• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI BUDAYA DALAM UMPASA DAN PENGGUNAANNYA PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DI KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI BUDAYA DALAM UMPASA DAN PENGGUNAANNYA PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DI KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI BUDAYA DALAM

UMPASA

DAN PENGGUNAANNYA

PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DI

KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

HOTNIDA SIMANJUNTAK NIM. 309122025

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Hotnida Simanjuntak, Nim 309122025, Judul : “Nilai Budaya dalam Umpasa dan Penggunaannya Pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan’’, Jurusan Pendidikan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Medan.

Kecamatan Lintongnihuta adalah salah satu kecamatan yang terdapat di kabupaten Humbang Hasundutan. Masyarakat Lintongnihuta mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba. Alasan penulis memilih lokasi ini karena masyarakat Batak Toba di Lintongnihuta masih bersifat homogen dan dalam upacara adat selalu berhubungan dengan penuturan umpasa sebagai nilai budaya yang penting yang digunakan saat acara berkmonikasi adat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui urutan penggunaan umpasa dalam upacara perkawinan adat Batak Toba di kecamatan Lintongnihuta, nilai budaya yang terkandung dalam simbol umpasa pada upacara adat perkawinan Batak Toba dan tujuan Orang Batak selalu menggunakan umpasa dalam upacara adat perkawinan Batak Toba. Dengan demikian jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Untuk mempermudah proses penelitian penulis mengadakan wawancara dengan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan kepada tokoh adat dan yang memahami umpasa untuk menggali data tentang penggunaan umpasa dalam upacara perkawinan sehingga data yang akan di peroleh akurat. Wawancara juga dilakukan kepada masyarakat setempat yang mengetahui nilai budaya dalam umpasa yang turut serta dalam pemberian umpasa pada saat acara adat. Selain itu metode observasi juga dilakukan untuk mengamati langsung penggunaan umpasa pada upacara adat perkawinan dengan melakukan pendokumentasian foto.

Dari hasil penelitian di peroleh umpasa merupakan doa, harapan, pedoman hidup yang lestari didalamnya tersirat nilai kehidupan yang berhubungan manusia. Sedangkan umpama adalah kata kata kiasan yang digunakan juga sebagai alat untuk menasehati. Penggunaan umpasa harus berurutan dari pembukaan, isi dan penutup. Sesuai dengan tujuan hidup Orang Batak yaitu hagabeon, hasangapon dan dan hamoraon maka hal ini terdapat dalam umpasa. Pada saat upacara perkawinan umpasa yang disampaikan yaitu agar diberikan kerukunan, mudah rezeki, memiliki anak (hagabeon), dan dilindungi Tuhan. Pemahaman Orang Batak mengenai umpasa saat ini sudah mulai berkurang sebab banyak umpasa asal diucapkan. Oleh karena itu penatua adat sebaiknya mensosialisasikan umpasa yang benar kepada generasi muda . Key words: umpasa dan umpama, nilai budaya

(5)

Kata pengantar

Puji syukur atas berkat dan karunia Tuhan maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai Budaya Dalam Umpasa dan Penggunaannya Pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Berkat Bantuan dari berbagai pihak baik secara materil maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku rektor Universitas Negeri Medan

2. Bapak Dr.H.Restu, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

3. Ibu Dra.Puspitawati,M.Si sebagai ketua Prodi Pendidikan Antropologi 4. Bapak Drs.Payerli Pasaribu, M.si. sebagai dosen pembingbing yang telah

memberikan bantuan dan saran serta kritik dalam penyusunan skripsi ini . 5. Bapak Drs.Waston Malau, sebagai dosen pembingbing akademik saya

yang telah banyak memberikan masukan dan saran serta kritik

6. Bapak Drs. Tumpal Simarmata,M.Si sebagai dosen penguji yang juga telah membantu saya dalam peyusunan skripsi ini

(6)

8. Ibu saya tercinta H.Siregar dan Bapak saya (almarhum) H.Simanjuntak yang telah mendidik saya, memberikan dukungan dan kasih sayang yang setulusnya.

9. Abang dan kakak saya Robet Simanjuntak beserta kakak ipar saya E. Tambunan dan keponakan saya yang baik (Rahel Daulat, Kelfin dan kennnedy) yang memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini 10.Kakak Agustina Simanjuntak dan abang D. Sitanggang beserta pelita dan

adiknya yang selalu memberikan semangat dan motivasi buat penulis 11. Ito saya Hartono Simanjuntak, Duma Kristin dan Jhon priadi

Simanjuntak yang selalu memberi dukungan buat penulis serta semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12.Kakek saya Opung. Sarma Simanjuntak yang membantu dalam doanya semoga opung semakin sehat dan panjang umur

13.Kepada adik bapak saya (bapa pudan) B.Simanjutak dan K. Sibuea yang telah membantu saya dalam doanya dan ito saya Thamrin simanjuntak dan adik-adiknya

14.Keluarga Tulang Drs.Tonni Siregar dan nantulang Purnama Malau beserta anak-anaknya (Claudia, Grace dan Immanuel) yang telah bersedia membantu penulis selama pendidikan di Unimed

15.Seluruh kawan kawan Antopologi 2009 Dini, Irna,Erna, Lisa, Musdar Happy, Fernandes, Andi, Haposan, Freddy, Arjuna dan Gunawan dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

(7)

16.Seluruh kawan-kawan PPL di SMP N 3 Perbaungan Novriandi Douglas , Fhatar, Rida,Dian, Imel dan Lidia sitorus sukses untuk kita semua 17.Seluruh nara sumber saya yang telah bersedia membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

Sebagaimana halnya karya tulis yang dikerjakan oleh mahasiswa yang masih harus banyak belajar penulis menyadari bahwa apa yang di tulis ini masih jauh dari yang diharapkan baik materi maupun teknik penyusunannya.Oleh karenanya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua

Penulis

(8)
(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN

ABSTRAK ... ...i

KATA PENGANTAR ... ...ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Rumusan Masalah ... 4

1.5 Tujuan Penelitian... 4

1.6 Manfaat Penelitian...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Pustaka... ... 6

2.1.1 Nilai Budaya Dalam Masyarakat... ... 6

2.2 Kerangka Konsep ... ... ..8

2.2.1 Umpasa ... 8

2.2.2 Masyarakat Batak Toba ... ...9

2.2.3.Adat Istiadat ... 10

2.2.4 Perkawinan... 11

(10)

2.2.6 Tradisi...13

2.3 Kerangka Teori... ...14

2.3.1 Kebudayaan...14

2.3.2 Nilai Budaya...15

2.3.3 Teori Simbol...16

2.4 Kerangka Berfikir...18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian... 20

3.2 Lokasi Penelitian... 20

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 21

3.3.1. Subjek Penelitian...21

3.3.2 Objek Penelitian...22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5 Analisa Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Gambaran Umum Lintongnihuta... 28

4.1.1 Letak Geografis ... ... 29

4.2 Keadaan Penduduk ... 30

4.2 1 Sistem Kepercayaan... 31

4.2.2 Sistem Mata Pencaharian ... ... 32

4.3 Sarana dan Prasaranan... ... 34

4.3.1 Sarana Kesehatan... ... ..34

(11)

4.3.2 Bidang Pariwisata dan Kebudayaan...34

4.4 Bidang Sosial Budaya ... ... ...35

4.4.1 Kekerabatan...35

4.5 Umpasa dan Umpama dalam Tahapan Perkawinan...37

4.5.1 Marhusip...37

4.5.2 Marhata Sinamot...40

4.5.3 Umpasa Marunjuk...53

4.5.4 Umpasa Paulak une dan Manikkir tangga...65

4.6.Penggunaaan Umpasa Batak Toba dalam adat perkawinan...71

4.6.1 Tujuan Orang Batak Menyampaikan pesan lewat Umpasa...73

4.6.2 Syarat-Syarat Pemberi Umpasa...74

4.7 Perubahan umpasa saat ini...76

BAB V Kesimpulan Dan Saran ... 86

5.1. Kesimpulan ... ...86

5.2 Saran ...88

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah penduduk Kecamatan Lintongnihuta pada tiap desa

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut

Tabel 3 : Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka

miliki. Salah satu nilai yang masih bertahan hingga saat ini yaitu umpasa. Dalam

upacara adat Batak Toba Umpasa adalah satu hal yang tidak boleh dilupakan

dalam acara adat. Yang dimaksud dengan umpasa adalah rangkaian kata-kata

kiasan yang diikuti kata tujuan kalimat yang bermaksud menasehati,

memperingatkan, mengarahkan atau membimbing seseorang atau meminta

berkat. Umpasa merupakan bagian keindahan bahasa batak yang dipakai dalam

berbagai acara adat. Ini digunakan pada saat upacara adat kelahiran anak,

upacara perkawinan, upacara adat kematian dan lain-lain. Setiap acara adat ada

tujuannya, sehingga umpasa itu disesuaikan dengan tujuan adat tersebut. Umpasa

mengandung gagasan, ide, bahkan tujuan tersirat di dalamnya. Seseorang yang

menyampaikan umpasa harus memahami nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Umpasa menekankan makna

bernilai budaya dengan membandingkan sifat-sifat, karakteristik, perilaku

terhadap tumbuh-tumbuhan ataupun benda-benda yang ada disekeliling manusia.

Jika umpasa menggunakan kata kiasan atau simbol dari hewan, tanaman,

sungai, atau gunung, maka harus dipilih yang artinya baik. Tidak dibenarkan

membuat simbol kiasan dalam umpasa terhadap hal-hal yang dianggap merugikan

(14)

2

dll. Sehingga jika seseorang berumpasa dalam acara adat, harus kreatif dalam

menggunakan diksi (pilihan kata) dan memiliki nilai yang patut diteladani .

Penggunaan umpasa berbeda-beda sesuai dengan konteks adat yang

berlangsung. Jadi, orang yang ditunjuk dalam menyampaikan haruslah orang yang

memiliki kemampuan serta pengetahuan yang luas tentang acara adat yang

berlangsung. Salah satu upacara adat Batak Toba yang menggunakan umpasa

adalah upacara perkawinan. Perkawinan adat Batak Toba bersifat eksogami yang

artinya perkawinan diluar marga lain dan tidak boleh bertukar langsung diantara

dua keluarga yang berbeda marga. Sebagaimana diketahui bahwa perkawinan adat

Batak Toba berlangsung dalam beberapa tahap mulai dari acara marhori-hori

dingding atau marhusip (pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan

yang dilamar dan sifatnya masih terbatas), marhata sinamot (membicarakan mas

kawin), marunjuk (upacara perkawinan), paulak une (kunjungan pengantin

ataupun paranak ke tempat perempuan ) dan manikkir tangga (kunjugan pihak

perempuan/parboru ke tempat laki-laki/ paranak). Dalam setiap komunikasi ada

hal-hal yang diminta dan diinginkan hal tersebut maka digunakanlah umpasa.

Dalam menyampaikan tujuan Orang Batak tidak secara langsung

mengungkapkannya, tetapi menggunakan makna kiasan terutama dalam acara

adat. Misalnya, dalam ulaon marunjuk maka hula-hula (pemberi istri) akan

memberikan umpasa agar rumah tangga memiliki keturunan. Orang Batak tidak

langsung mengatakannya dengan kalimat langsung tetapi menggunakan kata

kiasan dan memiliki makna yang dalam. Biasanya umpasa yang sering digunakan

(15)

totro. Dalam acara tersebut semua permintaan digunakan dalam beberapa bentuk

umpasa lain yang berbeda-beda.

Umpasa disampaikan secara lisan dan terbuka di depan umum sangat

penting peranannya dalam kehidupan. Dari kata yang diucapkan dapat diketahui

bahwa sifat orang batak itu terbuka serta menyatakan isi hati sesuai dengan

kejernihan hatinya tanpa ada yang disembunyikan. Berangkat dari fenomena

tersebut penulis tertarik untuk mengkaji “Nilai Budaya Dalam Umpasa dan

Penggunaannya Pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Kecamatan

Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dikemukakan identifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Jenis-jenis umpasa dalam upacara adat perkawinan Batak Toba .

2. Urutan penggunaan umpasa dalam upacara adat perkawinan Batak

Toba .

3. Simbol simbol yang digunakan dalam umpasa dalam upacara adat

perkawinan Batak Toba

4. Nilai budaya yang yang tersirat dalam umpasa pada upacara adat

perkawinan Batak Toba

(16)

4 1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dilakukan dengan baik dan tidak mengambang maka di

perlukan batasan masalah. Umpasa selalu digunakan dalam setiap upacara adat

Batak Toba tetapi dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu:“Nilai

Budaya Dalam Umpasa dan Penggunaannya Pada Upacara Adat Perkawinan

Adat Batak Toba”.

1.4 Rumusan Masalah

Dengan adanya pembatasan masalah maka yang menjadi perumusan masalah

adalah :

1. Bagaimana urutan penggunaan umpasa dalam upacara perkawinan adat

Batak Toba di Kecamatan Lintongnihuta ?

2. Apakah nilai budaya yang terkandung dalam setiap umpasa pada upacara

adat perkawinan Batak Toba?

3. Mengapa Orang Batak selalu menggunakan umpasa dalam upacara adat

perkawinan Batak Toba ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui urutan penggunaan umpasa dalam upacara perkawinan

adat Batak Toba di kecamatan Lintongnihuta.

2. Untuk mengetahui nilai budaya yang terkandung dalam umpasa pada

(17)

3. Untuk mengetahui tujuan Orang Batak selalu menggunakan umpasa dalam

upacara adat perkawinan Batak Toba.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya penelitian diatas, diharapkan hasil penelitian ini memiliki

manfaat yaitu:

1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti dan juga Orang Batak

mengenai umpasa dalam kehidupan masyarakat Batak Toba.

2. Sebagai bahan bacaan untuk peneliti selanjutnya pada permasalahan yang

lain atau berhubungan dengan penelitian.

3. Sebagai tambahan dan juga masukan untuk dapat memahami dan

mempelajari umpasa ini sebagai warisan yang turun temurun bagi

(18)

86

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Umpasa merupakan salah satu unsur Budaya Batak Toba yang masih

eksis hingga sekarang. Umpasa Batak Toba sebagai rangkaian kata-kata doa yang

diikuti kata tujuan kalimat yang bermaksud untuk menasihati, memberkati atau

mengarahkan atau membimbing seseorang atau bahkan meminta doa dalam

upacara adat. Umpasa merupakan bagian dari keindahan bahasa Batak yang

dipakai dalam acara adat.

Hampir semua adat Batak yang menggunakan ungkapan ini sebagai alat

komunikasi (marhata) ketika berlangsungnya acara adat. Baik pun itu adat yang

formal seperti adat kelahiran anak, perkawinan, kematian maupun adat yang tidak

formal seperti malua atau naik sidi, merantau dan lain-lain. Sedangkan

penggunaan umpasa dan umpama dalam perkawinan dimulai dari tahap marhusip

(pembicaraan tertutup), marhata sinamot (membicarakan mas kawin), marunjuk

(pesta), paulak une dan manikkir tangga (kunjungan pihak laki-laki ke tempat

perempuan dan sebaliknya). Semua umpasa ini bukan asal dibuat tetapi sudah

merupakan ruhut ni adat (peraturan adat) yang dilaksanakan oleh sijolo-jolo tubu.

(orang terdahlu) Setiap menyampaikan umpasa harus memperhatikan konteks

adat yang berlangsung saat itu. Pada adat batak ada umpasa digunakan sebagai

permohonan doa sedangkan umpama sebagai kata kiasan yang digunakan

(19)

Urutan penggunaan umpasa dalam upacara adat perkawinan harus

berurutan dimulai dari pembukaan, isi dan penutup. Didalam umpasa terkandung

harapan untuk meminta kerukunan, rezeki yang banyak, meminta hagabeon

(putra/i), dan juga agar selalu dilindungi oleh Tuhan. Setiap umpasa dan umpama

memiliki nilai kehidupan budaya yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

Batak Toba. Umpasa ini merupakan bagian dari adat Batak Toba yang digunakan

sebagai alat untuk berdialog (marhata) pada saat upacara adat. Penggunaan

umpasa harus benar dan tidak boleh menggunakan simbol simbol yang kurang

baik bagi manusia. Karena dalam umpasa tersirat kehidupan manusia. Tujuan

Orang Batak menggunakan umpasa pada saat acara adat yaitu dianggap

mengandung nilai yang sakral dan magis dan layak digunakan sebagai wujud

permohonan, mempermudah dialog saat acara berbicara adat, supaya lebih sopan

dalam meminta dan memberikan saat upacara, untuk memperindah saat acara

marhata (berdialog) dan yang terakhir merupakan bagian dari seni budaya.

Batak Toba. Dalam umpasa tersirat simbol-simbol yang berhubungan dengan

perjalanan kehidupan manusia. Dalam menuturkan umpasa tidak semua orang ada

syarat sayarat agar dapat menuturkan yaitu harus memiliki hagabeon (anak),

selain itu harus menguasai bahasa Batak Toba dengan benar sebab saat

menyampaikan umpasa tidak dapat disamakan antara bahasa adat dengan bahasa

indonesia. Selain itu harus mampu memahami dan menggunakan simbol- simbol

umpasa dengan baik. Karena ada simbol simbol tertentu yang tidak dapat

(20)

88

Oleh karena itu menciptakan umpasa bukanlah hal yang mudah karena

harus terkait dengan kehidupan orang banyak simbol dalam kehidupan Orang

Batak. Sekarang ini banyak umpasa yang beredar yang asal-asalan diucapkan

merasa sudah memahami adat yang justru itu menunjukkan bahwa orang yang

bersangkutan tidak memiliki adat sebab umpasanya tidak memiliki makna.

5. 2 SARAN

Berdasarkan obseravasi yang dilakukan peneliti maka beberap saran yang

perlu mengenai umpasa Batak ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebaiknya para penatua adat harus memberikan sosialisasi mengenai

umpasa batak ini sehingga ketika digunakan dalam upacara adat tidak

terjadi kesalahan sebelum menggunakan umpasa seharusnya orang yang

menggunakan umpasa tersebut harus memahami apa yang dimaksud

tujuannya sehingga kesannya tidak asal-asalan dan alangkah baiknya jika

dipelajari kembali agar tidak melecehkan budaya adat Batak.

2. Sebaiknya harus dibedakan bahasa adat dengan Bahasa Indonesia saat

marhata adat khususnya dalam umpasa.

3. Sebagai generasi muda batak sebaiknya perlu memahami budaya Batak

dan mempelajari khususnya umpasa, karena merekalah nantinya yang jadi

pemimpin acara adat. Jangan malu belajar bahasa Batak karena umpasa

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaya, James. 1984. Folklor Indonesia. Jakarta:Grafiti Pers

Harahap, Basyral Hamidy,dkk.1987. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak. Jakarta

:Sanggar willem Iskandar

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi I.Jakarta :PT Asdy Mahasatya

Moleong, Lexy .2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung :PT Remaja

Rosdakarya

Nababan, Manguji.2013. Artikel “ Umpasa Batak”. Medan: SIB

Pardede, R.A. Lumongga . 2010. Masisisean Di Ulaon Adat Batak Toba. Medan:

Saifuddin, achmad Fedyani .2006. Antropologi Kontemporer .Jakarta :Kencana

Siburian, Tolopan. 2008. Kecamatan Lintongnihuta Dalam Angka 2008.

Lintongnihuta:BPS Kabupaten Humbahas

Sianipar,SHW. 1991. Tuho Parngoluon Dalihan Na ToluSistem Bermasyarakat

Bangso Batak.Medan: CV. Pustaka Gama

Sihombing, T.M. 1989. Jambar Hata. Tulus Jaya

Simanjuntak, B.A. 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba.

Jakarta :Yayasan Obor

_______________.2009. Melayu Pesisir Dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai

Budaya). Medan:Yayasan Obor

(22)

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian pendidikan. Bandung Alfabeta

Sztompka, Piotr. 1993. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta :Prenada

Tambunan, emil. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan

Kebudayaannya. Bandung:_______

Warneck.J. 2012. Kamus Batak Toba Indonesia. Medan: Bina Media Perintis

Internet:

(http://id.wikipedia.org/wiki/Subjek_penelitian)

(.http://rajabatak2.wordpress.com/2008/10/28/sejauh-mana

pengaruh-perubahan-itu/. )

Pardosi,Jhonson.2008.Makna Simbolik ,Umpasa ,Sinamot, Dan Ulos Pada

Perkawinan Adat Batak Toba .Jurnal Ilmiah .Fakultas Sastra:USU

((http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17518 diakses 27 april jam 06.00

WIB)

Tampubolon,Flansius.2010.Umpasa Masyarakat Batak Toba dalam Rapat

Gambar

Tabel 1  : Jumlah penduduk  Kecamatan Lintongnihuta pada tiap desa

Referensi

Dokumen terkait

Penulis tesis ini memerikan keterkaitan antara peran penutur dan ragam bahasa dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba.. Prinsipnya, kebiasaan kegiatan adat

Pada saat ini upacara adat perkawinan Batak Toba telah berubah seperti tahapan mangalehon tanda hata ( pemberian tanda burju) sudah jarang dilaksanakan, marhori- hori

SEKULERISASI LAGU-LAGU ROHANI PADA PELAKSANAAN UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS BATAK TOBA DI JEMAAT.. GEREJA

Adapun aspek-aspek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah amanat umpasa yang digunakan dalam upacara adat kematian saur matua, diksi umpasa yang digunakan

Debora (2014) dalam skripsinya yang berjudul Makna Simbolik Upacara Adat Mangulosi (Pemberian Ulos) pada Siklus Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Judul Tesis : TRADISI LISAN NYANYIAN RAKYAT ANAK- ANAK PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN.. Nama Mahasiswa : Demak

Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa: pertama, alasan masyarakat Batak Toba di Binjai memilih menggunakan musik keyboard dan menggunakan repertoar musik populer adalah karena

Begitu juga dengan Tindakan Komunikatif yang terjadi pada saat pernikahan Adat Batak Toba, Dalam setiap tindakan yang dilakukan dalam Upacara Pernikahan Adata