• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015 1

No. 38/07/32/Th XVII, 1 Juli 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

D

AN

H

ARGA

B

ERAS

D

I

P

ENGGILINGAN

NILAI TUKAR PETANI JUNI 2015 SEBESAR 103,08 (2012=100)

BPS PROVINSI JAWA BARAT

 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Juni 2015 (2012 =100) tercatat sebesar 103,08 atau naik 0,58 persen dibandingkan NTP Mei 2015 sebesar 102,48. Hal ini disebabkan Indeks Harga Diterima Petani (IT) naik 1,27 persen lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) yang naik sebesar 0,69 persen.

 Juni 2015, empat dari lima subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP, kenaikan tertinggi terjadi pada NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 1,14 persen dari 108,69 menjadi 109,93, diikuti NTP Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,77 persen dari 101,48 menjadi 102,26, NTP Subsektor Perikanan naik 0,62 persen dari 98,37 menjadi 98,97 serta NTP Subsektor Hortikultura naik 0,30 persen dari 103,18 menjadi 103,49, sementara NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 0,50 persen dari 97,22 menjadi 96,73.

 Di Daerah Pedesaan Jawa Barat Juni 2015 terjadi inflasi sebesar 0,91 persen. Enam dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan naik sebesar 1,66 persen, diikuti Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,61 persen, Kelompok Sandang 0,47 persen, Kelompok Perumahan 0,40 persen, Kelompok Kesehatan 0,32 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi sebesar 0,08 persen, sementara Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga dalam posisi stabil tidak mengalami perubahan indeks.

 Juni 2015 berdasarkan 183 transaksi gabah yang terpantau di Jawa Barat, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp. 4.436,09,- per kilogram atau mengalami kenaikan sebesar 4,48 persen dibandingkan harga GKP Mei 2015 yang tercatat sebesar Rp. 4.246,00,-. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 2,55 persen dari Rp. 4.916,00,- menjadi Rp. 5.041,18,- per kilogram. Gabah Kualitas Rendah naik 1,77 persen dari Rp. 3.427,15,- menjadi Rp.3.488,71,-.

 Juni 2015, rata-rata harga beras di penggilingan Rp, 8.988,78 atau naik 2,05 persen dibandingkan Mei 2015 sebesar Rp. 8.808,00. Berdasarkan kualitas beras, Beras Premium turun 3,23 persen dari Rp, 9.364,15 menjadi Rp, 9.141,41, Beras Medium naik 8,72 persen dari Rp. 8.408,07 menjadi Rp, 9.061,29, Beras kualitas Rendah naik 6,31 persen dari Rp, 8.007,69 menjadi Rp, 8.513,33.

(2)

2 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015

A.

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

1.

Nilai Tukar Petani

Sebagai proxy indikator kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dengan membandingkan Indeks Harga Diterima Petani dengan Indeks Harga Dibayar Petani. NTP menunjukkan

kemampuan tukar (term of trade) komoditas hasil pertanian dengan barang & jasa konsumsi petani baik

untuk keperluan rumah tangga maupun proses produksi. Semakin tinggi NTP berarti semakin kuat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

Berdasarkan hasil pemantauan harga di 17 kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada Juni 2015, NTP Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen dibandingkan NTP Mei 2015 yaitu naik dari 102,48 menjadi 103,08. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga petani atau dengan kata lain Indeks Harga Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,27 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) yang naik sebesar 0,69 persen.

Juni 2015, empat dari lima subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP, kenaikan tertinggi terjadi pada NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 1,14 persen dari 108,69 menjadi 109,93, diikuti NTP Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,77 persen dari 101,48 menjadi 102,26, NTP Subsektor Perikanan naik 0,62 persen dari 98,37 menjadi 98,97 serta NTP Subsektor Hortikultura naik 0,30 persen dari 103,18 menjadi 103,49, sementara NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 0,50 persen dari 97,22 menjadi 96,73.

90,00 110,00 130,00 150,00

Juni'14 Agst'14 Okt'14 Des'14 Feb'15 April'15 Juni'15

IT IB NTP

Gambar 1

Perkembangan Indeks Harga Diterima, Indeks Harga Dibayar dan Nilai Tukar Petani di Jawa Barat (2012=100)

(3)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015 3

2. Indeks Harga Diterima Petani (IT)

Perkembangan yang terjadi pada Indeks Harga Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga dari komoditas-komoditas yang dihasilkan petani. Pada Juni 2015, IT Gabungan dari lima subsektor pertanian naik sebesar 1,27 persen dibandingkan dengan IT Mei 2015 yaitu dari 122,78 menjadi 124,34. Bila dirinci menurut subsektor, kelima IT Subsektor serentak mengalami kenaikan yaitu IT Subsektor Peternakan naik 1,79 persen, IT Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,50 persen, IT Subsektor Perikanan naik 1,25 persen, IT Subsektor Hortikultura naik 1,01 persen, dan IT Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,10 persen.

3. Indeks Harga Dibayar Petani (IB)

Fluktuasi harga barang & jasa yang dikonsumsi rumah tangga petani serta barang & jasa yang diperlukan petani dalam proses produksi terlihat mengalami kenaikan. Pada Juni 2015, indeks harga yang dibayar petani (IB) naik sebesar 0,69 persen dari 119,80 menjadi 120,63. Lima subsektor serentak mengalami kenaikan IB, tertinggi terjadi pada IB Subsektor Tanaman Pangan naik 0,73 persen, diikuti IB Subsektor Hortikultura naik 0,71 persen, IB subsektor Peternakan naik 0,64 persen, IB Subsektor Perikanan naik 0,63 persen, dan IB Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,60 persen.

Di Daerah Pedesaan Jawa Barat Juni 2015 terjadi inflasi sebesar 0,91 persen. Enam dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan naik sebesar 1,66 persen, diikuti Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,61 persen, Kelompok Sandang 0,47 persen, Kelompok Perumahan 0,40 persen, Kelompok Kesehatan 0,32 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi sebesar 0,08 persen, sementara Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga dalam posisi stabil tidak mengalami perubahan indeks.

Khusus Indeks yang dibayar petani untuk keperluan proses produksi pada Juni 2015 mengalami inflasi sebesar 0,14 persen. Berdasarkan kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi yaitu Kelompok Bibit 0,26 persen, Kelompok Pupuk, Obat-obatan & Pakan serta Kelompok Transportasi mengalami inflasi sama besar 0,18 persen, kemudian Kelompok Penambahan Barang Modal mengalami inflasi 0,27 persen, Kelompok Biaya Sewa & Pengeluaran Lain 0,04 persen serta Kelompok Upah Buruh 0,01 persen.

4. Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor Pertanian

a. NTP Tanaman Pangan

NTP Subsektor Tanaman Pangan pada Juni 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen yaitu naik dari 101,48 menjadi 102,26, hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (IT) naik sebesar 1,50 demikian juga indeks yang dibayar petani (IB) mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,73 persen. Naiknya IT Subsektor Tanaman Pangan dikarenakan oleh IT Subkelompok Padi naik sebesar 1,48 persen, dan IT Subkelompok Palawija naik sebesar 1,67 persen. Pada sisi pengeluaran petani, IB mengalami inflasi sebesar 0,73 persen akibat dsn IB Sub Kelompok Konsumsi Rumah tangga (IKRT) mengalami inflasi sebesar 0,94 persen dan IB Subkelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) 0,07 persen.

(4)

4 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015

b. NTP Hortikultura

Juni 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,30 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani (IT) naik sebesar 1,01 persen dan indeks yang dibayar petani (IB) juga naik sebesar 0,71 persen. Kenaikan IT dipengaruhi oleh kenaikan IT Subkelompok Sayur-sayuran yang naik sebesar 1,50 persen demikian juga IT Subkelompok Buah-buahan naik 0,65 persen, sedangkan IT Subsektor Tanaman Obat mengalami penurunan sebesar 2,87 persen. Di sisi pengeluaran, IB Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen akibat IB indeks Konsumsi Rumah Tangga naik 0,90 persen demikian juga IB Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik 0,10 persen.

c. NTP Tanaman Perkebunan Rakyat

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Juni 2015 mengalami penurunan sebesar 0,50 persen dari 97,22 menjadi 96,73. Hal ini disebabkan oleh Indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 0,10 persen sementara Indeks Dibayar Petani (IB) naik lebih tinggi yaitu sebesar 0,60 persen. Bila dirinci menurut penggunaan, IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga naik 0,87 persen demikian juga IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik 0,08 persen.

d. NTP Peternakan

Juni 2015, NTP Subsektor Peternakan berada pada posisi 109,93 tercatat mengalami kenaikan dari NTP Mei 2015 yang memiliki indeks sebesar 108,69 atau naik sebesar 1,14 persen. Indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,79 persen demikian juga Indeks yang Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,64 persen. Bila dirinci per subkelompok, IT Subkelompok Unggas naik 2,46 persen, IT Subkelompok Ternak Besar naik 1,70 persen, IT Subkelompok Ternak Kecil naik 1,31 persen serta IT Subkelompok Hasil Ternak naik 1,28 persen. Di sisi pengeluaran petani, Indeks Dibayar Petani (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen akibat IB Konsumsi Rumah Tangga naik 0,91 persen demikian juga IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik 0,42 persen.

e. NTP Perikanan

Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen dari 98,37 pada Mei 2015 menjadi 98,97 pada Juni 2015. Hal ini disebabkan oleh Indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,25 persen lebih tinggi dari kenaikan Indeks Dibayar Petani (IB) yang naik sebesar 0,63 persen. Dari sisi pendapatan petani, IT Subkelompok Penangkapan Ikan naik sebesar 1,52 persen dan IT Subkelompok Budidaya naik sebesar 1,22 persen. Dari sisi pengeluaran, Indeks yang dibayar (IB) naik sebesar 0,63 persen akibat IB Konsumsi Rumah tangga naik sebesar 0,87 persen demikian juga IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik sebesar 0,06 persen.

(5)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015 5

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Barat per Subsektor Pertanian

serta Perubahannya (2012=100), Juni 2015

Subsektor Indeks Perubahan Juni 2015 Thd Mei 2015 (%) Mei 2015 Juni 2015 [1] [2] [3] [4] 1, Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 123,83 125,69 1,50 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 122,02 122,91 0,73 c. Nilai Tukar Petani (NTP-TP) 101,48 102,26 0,77 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 105,88 107,40 1,43 2, Hortikultura

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 125,41 126,68 1,01 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 121,55 122,41 0,71 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,18 103,49 0,30 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 108,83 109,82 0,91 3, Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 115,56 115,68 0,10 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 118,87 119,58 0,60 c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 97,22 96,73 -0,50 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 103,93 103,95 0,02 4, Peternakan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 124,38 126,60 1,79 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 114,43 115,17 0,64 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 108,69 109,93 1,14 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115,67 117,24 1,36 5, Perikanan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 116,08 117,52 1,25 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 118,00 118,74 0,63 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 98,37 98,97 0,62 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 105,73 106,98 1,19 6, Gabungan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 122,78 124,34 1,27 b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 119,80 120,63 0,69 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 102,48 103,08 0,58 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 108,07 109,29 1,13

(6)

6 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015

Tabel 2

Indeks Harga Diterima Petani, Indeks Harga Dibayar Petani

per Subkelompok Pengeluaran serta Perubahannya [2012=100], Juni 2015

Kelompok/Sub Kelompok

Indeks Gabungan Subsektor

Mei 2015 Juni 2015

Perubahan Juni 2015 Thd

Mei 2015

[1] [3] [3] [4]

1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA

PETANI 122,78 124,34 1,27

2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR

PETANI 119,80 120,63 0,69

2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 123,66 124,79 0,91

2.1.1. Bahan Makanan 128,66 130,79 1,66

2.1.2. Makanan Jadi 122,66 123,40 0,61

2.1.3. Perumahan 117,91 118,38 0,40

2.1.4. Sandang 116,78 117,34 0,47

2.1.5. Kesehatan 112,64 113,00 0,32

2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 115,98 115,98 0,00 2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 125,66 125,76 0,08 2.2 BIAYA PRODUKSI DAN PENAMBAHAN 113,61 113,77 0,14 BARANG MODAL

2.2.1. Bibit 114,09 114,38 0,26

2.2.2. Pupuk dan Obat-obatan 110,52 110,72 0,18 2.2.3. Biaya Sewa dan Pngeluaran Lain 110,38 110,42 0,04

2.2.4. Transportasi 134,09 134,33 0,18

2.2.5. Penambahan Barang Modal 111,43 111,73 0,27

2.2.6. Upah Buruh 115,18 115,19 0,01

3. NILAI TUKAR PETANI 102,48 103,08 0,58

(7)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015 7

5.

Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa

Lima dari enam provinsi di Pulau Jawa mengalami kenaikan NTP pada Juni 2015, kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1,13 persen, diikuti NTP Banten naik 0,90 persen, NTP Jawa Barat naik sebesar 0,58 persen, NTP Jawa Tengah naik sebesar 0,57 persen, NTP Jawa Timur naik 0,53 persen, sementara NTP DKI Jakarta mengalami penurunan sebesar 1,41 persen dari 98,76 menjadi 97,37. Secara Nasional, NTP Juni 2015 dibandingkan Mei 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen dari 100,02 menjadi 100,52

Tabel 3

Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa

dan Nasional [2012=100], Juni 2015

Provinsi NTP Perubahan Juni 2015 Thd Mei 2015 (%) Mei 2015 Juni 2015 [1] [2] [3] [4] DKI Jakarta 98,76 97,37 -1,41 Jawa Barat 102,48 103,08 0,58 Jawa Tengah 97,93 98,49 0,57 DI Yogyakarta 99,24 100,36 1,13 Jawa Timur 102,50 103,05 0,53 Banten 102,30 103,22 0,90 Nasional 100,02 100,52 0,50

(8)

8 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015

B.

PERKEMBANGAN

HARGA

PRODUSEN

GABAH

Juni 2015, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp. 4.436.09,- per kilogram atau mengalami kenaikan sebesar 4,48 persen dibandingkan harga GKP Mei 2015 yang tercatat sebesar Rp. 4.246,00,-. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani mengalami kenaikan harga sebesar 2,55 persen dari Rp. 4.916,00,- menjadi Rp. 5.041,18,- per kilogram. Kualitas yang ketiga yaitu Gabah Kualitas Rendah naik sebesar 1,77 persen dari Rp. 3.427,96,- menjadi Rp. 3.488,71,-.

Gambar 1

Perkembangan Harga Rata-rata Gabah di Tingkat Petani Jawa Barat (Rp/Kg)

1, Harga Gabah Tertinggi dan Terendah

Juni 2015, jumlah transaksi yang terpantau melalui Survei Monitoring Gabah di Jawa Barat berjumlah 183 transaksi yang tersebar di 15 Kabupaten Jawa Barat. Diantaranya transaksi GKP sebanyak 128 observasi (69,95 persen), transaksi GKG sebanyak 34 observasi (18,58 persen) dan transaksi Gabah Kualitas Rendah sebanyak 21 observasi (11,48 persen). Dari hasil pengamatan harga, GKP di Tingkat Petani terendah sebesar Rp, 3.800,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Garut (3 observasi) dengan harga di tingkat penggilingan sebesar Rp, 3.865,00,- akibat adanya ongkos angkut dari lokasi transaksi GKP ke penggilingan terdekat sebesar Rp, 65,00,- per kilogram. Sementara harga GKP tertinggi di Tingkat Petani sebesar Rp, 5.500,00,- dijumpai di Kabupaten Ciamis (1 observasi) dengan harga di tingkat penggilingan sebesar Rp, 5.550,00,-.

Untuk kualitas GKG di Jawa Barat pada Juni 2015 terhitung rata-rata harga GKG di Tingkat

Penggilingan sebesar Rp. 5,150.00,- per kilogram. Harga GKG Penggilingan terendah sebesar Rp,

4.650,00,- per kilogram dijumpai di Kabupaten Kuningan (2 observasi), Harga GKG Penggilingan tertinggi sebesar Rp, 5.650,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Bandung (1 observasi). Dari hasil pemantauan gabah Juni di Jawa Barat, harga transaksi Gabah untuk seluruh kualitas berada diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yaitu berdasarkan Inpres Nomor 5 tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah.

2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00

JUNI'14 AGS'14 OKT'14 FEB'15 APRIL'15 Juni'15

GKP

GKG

(9)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015 9 Tabel 4

Jumlah Observasi Gabah, Harga Gabah serta

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas Gabah di Jawa Barat, Juni 2015

Kelompok Kualitas Gabah

Jumlah Observasi (%)

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga di Tingkat Penggilingan

HPP Di Tingkat Penggilingan

Terendah Tertinggi Rata-Rata

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] GKG 34(18,58 %) 4.600,00 5.600,00 5.041,18 5.150,00 4.600,00 GKP 128 (69,95 %) 3.800,00 5.500,00 4.436,09 4.553,95 3.750,00 Rendah 21 (11,48 %) 3.150,00 4.000,00 3.488,71 3.641,57 - Jumlah 183 (100,00 %) Keterangan :

GKG (Gabah Kering Giling) : Kadar Air ≤ 14,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran ≤ 3,00 %

GKP (Gabah Kering Panen) : Kadar Air (14,01 % - 25,00 %) dan Kadar Hampa/Kotoran (3,01 % - 10,00 %) Rendah (di luar Kualitas) : Kadar Air > 25,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran > 10,00 %

2. Kasus Gabah Kualitas Rendah

Transaksi Gabah Kualitas Rendah pada Juni 2015 terpantau sebanyak 21 observasi dari total transaksi 183 atau 11,48 persen, yaitu terjadi di Kabupaten Sukabumi sebanyak 13 observasi, di Kabupaten Bogor sebanyak 6 observasi dan di Kabupaten Bekasi sebanyak 2 observasi. Harga terendah Gabah Kualitas Rendah di Tingkat Petani Rp, 3.150,00,- per kilogram terjadi di Kabupaten Sukabumi (2 observasi) sedangkan harga Gabah Kualitas Rendah tertinggi sebesar Rp, 4.000,00,- terjadi di Kabupaten Bekasi (2 observasi).

C.

PERKEMBANGAN

HARGA

BERAS

DI

TINGKAT

PENGGILINGAN

Pemantauan harga beras di tingkat penggilingan pada Juni 2015 dilakukan di 15 Kabupaten Jawa Barat yang tersebar di 35 Kecamatan dengan jumlah observasi sebanyak 78. Diantaranya observasi Beras Premium sebanyak 32 observasi (41,03 persen), Beras Medium 31 observasi (39,74 persen), Beras kualitas Rendah 15 observasi (19,23 persen). Pada Juni 2015, rata-rata harga beras di penggilingan sebesar Rp, 8.988,78 atau naik 2,05 persen dibandingkan harga beras Mei 2015 yang tercatat sebesar Rp. 8.808,00. Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahan (broken) beras, harga Beras Premium turun 3,23 persen dari Rp, 9.364,15 menjadi Rp, 9.141,41, Beras Medium naik 8,72 persen dari Rp. 8.408,07 menjadi Rp, 9.061,29, demikian juga Beras kualitas Rendah naik 6,31 persen dari Rp, 8.007,69 menjadi Rp, 8.513,33.

Perkembangan harga beras di penggilingan menunjukkan pola yang fluktuatif. Sepanjang Juni 2014 sampai Juni 2015, penurunan harga terjadi di lima bulan terakhir yaitu Agustus dan September 2014 serta Maret, April dan Mei 2015. Dalam rentang waktu itu rata-rata harga beras terendah sebesar Rp, 8.304,95 per kilogram yaitu terjadi pada Juni 2014.

(10)

10 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 38/07/32/Th.XVII, 1 Juli 2015

Gambar 2

Perkembangan Harga Beras di Tingkat Penggilingan

Di Jawa Barat (Rp/Kg)

Tabel 5

Rata-rata Harga Beras di Tingkat Penggilingan

Menurut Kelompok Kualitas Beras di Jawa Barat

Kelompok Kualitas

Rata-rata Harga Beras di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Juni 2014 Juli 2014 Ags 2014 Sept 2014 Okt 2014 Nov 2014 Des 2014 Jan 2015 Feb 2015 Mar 2015 Apr 2015 Mei 2015 Juni 2015 [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] Premium 8.517 8.755 8.772 8.652 8.785 8.745 9.346 9.377 10.100 10.244 9,511 9.364 9.141 Medium 8.372 8.570 8.252 8.184 8.450 8.483 8.940 9.364 10.062 9.948 9,399 8.408 9.061 Rendah 7.629 7.665 7.733 7.813 8.086 8.382 8.732 9.121 9.600 8.608 7,920 8.008 8.513 Rata-rata 8.305 8.470 8.411 8.352 8.561 8.598 9.140 9.330 10.053 9.864 9,257 8.808 8.989 Keterangan :

Premium : Kadar Broken ≤ 10,00 % Medium : Kadar Broken (10,01 % - 20,00 %) Rendah : Kadar Broken > 20,00 %

6000 7000 8000 9000 10000 11000

JUNI'14 AGS '1 4 OKT'14 DES'14 FEB'15 APR'15 JUNI'15

PREMIU M MEDIU M REND AH RAT A-RAT A

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini bekerja dengan melakukan operasi baris elementer terhadap matrik yang diperoleh dari system persamaan linear yang diketahui.. Pada saat implementasi dalam program

Pengukuran kandungan timbal dalam sampel kangkung darat dan kangkung air dimulai dengan pengukuran absorbansi larutan standar timbal (Pb) menggunakan Spektrofotometri

Penelitian terdahulu oleh Nofebriansyah (2014) yang berjudul “Kebermaknaan Hiidup Tokoh Utama dalam Novel Perang Karya Putu Wijaya Tinjauan Teori

Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah baik jika dilihat dari net profit margin, return on asset, dividend payout ratio, price earning ratio, price book value, walaupun

Apabila terdapat level yang sama maka panitia akan melihat dan membandingkan personal details yang dikeluarkan oleh University of Cambridge dari masing-masing peserta disetiap

4) Perubahan paradigma dan prinsip dasar untuk yang melayani: a) Mendengar suara Tuhan langsung mengenai masalah dll. b) Menolong orang lain untuk mendengar suara Tuhan

antigen dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan tes PCR Swab. Sebagai informasi, metode RT LAMP ini diperkirakan memiliki sensitivitas 94% dan hanya memerlukan

Selain sumber dana yang digunakan dari dana desa, kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan BUMDes juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.. Hal ini juga disampaikan oleh