• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

Oleh:

HETTI SUNDARI NIM : 150200005

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

i

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah undang-undang yang mengatur tentang usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia. Dalam Undang-Undang tersebut terdapat khusus Pasal-Pasal yang membahas tentang pembiayaan bagi para pelaku UMKM. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pembiayaan modal terhadap perkembangan UMKM pada beberapa CV di Kota Medan, penerapan pembiyaaan Pasal 21 sampai 24 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM pada beberapa CV di Kota Medan, kendala dan hambatan yang dialami dalam penerapan pembiayaan Pasal 21 sampai 24 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM pada beberapa CV di Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris, yang artinya selain penelitian ini menekankan pada hukum dalam peraturan juga menekankan pada berlakunya peraturan hukum tersebut dalam masyarakat. Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan serta menganalisa suatu peraturan hukum.

Pengaruh pembiayaan bagi UMKM memiliki dampak yang besar bagi pengembangannya selain masalah manajemen UMKM itu sendiri. Penerapan pembiayaan yang diharapkan pada Pasal 21 sampai 24 UU tersebut pada beberapa CV yang ada di Kota Medan masih belum berjalan sesuai dengan yang tertuang pada Pasal-Pasal tersebut karena masih banyak terdapat kendala dan hambatan untuk memperoleh pendanaan. Kendala penerapan pembiayaan yang dialami seperti sulitnya proses administrasi, tidak adanya agunan, kurang informasi,tidak adanya layanan kredit bagi usaha mikro, kurangnya kepercayaan pada debitur. Faktor penghambat seperti pemahaman yang kurang, kelayakan usaha, kurang efektif peraturan itu sendiri, mentalitas petugas, kesadaran masyarakat terhadap UU kurang, SDM lemah, faktor agama, penyalahgunaan dana oleh nasabah, dan kejujuran.

Kata Kunci: Penerapan Undang-Undang, Pembiayaan, UMKM

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(3)

ii

Law Number 20 of 2008 is a law that regulates micro, small and medium enterprises in Indonesia. In the Act there are special Articles that discuss financing for MSME actors. The problems in this study are how the influence of capital financing on the development of UMKM in several CVs in Medan City, the application of financing Article 21 to 24 of Law No. 20 of 2008 concerning UMKM in several CVs in Medan City, constraints and obstacles experienced in the application of financing Articles 21 to 24 of Law No. 20 of 2008 concerning UMKM in several CVs in Medan City.

The research method used in this study is an empirical juridical method, which means that besides this research emphasizing the law in the regulation also emphasizes the enactment of these legal regulations in society. The nature of the research in this thesis is descriptive, namely research that describes, examines, and explains and analyzes a legal regulation.

The effect of financing for UMKM has a big impact on its development in addition to the management problems of UMKM themselves. The expected application of financing in Articles 21 to 24 of the Law on several CVs in Medan City is still not running as stated in those Articles because there are still many obstacles and obstacles to obtaining funding. Constraints to applying finance are experienced such as the difficulty of administrative processes, lack of collateral, lack of information, lack of credit services for micro-businesses, lack of trust in debtors. Inhibiting factors such as lack of understanding, business feasibility, lack of effective regulation itself, officer mentality, public awareness of the law is lacking, weak human resources, religious factors, misuse of funds by customers, and honesty.

Keywords: Law Implementation, Financing, UMKM

*) Student of Faculty of Law University of North Sumatera

**) 1st Thesis Adviser of Law University of North Sumatera

***) 2nd Thesis Adviser of Law University of North Sumatera

(4)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai upaya perwujudan struktur perekonomian nasional langkah pemerintah adalah pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Dalam TAP MPR Nomor: XVI/MPR-RI/1998, pemberdayaan adalah pengembangan iklim, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran dan potensi UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.1

Pada umumnya, para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah sebagian besar sangat lemah dalam bidang administrasi di dalam pelaksanaan maupun pengembangan UMKM seperti legalitas usaha, pesryaratan kredit, maupun aspek- aspek lainnya yang berkaitan dengan UMKM baik itu di dalam Kitab hukum yang ada di Indonesia maupun peraturan perundangannya, sebagai contoh adalah bahwa hampir sebagian UMK (Usaha Mikro Kecil) di Indonesia berada si sektor informal dan 70% nya belum memiliki legalitas usaha dan kesulitan dalam permodalan dikarenakan minimnya akses kredit.2

Usaha Mikro, kecil dan menengah dalam menjalankan usahanya, sering kali mendapat beberapa kendala, seperti masalah permodalan. Mereka sangat sulit untuk mengakses lembaga perbankan dikarenakan banyak faktor , salah satunya adalah kesulitan administrasi di Bank, banyaknya persyaratan yang diajukan yang dirasa mempersulit bagi pemilik UMKM. Padahal masalah pemberian modal kerja atau pembiayaan menjadi hal yang sangat penting bagi berlangsungnya kegiatan UMKM.

Pemberian pembiayaan yang mudah bagi pelaku usaha mikro merupakan salah satu upaya dari lembaga keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan

1 Indriyatni. Lies, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Dan Kecil”, jurnal ekonomi dan bisnis,No.1, Vol.5, Edisi 2015, hlm. 54-70.

2 M. Kwartono Adi, Kiat Sukses Berburu Modal UMKM, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, hlm 7.

(5)

masyarakat. Salah satu faktor yang selama ini menjadi persoalan klasik adalah terbatasnya akses permodalan untuk pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.

Kendala permodalan menjadi penyebab sulitnya usaha mikro untuk meningkatkan produktivitas. Biasanya modal usaha mikro hanya bergantung pada modal sendiri atau keluarga. Adapun program pembiayaan pada usaha mikro dinilai sebagai upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

Pembiayaan atau kredit mikro dalam konvensional sudah diakui dunia sebagai upaya alam meningkatkan kesejahteraan. Dengan adanya akses modal, pelaku usaha mikro keluar dari gerbang kesulitan dalam upaya peningkatan aktivitas produksi dan pendapatannya.3

Modal merupakan sesuatu yang sangat diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi. Modal ada dua yaitu modal sendiri dan modal asing berupa pinjaman kredit atau pembiayaan. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik usaha dan tertanam didalam perusahaannya untuk waktu yang tak tentu lamanya. Sedangkan modal asing atau pinjaman kredit atau pembiayaan merupakan modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh secara pinjaman sehingga harus dikembalikan dalam waktu tertentu.4

Pemerintah telah memberikan akses kemudahan pembiayaan dan penjaminan bagi pelaku UMKM yang telah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008. Pemerintah telah menyediakan pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. Bagi usaha menengah pemerintah melakukan pemberdayaan dalam bidang penjaminan dan pembiayaan dengan memfasilitasi, memperluas pinjaman kredit dan masih banyak akes lainnya yang dapat diterima

3Gina W, Effendi J, “Pembiayaan LKMS Dalam Peningkatan Kesejahteraan

Pelaku Usaha Mikro”

(http://jai.ipb.ac.id/index.php/jalmuzaraah/article/view/19673/13601), Diakses pada 04 Oktober 2018, 2018)

4Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 95.

(6)

oleh para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap UMKM.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana ”Penerapan Pembiayaan Pasal 21 sampai 24 pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tersebut terhadap beberapa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terdapat di Kota Medan”.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mencari tahu apakah implementasi dari undang-undang ini sudah berjalan cukup berimbas kepada pelaku-pelaku UMKM yang ada di Kota Medan atau masih perlu diadakan lagi sosialisasi terhadap Undang-undang ini.

(7)

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pembiayaan Modal Terhadap Perkembangan Umkm Di Kota Medan

1. Perkembangan Berdirinya Suatu UMKM dan Masalah-masalah yang dihadapi UMKM

Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan. Perkembangan usaha dilakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi.Menurut Purdi E. Chandra perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan omset penjualan.5

Menurut Soeharto Prawirokusumo perkembangan usaha termasuk perkembangan usaha dari UMKM ini dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu tahap conceptual, start up, stabilitas, pertumbuhan (growth stage), dan kedewasaan.

Pada kajian ini akan membahas perkembangan usaha dilihat dari tahapan conceptual yaitu, mengenal peluang potensial, analisa peluang, mengorganisasi sumber daya, dan langkah mobilisasi sumber daya.6

Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka kedepan perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut: 7

1) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

2) Bantuan Permodalan

Pemerintah perlu memperluas kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan UMKM.Pembiayaan untuk usaha mikro, kecil dan menengah dengan menggunakan lembaga keuangan mikro yang ada.

5 Purdi E. Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, Grafika Indah, Yogyakarta, 2000, hlm.

121.

6 Prawirokusumo Soeharto,” Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil”, BPFE, Yogyakarta, 2010, hlm. 185.

7Hafsah, Mohammad Jafar, “Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)”, Infokop 25, Jakarta, 2004, hlm.40-44.

(8)

3) Perlindungan Usaha

Jenis-jenis usaha tertentu perlu mendapatkan perlindungan huum, baik itu dari pemerintah ataupun dari Undang-undang yang mengaturnya.

4) Pengembangan Kemitraan

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UMKM dengan pengusaha besar dalam maupun luar negri untuk menghindari terjadinya monopoli dalam usaha.

5) Pelatihan

Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi, pengetahuan serta ketrampilan dalam pengembangan usaha melalui pengembangan kemitraan rintisan.

6) Membentuk Lembaga Khusus

Perlu dibangun suatu lembaga khusus yang bertanggungjawab dalam mengkoordinir semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya pennumbuh kembangan UMKM dalam rangka menyelesaikan masalah di lapangan.

Sejak krisis moneter yang diawai tahun 1997 hampir 80% usaha besar mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK masal terhadap karyawannya.

UMKM dianggap sebagai sektor usaha yang tidak cengeng dan tahan banting, meskipun banyak sekali kelemahan yang ada padanya. Berdasarkan survey sebelumnya, masalah-masalah yang dialami oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah diantaranya:8

1. Permodalan;

a. Kurangnya akses ke Bank, atau sumber pembiayaan lainnya, b. Prosedur pemberian kredit yang sulit, dan suku bungan yang

tinggi

c. Bank kurang memahami kriteria UMKM

d. UMKM kurang mampu membuat proposal yang baik dan benar e. Kurangnya pembinaan tentang manajemen keuangan

f. Kredit yang diperlukan UMKM tidak jelas atau diketahui oleh pengusaha.

8Ina Primina, menggerakkan Sektor Riil UKM & Industri, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm.

19-21.

(9)

2. Pemasaran;

a. Akses terhadap informasi pasar kurang, terbatsnya tempat pemasaran, kesulitan mencari agen

b. Kuatnya persaingan pasar dan produk, kurangnya manajemen pasar

c. Penjiplakan 3. Bahan Baku

a. Harga bahan baku yang mahal, bahan aku yang dibutuhkan tidak diproduksi lagi

b. Kesulitan penyimpanan, pengiriman tidak tepat waktu, dan prosedur impor bahan baku tidak jelas

c. Kurang informasi tentang sumber bahan baku dan kurang kerjasama dengan pengusaha besar dalam pengadaan bahan baku.

4. Teknologi

a. Kurang pelatihan untuk teknologi baru, mahalnya pemeliharaan, miutu yang rendah

b. System perijinan dan pencemaran

c. Kurang penelitian antara teknlogi yang sesuai dengan kebutuhan 5. Manajemen

a. Tidak ada pembagian kerja yang jelas, kuatnya perseorangan, tercampur antara keuangan pribadi dengan usaha

b. Kurang mampu mengadakan perencanaan, pencatatan dan pelaporan

c. Manajer kurang mampu merancang strategis bisnis, serta rendahnya produktivitas kerja.

6. Birokrasi

a. Kurang informasi tentang ijin usaha, pungutan yang tidak jelas, adanya monopoli

b. Kurang berpihaknya pemerintah terhadap UMKM c. Adanya kuota ekspor

7. Infrastruktur dan kemitraan

(10)

a. Tariff mahal, pelayanan kurang, kurang kualitas dan kuantitas b. System pemasaran dan pembayaran yang merugikan UMKM c. Kurangnya transfer teknologi

2. Kebijakan Pemerintah dalam Mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan dokumen SNPK tanggal 8 juni 2005, maka strategi pengembangan UMKM melibatkan dua pihak:9

Pertama: Menko Kesra selaku Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan

1. Mengkoordinasikan penyusunan kebijakan pemberdayaan dan pengembangan UMKM dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

2. Mendorong pemerintah dalam penerbitan peraturan perundang-undangan untuk mendukung pemberdayaan dan pengembangan UMKM dalam rangka penanggulan kemiskinan.

3. Mendorong upaya penggalangan sumber-sumber pendanaan dari pemerintah, baik dari dalam/luar negri, untuk mmebiayai pemberdayaan dan pengembangan UMKM.

4. Mendorong terwujudnya kepastian hukum, penguatan, dan pendayagunaan LKM untuk mendukung pengembangan UMKM

5. Mendorong upaya pembentukan lembaga keuangan lainnya

6. Mendorong penyediaan dana penjaminan dari Pemerintah untuk UMKM

9M. Kwartono Adi,” Analisis Usaha Kecil dan Menengah”, Andi Yogyakarta, 2007, hlm.

20-21.

(11)

7. Mendorong penguatan lembaga peminjaman kredit 8. Mengkoordinasikan pelaksaan program pendampingan

dan pelatihan UMKM

9. Mengkoordinasikan penanganan UMKM.

Kedua: Gubernur Bank Indonesia

1. Mendorong Bank Umum dan BPR, baik konvensional maupun Syariah untuk menyalurkan kredit UMKM sesuai bisnis masing- masing Bank, dengan tetap menetapkan prinsip kehati-hatian.

2. Menyesuaikan ketentuan perbankan guna mendorong penyaluran kredit UMKM sesuai peratutan perundang-undangan yang berlaku.

3. Menyediakan informasi atas pemantauan penyaluran kredit UMKM dari setiap lembaga keuangan setiap 3 bulan.

4. Memberikan pelatihan kepada Bank dan Bussines Development Service Provider (BDSP) dalam rangka peningkatan penguatan kelembagaan, yang dapat mendorong penyaluran kredit UMKM.

3. Landasan Hukum Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

2. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

3. PP No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha 4. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah 5. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/ Jenis Usaha Yang

Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan

6. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah

(12)

7. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina LIngkungan 8. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara

9. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

4. Pengaruh Pembiayaan Modal Usaha Terhadap Perkembangan UMKM di Kota Medan

Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan setiap negara sebab adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan kesejahteraan yang tercermin pada pengingkatan output perkapita serta diikuti dengan daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Melalui pertumbuhan ekonomi sebuah negara dapat mengubah kondisi perekonomiannya menjadi lebih baik dalam suatu periode tertentu.Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan ekonomi nasional.Perekonomian nasional dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa rill terhadap penggunaan faktor- faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya.Salah satu hal yang berkontribusi dan turut andil dalam mendongkrak perkembangan perekonomian nasional yaitu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).10

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga berkontribusi aktif untuk bisa mengembangkan suatu daerah/ wilayah sehingga dapat meningkatkan usahanya serta meminimalisir angka suatu pengangguran di suatu daerah/

wilayah. Suatu usaha akan dikatakan berkembang baik apabila proses usahanya berjalan lancar dengan memaksimalkan pekerja dalam suatu produktivitas yang dijalankan. Selain itu, usaha kecil menengah juga perlu adanya strategi agar dapat mencapai suatu sasaran atau target sehingga dengan demikian semua akan terkontrol dengan baik. Dengan menggunakan strategi maka suatu Badan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah akan berkembang sesuai dengan yang

10 Adhe Anggraeni Saragi, Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Sektor Industri Kerajinan Batu Bata Berdasarkan Analisis SWOT, Yogyakarta: Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2016 hlm. 1

(13)

diharapkan. Pengembangan ini dilakukan dengan terencana baik pengembangan dengan melakukan peningkatan kreativitas, keterampilan, pembelajaran dan perkembangan stake holder dalam UMKM itu sendiri.11

Perkembangan UMKM bukannya tidak ada kendala.Kendala yang umumnya terjadi adalah keterbatasan modal usaha.Program Kredit Usaha Rakyat telah dicanangkan oleh pemerintah melalui lembaga keuangan.Lembaga keuangan yang dimaksud di antaranya adalah lembaga perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya.Adapun produk yang terkait dengan hal ini adalah produk Pembiayaan untuk UMKM dan Micro Finance.Sinergitas antara lembaga keuangan, pelaku usaha UMKM, dengan dukungan dari pihak pemerintah sangat diperlukan agar UMKM dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.12

Pemerintah berupaya untuk mendukung dalam pengembangan UMKM.Hal ini dapat dilihat melalui kebijakan Bank Indonesia yang melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan UMKM di Indonesia.Melalui kerjasama dimaksud diharapkan dapat diperoleh sinergi antara Bank Indonesia dengan kementerian/ pihak lainnya dalam rangka pengembangan UMKM. Kerjasama dimaksud mencakup berbagai bidang antara lain penelitian, peningkatan kapasitas dan juga pertukaran informasi. 13

Beberapa Nota Kesepahaman Bank Indonesia dengan instansi terkait adalah: 14

1. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Koperasi & UKM Republik Indonesia dan Bank Indonesia tentang pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah;

2. Nota Kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor Pertanian;

11Aminudin Aziz, Manajemen dalam Perspektif Islam, Pustaka El Bayan, Majenang 2012 hlm. 192

12Hasil Wawancara dengan Pemilik CV di Medan

13Website Resmi Bank Indonesia, Koordinasi dan Kerjasama dalam Rangka Pengembangan UMKM di Indonesia.https://www.bi.go.id/umkm/koordinasi/kerjasama- pengembangan/content

14Ibid.

(14)

3. Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan PT. Jatropha Green Energy tentang kerjasama Pengembangan Klaster Komoditas Jarak Pagar;

4. Kesepakatan Bersama antara Bank Indonesia dan Gabungan Kelompok Tani Mekarmurni dan PT. Mitratani Agro Unggul tentang Kerjasama Pengembangan Klaster Cabai;

5. Kesepakatan kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Bank Indonesia tentang Percepatan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia;

6. Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan dan Bank Indonesia tentang Pengembangan Konsultan Keuangan/

Pendamping Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Mitra Bank Sektor Kealutan dan Perikanan.

Suatu usaha dapat berkembang jika manajer pada setiap tingkatan untuk lebih mampu membentuk dan mengembangkan kerjasama kelompok dalam setiap satuan tugas atau situasi dalam bekerjasama mencapai tujuan bersama.

Dengan ini, semua perlu adanya pengembangan tim. Pengembangan tim adalah salah satu strategi kerjasama agar dapat menacapai tujuan pribadi dengan lebih efektif bersamaan dengan pencapaian organisasi mereka. 15

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh pembiayaan modal terhadap perkembangan UMKM di Kota Medan, maka dalam penelitian dilakukan juga di lembaga pembiayaan khususnya lembaga pembiayaan syariah. Lembaga pembiayaan syariah yang menjadi tempat penelitian ini adalah Bank Sumut Syariah.

Bank syariah merupakan institusi keuangan yang menjalankan usaha dengan tujuan menerapkan prinsip ekonomi dan keuangan Islam pada area perbankan. Prinsip Islam di dalam bank syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana

15 Indrawijaya, Perubahan dan Pengembangan Organisasi, Sinar Baru, Bandung, 1989 hlm. 107

(15)

dan pembiayaan kegiatan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan Islam. 16

Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang perbankan syariah menentukan tujuan dari perbankan syariah. Menurut Pasal 3 Undang- undang tersebut, perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah menganut prinsip keadilan, kesederajatan dan prinsip ketentraman. 17

B. Penerapan Pembiayaan Pada Pasal 21-24 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pada Beberapa Cv Di Kota Medan

1. TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSEKUTUAN KOMANDITER/

COMMANDITAIRE VENOOTSCHAP (CV)

Pada prakteknya di Indonesia telah menunjukkan suatu kebiasaan bahwa orang yang mendirikan CV berdasarkan akta Notaris (berbentuk otentik). Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pendirian dapat dilakukan dengan berbagai cara asalkan tidak merugikan pihak ketiga.18 Namun bilamana dilakukan pendirian dengan akta otentik, adanya kewajiban pendaftran akta pendirian atau ikhtisar resminya dalam register yang disediakan pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan perseroan itu ( raad van justice).19

16 Veithal R, Islamic Banking, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2010 hlm. 31

17 Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005 hlm. 78

18Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Pasal 22.

19Ibid, Pasal 23 dan 24.

(16)

Berdasarkan ketentuan pendirian firma yang dapat dijadikan dasar prosedur pendirian suatau CV tersebut, maka dapat diketahui bahwa adapun prosedur pendirian CV, yaitu:

a. Pendirian CV diawali dengan membuat akta otentik berupa akta pendirian CV dihadapan Notaris

b. Akta pendirian CV tersebut didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang sama dengan tempat kedudukan CV.

Penanggalan register atau pendaftaran akta otentik pendirian CV didasarkan pada tanggal akta pendirian dibawa ke Pegadilan Negeri, bukan berdasarkan tanggal penandatanganan akta pendirian. Pendaftaran di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tempat keduduk CV bertujuan agar khalayak ramai dapat mengetahui pihak yang bertanggungjawab serta perbuatan-perbuatan yang diselenggarakan atas nama perseroan.20

c. Akta pendirian CV yang telah didaftarkan tersebut wajib diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pengumuman ini bertujuan agar khalayak ramai dapat mengetahui pihak yang bertanggungjawab serta perbuatan- perbuatan yang diselenggarakan atas nama perseroan.21

Petikan akta pendirian CV yang telah didaftarkan secara resmi di kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat, berdasarkan Pasal 27 KUHD diwajibkan untuk diumumkan dalam surat kabar resmi. Petikan resmi tersebut harus memuat:22

a. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;

20 Rudi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 15.

21Ibid, hlm. 16

22Cut Raisha Yannaz, Tesis, “Analisis Yuridis Terhadap Pembuatan Akta Pendirian CV Tanpa Adanya Persero Komanditer”, Medan: USU, 2018, hlm. 60.

(17)

b. Pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir, dengan menunjukkan cabang khusus itu;

c. Penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma;

d. Saat mulai berlakunya perseroan dan saat terakhirnya;

e. Dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero.

Setelah Anggaran Dasar akta CV tersebut di daftarkan di Kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat dimana CV tersebut berada dan ditanggali pada hari akta atau petikannya dibawa di kepaniteraan, selanjutnya keharusan adanya pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia bahwa CV tersebut telah berdiri dan didirikan dengan akta otentik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 jo Pasal 27 dan Pasal 28 KUHD tersebut. Terkait dengan pendaftaran dan pengumuman tersebut, apabila hal itu belum terjadi maka CV terhadap pihak ketiga dianggap sebagai persekutuan perdata sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, dimana semua sekutu diperkenankan untuk bertindak dan dianggap berhak mengurus CV tersebut.23

CV sebagaimana halnya dengan perusahaan lain yang berbentuk persekutuan, secara umum tidak dapat dikatakan sebagai badan hukum. Dalam hubungannya dengan pihak ketiga, pihak ketiga tersebut tidak dapat menuntut sekutu komanditer. Dalam hal ini pihak ketiga hanya berurusan dan bertransaksi dengan CV bilamana hal itu diwakili oleh sekutu komplementer.24 Tetapi dalam hal ini bilamana sekutu komanditer menampilkan kewenangannya sebagai pengurus, ia pun dapat dituntut dan berkedudukan sama dengan sekutu

23 Munawwarah, Op, cit. hlm 8.

24Ibid., Pasal 21.

(18)

komplementer. Namun demikian, ditinjau dari bentuk hukumnya sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 23 KUHD, dapat dikatakan bahwa CV bukanlah badan hukum dikarenakan tidak adanya pengesahan menjadi badan hukum oleh instansi yang terkait. Selain itu, tanggung jawabnya pun dari para sekutunya tidak terbatas (unlimited liability) sampai meliputi harta pribadi mereka atau tidak secara mutlak terbatas seperti halnya PT sehingga hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai badan hukum. Persekutuan Komanditer (CV) tidak diatur secara khusus oleh undang-undang, baik di dalam KUHPerdata maupun KUHD, akan tetapi pengaturannya mengacu pada ketentuan-ketentuan Maatschap dalam KUHPerdata dan Persekutuan Firma, antara lain Pasal 19, 20, 21, 30 ayat (2) dan 32 KUHD. Ketentuan-ketentuan Maatschap diberlakukan tentu saja sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan khusus dalam KUHD seperti disebutkan di atas.

Kedudukan hukum CV dikenal dalam keadaan statis – tunduk sepenuhnya pada hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD). Demikian juga dalam keadaan bergerak – tunduk sepenuhnya pada hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD).

Kedudukan hukum CV dalam keadaan statis dimaksudkan semua perbuatan dan perhubungan hukum internal CV, seperti perbuatan hukum pendirian yang dilakukan dihadapan Notaris (Pasal 22 ayat 1 KUHD). Demikian juga dengan perhubungan hukum intern CV dengan para sekutu pengurus maupun sekutu komanditer, dan sebagainya. Kedudukan hukum CV dalam keadaan bergeraknya dimaksudkan setiap perbuatan dan perhubungan hukum keluar (extern) dengan pihak ketiga.

Khusus terhadap CV Atas Saham, maka ketentuan tentang pengaturan kedudukan saham-saham dan pemegang saham mirip dengan ketentuan yang mengatur saham pada Perseroan Terbatas (PT). Sedangkan perbedaannyaterletak antara lain dalam hal-hal sebagai berikut:25

25 Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1986), hal. 311

(19)

a. Anggota pesero dalam CV atas saham yang melakukan tindak pengurusan pengelolaan (daden van beheer) ialah para komplementaris yang mempunyai tanggung jawab yang tidak terbatas sampai dengan semua harta milik pribadinya. Sebaliknya anggota pengurus PT hanya bertanggung jawab terbatas terhadap tugas yang dibebankan kepadanya;

mereka tidak terikat pada pihak ketiga dengan adanya perjanjian yang diadakan untuk kepentingan PT.

b. Para komplementaris tersebut mempunyai kedudukan yang sangat berbeda dengan para pengurus PT.

Beberapa kelebihan CV dibandingkan dengan bentuk lain dari usaha Firma dan PT adalah:26

1. Pendiriannya relatif mudah dan cepat

Sebuah CV pendiriannya relatif sederhana, cepat, dan mudah.

Pendiriannya dapat dilakukan, baik dengan lisan maupun tulisan yang keduanya membutuhkan proses yang tidak rumit dan mudah. Selain itu modal yang dibutuhkan tidak ditentukan besar kecilnya, berbeda dengan PT (misalnya).

2. Struktur organisasi CV tidak terlalu rumit.

Struktur organisasinya hanya terdiri Sekutu Aktif dan Sekutu Pasif yang tugas dan kewenangannya sudah jelas.

3. Laba yang diperoleh CV hanya dikenakan Pajak Penghasilan 1 kali.

Berbeda dengan badan usaha lainnya, misalnya PT, pemungutan pajak penghasilan CV dilakukakan pada badan usaha saja sedangkan pembagian keuntungan atau laba yang diberikan kepada sekutu komanditer tidak lagi dikenakan Pajak Penghasilan.

4. Kemampuan pimpinan persekutuan komanditer relatif lebih baik.

26Munawwarah, Op, cit. hlm. 17-18.

(20)

Sekutu Aktif yang bertanggung jawab atas perjalanan suatu CV memiliki kekuasaan yang mutlak atas kebijakan CV. Dia/ mereka secara independen hanya memikirkan nasib CV tanpa terkendala memikirkan modal sehingga kemampuan kepemimpinan bisa lebih baik dan fokus dalam mengambil keputusan.

5. Lebih mudah menerima suntikan dana.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena badan usaha persekutuan komanditer sudah cukup populer di Indonesia dan kebanyakan pengusaha kecil dan menengah terutama perusahaan kelurga memilik bentuk usaha berupa CV.

Adapun kelemahan CV adalah sebagai berikut:

1. Sebagian anggota atau sekutu di persekutuan komanditer mempunyai tanggung jawab tidak terbatas.

Merupakan dilema tersendiri dengan terbentuknya Sekutu Aktif dan Sekutu Pasif.

Sekutu Pasif tidak memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan CV.

2. Tanggung jawab CV menjadi tanggung jawab pribadi Sekutu Pasif.

Apabila sekutu pasif menjadi sekutu aktif maka tanggung jawabnya akan menjadi tanggung jawab pribadi sesuai dengan pasal 21 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

3. Semangat sekutu komanditer dalam memajukan perusahaan relatif setengah hati.

Tanggung jawab sekutu pasif terbatas pada modal yang mereka setor.

Mereka hanya berfikir uang yang mereka setor sebagai modal CV kembali dengan nilai yang lebih besar, tanpa peduli kelangsungan CV.

4. Status hukum badan usaha CV adalah bukan badan hukum

(21)

Untuk mengerjakan proyek-proyek besar dibutuhkan badan usaha yang statusnya badan hukum, yaitu P.T. Karena itulah bentuk CV tidak banyak dipilih oleh pengusaha yang melakukan kegiatan usaha besar.

5. CV tidak dapat menumpuk modal dengan jalan menghimpun modal dari para sekutunya.

2. TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMBIAYAAN

Tujuan pembiayaan terdiri atas dua yaitu bersifat makro dan mikro.27 Tujuan yang bersifat makro, antara lain:

1. Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.

2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dari pembiayaan. Pihak surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana.

3. Meningkatkan produktivitas dan memberi peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan daya produksinya.

4. Membuka lapangan kerja baru.

Sedangkan tujuan yang bersifat mikro antara lain:28 1. Memaksimalkan laba.

2. Meminimalisasikan resiko kekurangan modal pada suatu usaha.

3. Pendayagunaan sumber daya ekonomi.

4. Penyaluran kelebihan dana dari yang surplus dana ke yang minus dana.

27Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2005, hlm. 17-18

28Ibid, hlm. 18

(22)

Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagaimana di atas, pembiayaan secara umum memiliki fungsi-fungsi dari pembiayaan ini untuk:29

1. Meningkatkan daya guna uang baik itu untuk keperluan produktifitas ataupun untuk peningkatan produksi.

2. Meningkatkan daya guna barang, dengan adanya pembiayaan maka akan terjadinya perpindahan dari suatu barang yang mana dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.

3. Meningkatkan peredaran uang, dengan pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening Koran pengusaha akan menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya.

4. Guna stabilitas ekonomi

5. Dan sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk meningkatkan usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.30

3. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan untuk mrmrnuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilita- fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Kebutuhan pembiayaan

29Ibid, hlm. 19-21.

30 Syafi’I Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”, Gema Insani Press, 2001, hlm.

99.

(23)

investasi dapat dipenuhi dengan cara bagi hasil, jual beli dan sewa.31

C. Kendala Dan Hambatan Dalam Penerapan Pembiayaan Pada Pasal 21- 24 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Umkm Yang Dialami Oleh Beberapa Cv Di Kota

1. Kendala yang dialami dalam Penerapan Pembiayaan Pasal 21-24 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM pada Beberapa CV di Kota Medan

Pasal 21 UU Nomor 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa, ayat (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi usaha Mikro dan kecil. Ayat (2) BUMN dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan laba tahunan yang dialokasikan kepada UMKM dalam bentuk pemberian pinjaman,penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. Ayat (3) Usaha Besar Nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang dialokasikan kepada UMK dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. Ayat (4) Pemerintah dan Pemerintah daerah, dan Dunia usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk UMK. Ayat (5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk kemudahan pesyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi UMK.

Pasal 22 UU No. 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa, Dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah melakukan upaya:

a. pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;

b. pengembangan lembaga modal ventura;

31Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, Rajawali Press, 2013, hlm. 125

(24)

c. pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang ;

d. peningkatan kerjasama anatara UMK melalui koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan syariah;

e. pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23 UU No. 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa (1) Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pemerintah dan Pemerintah Daerah; a.

menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jaringan lembaga keuangan bukan bank; b. menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit; dan c. memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan.

Berikut pula Pasal 24 UU No. 20 Tahun 2008 tentang pembiayaan dan penjaminan usaha menengah, dikatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan usaha dengan: a. memfasilitasi dan mendorong peningkatan pembiayaan modal kerja dan investasi melalui perluasan sumber dan pola pembiayaan, akses terhadap pasar modal, dan lembaga pembiayaan lainnya; dan b. mengembangkan lembaga penjaminan kredit dan meningkatkan fungsi lembaga penjamin ekspor.

Bahwa pada dasarnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah memberikan landasan yang kuat bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk berperan secara aktif dalam pengembangan dan pemberdayaan suatu UMKM, bahkan untuk akses permodalan/ pembiayaan yang seharusnya dimudahkan bagi para pelaku usaha.

Dalam proses pendirian hingga pengembangan usahanya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah banyak mengadapi kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dimana permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:

aksesbilitas, manajemen, permodalan, teknologi bahan baku, informasi dan

(25)

pemasaran, infrastruktur, birokrasi dan pungutan, kemitraan. Namun begitu masalah yang paling mendasar bagi para pelaku UMKM adalah permodalan.32

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa pemilik UMKM yang bergerak dibidang Persekutuan Komanditer (Commanditaire Venootschap) kebanyakan pelaku usaha ini memulai dan membiayai bisnisnya secara mandiri, dengan menggunakan modal pribadi. Namun saat waktunya tiba untuk pengembangan bisnis mereka, sering sekali mereka mengalami kesulitan dengan masalah pembiayaan.33

Kendala yang dihadapi dalam penerapan pembiayaan Pasal 21-24 yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM pada beberapa CV di Kota Medan ini dikarenakan:34

1. Sulitnya proses adminitrasi pengajuan pinjaman dan proses yang berbelit-belit

Dalam hal ini, para pemilik CV mengatakan bahwa saat mereka mengajukan pinjaman ke Bank, banyak pelaku UMKM yang merasa prosesnya sangat merepotkan. Prosedur peminjaman bank bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu dan pihak bank yang mengajukan persyaratan yang cukup menyulitkan. Pada umumnya, bank mensyaratkan agar pemilik UMKM memiliki dokumen legal yangtidak semua pemilik CV miliki, karena banyak UMKM yang berada di Indonesia ini dirasa kurang Bankable. Sehingga pihak Bank tidak berani mengambil resiko dalam pengembalian modal.

2. Tidak adanya agunan

Untuk mengurangi resiko kredit, bank biasanya akan meminta agunan dalam pemberian kredit usaha ini, namun sayangnya banyak pemilik UMKM yang tidak memiliki asset untuk dijadikan agunan.

32Muhammad Imam Fauzi, Op, cit, hlm. 70.

33 Hasil wawancara dengan beberapa pemilik CV

34 Hasil wawancara dengan beberapa pemilik CV

(26)

Seperti misalnya Bapak Yatijo, salah seorang dari pemilik UMKM yang telah saya wawancarai, beliau mengatakan bahwa “biasanya kalau meminjam ke bank harus pakai agunan, agunan yang dipakai adalah sertifikat tanah, sementara saya di sini hanya perantau dan masih mengontrak.”

3. Kurangnya Informasi

Menurut penuturan dari para pemilik CV yang telah penulis wawancarai, tidak banyak bank atau lembaga pembiayaan lain yang memiliki kantor di daerah daerah pedesaan, jadi tidaklah mudah bagi pemilik UMKM ini untuk mendaptakn informasi mengenai layanan kredit mereka. Akibatnya banyak dari para pelaku usaha ini tidak mengetahui secara pasti bagaimana prosedur maupun persyaratan pengajuan pinjaman ke Bank.

4. Tidak adanya Layanan Kredit bagi Usaha Mikro

Dari beberapa CV yang telah diwawancarai oleh penulis, terdapat usaha kecil dan usaha mikro yang jelaskan bahwa mereka pemilik usaha ini membutuhkan sedikit saja modal untuk membangun usahanya. Namun kebanyakan Bank tidak melayani permohonan pinjaman dibawah Rp 25 juta untuk usaha skala rumah tangga, karena Bank merasa jumlah itu terlalu besar.

5. Kurangnya kepercayaan dari pihak Bank kepada debitur Dalam hal ini pula, para pemilik CV mengatakan bahwa, terkadang pihak Bank pemberi modal kurang memberikan rasa percaya kepada debitur, dikatakan seperti itu karena terkadang debitur mengajukan pinjaman sebesar Rp 30 juta, namun pihak bank hanya memberinya sebesar Rp 10 juta. Hal ini dikarenakan pihak Bank tidak berani mengambil resiko atas pengembalian kredit tersebut.

Namun setelah debitur mampu mengembalikan pinjaman beserta bunganya tapat waktu, barulah pihak bank akhirnya akan menawarkan kembali pinjaman tambahan kepada debitur.

2. Faktor Penghambat Penerapan Pembiayaan Pasal 21-24 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM pada Beberapa CV di Kota Medan

(27)

Dalam penerapannya, Pasal 21-24 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan dalam proses pengembangannya dapat dijelaskan bahwa terdapat beberapa hambatan yang menjadi permasalahan, diantaranya:35

1. Pemahaman pelaku usaha dan masyarakat seputar keberadaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM ini masih kurang.

Dalam hal ini, beberapa pemilik CV yang telah berhasil diwawancarai oleh penulis mengatakan bahwa, mereka tidak banyak mengetahui tentang keberadaan Undang-Undang ini dalam lingkungan usaha mereka, yang membuat mereka kurang dapat memanfaatkan fasilitas yang telah dijamin pemerintah dalam Undang-Undang tersebut.

2. Kelayakan Usaha atau Status Usaha yang kurang jelas dari pemilik UMKM yang akan melakukan peminjaman.

Banyak dari pemilik CV yang telah diwawancarai oleh penulis tidak memiliki surat-surat atau dokumen legal yang dapat dijadikan sebagai jaminan bagi Bank untuk melakukan peminjaman uang ke Bank atau lembaga pembiayaan lainnya. Banyak CV yang dianggap tidak Bankable, sehingga hal ini menjadi penghambat bagi para pemilik CV untuk memperoleh modal atau pembiayaan bagi usahanya.

3. Kurang efektifnya peraturan itu sendiri

Setelah penulis memberikan penjelasan mengenai keberadaan Undang- Undang ini yang di dalamnya mengatur tentang pembiayaan, pada akhirnya beberapa pemilik CV ini mulai mengerti akan hak mereka. Sehingga mereka mengatakan bahwa peraturan dalam Undang-undang tersebut kurang efektif dan kurang relevan dalam penerapannya, karena masih banyak lembaga pembiayaan yang nyatanya tidak memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha seperti mereka ini.

4. Mentalitas petugas yang menegakkan (struktur hukumnya) Kurang tegasnya para petugas penegak membuka peluang bagi Bank untuk membuat suatu self regulatory banking, yang berisi tentang ketentuan

35Hasil Wawancara dengan beberapa Pemilik CV di Kota Medan

(28)

internal bank dalam menjalankan usahanya, meskipun tidak boleh bertentangan dengan peraturan Bank Indonesia. Dengan adanya self regulatory banking ini Bank bebas membuat peraturan yang dia inginkan sendiri tanpa memperhatikan pihak-pihak yang lain.

5. Kesadaran Masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Udang-Undang masih Kurang.

Para pemilik CV ini masih belum menyadari akan pentingnya menjadi unit usaha yang bankable, dimana usaha yang bankable itu adalah usaha yang dibiayai.

6. Sumber Daya Manusiannya yang lemah

Para pemilik CV ini menyadari bahwa mereka merasa kurang dalam hal ini, mereka mengatakan bahwa masih sangat terbatas tenaga terdidik dan berpengalaman dalam bidang pengembangan usaha, sehingga mereka sulit untuk mengakses informasi-informasi terbaru mengenai pengembangan usaha.

7. Faktor agama, seperti Riba.

Sebagian dari para pemilik CV ini mengatakan bahwa melakukan peminjaman uang di Bank adalah dosa, karena adanya bunga yang diberikan oleh pihak Bank. Sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan peminjaman dalam hal ini.

8. Penyalahgunaan dana oleh nasabah

Setelah penulis melakukan wawancara dengan para pemilik beberapa CV yang ada di Kota Medan ini, mereka banyak mengakui bahwa terkadang sering terjadi penyalahgunaan dana kredit yang telah diberikan oleh Bank.

Penyalahgunaan dana yang telah diperoleh tersebut menyimpang dari kesepakatan semula, yang dilakukan dengan sengaja yang mengakibatkan kerugian bukanlah menjadi tanggung jawab bagi Bank.

9. Kejujuran

Terkadang dalam perjalanannya, para pelaku usaha ini merasa dapat memanfaatkan dana yang diperoleh untuk mengembangkan usahanya dalam bidang lain, namun kenyataannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, para pelaku usaha ini tidak jujur dalam menyampaikan perkembangan

(29)

usahanya sehingga sampai kesulitan dalam pengembalian modal akibat wanprestasi.

Penerapan pembiayaan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 21-24 pada beberapa CV yang ada di Kota Medan dirasa masih kurang maksimal, masalah permodalan yang dihadapi oleh beberapa CV tersebut masih banyak dialami oleh mereka. Belum maksimalnya pemberian permodalan juga dibarengi dengan pengaruhnya terhadap pengembangan Usaha yang dialami oleh beberapa CV tersebut. Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pelaku usaha kurang berjalan secara sinergis sesuai dengan tujuan yang diterbitkan oleh Undang-Undang ini terlihat dari beberapa CV yang telah diwawancarai.

(30)

II. PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengaruh pembiayaan modal terhadap perkembangan UMKM di Kota Medan bahwasannya pembiayaan modal UMKM memiliki pengaruh dan dampak besar terhadap proses pengembangan UMKM meskipun masih banyak dijumpai kekurangan, selain itu bukan hanya masalah modal saja, melainkan juga mengenai masalah manajemen dari UMKM itu sendiri yang menjadi faktor penentu pengembangan UMKM.

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam penerapan pembiayaannya pada beberapa CV yang ada di Kota Medan ternyata belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan tujuan yang diamanatkan Pasal 21 sampai 24 Undang-Undang tersebut. Para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah masih banyak menjumpai kendala dalam proses peminjaman uang sebagai modal pembentukan dan pengembangan usaha mereka.

3. Kendala dan faktor penghambat dalam penerapan pembiayaan Pasal 21 sampai 24 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pada beberapa CV yang ada di Kota medan

a. Kendala dalam penerapan Pasal 21 sampai 24 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM pada beberapa CV di Kota Medan

a) Sulitnya proses administrasi pengajuan dan proses yang berbelit-belit

b) Agunan, yang kebanyaan tidak dimiliki oleh para pemilik UMKM c) Kurangnya informasi bagi pemilik UMKM untukmendapatkan

perkembangan informasi layanan kredit yang disediakan oleh lembaga pemberi dana

(31)

d) Tidak adanya lembaga layanan kredit bagi usaha mikro e) Kurangnya kepercayaan dari pihak Bank kepada debitur.

b. Faktor Penghambat penerapan pembiayaan Pasal 21 sampai 24 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM pasa beberapa CV di Kota Medan

a) Pemahanan pelaku usaha dan masyarakat seputar keberadaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM ini masih kurang

b) Kelayakan Usaha atau status usaha yang kurang jelas dari pemilik UMKM yang akan melakukan peminjaman

c) Kurang efektifnya peraturan itu sendiri d) Mentalitas petugas yang menengakkan

e) Kesadaran masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Undang- Undang masih kurang

f) Sumber daya manusianya rendah g) Faktor Agama, seperti Riba

h) Penyalahgunaan dana oleh nasabah

i) Kejujuran dari pihak debitur kepada kreditur atas perkembangan usahanya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang merupakan hasil penelitian dalam skripsi ini dibawah ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya guna untuk mendorong upaya pemberdayaan UMKM yang sekarang ini belum sepenuhnya mencapai hasil yang maksimal sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro. Kecil dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi,

(32)

pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan, sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global.

2. Dalam proses penerapan pembiayaannya, perlu dibentuknya suatu tim khusus di bawah kementrian/ pemerintah pusat maupun daerah yang berfokus pada pengembangan dan pemberdayaan pembiayaan UMKM yang dapat bersentuhan secara langsung, merangkul serta mengawasi secara aktif para pelaku UMKM untuk dapat mengembangkan usahanya melalui lembaga pendanaan yang telah disediakan oleh pemerintah sehingga tujuan dari diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah dapat berjalan sebagaimana mestinya dan dapat membantu mewujudkan cita-cita bangsa yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3. Untuk mengatasi berbagai kendala dan hambatan dalam penerapan pembiyaan terhadap UMKM Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada UMKM tentang adanya lembaga pembiayaan bank maupun non bank, dengan menguatkan kemitraan antara pemerintah dengan pemerintah daerah dalam hal pemberian pembiayaan tersebut agar dapat dilakukan secara terintegrasi dan dapat dilakukan secara sinergis antara pemerintah dengan lemabga pemberi dana. Selain itu perlu adanya kebijakan untuk UMKM agar mengikuti pembinaan dari lembaga pembiyaan dan menyerahkan laporan keuangan usaha secara periodik kepada lembaga pembiayaan guna untuk menghindari penyimpangan pemanfaatan kredit yang telah diberikan oleh lembaga pembiayaan.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adi, Kwartono, 2009, Kiat Sukses Berburu Modal UMKM, Raih Asa Sukses, Jakarta.

Antonio, Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

Ascarya, 2013, Akad dan Produk Bank Syariah, Rajawali Press, Jakarta.

Aziz, Aminudin, 2012, Manajemen dalam Perspektif Islam, Pustaka El Bayan, Majenang.

Chandra, Purdi E, 2000, Trik Menuju Sukses, Grafika Indah, Yogyakarta.

Djoko Sudantoko, Anoraga, 2002, Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

E. Chandra, Purdi, 2000, Trik Sukses Menuju Sukses, Grafika Indah, Yogyakarta.

Edi, Kwartono, 2007, Analisis Usaha Kecil dan Menengah, Ardi, Yogyakarta.

Edia, Arthesa Ade, 2006, Bank danLembagaKeuanganBukan Bank, Indeks, Jakarta.

Hafsah, Mohammad Fajar, 2004, Upaya Pengembangan Usaha Kecil &

Menengah (UKM), Infokop 25, Jakarta.

Ichsan, Achmad, 1986, Dunia Usaha Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta.

Indrawijaya, 1989, Perubahan dan Pengembangan Organisasi, Sinar Baru, Bandung.

Kasmir, 2011, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Karim, Adi Warman, 2013, Bank Islam Analisis Fiqih & Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Marzuki Mahmud, Peter, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Muhammad, 2005, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

P. JokoSubagyo, 2006, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.

(34)

R, Veithal, 2010, Islamic Banking, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Purwirosutjipto, 2008, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Bentuk Perusahaan, Djambatan, Jakarta.

Prasetya Rudi, 1995, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Primina, Ina, 2009, Menggerakkan Sektor Riil UKM & Industri, Alfabeta, Bandung.

Siregar, Ansari, 2005, Metode Penelitian Hukum, Pustaka Bangsa Press, Medan.

Saliman, Abdul Rasyid, 2005, Hukum Bisnis untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sumiyanto, Ashmad, 2008, BMT Menuju Koperasi Modern, Ises Pub, Yogyakarta.

Sri Mamudji, SoerjonoSoekanto, 1990, Penelitian Hukum Normatif- Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta.

Soekanto Soerjono, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

Soeharto, Prawirokusumo, 2010, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta.

Tambunan, Tulus, 2012 Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Widjanarto, 2006, Hukum & Ketentuan Perbankan di Indonesia, Grafiti, Jakarta.

A. Jurnal dan skripsi

DjawahirHejazziey, 2009, Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil &

Menengah (UMKM) Melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Untuk Mengentaskan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran, Vol 1.

Indriyatni, Lies, 2015, Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Usaha Mikro dan Kecil, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 5.

Sondang Silalahi, 2013, Pengembangan Model Pendanaan UMKM Berdasarkan Persepsi UMKM, Jurnal Keuangan dan Bisnis, Vol. 5.

Cut RaishaYannaz, Tesis, 2015, Analisis Yuridis Terhadap Pembuatan Akta Pendirian CV tanpa Adanya Persero Komanditer, Medan: Universitas Sumatera Utara.

(35)

DanangFaizal, Skripsi, 2017, Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha, dan sikap Kewirausahaan Terhadap Pendapatan Pengusaha Lanting di Lembah Duwur, Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen, Yogyakarta: UNY.

Fika Fitriana, Skripsi, 2017, Strategi Pengembangan UMKM di Indonesia, Malang: UMM.

Imam Fauzi, Skripsi, 2016, Penerapan Undang-UndangNomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM padaCV .Karya Makmur Perkasa Kota Binjai, Medan:

USU.

Munawarah, Skripsi, 2013, Persekutuan Komanditer, Mataram: Universitas Mataram.

B. PeraturanPerundang-Undangan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM Inpres No. 10 Tahun 1998

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Peraturan Bank Indonesia (BI) No. 3/9/PBI/2001 tentang Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Khusus Pecahan 500.000 (Lima RatusRibu) dan Pecahan 25.000 (Dua Puluh Lima Ribu) Seri “ Peringatan 100 Tahun Bung Karno.

PP No. 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM.

C. Internet

Dimas Rais, Pembiayaan UMKM,

http://www.academia.edu/16538377/pembiayaan_umkmDiaksestanggal 15 Oktober 2018

Gina W, Effendi J, Pembiayaan LKMS Dalam Peningkatan Kesejahteraan Pelaku Usaha Mikro

(http://jai.ipb.ac.id/index.php/jalmuzaraah/article/view/19673/13601, Diakses pada 04 Oktober 2018

Resta febriyanti, Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, http://restafebri.blogspot.com , Diakses tanggal 10 Oktober 2018.

(36)

Dion Thorion, Sumber Dana UMKM, http://id.shvoong.com/social-

sciences/economics/2263511-sumber-dana umkm, Diakses 20 Oktober 2018.

Solider, http://www.rmol.co/read/2011/11/30/47385/implikasi-pemberlakuan-UU- No-20/2008-Terhadap-data-kredit-UMKM/ diaksestanggal 04 November 2018.

Putra Zairisnaldi, Pemberdayaan UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentangUMKM,http://www.academia.edu/15010904/Pemberdayaan_UMKM _Menurut_UU.20_Tahun_2008_Tentang_UMKM diakses tanggal 19 Oktober 2018.

Kemendag, Analisis Peran Lembaga Pembiayaan bagi UMKM, https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppp.keme ndag.go.id/media_content/2017/08 diakses 06 November 2018.

Walter P, Strategi OJK Memperluas Akses Kesuangan

,https://koinworks.com/blog/strategi-ojk-memperluas-akses-keuangan ,Diakses 13 November 2018.

NovitaIntan sari, OJK Minta Pemda Memaksimalkan peran TPKAD genjotekonomidaerahhttps://m.merdeka.com/uang/ojk-minta pemda- memaksimalkan-peran-tpkad-genjot-ekonomi-daerah.html , diakses 13 Nopember 2018.

Mekar, Mengapa UMKM Indonesia Kesulitan dalam Mengakses Pinjaman Bank?https://www.google.com/amp/s/blog.mekar.id/kenapa-umkm-

indonesia-kesulitan-mengakses-pinjaman-bank/amp/?espv=1diakses tanggal 14 Nopember 2018.

D. Wawancara

Hasil Wawancara dengan Staf SDM Bank Sumut Syariah Ringroad Medan, Bapak M. Ridwanta pada 18 Januari 2019

Hasil wawancara dengan beberapa pemilik CV di Kota Medan:

CV. Inti Fajar Baru CV. Putra Harapan Jaya CV. KD Damanik

Referensi

Dokumen terkait

Antara Para Penggugat dan Tergugat juga tidak mencantumkan syarat batal maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata “ Hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan,

“keadilan”, karena tujuan dari asas ini sendiri adalah tidak lain untuk menghadirkan keadaan yang seadil-adilnya bagi para pihak dalam perjanjian

pada Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan, pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi. 2)

c. Dokumen-dokumen yang dianggap berharga. Sebelum timbulnya suatu resiko tersebut, masyarakat selalu berusaha mencari langkah-langkah untuk menghindari resiko. Salah satu

1) Bahwa Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak memuat suatu ketentuan apapun yang menyebutkan bahwa perbedaan agama dan atau kepercayaan

Direksi salah satu organ PT yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Namun,

Seiring dengan berkembangnya waktu, arisan yang dulu dilakukan dengan bertatap secara langsung, sekarang lahirlah inovasi yaitu arisan berbasis online. Namun,

Dampak meningkatnya perkara perceraian yang terjadi di Mahkamah Syar’iyah Meulaboh dan dampak terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga dapat dikurangi ataupun