• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang Obesitas dan Non-obesitas Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang Obesitas dan Non-obesitas Tahun 2016"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Defenisi Obesitas

(2)

Tabel 2.1 Dasar pemilihan penggunaan grafik IMT sesuai usia.

Usia Grafik IMT yang dipakai Alasan

0-2 tahun WHO 2006 Grafik IMT (CDC

2000) tidak tersedia untuk klasifikasi usia dibawah 2 tahun

2-18 tahun CDC 2000 Dengan

menggunakan grafik IMT CDC 2000 persentil 95, deteksi dini obesitas dapat ditegakkan

(3)
(4)
(5)

Untuk mengetahui nilai IMT pada orang dewasa, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT =

---Tinggi Badan (m) X ---Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan Food and Agriculture Organization (FAO)/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Dengan ketentuan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat kegemukan ataupun tingkat defesiensi kalori lebih lanjut, FAO/WHO merekombinasikan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya dapat disimpulkan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 IMT berdasarkan WHO 2000

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

(6)

Jika seseorang termasuk kategori :

1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.

2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.14

Tabel 2.3 Kategori Status Berat dengan Jangkauan Persentil (CDC,2011).

Kategori Status Berat Jangkauan Persentil

Underweigth < Persentil ke-50

Healthy weigth Persentil ke-50 - < Persentil ke-85

Overweigth Persentil ke-85 - < Persentil ke-95

Obesitas ≥ Persentil ke-95

2.2 Faktor Risiko Obesitas

2.2.1 Jenis Kelamin

(7)

2.2.2 Umur

Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembagan rangka yang cepat.15 Menurut Dietz , ada empat periode kritis terjadinya obesitas yaitu : masa pre-natal (terutama trimester 3 kehamilan), masa bayi, masa adiposity rebound(normal pada usia 5-7 tahun) dan masa remaja (berhubungan dengan masa pubertas). Keempat periode tersebut ditandai perubahan pertumbuhan distribusi jaringan adiposa yang normal. Gizi yang dikonsumsi secara berlebih artinya ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dan keluar pada salah satu periode diatas akan menyebabkan kegemukan yang fisiologis.15,17Penentuan waktu mulai terjadinya penambahan atau kenaikan berat badan mempunyai peranan terhadap onset dan menetapnya obesitas. Namun, obesitas yang terjadi pada masa remaja, 30% akan berlanjut sampai dewasa menjadi obesitas persisten. Menurut Spear, lonjakan yang tiba-tiba berhubungan dengan perubahan hormonal, kognitif dan emosional yang menciptakan kebutuhan kebutuhan khusus pada masa remaja adalah masa terjadinya perubahan yang dramatik dalam kehidupan setiap manusia. Pertumbuhan yang relatif sama pada masa kanak-kanak secara tiba-tiba berubah ditandai dengan adanya suatu peningkatan kecepatan pertumbuhan.15 Sebuah studi menemukan bahwa pada 22 negara berpenghasilan rendah dan menengah diantara 15.746 mahasiswa dengan usia rata-rata 20.8 tahun dari 22 universitas diperoleh hasil dari total keseluruhan 22% dewasa muda mengalami overweight atau obesitas dengan persentasi laki-laki lebih besar yaitu 24.7% dibandingkan pada perempuan sebesar 19.3%. Usia rata rata penderita overweight atau obesitas pada laki-laki lebih muda sekitar 16-19 tahun dibanding dengan perempuan yang memiliki usia 22 tahun atau lebih.16

2.2.3 Faktor Genetik

(8)

2.2.4 Metabolik Basal

Metabolik basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh pada kondisi istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme setiap individu berbeda-beda, individu yang memiliki laju metabolisme yang lambat cenderung mengalami kegemukan atau lebih gemuk dibanding individu yang memiliki laju metabolisme basal yang tinggi.15

2.2.5 Faktor Lingkungan

Dewasa muda (18-25 tahun) rentan terhadap kelebihan berat badan dan obesitas selama masa transisi dari remaja ke dewasa. Banyak orang dewasa muda mengalami perubahan gaya hidup yang signifikan oleh karena pergeseran sosial ekonomi serta adopsi budaya hidup barat terutama pada negara-negara maju yang secara khusus dipengaruhi oleh sosial dan faktor-faktor lingkungan. Seperti kemandirian finansial, ketersediaan dan meningkatnya jumlah makanan cepat saji seperti makanan tinggi lemak, tinggi kalori serta minuman manis sehingga menjadikan remaja dan dewasa muda cenderung mempunyai kebiasaan kearah yang tidak sehat.18 Remaja belum memiliki pemikiran yang matang sehingga sangat mudah dipengaruhi lingkungan. Kesibukan menjadi faktor remaja untuk memilih makan diluar atau memakan cemilan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi keluarga, teman dan terutama iklan di televisi. Teman sebaya memberi kontribusi besar dalam mempengaruhi dalam memilih jenis makanan pada remaja. Ketidakpatuhan dianggap menjadi masalah karena dikhawatirkan dirinya akan dikucilkan dan akan merusak kepercayaan dirinya.15

2.2.6 Aktivitas Fisik

(9)

Penyimpanan berlebihan akan mengakibatkan obesitas. Center Disease Control and Prevention menyatakan pola makan yang tidak seimbang yaitu antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan penggunaan kalori untuk aktivitas fisik mengakibatkan ketidakseimbangan energi sehingga dapat meningkat resiko terjadinya obesitas. Dari hasil analisis sebuah penelitian di Manado, ditemukan subjek penelitian pada kelompok kasus obesitas sebesar 92.68 % dengan aktivitas ringan sebanyak 38 orang. Sedangkan kelompok kontrol tidak obesitas dengan aktivitas sedang sebesar 82.93% sebanyak 434 orang. Dan hasil uji chi squre (x2) diperoleh nilai Odds Ratio = 0.016 CI (0.004-0.068). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor resiko terhadap kejadian obesitas. Dimana remaja dengan aktivitas ringan berisiko 0.016 kali menjadi obesitas, dibanding dengan remaja dengan aktivitas fisik sedang. Analisa dengan taraf signifikan 95% diperoleh nilai p< 0,05 (0,000).19

2.2.7 Pola Makan

Makan 3 kali sehari merupakan pola makan orang Indonesia pada umumnya yaitu sarapan dipagi hari, makan siang dan makan malam. Konsumsi makanan yang kurang baik secara jumlah (kuantitatif) maupun kualitas dapat menimbulkan gangguan proses metabolime tubuh hingga mengarah timbulnya penyakit. Makanan dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan khususnya pada masa remaja. Diet yang tidak adekuat merupakan masalah umum pada remaja terutama bagi kaum wanita. Gizi yang tidak adekuat akan menyebabkan masalah kesehatan yang akan mengikuti sepanjang hidup. Gizi yang kurang pada masa remaja berkaitan erat dengan beberapa faktor termasuk faktor emosi yang tidak stabil, keinginan menjadi kurus yang tidak tepat serta ketidakstabilan gaya hidup dan lingkungan sosial secara umum.

Perilaku-perilaku spesifik yang umumnya dilakukan oleh remaja hingga menimbulkan masalah gizi pada remaja wanita:

1. Kurang didampingi dalam memilih makanan yang dikonsumsi.

(10)

4. Setiap hari melewatkan waktu makan satu kali atau lebih.

5. Pemilihan makanan selingan antara rentang jam makan yang kurang atau tidak tepat.

6. Perhatian terhadap makanan tertentu yang menyebabkan jerawat. 7. Takut mengalami obesitas.

8. Tidak mau minum susu. 9. Mulai mengkonsumsi alkohol.

Disamping itu remaja juga memiliki kebiasaan makan cemilan diluar jam makan. Gaya hidup duduk lama sambil ngemil makanan tinggi kalori dan lemak serta rendah gizi dan kurang serat menjadi faktor penunjang kelebihan berat badan.15

2.3 Trigliserida

Trigliserida adalah sebuah molekul lemak yang terdiri dari senyawa gliserol dan 3 asam lemak yang diproduksi oleh hati.20 Obesitas, merokok, aktifitas fisik yang kurang aktif, diet tinggi karbohidrat, konsumsi alkohol berlebih merupakan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan kadar trigliserida.7 Trigliserida juga berperan sebagai molekul bahan bakar, asam lemak disimpan dalam bentuk triasilgliserol yang berupa ester gliserol yang tidak bermuatan digunakan dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi. Tempat utama penimbunan trigliserida adalah sitoplasma sel adiposa (sel lemak). Titik-titik trigliserida membentuk butiran besar yang mengisi hampir seluruh sel. Sel adiposa dikhususkan untuk mensintesis dan penyimpanan trigliserida untuk mobalisasi trigliserida menjadi molekul bahan bakar untuk energi dan dipindahkan oleh darah kedalam jaringan.21

2.3.1 Struktur Kimia Trigliserida

(11)

berikatan dengan 3 asam lemak. Ketiga asam lemak yang berikatan dengan gliserol dapat sama maupun berbeda. Rumus kimia trigliserida adalah RCOOCH2CH(OOC-R’)CH2-OOCR’’ dimana R,R’,R” adalah rantai alkil.1

(12)

Pada tubuh manusia, lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida adalah (1) asam stearat (ditunjukkan pada contoh tristearin), yang mempunyai rantai karbon-18 yang sangat jenuh dengan atom hidrogen, (2) asam oleat, yang juga mempunyai rantai karbon-18 tetapi mempunyai satu ikatan ganda dibagian tengah rantai, dan (3) asam palmitat, yang mempunyai 16 atom karbon dan sangat jenuh.21,22

2.3.2 Metabolisme Trigliserida

Orang dewasa mengonsumsi sekitar 60-150 gram lipid per hari. Lebih dari 90% lipid yang dikonsumsi adalah trigliserida. Sisanya mengandung kolesterol, ester kolesterol, fosfolipid, dan asam lemak yang tidak mengalami esterifikasi. Metabolisme lipid terdiri atas tiga jalur yaitu, eksogen, endogen dan reverse cholesterol transport. Jalur eksogen dan endogen berhubungan dengan metabolisme LDL dan trigliserida, sedangkan reverse cholesterol transport mengenai metabolisme HDL.

Dalam jalur eksogen, pencernaan lipid dimulai di dalam lambung. Lipid dikatalisis oleh lipase yang berasal dari lipase lingual (berada di belakang lidah). Target utama enzim ini adalah molekul triasilgliserol. Pada lambung triasilgliserol didegradasi oleh lipase lambung. Kedua enzim ini relatif stabil terhadap kondisi asam, dengan pH optimum 4 sampai 6. Selanjutnya di usus halus metabolisme lipid yang terjadi diatur oleh kolesitokinin (CCK), enzim pankreas, dan sekretin. Produk utama degradasi lipid pada usus halus adalah asam lemak bebas, kolesterol bebas, dan 2-monoasilgliserol. Kemudian produk-produk tersebut bersama dengan garam empedu membentuk misel campuran (mixed micelles), yang merupakan kumpulan lipid amfipatik berbentuk cakram, bercampur dengan gugus hidrofobik di bagian dalam dan hidrofilik di bagian luar, sehingga penyerapan dapat terjadi pada membran brush border enterosit (sel mukosa).

(13)

sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester. Lalu kedua hasil ini bersama fosfolipid dan apoliprotein akan membentuk partikel besar lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus lalu masuk ke aliran darah. Triasilgliserol dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai triasilgliserol kembali di jaringan lemak (adiposa), namun bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diam bil oleh hepar atau hati menjadi bahan untuk pembentukan triasilgliserol dihepar. Setelah hampir semua triasilgliserol dihilangkan, sisa-sisa kilomikron yang mengandung kolesterol ester, fosfolipid, apolipoprotein, akan dibawa ke hepar.

(14)

Gambar 2.4 Proses Metabolisme Lipid Eksogen dan Endogen. 2.3.3 Biosintesis Trigliserida

(15)

gliserol-3-fosfat asiltransferase dan 1 -asilgliserol-3-gliserol-3-fosfat asiltransferase. Fosfatidat diubah oleh fosfatidat fosfohidrolase dandiasilgliserol transferase (DGAT) menjadi 1,2-diasilgliserol dan kemudian triasilgliserol. tahap yang spesifik untuk sintesis Diasilglierol transferase mengatalisis satu-satunya triasilgliserol. Monoasilgliserol asiltransferase mengubah monoasilgliserol menjadi 1,2-diasilgliserol pada jalur monoasilgliserol di mukosa usus halus. Aktivitas enzim enzim ini sebagian besar dijumpai di retikulum endoplasma, tetapi sebagian dijumpai di mitokondria. Fosfatidat fosfohidrolase terutama ditemukan di sitosol, tetapi bentuk aktif ini terikat dengan membran. Pengaturan biosintesis triasilgliserol didorong oleh ketersediaan asam lemak bebas. Asam-asam lemak yang lolos dari oksidasi umumnya diubah menjadi fosfolipid, dan jika kebutuhan ini telah terpenuhi maka asam-asam tersebut digunakan untuk sintesis triasilgliserol.22

2.4 Hubungan Obesitas dengan Kadar Trigliserida

(16)

Berdasarkan pernyataan dari American Heart Association (AHA) dari tahun 1999 hingga tahun 2004 dilaporkan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan konsentrasi dengan trigliserida. Sekitar 80% dari partisipan yang mengalami overweight (IMT ≥30kg/m2) memiliki kadar ≥150 mg/dL. 83% . 43% partisipan dengan IMT normal (<25kg/m2) cenderung memiliki kadar trigliserida<150mg/dL dan 39% <200mg/dL. Pernyataan ini didukung dengan laporan oleh survei NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) pada tahun 1999-2006 bahwa partisipan yang termasuk dalam kategori berat badan normal memiliki kadar trigliserida yang tinggi (≥150mg/dL) sejumlah 5.9%. Dan partisipan yang mengalami overweight atau obesitas dengan peningkatan kadar trigliserida berjumlah 13.8% dan 24%.8

2.5 Hubungan Trigliserida dengan Gangguan Kardiovaskular

Menurut Daniel J Scherer terdapat hubungan antara peningkatan trigliserida dan risiko gangguan kardiovaskular yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, setiap kenaikan 1 mmol/L peningkatan trigliserida pada laki-laki akan mengalami peningkatan risiko gangguan kardiovaskular sebesar 32% dan pada perempuan sebesar 72%.25

Gambar

Grafik IMT yang dipakai
Gambar 2.1 Kurva CDC BMI-for-age growth chart
Gambar 2.2 Kurva CDC BMI-for-age growth chart
Tabel 2.3 Kategori Status Berat dengan Jangkauan Persentil (CDC,2011).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian apakah terdapat hubungan asupan makan (karbohidrat, protein, lemak dan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan uraian dari pembahasan mengenai Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Anemia and Iron, Zinc, Copper, and Magnesium Deficiency in Mexican Adolescents: National Health and Nutrition Survey 2006.. Mexico: Instituto Nacional de Salud

Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara

Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dengan Profil Lipid pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Poliklinik Jantung RSUD dr. Diterbitkan, Fakultas Ilmu

Saat ini saya melakukan penelitian berjudul “ Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2016

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan uraian dari pembahasan mengenai Hubungan Lingkar Leher dengan Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas