• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BUKU AJAR

Mata Kuliah

: Konservasi dan Revitalisasi

Prgram Studi

: Arsitektur

Fakultas

: Teknik

Disusun oleh:

Dr. Ir. R. Siti Rukayah. MT

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku Ajar ini dengan baik dan tepat waktu.Dengan dibuatnya Buku Ajar ini penulis berharap agar dapat bermanfaat dan membantudalam memahami mengenai konservasi dan revitalisasi. Selanjutnya, rasa terimakasih yang penulis ucapkankepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian Buku Ajar ini.

Buku ajar ini lebih ditujukan kepada mahasiswa Teknik Arsitektur S2 yang sedang mengambil mata kuliah Konservasi dan Revitalisasi. Oleh karena itu beberapa contoh dan latihan yang ada pada buku ajar ini sebagian diambil dari dunia kemahasiswaan. Keinginan penulis masih banyak yang belum tersalurkan dalam buku ajar ini, karena perkembangan sejarah arsitektur, jenis-jenis konservasi arsitektur dan metode nya dimasukkan ke dalam buku ajar ini.

Penulis sangat menyadari sekali bahwa Buku Ajar ini masih jauh dari kesempurnaan, makadari itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan Buku Ajar inikedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, April 2020 Penulis,

(4)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

A. TINJAUAN MATA KULIAH... 12

I. DESKRIPSI SINGKAT ...12 II. RELEVANSI ...15 III. KOMPETENSI...15 1. STANDAR KOMPETESI ...15 2. KOMPETESI DASAR ...15 3. INDIKATOR ...17 B. KONSERVASI ARSITEKTUR ... 21 1.1 PENDAHULUAN ...21 A. DESKRIPSI SINGKAT ...21 B. RELEVANSI ...21 C. CAPAIAN PEMBELAJARAN ...22

C.1 Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah ...22

1.2 PENYAJIAN ...23 A. URAIAN ...23 B. LATIHAN ...28 C. KUNCI JAWABAN ...29 1.3 PENUTUP ...30 A. RANGKUMAN ...30 B. UMPAN BALIK ...31 DAFTAR PUSTAKA ...31 SENARAI...31 D. UNDANG-UNDANG KONSERVASI ... 33 1.1 PENDAHULUAN ...33 A. DESKRIPSI SINGKAT ...33 B. RELEVANSI ...33 C. CAPAIAN PEMBELAJARAN ...34

C.1 Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah ...34

(5)

v A. URAIAN ...34 B. LATIHAN ...42 C. KUNCI JAWABAN ...43 1.2 PENUTUP ...44 A. RANGKUMAN ...44 B. UMPAN BALIK ...45 DAFTAR PUSTAKA ...45 SENARAI...45

D. KONSERVASI ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA ... 47

1. KONSERVASI ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA. 47 1.1 PENDAHULUAN ...47 A. DESKRIPSI SINGKAT ...47 B. RELEVANSI ...47 1.2 PENYAJIAN ...48 A. URAIAN ...48 B. LATIHAN ...65 C. KUNCI JAWABAN ...65 1.3 PENUTUP ...66 A. RANGKUMAN ...66 B. UMPAN BALIK ...66 DAFTAR PUSTAKA ...67 SENARAI...67

2. KONSERVASI ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA, TENTANG WARISAN KOLONIAL ...69

2.1 PENDAHULUAN ...69 A. DESKRIPSI SINGKAT ...69 B. RELEVANSI ...69 2.2 PENYAJIAN ...69 A. URAIAN ...69 B. LATIHAN ...76 C. KUNCI JAWABAN ...77 2.3 PENUTUP ...78 A. RANGKUMAN ...78 B. UMPAN BALIK ...78 DAFTAR PUSTAKA ...78 SENARAI...79

(6)

vi 3. KONSERVASI ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA,

TENTANG ETNIC KAMPONG HERITAGE ...80

3.1 PENDAHULUAN ...80 A. DESKRIPSI SINGKAT ...80 B. RELEVANSI ...80 3.2 PENYAJIAN ...80 A. URAIAN ...80 B. LATIHAN ...87 C. KUNCI JAWABAN ...88 3.3 PENUTUP ...89 A. RANGKUMAN ...89 B. UMPAN BALIK ...89 DAFTAR PUSTAKA ...89 SENARAI...90

E. METODE DAN PENDEKATAN KONSERVASI ... 91

1.1 PENDAHULUAN ...91 A. DESKRIPSI SINGKAT ...91 B. RELEVANSI ...91 1.2 PENYAJIAN ...91 A. URAIAN ...91 B. LATIHAN ...101 C. KUNCI JAWABAN ...102 1.3 PENUTUP ...102 A. RANGKUMAN ...102 B. UMPAN BALIK ...103 DAFTAR PUSTAKA ...103 SENARAI...103 F. UPAYA PROMOSI ... 105 1.1 PENDAHULUAN ...105 A. DESKRIPSI SINGKAT ...105 B. RELEVANSI ...105 1.2 PENYAJIAN ...105 A. URAIAN ...105 B. LATIHAN ...111 C. KUNCI JAWABAN ...112 1.3 PENUTUP ...113

(7)

vii

A. RANGKUMAN ...113

B. UMPAN BALIK ...113

DAFTAR PUSTAKA ...113

SENARAI...114

G. KONSERVASI BANGUNAN POS DI INDONESIA ... 116

1.1 PENDAHULUAN ...116 A. DESKRIPSI SINGKAT ...116 B. RELEVANSI ...116 1.2 PENYAJIAN ...117 A. URAIAN ...117 B. LATIHAN ...129 C. KUNCI JAWABAN ...130 1.3 PENUTUP ...130 A. RANGKUMAN ...130 B. UMPAN BALIK ...131 DAFTAR PUSTAKA ...131 SENARAI...132

H. KONSERVASI STASIUN KERETA API DI INDONESIA ... 133

1.1 PENDAHULUAN ...133 A. DESKRIPSI SINGKAT ...133 B. RELEVANSI ...133 1.2 PENYAJIAN ...133 A. URAIAN ...133 B. LATIHAN ...141 C. KUNCI JAWABAN ...142 1.3 PENUTUP ...142 A. RANGKUMAN ...142 B. UMPAN BALIK ...142 DAFTAR PUSTAKA ...142 SENARAI...143

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

D. KONSERVASI ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN

Gambar 3. 1: Peta Kota Lama ... 49

Gambar 3. 2: Gambaran Keadaan Kota Lama ... 49

Gambar 3. 3 peta Kota Semarang dulu ... 50

Gambar 3. 4: Peta Pecinan ... 51

Gambar 3. 5: Gambaran Keadaan Pecinan ... 52

Gambar 3. 6 Lokasi Pasar Johar ... 52

Gambar 3. 7: Pasar Johar dulu dan sekarang ... 53

Gambar 3. 8 Lokasi Kota Lama Surabaya ... 54

Gambar 3. 9 peta Kota Lama Surabaya dulu ... 55

Gambar 3. 10 Kota Lama Surabaya tempo dulu dan sekarang ... 56

Gambar 3. 11 Kawasan Pecinan Kembang Jepun ... 57

Gambar 3.12: Pecinan Kembang Jepun Surabaya tempo dulu dan sekarang 57 Gambar 3. 13 Kawasan Kampung Lawas Maspati ... 58

Gambar 3. 14 Kota Lama Surabaya tempo dulu dan sekarang ... 58

Gambar 3. 15 Peta Kota Jakarta dulu... 60

Gambar 3. 16 Kawasan Kampung Lawas Maspati ... 61

Gambar 3. 17 Kota Tua Jakarta sekarang dan tempo dahulu ... 61

Gambar 3. 18 Kawasan Kampung Melayu di Jakarta... 62

Gambar 3. 19 Kampung Melayu di Jakarta sekarang dan tempo dahulu ... 63

Gambar 3. 20 Kawasan Kampung Glodok di Jakarta ... 64

Gambar 3. 21 Pecinan Glodok sekarang dan tempo dahulu ... 64

Gambar 3. 22 Lawang Sewu di Semarang ... 74

Gambar 3. 23 Kantor Javasche Bank sekarang menjadi Bank Indonesia ... 75

Gambar 3. 24 Gedung kantor Asuransi Jiwasraya ... 76

Gambar 3. 25 Toraja dan Nias ... 81

Gambar 3. 26 Candi Borobudur dan Prambanan, dua warisan arsitektur klasik paling terkenal di Indonesia dipengaruhi oleh budaya Hindu (Prambanan) dan budaya Budha (Borobudur)... 82

Gambar 3. 27 Menara Masjid di Kudus (Jawa Tengah), menyerupai adaptasi dan interpretasi ulang budaya lokal oleh agama Islam. Ini terlihat dari bentuk candi Hindu dari menara ini ... 83

(9)

ix Gambar 3.29 Arsitektur Islam dan Lokal yang dipadu menjadi wajah arsitektur

kampung kauman ... 85

Gambar 3. 30 Suasana Malam Kawasan Pecinan di Semarang ... 86

Gambar 3. 31 Suasana Kampung Melayu di Semarang ... 87

F. UPAYA PROMOSI KONSERVASI Gambar 5. 1 Analisis SWOT ... 107

G. KONSERVASI BANGUNAN POS DI INDONESIA Gambar 6. 1 Keadaan Pembuatan Jalan Pos ... 118

Gambar 6. 2 Proses Pembuatan Jalur Pos dan Kereta Api ... 118

Gambar 6. 3 Jalur Pos di Bandung... 119

Gambar 6. 4 Proses Pembuatan Jalur Pos di Bandung ... 119

Gambar 6. 5 Jalur Pos di Sumedang ... 120

Gambar 6. 6 Jalur Pos di Semarang ... 121

Gambar 6. 7 Jalur Pos di Surabaya ... 121

Gambar 6. 8 Kantor Pos di Jakarta ... 122

Gambar 6. 9 Kantor Pos di Cikini, Jakarta ... 123

Gambar 6. 10 Kantor Pos di Tegal... 123

Gambar 6. 11 Kantor Pos di Solo ... 124

Gambar 6. 12 Kantor Pos di Malang ... 125

Gambar 6. 13 Kantor Pos di Malang ... 125

Gambar 6. 14 Kantor Pos di Surabaya ... 126

Gambar 6. 15 Kantor Pos di Majalengka ... 126

Gambar 6. 16 Alun-alun Majalengka... 127

Gambar 6. 17 Kantor Pos di Bandung ... 127

Gambar 6. 18 Kantor Pos di Bandung ... 128

Gambar 6. 19 Pos Indonesia pertama kali di Semarang ... 128

(10)

x

H. KONSERVASI STASIUN KERETA API DI INDONESIA

Gambar 7. 1 Foto papan nama Stasiun Kemidjen di Museum Transportasi

TMII. ... 134

Gambar 7. 2 Foto Stasiun Kemijen ... 134

Gambar 7. 3 Foto Stasiun Kemidjen dari sudut berbeda ... 135

Gambar 7. 4 Peta jalur kereta api Semarang ... 137

Gambar 7. 5 Stasiun Samarang 1920 ... 138

Gambar 7. 6 Peta situasi kompleks Stasiun Samarang NIS pada tahun 1909 ... 139

Gambar 7. 7. Foto Stasiun Samarang NIS tahun 1867 dari arah Spoorlaan (sekarang jalan ... 140

Gambar 7. 8 Foto suasana peron Stasiun Samarang NIS tahun 1867 ... 140

Gambar 7. 9 Foto terkini bangunan eks depo dan atap eks Stasiun Samarang NIS. ... 141

(11)

xi

DAFTAR TABEL

D. KONSERVASI ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN

Tabel 3. 1 Elemen Denah ... 71

Tabel 3. 2 Elemen Tampak ... 71

Tabel 3. 3 Elemen Bahan Bangunan ... 72

Tabel 3. 4 Elemen Sistem Konstruksi ... 73

E. METODE DAN PENDEKATAN KONSERVASI Tabel 4. 1 Variabel Konsep, Faktor, dan Indikator... 94

Tabel 4. 2 Jenis Data Primer, Sumber Data, dan Kegunaan ... 95

Tabel 4. 3 Jenis Data Sekunder, Sumber Data, dan Kegunaan ... 96

Tabel 4. 4 Kriteria Penilaian Bangunan ... 99

Tabel 4. 5 Teknik Pelestarian Fisik... 101

F. UPAYA PROMOSI KONSERVASI Tabel 5. 1: Strategi SWOT... 108

(12)

12

A. TINJAUAN MATA KULIAH

I. DESKRIPSI SINGKAT

Mata Kuliah Konservasi merupakan mata kuliah Program Magister Arsitektur (S-2), yang berisi tentang pengenalan pengetahuan teori, tinjauan lapangan, sera pendataan pelestarian bangunan (lingkungan binaan). Mata kuliah tersebut bertujuan untuk memberikan dan/ atau membekali pengetahuan tentang Konservasi, serta beragam kegiatan yang termasuk, masalah konservasi arsitektur dan Revitalisasi, Undang-undang Konservasi, konservasi arsitektur dan perancangan kota, berisi Inventarisir konservasi bangunan dan kota, konservasi arsitektur dan perancangan kota tentang warisan kolonial, konservasi arsitektur dan perancangan kota tentang Etnic kampong heritage (kauman, pecinan, Pekojan, Kampung Melayu dll), konservasi arsitektur dan perancangan kota tentang traditional heritage, metode dan pendekatan konservasi bangunan dan kawasan, serta kebijakan pemerintah: dalam upaya konservasi di Indonesia, Asia dan di Negara Barat.

Pada pokok bahasan “Konservasi dan Revitalisasi” menjelaskan mengenai pengertian Konservasi dan Revitalisasi, Jenis Kegiatan Konservasi maupun tujuan konservasi sebagai pokok bahasan, Menurut (Krisprantono 2009) Konservasi yang bertujuan dalam pemeliharaan lingkungan identitas maupun sumber daya lingkungan meliputi pengembangan beberapa aspek dalam memberi peluang untuk kehidupan modern. Hal ini ditujukan untuk menjaga kesinambungan perubahannya akibat adanya modernisasi. konsep konservasi ini tidak hanya untuk mengawetkan area kawasan tersebut. Hal ini juga dimaksudkan untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dengan kekuatan aset lama dalam bentuk simbiose program yang menarik dan berkelanjutan yang melibatkan masyarakat pendukungnya. Pada pokok bahasan lingkup Konservasi akan dibahas pada lingkup perkotaan, konservasi memiliki banyak lingkup tidak hanya dengan kebendaan namun sejarah kota,

(13)

13 dengan tujuan dalam mengawetkan kawasan kota yang bersejarah, sehingga ditujukan untuk menjadi alat dalam mengolah transformasi melalui pemahaman tentang sejarah perkotaan dan aspek-aspek dalam pelestarian yang dijadikan dasar dalam merancang sebuah kota.

Pada pokok bahasan “Undang-undang Konservasi” dijelaskan mengenai peraturan-peraturan konservasi yang ada di dunia maupun indonesia, yang dimulai dengan Burra Charter kemudian dilanjutkan dengan undang-undang konservasi yang ada di belahan duniadan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) akan menjadi tantangan tersendiri bagi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Bila UU No. 5/1992 memper tegas perlindungan dan pelestarian bangunan bersejarah, sementara UU No 28/2002 membuka peluang bagi pemanfaatan gedung bagi kepentingan ekonomis. Oleh sebab itu Konservasi memiliki ladasan hukum karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Pada pokok pembahasan terakhir yaitu “Metode dan

Pendekatan Konservasi” dijelaskan mengenai metode atau prosedur

yang digunakan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan konservasi. Metode yang dilakukan dengan deskriptif, rasionalistik-kualitatif, sedangkan jenis data yang digunakan yaitu data primer (wawancara, observasi lapangan), data sekunder (studi literature, undang-undang Pelestarian Bangunan, ataupun bahan yang berasal dari instansi terkait), data umum, data pustaka, ataupun metode analisis yang digunakan dan sebagainya.

Kemudian Pada pokok bahasan “Konservasi Bangunan Pos di

Indonesia” dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Konservasi dan

Perancangan Berisi Inventarisir Konservasi Bangunan dan Kota, Konservasi dan Perancangan Kota Tentang Warisan Kolonial, Konservasi dan Perancangan Kota Tentang Etnic Kampong Heritage. Masing-masing bagian tersebut menjelaskan mengenai konservasi berdasarkan kondisi dan peninggalan bangunan yang tersisa, baik dari peninggalan kolonial belanda, warisan budaya masyarakat etnik / kampong heritage (kauman, pecinan, Pekojan, Kampung Melayu dll), dan sebagainya. Masing-masing memiliki sejarah dan kisahnya sendiri

(14)

14 yang menggambarkan bagaimana kondisi atau kegiatan masyarakat masa lampau.

Selanjutnya pada pokok bahasan “Upaya Promosi

Konservasi” menjelaskan kegiatan upaya poromosi kawasan dan

bangunan konservasi dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat sekitar, menghidupkan objek pelestarian yang masih dapat diselamatkan, juga bisa dijadikan sebagai ikon pariwisata.Upaya – upaya bisa dilakukan dengan melakukan inventarisasi, penelitian, perencanaan serta usaha pelestarian yang lebih terpadu,

Pada pokok bahasan “Konservasi Bangunan Pos di

Indonesia” akan menjelaskan mengenai sejarah terbangunnya jalur

pos, telah dibangun oleh pemerintahan Belanda pada jaman Deandles, selain itu jalan pos dapat dilalui dari beberapa kota di Jawa misalnya Bandung, Sumedang, Semarang dan Kota Surabaya. Selain itu terdapat beberapa kantor pos yang tersebar di pulau Jawa misalnya kota Batavia yang sekarang menjadi Kota Jakarta, Tegal, Solo, Malang, Majalengka, Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Salah satunya Kota Semarang, Kantor Pos Besar Semarang Pemuda ini merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kota Semarang.

Pokok pembahasan yaitu “Konservasi Stasiun Kereta Api” akan menjelaskan mengenai sejarah awal terbangunnya bangunan stasiun per kereta api an di Indonesia. Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen. Oleh sebab itu di Semarang menjadi bukti adanya kereta api di Indonesia.

Agar dapat memahami ilmu Konservasi Arsitektur secara lebih kompheresif dan sempurna, maka pemahaman terhadap kebutuhan konservasi, sebagai pengembalian cagar budaya karena bukti perjalanan sejarah bangunan atau kawasan kota tersebut pada umumnya berada dalam tekanan pembangunan. Urbanisasi dan industrialisasi menjadikan fenomena tersendiri yang menyebabkan pertambahan penduduk yang signifikan serta permintaan akan lahan untuk permukiman semakin meningkat di perkotaan. Bagian dari permasalahan itu, akan membuat kawasan kota yang menyimpan nilai kesejarahan semakin terdesak dan terkikis.

(15)

15

II. RELEVANSI

Dalam ilmu Konservasi Bangunan terdapat hal yang penting dari beberapa lingkup, yang sangat penting bagi pembelajaran. Dengan mempelajari Konservasi dan revitalisasi kita akan dapat melihat pengejawantahan pemikiran jujur tentang penataan kota masa lampau, dari tata cara penataannya, sampai pada sumber kehidupan warisan sejarah sebagai tempat beraktivitas. Mata Kuliah Konservasi terdiri dari beberapa pokok pembahasan yang merupakan satu kesatuan, saling terkait, dan berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Mata kuliah ini diawali dengan pengenalan dan deskripsi tentang pengertian Konservasi berdasarkan Burra Charter, berserta jenis kegiatan konservasi, tujuan adanya konservasi bangunan, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan Undang-undang Konservasi, kemudian Konservasi Arsitektur dan Perancangan Kota, Berisi Inventarisir Konservasi Bangunan dan Kota dan seterusnya dilanjutkan Konservasi Arsitektur dan Perancangan Kota, Tentang Warisan Kolonial dan Upaya dalam promosi Konservasi sebagai wisata dan landmark suatu kota. Dengan demikian, kurang memahami salah satu pokok bahasan dapat berakibat fatal terhadap pencapaian tujuan umum atau kompetesi yang diharapkan.

III. KOMPETENSI

1. STANDAR KOMPETESI

Pada akhir mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, mengindentifikasi kembali dan menerapkan konsep dasar dari berbagai macam ilmu konservasi, baik pengertian, jenis kegiatan, kebijakan konservasi dari berbagai negara bahkan di Indonesia, serta upaya dalam mempromosikan konservasi sebagai ikon wisata. Setelah itu mahasiswa memiliki kemampuan mendata dan menyajikan secara grafis bangunan kuno bersejarah.

2. KOMPETESI DASAR

Setelah diberikan materi ini, mahasiswa magister semester II program studi Arsitektur akan dapat:

(16)

16 a) Menjelaskan kembali mengenai Konservasi dan Revitalisasi, yang sesuai dengan kaidah dan pengertian dari beberapa pakar ilmu serta mengetahui kebutuhan konservasi arsitektur menyesuaikan untuk kebutuhan masa kini dan mendatang sedemikian rupa dan akhirnya inti kultural yang ada dapat selalu terpelihara, serta menerapkan konsep dasar konservasi bangunan dalam melakukan pemeliharaan situs / bangunan lama. Karena konservasi merupakan solusi dalam untuk proteksi keadaan lingkungan serta ruang kota ialah area bangunan atau area bersejarah hingga kegiatan aktivitas, serta berbagai jenis dan kegiatan yang mencakup konservasi, serta mengetahui perbedaan dari jenis konservasi tersebut.

b) Menjelaskan serta mendeskripsikan kembali berbagai kebijakan konservasi dalam Undang-Undang Konservasi sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan yang telah ditetapkan dari berbagai negara, yang dimulai dari dasar hukum konservasi dari Burra Charter hingga kebijakan dari Pemerintah Kota Semarang

c) Menjelaskan serta mendeskripsikan kembali Konservasi Arsitektur dan Perancangan dari berbagai aspek jenis konservasi,

baik dari peninggalan warisan kolonial, Bangunan dan Kota, serta peninggalan kampung heritage atau multi etnik.

d) Menjelaskan serta mendeskripsikan kembali Metode dan

Pendekatan Konservasi Arsitektur, yang merupakan metode

dalam melakukan kajian konservasi arsitektur, oleh sebab itu diperlukan teknik bertujuan dalam mengolah, mendata, analisa keadaan sesuai fakta yang berkaitan dengan masalah konservasi. e) Menjelaskan serta mendeskripsikan kembali Upaya Promosi dalam

Konservasi, sehingga dapat meningkatkan dan memperkuat

identitas budaya serta meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan masyarakat.

f) Menjelaskan serta mendeskripsikan kembali Konservasi Bangunan

Pos di Indonesia, mengenai sejarah dalam pembangunan pos, dan

menjelaskan beberapa kota terutama di Jawa mengenai penyebaran kantor pos pada jaman kolonial.

g) Menjelaskan serta mendeskripsikan kembali Konservasi Stasiun

Kereta Api, mengenai sejarah dalam pembangunan kereta api di

(17)

17

3. INDIKATOR

Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Konservasi Arsitektur dalam lingkup Arsitektur dengan indikator kemampuannya dalam:

a. Ketepatan dalam pemilihan rumusan tentang konservasi dan revitalisasi.

b. Menguraikan kembali peran konservasi dari berbagai aspek

c. Memilah kembali pilihan dalam kriteria tersebut untuk menggambarkan pertimbangan bagaimana suatu objek harus dilestarikan

d. Mendeskripsikan kembali perbedaan dan jenis kegiatan konservasi lainnya

e. Menjelaskan kembali mengenai fungsi dan tujuan konservasi sebagai identitas budaya

f. Menggambarkan kembali peran arsitek dalam konservasi, dari berbagai aspek internal maupun eksternal

g. Menjelaskan mengenai sasaran konservasi h. Menjelaskan ruang lingkup mengenai konservasi

Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Undang-undang Arsitektur dalam lingkup Arsitektur dengan indikator kemampuannya dalam:

a. Mengindentifikasi kembali mengenai undang-undang arsitektur di dunia berdasarkan Piagam dari International Council of Monuments

and Site (ICOMOS) tahun 1981 yaitu: Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia.

b. Mengindentifikasi kembali mengenai undang-undang arsitektur di luar negeri misalnya asia

c. Mengindentifikasi kembali mengenai undang-undang arsitektur di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG)

d. Mengindentifikasi kembali mengenai undang-undang arsitektur di Kota Bandung yang disusun oleh Seksi Museum dan Kepurbakalaan

(18)

18 (Muskala) Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

e. Mengindentifikasi kembali mengenai undang-undang arsitektur di Kota Semarang Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kota Lama.

Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Metode dan Pendekatan Konservasi dalam lingkup Arsitektur dengan indikator kemampuannya dalam:

a. Mengindentifikasi kembali mengenai metode dan pendekatan konservasi, melalui aturan yang perlu digunakan sebagai tujuan dalam pelaksanaan suatu penelitian

b. Menguraikan kembali metode pendekatan konservasi yang digunakan berdasarkan kriteria kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2010

c. Mendeskripsikan kembali metode analisis data dengan pendekatan deskriptif analisis

(pemaparan kondisi), metode evaluatif (pembobotan) dan metode development.

d. Mendeskripsikan kembali metode deskriptif analisis, yang menguraikan tentang Identifikasi Karakter Bangunan, Kondisi bangunan, masalah pelestarian

e. Mendeskripsikan kembali metode evaluatif dalam penentuan nilai makna kultural bangunan didasarkan pada kriteria-kriterianya (estetika, kejamakan, kelangkaan, peranan sejarah, keluarbiasaan, dan karakter bangunan).

f. Mendeskripsikan kembali metode pengembangan yang diterapkan dalam penentuan pengarahan dalam pelestarian kawasan dan bangunan meliputi saran suatu fisik

g. Mendeskripsikan kembali metode desain survey yang ialah cara yang menjelaskan dalam mengumpulkan dan menganalisis data Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Konservasi dan Perancangan Berisi Inventarisir

(19)

19

Konservasi Bangunan dan Kota dalam lingkup Arsitektur dengan

indikator kemampuannya dalam:

a. Mengindentifikasi kembali mengenai inventarisir dan penetapan Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di beberapa kota di dunia maupun Indonesia.

b. Menguraikan kembali mengenai beberapa kelompok obyek Bangunan dan Kawasan cagar Budaya di beberapa Kota Indonesia / luar negeri dan Kota Semarang

c. Mengetahui kembali mengenai pengembangan dan pengelolaan kawasan cagar budaya yang tercantumdalam RTBL di Kota Semarang

d. Mengindentifikasi kembali mengenai aspek-aspek kriteria pelestarian kawasan bersejarah

Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Konservasi dan Perancangan Kota Tentang Warisan

Kolonial dalam lingkup Arsitektur dengan indikator kemampuannya

dalam:

a. Mengindentifikasi kembali mengenai identifikasi bangunan kolonial yang ada di luar negeri atau asia yang terjajah.

b. Mengindentifikasi kembali mengenai karakteristik visual bangunan kolonial yang ada di Indonesia / di Kota Semarang

c. Mengidentifikasi kembali mengenai karakteristik visual interior bangunan kolonial yang ada di Indonesia / di Kota Semarang d. Mendeskripsikan perjalanan sejarah dari kondisi bangunan kolonial

yang ada di lingkungan heritage

Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Konservasi dan Perancangan Kota Tentang Etnic

Kampong Heritage dalam lingkup Arsitektur dengan indikator

kemampuannya dalam:

a. Mengindentifikasi kembali mengenai identifikasi bangunan lama dari kampung heritage dari perjalanan sejarah ataupun peninggalan yang ada di kampung heritage

(20)

20 b. Mengindentifikasi kembali mengenai karakteristik visual bangunan

yang ada di kampung heritage

c. Mengindentifikasi kembali mengenai karakteristik visual interior bangunan yang ada di kampung heritage

d. Mendeskripsikan perjalanan sejarah dari kondisi bangunan-bangunan yang ada kawasan kampung heritage

Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Upaya Promosi Bangunan dan Kawasan Konservasi dalam lingkup Arsitektur dengan indikator kemampuannya dalam: a. Mendeskripsikan kembali mengenai upaya dalam mempromosikan

Konservasi dalam bentuk wisata heritage.

b. Mengindentifikasi kembali mengenai kegiatan promosi wisata konservasi yang ada di beberapa negara salah satunya di Indonesia c. Mengindentifikasi kembali mengenai kegiatan promosi wisata

konservasi yang ada di Kota Semarang

d. Mengindentifikasi kembali mengenai dampak konservasi dalam hal wisata heritage

Kemampuan mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur, dalam menjelaskan kembali serta menerapkan Konservasi Bangunan Pos di Indonesia dalam lingkup Arsitektur dengan indikator kemampuannya dalam:

a. Mendeskripsikan kembali mengenai sejarah perkembangan jalur pos b. Mendeskripsikan kembali mengenai karakteristik arsitektur

bangunan pos yang ada di Indonesia

c. Mendeskripsikan kembali sejarah dan bangunan kantor pos dari fungsi awal hingga fungsi akhir

(21)

21

B. KONSERVASI ARSITEKTUR

1.1 PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT

Konservasi berdasarkan peraturan perundang-undangan, merupakan aturan dalam undang-undang, sedangkan konservasi sumber daya alam hayati ialah kegiatan dalam mengelola SDA hayati dengan bijaksana memanfaatkannya agar tetap terpelihara dan kualias keanekaragaman maupun nilai tersebut dapat meningkat. salah satunya cagar alam atau suaka margasatwa (KSA) ialah kawasan alam, sedangkan taman nasional, taman wisata alam tersebut adalah kawasan pelestarian alam (KPA).

Cagar alam terdiri dari alamnya yang memiliki tumbuhan-tumbuhan yang khas, satwa maupun ekosistem tertentu yang harus melindungi serta perkembangan yang berkembang secara alami. sedangkan suaka margasatwa memiliki karakteristik dalam aneka ragam atau berbagai jenis satwa. taman nasional memiliki eksosistem asli yang diperlukan dalam ilmu pengetahuan, pendidika, maupun kegiatan rekreasi. Tidak hanya dalam lingkup konservasi alam namun konservasi arsitektur. konservasi arsitektur meliputi pemeliharaan dalam suatu kawasan bangunan yang rusak dan dipelihara dihidupkan kembali agar menjadi sebuah kenangan dalam suatu bangunan. Konservasi juga bermanfaat dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, dan rekreasi. Tujuan derngan adanya konservasi dan revitaliasi ialah untuk memberikan gambaran objek, kawasan, area bersejarah yang berbentuk benda tiga dimensi untuk menghidupkan kembali dan menggambarkan keadaan yang jelas kepada masyarakat modern sekarang, berupa masa lampau, tidak berupa fisik namun semangat masa lampau yang dapat diberikan

B. RELEVANSI

Sub-Pokok Bahasan, ini menjelaskan secara umum pengertian Konservasi dalam Arsitektur. Konservasi adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Dalam Burra Charter konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Pembahasan ini menjelaskan juga mengenai kegiatan

(22)

22 konservasi berdasarkan kondisi, persoalan, dan kemungkinan yang dapat dikembangkan dalam upaya pemeliharaan lebih lanjut. Serta kategori, Ruang Lingkup dan Sasaran Konservasi.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN

C.1 Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Capaian pembelajaran pada Mata Kuliah ini memiliki posisi yang sangat penting sebagai kunci pembuka dalam Konservasi Arsitektur. Langkah awal dalam Konservasi Arsitektur adalah mengenalkan konservasi dan revitalisasi kepada mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur. Pada akhir penyampaian materi Mata Kuliah Konservasi Arsitektur mahasiswa mampu menguraikan kembali secara umum peran konservasi dalam kehidupan arsitektur. Selain itu, beberapa capaian pembelajaran mata kuliah ini dapat diuraikan berupa:

1. Mampu mengingat dan mereplikasikan definisi tentang konservasi dan revitalisasi.

2. Ketepatan dalam pemilihan rumusan tentang konservasi dan revitalisasi

3. Keaktifitan mahasiswa dalam diskusi mengenai konservasi dan revitalisasi

4. Mahasiswa mampu dalam menjelaskan kembali mengenai konservasi dan melakukan diskusi antar mahasiswa di dalam kelas 5. Mampu mengelompokkan kegiatan dan jenis kegiatan konservasi

sesuai dengan kebutuhan dalam mengembalikan bangunan nuansa heritage

(23)

23

1.2 PENYAJIAN

A. URAIAN

Pengertian Konservasi

Theodore (Brinkley & Holland, 2009) merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi yang berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian tentang upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Pada awalnya konsep konservasi terbatas pada pelestarian benda-benda/monumen bersejarah (biasa disebut preservasi). Namun konsep konservasi tersebut berkembang, sasarannya tidak hanya mencakup monumen, bangunan atau benda bersejarah melainkan pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi.

Konservasi arsitektur merupakan cara dalam menyelamatkan objek atau bangunan arsitek dan perancangan kota di masa lalu yang diwariskan oleh pendiri kota / masyarakat lokal dalam mengapresiasikan sebuah kisah perjalanan suatu kejadian masa lalu yang digambarkan sebagai sebuah sejarah (R. S. Rukayah & Malik, 2012) guna membangun sebuah wawasan intelektual ke generasi mendatang. Konservasi merupakan cara dalam melestarikan yang telah ditetapkan dalam sebuah kesepakatan berdasarkan piagam. (Burra Charter, 1981). Konservasi ialah sebuah rancangan dalam sebuah proses mengelola bangunan atau ruang kota supaya makna kultural yang telah dimiliki didalam dapat terpelihara agar baik keasliannya. pengertian tersebut seharusnya dapat meluas ataupun dispesifikasikan yaitu pelestarian morfologi serta fungsi di dalamnya. (R. S. Rukayah, Dhanang, & and Endang, 2016). Oleh sebab itu konservasi merupakan upaya dalam melakukan kegiatan preservasi guna dapat memperoleh manfaat penggunaan dalam suatu area untuk mewadahi untuk kegiatan yang sama meliputi pekerjaan asal atau kepada yang memiliki kegiatan yang baru bisa juga membiayai sendiri untuk melangsungkan eksistensi diri. Dapat disimpulkan konservasi bisa disebut sebagai kegiatan daur ulang pekerjaan dalam sumber daya di area eksisting.

(24)

24 Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja.(R. S. Rukayah, Respati, & Susilo, 2016).

Pengertian Revitalisasi

Revitalisasi dalam pengertian luas dan mendasar adalah menghidupkan dan menggiatkan (kembali) faktor-faktor pembangunan (tanah, tenaga kerja, modal, ketrampilan dan kewirausahaan, ditambah kelembagaan keuangan, birokrasi, serta didukung sarana/prasarana fisik); dan para pelaku pembangunan untuk mengakomodasikan secara struktural dan fungsional tantangan dan kebutuhan baru (Swasono, 2002). Revitalisasi merupakan kegiatan dalam penghidupan sebuah area kota maupun kawasan yang telah menurun fungsinya dari kehidupan sosial dan budaya maupun dalam aspek ekonomi, menggunakan konsep intervensi fisik maupun non fisik dalam memenuhi kebutuhan serta tantangan baru. Sebagai contoh dalam lingkup pelestarian kawasan dan perencanaan kota, revitalisasi merupakan kegitatan dalam membangun kembali sebuah bangunan / kawasan yang telah mengalami penurunan fungsi dengan menggunakan cara mengintervensi fisik dan non fisik, baik segi sosial dan ekonomi. (Heath, Oc, & Tiesdell, 2013). pendapat yang sejalan dikatakan oleh Widjaja Martokusumo (2001), ialah dapat membangun kembali daerah atau kawasan kota yang telah mengalami penurunan. Penurunan tersebut dapat dilihat dari lingkup ekonomi, sosial dan budaya, serta makna citra (R. S. Rukayah & Abdullah, 2019). Upaya revitalisasi akan menghidupkan kembali kawasan hingga penampilan tampak visual dalam membangun atau menghidupkan kembali hal tersebut dengan cara mengintervensi baik secara fisik maupun non fisik.

Jenis – Jenis Konservasi

Kegiatan yang dilakukan dalam berbagai yang berhubungan dengan konservasi terhadap kawasan / arsitektur cagar budaya, makan

(25)

25 terdapat tindakan yang perlu diperhatika dalam penangannya berdasarkan (Burra Charter, 1981), antara lain:

1. Konservasi merupakan kegiatan yang meliputi pemeliharaanya sebuah bangunan atau objek semirip mungkin atau sedemikan rupanya sehingga dapat mempertahankan dari segi nilai kulturalnya

2. Preservasi adalah preservasi merupakan cara untuk mempertahankan material maupun wadah bangunan itu sendiri dalam kondisi yang sama tanpa memperlambatkan pelapukan itu sendiri

3. Restorasi / Rehabilitasi merupakan kegiatan dalam mengembalikan keadaan fisik sebuah bangunan dengan kondisi yang lama, hal tersebut dilakukan dengan cara membuang struktur/elemen kemudian memasang elemen awal yang telah hilang tanpa harus mengganti bagian yang baru

4. Rekonstruksi yaitu merupakan pengembalian sebuah bangunan dengan kondisi yang semula yang dapat diketahui dengan penggunaan material yang lama maupun baru serta dapat dibedakan dengan restorasi

5. Adaptasi / Revitalisasi adalah segala cara dalam mengubah bangunan untuk dapat digunakan dalam fungsi yang sesuai 6. Demolisi adalah upaya menghancurkan atau perombakan dari

sebuah bangunan dengan kondisi yang sudah rusak atau kondisi yang dapat membahayakan sekitar

Tujuan Konservasi

Menurut (Poinsett, 2019), keberadaan preservasi objek-objek bersejarah biasanya mempunyai tujuan:

1. Pendidikan

Peninggalan objek-objek bersejarah berupa benda-benda tiga dimensi akan memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu, tidak hanya secara fisik bahkan suasana dan semangat masa lalu.

2. Rekreasi

Adalah suatu kesenangan tersendiri dalam mengunjungi objek-objek bersejarah karena kita akan mendapat gambaran bagaimana

(26)

26 orang-orang terdahulu membentuk lingkungan binaan yang unik dan berbeda dengan kita sekarang.

3. Inspirasi

Patriotisme adalah semangat yang bangkit dan tetap akan berkobar jika kita tetap mempertahankan hubungan kita dengan masa lalu, siapa kita sebenarnya, bagaimana kita terbentuk sebagai suatu bangsa dan apa tujuan mulia pendahulu kita. Preservasi objek bersejarah akan membantu untuk tetap mempertahakan konsep-konsep tersebut.

4. Ekonomi

Pada masa kini objek-objek bersejarah telah bernilai ekonomi dimana usahausaha untuk mempertahan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.

Peran Arsitek Dalam Konservasi Internal:

1. Peningkatan kesadaran sesama arsitek dalam menghargai dan mau menjaga warisan budaya yang berupa arsitektur atau bangunan bersejarah dengan nilai arsitektural yang tinggi.

2. Meningkatkan dalam kemampuan dan menguasai berbagai aspek teknis terutama dalam berbagai jenis tindakan intervensi kawasan maupun bangunan, terutama dalam salah satunya ialah adaptive reuse

3. Dapat melakukan sebuah penelitian maupun dokumentasi terhadap kawasan maupun arsitektur bangunan yang diperlukan dalam pemeliharaan dan pelestarian.

Eksternal:

1. Dapat memberikan sebuah informasi berupa masukan atau saran kepada pemerintah setempat mengenai kawasan atau bangunan yang diperlukan dalam melestarikan dalam aspek arsitektur 2. Dapat membantu pemerintah setempat dalam penyusunan

Rencana Tata Ruang (RTR) dalam kebutuhan mengembangkan kawasan yang ingin dilindungi

(27)

27 3. Membantu pemerintah setempat dalam penentuan fungsi tau penggunaan bangunan bersejarah yang baru ataupun yang memiliki nilai arsitektur yang tinggi dengan kondisi / fungsi yang tidak sesuai (contohnya bekas sebuah parik atau sebuah gudang penyimpanan) dengan mengusulkan jenis konservasi arsitekturnya 4. Dapat memberikan contoh dalam keberhasilan sebuah proyek pemugaran yang menimbulkan pertumbuhan keyakinan antar pengembang bahwa mempertahankan sebuah kawasan/ bangunan bersejarah dapat mendapatkan ketertarikan dalam daya tarik pengunjung atau ekonomi yang baik dan menguntungkan secara finansial

Kategori, Ruang Lingkup dan Sasaran Konservasi

Kegiatan konservasi dipacu oleh sebuah prisip utama yaitu mempertahankan fisik eksisting dengan memberikan sebuah hal baru yang bermanfaat

Skala atau lingkup konservasi dapat meliputi:

1. Suatu kota atau desa secara keseluruhan (historic town or village) misalnya desa adat Tenganan di Bali, Kampung Naga

2. Suatu daerah bagian kota (historic town distric) misalnya Kota Lama Semarang, Kompleks Keraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta

3. Bangunan atau karya arsitektur tunggal, misalnya Lawang Sewu dan mesjid Kauman

4. Rumah Museum (house Museum) rumah yang mempunyai sebuah sejarah baik historis namun fungsi tidak lagi sebagai rumah tetapi menjadi sebuah museum misalnya Rumah George Washington, Rumah Rengas Dengklok, Rumah Bung Karno di Peganggsaan Timur Jakarta.

5. Ruang Historic (Historic Room) sebuah ruang yang mempunyai nilai sejarah misalnya Surennder Room, ruang tempat jenderal jepang menyerah pada sekutu.

Kategori Konservasi

1. Objek ritual keagamaan yang berupa peninggalan arsitektur atau sebuah karya yang memiliki sebuah nilai agama

(28)

28 2. Bangunan dengan elemen struktur yang sudah dipindah dari area eksisting bangunan yang memiliki sejarah signifikan dari segi asritektural dan elemen tersebut masih bertahan dakam kondisi peristiwa sejarah maupun tokoh tertentu

3. Rumah, ruang aktivitas atau kantor ataupun peninggalan tokoh yang sangat mempengaruhi dalam sebuah sejarah, dengan keadaan catatan tidak memiliki tempat atau bangunan yang lain dengan keterkaitan beserta riwasyat hidupnya.

4. Bangunan dengan kondisi masa lampau yang memiliki keunikan desain, bentuk fasad, gaya bangunan yang memiliki keterkaitan dengan sebuah sejarah tertentu

5. Bangunan dengan hasil sebuah rekonstruksi ataupun satu-satunya bangunan bisa dilakukan penyelamatan

6. Objek yang memiliki usia 50 tahun dengan memberikan sebuah nilai yang cukup signifikan atau pengecualian yang memiliki kebutuhan yang sangat penting

Sasaran Konservasi

1. Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.

2. Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.

3. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian. 4. Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam

wujud fisik tiga dimensi Lingkup Kegiatan.

B. LATIHAN

Kerjakan latihan ini sebagaimana intruksi dibawah:

1. Jelaskan pengertian konservasi arsitektur menurut (Burra Charter, 1981)

2. Jelaskan pengertian revitalisasi menurut (Swasono, 2002) 3. Jelaskan jenis-jenis Tindakan konservasi menurut (Burra

Charter, 1981)

4. Perbedaan restorasi dan adaptasi berdasarkan (Burra Charter, 1981)

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan preservasi menurut (Burra Charter, 1981)

(29)

29 6. Jelaskan tujuan konservasi berdasarkan (Poinsett, 2019)

berdasarkan dari aspek ekonomi

7. Jelaskan tujuan konservasi berdasarkan (Poinsett, 2019) berdasarkan dari aspek Pendidikan

8. Jelaskan Peran arsitek dalam konservasi dari segi internal 9. Sebutkan Kategori konservasi yang tercakup dari beberapa

skala dan lingkupnya

10. Sebutkan sasaran dari konservasi

C. KUNCI JAWABAN

Kunci jawaban latihan ini dijelaskan dibawah ini:

1. Konservasi ialah sebuah rancangan dalam sebuah proses mengelola bangunan atau ruang kota supaya makna kultural yang telah dimiliki didalam dapat terpelihara agar baik keasliannya. pengertian tersebut seharusnya dapat meluas ataupun dispesifikasikan yaitu pelestarian morfologi serta fungsi di dalamnya

2. Revitalisasi dalam pengertian luas dan mendasar adalah menghidupkan dan menggiatkan (kembali) faktor-faktor pembangunan (tanah, tenaga kerja, modal, ketrampilan dan kewirausahaan, ditambah kelembagaan keuangan, birokrasi, serta didukung sarana/prasarana fisik); dan para pelaku pembangunan untuk mengakomodasikan secara struktural dan fungsional tantangan dan kebutuhan baru.

3. Konservasi, Preservasi, Restorasi / Rehabilitasi, Rekonstruksi, Adaptasi, dan Demolisi

4. Restorasi kegiatan untuk mengembalikan keadaan fisik sebuah bangunan namun dengan cara mengganti elemen yang hilang dengan yang baru sedangkan Revitalisasi mengubah bangunan Kembali dengan fungsi yang sesuai.

5. preservasi merupakan cara untuk mempertahankan material maupun wadah bangunan itu sendiri dalam kondisi yang sama tanpa memperlambatkan pelapukan itu sendiri

6. tujuannya yaitu objek bersejarah tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi dimana usaha tersebut dalam mengembalikan bangunan lama dengan mengganti fungsinya telah

(30)

30 menjadi komoditas parawisata dan perdagangan yang mendatangkan keuntungan.

7. Agar bangunan bersejarah tersebut memberikan gambaran yang jelas kepada manusia sekarang, tentang masa lalu dan menghasilkan sebuah semangat

8. Peningkatan kesadaran sesame arsitek terhadap bangunan bersejarah, meningkatkan kemampuan dalam mendesain / renovasi bangunan bersejarah, dan mampu menjadi sebuah bahan penelitian dalam aspek kesejarahan bangunan.

9. Suatu kota atau desa secara keseluruhan, Suatu daerah bagian kota, Bangunan atau karya arsitektur tunggal, Rumah Museum, Ruang Historic

10. Mengembalikan dan memanfaatkan objek bersejarah, mengembalikan bangunan dengan menyelaraskan kebutuhan masa kini, dan menampilkan sejarah dalam pertumbuhan suatu kota.

1.3 PENUTUP

A. RANGKUMAN

Tujuan utama dari mata kuliah konservasi arsitektur adalah mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dasar mengenai latar belakang pelestarian / konservasi arsitektur, sehingga diharapkan mahasiswa mampu menganalisa perlunya pelestarian bangunan, jenis-jenis pelestarian, dan motivasi pelestarian, implementasi dan realisasi pelestarian bangunan, serta memiliki kemampuan mendata dan menyajikan secara grafis bangunan kuno bersejarah. Mata kuliah ini dimulai dengan pengertian konservasi arsitektur berdasarkan pengertian dari Burra Charter serta menjelaskan kegiatan konservasi, yaitu: Preservasi, konservasi, restorasi, rekonstruksi, revitalisasi/adaptasi, demolisi, pengertian konservasi dari peneliti yang lainnya, kemudian Lingkup Konservasi, Tujuan Konservasi, kriteria penentuan konservasi, Peran Arsitek Dalam Konservasi, setelah itu melakukan tugas makalah atau penelitian kecil mengenai konservasi yang ada di belahan dunia.

(31)

31

B. UMPAN BALIK

Untuk dapat melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu menjawab semua pertanyaan paling tidak 75% benar. Selamat bagi anda yang telah lolos ke materi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brinkley, D., & Holland, D. (2009). The wilderness warrior: Theodore

Roosevelt and the crusade for America. HarperCollins New York.

Burra Charter. (1981). The Burra Charter : the Australia ICOMOS charter for

places of cultural significance 1999 : with associated guidelines and code on the ethics of co-existence / Australia ICOMOS. Burwood, Vic:

Australia ICOMOS.

Heath, T., Oc, T., & Tiesdell, S. (2013). Revitalising historic urban quarters. Routledge.

Poinsett, D. N. (2019). Letter from David N. Poinsett to Terrance Moore.

Special Collections & Archives, David and Lorraine Cheng Library, William Paterson University of New Jersey.

Rukayah, R. S., Juwono, S., Sri, E., Dhanang, S. S., & Puguh, R. (2019). Post Office and Traditional City Square As City Linkage in Java, 0–6.

Rukayah, R. S., & Abdullah, M. (2019). The Glory Of Semarang Coastal City In The Past, Multi- Ethnic Merchants And Dutch Commerce. Journal Of

Southwest Jiaotong University, 54(6).

Rukayah, R. S., & Malik, A. (2012). Between Colonial, Moslem, and Post-Independence Era, Which Layer of Urban Patterns should be Conserved?

Procedia - Social and Behavioral Sciences, 68, 775–789.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.12.266

Rukayah, R. S., Respati, P. D., & Susilo, S. E. S. (2016). Morphology of Traditional City Center in Semarang: Towards Adaptive re- use in urban heritage. Environment-Behaviour Proceedings Journal, 1(4), 109–118.

https://doi.org/10.21834/e-bpj.v1i4.91

Swasono, S. E. (2002). Sistem Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat.

Artikel-Th. I-No.

SENARAI

Internal :Pengertian internal adalah menyangkut bagian dalam (dari tubuh, diri, mobil, dsb)

Eksternal : adalah yang menyangkut bagian luar dari sesuatu, atau kebalikan dari internal

(32)

32 Arsitektur Tunggal : Arsitektur Tunggal adalah bangunan yang harus memiliki jarak bebas dengan batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping dan belakang

Morfologi : Morfologi (linguistik), adalah suatu bidang ilmu linguistic yang mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa.

(33)

33

D. UNDANG-UNDANG KONSERVASI

1.1 PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT

Di Indonesia, banyak beragam etnik/suku bangsa dan budaya serta kekayaan di bidang seni di bidang seni dan sastra dengan berbagai pengembangan-pengembangannya, oleh karena itu perlu adanya perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut. Untuk dapat melahirkan suatu karya yang mempunyai nilai seni yang tinggi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, sesorang memerlukan pengorbanan baik waktu, biaya, tenaga, maupun pikiran, sehingga sudah merupakan suatu keharusan jika haknya dirumuskan sebagai property rights (hak milik) yang bersifat eksklusif dan diberi penghargaan yang tinggi dalam wujud perlindungan hukum. Oleh sebab itu diperlukan perlindungan undang-undang dalam Hukum di Indonesia maupun peraturan adat. Untuk itu materi kedua ini akan dijelaskan mengenai undang-undang konservasi yang mendukung cagar budaya yang dilindungi oleh negara, baik dengan cara menguasai karya arsitektur, maupun sebagai pemegang hak cipta atas karya arsitektur tersebut.

B. RELEVANSI

Sub-Pokok Materi kedua ini menjelaskan Undang-undang ketentuan berdasarkan Piagam dari International Council of Monuments and

Site (ICOMOS) atau (Burra Charter, 1981), kemudian UU No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia dan Peraturan Konservasi Cagar Budaya daerah misalnya Kota Surabaya, Jakarta, dan Kota Semarang. Oleh karena itu, pengetahuan

mengenai undang-undang konservasi sangat diperlukan karena memiliki kandungan dalam mata kuliah Konservasi dan Revitalisasi yang diberikan dalam proses belajar mengajar di semester ini.

(34)

34

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN

C.1 Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Pada Capaian pembelajaran pada Mata Kuliah ini memiliki posisi yang sangat penting sebagai pengetahuan dasar mnegenai peraturan / kebijakan dalam melakukan konservasi dan revitalisasi di mata kuliah Konservasi Arsitektur. Langkah awal dalam materi ini yaitu mengenalkan kebijakan dari beberapa daerah maupun nasional kepada mahasiswa semester II Program Studi Magister Arsitektur, Jurusan Arsitektur. Pada akhir penyampaian materi Mata Kuliah Konservasi Arsitektur mahasiswa mampu menguraikan kembali secara detail dan menganalisa mengenai kebijakan-kebijakan konservasi.

1.2 PENYAJIAN

A. URAIAN

Pada penjelasan sub materi dijelaskan mengenai peraturan Cagar Budaya menjadi penting perannya untuk dipertahankan keberadaannya. Berdasarkan Piagam dari International Council of Monuments and

Site (ICOMOS), kemudian UU No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, serta peraturan kebijakan pemerintah

wilaya daerah.

Konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site

(ICOMOS) tahun 1982 yaitu: Charter for the Conservation of Places of

Cultural Significance, Burra, Australia. Piagam ini lebih dikenal dengan

Burra Charter, yang berisikan sembilan prinsip pelestarian, yaitu:

1. Pelestarian mempunyai tujuan dalam mempertahankan serta mengembalikan signifikasi budaya dalam sebuah bangunan / objek yang perlu disertakan dalam jaminan dan keselamatan suatu objek, baik dalam pemeliharaanya, tahan lama dan keutuhananya

2. kegiatan dalam melakukan konservasi perlu dilakukannya didasarkan pada pengharagaan kepada kondisi suatu eksisting suatu fabrik atau obyek dan layaknya menggunakan suatu intervensi baik fisik atau non fisik seminimal mungkin. intervensi fisik tersebut tidak

(35)

35 diperkenankan sampai merusak keunikan, dan khas dari obyek tersebut.

3. Upaya konservasi selayaknya dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan, sejauh dapat memberikan kontribusi dalam hal penyelamatan dan kelanggengan objek/kawasan. Dimungkinkan untuk menetapkan teknik maupun teknologi modern, di samping teknologi yang ada dalam upaya konservasi.

4. kegiatan dalam upaya konservasi di suatu obyek / kawasan perlu dipertimbangkan dalam aspek yang sangat signifikan budaya, tanpa perlu membebani lingkungan disekitarnya atau berdampak negatif pada suatu wilayah

5. kebijakan dalam sebuah konservasi bisa disusun dalam suatu obyek/ kawasan yang diperlukan untuk komprehensif dengan mempertimbangkan signifikasi budaya serta kondisi objyek dari kawasan tersebut

6. Kebijakan dalam konservasi tersbut perlu dipertimbangkan hal hal yang memungkinkan dalam memanfaatkan bangunan lama dengan mewadahinya denga fungsi yang baru.

7. Upaya konservasi memerlukan pemeliharaan visual setting yang tepat, misalnya bentuk, skala, warna, tekstur, bahan. Penambahan struktur (infill) dan bahan baru tidak boleh sampai merusak visual

setting lingkungan sekitarnya.

8. Bangunan atau obyek yang diperlukan dalam konservasi baiknya perlu berada di lokasi asli / eksisting. Pemindahan sebagian area ataupun keseluruhan bagian tersebut hanya dimungkinkan jika didukungnya oleh sebuah alasan yang jelas dan kuat.

9. Memindahkan atau menghilangkan area tertentu dari bangunan atau obyek dengan memiliki sebuah peran dengan menentukan signifikasi kultural yang tidak diperkenankan, namun tetapi pemindahan tersebut merupakan satu-satunya cara dalam penyelamatan dari bangunan/objek tertentu

(36)

36

UU No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

Didalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002 Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa bangunan gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya. (Undang-undang republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung, 2002)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaanberupa Benda

Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. (BPKP, 2010)

Pasal 5

Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:

1. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

2. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; 3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan; dan

4. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa

BAB VII PELESTARIAN Pasal 53

1. Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.

(37)

37 2. Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian.

3. Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan pelestarian.

4. Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya.

Selain itu terdapat peraturan menteri Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 01/Prt/M/2015, yang

membahas mengenai “Bangunan Gedung Cagar Budaya Yang Dilestarikan”. yang dibuat sebagai acuan bagi penyelenggara bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan, bertujuan agar bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan memenuhi persyaratan bangunan gedung, (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12, 2015)

persyaratan pelestarian, dan tertib penyelenggaraan. Adapun pasal-pasal yang lebih ditekankan yaitu;

(1) Bangunan gedung cagar budaya adalah bangunan gedung yang sudah ditetapkan statusnya sebagai bangunan cagar budaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang cagar budaya. (11) Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari

berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan cagar budaya.

(12) Tim Ahli Bangunan Gedung Cagar Budaya, yang selanjutnya disingkat TABG-CB, adalah tim yang terdiri atas tim ahli bangunan gedung dan tenaga ahli pelestarian bangunan gedung cagar budaya untuk memberikan pertimbangan teknis dalam tahap persiapan, perencanaan teknis, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pembongkaran bangunan gedung cagar budaya dalam rangka Izin Mendirikan Bangunan, perubahan Izin Mendirikan Bangunan, Sertifikat Laik Fungsi, rencana teknis perawatan dan rencana teknis pembongkaran bangunan gedung.

(38)

38

Undang Undang Republik Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26

tahun 2007 tentang Penataan Ruang, 2007)

Selain Undang Undang tentang Bangunan Gedung, maka yang tidak boleh kita kesampingkan apabila kita akan membahas tentang cagar budaya, khususnya cagar budaya yang terdapat diperkotaan adalah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, di dalam beberapa pasal di dalam undang-undang ini menyinggung tentang cagar budaya yaitu yang terdapat pada;

Pasal 4

Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan

Pasal 5

(1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri dari atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan

(2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya

(3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota

(4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

Selain kebijakan –kebijakan negara terdapat kebijakan yang berasal dari daerah yang menetapkan undang-undang cagar budaya, yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2005 Tentang: Peraturan Daerah Tentang Pelestarian Bangunan Dan/Atau Lingkungan Cagar Budaya yang berisikan mengenai:

1. Daerah adalah Kota Surabaya.

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya.

(39)

39 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Surabaya.

4. Kepala Daerah adalah Walikota Surabaya.

5. Tim Pertimbangan Pelestarian Bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang selanjutnya dapat disingkat dengan Tim Cagar Budaya, adalah Tim yang bertugas memberi pertimbangan kepada Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan terhadap kelestarian dan pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya.

6. Orang adalah orang pribadi atau badan.

7. Bangunan Cagar Budaya adalah bangunan buatan manusia, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan .

8. Lingkungan Cagar Budaya adalah kawasan di sekitar atau di sekeliling bangunan cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian bangunan cagar budaya dan/atau kawasan tertentu yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah,ilmu pengetahuan dan kebudayaan .

9. Pelestarian atau Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya agar makna budaya yang dikandungnya terpelihara dengan baik dengan tujuan untuk melindungi, memelihara dan memanfaatkan, dengan cara preservasi, pemugaran atau demolisi.

10. Perlindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi segala gejala atau akibat yang disebabkan oleh perbuatan manusia atau proses alam, yang dapat menimbulkan kerugian atau kemusnahan bagi nilai manfaat dan keutuhan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan cara penyelamatan, pengamanan dan penertiban.

11. Pemeliharaan adalah upaya melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor manusia, alam dan hayati dengan cara perawatan dan pengawetan. 12. Preservasi adalah pelestarian suatu bangunan dan/atau lingkungan

cagar budaya dengan cara mempertahankan keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran.

(40)

40 13. Pemugaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan cara restorasi (rehabilitasi), rekonstruksi atau revitalisasi (adaptasi).

(Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya, 2005)

Regulasi Pemerintah Kota Semarang Tentang Pelestarian Bangunan Cagar Budaya, peraturan tersebut dijelaskan dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kota Lama (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Semarang, 2003) Pasal 1

(1) KAWASAN HISTORIK SEMARANG adalah kawasan tua di Semarang yang merupakan embrio pertumbuhan kota. Yang digolongkan sebagai kawasan historis ini adalah kawasan Kota Lama (bekas kota benteng), kampung Melayu, Pecinan, Kauman, Kampung Kulitan dan Kawasan Gedung Batu / Sam Poo Kong.

(2) SITUS adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya.

(3) KONSERVASI ATAU PELESTARIAN adalah berbagai upaya memelihara, mengembalikan dan meningkatkan wujud dan fungsi suatu kawasan, situs, obyek, bangunan atau tempat dengan mempertahankan nilai historis dan budayanya.

(4) PRESERVASI adalah bagian dari konservasi yang berupa pemeliharaan dan pencegahan suatu tempat atau bangunan dari perubahan atau kehancuran agar tetap sesuai dengan keadaan aslinya. (5) RESTORASI adalah bagian dari konservasi yang berupa pengembalian kondisi fisik bangunan keaslinya dengan cara memasang kembali unsur – unsur asli yanghilang tanpa menggunakan bahan baru atau dengan membuang unsur – unsur baru.

(6) REHABILITASI adalah bagian dari konservasi yang berupa perbaikan dan pengembalian kondisi bangunan yang rusak atau menurun dengan menjaga nilai historisnya sehingga dapat berfungsi kembali.

(41)

41 (7) ADAPTASI adalah bagian dari konservasi yang berupa perubahan sebagian kecil bangunan atau tempat – tempat agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang lebih diperlukan.

(8) REKONSTRUKSI adalah bagian dari konservasi yang berupa pengembalian suatu tempat atau bangunan semirip mungkin dengan aslinya dengan menggunakan bahan baru yang telah diteliti.

(9) DEMOLISI adalah bagian dari konservasi yang berupa penghancuran atau perombakan suatu bangunan atau tempat karena tingkat kerusakannya dianggap membahayakan atau karena tingkat perubahannya dianggap sudah tidak sesuai lagi.

(10) REVITALISASI adalah upaya menghidupkan kembali kawasan, bangunan–bangunan, jalan – jalan dan lingkungan kuno dengan menerapkan fungsi baru dalam penataan arsitektural aslinya untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial, pariwisata dan budaya.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 yang

berisikan mengenai:

Pasal 71

(1) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf f, sebagai berikut:

a. kawasan pemugaran bangunan dan objek bersejarah; dan b. kawasan warisan budaya.

(2) Lokasi kawasan pemugaran bangunan dan objek bersejarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan sebagai berikut:

a. kawasan Kota Tua; b. kawasan Menteng; c. Rumah Si Pitung;

d. kawasan Kebayoran Baru; dan

e. kawasan pemugaran bangunan dan objek bersejarah lainnya (3) Kepada pemilik tanah dan bangunan yang ditetapkan sebagai

bangunan pemugaran dan/atau objek bersejarah dapat diberikan kompensasi berupa insentif tanpa mengubah status kepemilikan.

(42)

42 (4) Lokasi kawasan warisan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, yaitu Kawasan Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan.

(5) Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:

a. melestarikan budaya, hasil budaya atau peninggalan sejarah bernilai tinggi dan khusus untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan sejarah;

b. memugar hasil budaya atau peninggalan sejarah bernilai tinggi untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan sejarah;

c. melarang kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai fungsi kawasan cagar budaya; dan

d. mengemas bangunan dan objek bersejarah untuk dapat mendukung kegiatan pariwisata.

(6) Setiap kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), diwajibkan memiliki Rencana Pelestarian, Pemugaran, dan Pengendalian Ruang Kawasan Cagar Budaya.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Pelestarian, Pemugaran, dan Pengendalian Ruang Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur dengan Peraturan Gubernur.

B. LATIHAN

Kerjakan latihan ini sebagaimana intruksi dibawah:

1. Jelaskan isi prinsip pelestarian berdasarkan Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1982

2. Jelaskan isi dari Undang-Undang No 28 Tahun 2002 Pasal 1 ayat (1) mengenai konservasi pada bangunan Gedung

3. Jelaskan isi dari Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 mengenai Cagar Budaya pada pasal 5

4. Jelaskan isi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 01/Prt/M/2015

5. Jelaskan isi dari Undang Undang Republik Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

(43)

43 6. Jelaskan isi dari Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun

2005 Tentang: Peraturan Daerah Tentang Pelestarian Bangunan 7. Sebutkan undang-undang pemerintah yang membahas mengenai

konservasi / yang berhubungan dengan konservasi bangunan

8. Jelaskan isi dari Peraturan Daerah Kota Semarang Tentang Pelestarian Bangunan Cagar Budaya

9. Jelaskan isi dari Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 10. Pengertian revitalisasi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun

2003 Tentang Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kota Lama

C. KUNCI JAWABAN

Kunci jawaban latihan ini dijelaskan dibawah ini:

1. Pelestarian dalam mempertahankan budaya masa lalu, dalam melakukan konservasi diperlukan beberapa tokoh disiplin ilmu lain yang dilibatkan, kebijakan dalam konservasi perlu diperhatikan, bangunan bersejarah harus berada di lokasi asli tempat awal (tidak dipindah), dan perlu banyak pertimbangan dan alasan yang terdesak untuk memindahkan bangunan.

2. Bangunan Gedung merupakan hasil dari pekerjaan konstruksi yang menyatu dalam tempat kedudukannya

3. Berusia 50 tahun, memiliki arti untuk ilmu kesejarahan, dan kebudayaan

4. Bangunan Gedung cagar budaya adalah bangunan yang sudah ditetapkan statusnya sebagai cagar dan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang cagar budaya, tim dari cagar budaya memiliki sertifikat yang khusus, tim ahli dalam bangunan Gedung terdiri atas tim ahli bangunan gedung dan tenaga ahli pelestarian bangunan gedung cagar budaya

5. Penataan terdiri dari system internal dan wilayah, berdasarkan fungsi utama Kawasan, wilayah administrtif, dan kegiatan Kawasan perkotaan dan pedesaan

6. Lokasi di Surabaya, dan segala administrative ada di Surabaya, tim ahli cagar budaya memberi pendapat terhadap pelestariaan kepada pemerintah, bangunan bersejarah harus dibuat seumur

Gambar

Gambar 3. 1: Peta Kota Lama  (Sumber: Google Maps)
Gambar 3. 4: Peta Pecinan  (Sumber: Google Maps)
Gambar 3. 6 Lokasi Pasar Johar  (Sumber: Google maps)
Gambar 3. 8 Lokasi Kota Lama Surabaya  (Sumber: Google maps)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari urian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh peristiwa yang terjadi pada seseorang (locus of control), pengetahuan

Sebelum digunakan, inkubator, wadah dan alat-alat untuk mengambil telur dicuci dengan alkohol 10%, sedangkan air yang digunakan diberi larutan Malachite green dengan

Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan pengaruh Electronic Word of Mouth produk Chatime Indonesia terhadap Purchase Intention disarankan agar Chatime Indonesia

Pasien kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot dan penurunan jaringan subkutan yang serius. Akibat perubahan ini maka jaringan yang berfungsi sebagai bantalan

Pengusaha-pengusaha tambang di Australia bergerak melalui komunitas pertambangan yang ada di Australia melalui saluran-saluran seperti misalnya demonstrasi, media massa serta

Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Gibson dan Mangkuprawiro, Yudianto (2008) yang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja

The Windows Phone 7 SDK offers five Silverlight project templates in Visual Studio: a standard phone application, databound application, phone class library, panorama

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “KAJIAN HIDROLOGI KAMPUS UNS DAN SEKITARNYA: POLA ALIRAN AIRTANAH, KUALITAS AIRTANAH DAN BESARNYA ALIRAN PERMUKAAN