• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN Sejarah Kementerian Perindustrian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN Sejarah Kementerian Perindustrian"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

3.1 Riwayat Permasalahan

3.1.1 Sejarah Kementerian Perindustrian

Sejak terbentuknya Kabinet Republik Indonesia I dengan sistem presidensiil tanggal 19 Agustus 1945, maka wewenang dan tanggung jawab sektor industri dan perdagangan berada di bawah Kementerian Kemakmuran yang dipimpin oleh Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo hingga berakhirnya tugas kabinet ini tanggal 14 November 1945. Dalam Kabinet Sjahrir I, dengan sistem pemerintahan parlementer, Kementerian Kemakmuran dipimpin oleh Ir. Darmawan Mangoenkoesoemo, yang selanjutnya menjabat Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada Kabinet Sjahrir II dari tanggal 12 Maret 1946 sampai dengan 2 Oktober 1946. Selanjutnya, dalam Kabinet Sjahrir III, wewenang dan pembinaan sektor industri dan perdagangan kembali pada Kementerian Kemakmuran yang dipimpin oleh Dr. A.K. Gani, dibantu Menteri Muda Kemakmuran, Mr. Joesoef Wibisono. Dalam serah terima dari Kebinet Sjahrir III kepada Kabinet Amir Sjarifoedin I tanggal 3 Juli 1947, pembinaan sektor industri dan perdagangan masih tetap di bawah Kementerian Kemakmuran yang dipimpin oleh Dr. A.K.Gani dibantu oleh dua orang Menteri Muda yaitu I.J. Kasimo dan Dr. A. Tjokronegoro sampai berakhirnya Kabinet Sjarifoedin II pada tanggal 29 Januari 1948.

(2)

Pada Kabinet Hatta I yang ditandai adanya perubahan dari sistem parlementer menjadi presidensiil, Kementerian Kemakmuran dipimpin oleh Sjafroeddin Prawiranegara dan berakhir tanggal 4 Agustus 1949. Usai masa kabinet itu (tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 13 Juli 1949), sektor industri dan perdagangan dipercayakan kepada Ir. Indratjaja.

Dalam Kabinet Hatta II tanggal 4 Agustus sampai dengan 20 Desember 1949, Ir. Indratjaja digantikan oleh I.J. Kasimo sampai berakhirnya Kabinet RIS dengan sistem parlementer, yaitu sejak tanggal 20 Desember 1949 sampai tanggal 21 Januari 1950, yang merupakan kabinet peralihan RI Yogyakarta. Selanjutnya dalam Kabinet Halim (RI Yogyakarta) dari tanggal 21 Januari sampai dengan 6 September 1950, sektor industri dan perdagangan menjadi satu dalam Kementerian Perdagangan dan Perindustrian yang dipimpin oleh Mr. Tandiono Manoe.

Kembali pada Kabinet Hatta dengan sistem parlementer, dari tanggal 20 Desember 1949 sampai dengan tanggal 6 September 1950, sektor industri dan perdagangan masuk dalam wewenang dan tanggung jawab Kementerian Kemakmuran yang dipimpin oleh Ir. Djoeanda.

Pada masa Kabinet Natsir dari tanggal 6 September 1950 sampai dengan 27 April 1951, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian dipercayakan kepada Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo. Karena adanya perubahan dalam Kabinet tersebut maka Menteri Perdagangan dan Perindustrian diserahkan kepada Mr. Soejono Hadinoto.

(3)

Pada masa Kabinet Wilopo, sejak tanggal 3 April 1952, sektor industri dan perdagangan menjadi tanggung jawab Kementerian Perekonomian yang dipimpin oleh Mr. Soemanang. Kemudian Mr. Soemanang digantikan oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo sampai tanggal 12 Agustus 1955. Masa Kementerian Perekonomian berlangsung selama 5 tahun, yaitu sampai Kabinet Ali Sastroamidjojo II yang berakhir pada tanggal 9 April 1957.

Dalam Kabinet Boerhanuddin Harahap yang berakhir pada tanggal 24 Maret 1956, Menteri Perekonomian dijabat oleh I.J. Kasimo. Sementraa dalam Kabinet Ali-Roem-Idham, Menteri Perekonomian dijabat oleh Mr. Boerhanuddin yang dibantu Menteri Muda Perekonomian, F.F. Oembas.

Ketika terbentuk Kabinet Karya yang dipimpin oleh Ir. Djoeanda, sektor industri dan perdagangan dipisahkan pada kementerian tersendiri; yaitu sektor perdagangan masuk dalam Kementerian Perdagangan yang dipimpin oleh Prof. Soemardjo, sebagai Menteri Perdagangan dijabat oleh Drs. Rachmat Muljomiseno, sektor industri dibina oleh Menteri Perindustrian yang dijabat oleh Ir. F.J. Inkiriwang, berakhir pada tanggal 22 Juli 1959.

Dalam Kabinet Kerja dengan sistem presidensiil sampai tanggal 18 Februari 1960, Menteri Muda Perindustrian Rakyat dijabat oleh Dr. Soeharto dan Menteri Muda Perindustrian Dasar dan Pembangunan dijabat oleh Chairoel Saleh sementara Menteri Muda Perdagangan dijabat oleh Mr. Arifin Harahap. Dalam periode itu Chairoel Saleh juga ditunjuk

(4)

sebagai Menteri Pembangunan dan Dr. J. Leimena sebagai Menteri Distribusi.

Ketika diberlakukannya program Pembangunan Nasional Semesta Berencana yang dimulai tahun 1961, pembinaan industri ditangani oleh

dua departemen, yaitu Departemen Perindustrian Dasar dan

Pertambangan (Deperdatam) dan Departemen Perindustrian Rakyat (Depperindra). Meskipun antara tahun 1961 sampai dengan Agustus 1964 telah terjadi pergantian kabinet sebanyak 2 (dua) kali, namun Deperdatam dan Depperindra tidak mengalami perubahan. Perubahan organisasi baru terjadi pada periode konfrontasi dengan Negara Federasi Malaysia.

Dalam Kabinet Kerja II, Chairoel Saleh ditetapkan sebagai Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan, sedangkan Dr. Soeharto dan Mr. Arifin Harahap masing-masing sebagai Menteri Perindustrian Rakyat dan Menteri Perdagangan sampai perubahan kabinet tanggal 6 Maret 1962. Dalam Kabinet Kerja IV yang berakhir pada tanggal 27 Agustus 1964, Menteri Perindustrian dan Pertambangan masing-masing dipegang oleh Chairoel Saleh, Mayjend Dr. Aziz Saleh selaku Menteri Perindustrian Rakyat, sementara Menteri Perdagangan digantikan oleh Adam Malik.

Kabinet Dwikora

Dalam Kabinet Dwikora yang dipimpin oleh Perdana Menteri, dibantu oleh sebuah Presidium, terdiri dari tiga Wakil Perdana Menteri (Waperdam). Kabinet yang tersusun atas lima belas Kompartemen

(5)

tersebut masing-masing membawahi beberapa Kementerian. Pada saat itu, Kementerian Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan (Deperdatam) dipecah menjadi tiga Kementerian yang berada di bawah naungan Kompartemen Pembangunan, terdiri dari Kementerian Perindustrian Dasar, Kementerian Pertambangan dan Kementerian Minyak dan Gas Bumi. Departemen Perindustrian Rakyat (Depperindra) dipecah menjadi empat Kementerian yang berada di bawah

Kompartemen Perindustrian Rakyat terdiri dari Kementerian

Perindustrian Tekstil, Perindustrian Ringan, Perindustrian Kerajinan dan Perindustrian Rakyat serta Urusan Berdikari. Sementara, Departemen Perdagangan dan Departemen Koperasi berada di bawah naungan Kementerian Perdagangan.

Pada masa Kabinet Dwikora periode 27 Agustus 1964 sampai dengan 22 Februari 1966, jabatan Menteri Perindustrian Dasar dipercayakan pada Hadi Thayeb, Menteri Perindustrian Pertambangan dijabat oleh Armunanto, Menteri Perindustrian Tekstil dipimpin oleh Brigjen Ashari Danoedirdjo, Menteri Perindustrian Ringan dipimpin oleh Brigjen M. Yoesoef, Menteri Perindustrian Kerajinan dipimpin oleh Mayjen Dr. Aziz Saleh, Menteri Perdagangan Dalam Negeri oleh Brigjen Achmad Joesoef dan Menteri Perindustrian Maritim dijabat oelh Mardanoes. Sewaktu Kabinet Dwikora disempuranakan, maka sebagai Menteri Perindustrian Dasar ditetapkan Brigjen M. Joesoef, Menteri Perindustrian Rakyat ditetapkan Mayjen Dr. Aziz Saleh, Menteri Perindustrian Tekstil Brigjen Ashari Danoedirdjo, Menteri Perindustrian

(6)

Kerajinan Hadi Thajeb, Menteri Perindustrian Ringan Laksda (U) Soeharnoko Harbani dan Menteri Perdagangan tetap dipegang oleh Brigjen Achmad Joesoef. Menteri Perindustrian Maritim masih dijabat oleh Mardanus sampai kabinet ini berakhir tanggal 28 Maret 1966.

Selanjutnya, berlangsung Kabinet Dwikora dan Brigjen M. Joesoef ditetapkan sebagai Menteri Perindustrian Dasar dan Ringan, Ir. Sjafiun sebagai Menteri Perindustrian Tekstil, brigjen Ashari Danudirdjo diangkat sebagai Menteri Perdagangan, Kom (U) J. Salatoen sebagai Menteri Perindustrian Penerbangan dan Mardanus tetap sebagai Menteri Perindustrian Maritim sampai berakhirnya Kabinet Dwikora tanggal 25 Juli 1966.

Di era Orde Baru dengan terbentuknya Kabinet Ampera sampai 17 Oktober 1967 Mayjen M. Joesoef ditetapkan sebagai Menteri Perindustrian Dasar, Ringan dan Tenaga, Menteri Perindustrian Tekstil dan Kerajinan Rakyat, Ir. H. M. Sanusi dan Menteri Perdagangan dijabat oleh Mayjen Ashari Danoedirdjo, Ir. H. M. Sanusi tetap sebagai Menteri Perindustrian Tekstil dan Kerajinan Rakyat dan Mayjen M. Joesoef sebagai Menteri Perdagangan, yang berakhir pada tanggal 6 Juni 1968.

Kabinet Pembangunan

Dalam Kabinet Pembangunan I dengan sistem presidensiil yang terbentuk sejak tanggal 6 Juni 1968 sampai dengan 28 Maret 1973, Letjen M. Joesoef sebagai Menteri Perindustrian sampai berakhirnya Kabinet

(7)

Pembangunan II dan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai Menteri Perdagangan, kemudian digantikan oleh Drs. Radioes Prawiro.

Dalam Kabinet Pembangunan III, tanggal 29 Maret 1978 sampai dengan 19 Maret 1983, Ir. A.R. Soehoed sebagai Menteri Perindustrian, Drs. Radioes Prawiro sebagai dan Menteri Perdagangan dan Koperasi, Bustanil Arifin SH ditunjuk sebagai Menteri Muda Urusan Koperasi. Selanjutnya sejak tanggal 29 Maret 1983 sampai dengan 19 Maret 1988, Rachmat Saleh, SE ditunjuk sebagai Menteri Perdagangan, sementara Bustanil Arifin, SH sebagai Menteri Koperasi.

Dalam Kabinet Pembangunan IV, sebagai Menteri Perindustrian adalah Ir. Hartarto sampai berakhirnya Kabinet Pembangunan V tanggal 19 Maret 1993. Menteri Muda Perindustrian dijabat oleh Ir. T. Ariwibowo, Menteri Perdagangan dijabat oleh Dr. Arifin Siregar dan sebagai Menteri Muda Perdagangan dijabat oleh Dr. Soedradjat Djiwandono.

Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai dengan 19 Maret 1998, Ir. T. Ariwibowo ditetapkan sebagai Menteri Perindustrian dan sebagai Menteri Perdagangan ditunjuk Prof. Dr. Satrio Budihardjo Joedono yang berakhir sampai tanggal 6 Desember 1995, sebagai awal digabungnya Departemen Perindustrian dan

Departemen Perdagangan. Sebagai Menteri Perindustrian dan

Perdagangan diangkatlah Ir. T. Ariwibowo.

Pada tangal 16 Maret 1998, menggantikan Ir. T. Ariwibowo diangkat Mohammad Hasan sebagai Menteri Perindustrian dan

(8)

Perdagangan. Dua bulan berselang dengan terjadinya gerakan reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI mengalami perubahan. Pada tanggal 21 Mei 1998, Mohammad Hasan digantikan oleh Prof. Dr. Ir. Rahardi Ramelan, M.Sc.

Selanjutnya dalam Kabinet Reformasi Pembangunan di bawah kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, tanggal 26 Oktober 1999 ditetapkan Drs. Jusuf Kalla menggantikan Prof. Dr. Ir. Rahardi Ramelan, M.Sc. Enam bulan kemudian, tepatnya tanggal 26 April 2000, pergantian pimpinan Depperindag kembali terjadi yakni dari Drs. Jusuf Kalla diserahkan kepada Letjen TNI Luhut B. Pandjaitan.

Kabinet Gotong Royong

Pada tanggal 9 Agustus 2001, dalam Kabinet Gotong Royong di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, maka pimpinan Depperindag diserahterimakan dari Letjen TNI Luhut B. Pandjaitan kepada Rini M.S. Soewandi.

Selama kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, selaku Presiden Republik Indonesia ke-4, dengan berbagai alasan dan masalah yang dihadapi telah berkali-kali merubah susunan dan komposisi personalia kabinet yang dipimpinnya. Dalam hubungan ini telah terjadi sebanyak tiga kali pergantian Menteri Koordinator Perekonomian Nasional, semula dijabat oleh Dr. Kwik Kian Gie; kemudian berturut-turut dipegang oleh Dr. Rizal Ramli dan Drs, Burhanuddin Abdullah MA hingga berakhirnya pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

(9)

Sedangkan Menteri yang menjabat bidang perindustrian dan perdagangan ditetapkan semula Drs. Jusuf Kalla, kemudian diganti oleh Letjen TNI Luhut B. Pandjaitan seperti yang telah diungkapkan di atas.

Presiden Abdurrahman Wahid kemudian diberhentikan oleh MPR - RI melalui suatu Sidang Istimewa (SI) pada tanggal 23 Juli 2001. Selanjutnya, sesuai konstitusi, Wakil Presiden RI Megawati Soekarnoputri ditetapkan sebagai Presiden RI ke-5 yang menjabat hingga tahun 2004. Sedang sebagai Wakil Presiden RI untuk periode yang sama terpilih Dr. Hamzah Haz.

Harapan besar bangsa Indonesia yang diletakkan di pundak Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz memang beralasan. Betapa tugas-tugas berat tersebut harus diemban, tidak saja melingkupi bidang perekonomian, penegakan hukum, pemulihan keamanan serta persoalan-persoalan lain yang demikian kompleks menjadi dambaan seluruh rakyat Indonesia untuk segera berakhir. Bangsa Indonesia demikian menyadari bahwa globalisasi semakin dekat, sementara jika persoalan di dalam negeri masih belum terselesaikan secara baik, sangat mustahil akan mampu bersaing di kancah internasional.

Bercermin dati pengalaman dua tahun kepemimpinan Presiden Abdurrachman Wahid, Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI ke-5 didampingi oleh Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden RI yang ke-9, membentuk Kabinet Gotong Royong yang didukung dari berbagai unsur, baik dari partai politik maupun kalangan profesional dan non politik. Dengan terbentuknya Kabinet Gotong Royong di bawah pimpinan puteri

(10)

sulung Proklamator RI, Ir. Soekarno, yang diumumkan pada tanggal 9 Agustus 2001, bangsa Indonesia kembali menapak dan berusaha melangkah dengan tegak menyongsong hari depan yang cerah, agar bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Penanganan sektor industri dan perdagangan yang dipercayakan kepada Rini Mariani Soemarno Soewandi diharapkan mampu menghidupkan kembali perekonomian bangsa Indonesia.

Kabinet Indonesia Bersatu

Departemen Perindustrian dan Perdagangan di bawah

kepemimpinan Rini M.S. Soewandi berakhir pada tahun 2004 seiring dengan pergantian Presiden RI, yaitu dengan terpilihnya Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI melalui pemilihan langsung yang pertama di Indonesia. Pada Susunan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I (Periode 2004 - 2009) di bawah kepemimpinan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden RI Drs. Jusuf Kalla, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dipecah menjadi dua yaitu Departemen Perindustrian yang dipimpin oleh Dr. Ir. Andung A. Nitimihardja (20 Oktober 2004 - 5 Desember 2005) sebagai Menteri Perindustrian dan Departemen Perdagangan yang dipimpin oleh Mari Elka Pangestu. Pada tanggal 5 Desember 2005 terjadi perombakan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I dimana Dr. Ir. Andung A. Nitimihardja diganti oleh Drs. Fahmi Idris (2005 - 2009) sebagai Menteri Perindustrian.

(11)

Kemudian pada susunan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II (periode 2009 - sekarang) di bawah kepemimpinan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden RI Boediono, Departemen Perindustrian diubah menjadi Kementerian Perindustrian dengan Mohamad S. Hidayat sebagai Menteri Perindustrian.

3.2 Visi dan Misi 3.2.1 Visi

Menjadi yang terkemuka dalam penyajian dan terbaik dikalangan lembaga atau institusi pemenrintahan dalam pelayanan dibidang informasi.

3.2.2 Misi

1. Pusdatin dalam peranannya sebagai penunjang pelaksanaan tugas-tugas pokok Kementerian Perindustrian akan terus-menerus berupaya mendorong kelancaran arus infromasi lintas regional dan lintas sektoral dalam rangka menunjang implementasi program-program utama Departemen Perindustrian maupun upaya-upaya koordinasi dan komunikasi yang lebih efektif baik intersektoral maupun interregional serta menunjang proses monitoring, perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional di bidang industri.

2. Pusdatin sebagai unit yang berperan dalam pelayanan data dan informasi akan berupaya memberikan layanan informasi yang bermutu kepada Publik (baik internal maupun eksternal Kementerian

(12)

Perindustrian seperti: dunia usaha, masyarakat luas, institusi pendidikan, instansi terkait dan lembaga atau institusi lainnya yang membutuhkan) dengan terus-menerus meningkatkan aksesibilitas publik terhadap informasi industri melalui jangkauan sistem jaringan informasi dan komunikasi yang seefektif mungkin serta menyediakan dukungan data atau informasi yang akurat, tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran bagi perumusan kebijakan dan proses pengambilan keputusan.

3. Pusdatin dalam peranannya sebagai pembina di bidang sistem informasi Industri berupaya mendorong peningkatan profesionalisme dan penguadaan di bidang teknologi informasi baik di daerah (dalam kerangka kerjasama lintas regional) maupun di pusat sebagai sebuah upaya modernisasi sistem manajemen dan administrasi melalui dukungan elektonik digital serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja pelayanan maupun kolaborasi sistem jaringan online.

(13)

3.3 Struktur Organisasi

(14)

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian

3.3.1 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pusdatin adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada menteri melalui Sekretaris Jendral. Pusdatin dipimpin oleh seorang Kepala.Pusdatin

(15)

mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, serta pelayanan data dan informasi industri. Pusdatin mempunyai fungsi :

• Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang pengelolaan data dan informasi.

• Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengelolaan basis data.

• Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi dan jaringan.

• Pelaksanaan pelayanan informasi industri.

• Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan data dan informasi.

• Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja Pusat.

Pusdatin terdiri atas : • Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melaksanankan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dana rumah tangga, rencana program, evaluasi dan pelaporan, serta manajemen kinerja pusdatin.

Fungsi:

o Penyiapan penyusunan program, evaluasi, dan pelaporan o Pelaksanaan urusan kepegawaian dan manajemen kinerja

(16)

o Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan, dokumentasi, keuangan dan perlengkapan serta rumah tangga pusdatin

Bagian tata usaha terdiri atas:

o Subbagian Program dan Pelaporan : mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, evaluasi, dan pelaporan o Subbagian Kepegawaian dan Manajemen Kinerja : mempunyai

tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian dan manajemen kinerja

o Subbagian Umum : mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, dokumentasi, keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga pusdatin

Bidang Basis Data

Mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengelolaan basis data industri.

Fungsi :

o Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengelolaan basis data industri nasional.

o Pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengelolaan basis data industri internasional.

(17)

o Subbidang basis data industri nasional : mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta penglolaan basis data industri nasional

o Subbidang basis data internasional : mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengelolaan basis data industri internasional

Bidang Sistem Informasi

Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan

pengembangan sistem informasi dan jaringan serta pemeliharaan fasilitas sistem jaringan informasi.

Fungsi :

o Pengelolaan sistem jaringan serta pemeliharaan fasilitas sistem jaringan informasi

o Pengembangan sistem informasi Bidang sistem informasi terdiri atas :

o Subbidang sistem jaringan : mempunyai tugas melakukan pengelolaan sistem jaringan serta pemeliharaan fasilitas sistem jaringan.

o Subbidang pengembangan sistem informasi: mempunyai tugas melakukan pengembangan sistem informasi.

(18)

Bidang Pelayanan Informasi Industri

Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan data dan informasi industri

Fungsi :

o Pelaksanaan pelayanan data dan informasi industri internal o Pelaksanaan pelayanan data dan informasi industri eksternal Bidang pelayanan informasi industri terdiri atas :

o Subbidang pelayanan internal : mempunyai tugas melakukan pelayanan data dan informasi industri internal.

o Subbidang pelayanan eksternal: mempunyai tugas melakukan pelayanan data dan informasi industri eksternal.

3.4 Sistem yang Sedang Berjalan

Sistem yang sedang berjalan pada Pusdatin Kementerian Perindustrian saat ini adalah sistem pemesanan barang yang dijalankan saat ini hanya melalui telepon. Pegawai yang ingin memesan atau ingin mengetahui informasi barang yang ada harus menanyakan langsung kepada pihak gudang baik melalui telepon ataupun datang langsung ke gudang. Setelah pegawai mendapatkan informasi mengenai barang yang sesuai dengan kebutuhan, mereka dapat melakukan pemesanan barang tersebut.

Untuk pemesanan yang dilakukan melalui telepon, maka proses pengantaran barangnya dilakukan dengan pegawai gudang mengantarkan langsung barangnya kepada pihak pemesan dengan membawa bon. Apabila pihak pemesanan sudah menerima barang maka pihak pegawai gudang akan menyerahkan bon yang harus

(19)

di tanda tangani oleh pihak pemesan sebagai bukti untuk laporan pengeluaran barang.

Apabila barang yang dibutuhkan oleh pihak pemesan tidak tersedia pada saat pemesanan, maka pihak gudang akan membatalkan pemesanan dan pihak pemesan akan diberitahukan oleh pihak gudang apabila barang sudah tersedia kembali maka akan diberitahukan melalui bertemu secara langsung atau melalui telepon.

Dalam pencatatan persediaan dan pembuatan laporan yang dibuat oleh pegawai gudang masih dilakukan dengan manual. Agar memberikan akses yang lebih baik kepada pegawai pusdatin maka penulis membuat sistem aplikasi inventori online agar mempermudah pegawai pusdatin dalam mengakses permintaan barang kepada admin gudang dan mempermudah admin gudang dalam pencatatan persediaan dan pembuatan laporan.

3.4.1 Prosedur Pemesanan

Pada tahap ini akan dijelaskan bagaimana prosedur yang sedang berjalan untuk pengaturan pemesanan barang. Sistem yang ada sekarang ini masih dilakukan secara manual, dimana pegawai melakukan permintaan barang pada bagian gudang. Lalu pihak gudang harus mencatat barang yang keluar masuk gudang dan mencocokkan stok barang yang ada pada buku gudang dengan stok barang yang dimiliki perusahaan setiap harinya. Jika stok barang masih mencukupi maka tidak ada tindakan lebih lanjut. Apabila terdapat stok barang yang mencapai batas minimum, maka bagian gudang akan membuat daftar barang yang

(20)

sudah mencapai stok minimum yang akan diserahkan kepada pegawai bagian gudang.

(21)

3.4.2 Prosedur Pembuatan Laporan

Pada tahap ini akan dijelaskan bagaimana prosedur yang sedang berjalan untuk pembuatan laporan. Dalam pembuatan laporan pada saat ini masih dilakukan secara manual, dimana pegawai memeriksa stok barang dengan cara dihitung. Lalu pihak gudang harus membuat laporan barang yang keluar masuk gudang dan mencocokkan pada setiap stok barang yang ada pada buku gudang dengan stok barang yang dimiliki perusahaan setiap harinya. Laporan yang dibuat akan diserahkan kepada pegawai bagian gudang.

(22)

3.5 Analisis Permasalahan

3.5.1 Analisis Wawancara

Berikut ini merupakan tabel hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada sistem yang sedang berjalan.

Tabel 3.1 Draft Wawancara Tanggal wawancara Rabu, 22 februari 2012

Jam wawancara 14.00 – 15.30 WIB

Tempat Kantor Pusdatin Kementerian Perindustrian

Daftar pertanyaan beserta jawaban

Q : Apakah Pusdatin sudah memiliki website? A : Pusdatin sudah memiliki website.

Q : Apakah Pusdatin memiliki sistem pemesanan inventori berbasis web?

A : Pusdatin belum memiliki sistem pemesanan inventori berbasis web.

Q : Bagaimana sistem pemesanan inventori yang ada di pusdatin? A : Pegawai menelepon kepala gudang dan meminta langsung ke kepala gudang apa yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya tetapi karena jaringan telepon sering sibuk maka pegawai langsung

(23)

mendatangi kepala gudang untuk melakukan pemesanan.

Q : Apakah jumlah inventori yang dibutuhkan pegawai selalu ada stok?

A : Karena jumlah stok inventori yang ada di gudang masih dihitung secara manual, jadi seringkali stok barang yang dipesan oleh pegawai tidak mencukupi.

Q :Bagaimana sistem laporan pembelian inventori yang ada di pusdatin?

A : Laporan masih ditulis secara manual menggunakan bon pembelian inventori.

Q : Apa saja yang diharapkan oleh pusdatin dengan adanya sistem pemesanan inventori berbasis web yang akan dibuat?

A : Pegawai bisa lebih mudah melakukan pemesanan dan stok

inventori selalu mencukupi kebutuhan pegawai karena

penghitungan stok tidak lagi manual .

Q : Menurut Anda apakah sistem pemesanan inventori berbasis web ini akan memudahkan pihak gudang?

A : Ya, karena dengan adanya pemesanan inventori berbasis web, kepala gudang dapat lebih mudah memberi laporan pembelian

(24)

inventori tiap bulannya dan tidak lagi secara manual.

Tabel 3.2 Evaluasi Hasil Wawancara terhadap Permasalahan

No. Permasalahan yang

Muncul Target Pengguna yang Mengalami Permasalahan Evaluasi dari 1 Kesulitan dalam melakukan pemesanan

karena hanya bisa

melakukan via telepon

sedangkan jaringan

telepon sering sibuk.

Pihak pegawai Wawancara

2 Kesulitan untuk

menghitung stok inventori yang tersedia karena masih dihitung secara manual

Pihak gudang Wawancara

3 Laporan perincian

inventori masih dibuat secara manual dengan bon pembelian di dalam buku dan menghabiskan banyak buku laporan.

(25)

3.6 Permasalahan yang Dihadapi

Sistem yang berjalan saat ini masih dilakukan secara manual, antara lain kesulitan dalam melakukan pemesanan karena hanya bisa melakukan via telepon sedangkan jaringan telepon sering sibuk, kesulitan untuk menghitung stok inventori yang tersedia karena masih dihitung secara manual dan pemesanan yang harus datang langsung ke gudang dan pecatatan yang menghabiskan banyak buku dan kertas untuk menulis persediaan yang masuk dan keluar. Cara seperti ini dianggap kurang efektif karena selain pemborosan dalam penggunaan kertas dan cara seperti ini sangat merepotkan pihak gudang dalam pencatatan persediaan. Sehingga menganggap cara seperti ini masih perlu ditingkatkan untuk yang lebih baik lagi agar dapat mempermudah pegawai dalam menjalankannya.

Selain itu, sarana komunikasi yang digunakan selama ini hanya melalui telepon dan seringkali telepon sibuk atau tidak ada yang mengangkat. Sarana komunikasi yang kurang efektif dan menjadi salah satu permasalahan pada sistem yang sedang berjalan sekarang ini. Pihak pusdatin ingin memberikan alternatif lain bagi pegawainya agar mempermudah pengaksessan inventori, melakukan pemesanan barang, mengetahui laporan pengeluaran dan pemasukan bagi pihak pusdatin.

(26)

3.7 Usulan Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan, maka untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan solusi yang berupa sistem inventori berbasis web.

Selain itu, sistem inventori berbasis web ini memberikan alternative baru bagi pihak pemesan dalam melakukan pemesanan dengan pihak gudang. Pihak pemesan dapat melakukan pemesanan melalui layanan pemesanan barang berbasis web agar lebih mempermudah bagi pihak pemesan. Sistem inventori berbasis web ini juga dapat membantu pihak gudang dalam mengorganisir pemesana, melakukan proses perubahan data dengan mudah dan mempermudah dalam membuat laporan.

Sistem inventori berbasis web yang dirancang ini mampu berjalan secara maksimal dalam website, karena pembuatan aplikasi ini menggunakan PHP, MySQL.

(27)

3.8 Perancangan Sistem yang Diusulkan 3.8.1 Diagram Konteks

Diagram konteks berikut ini menggambarkan sistem basisdata inventori sebagai sebuah proses yang menghasilkan data-data untuk diinput oleh staf ke dalam sistem, kemudian sistem akan menghasilkan output.

(28)

3.8.2 Diagram Nol

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pusat Data dan Informasi Kementerian  Perindustrian
Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Pemesanan
Gambar 3.4 Flowchart Pembuatan Laporan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa pengertian pelayanan dan pelayanan publik yang diuraikan tersebut, dalam kontek pemerintah, pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan

a) Kinerja operasional segenap Unit Layanan dalam memberikan jasa pelayanan BNI kepada nasabah. b) Penyediaan informasi dan pelayanan transaksi giro, tabungan, deposito

• Membantu Lurah dalam melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi

Aplikasi proses streaming yang berjalan berupa layanan video On-Demand , para pengguna layanan selular dapat mengakses fasilitas ini dengan menggunakan perangkat yang

Peserta rapat ini adalah pejabat yang khusus menangani pelayanan informasi publik di Unit Kerja Eselon II Pusat serta serta Pejabat Pengelola Informasi dan

Sudah mempunyai reputasi baik yang terukir, STMIK Bina Nusantara membuka Program Masternya dalam Sistem Informasi Manajemen, merupakan jenis jurusan paling pertama di Indonesia

Tidak adanya informasi mengenai syarat - syarat dokumen seperti membuat sebuah sistem yang dapat memberikan informasi tentang syarat - syarat dokumen yang dibutuhkan dan sistem

Kegiatan promosi yang selama ini dilakukan PT Asindo Tech adalah menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, penyebaran informasi dilakukan baik secara langsung