• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Risiko kesehatan di tempat (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Risiko kesehatan di tempat (2)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH MANAJEMEN RISIKO

Tugas Identifikasi Risiko

(Studi Kasus PT Telekomunikasi Indonesia Tbk)

Oleh:

1102100084 Risky Danaputra 1102100108 Widya Kusuma Rini 1102100146 Brellian Gema 1102101191 Syaifullah Aziz 1102101211 Arvin Zakkaha

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS TELKOM

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...1

BAB I PENDAHULUAN...2

1.1 Latar Belakang...2

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penelitian...3

1.4 Batasan Masalah...3

1.5 Profil Perusahaan...4

BAB II LANDASAN TEORI...7

2.1 Pengertian Risiko...7

2.2 Komponen Risiko...9

2.3 Cara Mengidentifikasi Risiko...10

2.4 Proses Identifikasi Risiko...10

2.5 Manajemen Risiko...11

2.6 Pengelolaan Risiko...11

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS...13

3.1 Identifikasi Risiko...13

3.1.1 Risiko Operasional...13

3.2 Faktor Penyebab...15

3.3 Sumber Penyebab Risiko...16

3.4 Kerugian...16

3.5 Pengendalian Risiko...17

3.5.1 Analisis Pengelolaan Risiko...17

3.5.2 Pengendalian Risiko...19

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...21

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari aktivitas mengelola risiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya berhadapan dengan risiko usaha dan risiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa risiko usaha adalah risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan risiko non usaha adalah risiko lain yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

Manajemen risiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu risiko usaha. Manajemen risiko merupakan antisipasi atas semakin kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidi, 2010). Dalam pelaksanaannya, PT Telkom akan menghadapi banyak sekali risiko-risiko yang akan mengganggu, baik itu risiko-risiko internal maupun risiko-risiko eksternal. Hal ini tentu saja dapat terjadi, dikarenakan PT Telkom merupakan perusahaan perseroan terbatas yang berkedudukan di Indonesia yang sebagian besar operasi, aset dan pelanggannya berada di Indonesia. Akibatnya, kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial di Indonesia di masa mendatang, serta tindakan dan kebijakan tertentu yang diambil atau tidak diambil oleh Pemerintah secara material dapat berdampak negatif terhadap usaha, kondisi keuangan dan hasil operasi PT Telkom.

(4)

seperti Indosat, Ratelindo, Excelcomindo, Bakrie Telecom dan Mobile 8. Di lingkungan industri yang sangat menarik dan semakin kompetitif ini, PT Telkom harus terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya dan terus berusaha agar para para pelanggannya tidak pindah ke kompetitornya. Risiko industri ini merupakan suatu hal yang penting dan harus menjadi perhatian bagi PT Telkom dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu PT Telkom harus bisa menangani atau mengidentifikasi risiko-risiko yang akan terjadi di kemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan menjadi obyek penelitian ini yaitu :

1. Apa saja risiko-risiko yang muncul pada PT Telkom? 2. Jenis risiko apa saja yang muncul pada PT Telkom?

3. Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya risiko tersebut? 4. Apa saja kerugian yang didapat oleh PT Telkom?

5. Bagaimana cara mengelola risiko pada PT Telkom?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah yang ada di atas diantaranya :

1. Mengidentifikasi risiko-risiko yang muncul pada PT Telkom 2. Mengidentifikasi jenis risiko yang muncul pada PT Telkom

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko tersebut. 4. Mengetahui kerugian yang akan didapat oleh PT Telkom

5. Mengetahui cara mengelola risiko pada PT Telkom

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dirumuskan oleh peneliti terkait dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dilakukan hanya pada tahap teoritis, tidak memperhatikan kondisi perusahaan secara langsung.

2. Usulan yang diberikan hanya bersifat tertulis tanpa adanya implementasi pada perusahaan.

1.5 Profil Perusahaan

(5)

hukum dan peraturan yang berlaku di negara ini. Dengan statusnya sebagai perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London Stock Exchange (“LSE”) dan public offering without listing (“POWL“) di Jepang.

Bermula dari didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf pada tahun 1882, layanan komunikasi dikonsolidasikan oleh pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856 dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg), momen tersebut di kemudian hari atau tepatnya tahun 2009 dijadikan sebagai hari lahir PT Telkom. Status jawatan diubah pada tahun 1961 menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi atau PN Postel. Pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro, dan satunya lagi adalah Perusahaan Negara Telekomunikasi. Selanjutnya pada tahun 1974 PN Telekomunikasi diubah namanya menjadì Perusahaan Umum Telekomunikasi atau Perumtel yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diakuisisi oleh Pemerintah Indonesia dan dijadikan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.

Pada tahun 1989 undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi ditetapkan untuk mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Kemudian pada tahun 1991 Perumtel diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. Saat ini PT Telekomunikasi Indonesia memiliki beberapa layanan telekomunikasi diantaranya:

1. Telepon, Data dan Internet

(6)

b) Flexi : Layanan telepon, data dan internet berbasis fixed wireless CDMA.

c) PT TelkomNet Instan : layanan internet dial up.

d) PT TelkomNet Astinet : layanan akses internet berlangganan dengan fokus perusahaan.

e) Speedy : layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band) menggunakan teknologi ADSL.

f) e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, PT TELKOMWeb Plazatron). Solusi Enterprise-INFONET.

g) PT TELKOMLink VPN IP : layanan komunikasi data any to any connection berbasis IP MPLS.

h) PT TELKOMNet Whole Sale (VPN Dial) : layanan akses dial up ke intranet suatu perusahaan yang dilakukan secara remote dan mobile via jaringan data berbasis TCP IP (MPLS/tunneling) pada PT TELKOMNet.

i) PT TELKOM ISDN : Jaringan digital yang menyediakan layanan telekomunikasi multimedia, merupakan pengembangan dari sistem telepon yang telah terintegrasi.

2. Satelit

a) PT TELKOM Satelit (Sewa Transponder) b) PT TELKOMVSAT

3. Televisi Berlangganan a) Groovia TV b) PT Telkom Vision c) Usee TV

d) Yes TV

(7)

memberikan pelayanan terbaik, berupa kemudahan, produk, dan jaringan berkulitas dengan harga kompetitif.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Risiko

Risiko adalah konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Bentuk-bentuk risiko antara lain risiko murni, risiko spekulatif, risiko partikular dan risiko fundamental.

a) Risiko murni adalah risiko yang akibatnya terdiri dari 2 macam yaitu rugi atau break even, contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.

b) Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya terdiri dari 3 macam yaitu rugi, untung atau break even, contohnya judi.

(8)

Terdapat beberapa macam tipe risiko yaitu sebagai berikut: karyawan cedera, kegiatan operasional perusahaan terganggu

Risiko Legal Risiko kontrak tidak sesuai yang diharapkan, dokumentasi yang tidak benar

Terjadi perselisihan sehingga perusahaan lain menuntut ganti mengalami penurunan, yang mengakibatkan kerugian yang dialami perusahaan.

Risiko Kredit Risiko karena counter party gagal memenuhi

Perusahaan tidak mempunyai kas untuk membayar kewajibannya (misal melunasi hutang).

(9)

membutuhkan kas dengan cepat.

Risiko Operasional

Risiko kegiatan operasional tidak berjalan lancar dan mengakibatkan kerugian: kegagalan sistem, human error, pengendalian dan prosedur yang kurang

Komputer perusahaan terkena virus sehingga operasi perusahaan terganggu.

Prosedur pengendalian perusahaan tidak memadai sehingga terjadi pencurian barang-barang yang dimiliki perusahaan.

Terdapat beberapa sumber risiko di lingkungan sekitar, yaitu:

a) Lingkungan fisik, misalnya bangunan yang dimakan usia sehingga rapuh, sungai yang dapat menyebabkan banjir, gempa bumi, badai, topan, vandalism (pengrusakan).

b) Lingkungan sosial, misalnya kerusuhan sosial, demonstrasi, pemogokan, pencurian, dan lain-lain.

c) Lingkungan politik, misalnya perubahan perundangan, perubahan peraturan, atau konflik antar negara.

d) Lingkungan legal, misalnya gugatan karena gagal memenuhi peraturan atau janji.

e) Lingkungan operasional, misalnya kecelakaan kerja, kerusakan mesin, dan lain-lain.

f) Lingkungan ekonomi, misalnya resesi, inflasi, dan lain-lain.

2.2 Komponen Risiko

(10)

a) Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko yang terjadi di dalam perusahaan atau proyek yang dapat dikontrol oleh manusia. Risiko-risiko seperti ini biasanya timbul karena masalah keuangan, organisasi, karyawan, lingkungan kerja, perubahan produk dan masalah-masalah lain di dalam perusahaan atau proyek yang tidak menunjang pencapaian yang diharapkan. Akibatnya, terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek, peningkatan biaya atau gangguan/interupsi pada arus kas.

b) Faktor risiko eksternal adalah faktor-faktor risiko di luar kontrol / kendali manusia, misalnya aktivitas di pasar uang/pasar modal, kebijakan di bidang perpajakan, perubahan lingkungan/alam (cuaca), dan lain-lain. Ketika risiko-risiko ini terjadi, yang paling penting adalah bagaimana menghadapinya.

2.3 Cara Mengidentifikasi Risiko

Terdapat 2 cara untuk mengidentifikasikan risiko yang diantaranya : 1. Identifikasi risiko berdasarkan tujuan

Pendirian sebuah perusahaan tentulah mempunyai tujuan. Jadi, peristiwa-peristiwa yang akan menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh tujuan perusahaan akan diindentifikasikan sebagai risiko

2. Identifikasi risiko berdasarkan skenario

Skenario yang dibuat dimana skenario-skenario tersebut merupakan alternatif-alternatif cara untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi, peristiwa-peristiwa yang memicu terjadinya alternatif skenario yang tidak diharapkan / di luar yang telah ditetapkan perusahaan dapat diidentifikasikan sebagai risiko. Hasil dari identifikasi risiko adalah sebuah daftar berisi risiko-risiko. Apa yang akan dilakukan terhadap risiko-risiko yang telah didaftarkan itu tergantung dari sifat dari risiko-risiko itu.

2.4 Proses Identifikasi Risiko

Proses identifikasi tergantung dari jenis proyek yang sedang ditangani dan kemampuan/keahlian/pengalaman dari tim manajemen risiko yang ditugaskan untuk mengidentifikasi risiko-risiko, beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses identifikasi risiko, antara lain :

(11)

besar proses identifikasi risiko dimulai dengan mempelajari isu-isu dan hal-hal yang menjadi perhatian tim pengembangan proyek. Contoh daftar identifikasi risiko-risiko adalah manajemen, organisasi, peraturan pemerintah, pihak ke tiga, kondisi ekonomi perusahaan, lingkungan, dan lain-lain.

2. Pengelompokan risiko, sesudah risiko-risiko diidentifikasi maka risiko-risiko itu harus dikelompokkan dalam beberapa kelompok risiko yang sejenis. Pengelompokkan risiko-risiko itu bertujuan untuk mencegah terjadinya pengulangan dan membantu manajemen dalam proses menganalisa risiko-risiko.

3. Pembentukan Tim, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi risiko ? Perusahaan dapat membentuk tim khusus untuk mengidentifikasi risiko yang terdiri dari manajer proyek, anggota-anggota proyek, tim manajemen risiko, ahli-ahli dari luar tim proyek yang menguasai / memahami proyek yang sedang dikerjakan, ahli manajemen risiko dan pemegang saham.

2.5 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian atau suatu rangkaian aktivitas manusia yang termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.

2.6 Pengelolaan Risiko

Berikut adalah jenis-jenis cara mengelola risiko:

(12)

2. Risk reduction, atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko

3. Risk transfer, yatu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.

4. Risk deferral, meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. Dampak suatu risiko tidak selalu konstan.

(13)

BAB III

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS

3.1 Identifikasi Risiko

Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, PT Telkom menghadapi banyak sekali risiko-risiko yang akan mengganggu, baik itu risiko internal maupun risiko eksternal. Hal ini dikarenakan PT Telkom merupakan perusahaan perseroan terbatas yang berkedudukan di Indonesia yang sebagian besar operasi, aset dan pelanggannya berada di Indonesia. Akibatnya, kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial di Indonesia di masa mendatang, serta tindakan dan kebijakan tertentu yang diambil atau tidak diambil oleh Pemerintah secara material dapat berdampak negatif terhadap usaha, kondisi keuangan dan hasil operasi PT Telkom. Risiko Operasional menurut PT Telkom adalah risiko-risiko yang terdapat dalam kegiatan operasional sehari-hari perusahaan yang baik secara langsung maupun tidak langsung muncul dari ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, orang, dan sistem atau dari kejadian di luar kendali perusahaan, termasuk bencana alam.

3.1.1 Risiko Operasional

Risiko operasional yang terjadi pada PT Telkom adalah sebagai berikut:

1. Kegagalan dalam melanjutkan operasi jaringan PT Telkom kepada jaringan operator lainnya yang memiliki dampak negatif terhadap bisnis dan prospek usaha PT Telkom

2. Akses kabel jaringan PT Telkom menghadapi ancaman keamanan, seperti pencurian dan perusakan yang dapat mengakibatkan pengaruh terhadap operasional PT Telkom

3. Adanya pihak dari dalam perusahaan (karyawan) yang meraup keuntungan pribadi dan merugikan konsumen

4. Kebocoran pendapatan (kesulitan memperoleh pendapatan yang merupakan hak dari PT Telkom) yang dapat terjadi akibat kelemahan dari faktor internal dan eksternal

5. Teknologi baru dapat mengakibatkan terhadap daya saing PT Telkom 6. Satelit PT Telkom yang memiliki masa operasi yang terbatas dan dapat

(14)

7. Risiko terhadap pelayanan internet (jaringan PT Telkom yang rentan terhadap akses ilegal, virus komputer, ancaman dunia maya dan ancaman lainnya)

8. Persaingan terhadap operator yang ada dan pemain baru (operator baru) di industri telekomunikasi ini dapat berdampak terhadap bisnis telekomunikasi

9. Sangat banyak karyawan yang bekerja tidak secara maksimal

(15)

3.2 Faktor Penyebab

Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana yang secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara

3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.

4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.

Pada Kasus PT Telkom, faktor penyebab terjadinya risiko adalah berasal dari moral para pegawai dari PT Telkom itu sendiri. Banyak pegawai yang belum bekerja secara maksimal dan ditemukannya pelaksanaan operasional yang masih belum maksimal. Kemudian banyaknya pemain baru yang masuk kedalam dunia telekomunikasi merupakan risiko yang harus dihadapi oleh pihak PT Telkom agar tetap dapat bertahan dan menjadi pemain nomor satu di dunia telekomunikasi.

(16)

3.3 Sumber Penyebab Risiko

Pada kasus PT Telkom, sumber resiko berasal dari faktor internal dan eksternal. Contohnya pada kasus pencurian kabel yang terjadi di daerah Bintaro. Oknum yang terlibat dalam kasus ini merupakan teknisi sambungan internet speedy dan karyawan pemeliharaan kabel, artinya oknum yang terlibat merupakan karyawan internal perusahaan. Sedangkan dalam kasus risiko terhadap pelayanan internet dapat disebabkan karena faktor internal (belum adanya pembaharuan dalam teknologi pelayanan) dan faktor eksternal (tersedianya celah bagi masyarakat untuk melakukan tindakan kriminal seperti pencurian pulsa melalui hacker professional).

3.4 Kerugian

Pada kasus PT. Telekomunikasi Indonesia, ada beberapa kerugian yang diderita oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Kerugian tersebut terdiri dari kerugian finansial dan risiko menurunnya reputasi dari PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai perusahaan telekomunikasi yang sudah lama melayani kebutuhan telekomunikasi terhadap konsumen ke depannya.

1. Kerugian Finansial

a) Kerugian langsung berupa merosotnya reputasi sehingga pendapatan perusahaan menurun

b) Kerugian membayar denda-denda yang disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung.

c) Kerugian biaya operasional terhadap jaringan kabel yang dicuri dan rusak d) Kerugian biaya untuk membangun jaringan operator yang terhenti

e) Kerugian pembelian alat dan teknologi baru apabila tidak dapat menggunakannya.

f) Kerugian biaya operasi dan maintenance pada Satelit PT. Telkom Indonesia yang dapat rusak

g) Kerugian biaya dalam membangun citra positif dan mengembalikan kepercayaan masyarakat.

(17)

a) Kerugian adanya publikasi negatif dari konsumen yang mengalami pelayanan yang kurang memuaskan

b) Kerugian berkurangnya tingkat kepercayaan para perusahaan untuk melakukan bisnis kedepannya

c) Kerugian sulitnya untuk bersaing dengan kompetitor d) Kerugian kredibilitas perusahaan menurun di masyarakat

Kerugian lainnya adalah kerugian yang ditimbulkan oleh resiko terhadap kepatuhan pegawai di PT. Telkom Indonesia. Pegawai yang tidak patuh dapat merusak keseluruhan sistem kerja. Hal ini disebabkan karena ketidakpatuhan yang dibuatnya dapat mengganggu koordinasi dan pelimpahan tanggung jawab oleh atasannya. Kerahasiaan perusahaan pun dapat terancam dengan adanya pegawai seperti ini. Mereka akan cenderung mengupayakan berbagai hal untuk memuaskan kepentingan sendiri meskipun harus melanggar peraturan.

3.5 Pengendalian Risiko

3.5.1 Analisis Pengelolaan Risiko

1. Pada kasus “kegagalan dalam melanjutkan operasi jaringan PT. Telkom kepada jaringan operator lainnya” termasuk kedalam pengelolaan Risk Control. Hal ini bisa dilakukan pengurangan frekuensi terjadinya resiko operasi jaringan Telkom, sehingga dampak yang di timbulkan dapat berkurang

2. Pada kasus “Akses kabel jaringan PT. Telkom menghadapi ancaman keamanan” termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance. Hal ini dapat dilakukan pencegahan dari ancaman keamanan kabel jaringan. Seperti memindahkan kabel jaringan ke tempat yang lebih aman dan strategis. 3. Pada kasus “Adanya pihak dari dalam perusahaan (karyawan) yang meraup

keuntungan pribadi dan merugikan konsumen” termasuk kedalam pengelolaan Risk Control. Hal ini bisa dilakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan PT. Telkom, sehingga mengurangi frekeuensi kemungkinan risiko

4. Pada kasus “Kebocoran pendapatan” termasuk kedalam pengelolaan Risk Transfer

(18)

6. Pada kasus “Satelit PT. Telkom yang memiliki masa operasi yang terbatas dan dapat rusak selama masa operasi orbit” termasuk kedalam pengelolaan Risk transfer

7. Pada kasus “Risiko terhadap pelayanan internet (jaringan PT. Telkom yang rentan terhadap akses ilegal, virus komputer, ancaman dunia maya dan ancaman lainnya)” termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang canggih agar pelayanan dapat berjalan dengan baik

8. Pada kasus ” Persaingan terhadap operator yang ada dan pemain baru (operator baru) di industri telekomunikasi ini dapat berdampak terhadap bisnis telekomunikasi” termasuk kedalam pengelolaan Risk Retention 9. Pada kasus “Sangat banyak karyawan yang bekerja tidak secara maksimal”

termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah pelatihan yang intensif agar karyawan dapat bekerja secara baik dan maksimal

10. Pada kasus “Peminjaman uang dengan pihak luar negri untuk penambahan alat-alat baru” termasuk kedalam pengelolaan Risk Retention. Hal ini perusahaan lebih memilih menganggarkan dana untuk keperluan alat-alat baru. Sehingga perusahaan tidak akan terlilit hutang.

(19)

Tabel 3.1 Alternatif Pengelolaan Risiko

Sedangkan matriks dibawah ini merupakan hasil klasifikasi berdasarkan risiko yang telah dijabarkan diatas sesuai dengan tingkat signifikansi dan tingkat frekuensi yang dialami oleh risiko:

Gambar 3.1 Matriks Frekuensi dan Signifikansi Risiko

3.5.2 Pengendalian Risiko

Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh perusahaan dalam mengatasi risiko ataupun mencegah terjadinya risiko yang sama ke depannya. Beberapa cara tersebut telah diterapkan PT Telkom dalam manajemen risiko perusahaannya.

(20)

2. PT Telkom menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko. Dengan demikian, PT Telkom dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi telekomunikasi pada resiko tertentu.

3. Melakukan dukungan aktivitas bisnis melalui legal advisory kepada unit bisnis dengan menyampaikan kajian hukum (Legal Opinion) atas rencana tindakan dan permasalahan yang telah terjadi terkait dengan kesesuaian hukum atau ketentuan yang berlaku (Legal Advisory)

4. Melakukan evaluasi kajian risiko dan legal (risk & legal review) atas rencana inisiatif bisnis, kebijakan dan rencana kerjasama yang akan dilakukan oleh Perusahaan (Legal Review atas inisiatif Bisnis & Policy) 5. Menyelenggarakan layanan data kepada pihak eksternal sebagai bentuk

kewajiban operator telekomunikasi untuk menyediakan data kepada Aparat Penegak Hukum

(21)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur.

Hasil, 2013, Konsep Dasar Manajemen Risiko, diakses 9 April 2014, pukul 09.03, http://sharifhaq.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-manajemen-resiko.html Wikipedia, 2013, Manajemen risiko, diakses 9 April 2014, pukul 08.46,

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko

Gambar

Tabel 2.1 Tipe Risiko
Gambar 3.1 Matriks Frekuensi dan Signifikansi Risiko

Referensi

Dokumen terkait

perikanan tangkap, peningkatan pelayanan pada pusat kegiatan kawasan, pengembangan sistem dan jaringan transportasi Klaster Minapolitan Belinyu; Pengembangan Komoditas

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen

Yang menarik pada toko buku di Kota Langsa adalah jumlahnya yang sedikit, kualitas dan kuantitas pengunjung yang beragam, serta perkembanganya yang menarik bagi penelti.. Dari hasil

Diharapkan peneliti lain lebih menyempurnakan alat ukur, memperluas populasi sehingga generalisasi menjadi lebih luas, memperhatikan bahwa kenakalan remaja merupakan hal sensitif

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Nashrul Wahyu Suryawan

Konsumen bawang merah curah menginginkan atribut yang melekat pada suatu produk yang dikonsumsi sudah sesuai dengan selera ataupun keinginannya. Data untuk kualitas

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Batang jati muda memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut: bentuk batang bersegi empat, permukaan batang memiliki bulu-bulu halus, warna kulit batang hijau, kulit batang