• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mitra Binaan | Semen Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mitra Binaan | Semen Indonesia"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

4 Pengantar Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

7 Pengantar Kepala Departemen CSR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

13 Membentengi Mitra Binaan dengan Hak Cipta

KATEGORI INSPIRATIF

16 R&D : Terpuruk dan Bangkit karena Bom Bali • Slumped by Bali Bombings? No Way!

22 BONASSA COLLECTION : Modal Nekat Berujung Nikmat • Strong Determination as Initial Capital 28 AL BAROKAH : Sarung Al Barokah Melayang ke Timur Tengah • Al Barokah Sarong Flies To Middle East 33 UD FAMILY FOOD : Jadikan Makanan Olahan sebagai Mesin Uang • Processed Food As Money Machine 38 UD DWI SUMBER SEJATI : Makmur bersama Peralatan Dapur • Triumphant with Kitchen Appliances 44 SEKAR AYU : Nyaris Punah, Kini Batik Gedog Mendunia • Almost Extinct, now Batik Gedog Goes Global 50 INDAH MEUBEL : Terinspirasi Sukses Jokowi • Inspired by Jokowi’s Success

56 BAYU MANDIRI : Pelanggan Cetaknya Sampai Timor Leste • His Marketing Wings Reach East Timor 62 IZZA COLLECTION : Sukses Berkat Hobi dan Desakan Ekonomi • Stronger Than Economic Pressure 67 RASYIDA ALAM : Dari Garasi Berbuah Upakarti • From Garage to Upakarti Award

KATEGORI PRODUKTIF

74 SARI RONCHE : Lejitkan Baju Sulam ke Kalangan Atas • Kicks Embroidery Clothes to Upper Class

(3)

89 CARNADIA : Limbah Kaca Jadi Elok dan Mahal • Wasted Glass is Beautiful and Expensive 94 KULIT KREASINDO : Bikin Pembeli Yaman Kepincut • Makes Yemeni Buyers Fascinated

99 LYENA CRAFT : Hak Paten di Tangan, Bersiap Masuk Eropa • Having Patent, Preparing to Europe 104 SUMBER AGUNG : ‘Raja Midas’ Sangkar Burung • ‘King Midas’ in Birdcage Business

109 KERIPIK GERUS : Dari Iseng, Raup Puluhan Juta Rupiah • Just for Fun, Get Million Rupiahs 114 GHAFA FRAME : Sukses Berkat Ketekunan dan Kesabaran • Success = Persistence + Patience 117 BELGEDES ART : Berawal dari Kesibukan Wali Santri • It Starts from Pupil’s Parents

120 LIEVIEDA : Kualitas Dijamin, Model Selalu Gres • Guaranteed Quality, Newest Style

123 DEDE SATOE : Tanpa Pengawet, Bertahan hingga 1,5 Tahun • Without Preservatives, Lasting to 1.5 Years 128 DUA PUTRA (DU-TRA) : Bikin Limbah Ikan Tak Berbekas • Fish Waste Goes without Trace

132 BATIK LASEM ART : Jawab Kegelisahan dengan Muatan Lokal • Addressing Anxiety with Local Content 136 EBONY GUN’S : Penemu Senapan Multisistem dari Pare • Inventor of Multisystem Rile

141 MELATI MEKAR MANDIRI : Bidik Pasar Atas, Motif Selalu Baru • Targeting Upper Market, Creating New Motifs 145 NEBULA CAKE : Nebula Cake, Disuka karena Kaya Keju • Nebula Cake, Rich in Cheese

149 FORTUNE ENTERPRISE : Mengolah Mineral Laut Jadi Kosmetik Berkelas • Turning Marine Minerals into Classy Cosmetic 154 BATIK DEWI SARASWATI : Tak Lelah Ciptakan Motif Baru • Never Feel Tired to Create New Motif

(4)

PENGANTAR

Ir SUPARNI

Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. President Director of PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

HARUS

TUMBUH

DAN MAJU

BERSAMA

(5)

SINCE the inauguration in Gresik on August 7, 1957, by President Soekarno, PT Semen Gresik (Persero) Tbk consistently applies the concept of Triple Bottom Lines (Proit, Planet and People) on an ongoing basis. As a state-owned business entity, Semen Gresik has an obligation to make proits and send some part of the proits to the state.

However, on the other hand, the com-pany bears inherent responsibility to protect environment and to promote social welfare. Those three functions are closely linked and not possible to be separated. So, when the company was transformed into PT Semen Indonesia (Persero) Tbk in 2012, the noble mission that guarantees the sustainability of these efforts is still put forward.

Currently, Semen Indonesia has foster-partnerships with 16,764 small and me-dium enterprises (SMEs) that are scattered throughout Indonesia. The high popula-tion of productive age that is not directly proportional to the number of jobs encour-ages people to build their own independent business.

However, without inancial capability sup-port, managerial support and good networking, it is hard to imagine how the embryos of business can survive and thrive. These are the reasons that encourage Semen Indonesian to send helping hands to the SMEs. Up to 2015, there are 57.9 million SMEs in Indonesia which contribute 58.92 percent to GDP and absorb 97.30 percent of labor force.

No wonder that SMEs are referred as the backbone of the national economy. Sadly, their access to inancial institutions is very limited. Only 25 percent of them or 13 million SMEs have the access to inancial institutions. Therefore, we’re never half-heartedly in fostering the SMEs.

SEJAK diresmikan di Gresik tanggal 7 Agustus1957 oleh Presiden RI Soekarno, PT Semen Gresik (Persero) Tbk konsisten mene-rapkan konsep Triple Bottom Lines (Proit,

Planet and People) secara berkelanjutan. Sebagai entitas bisnis pelat merah, Semen

Gresik punya kewajiban menggali proit

dan menyetorkan sebagian keuntungan kepada negara.

Namun, di sisi lain, di tubuh perseroan melekat tanggung jawab untuk men-jaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat. Tiga fungsi ini menyatu dan tidak mungkin dipisahkan. Ketika perse-oran bertransformasi menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tahun 2012, misi mulia yang menjamin sustainabilitas usaha tersebut tetap dikedepankan.

Saat ini Semen Indonesia membina 16.764 usaha kecil menengah (UKM) yang tersebar di seluruh Indonesia. Tingginya populasi usia produktif di negeri ini yang tak berbanding lurus dengan jumlah lapangan kerja mendorong orang untuk membangun usaha mandiri.

Akan tetapi, bila tidak disokong

kemam-puan inansial, manajerial serta

network-ing yang bagus, sulit membayangkan embrio bisnis itu bisa survive, apalagi berkembang. Alasan itulah yang mendorong Semen Indonesia hadir di tengah-tengah UKM. Hingga 2015 di Indonesia terdapat 57,9 juta pelaku UKM, dengan kontri-busi terhadap PDB sebesar 58,92 persen dan kontrikontri-busi dalam penyerapan tenaga kerja 97,30 persen.

Tak aneh bila UKM disebut sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Mirisnya, akses mereka ke lembaga keuan-gan sangat terbatas, yakni baru 25 persen atau 13 juta pelaku UKM yang mendapat akses ke lembaga keuangan. Karena itu kami tidak pernah tanggung-tanggung dalam membina UKM.

(6)

Referring to the concept of ‘one stop service’, the partner-ships-assistance design is implemented through loan lending, sustainable managerial coaching, and product promoting through exhibitions at home and abroad. All are done by put-ting forward the aspects of equality, independence, profession-ality and ethic.

This book is portraying a small fraction of SMEs that are born and/or grown up with Semen Indonesia. Some SMEs have a smooth road to success, however some others take long and heavy road to success. And, Semen Indonesia never leaves them any inch behind. We want the SMEs will be steady in Tri-daya (3 powers); durability, attractiveness and competitiveness.

In the middle of very tight cement business competition, Se-men Indonesia must still be the winner. However, once again, we do not want to run fast and be champion alone. Semen Indonesia should grow and move forward together with the SMEs; because that is the real sustainability. (*)

Merujuk konsep one stop service, pola pendampingan dieja-wantahkan melalui penyaluran pinjaman, pembinaan manajerial berkesinambungan dan mempromosikan produk-produk mitra lewat pameran di dalam maupun luar negeri. Semua dilakukan dengan mengedepankan aspek pemerataan, kemandirian, profesional serta etika.

Buku ini memotret sebagian kecil UKM yang lahir, tumbuh dan berkembang bersama Semen Indonesia. Ada yang jalan-nya mulus, namun tak sedikit yang harus ’berdarah-darah’ untuk sampai ke tangga sukses. Sejengkal pun Semen Indonesia tidak pernah meninggalkan mereka. Kami ingin UKM-UKM itu mantap secara tridaya, yakni daya tahan, daya tarik dan daya saing.

(7)

Sebagai

Peningkatan Reputasi

dan Keberlanjutan

Perusahaan

PENGANTAR

CSR

SEMEN INDONESIA is consistent with initiatives to ensure the alignment of business development with efforts to preserve the environment. It’s all meant to improve the competence of local communities, to ensure the improvement of welfare and the quality of life of present generation and future generation.

Business development activities also are actively implement-ed in the ield. The Company has compliimplement-ed with all procimplement-edures established, including: the creation and presentation of com-plete Environmental Impact Assessment with Environmental

CSR

Improves the Reputation

and Sustainability of a Company

SEMEN INDONESIA konsisten dengan prakarsanya dalam me-mastikan keselarasan pengembangan usaha dengan memadukan upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Semuanya dimak-sud untuk meningkatkan kompetensi masyarakat sekitar, menjamin peningkatan kesejahteraan, serta mutu hidup generasi masa kini dan masa depan yang semakin baik.

Demikian juga halnya dengan kegiatan pengembangan usaha yang tengah giat dilaksanakan di lapangan. Perseroan telah memenuhi seluruh prosedur yang ditetapkan, termasuk menyusun dan mempresentasikan AMDAL lengkap dengan rencana UKL dan Ir WAHJUDI HERU

(8)

UPL untuk memastikan terjaganya lingkungan sekitar. Perseroan bahkan telah merencanakan penerapan teknologi penambangan maupun operasional pabrik terbaru yang lebih ramah lingkungan. Perseroan bertekad menerapkan keberhasilan pengelolaan ling-kungan di Tuban yang pernah mendapatkan PROPER EMAS dari Kementerian Lingkungan Hidup, di lokasi pabrik lainnya.

Selain itu, Perseroan juga tetap konsisten menjalankan upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan sebagai bentuk partisipasi Semen Indonesia terhadap mitigasi perubahan cuaca. Selain upaya penghijauan, Perseroan menerapkan program Clean Devel-opment Mechanism (CDM) secara konsisten, meliputi penerapan konservasi energi melalui operasionalisasi dan pengembangan unit WHRPG, penggunaan biomass, penerapan AFR dan menye-rap limbah industri tertentu sebagai bahan penolong dalam proses produksi terak.

Keseluruhan upaya tersebut membuat Perseroan berhasil

menurunkan angka emisi CO2 dan mendapatkan sertiikasi

Car-Management and Environmental Monitoring plans to ensure the preservation of environment. The Company even has planned application of mining technology and operation of the newest plant to be friendly with environment. Semen Indonesia is determined to build on the success of environmental man-agement in Tuban plant –which got PROPER EMAS from the Ministry of Environment– to other plant locations.

In addition, the company also remains consistent to run the efforts to improve environmental quality as the participa-tion to mitigate the bad impact of climate change. In addiparticipa-tion to reforestation, the company also implements a program of Clean Development Mechanism consistently covering energy conservation through the operation and development of Waste Heat Recovery Power Generation unit, the use of biomass, the application of Alternative Fuel Resources, and to absorb speciic industrial waste as auxiliary material in the process of slag production.

(9)

Reduc-bon Emission Reduction (CER) sebagai bentuk pengakuan masyarakat global akan upaya nyata yang dilakukan Semen Indonesia dalam memperbaiki kualitas lingkungan.

Sebagai wujud komitmen yang kuat dalam melaksanakan program Tanggung Jawab So-sial dan Lingkungan (TJSL), sejak tahun 2014 lalu, Semen Indonesia mulai menerapkan

blueprint kegiatan CSR yang mencerminkan suatu konsep TJSL yang tidak hanya merupa-kan kewajiban bagi perusahaan, namun lebih dari itu, menekankan kegiatan CSR sebagai media bagi peningkatan reputasi dan terja-minnya keberlanjutan perusahaan. Perseroan menerapkan empat pilar program-program CSR, yakni:

“SI Cerdas” yang fokus pada peningkatan kompetensi melalui program pendidikan.

“SI Prima” yang bersinergi dengan pro-gram-program Unit Pemasaran dan Litbang .

“SI Lestari” yang fokus pada program-program lingkungan.

“SI Peduli” yang merupakan rumah yang berisi program-program sosial ekonomi.

Empat pilar program CSR tersebut merupakan pengejawanta-han dari tujuh subjek inti tanggungjawab sosial sesuai ISO 26000. SI Cerdas terdiri dari beragam kegiatan terintegrasi untuk memacu kualitas SDM. SI Lestari sebagai wujud komitmen perusahaan untuk memastikan keberlanjutan lingkungan mulai dari proses se-belum hingga pasca tambang. SI Peduli mendorong peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, mulai pemberdayaan ekonomi, kesehatan, bantuan infrastruktur hingga penanganan bencana. SI Prima fokus untuk meningkatkan kualitas riset dan pengembangan.

Alhamdulillah, konsep CSR Semen Indonesia yang bertumpu empat pilar tersebut mendapat apresiasi internasional. Semen

Indonesia berhasil masuk dalam jajaran inalis Asia Sustainability Reporting Awards 2015 dalam kategori best community reporting

yang diselenggarakan oleh CSRWorks International di Eden Hall

tion. This is recognition from the global community about the real efforts of Semen Indonesia to improve environment quality.

As a strong commitment in implementing the program of Social and Environmental Responsibility, Semen Indonesia since 2014 has implemented blueprint for CSR activi-ties. It shows that the concept of Social and Environmental Responsibility is not only as an obligation of the company. More than that, it emphasizes CSR activity as a medium for improvement and ensuring the sustain-ability of the Company’s reputation.

The Company implements four pillar of our CSR programs, namely:

‘SI Cerdas’ focuses on increasing compe-tence through education programs,

‘SI Prima’ is in synergy with the programs of Marketing Unit and Research and Devel-opment Unit.

‘SI Lestari’ focuses on environmental programs, and

‘SI Peduli’ is a hub that contains socio-economic programs.

The four pillars of the CSR program is the embodiment of the seven core subjects of social responsibility in accordance with ISO 26000. SI Cerdas consists of an integrated wide-range of activities to boost the quality of human resources. SI Lestari is the company’s commitment to ensure the sustainability of the environment from prior-mining to post-mining process. SI Peduli boosts socio-economic welfare of society, from econom-ic empowerment, health care, infrastructure aid, to disaster management. SI Prima focuses on improving the quality of research and development.

Alhamdulillah, the concept of Semen Indonesia’ sCSR which rests on the four pillars are appreciated internationally. Semen Indonesia became one of the inalists of 2015 Asia Sustainabil-ity Reporting Awards in best communSustainabil-ity category organized by CSRWorks International at Singapore Eden Hall, on January

(10)

Singapura, Kamis, 28 Januari 2016. Keberhasilan ini cukup strate-gis karena tidak saja bermakna sebagai pengakuan tetapi juga merupakan upaya mendukung langkah ekspansi perusahaan di kawasan Asia. Sekaligus sebagai langkah benchmarking pengelo-laan CSR tingkat Asia.

Melalui pilar “SI Cerdas”, Perseroan melanjutkan program

ser-tiikasi tukang yang hingga tahun 2015, telah terserser-tiikasi sekitar

10.000 tukang. Perseroan juga melanjutkan program KIRANA, upaya pembangunan karakter generasi muda, melalui kegiatan lomba menyanyi dan cipta lagu anak yang dilaksanakan di 28 kota di seluruh Indonesia, untuk menggugah terciptanya lagu anak-anak yang berkualitas guna mengembalikan kepribadian anak-anak Indonesia sesuai dengan perkembangan usianya.

Perseroan juga memberikan pelatihan Information, Commu-nication, and Technology (ICT) bagi seluruh siswa SD, SMP, dan SMA agar generasi penerus di sekitar Perseroan melek IT. Selain memberi sumbangsih program-program pelatihan peningkatan

28, 2016. This success is strategic. It is not only recognition but also a kind of support for the company’s expansion to Asia. It also as the benchmarking steps for management of CSR in Asia level.

Through SI Cerdas’ pillar, the Company continues the certii-cation program for handyman which until 2015 has ‘graduated’ around 10,000 workers. The Company also continues KIRANA program (youth character-building efforts) through kids singing and kids songwriting contest held in 28 cities across Indonesia. This activity to encourage the creation of good quality kid’s song in order to restore the Indonesia children’s personality development in accordance with their ages.

(11)

Indo-kompetensi dan pengembangan karakter bagi guru untuk me-ningkatkan kualitas pendidikan.

Melalui pilar “SI Lestari” Perseroan meningkatkan intensitas pro-gram “Waste to Zero”, mengembangkan Mangrove Center di Tuban sebagai pusat pembelajaran dan program perlindungan keanekara-gaman hayati, melestarikan habitat bagi berbagai organisme darat dan air, serta memperbaiki lingkungan sekitar pantai akibat abrasi, sekaligus sebagai ekowisata. Disamping mengembangkan sebagian lahan pasca tambang menjadi kebun percobaan dan laboratorium hidup yang bermanfaat untuk pembelajaran dan pendidikan serta menanamkan kesadaran hijau bagi generasi penerus.

nesia contributes to training programs to increase the com-petence and character development for teachers to improve education quality.

(12)

Perseroan juga konsisten meningkatkan intensitas kegia-tan “Green Belt” di seluruh area tambang dan merealisasikan program penghijauan di areal-areal tertentu. Program kelestarian lingkungan tersebut di luar program-program lingkungan yang berkaitan erat dengan operasional perusahaan sebagaimana disinggung sebelumnya.

Melalui pilar “SI Peduli”, sampai akhir tahun 2014 Perseroan telah membina 30.067 pelaku UKM sebagai mitra binaan yang menyerap tambahan tenaga kerja mencapai 61.156 orang dengan omzet mencapai Rp 1,71 triliun. Semuanya masuk dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Semen Indone-sia. Implementasi PKBL ini mengacu aturan perundangan dari Kementerian BUMN yaitu Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara : PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN yang mulai diberlakukan tang-gal 3 Juli 2015.

Kepada para pelaku usaha mikro ini, perseroan memberi pendampingan menyeluruh dengan konsep one stop service.

Dimana, setiap mitra binaan, diberi pendampingan penuh. Mulai pembiayaan, pelatihan peningkatan kualitas produk, pelatihan pemasaran dengan menggandeng Mark Plus, dan pengelolalan keuangan. Tak berhenti sampai di situ, perseroan juga turut

mem-fasilitasi dan mengurus sertiikat paten dari produk-produk UKM

Binaan tersebut.

Perseroan juga memberikan bantuan untuk kepentingan pendidikan, olahraga, kesenian, kesehatan, sarana dan prasarana umum, serta bantuan untuk bencana alam yang terjadi di tanah air. Sementara di Vietnam, Perseroan memberikan bantuan sekolah, dan pengobatan siswa sekolah di sekitar lokasi pabrik. (*)

The Company is also consistent in increasing the intensity of the Green Belt activity around all of the mining area and realizing the greening program in particular areas. The environ-mental sustainability programs mentioned above are beyond the environmental programs that are closely related to the company’s operations.

Through SI Peduli’s pillar, until the end of 2014 the com-pany has trained 30,067 SMEs as skilled partners who add employment for 61,156 people with a turnover Rp 1.71 trillion. All of them are included in the Partnership and Community Development Program of Semen Indonesia. Implementation of this program refers to the regulations of Ministry of SOEs namely Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara: PER-09/ MBU/07/2015 concerning the Partnership and Community Development Program in state owned enterprises that came into effect on July 3, 2015.

To micro businesses, the company provides comprehensive assistance with one-stop-service concept. Each trained part-ners are given full assistance, from inancing, training, improv-ing product quality, marketimprov-ing trainimprov-ing in cooperatimprov-ing with Mark Plus, to inancial management. The company also facili-tates and takes care of the patent certiicate for the products of the SMEs assisted.

(13)

PEMBAJAKAN masih menjadi momok serius bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Begitu mudah produk-produk orisi-nal yang dihasilkan dijiplak, baik sebagian maupun keseluruhan, untuk kemudian diaku pihak lain. Perlindungan terhadap karya dan merek di kalangan UKM cukup lemah. Semen Indonesia memberi jawaban persoalan ini.

Melalui program CSR, Semen Indonesia sukses mengurus hak paten lima pelaku UKM yang menjadi mitra binaan. Kelima

pelaku UKM yang telah mengantongi sertiikat paten dan merek

tersebut adalah Lyena Craft (Bangkalan), Atthaya Batik (Bangka-lan), Nathania Art Batik (Lasem Rembang), Melati Mekar Mandiri (Tuban) dan Kerajinan Tas dan Sepatu R&D (Lamongan). “Semua

Membentengi

Mitra Binaan

dengan

Hak Cipta

Protecting Partners

with Copyright

PIRACY remains a serious problem for Small and Medium Enterprises (SMEs). It is so easy to copycat the original products, in part or in a whole, then to claim them as another party’s belong-ing. The protection of work and brand among SMEs is quite weak. So, Semen Indonesia gives solution for this problem.

(14)

kita yang urus, sampai sertiikat ada di tangan,” terang Kepala

Biro Kemitraan Semen Indonesia, Febriwan.

Apa yang dilakukan itu menjadi bagian dari langkah perusa-haan dalam memberikan layanan penuh (one stop service) kepada UKM mitra binaan. Jadi tak sekadar didampingi dan dilepas be-gitu mulai mentas, tapi terus berlanjut sampai pada perlindungan produk lewat paten.

“Selama ini yang menjadi momok bagi industri skala kecil kan urusan seperti itu (paten). Keti-adaan informasi dan akses membuat jarang yang mengurusnya. Padahal, ini menyangkut orisinili-tas karya dan produk. Karena itu, kami hadir memberikan solusi,” ujarnya.

Kelima mitra binaan di atas memang memiliki produk unik dengan orisinalitas tinggi. Sebut saja Lyena Craft yang mengolah serat daun agel menjadi aneka produk kerajinan bernilai jual, antara lain tas, tatakan gelas, dan kotak tisu. Guna memperlancar produksi, Herlina, si empu-nya usaha, merekrut para pengungsi Sambas. Mereka adalah warga Madura yang menjadi korban kerusuhaan Sambas, Kalimantan Barat, pada tahun 2000. Para pengungsi itu terusir dari bumi Kalimantan sehingga pulang kampung ke Bangkalan dengan harta seadanya.

Febriwan mengakui, produk-produk UKM selama ini me-mang rentan pembajakan. Apalagi bila sampai dipasarkan ke luar negeri. “Karenanya, untuk sementara ini kita proteksi lewat pengurusan paten pada beberapa produk yang dikirim ke luar negeri. Contohnya batik, jangan sampai nanti diklaim oleh negeri tetangga. Itu yang harus dicegah,” tambahnya.

Saat ini pihaknya terus mendata produk-produk mitra binaan

lainnya yang orisinal dan berkualitas untuk mendapatkan sertiikat

paten dari Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI). “Program ini terus berjalan. Hanya saja, kami memang harus selektif dengan mempertimbangkan banyak hal. Khususnya dari sisi keaslian produk,” tandasnya. (*)

in their hand,” said Febriwan the Head of Partnership Bureau at Semen Indonesia.

All that has been done is a part Semen Indonesia’s move to provide full one stop service for the trained partner SMEs. So, the SMEs were not merely accompanied and then released after they began to rise up, but the partnership is continued until product

protection through patent.

“So far, the main scourge for the small-scale industries is patent matters. The lack of informa-tion and lack of access makes the SMEs rarely care about patent. Whereas, patent issues concerns about the originality of works and products. Therefore, we are here to provide a solution for them,” he said.

The ive partner SMEs above indeed have unique products with high originality. Lyena Craft processes agel leaf iber into a variety of handi-craft products; among other are bags, coasters, and tissue paper box. In order to facilitate the production, Herlina the owner of the business, recruites some Sambas refugees. They are Ma-durese victims of Sambas riot in West Kaliman-tan in 2000. The refugees were expelled from Kalimantan to return home to Bangkalan with very modest treasures.

Febriwan said the SMEs products are so far vulnerable to pi-racy. Especially, when the pirated products are marketed overseas. “Therefore, we protect them through patent on some products that will be shipped overseas. For example, batik. Don’t let the batik will be claimed by other countries. It must be protected,” he added.

Today Semen Indonesia continues to track more products of SME partners that have originality and high quality to get patent certiicate from the Directorate General of Intellectual Property Rights. “This program continues to roll. However, we still should be selective to consider many things. Particularly from the authen-ticity of the product,” he said. (*)

Ketiadaan

informasi dan akses

membuat jarang yang

mengurusnya.

Padahal, ini

menyang-kut orisinilitas karya

dan produk.

Ketiadaan

(15)

Para pelaku UKM ini pernah menjadi bagian dari Mitra Binaan Semen Indonesia.

Mereka tumbuh bersama dan berkembang sehingga bisa mencapai kemandirian

seperti sekarang. Kisah merangkai sukses penuh inspirasi.

KATEGORI

INSPIRATIF

(16)

TRAGEDI BOM BALI TAHUN 2002 MEMBUAT BISNIS KERAJINAN KERAMIK YANG BARU DITEKUNI HAZAR FALASIFA TERPURUK. SEMPAT LIMBUNG SESAAT, PEREMPUAN YANG BIASA DISAPA VALIS ITU AKHIRNYA MENEMUKAN JALAN SUKSES YANG BARU. KINI DIA DIKENAL SEBAGAI BOS R & D LAMONGAN YANG MEMPRODUKSI HANDICRAFT DENGAN BAHAN ALAMI.

BALI BOMBING IN 2002 IS TRAGEDY. THE NEWLY CREATED BUSINESS CERAMICS OF HAZAR FALASIFA WAS SUDDENLY SLUMPED DOWN. GOT GIDDY MOMENT, SHE FINALLY FOUND A SUCCESSFUL NEW WAY. NOW SHE IS THE R & D BOSS IN LAMONGAN WHICH PRODUCES HANDICRAFTS WITH NATURAL MATERIALS.

HAZAR FALASIFA

Terpuruk

dan Bangkit

Karena

Bom Bali

Slumped by

Bali Bombings?

(17)

VALIS, her common name, never forget the bomb explosion in Bali that crushed tourism sector. At that time, the ceramics business that she and her husband Dody Arymawanto built was growing well. She rented an art shop at Tegallalang, Gianyar, to facilitate the mar-keting of her product in Bali and the world.

Unexpectedly, on October 12, 2002, a terriic explosion oc-curred at Jalan Legian, Kuta, where foreign tourist used to hangout. The tragedy that stamped the world also brings bad effects for the economy in Bali. Tourist arrivals dropped drastically, the tourism

busi-ness also slumped down.

“Orders of goods were canceled even

some of the goods has already been made. VALIS tak mungkin lupa dengan meledaknya bom di Bali tahun

2002 yang meremukkan sektor pariwisata di tanah air. Kala itu usaha kerajinan keramik yang digeluti bersama sang suami, Dody Arymawanto, sedang tumbuh. Sebuah artshop di Tegallalang, Gi-anyar, dia sewa untuk mempermudah pemasaran di Pulau Dewata.

Tak dinyana, pada 12 Oktober 2002 terjadi ledakan hebat di Jalan Legian, Kuta, yang menjadi tempat nongkrong turis asing. Tragedi yang mengentakkan dunia itu membawa efek buruk bagi perekonomian di Bali. Kunjungan turis merosot drastis, bisnis pariwisata pun seolah terlempar ke titik nadir.

“Pesanan barang akhirnya cancel semua, padahal sebagian sudah kita bikin. Ya sudah, bisnis kerajinan keramik itu ambruk. Saya benar-benar terpukul,” kata Valis. Hanya, perempuan kelahi-ran Lamongan, 21 Maret 1979, tak ingin

lama-lama berkubang duka. Peristiwa Bom Bali seolah menantangnya untuk bangkit lagi.

Lantas Valis memilih berjualan

handicraft berbahan alami dari rumah ke rumah. Aneka tas itu dia kulak dari beberapa perajin, lantas dijual lagi dengan

(18)

Well, our ceramic crafts business col-lapsed. I was really hit hard,” said Valis.

However, the Lamongan-born wom-an did not wwom-ant to stay long wallowing in grief. The Bali bombing challenges her to get up again. Valis then sells natural-made handicrafts door-to-door. She bought various bags from several artisans, and then sold them again with a relatively small proit.

At that time, her initial goal was to capture consumer as much as possible. Unexpectedly, in 2003 she received order for 600 bags. “My only capital was just a photo album and going from store to store. So, I served the 600 bags orders in three months. After that, other orders are lowing,” she said.

Getting more orders, but sometimes she didn’t ind acceptable price with the craftsmen or the irst seller, Valis then produced her own goods. “With a capital of Rp 5 million and two workers, in 2004 I started to make my own stuff. At the same time, I still take some stuff from other crafters when I can’t meet customer orders,” said Valis, a bach-elor of Business Administration from Brawijaya University, Malang.

Her craft business ofice is at Jalan Sunan Kalijogo 120, Lamongan. Label R & D is an acronym of ‘Rahmat’ (grace) and ‘Doa’ (prayer). It is chosen because the belief that grace will come when we work hard accompanied with prayer.

Carrying ‘Natural Exclusive Product’ motto, R & D began producing bags, sebanyak-banyaknya. Di luar dugaan,

tahun 2003 dia mendapat pesanan 600 tas. “Padahal saya cuma modal album foto, lalu masuk dari toko ke toko. Pesanan 600 tas itu saya kerjakan selama tiga bulan, setelah itu order makin deras mengalir,” lanjutnya.

Merasa sudah punya pasar dan paham karakternya, Valis pun mem-produksi barang sendiri. Apalagi, selama berhubungan dengan perajin atau penjual pertama, kadang dia tidak menemukan kecocokan harga. “Dengan modal Rp 5 juta dan dua pekerja, tahun 2004 saya mulai mem-bikin barang sendiri. Tapi saya masih ambil barang dari perajin lain karena belum mampu memenuh pesanan konsumen,” beber sarjana Adminis-trasi Niaga dari Unibraw, Malang, ini.

Label R & D yang merupakan akronim dari ‘rahmat’ dan ‘doa’ dipilih, karena Valis percaya rahmat akan datang bila kita bekerja keras dibarengi doa. Mengusung moto ‘Natural Exclusive Product’, R & D mulai memproduksi tas, sandal, dan sepatu. Bahannya mayoritas meman-faatkan sumber daya di Lamongan, mulai pandan, karung goni, serat agel (corypha utan), eceng gondok, rotan, dan tempurung kelapa.

“Produk saya lebih condong ke

(19)

als are natural resources in Lamongan, such as; pandanus, jute sacks, Agel (Corypha utan) iber, water hyacinth, rattan and coconut shell. “My prod-ucts tend more to fashion, especially for women. I took the materials from nature,” she said.

Attractive design, skillfully hand-made, and environment-friendly materi-als make the R & D products easier to accept by new consumers. Needless to say, within a year the number of her employees rose to 10 people.

Markets increasingly open after R & D joined as trained partners of Semen Indonesia in 2005. R & D often takes part in regional, national, and inter-national exhibitions. In foreign coun-tries exhibition, R & D products were displayed at Jordan, China, Singapore, and Malaysia.

“From Semen Indonesia, I get capital loan three times. The irst one was Rp 6 million and I used it to buy a sew-ing machine to handle more and more orders. The second was Rp 12 million, and the last in 2015 was Rp 25 million,” said Valis, the mother of one child.

For her, there’s something more important than just a low interest rate credit facilities from Semen Indonesia. The good relationship with a great com-pany enables her to make wider market network. Evidently, R & D is often in-vited to exhibition in various major cities as the partners of Semen Indonesia.

As a result, R & D products spread to Jakarta, Yogyakarta, Bali, Kaliman-anyar. Tak ayal, dalam setahun jumlah

pekerjanya naik jadi 10 orang.

Pasar makin menganga setelah bisnis kerajinan yang berkantor di Jalan Sunan Kalijogo 120, Lamong-an, ini menjadi mitra binaan Semen Indonesia di tahun 2005. Pameran di berbagai daerah kian sering diikuti, termasuk di luar negeri seperti Jorda-nia, China, Singapura, dan Malaysia. “Dari Semen Indonesia saya dapat pinjaman modal tiga kali . Pertama Rp 6 juta, saya gunakan untuk membeli mesin jahit karena pesanan makin banyak. Yang kedua Rp 12 juta, dan terakhir tahun 2015 sebanyak Rp 25 juta,” ungkap ibu satu anak ini.

Bagi Valis, ada yang lebih pen-ting daripada fasilitas kredit bunga ringan yang dia dapat dari Semen Indonesia. Yaitu hubungan baik dengan perusahaan besar, dan itu memungkinkan dirinya membuat jaringan pasar yang lebih luas. Ter-bukti, selama jadi mitra binaan Se-men Indonesia, R & D kerap diajak pameran ke berbagai kota besar.

Alhasil produk-produknya pun menyebar ke Jakarta, Jogjakarta, Bali, Kalimantan, Sulawesi, hingga NTB dan NTT. Bahkan, saat pameran di Ja-karta, R & D berhasil menggaet buyer

(20)

Sekarang R & D telah menjelma jadi perusahaan yang mapan dan mandiri. Dengan total pekerja 60 orang, sebagian besar ber-status mitra kerja yang menggarap order secara borongan, omzet usaha kerajinan ini menyentuh Rp 150 juta tiap bulan. Angka itu, diakui Valis, “Di luar penjualan saat pameran atau ekspor ke Arab Saudi.” bisa tersentuh. Misalnya tas berbahan pandan atau eceng gondok dijual dari Rp 20 ribu sampai Rp 500 ribu, sepatu karung goni Rp 40 ribu, sandal kayu rata-rata Rp 100 ribu. Paling mahal tas rotan kombinasi kulit yang dibanderol Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu. “Segmennya memang khusus,” ujar Valis yang mendesain sendiri sebagian besar produk kerajinannya.

Beberapa tokoh populer yang jadi langganan produk R & D antara lain Nina Soekarwo, istri Gubernur Jatim Soekarwo, lalu Fat-ma Saifullah Yusuf, istri Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, serta Inggrid Kansil yang tak lain istri mantan Menteri Koperasi Syarif Hasan. Asal dikelola dengan bagus dan selalu mengikuti tren, Valis yakin usaha kerajinan berbahan alami ini masih bisa berkembang.

R & D sendiri terus meluaskan cakupan pasarnya dengan cara memaksimalkan promosi. Baik melalui getok tular, pameran, serta memanfaatkan media sosial seperti facebook, line, instagram, maupun website. “Suatu saat saya ingin memiliki gerai di sejum-lah kota, biar produk R & D makin dikenal. Entah pakai sistem

franchise atau apa,” tutur peraih pengharagaan Wirausaha Muda Terbaik Jatim 2008 dan Produk Primaniaga Potensi Ekspor 2005

tan, Sulawesi, West Nusatenggara and East Nusatenggara. During an exhibition in Jakarta, R & D got some buyers from Saudi Arabia. Exports to the Middle East run from 2006 to the present. “The pre-order can be up to one container of 20 feet or 40 feet. They only order bags. The value of 20 feet container is approximately Rp 200 million to Rp 300 million, and for 40 feet is more than Rp 400 million,” said Valis.

Currently, R & D has been transformed to be a well established and independent enterprise. R & D has total 60 employee, most of them are working partners on contract. The craft business gets turno-ver Rp 150 million per month. “That igure beyond the sale during exhibitions or export to Saudi Arabia,” said Valis.

R & D deliberately throw the product to market at various prices. The goal is to reach the entire segment of market. For example, bags made from pandan or water hyacinth can be sold from Rp 20 sand to Rp 500 thousand, gunny sacks shoes is about Rp 40 thou-sand, wooden sandals is of Rp 100 thousand in average. The most expensive is combinations of rattan and leather bag which cost Rp 400 thousand to Rp 500 thousand. “The segment is really special,” said Valis who designs most of the craft products.

Some popular igures who became a loyal consumer among others are Nina Soekarwo the wife of East Java Governor Soekarwo, and Fatma Saifullah Yusuf the wife of the East Java Deputy Governor Saifullah Yusuf, and Ingrid Kansil the wife of former Minister of Coop-eratives Syarif Hasan.

R & D continues to expand market coverage by maximizing promotion. Either through word of mouth, exhibitions, as well as utilizing social media such as Facebook, online, Instagram, and website. “Sure, I want to have outlets in several cities one day. It can be in franchise or other system. More outlets make R & D products increasingly known,” said the winner of 2008 East Java Best Young Entrepreneur Awards and 2005 Export Potential Prime Products from Minister of Trade.(*)

Attractive design, skillfully handmade,

(21)

Owner : Hazar Falasifa (Valis) - Dody Arymawanto Product : Handicraft

Showroom/workshop : Jl Sunan Kalijogo 120 Lamongan Number of Workers : 60 people

Turnover : Rp 150 million per month Join in Semen Indonesia partnership : 2005 Email : valishandicraft@yahoo.co.id Facebook : Handicraft Valis Lamongan Mobile phone : 081 2311 9035 Pemilik : Hazar Falasifa (Valis)-Dody Arymawanto

Produk : Handicraft Showroom/workshop : Jl Sunan Kalijogo 120 Lamongan Jumlah Pekerja: 60 orang Omzet : Rp 150 juta perbulan Gabung Semen Indonesia: 2005 Email : valishandicraft@yahoo.co.id FB : Handicraft Valis Lamongan

HP : 081 2311 9035

(22)

Modal Nekat

Berujung Nikmat

Strong Determination as

Initial Capital

(23)

‘BONDO NEKAT ASAL SELA-MAT,’ begitu prinsip yang dipegang Widayanti saat merintis usaha kon-feksi. Akronim ‘kalimat sakti’ itulah yang akhirnya dijadikan label busana muslim yang dia produksi; Bonassa. Dibilang nekat karena perempuan kelahiran Gresik ini tidak memiliki

basic khusus di bidang jahit-menjahit atau fashion, selain sekadar me-masarkan pakaian jadi ke toko-toko.

Namun, minimnya pengalaman tersebut tak membuatnya surut langkah. Sembari mencari dan memasarkan, Widayanti mencoba mempelajari dan memahami seluk beluk dunia konfeksi. Perempuan kelahiran Gresik ini menjadi penge-pul pakaian sejak 1998. Wilayah pemasarannya mencakup hampir seluruh kota di Jatim.

Dua tahun menjadi pengepul, Widayanti mulai memahami sistem, model dan cara kerja industri kon-feksi. Dia pun melihat peluang dari banyaknya permintaan dan jaringan pasar yang sudah dimiliki. Dengan

‘BONDO NEKAT ASAL SELAMAT’ or ‘capitalizing strong determination in order to survive’ is the principles held by Widayanti when she began her seamstress business. So, Bo-nassa, the acronym of her mantra, is made to be her Muslim fashion label. Well, it was arguably strong deter-mination as her only capital because she did not have any specialized ba-sic in sewing or fashion. Her only skill is marketing apparel from seamstress to stores.

However, the lack of sewing expe-rience did not make her back away. While collecting and selling clothes, Yanti was trying to learn and then to understand the ins-and-outs of gar-ment business. So, the Gresik-born-businesswoman collects apparel since 1998 with coverage marketing area almost the entire of East Java.

After two years in collecting and selling business, Widayanti began to understand the system, the model and the work of apparel industry. She also sees some opportunities from the many networks she already

MULANYA SEKADAR MENGEPUL DAN MEMASARKAN PAKAIAN DARI SEJUMLAH RUMAH KONFEKSI, WIDAYANTI AKHIRNYA NEKAT MEMBANGUN USAHA SENDIRI. DIA FOKUS MEMPRODUKSI BUSANA MUSLIM ANAK-ANAK HINGGA DE-WASA. KEUNGGULAN PRODUKNYA TERLETAK PADA DESAIN YANG SELALU GRES.

AT FIRST, WIDAYANTI MERELY COL-LECTS AND SELLS CLOTHES FROM A NUMBER OF SEAMSTRESSES. THEN, SHE IS DETERMINED TO BUILD HER OWN PRODUCTION BUSINESS. SHE IS FOCUSED ON PRODUCING MUSLIM FASHION FOR KIDS TO ADULTS. HER PROD-UCTS PRIMACY LIES IN THE DE-SIGN OF WHICH IS ALWAYS NEW.

Sekarang ini

dalam sebulan kami

mampu memproduksi 1.000

setel pakaian, dengan desain

yang selalu berganti.”

(24)

modal pas-pasan dan dukungan suami, Supriyanto, perempuan yang akrab dipanggil Yanti ini lantas membuka usaha konfeksi sendiri. “Tapi saya tetap jadi pengepul. Soalnya pasar saya kan banyak, tidak sebanding dengan usaha yang baru saya rintis,” katanya.

Memulai usaha tahun 2010, saat itu dia hanya bermodal satu set peralatan konfeksi mulai mesin jahit, obras, pemasang kan-cing, dan mesin potong, plus tiga orang pekerja. “Saat itu omzet kita sebulan hanya Rp 10 juta. Saya pasarkan ke Jombang, Krian, Babat, Lamongan, Bojonegoro dan Gresik. Hampir setiap hari saya keluar kota untuk memasarkan pakaian. Kali ini lebih bersemangat karena memasakan produk sendiri,” ceritanya.

Merek Bonassa langsung dilekatkan pada baju-baju buatan-nya. Menurut Yanti, Bonassa menggambarkan prinsip dan sumber

owned. So, with very low fresh capital but with big support from Supriyanto her husband, she opened her own seamstress busi-ness. “But, I remain collect and sell clothes. My apparel market is bigger than my new and small seamstress can produce,” said Yanti.

Starting her own production in 2000, Yanti just has a set of seamstress equipment (sewing machine, obras machine, mounting studs, and cutting machine) plus three workers. “At that time, my business turnover was only Rp 10 million a month. I sold my appar-el to Jombang, Krian, Babat, Lamongan, Bojonegoro and Gresik. Almost every day, I got out of town to market clothes. However, I felt more excited because I market my own products,” she said.

(25)

2003 dia bergabung menjadi mitra binaan Semen Indonesia. Pinjaman modal usaha Rp 20 juta segera dia kantongi. “Untuk beli mesin dan bahan-bahan konfeksi. Berkat bantuan itu saya mampu meningkatkan volume produksi,” akunya.

Dari semula memproduksi pakaian anak-anak, Yanti kemudian merambah pasar pakaian dewasa. Berbeda dengan usaha konfeksi lain, BonassaCollection fokus memproduksi busana muslim. Mulai gamis, baju takwa, baju muslim untuk anak-anak, hingga setelan baju muslim dewasa. Saat ini

Bonassa menjadi pemasok tetap seragam santri Pondok Pesantren Gontor, dari Gontor 1 hingga Gontor 7, yang berada di Kendari, Sulawesi Tenggara. “Alhamdulillah, sekali kirim bisa mencapai 100 setel pakaian. Itu hanya untuk satu pondok,” ung-kapnya.

In order to grow more rapidly, in 2003 she joined in Semen Indonesia partnership. She got capital loan of Rp 20 million imme-diately. “I used the money to buy more machineries and materials. From the loans, I was able to increase the volume of production,” she admitted.

Initially only producing kid’s clothes, then Yanti penetrated the adult clothing market. In contrast to other seamstress business, Bonassa Collection focuses on producing Muslim fashion. She makes robe, Muslim clothes for kids, Muslim suit and dress for adults.

(26)

Desain selalu baru dan pemilihan warna cerah membuat paka-ian produksi Bonassa banyak disuka pembeli. Untuk satu kali produksi, Yanti sengaja hanya menggunakan satu desain. Dalam sebulan setidaknya dia dapat membuat lima sampai enam desain baju. “Desainnya kita buat sendiri, kita sesuaikan dengan tren terbaru,” tukasnya.

Kini Yanti mulai menikmati hasil kerja kerasnya. Dari yang hanya beromzet Rp 10 juta dengan tiga karyawan, kini omzet usahanya melejit hingga Rp 120 juta tiap bulan. Selain itu, 20 orang terlibat dalam usahanya, baik sebagai karyawan atau mitra. Karena keter-batasan tempat, Yanti sengaja mengembangkan pola kemitraan. “Mereka kita belikan mesin jahit untuk mengerjakan order dari Bonassa. Dengan begitu mereka bisa kerja di rumah masing-ma-sing,” kata perempuan kelahiran 30 Desember 1974 ini.

Belakangan Bonassa pun membuka cabang di Jombang. Yanti beralasan, ekspansi ini dilakukan agar lebih dekat dengan pasar.

Design that always new and selection of bright color make Bo-nassa production is much preferred by the buyer. For one produc-tion, Yanti uses only one design. Within a month, she can make at least ive to six designs. “I make the design in accordance to the latest trends and market’s demand,” she said.

Yanti now enjoys the results of her hard work. From turnover only Rp 10 million with three employees, now her business’s turnover soars to Rp 120 million each month and 20 people as employees or partners. Due to limited working space, Yanti devel-ops partnership with her employees. “I buy sewing machines for them to work on orders from Bonassa. So, they can work at their own home,” said the businesswoman who was born in December 30, 1974.

(27)

lebih rendah ketimbang Gresik. “Sekarang ini dalam sebulan kami mampu memproduksi 1.000 setel pakaian, dengan desain yang selalu berganti. Biasanya satu desain hanya kami produksi seban-yak 200 setel,” tutur pengusaha yang baru saja membeli mesin bordir dari China ini.

Mimpi perempuan kelahiran 30 Desember 1974 ini terus ber-lanjut. Ke depan dia ingin mempunyai stan di pusat grosir agar cakupan pasarnya semakin luas. “Kemarin ada yang nawari di PGS (Pusat Grosir Surabaya), mudah-mudahan segera bisa ditempati,” harapnya. (*)

now, within a month, Bonassa is able to produce 1,000 sets of clothes, with always a new design. Usually, I only produce as much as 200 set for a design,” said Yanti, who had just bought embroi-dery machine from China.

Her dream continues. In the future, she would like to have booth at a wholesale center in order to have more extensive market coverage. “Somebody has offered me a booth at Pusat Grosir Surabaya (Surabaya Wholesale Center), hopefully it can be occupied soon,” she hoped. (*)

Pemilik: Widayanti Workshop : Jl RA Kartini 1C No 3A,

Kelurahan Telogopatut, Gresik Jumlah Pekerja : 20 orang Omzet : Rp 120 juta per bulan Gabung Semen Indonesia : 2003 HP : 081330476208

Owner : Widayanti

Workshop : Jl RA Kartini 1C No. 3A, Telogopatut, Gresik

Number of Workers : 20

Turnover : Rp 120 million per month Join in Semen Indonesia partnership : 2003 Mobile phone : 081330476208

(28)

H THOIFUL CHOIR merupakan generasi ketiga penerus usaha sarung tenun di Dusun Jambu, Desa

Semampir, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik. Sama seperti warga kebanyakan, usaha ini ditekuni secara turun temurun sejak puluhan tahun lalu. “Alhamdulillah, saya ini termasuk generasi ketiga yang masih eksis sampai sekarang,”

ung-TAK HANYA PASAR YANG MAKIN MENYEMPIT, PERAJIN SARUNG TENUN JUGA HARUS TANGGUH MENGHA-DAPI SERBUAN PEMODAL BESAR. KEJELIAN MELIHAT PELUANG DAN KREATIVITAS DIPERLUKAN AGAR BISA BERTAHAN. DAN THOIFUL CHOIR LEBIH SUKA ‘BERMAIN’ DI PASAR EKSPOR.

NOT ONLY MARKET GETTING NAR-ROWED, WOVEN SARONG

TRADI-TIONAL ARTISANS MUST ALSO BE RESILIENT TO FACE THE LARGE INVESTOR’S INVASION. IN ORDER JUST TO SURVIVE, THE FORESIGHT TO SEE OPPORTUNITIES AND GREAT CREATIVITY ARE NEEDED. SO, HAJ THOIFUL CHOIR PREFERS TO PLAY IN EXPORT MARKET.

THOIFUL CHOIR is the third-generation successor of woven

sarong business in Dusun Jambu, Semampir Village, Dis-trict Cerme, Gresik. Just like most of the residents there, the sarong business has been run for generations since many years ago. “Thank God, I am the third generations that still exist until now,” said Thoiful, explaining his home business since 1967.

Initially, he just helped his par-ents business. In 1995, the alumni of Pesantren Darul Ulum Jombang

Sarung

Al Barokah

Melayang ke Timur Tengah

AL BAROKAH SARONG FLIES TO MIDDLE EAST

HAJI

THOIFUL

(29)

alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang ini kemudian membuka usaha sendiri. Saat itu dia diberi 30 alat tenun bukan mesin (ATBM) oleh sang mertua. Sebagai pembeda, dia menamai usahanya Al Barokah. “Ya biar lancar dan dapat barokah,” ujarnya memberi alasan.

Thoiful lalu melepaskan status pegawai honorer di Pemkab Gresik yang sudah beberapa tahun dijalani. Keputusan yang tepat, karena dia bisa lebih fokus mengurus usaha baru yang dikelola bersama sang istri, Hj Ismiftahkhal Izzah.

Berbeda dengan pelaku usaha sejenis lainnya, Thoiful fokus menggarap pasar ekspor. Khususnya wilayah Arab Saudi dan negara-negara timur tengah lainnya. Alasannya, selain sudah me-miliki jaringan, motif maupun corak yang diminta juga tak terlalu

opened his own business. At that time, he was given 30 handloom machines by his parent in-laws. Then, he named his business Al Barokah. “Barokah means endowment. So, I hope my business be blessed and run smoothly,” he explained.

Thoiful then resigned from temporary employee status in Gresik regency governmental ofice. It was a right decision, because he can focus more on taking care of his new business managed with his wife Hj Ismiftahkhal Izzah.

(30)

njelimet. “Kalau pasar sana nggak terlalu pilih-pilih motif. Yang penting soft, nggak nyolok,” terangnya.

Pilihan menggarap pasar ekspor itu bisa dibilang cukup berani. Sebab, sebelumnya banyak pelaku usaha pembuatan sarung yang tumbang akibat dikibuli rekanan di luar negeri. Barang sudah dikirim tapi uang tak dibayar. “Atau diberi BG (bilyet giro) tapi nggak ada isinya alias blong. Saya beberapa kali mengala-mi pengalaman pahit seperti itu,” aku dia.

Berbekal pengalaman pahit tersebut, Thoi-ful putar otak agar produknya bisa sampai ke tempat tujuan dan pembayarannya pun aman. Sampai akhirnya dia menemukan model kemitraan dengan para distributor di Sura-baya. Jadi, Thoiful hanya fokus pada produksi. Semua bahan, mulai benang dan kain, telah di-siapkan pihak distributor. “Saya hanya di-siapkan alat tenun dan karyawannya. Sedang benang dan bahan lainnya dari mereka. Saya hanya terima ongkos produksi,” paparnya.

Kendati marginnya turun, namun pola ini cukup menguntungkan kedua belah pihak. Keuntungan yang kecil bisa ditutup dengan volume pemesanan yang besar. Selain itu,

dia tak lagi was-was produknya tidak dibayar. Pola kerja sama ini membuat Al Barokah makin besar. Karyawan yang awalnya hanya 30 orang membengkak jadi 350 orang. Waktu itu pihaknya sampai kewalahan melayani pesanan. Bahkan, rekanan kerjanya sampai menitipkan uang lebih dulu.

Salah satu keunggulan sarung tenun Al Barokah adalah kualitas, baik bahan maupun hasil akhirnya. Thoiful turun langsung meng-awasi proses produksi tahap demi tahap. “Membangun keper-cayaan itu sulit dan butuh waktu lama. Apalagi ini menyangkut kualitas, karena itu jangan sampai kita mengecewakan konsumen,” ingatnya. Selain itu, Thoiful juga memberi kelonggaran pada distributor untuk memberi label tersendiri. “Saya kasih kosongan

are not too meticulous. “Middle East market is not too picky on motifs. They like soft color, do not like striking color,” he explained.

His choice to work on export market is quite risky. Why? Some other sarong busi-nesses have already collapsed due to cheating partner abroad. They have already sent the sarongs, but never got the paid money. “Or, if giro slips were given, there’s no money out there. I also have some bitter experiences like that,” he said.

Knowing such bitter experience, Thoiful was thinking out loud to make his products get to the destination and the payment is secure. Then, he found a model of partner-ship with distributors in Surabaya. So, Thoiful only focus on production. All materials, from yarn and fabric, have been supplied by the distributors. “I just take care of the loom and workforce. Yarn and other materials are from them. Then, I get payment for the cost of production,” he explained.

Although his proit margins fells, this partnership is quite beneicial for both parties. The small proit can be covered by large or-ders. Moreover, he was no longer wary that his products go unpaid. This partnership pattern makes Al Barokah bigger. Orders came so great that made Al Barokah overwhelmed. Even, his partner deposited money irst to him to ensure the busi-ness. So, Thoiful hired more employees. At irst Al Barokah had only 30 employees, now it hires 350.

One of the advantages of sarong Al Barokah is quality both in material and in end result. Thoiful directly oversees the production process step by step. “Building trust is dificult and takes a long time. Especially, it concerns to the quality. Don’t let the consumer disappointed,” he said. In addition, Thoiful also let the distributors to give their own label. “I send sarong with no brand. It’s up to them to brand the sarongs,” he said.

Membangun

(31)

Woven sarong by Al Barokah is in premium category. A kodi of 20 pieces is worth Rp 7 million. Sometimes, he also received order super-premium and more expensive. Thanks to sarong business, Thoiful and his wife had pilgrimage twice in 2001 and in 2007. In 2017, he planned to go to the holy land for the three times. They will take along their only child to Mecca.

Thoiful joined Semen Indonesia partnership in 2009. A year later, he got 2010 Semen Gresik SME Award on Manpower Ab-sorption Growth category. For his achievement, he was invited by Semen Indonesia for an exhibition in Dubai. Returning from there, Thoiful shared knowledge with SMEs in Sumatra. He often facili-tates Semen Indonesia to interact with mass media. “The effect is real. Orders low continuously, especially from local market that for long goes unpenetrated,” he said.

Until now, Thoiful keeps on touring to various regions to share Sarung tenuh produksi Al Barokah masuk kategori premium.

Satu kodi berharga Rp 7 juta. Kadang, dia juga menerima order super premium dengan harga Rp 2 juta ke atas. Berkat usahanya ini, Thoiful dan istri sudah dua kali menunaikan ibadah haji yakni pada 2001 dan 2007 lalu. Bahkan, tahun 2017 nanti, dia berenca-na pergi ke taberenca-nah suci untuk kali ketiga. Aberenca-nak semata wayangnya akan diajak serta.

Thoiful bergabung menjadi mitra binaan Semen Indonesia pada tahun 2009. Setahun kemudian dia menyabet juara I Semen Gresik UKM Award 2010 kategori Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja. Atas prestasinya itu dia diajak Semen Indonesia pameran ke Dubai. Sepulang dari sana, Thoiful pun berbagi ilmu dengan kalangan UKM di Sumatera. Belum lagi, dia kerap difasilitasi Semen Indonesia untuk berinteraksi dengan kalangan media. “Efeknya terasa banget. Order terus mengalir, terutama dari pasar lokal yang selama itu memang belum tergarap maksimal,” tuturnya.

(32)

Thoiful sampai sekarang. Dia diminta tim Bina Lingkungan Pabrik Tuban dan Rembang untuk memberi pelatihan pada warga sekitar pabrik. “Ilmu itu semakin kita bagi bukannya berkurang, tapi malah bertambah. Baik ilmu maupun rezekinya,” yakinnya.

Kesempatan bertatap muka dengan sebanyak mungkin pelaku usaha juga dimanfaatkan untuk menjalin jaringan pemasaran. Kendati zaman sudah sedemikain canggih, untuk urusan pemasa-ran, Thoiful tetap lebih sreg dengan pola lama. Sejauh ini dia be-lum tertarik untuk menawarkan produknya lewat jaringan online. “Trauma melihat banyak teman saya yang tertipu. Barang sudah dikirim tapi nggak juga dibayar. Mending tatap muka langsung, kita tahu orangnya dan pembeli juga bisa tahu langsung kualitas barangnya,” pungkasnya. (*)

his knowledge. He is asked the Community Development teams at Semen Indonesia Rembang Plant and Tuban Plant to provide train-ing to the residents around the plant. “Knowledge is, the more we share, the more it increases. Never vanish, but increase. Increasing the knowledge, increasing the sustenance,” he said.

Having time to face directly with so many businessesmen is also used to establish a marketing network. Although times have advanced so fast and modern, for marketing, Thoiful remain feels more comfortable with the old model. So far, he has not been interested in offering products via online. “It is traumatic when I see many of my friends were fooled by someone in Internet. They have sent goods, but never get the payment. So, I prefer face-to-face marketing to online marketing. I know the buyer, and the buyer know me and know directly the quality of my products,” he said. (*)

Pemilik : Thoiful Choir

Alamat : Dusun Jambu RT 01/RW 01, Desa Semampir, Kecamatan Cerme, Gresik

Omzet : Rp 45 juta per bulan Jumlah Pekerja : 350 orang Gabung Semen Indonesia : 2009 HP : 082 234 908 984, 085 733 847 666

AL BAROKAH

Owner : Thoiful Choir

Address : Dusun Jambu RT 01/RW 01, Desa Semampir, Kecamatan Cerme, Gresik

Turnover : Rp 45 million per month Number of workers : 350

(33)

TAK PERNAH TERBAYANG BAGI RIRIN UNTUK MEMILIKI USAHA SENDIRI. USAI MENGGONDOL GELAR SARJANA PERTANIAN (SP) DARI UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET (UNS) SOLO, DIA BEKERJA DI SEBUAH PERUSAHAAN MAPAN. NAMUN JA-LAN SUKSESNYA JUSTRU DI USAHA MAKANAN OLAHAN YANG

DITEKUNI BERSAMA SUAMI.

SHE NEVER IMAGINES TO HAVE HER OWN BUSINESS. TAKING A BACHELOR DEGREE OF AGRICULTURE FROM THE UNIVER-SITAS NEGERI SEBELAS MARET IN SOLO, SHE WORKED AT A WELL-ESTABLISHED COMPANY IN PASURUAN. HOWEVER, THE ROAD TO SUCCESS IS PROCESSED FOODS BUSINESS WITH HER HUSBAND.

Jadikan Makanan Olahan

sebagai Mesin Uang

RIRIN

SP

(34)

SUKSES, bagi Ririn, adalah gabungan dari kerja keras dan kesabaran. Semua sudah dirasakan dan dibuktikan sendiri ketika melahirkan dan membesarkan UD Family Food. Perusahaan yang bergerak di bidang makanan olahan hasil laut (Indonesia Dim Sum) ini menjelma menjadi mesin uang bagi Ririn bersama suami dan tiga anaknya. Dalam setahun, usaha rumahan ini mampu membukukan omzet Rp 1 miliar lebih.

Jalan panjang dilalui Ririn sehingga bisa membe-sarkan usaha sampai seperti sekarang. Cerita ber-mula saat dia diprotes sang suami akibat terlalu sibuk di perusahaan tempatnya bekerja.

Waktu itu, di awal tahun 2000-an, Ririn dipercaya penuh mengelola pabrik pe-ngolah makanan hasil laut di kawasan Pasuruan. Pasar ekspor yang dibidik membuatnya harus mencurahkan waktu dan pikiran ke perusahaan. Setiap hari, dari rumahnya di Tenaru, Driyorejo, Gresik, Ririn harus menem-puh perjalan darat puluhan kilometer. Berangkat sebelum subuh dan pulang paling cepat pukul 22.00 WIB malam. “Lama kelamaan, suami saya protes. Soalnya waktu buat keluarga hampir tak ada. Padahal, dua buah hati kami waktu itu juga butuh perhatian penuh dari saya selaku ibunya,” kisahnya.

Sang suami, Ali Usman, tegas meminta dia keluar dari perusahaan. Tak mudah bagi Ririn untuk meluluskan permintaan tersebut. Apalagi kondisi keuangan keluarga saat itu belum stabil. Tabungan masih sedikit, sementara gaji suami sebagai guru juga ke-cil. Per bulan, sang suami hanya membawa uang Rp 50 ribu. “Kami diskusi agak lama. Suami tetap minta saya mencurahkan waktu sepe-nuhnya untuk keluarga. Sisi lain, dia ingin terus mengabdi menjadi guru guna meneruskan amanat dari orangtua,” cerita Ririn.

Di tengah kebimbangan itu sang suami terus memberinya keyakinan. Ririn akhirnya benar-benar resign, kendati perusahaan berusaha mati-matian menahannya. Setelah itu, bersama suami,

SUCCESS, for Ririn, is a combination of hard work and pa-tience. She has proven it by herself when founding and raising UD Family Food. The seafood processing company (Indonesia Dim Sum) is transformed into money machine for Ririn, her hus-band Ali Usman, and her three children. Within a year, this home-based business is able to make turnover of Rp 1 billion.

It takes a long and dificult road for Ririn to rise up such the business. The story began when she

was protested by her husband due to too busy working at the company.

At that time, in the early 2000s, Ririn fully managed seafood

pro-cessing plant in Pasuruan. Targeted export markets make it a must for

her to devote time and thought for the company. Every day, from her home in Tenaru, Driyorejo, Gresik, Ririn should take a road trip tens of kilometers. Leaving home before dawn, she will be home at 22:00. “Eventually, my husband protested me. My time for family was almost zero. In fact, my two kids also need the full attention of mother,” said Ririn.

Her husband, Ali Usman, expressly requested her to quit from the company. For Ririn, it was not easy. Moreover, the family’s inancial situation was not yet stable. Their savings was small. Her husband’s salary as a teacher was also small. Per month, her husband just got Rp 50 thousand. “We had a long discussion. My husband kept asking me to devote my time fully to families. The other hand, he wants to serve as a teacher to continue his parent’s mandate,” said Ririn.

(35)

foods business likes what Ririn does over the years. With an initial capital of Rp 3 million, plus refrigerator and blender, Ririn started the business. During the day, she tried to ind buyers. In the afternoon until evening, she carried out production. Adjust-ing with Indonesian tongue, Ririn made some innovation with new process.

Market response was quite good. Ririn’s products were wel-comed by many circles. So, she was able to add a freezer for production and recruit some manpower to make dough. “We also changed dining room into place of production,” said Ririn, who was born in Gresik, October 29, 1978.

mereka sepakat untuk merintis usaha makanan olahan, seperti yang menjadi keahlian Ririn selama ini. Menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia, Ririn pun berinovasi dengan olahan baru. Dengan modal awal Rp 3 juta, lemari pendingin plus blender, Ririn memulai perjuangannya. Siang hari digunakan untuk mencari pembeli, sore sampai malam dipakai untuk produksi.

(36)

Along the way, Ririn’s business was not necessarily smooth. She also experienced some ordeal. In 2008, she suffered a loss up to Rp 15 million. It was big enough for Family Food. At that time, the products were rejected by market. As a result, she had to lay off some employees. Ririn also sold all her jewelry to cover the debt. “Even, I could not buy milk to my little son,” she said.

Dispirited? No. The bad situation just whipped up and strengthened up Ririn and Ali Usman’s mental. Slowly but surely, they rebuild their business. Orders began to increase, so did the number of employees. In a month, Family Food sales turnover could reach Rp 100 million or more than Rp 1 billion per year.

The product was targeted to urban areas. In Surabaya, pro-cessed food products with Laras Food trademark can be found in Carrefour and some other famous supermarkets. Nevertheless, Ririn also builds a network of individual stores and traditional markets. “We serve all. It is also for introducing our brand,” she explained.

In contrast to other home-based business, since the beginning Ririn understands the importance of having own brand. Therefore, she never sends her products into market without brand. Every sin-gle product has stamped brand, while UD Family Food as producer.

Why? “It is the result of learning from my SME friend’s experi-ence. They were great in business, but then bankrupt after their Dalam perjalanannya, usaha Ririn ini tak serta merta mulus.

Cobaan sempat juga dialami. Pada tahun 2008, dia mengalami rugi sampai Rp 15 juta. Sebuah angka yang cukup besar bagi Fam-ily Food yang saat itu masih merangkak. Produknya ditolak pasar. Akibatnya, dia harus merumahkan sebagian karyawan. Tak hanya itu, Ririn terpaksa menjual semua perhiasan untuk menutup utang. “Saat itu saya sampai tak mampu membeli susu anak saya,” kenangnya.

Peristiwa pahit itu justru melecut dan menguatkan mental Ririn dan Ali Usman. Pelan-pelan mereka membangun kembali usahan-ya sehingga kembali tumbuh. Permintaan mulai meningkat, jumlah karyawan juga bertambah. Sebulan, omzet penjualan Family Food bisa menembus Rp 100 juta atau sekitar Rp 1 miliar per tahun.

Produknya pun menyasar ke wilayah perkotaan. Di Surabaya, produk olahan dengan merek dagang Laras Food ini bisa dijumpai di Carrefour dan beberapa swalayan dan supermarket ternama. Kendati begitu, Ririn juga membangun jaringan di toko-toko perorangan dan pasar tradisional. “Semua kita layani. Ini juga untuk makin mengenalkan brand kita,” bebernya.

Berbeda dengan usaha rumahan yang lain, sejak awal Ririn paham pentingnya memiliki merek sendiri. Karena itu dia tidak pernah melempar produknya ke pasaran tanpa merek. Semuanya diberi cap, sementara UD Family Food sebagai produsen.

Kenapa begitu? “Ini juga hasil pembelajaran dari teman-teman UKM. Awalnya mereka besar namun kemudian tutup setelah

Untuk semua produknya dia menjamin

bebas dari bahan pengawet, zat pewarna

maupun MSG. Tapi produk Laras Food bisa

bertahan lama, paling tidak dalam

setahun masih layak dikonsumsi.

(37)

UD FAMILY FOOD

membangun brand ini. Meski di tiap wilayah berbeda mereknya,” tuturnya.

Selain Laras Food, Ririn memiliki beberapa merek untuk pasar yang berbeda. Seperti di Medan, Ririn memakai merek Seafood Lover. Untuk semua produknya dia menjamin bebas dari bahan pengawet, zat pewarna maupun MSG. Tapi produk Laras Food bisa bertahan lama, paling tidak dalam setahun masih layak dikon-sumsi.

Ibu tiga anak ini tercatat sebagai mitra binaan Semen Indonesia sejak 2010. Awalnya dia mendapat bantuan pinjaman modal Rp 20 juta. Dana sebesar itu digunakan untuk membeli mesin pen-dingin dengan daya beku tak sampai dua jam. Produksinya jadi makin cepat dan bisa langsung dikirim ke konsumen. “Sekaligus hemat listrik karena kebutuhan itu yang paling banyak menyedot pengeluaran,” bebernya.

Tak hanya pembiayaan, dari Semen Indonesia dia juga men-dapatkan pendampingan dan pelatihan dalam pengelolaan keuangan maupun manajemen. Beberapa kali Family Food diajak pameran ke berbagai daerah. Ini yang membuat produk olahan Ririn makin dikenal.

Merasa sudah bisa mandiri, sejak 2012 dia memutuskan tidak lagi menjadi mitra binaan SMI. Meski begitu Ririn tetap menjaga hubungan baik dengan manajemen perusahaan semen pelat me-rah tersebut. “Pokoknya harus tangguh, jangan gampang putus asa,” ujar Ririn membagi kiat sukses. (*)

beginning I try to build this brand. Although my brand is different in each different region,” she said.

Besides Laras Food for Surabaya, Ririn has several brands for different markets. In Medan, for example, Ririn uses Seafood Lover brand. For all products, she guarantees there’s no preservative, dyes or MSG. Without preservative, Laras Food products are pro-cessed in such a way that can last for long. At least within a year the product is suitable for consumption.

Ririn, now a mother of three kids, joined in Semen Indonesia partnership since 2010. Initially, she got capital loan of Rp 20 million. The money was used to buy special cooling machine with freezing time less than two hours. With the machine, the produc-tion became faster and the product can be directly sent to con-sumer. “It is also energy saving, due to electricity cost take most of our budget,” she explained.

Not only capital loan, Family Food also received assistance and training in inancial management from Semen Indonesia. Several times, Family Food was also invited to various exhibitions. This makes Ririn’s processed product become widely-known.

Feeling ready to be independent, in 2012 Ririn decided to be no longer as Semen Indonesia partners. Even so, Ririn still main-tains good relations with the management of the state-owned cement company. What is her tip for success? “Be tough, and not easy to go despair,” said Ririn. (*)

Pemilik : Ririn SP Alamat : Desa Tenau RT 11/ RW 4,

Kecamatan Driyorejo, Gresik Omzet : Rp 100 juta per bulan Gabung Semen Indonesia : 2010 -2012 Website : www.larasfood.com HP : 082 244 751 419, 081 230 552 686

Owner : Ririn SP

Address : Desa Tenau RT 11/ RW 4, Kecamatan Driyorejo, Gresik Turnover : Rp 100 million per month

Join in Semen Indonesia partnership : 2010 - 2012 Website : www.larasfood.com

Gambar

gambar yang tebal dan timbul dengan teknik bullion, dia gunakan benang cap Payung. “Pasar saya hampir di seluruh kota di Indone-sia, tapi lebih banyak di Jakarta, Jogjakarta dan Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa merupakan identitas atau jati diri yang menunjukkan pada ciri-ciri yang melekat pada seseorang atau kelompok masyarakat.Maka tidak heran, bahasa adalah

Proses kristalisasi lebih banyak digunakan dibandingkan proses netralisasi, karena pada proses netralisasi memerlukan pencucian kristal alumina dari mother liquor

3.. Detail Pondasi Gedung Turning Torso sumber : google image.com, diakses 24/9/2017).. 5 bagian atas adalah lembaran standar setebal 27 cm, sepenuhnya sesuai

51 BIANA HASTARI,S.Pd TK DHARMA WANITA SENDANGHAJI MERAKURAK 52 NISWATIL ELYA, S.Pd,S.PdI TK TUNAS HARAPAN KORO MERAKURAK 53 ZUMROTUL AINI LAILATUL. FITRI,S.Pd TK BINA

Molekul HDL yang relatif kecil dibanding lipoprotein lain dapat melewati sel endotel vascular dan masuk ke dalam jaringan tubuh untuk mengangkut kembali

Pengembangan model pembelajaran dengan mathematical discourse yang sesuai digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematika adalah pembelajaran yang

b) hemoglobin atau hematokrit; dan c) hemolisis pada akhir penyimpanan. 7.100 Penggunaan utama darah lengkap adalah sebagai sumber bahan untuk pembuatan komponen darah.

laporan biaya kualitas sebagai alat pengendalian biaya adalah bahwa setiap perusahaan menerapkan penyusunan laporan biaya kualitas yang merupakan salah satu usaha