• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep DM Aplikasi Nanda NIC NOC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep DM Aplikasi Nanda NIC NOC"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Askep DM Aplikasi Nanda NIC NOC

Definisi DM

DM atau Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah atau glukosa didalam darah atau biasa disebut dengan hiperkalemi. Glukosa yang ada didalam darah biasanya bersirkulasi dalam jumlah tertentu didalam darah.

Etiologi

Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus (Sjaifoellah, 1996) yaitu : Faktor keturunan

Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel–sel betha pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin.

Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang

Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh jaringan perifer tergantung keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel betha pulau pancreas. Kegemukan atau obesitas

Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes mellitus dan insulin insufisiensi relative.

Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin

Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.

Patofisiologi

Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa/produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi.

Bila kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (poliphagi). Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membran sel, maka pasien akan cepat lelah.

(2)

Manifestasi klinis

Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba–tiba pada usia anak–anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala–gejalanya antara lain adalah sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni, cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20 tahun.

Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan–lahan sampai menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak– anak dan remaja.

Gejala–gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan kabur, luka yang lam asembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita, impotensi pada pria.

Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik (Carpenito, 2001).

Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002)

Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata ( Smeltzer, 2002)

Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)

Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002).

Hypoglikemia

Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002)

Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu (Long 1996) :

Mikrovaskuler Penyakit Ginjal

(3)

Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002).

Penyakit Mata (Katarak)

Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996).

Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996)

Makrovaskuler

Penyakit Jantung Koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah

menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.

Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus,

demikian juga pada daerah–daerah yang tekena trauma (Long, 1996). Pembuluh darah otak

Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun (Long, 1996)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain: Pemeriksaan gula darah

Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada waktu tidur.

Pemeriksaan dengan Hb

Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor sebagai hasil dari glikolisis normal.

Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah. Penatalaksanaan

(4)

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau

hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

1. Perencanaan makan

Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :

a. KH 60 –70 %

b. Protein 10 –15 %

c. Lemak 20 25 %

Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM melalui perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg

1) BB ideal x 30% untuk laki-laki

BB ideal x25% untuk Wanita

Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:

 Ringan : 100 – 200 Kkal/jam

 Sedang : 200 – 250 Kkal/jam

 Berat : 400 – 900 Kkal/jam

2) Kebutuhhan basal dihituubbng seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan

persentase kalori basal:

 Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal

 Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal

 Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal

 Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyesui,

ditambah 20 –30-% dari kalori basal

3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:

 Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal

 Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal

 Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal

2. Latihan jasmani

Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama kurang lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun)

3. Pengelolaan farmakologi

a. Obat hipoglikemik oral (OHO)

1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:

 Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

 Menurunkan ambang sekresi insulin

 Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

2) Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk

3) Inhibitor alfa glukosidase

Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial

(5)

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Pengkajian Keperawtatan menggunakan 13 domain nanda

Promosi kesehatan

Kesadaran perhadap kesehatan atau mengurus kesehatan Subjektif:

Os biasanya menceritakan bahwa memiliki riwayat kencing manis atau biasanya menyangkal penyakitnya

Objektif:

KU biasanya tampak lemah TTV seperti TD biasanya dapat naik atau turun

Nutrisi

Konsumsi/digesti/absormsi/metabolisme/hidrasi Subjektif:

BB biasanya obesitas atau beberapa bulan terakhir turun drastis

Os biasanya mengatakan cepat lapar, dan ingin makan terus Terkadang Os juga mengeluh

tidak nafsu makan dan mual-mual

Objektif: BB menurun

Elastisitas kulit menurun

Eliminasi

Sistem urinarius Subjektif:

Biasanya Os mengeluh sering kencing

Objektif:

Sering ke kamar mandi

Sistem gastrointestinal Subjektif:

Biasanya tidak ada masalah

Objektif: -Sistem integumen Subjektif: -Objektif:

Kulit biasanya tampak kering Aktivitas dan istirahat

Tidur dan istirahat Subjektif:

Tidur biasanya tidak nyenyak

Objektif:

-Aktivitas

(6)

Os biasanya mengeluh cepat lelah dan lemas

Tampak sempoyongan Nadi dan tekanan darah

biasanya dapat meningkat saat aktivitas

Kasdiovaskular Subjektif:

Biasanya tidak ada masalah

Objektif:

TD dapat naik dan nadi juga dapat naik

Respirasi Subjektif:

Biasanya tidak ada masalah

Objektif:

RR biasanya normal Persepsi atau kognisi

Perhatian dan orientasi Subjektif:

Os biasanya mengatakan tidak tahu kalau ada kancing manis

Objektif: Tampak bingung Persepsi/sensasi Subjektif: Biasanya Os mengatakan penglihatannya sudah berkurang Objektif: Tampak lesu Komunikasi Subjektif:

Os mengatakan tidak tahu kalau ada kencing manis

Objektif:

Tidak ada masalah

Persepsi diri

Konsep dan gambaran diri Subjektif:

Mengatakan cemas dan takut akan kondisinya

Objektif:

Tampak cemas

Peranan hubungan Peran dalam keluarga Subjektif:

Tidak ada masalah

Objektif:

Tidak ada masalah

Seksualitas Subjektif:

Biasanya mengeluh gairah seks menurun

Objektif:

(7)

-Koping/toleransi stress Subjektif:

-Objektif:

Tidak ada masalah

Prinsip hidup

Nilai dan kepercayaan Subjektif:

Tidak ada masalah

Objektif:

Tidak ada masalah

Keamanan/perlindungan Subjektif:

Tidak ada masalah

Objektif:

Banyak berkeringat Terdapat risiko jatuh

Biasanya terdapat luka gangren Kenyamanan

Subjektif:

Biasanya mengeluh nyeri pada kaki atau ekstremitas

Objektif:

Susah berkonsentrasi

Pertumbuhan/perkembangan Subjektif:

Tidak ada masalah

Objektif:

-DATA PENUNJANG Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Gula darah Biasanya naik Ureum kreatinin Biasanya dapat

meningkat

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia dan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

Sumber:

Brunner and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.

(8)

Carpenito, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Sjaifoellah, N. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI.

https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di edit oleh admin Ilmu Keperawatan.

Referensi

Dokumen terkait

Diagnose 2 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai dengan takipneau atau RR lebih dari normal. Tujuan dan kriteria

Instruksikan pasien mengenai tanda dan ge+ala untuk melaporkan pada pemeri pera-atan kesehatan, dengan cara

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan

Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.

Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls