: CRC Press
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Brady, Tracy. 2007. Introduction to Chemistry. New York: CK-12 Fondation
Chan, A. 2008. Synthesis of Lipophilic Carboxyl Acid Salts by Saponification and Double Decomposition Reaction. Paris: Laboratoire de Chimie Agro – Industrielle
Eka, Suciati. 2012. Saponifikasi. Jakarta: Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Iman, Satyawibawa. 2011. Minyak Nabati dan Hewani. Jakarta: Ganesha Exacta
Kornberg, G. 2014. Practical Clinical Biochemistry: Methods and Interpretationsi. New Delhi: Rajmakal Electric Press
Prawira, Indianto. 2010. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rahmadhani, Fitria. 2011. Reaksi Saponifikasi dan Pengujian Sifat Surfaktan Sabun dan Detergen. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Sastrohamidjojo, H. 2007. Kimia Organik (Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, & Protein). Yogyakarta: Gadjah Mada Uniersity Press
Sabun natrium dengan air sadah Sabun kalium dengan air sadah