• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Implementasi Manajemen Sekolah Bermutu” dengan sub judul “Studi Tentang Hubungan Antar Komponen Sekolah Bermutu Dengan Mutu Kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat”. Disertasi. Bandung : Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Implementasi Manajemen Sekolah Bermutu” dengan sub judul “Studi Tentang Hubungan Antar Komponen Sekolah Bermutu Dengan Mutu Kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat”. Disertasi. Bandung : Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Perumusan dan pertanyaan penelitian ... 11

C. Definisi operasional dan Indikator Variabel ... 13

D. Tujuan penelitian ... 40

E. Manfaat penelitian ... 42

F. Kerangka berpikir dan premis ... 43

G. Asumsi ... 48

H. Hipotesis penelitian ... 51

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 54

A. Manajemen Sekolah Bermutu dalam Konteks Kajian Administrasi Pendidikan ... 54

B. Karakteristik Kriteria Sekolah Bermutu ... 60

1. Sekolah Efektif ... 60

2. Visi dan Misi Sekolah ... 79

3. Lingkungan Sekolah ... 87

4. Kepemimpinan Sekolah ... 104

(2)

5. Dukungan masyarakat ... 124

6. Rancangan dan program sekolah ... 156

7. Peserta Didik / Siswa ... 163

8. Guru yang menerapkan pembelajaran inovatif ... 175

9. Kurikulum yang terintegrasi ... 200

C. Strategi Pengelolaan Model Sekolah Bermutu ... 212

1. Manajemen Strategi Sekolah... 212

2. Tujuan dan Target Sekolah ... 215

3. Implementasi Strategi Organisasi Sekolah... 217

D. Penilaian / Evaluasi Sekolah Bermutu ... 221

E. Kajian Studi Terdahulu yang Relevan ... 251

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 270

A. Pendekatan Penelitian ... 270

B. Desain penelitian ... 270

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 271

D. Lokasi penelitian, Populasi dan Sampel ... 274

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangan ... 283

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 288

H. Prosedur dan tahap – tahap penelitian ... 289

I. Keterbatasan penelitian ... 296

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 300

A. Hasil Penelitian ... 300

B. Pembahasan hasil penelitian ... 329

(3)

A. Asumsi ... 355

B. Konstruksi Pemikiran Model ... 355

C. Prasyarat Implementasi Model ... 358

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 360

A.Kesimpulan ... 360

B. Implikasi ... 366

C. Rekomendasi ... 371

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikaan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimal. Secara mendasar, dimensi kemanusiaan tersebut dijabarkan dalam fungsi pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(5)

wawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga cita - cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

Sementara itu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Hal ini karena adanya permasalahan pendidikan di Indonesia yakni kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan analisis input dan output tidak dilaksanakan secara konsekuen. Penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara birokratik sentralistik, menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, selain itu peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim.

(6)

pengelolaan lembaga pendidikan secara optimal diharapkan menjadi sekolah yang memiliki keunggulan / mutu.

Dari kenyataan di atas muncul gagasan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang berwawasan keunggulan yang diharapkan output / kelulusan memiliki daya saing di tingkat nasional maupun Internasional. Gagasan pemerintah tersebut dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 50 ayat (3) yang berbunyi :

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

Kemudian dikuatkan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa :

Pemerintah bersama - sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang- kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan untuk menjadi sekolah bertaraf Internasional.

Selanjutnya kebijakan tersebut diatas, dijadikan landasan Rancangan Strategi Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 yang menyatakan bahwa :

Untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten /kota yang bersangkutan, untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf Internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.

(7)

kompetensi global, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain yang telah lebih maju dari negara kita khususnya yang tergabung dalam organisasi Negara - negara OECD.

Oleh karena itu, menurut penulis Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, dalam penyelenggaraannya dituntut untuk konsisten memperlihatkan kenyataan bahwa sekolah merupakan suatu sistem dalam pengelolaannya, yang terdiri dari : input – proses – ouput dan outcome. Hal ini disebabkan SMPN RSBI dipandang mampu menghasilkan output yang berkualitas dan untuk mencapai output yang berkualitas diperlukan proses yang berkualitas karena output merupakan hasil dari sebuah proses dan proses yang berkualitas akan ditentukan pula oleh input yang dimiliki oleh sekolah. Sebagai Sekolah bermutu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional hendaknya mampu menunjukkan implementasi karakteristik sekolah bermutu, seperti yang dikemukakan oleh Peter Mortimore (1991), bahwa sekolah bermutu adalah sekolah yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1. Sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten

2. Lingkungan sekolah yang baik dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf

3. Kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat

4. Penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi 5. Pendelegasian wewenang yang jelas

6. Dukungan masyarakat sekitar

7. Sekolah mempunyai rancangan program yang jelas 8. Sekolah mempunyai fokus sistemnya tersendiri 9. Pelajar diberi tanggung jawab

10. Guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif 11. Evaluasi yang berkelanjutan

(8)

13. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam membantu pendidikan anak - anaknya.

Sedangkan Shannon dan Bylsma (2005) mengidentifikasi karakteristik sekolah - sekolah berpenampilan unggul (high performing schools) sebagai berikut :

1. Fokus bersama dan jelas.

2. Standar dan harapan yang tinggi bagi semua siswa. 3. Kepemimpinan sekolah yang efektif.

4. Tingkat kerja sama dan komunikasi inovatif.

5. Kurikulum, pembelajaran dan evaluasi yang melampaui standar. 6. Frekuensi pemantauan terhadap belajar dan mengajar tinggi.

7. Pengembangan staf pendidik dan tenaga kependidikan yang terfokus. 8. Lingkungan yang mendukung belajar.

Sedangkan Smith and Purkey serta Scheerens dan Bosker menyampaikan pendapatnya yang lebih dikenal dengan nama : ”Two Set of Factors in the

Effective – School Formula”.

Menurut Smith dan Perkey (Wayne K Hoy, Cecil G Miskel, 2008:303) Formula Sekolah Efektif terdiri atas :

1. Instructional leadership

2. Planned and purposeful curriculum 3. Clear goals and high expectations 4. Time on task

5. Recognition of academic success 6. Orderly climate

7. Sense of community

8. Parental support and involvement 9. School site management

10.Staff development 11.Staff stability

(9)

Pendapat Smith dan Purkey tersebut di atas menjelaskan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki beberapa karakteristik dan karakteritik tersebut terdiri atas : kepemimpinan instruksional, kurikulum yang dirancang dan

penuh arti, tujuan yang jelas dan ekspektasi tinggi, efektivitas waktu dalam melaksanakan tugas, penyampaian kesuksesan dari

akademis, iklim sekolah yang baik, perasaan dari komunitas, dukungan dan keterlibatan berkenaan dengan orang tua siswa, manajemen sekolah, pengembangan staff, stabilitas staf, perancangan secara kolektif dan kolaboratif serta adanya dukungan langsung.

Sedangkan formula sekolah efektif menurut Scheerens and Bosker Wayne K Hoy, Cecil G Miskel, 2008:303) adalah :

1. Educational leadership

2. Curriculum quality / opportunity to learn 3. Achievement orientation

4. Effective learning time 5. Feedback and reinforcement 6. Classroom climate

7. School climate 8. Parental involvement 9. Independent learning 10. Evaluative potential 11. Consensus and cohesion 12. Structured instruction 13. Adaptive instruction

(10)

orientasi kepada prestasi, memperlihatkan waktu belajar yang efektif, adanya umpan balik dan penguatan, suasana ruang belajar yang baik, iklim sekolah yang baik, adanya keterlibatan yang berkenaan dengan orang tua, memiliki independen belajar (kemandirian), melaksanakan evaluasi terhadap potensi sekolah, konsensus dan kohesi, memiliki Instruksi yang tersusun (kebijakan sekolah yang jelas), kebijakan yang diadaptasikan dengan situasi dan kondisi.

Dari beberapa pendapat / teori dari para ahli tentang sekolah efektif dan sekolah unggul, penulis berpendapat bahwa sekolah efektif dan sekolah unggul mengandung makna yang sama yakni sebagai sekolah yang berorientasi kepada peningkatan mutu atau sekolah bermutu. Sebuah sekolah dikategorikan bermutu, maka sekolah tersebut harus nampak menjalankan fungsinya yang bermutu bagi siswa dan hasil belajar yang memuaskan bagi semua pihak dengan komprehensifnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian, sekolah efektif adalah sekolah yang dapat menunjukkan adanya kesesuaian hasil yang diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan

(11)
(12)

Demikian halnya dengan pembiayaan (Money) diperlukan biaya pendidikan

(Cost) yang jumlahnya cukup besar karena untuk menghasilan output yang

memiliki outcome yang berkualitas tidak akan terlepas dari biaya yang tidak sedikit. Sementara itu perhatian dari pemerintah masih belum maksimal bahkan nampak kadarnya disamaratakan dengan sekolah biasa. Hal lainnya adalah masih rendahnya partisipasi masyarakat, nampak pada penyelenggaraan sekolah RSBI mengalami kendala sehubungan adanya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 48 tahun 2008 tentang pembiayaan pendidikan yang menimbulkan image (anggapan) bahwa pendidikan gratis, meskipun sebenarnya untuk sekolah RSBI masih diperbolehkan untuk menggalang dana dari partisipasi orangtua siswa.

Persoalan - persoalan di atas melatarbelakangi keinginan penulis untuk mencermati dan menganalisis secara lebih mendalam apakah pengelolaan (manajemen) karakteristik sekolah efektif (bermutu) yang terdiri dari visi misi sekolah, kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, peserta didik, guru dan proses belajar mengajar serta kurikulum pada penyelenggaraan SMPN Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Jawa Barat sudah maksimal atau masih perlu ditingkatkan.

(13)

Hubungan Antar Komponen Sekolah Bermutu Dengan Mutu Kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat”.

Penelitian tentang sekolah bermutu (efektif) telah banyak dilakukan di negara maju misalnya saja di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Glendale

Union High School (GUHS), dimana Taylor (Aan Komariah; 2006:37) telah

memposisikan komponen – komponen lain sebagai komponen yang kepentingannya sejajar dengan kepentingan kelulusan. Hal demikian terjadi karena sekolah efektif adalah sekolah yang seluruh komponennya mencapai tujuan secara optimal, bukan hanya pada prestasi siswa tetapi pada prestasi sekolah. Di Skotlandia, penelitian tentang sekolah efektif dilakukan oleh suatu badan penelitian yang dibiayai oleh pemerintah dengan nama Improving School

Efectiv Project (ISEP), di Indonesia sendiri penulis berkeyakinan telah banyak

(14)

B. Perumusan dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui atau mengukur bagaimana implementasi manajemen sekolah bermutu pada Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional yang ada di Jawa Barat dengan cara menganalisis hubungan dari komponen sekolah bermutu terhadap mutu kinerja sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional. Namun karena adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan dirumuskan sebagai berikut yakni :

”Bagaimanakah hubungan antara komponen - komponen determinan sekolah bermutu dengan mutu kinerja SMPN RSBI di Wilayah Jawa Barat ?”

2. Pertanyaan Penelitian

(15)

adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, dukungan masyarakat sekitar, sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, siswa / peserta didik diberi tanggung jawab, guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif dan kurikulum sekolah menjadi beberapa pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan antara visi dan misi sekolah dengan peningkatan

mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

2. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekolah dengan peningkatan

mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

3. Bagaimanakah hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat? 4. Bagimanakah hubungan antara dukungan masyarakat dengan peningkatan

mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

5. Bagaimanakah hubungan antara rancangan dan program sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

6. Bagaimanakah hubungan antara siswa dengan peningkatan mutu kinerja

penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

7. Bagaimanakah hubungan antara guru dan proses belajar mengajar dengan

peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

8. Bagaimanakah hubungan antara kurikulum sekolah dengan peningkatan

(16)

9. Bagaimanakah hubungan antara seluruh komponen sekolah secara bersama –

sama dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat ?

10. Bagaimanakah gambaran empiris komponen sekolah bermutu di SMPN RSBI di Jawa Barat, yang terdiri dari :

a. Visi dan misi sekolah b. Lingkungan sekolah

c. Kepemimpinan Kepala sekolah d. Dukungan masyarakat

e. Rancangan dan program sekolah f. Siswa / Peserta didik

g. Guru dan proses belajar mengajar h. Kurikulum sekolah

C. Definisi Operasional dan Indikator variabel

Agar penelitian yang dilakukan penulis memiliki makna dan tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap aspek - aspek yang dianalisis, maka penulis sampaikan definisi operasional komponen determinan dari sekolah bermutu. 1. Visi dan misi sekolah

(17)

1.2. Misi

Misi adalah rumusan langkah - langkah yang merupakan kunci untuk berinisiatif, mengevaluasi dan mempertajam bentuk - bentuk kegiatan. Visi dan misi sekolah yang jelas pada sekolah bermutu memiliki indikator sebagai berikut :

1. Mengadakan aturan kerja bagi perbaikan sekolah.

2. Dipahami oleh seluruh komponen sekolah (guru, staf dan siswa).

3. Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum tentang niat organisasi yang berlaku untuk kurun waktu yang panjang.

4. Mencakup filsafat yang dianut dan digunakan oleh sekolah.

5. Menciptakan sekolah yang efektif, sehingga guru – guru mampu menghadapi tantangani.

6. Mampu melayani dan memfasilitasi kebutuhan setiap ndividu dengan kebutuhan yang berbeda dari segi latar belakang dan cita - cita.

7. Mampu merangkul keanekaragaman siswa dengan latar belakang yang berbeda.

8. Membuat kebijakan yang sesuai dengan perkembangan sesuai zaman. 9. Digunakan oleh warga sebagai acuan untuk mengambil keputusan.

10. Mampu mengarahkan, mendorong dan memotivasi kepada warga sekolah untuk mencapai tujuan.

(18)

12. Mampu mengarahkan serta mengembangkan potensial, emosional, sosial dan fisik dari setiap individu.

13. Merupakan suatu pernyataan yang bersifat umum tentang niat organisasi yang berlaku untuk kurun waktu yang panjang.

14. Menghasilkan output (lulusan) secara kualitas maupun kuantitas.

15. Mampu mengubah sumber belajar (input) menjadi lulusan yang berpendidikan melalui fungsi PBM.

16. Menghubungkan input dan proses transformasi internal terhadap variasi output termasuk pencapaian test standar siswa.

17. Mendorong siswa untuk mengaktualisasikan kemampuan individu.

18. Menempatkan kepentingan sekolah sebagai kepentingan prioritas (utama) terhadap pengembangan keterampilan hidup dan nilai dengan hubungan yang positif.

19. Sebagai pertanggungjawaban standar sekolah terhadap prestasi siswa. 20. Dapat memperbaiki organisasi dengan menggunakan sejumlah standar -

standar pendekatan yang efektif.

21. Merupakan pencerminanjati diri yang ingin diciptakan, ditumbuhkan, dan dipelihara.

22. Menunjukkan produksi yang menjadi andalan.

(19)

24. Menggambarkan dengan jelas kebutuhan apa yang akan diupayakan untuk memuaskan para pelanggan atau pengguna jasa.

Diadopsi dari : Wayne K. Cecil G. Milis Kel (Hal. 241 – 293) ;

(http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Aan Komariah, Cepi

Triatna, 2005:38)

2. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat adalah kemampuan kepala sekolah dalam melayani dan menyediakan bimbingan ketika ada perubahan dan bertanggung jawab untuk kepentingan organisasi. Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan yang kuat adalah Kepala sekolah yang memiliki indikator mutu sebagai berikut :

1. Melayani setiap saat perubahan - perubahan dan bertanggung jawab terhadap keefektifan organisasi

2. Menyampaikan visi sekolah kepada warga sekolah 3. Bekerja keras untuk meningkatkan sekolah

4. Mengelola dan memanfaatkan seefektif mungkin sumber – sumber yang ada di sekolah dengan bijaksana

5. Mempengaruhi proses terhadap elemen – elemen rasional dan emosional 6. Memperlihatkan seluruh pengetahuannya tentang sekolah dan siswanya 7. Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran 8. Dapat memposisikan diri sebagai pemimpin yang baik

9. Diterima dengan baik oleh warga sekolah

(20)

11. Dikenal oleh siswa dan orang tua siswa

12. Mampu melaksanakan aturan - aturan yang sama diantara aturan negara dan sekolah

13. Memunculkan kepribadian, motivasi, faktor – faktor keahlian / keterampilan secara sistematik sehubungan dengan kepemimpinan di sekolah

14. Memiliki kompetensi terhadap pengembangan sekolah dan peserta didiknya

15. Memiliki ketenangan dalam manajemen organisasi

16. Tanggap terhadap lingkungan, peraturan yang berlaku, dan budaya organisasi

17. Menanamkan orientasi tugas, relasi, dan orientasi perubahan tingkah laku 18. Mampu melibatkan orang tua siswa dalam berbagai aktivitas sekolah. 19. Berusaha untuk mengembangkan secara terus- menerus wawasan serta

pengetahuan para staf

20. Memiliki konsep tiga dimensi : pribadi, organisasi, dan individu 21. Menegakan secara jelas struktur kepegawaian

22. Menjaga agar rasio antara guru / siswa sesuai dengan rasio ideal

23. Menjelaskan hubungan diantara ciri - ciri, situasi, tingkah laku, dan ide - ide yang efektif

(21)

25. Menggunakan pengaruh idealisme, inspirasi, motivasi, stimulasi intelektual dan ketetapan individu untuk merubah sekolah menjadi lebih baik

26. Memberikan penghargaan kepada staf yang mempunyai kinerja maksimal 27. Tegas dan adil dalam mengambil tindakan / kebijakan kelembagaan.

Diadopsi dari: Wayne K. Cecil G. Milis Kel (Hal. 417 – 418) ;

(http://www.SchoolParents.Canbera.net.au/; Megan C, Lesley Kydd dan Colin Riches, 2005:87).

3. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang memberikan dampak kepada warga sekolah merasa aman, bersih, nyaman dan mendukung terhadap proses belajar mengajar serta dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi terhadap aspek - aspek organisasi dan kehidupan sekolah.

Lingkungan sekolah yang baik pada sekolah bermutu / efektif bila dirumuskan memiliki indikator sebagai berikut:

1. Menguji karakter bersaing melalui budaya dan iklim sekolah.

2. Memanifestasikan budaya organisasi ke dalam norma norma, nilai -nilai, dan asumsi dasar pada tingkat abstraksi yang berbeda.

3. Lingkungan yang mempunyai kebijakan manajemen perilaku efektif. 4. Mampu memperbaiki budaya sekolah.

(22)

6. Memakai peristiwa - peristiwa yang terjadi dalam organisasi.

7. Isu - isu seperti : ancaman dan disiplin dibicarakan dalam komunitas sekolah.

8. Membuat kepercayaan dan optimis serta kontrol terhadap budaya sekolah yang berbeda.

9. Lingkungan menunjukkan bahwa pembelajaran itu berharga.

10. Mempromosikan sekolah dengan menanamkan kepercayaan, optimis terhadap siswa.

11. Lingkungan yang dapat mendorong siswa untuk memiliki satu rasa dan merasa bangga menjadi bagian dari lingkungan sekolah.

12. Memanifestasikan tingkah laku guru - guru dalam situasi organisasi melalui iklim organisasi.

13. Lingkungan yang mampu memberikan stimulus (rangsangan) belajar terhadap siswa.

14. Lingkungan yang dapat membantu perkembangan dan hubungan positif antara kepala sekolah, guru, karyawan, dan para siswa.

15. Memiliki lingkungan terbuka untuk melakukan kegiatan bagi warga sekolah.

16. Gedung- gedung dan perlengkapan bersih dan tertata rapi. 17. Menunjukkan sebagai iklim sekolah yang perspektif.

(23)

19. Lingkungan sekolah dapat menunjukkan kesan positif tentang sekolah. 20. Merancangankan model perubahan melalui budaya dan iklim sekolah. 21. Mampu merubah organisasi dari sudut pandang kesehatan,

pertumbuhan, dan rancangan untuk perubahan sebuah norma.

(Diadopsi dari:Wayne K. Cecil G. Milis Kel Educational Administration

(page:175–178);(http://www. SchoolParents. Canbera. net.au/)

4. Dukungan masyarakat adalah partisipasi dan dukungan orang tua siswa untuk menyayangi dan berpartisipasi di dalam kehidupan sekolah.

Pada sekolah efektif / bermutu, dukungan masyarakat pada sekolah ditunjukkan dengan adanya beberapa indikator dan indikator dukungan masyarakat terhadap sekolah efektif / bermutu adalah sebagai berikut : 1. Orang tua berperan aktif di dalam mendukung pengembangan hubungan

dengan komunitas yang lebih luas demi kepentingan sekolah. 2. Mendukung keputusan yang dibuat oleh sekolah.

3. Merealisasikan kerjasama antara rumah dan sekolah.

4. Mengelola sekolah melalui kebersihan dan kegiatan kurikulum di sekolah.

5. Mempromosikan sekolah sebagai sebuah lembaga yang efektif. 6. Mendukung sekolah kepada masyarakat luas.

7. Sekolah mempunyai hubungan dengan sekolah lain, organisasi dan pemerintah.

(24)

9. Dukungan yang efektif terhadap sistem pendidikan.

10. Mendukung proses pembelajaran di sekolah dengan tingkah laku positif. 11. Memiliki tanggung jawab bagi pendidikan anaknya karena pendidikan

tidak bisa dilakukan sendiri oleh sekolah.

12. Peduli akan kegiatan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah dengan harapan yang besar.

13. Memotivasi anaknya untuk bertingkah laku positif di lingkungan rumahnya.

14. Mendukung kebijakan disiplin sebagai kebijakan sekolah.

15. Berbagi tanggung jawab untuk menegakan disiplin dan mempertahankan keberhasilan.

16. Mendorong sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat. 17. Menyediakan bantuan dan dukungan kepada sekolah sebagai wujud

hubungan yang baik dengan sekolah.

18. Mengadakan pertemuan khusus dengan orang tua siswa baru.

19. Orang tua berperan aktif di dalam mendukung pengembangan hubungan dengan komunitas yang lebih luas demi kepentingan sekolah.

20. Orang tua memiliki sikap yang positif terhadap sekolah dan melibatkan diri dalam kegiatan sekolah.

21. Orangtua siswa proaktif untuk mengenal lebih jauh mengenai semua lapisan komponen sekolah

(25)

23. Orangtua siswa membantu kelengkapan buku dan sumber belajar lainnya

24. Menghadiri acara - acara penting di sekolah.

Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin

Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 96 – 101); (http://www.School

Parents.Canbera. net.au/)

5. Rancangan dan program sekolah adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan yang mengandung beberapa unsur – unsur sebagai berikut : adanya proses hasil yang ingin dicapai dan menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.

Rancangan dan program pada sekolah efektif memiliki indikator sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara optimal.

2. Menempatkan pegawai sesuai dengan kebutuhan sekolah.

3. Menempatkan guru yang diperlukan sesuai dengan profesi dan keperluan khusus.

4. Mampu mendapatkan dana berdasarkan program – program kegiatan. 5. Mengalokasikan pembiayaan pendidikan sesuai dengan tujuan sekolah. 6. Mampu membuat aturan - aturan sekolah sendiri.

(26)

8. Membuat keputusan sesuai kurikulum yang relevan dengan tujuan sekolah.

9. Mengembangkan sekolah sesuai kurikulum.

10. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara optimal.

11. Dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen sekolah secara sistematis dan komprehensif.

12. Berorientasi kepada masa yang akan datang.

13. Fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

14. Mencapai hasil akreditasi sekolah yang maksimal.

15. Merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi sekolah. 16. Mengubah sistem evaluasi dan kaji ulang dengan sehat.

17. Mengadakan pengembangan proteksi berdasarkan alokasi dana yang tersedia.

18. Menghilangkan beberapa keputusan yang dibuat di tingkat sekolah dengan fleksibel.

19. Mencukupi sumber daya program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan.

Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin

Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 141;

(27)

6. Siswa adalah peserta didik yang diberi tanggung jawab untuk mengikuti pembelajaran dalam kemampuan menyerap dan menguasai materi yang disampaikan guru, mengikuti aturan - aturan yang telah ditetapkan, berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan kinerja yang ditunjukannya dalam memecahkan masalah – masalah belajar dari kehidupan.

indikator siswa pada sekolah bermutu adalah sebagai berikut:

1. Secara individu siswa merasa terlayani akan kebutuhannya berdasarkan pertimbangan kurikulum.

2. Siswa mengakui pentingnya pendidikan secara luas tidak hanya sekedar keterampilan- keterampilan dasar.

3. Merasakan tempat belajarnya sesuai dan relevan dengan kebutuhannya. 4. Siswa diberi kesempatan untuk mencari dan minta serta tanggap

terhadap tantangan.

5. Mendorong siswa untuk mencoba meneruskan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan dengan baik.

6. Siswa merasakan bahwa program - program kegiatan sekolah sesuai, dengan pengalaman, dan kebutuhan individu.

(28)

10. Siswa diberi PR (Pekerjaan Rumah) yang sesuai untuk menimbulkan disiplin diri, kemampuan berorganisasi, dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri.

11. Siswa memiliki tanggung jawab dan komitmen di dalam proses pembelajaran.

12. Siswa merasakan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk mengadakan penemuan dan penelitian.

13. Mengembangkan rasa cinta untuk belajar sepanjang hidupnya.

14. Siswa difasilitasi alat-alat bantu belajar dan memanfaatkannya dengan baik menegakan kebiasaan disiplin kerja.

15. Memahami bahwa belajar merupakan kebutuhan. 16. Merasa percaya diri untuk mengambil resiko.

17. Memiliki kekuatan mental untuk mencari/menemukan gagasan dan mengukur emosinya untuk menjadi lebih berhati-hati terhadap kekuatan dan kelemahan dirinya.

18. Siswa memiliki keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi belajar yang sesuai dalam menghadapi tantangan yang berbeda dan meningkat dan menunjukan percaya diri dan ketidaktergantungan dalam belajar. 19. Siswa mempelajari program - program keterampilan untuk

mengembangkan keterampilan diri.

20. Memiliki kemampuan untuk berpartisipasi di kelas secara optimal. 21. Siswa mengembangkan pengalaman kehidupan sehari – hari untuk

(29)

22. Mendapatkan keberhasilan yang memuaskan dan menerimanya sebagai kemampuan dirinya.

23. Mengembangkan persaingan yang sehat.

24. Mendapatkan kesempatan belajar yang sama dengan siswa lainnya. 25. Memiliki kepercayaan diri untuk menjadi orang yang berguna. 26. Siswa lulus dengan menguasai pengetahuan akademik.

27. Mampu mendemonstrasikan kebolehannya.

28. Memiliki kemampuan dan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.

29. Siswa yang dapat mencapai tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi diri yang dimilikinya.

30. Siswa mampu dalam penguasaan dan pengintegrasian pengetahuan. 31. Siswa mampu menggunakan pengetahuannya secara makna.

32. Siswa mampu melakukan introspeksi terhadap dirinya. 33. Siswa menjadi teladan bagi siswa lainnya.

34. Merasa hormat, peduli, dan mendukung kepada kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah.

35. Menemukan program - program khusus yang bisa memenuhi harapannya dalam kebutuhan - kebutuhan yang paling pokok.

36. Menerima tanggung jawab atas perbuatannya. 37. Memiliki rasa hormat dan peduli kepada orang lain.

(30)

39. Menjaga nilai-nilai moral yang tinggi.

40. Mampu menyatukan sesuatu yang mereka percayai tanpa ada rasa takut. 41. Siswa melakukan kebiasaan - kebiasaan untuk berpikir produktif. 42. Merasa nyaman dengan kebijakan yang adil dan disiplin yang konsisten. 43. Siswa yang melanggar disiplin diberi kesempatan untuk memperbaiki

kesalahannya.

44. Siswa dapat menemukan jati dirinya manakala menerima sanksi dari sekolah.

45. siswa menikmati waktu - waktu di sekolah dan mengetahui bahwa mereka melakukan sesuatu yang berguna.

46. Memiliki rasa tanggung jawab untuk masa depan.

47. Siswa dilibatkan dalam perancangan, implementasi dan evaluasi program belajar siswa.

48. Siswa menemukan guru-guru yang mendukungnya, ramah dan dapat didekati.

49. Dalam melaksanakan kegiatan sekolah mampu menjalin hubungan yang baik dengan staff dan bekerja untuk mencapai keberhasilan.

50. Di luar kelas mampu menjalin hubungan yang sangat baik dengan guru. 51. Waktu malam hari dimanfaatkan untuk belajar dirumah.

52. Mengadakan interaksi secara positif dengan teman sebaya, bekerjasama, saling membantu dan bukan bersaing.

(31)

54. Siswa mampu mengatasi masalah dengan teman sebayanya.

55. Siswa mempunyai tanggung jawab dan perilaku positif yang diakui secara umum.

Diadopsi dari: Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin

Piper, Diana Banks, Beryl Evans Page 111-132; (http: //www.

SchoolParents.Canbera. net. Komariah dan Triatna, 2005:50).

7. Guru dan proses belajar mengajar adalah pendidik yang professional yang dalam melaksanakan tugasnya mengunakan metode dan strategi belajar mengajar yang tepat sehingga menghasilkan suasana kegiatan belajar dan mengajar yang interaktif kondusif dan menyenangkan.

Indikator proses belajar mengajar oleh guru dan pembelajaran dengan inovatif adalah :

1. Mengajar dan belajar

2. Guru mampu bekerja sama dan bekerja sebagai satu tim. 3. Guru menjadi penentu terpenting bagi keberhasilan siswa. 4. Sehat jasmani dan rohani.

5. Memiliki integritas kepribadian. 6. Memiliki kecintaan terhadap belajar.

7. Memberitahu orang tua tentang kegiatan siswa secara beraturan. 8. Menjadi fasilitator dalam belajar.

9. Merubah pengalaman tingkah laku siswa.

(32)

11. Memiliki kualifikasi akademik minimum S1.

12. Memiliki kelayakan mengajar sesuai dengan bidangnya. 13. Memiliki pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran. 14. Mampu membuat perancangan pengajaran.

15. Melaksanakan penilaian.

16. Menguasai keilmuan dalam bidangnya.

17. Menguasai berbagai pendekatan dan metode pembelajaran. 18. Memahami perbedaan individu siswa.

19. Memperluas wawasan dan tantangan para siswa.

20. Guru mengembangkan pemikiran siswa untuk berpikir kritis, memberikan jalan dalam pemecahan masalah dan pengembangan kreativitas.

21. Professional dan tertarik akan kontinyuitas pengembangan kompetensi. 22. Memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran yang menarik

secara efektif dalam proses pembelajaran.

23. Guru mempunyai kualitas kompetensi, mempunyai sikap positif, dan moral tinggi.

24. Memelihara disiplin efektif.

25. Menekankan pada hasil akademis yang berkualitas.

26. Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial.

(33)

28. Melakukan perubahan, mencoba ide - ide baru dan siap dengan hal yang tidak diharapkan.

29. Mengakui ketercapaian siswa di setiap tingkat kelas sebagai hasil kerjanya.

30. Mengadakan feedback yang positif untuk perbaikan diri. 31. Mencerminkan keberhasilan sekolah.

32. Membantu tingkah laku secara kognitif / konstruktif dalam memahami mengajar / belajar.

33. Bersikap sensitif kepada kebutuhan individual siswa.

34. Melakukan hukuman yang bersifat mendidik kepada siswa dan menghindari hukuman fisik.

35. Memfokuskan kepada tujuan pokok belajar dari standar kompetensi (pembahasan ulang, praktek terbimbing, mengadakan pengecekan akan pemahaman, dan praktek secara bebas) untuk mengaplikasikan pendekatan-pendekatan belajar.

36. Memberikan bimbingan kepada siswa tentang pentingnya belajar untuk mendukung kemampuan daya ingat (memori).

37. Memberikan ketrampilan bagaimana memelihara daya ingat yang kuat kepada untuk jangka waktu yang panjang.

(34)

39. Menjelaskan belajar dalam istilah secara individu dan konstruksi akan pengetahuan sosial.

40. Memiliki tiga variasi konstruksi : rasional, dialek, dan radikal.

41. Memiliki kemampuan untuk menyampaikan materi yang dianggap susah/sulit kepada siswa sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. 42. Membuat pola aplikasi konstruksi termasuk tugas kehidupan nyata,

interaksi sosial dan mengajar yang berorientasi kepada siswa.

43. Mengaplikasikan pendekatan konstuktif yang berdasarkan belajar secara kognitif dan belajar secara bersama (kerjasama).

Diadopsi dari : Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin

Piper, Diana Banks, Beryl Evans) Page 70 – 72 ; (http://www. School

Parents.Canbera. net.au/; Komariah dan Triatna, 2005:38)

8. Kurikulum sekolah adalah seperangkat rancangan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum pada sekolah bermutu/efektif memiliki indikator sebagai berikut : 1. Memaksimalkan ketercapaian, memodifikasi, dan menyesuaikan

(35)

3. Mengalokasikan waktu pada tingkat jadwal sekolah dengan berbagai variasi sekolah, sistem yang keduanya di dalam jarak yang komprehensif dalam kurikulum dan dalam keseimbangan yang relatif. 4. Memastikan siswa mengembangkan satu sikap positif ke belajar.

5. Menyediakan kontinyuitas dari tahun ke tahun dalam pengembangan pembelajaran dan diintegrasikan melintasi belajar area.

6. Menetapkan sasaran yang jelas dan upaya untuk mencapainya.

7. Mengidentifikasi variabel - variabel yang berbeda antara sekolah - sekolah yang lebih efektif dan yang kurang efektif melalui beberapa penelitian.

8. Adanya pengorganisasian kurikulum.

9. Menganalisa prosentasi respon (jawaban) dari sasaran ketercapaian langkah dan keseimbangan serta koheren.

10. Membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan hidup, seperti harga diri, motivasi, dan disiplin diri.

11. Memberi gambaran opini publik yang dinyatakan dalam media menampilkan data, mendemonstrasikannya yang menjadi panadangan yang menonjol tidak selalu yang penting mewakili.

Diadopsi dari:Making Schools More Effective (Barry McGraw, Kevin

Piper, Diana Banks, Beryl Evans) Page 35–40;

(36)

9. Mutu kinerja sekolah adalah kualitas kehidupan iklim kerja yang baik, yang berkembang di sekolah, yang menjamin terjadinya sistem sekolah yang berprinsip share, care, fair sehingga dengan adanya iklim yang baik, memungkinkan staf bekerja tenang, nyaman, dan bergairah.

”Indikator mutu kinerja sekolah” khususnya mutu kinerja SMPN RSBI adalah :

1. Menciptakan suasana aman dan tentram, tempat yang nyaman agar siswa mau belajar senang bangga untuk membawa siswa ke arah keberhasilan sesuai minat.

2. Mengakui bahwa siswa memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. 3. Menyesuaikan fasilitas untuk menstimulasi belajar.

4. Menemukan sumber daya dan mengaplikasikannya dengan cara yang kreatif dan efisien.

5. Mendorong siswa ke lingkungan yang unik agar percaya diri. 6. Menjaga identitas dan nama baik sekolah dengan kuat.

7. Menyetujui, memahami, dan menyampaikan tujuan sekolah dengan jelas. 8. Mengemukakan harapan - harapan yang beralasan bagi siswa dan unsur

lain.

9. Mengijinkan keikutsertaan dan tanggung jawab dari siswa, staff dan orang tua.

(37)

11. Kualifikasi pendidikan para guru minimal S1. 12. Memiliki guru dan staff dengan kompetensi.

13. Memiliki guru dan staff dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun. 14. Memiliki budaya sekolah yang kuat.

15. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan dan membangkitkan komitmen bagi warga sekolah.

16. Iklim sekolah menjunjung rasa keadilan yang menimbulkan semangat kerja.

17. Adanya tanggung jawab warga sekolah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

18. Memiliki iklim sekolah yang kondusif.

19. Menanamkan disiplin pada siswa, kegiatan berfokus pada siswa, siswa diberi kebebasan, belajar tidak kaku sesuai dengan budaya belajar, rasa aman, mendapat perhatian, gembira, terbuka, hormat, dan konsisten. 20. Memasukan program - program khusus, sebagai inovasi terhadap minat

warga sekolah.

21. Melaksanakan penilaian yang sama bagi semua siswa berdasarkan kurikulum secara umum.

22. Memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan adil.

(38)

24. Mendukung orang tua dan kelompok untuk berpartisipasi kepada sekolah. 25. Mengikutsertakan orang tua untuk mendukung tugas yang diberikan guru

kepada siswa saat berada di lingkungan rumah.

26. Membuat orang tua berkeinginan disertakan untuk bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.

27. Menegakan identitas sekolah melalui masyarakat yang kuat, orang tua dan staff.

28. Siswa memiliki tingkah laku yang positif terhadap belajar.

29. Memperbaiki sebuah fondasi untuk mencari tantangan dan terus belajar melalui pengembangan keterampilan pengetahuan, tingkah laku dan nilai - nilai.

30. Mengidentifikasi perubahan secara luas bagi sekolah dengan bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan sekolah untuk mengikuti zaman dan teknologi.

31. Memaksimalkan keefektifan sekolah dengan bekerjasama secara harmonis antara elemen - elemen internal dari belajar mengajar, birokrasi, budaya, kelompok, harapan politik, dan kebutuhan individu untuk memperoleh keberhasilan.

(39)

33. Guru generapkan beberapa strategi PBM : student centered, reflection

learning, active learning, enjoyable dan joyful learning, cooperative

learning, quantum learning, learning revolution, contekstual learning

34. Sekolah memiliki Rancangan Strategi jangka panjang (Renstra). 35. Sekolah memiliki rancangan kegiatan dan anggaran sekolah.

36. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal pembiayaan melalui partisipasi orangtua siswa.

37. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal bantuan barang / benda.

38. Sekolah memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal bantuan lainnya.

39. Menerapkan MBS, terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan akuntabel.

40. Memiliki publikasi rumusan visi misi, tujuan, dan sasaran sekolah. 41. Budaya kepemimpinan sekolah.

42. Implementasi demokratisasi. 43. Memiliki jiwa kewirausahaan.

44. Memiliki dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI 45. Memiliki tim pengembang kurikulum.

(40)

49. Penerimaan siswa baru berdasarkan kriteria khusus.

50. Memiliki program yang jelas mengenai pengembangan siswa. 51. Melakukan evaluasi belajar yang bertaraf Internasional 52. Memiliki hubungan antara SMP RSBI dengan masyarakat 53. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat.

54. Menerima hasil maksimum dari materi yang ada. 55. Mengubah perubahan di bawah kontrol.

56. Mengharapkan asses (penilaian) dan kaji ulang kurikulum, kebijakan – kebijakan dan perubahan dilakukan bila perlu

57. Mengikutsertakan bawahan dalam membuat keputusan tanpa pertanyaan - pertanyaan yang diajukan dan ditempatkan sesuai kondisi.

58. Menghadirkan orang tua dalam kegiatan - kegiatan sekolah yang terbaik. 59. Mengangkat keberadaan dari outcome siswa - siswa, guru - guru, staff

dan dapat dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas.

60. Meningkatkan kepuasaan di tingkat guru - guru dengan adanya iklim sekolah menjadi lebih terbuka.

61. Memaksimalkan keefektifan sekolah dengan bekerja secara harmonis. 62. Kelulusan siswa 100 %.

63. Tingkat DO siswa 0 %. 64. Terampil mengunakan TIK.

65. Mampu debat dengan bahasa Inggris.

(41)

67. Mampu menyelesaikan tugas - tugas dan mengumpulkan fortofolio dengan baik.

68. Mampu menyampaikan tugas - tugas dari guru / sekolah.

69. Mampu melaksanakan eksperimen dalam pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.

70. Mampu menemukan / membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai karya.

71. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

72. Memperoleh kejuaraan olimpiade Internasional dalam bidang matematika, IPA, dan atau lainnya.

73. Nilai UN rata - rata > 8,00.

74. Memiliki kemampuan pengasaan teknologi dasar.

75. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik individu, kelompok (lokal, nasional, regional, dan internasional) yang dilakukan oleh lulusan. 76. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi

sekolah, penelitian dll. dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

77. Memiliki dokumen lulusan dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar secara baik

(42)

79. Memiliki dokumen karya tulis, nilai dll tentang pemahaman budaya bangsa lain dari bangsa lain.

80. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial fisik maupun budaya

81. Memiliki berbagai karya - karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa lain, dll.

82. Terdapat usaha - usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan.

83. Mengevaluasi, memotivasi dan mengarahkan kegiatan - kegiatan organisasi.

84. Mengangkat kuantitas sekolah dari segi pelayanan dan produk siswa, pendidik dan unsur lain dan kualitas setiap output.

85. Menyamakan keefektifan sekolah dengan level pencapaian akademik yang diukur dengan tes standar (akreditasi / ISO).

86. Mencapai artikulasi dan strategi keberhasilan yang jelas.

87. Mencapai keberhasilan yang sesuai dengan harapan masyarakat. 88. Mendapatkan hasil secara formal dalam membuat keputusan.

89. Mengembangkan dan memodifikasi program - program termasuk orang tua dan siswa melalui mekanisme sekolah.

(43)

92. Mengubah masyarakat secara dinamik sesuai dengan sekolah yang efektif.

93. Membuka diri bagi ide - ide baru, pengetahuan dan metoda - metoda 94. Sekolah mampu meyakinkan kepada orangtua / masyarakat bahwa

pendidikan anaknya di sekolah tersebut sebagai investasi SDM di masa yang akan datang.

Diadopsi dari : Educational Administration Wayne K. Hoy, Cecil G.

Miskel Page 291-302; (http://www. SchoolParents. Canbera. net. au/).

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas dalam penelitian ini ada beberapa hal yang ingin dicapai secara umum, yaitu penelitian dapat memberikan gambaran empiris yang mendalam mengenai hal - hal yang berkaitan dengan efektivitas implementasi manajemen sekolah bermutu pada pelaksanaan SMPN Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan antara komponen visi dan misi sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan pada SMP RSBI di Jawa Barat.

(44)

3. Menganalisis hubungan antara komponen kepemimpinan kepala sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

4. Menganalisis hubungan antara komponen dukungan masyarakat dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat. 5. Menganalisis hubungan antara komponen rancangan dan program

sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

6. Menganalisis hubungan antara komponen siswa dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

7. Menganalisis hubungan antara komponen guru dan proses belajar mengajar dengan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

8. Menganalisis hubungan antara komponen kurikulum sekolah dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat. 9. Menganalisis hubungan antara seluruh komponen deteminan sekolah

efektif dengan peningkatan mutu kinerja penyelenggaraan SMPN RSBI di Jawa Barat.

(45)

a. Visi dan misi sekolah b. Lingkungan sekolah

c. Kepemimpinan Kepala sekolah d. Dukungan masyarakat

e. Rancangan dan program sekolah f. Siswa / peserta didik

g. Guru dan proses belajar mengajar h. Kurikulum sekolah

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran terhadap penyelenggaraan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional pada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) di Jawa Barat yang dirintis untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional. Hal ini sangat diperlukan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini begitu cepat, sehingga diperlukan kajian - kajian kontemporer yang dapat dimanfaatkan dalam rangka membangun konstruk (dasar) baru manajemen pendidikan.

(46)

komponen apa saja yang harus diperhatikan dalam pengimplementasian manajemen sekolah bermutu, sehingga pencapaian mutu kinerja RSBI, untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dapat diwujudkan sesuai dengan harapan pemerintah yakni meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki kompetensi dan memiliki daya saing nasional maupun internasional.

F. Kerangka Berpikir dan Premis

Pada dasarnya sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya yang memiliki kompetensi / daya saing secara nasional maupun Internasional (global) dan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi global pada umumnya dihasilkan oleh satuan pendidikan yang berkualitas pula. Oleh sebab itulah, Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah bermutu yang dituangkan pada Undang – Undang Sistem Pendikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat (3) bahwa :

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang -kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf Internasional.

(47)
(48)

umumnya dan masalah merubah mindset (pola pikir) warga sekolah dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sebagai sekolah RSBI.

Dengan demikian sekolah - sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional harus mampu memecahkan masalah-masalah tersebut di atas misalnya dengan melaksanakan analisis SWOT yang dapat menganalisis tentang kekuatan, kelemahan, kesempatan/peluang, dan tantangan tehadap komponen - komponen sekolah yang ada di sekolah yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan (solusi) yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah saat itu maupun untuk masa yang akan datang.

(49)

staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi, pendelegasian wewenang yang jelas, dukungan masyarakat sekitar, sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, sekolah mempunyai fokus sistemnya tersendiri, pelajar diberi tanggung jawab, guru menerapkan strategi – strategi pembelajaran inovatif, evaluasi yang berkelanjutan, kurikulum sekolah yang terancang, dan terintegrasi satu sama lain, melibatkan orang tua dan masyarakat dalam membantu pendidikan anak - anaknya.

Dari uraian di atas, dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis pelaksanaan efektivitas manajemen sekolah bermutu pada penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) khususnya pada jenjang SMP, dengan harapan penulis akan mendapatkan gambaran kinerja dari sekolah - sekolah yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional tersebut dengan fokus penelitian pada (8) komponen determinan penyelenggaraan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang dirintis menjadi Sekolah Bertaraf Internasional diantaranya adalah komponen: visi dan misi sekolah, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, peserta didik/siswa, guru, dan PBM serta kurikulum sekolah.

(50)

Planing Organizing Actuating/ Implementing

Controling Gambar 1.1 :

Model Kerangka Berpikir / Paradigma penelitian

Keterangan :

Rancangan dan Program Sekolah

(51)

Setelah mengkaji pengertian karakteristik sekolah efektif, penulis akan mengajukan premis dalam upaya memecahkan masalah guna meningkatkan mutu kinerja SMP RSBI di Jawa Barat sebagaimana berikut ini :

”Apabila SMP RSBI di Jawa Barat dalam pengelolaannya mengimplementasikan karakteristik sekolah efektif yang terdiri atas: sekolah

memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan konsisten, lingkungan

sekolah yang baik dan adanya disiplin serta keteraturan di kalangan pelajar dan

staf, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, dukungan masyarakat sekitar,

sekolah mempunyai rancangan program yang jelas, pelajar diberi tanggung

jawab, guru menerapkan strategi - strategi pembelajaran inovatif, kurikulum

sekolah yang terancang dan terintegrasi satu sama lain maka akan

meningkatkan mutu kinerjanya”.

G. Asumsi

Dalam penelitian ini, penulis menyatakan beberapa asumsi tentang sekolah bermutu dan karakteristiknya sebagai dasar pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

1. Sekolah bermutu / Sekolah efektif

(52)

stakeholders. (Jerome S. Arcaro, 2005:38; Mc. Graw,1992:11; Peter

Mortimore,1991).

2. Visi dan misi sekolah 2.1. Visi

Visi pada sekolah bermutu menentukan civitas sekolah (RSBI) untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

(Collins Essential English Dictionary 2nd Edition 2006 © HarperCollins Publishers 2004, 2006)

2.2. Misi

Misi pada sekolah bermutu menjadi penentu arah para civitas sekolah RSBI dan dijadikan langkah untuk melakukannya dengan mempertajam bentuk - bentuk kegiatan agar tujuan yang telah ditetapkan dalam visi dapat tercapai.(Quiqley (1993: 6 ; Collins Essential English Dictionary 2nd Edition 2006 © HarperCollins Publishers 2004, 2006)

3. Lingkungan sekolah

(53)

4. Kepemimpinan Kepala sekolah

Pada sekolah bermutu, kepala sekolah memiliki komitmen budaya mutu dan konsisten dalam pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sehingga memberikan dampak positif pada seluruh warga sekolah terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. (Wayne. K. Hoy, 2008 : 419,453 ; Sondang. P. Siagian, 1985 ; Philip Helinnger et.al.,1993:21, Wirawan: 2002).

5. Dukungan masyarakat

Keterlibatan masyarakat pada sekolah bermutu dalam membuat rancangan dan program kegiatan sekolah memberi dampak yang positif terhadap upaya sekolah dalam mewujudkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi global sesuai dengan keinginan masyarakat. (Rohmadi, 1992:13 ; UNESCO ; Faisal, 1981:179 ; Satori, 2005:6).

6. Rancangan dan program sekolah

Rancangan dan program pada sekolah bermutu disusun dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju untuk menghasilkan output yang memiliki kompetensi global. (Louise E. Boone dan David L. Kurtz, 1984:55 ; Henri Fayol, Luther Gulick, dan Edward Banfield, 1982:5)

7. Siswa

(54)

serta memiliki kompetensi global, namun tetap memiliki jati diri sebagi bangsa Indonesia.

8. Guru dan Proses Belajar Mengajar

Pada sekolah bermutu, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode dan pedekatan pembelajaran yang aktif kreatif, efektif, dan menyenangkan serta ditunjang dengan media pembelajaran yang lengkap sehingga suasana belajar menjadi kondusif dan ditindaklanjuti dengan evaluasi sebagai bahan perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya. (Brown, 2000:7; Gage (Brown,1987:7) : Bruner (Brown,1987:7); Rooijakkers, 2003:13).

9. Kurikulum

Kurikulum pada sekolah bermutu (RSBI) dijadikan sebagai acuan dan penentu arah mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan pada aktivitas intrakurikuler (proses belajar mengajar) dan ekstrakurikuler yang dibuat oleh warga sekolah dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan (output) yang berkualitas.

(Mc. Graw : 1992, 235 ; UUSPN No. 20 tahun 2003)

G. Hipotesis Penelitian

(55)

1. Terdapat hubungan antara visi dan misi sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

2. Terdapat hubungan antara kepemimpinan Kepala sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

3. Terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

4. Terdapat hubungan antara dukungan masyarakat dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

5. Terdapat hubungan antara rancangan dan program sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

6. Terdapat hubungan antara siswa dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

7. Terdapat hubungan antara guru dan proses belajar mengajar terhadap peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

8. Terdapat hubungan antara kurikulum sekolah dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

9. Terdapat hubungan antara seluruh komponen determinan sekolah efektif dengan peningkatan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat.

(56)

rx1y

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian sosial. Pendekatan penelitian sosial digunakan karena yang dijadikan obyek penelitiannya adalah tentang pendidikan.

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kuantitatif (Quantitative Research). Metode kuantitatif adalah rancangan penelitian yang meliputi pemilihan subjek, teknik pengumpulan data (seperti, kuisioner, observasi atau wawancara), prosedur untuk mendapatkan data, dan prosedur untuk melakukan pengolahan data. Secara bersamaan, ketiga komponen tersebut melandasi metode studi, seperti yang diungkapkan oleh James H Mc. Millan dan Sally Schumacher (2001 :165) tentang desain penelitian kuantitatif sebagai berikut :

Designing quantitative research involves choosing subject,data collection technique (such as questionnaires ,observations,or interview) procedures for ghatering the data and procedures for implementing treatments” .

(58)

komponen visi misi, kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, siswa / peserta didik dan kurikulum pada SMPN RSBI dengan mutu kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat apakah sudah maksimal atau masih perlu ditingkatkan yakni dengan menggunakan teknik korelasi sederhana, regresi dan multiple regression (dengan multiple wise method) sebagai alat penelitiannya. Karakteristik penelitian kuantitatif dengan model korelasional diantaranya adalah memberikan implikasi dalam membuat generalisasi (Sugiono : 95:2009).

C. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Variabel

Dalam penelitian yang penulis laksanakan terdapat satu variabel terikat (Y) yaitu Mutu Kinerja SMPN RSBI di Jawa Barat dan delapan variabel bebas (X) yang dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas (independen) dalam menganalisis mutu kinerja pada SMPN RSBI di Jawa Barat, diantaranya adalah visi misi sekolah, lingkungan sekolah, kepemimpinan Kepala sekolah, dukungan masyarakat, rancangan dan program sekolah, siswa, guru dan proses belajar mengajar dan kurikulum sekolah.

2. Definisi operasional variabel

(59)

2.1. Visi dan Misi 1. Visi

Adalah visi idealisasi pemikiran tentang masa depan mengenai organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi / sekolah.

2. Misi

Misi adalah rumusan langkah-langkah yang merupakan kunci untuk berinisiatif, mengevaluasi, dan mempertajam bentuk-bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam visi. 2.2. Lingkungan Sekolah

Adalah lingkungan yang mermberikan dampak kepada warga sekolah merasa aman, bersih, nyaman dan mendukung terhadap proses belajar mengajar serta dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi terhadap aspek - aspek organisasi dan kehidupan sekolah.

2.3. Kepemimpinan Kepala sekolah yang kuat

Adalah kemampuan kepala sekolah dalam melayani dan menyediakan bimbingan ketika ada perubahan, dan bertanggung jawab untuk kepentingan organisasi.

2.4. Dukungan masyarakat

(60)

2.5. Rancangan dan program sekolah

Adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan yang mengandung beberapa unsur- unsur sebagai berikut: adanya proses, hasil yang ingin dicapai dan menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.

2.6. Siswa /peserta didik

Adalah peserta didik yang diberi tanggung jawab untuk mengikuti pembelajaran dalam kemampuan menyerap dan mengasai materi yang disampaikan guru, mengikuti aturan – aturan yang telah ditetapkan, berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan kinerja yang ditunjukannya dalam memecahkan masalah - masalah belajar dari kehidupan.

2.7. Guru dan proses belajar mengajar

Adalah pendidik yang professional, yang dalam melaksanakan tugasnya menggunakan metode dan strategi belajar mengajar yang tepat, sehingga menghasilkan suasana kegiatan belajar dan mengajar yang interaktif kondusif dan menyenangkan.

2.8. Kurikulum Sekolah

(61)

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2.9. Mutu kinerja sekolah

Adalah kesesuaian ketercapaian hasil yang diperoleh suatu sekolah atas rancangan dan program sekolah yang telah ditetapkan melalui implementasi kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh seluruh warga sekolah.

D. LOKASI PENELITIAN, POPULASI DAN SAMPEL 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap SMPN RSBI yang tersebar di beberapa kabupaten/kota yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat, yakni : Kota Sukabumi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Cianjur, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kota Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Ciamis.

2. Populasi

(62)
(63)
(64)

3. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:56). Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel menurut Akdon (2005:253), maka harus diperhatikan mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar - dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi - asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.

(65)

unsur guru dari guru MIPA dan Bahasa Inggris, serta unsur masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah, hal tersebut dilakukan oleh penulis dengan alasan: a. Penghematan biaya, waktu, tenaga dan mengeliminir permasalahan dalam

pembuatan kerangka sampel (sampling frame).

b. Keterandalan subjektivitas peneliti (kepercayaan peneliti kepada pengetahuan, pengalaman responden)

c. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah adalah unsur pimpinan sekolah yang bertanggung jawab dalam mengelola sekolah, sehingga diyakini mengetahui segala hal dalam mengelola organisasi sekolah tersebut.

d. Guru Matematika, IPA dan Bahasa Inggris, karena yang dijadikan sampel adalah sekolah yaitu SMPN RSBI yang memiliki kekhasan yakni untuk mata pelajaran MIPA (matematika dan IPA) dalam PBM-nya menggunakan dua bahasa (billingual) yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan diyakini para guru tersebut mengetahui segala hal dalam pengelolaan sekolah.

e. Komite Sekolah, karena komite sekolah adalah mitra sekolah sebagai perwakilan orangtua dan masyarakat (stakeholders) serta diyakini mengetahui segala hal dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah.

(66)

Untuk menentukan jumlah responden dari seluruh sekolah yang dijadikan sampel, penulis menggunakan langkah sebagai berikut :

1. Menginventarisir jumlah populasi dari unsur pimpinan sekolah, unsur guru dan komite sekolah pada masing – masing sekolah, dari 21 sekolah SMPN RSBI di wilayah Jawa Barat seperti yang tercantum pada Tabel 3.1.

2. Menentukan banyaknya responden untuk tiap sekolah yang terdiri dari tiga unsur, yakni: unsur kepemimpinan sekolah, unsur pendidik (guru) dan unsur komite sekolah yang jumlahnya 8 orang untuk tiap sekolahnya, dengan keyakinan bahwa responden - responden tersebut memiliki pemahaman dan integritas kemampuan tentang pengelolaan di sekolahnya masing - masing. 3. Setelah diketahui jumlah sampel responden, maka penulis menentukan

(67)
(68)

Dari penjelasan tentang sampel tersebut di atas maka, untuk menentukan responden yang dijadikan sampel pada setiap sekolah dalam penelitian ini didapat jumlah responden sebagai berikut :

1. Jumlah populasi responden adalah 1298, sedangkan yang dijadikan responden dari tiap sekolah adalah 8 orang dengan perincian sebagai berikut:

a. Unsur kepemimpinan sekolah = 2 orang yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah

b. Unsur Guru = 4 orang dari tiap sekolahnya yang terdiri dari guru MIPA dan Bahasa Inggris, masing - masing satu orang

c. Unsur Komite = 2 orang dari setiap sekolahnya yang terdiri dari ketua komite dan satu orang anggota komite yang menjadi pengurus.

(69)
(70)

E. INSTRUMEN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Instumen yang digunakan untuk memperoleh informasi dari subjek dalam penelitian ini adalah kuisioner dengan pilihan jawaban menggunakan skala likert dengan lima pilihan, seperti yang dsampaikan oleh Schumacher dan Borg sebagai berikut:

“The most widely used example is the likert scale.The scale is used to

explicit descriptive reactions toward concept or object “(Mc Millan &

Schumacher, 2001 : 262 -263). A five point scale ring from”strongly disagree”

to” strongly agree” are common type of attitude scale“ (Gall & Borg ,

2003:229).

Lima pilihan untuk pernyataan positif tersebut dirinci dengan nilai sebagai berikut : Sangat Setuju (SS)= 5, Setuju (S) = 4, Ragu – ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju ( STS) = 1.

Gambar

Gambar 1.1 :  Model Kerangka Berpikir / Paradigma penelitian
Gambar 1. 2 : Korelasi antar variabel penelitian
Tabel 3.4 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner
Gambar 5.1 : Model Hipotetik  Implementasi Manajemen SMPN RSBI

Referensi

Dokumen terkait

Cara pemberian temulawak yaitu secara oral sebanyak 2 gelas sehari, diminum pagi dan sore saat 2 hari sebelum menstruasi dan hari pertama sampai hari kedua menstruasi,

PENERAPAN DATA MINING UNTUK KLASIFIKASI PENJURUSAN SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA SMA 1 KAJEN DENGAN MENGGUNAKAN. ALGORITMA NAIVE

Indonesia adalah negara hukum yang kedaulatan atau kekuasaan tertinggi. dalam negara berada ditangan rakyat (pemerintahan dari rakyat, oleh

Melakukan pengukuran parameter awal jaringan akses tembaga multipair untuk pemasangan perangkat modem Asymetric Digital Subcriber Lines (ADSL). Melakukan instalasi

Perihal : Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk paket pekerjaan Pengawasan Teknis Peningkatan Jalan Ketawang - Nambangan Pokja (I) Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan

Apabila sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan tetap menurut sebuah garis lurus, maka resultante dari gaya seluruhnya yang bekerja pada benda itu adalah

Dari pengertian-pengertian mengenai profesi tersebut di atas, berarti unsur terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau

Maka kami bermaksud melakukan klarifikasi kewajaran harga dan klarifikasi harga satuan Sehubungan dengan Evaluasi Harga untuk pekerjaan Pengadaan Peralatan Jaringan Komputer Pada