• Tidak ada hasil yang ditemukan

J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 1 4 TAHUN 1 9 9 2

TENTANG

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa t ransport asi mempunyai peranan pent ing dan st rat egis unt uk memant apkan perwuj udan wawasan nusant ara, memperkukuh ket ahanan nasional , dan mempererat hubungan ant ar bangsa dal am usaha mencapai t uj uan nasional berdasarkan Pancasil a dan Undang Undang Dasar 1945;

b. bahwa t ransport asi di j al an sebagai sal ah sat u moda t ransport asi t idak dapat dipisahkan dari moda-moda t ransport asi l ain yang dit at a dal am sist em t ransport asi nasional yang dinamis dan mampu mengadapt asi kemaj uan di masa depan, mempunyai karakt erist ik yang mampu menj angkau sel uruh pel osok wil ayah darat an dan memadukan moda t ransport asi l ainnya, perl u l ebih dikembangkan pot ensinya dan dit ingkat kan peranannya sebagai penghubung wil ayah baik nasional maupun int ernasional , sebagai penunj ang, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional demi peningkat an kesej aht eraan rakyat ;

c. bahwa perat uran perundang-undangan yang mengat ur l al u l int as dan angkut an j al an yang ada pada saat ini t idak sesuai l agi dengan kebut uhan dan perkembangan zaman, il mu penget ahuan dan t eknol ogi;

(2)

rakyat dan bangsa Indonesia sert a agar l ebih berhasil guna dan berdayaguna dipandang perl u menet apkan ket ent uan mengenai l al u l int as dan angkut an j al an dal am Undang-undang;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 13 t ahun 1980 t ent ang Jal an (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dal am Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Lal u l int as adal ah gerak kendaraan, orang, dan hewan di j al an; 2. Angkut an adal ah pemindahan orang dan/ at au barang dari sat u

t empat ke t empat l ain dengan menggunakan kendaraan;

3. Jaringan t ransport asi j al an adal ah serangkaian simpul dan/ at au ruang kegiat an yang dihubungkan ol eh ruang l al u l int as sehingga membent uk sat u kesat uan sist em j aringan unt uk keperl uan penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an;

(3)

5. Terminal adal ah prasarana t r ansport asi j al an unt uk keperl uan memuat dan menurunkan orang dan/ at au barang sert a mengat ur kedat angan dan pemberangkat an kendaraan umum, yang merupakan sal ah sat u wuj ud simpul j aringan t ransport asi;

6. Kendaraan adal ah sat u al at yang dapat bergerak di j al an, t erdiri dari kendaraan bermot or at au kendaraan t idak bermot or;

7. Kendaraan bermot or adal ah kendaraan yang digerakkan ol eh peral at an t eknik yang berada pada kendaraan it u;

8. Perusahaan angkut an umum adal ah perusahaan yang menyediakan j asa angkut an orang dan/ at au barang dengan kendaraan umum di j al an;

9. Kendaraan umum adal ah set iap kendaraan bermot or yang disediakan unt uk dipergunakan ol eh umum dengan dipungut bayaran;

10. Pengguna j asa adal ah set iap orang dan/ at au badan hukum yang menggunakan j asa angkut an, baik unt uk angkut an orang maupun barang.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Transport asi j al an sebagai sal ah sat u moda t ransport asi nasional disel enggarakan berdasarkan asas manf aat , usaha bersama dan kekel uargaan, adil dan merat a, keseimbangan, kepent ingan umum, ket erpaduan, kesadaran hukum, dan percaya pada diri sendiri.

Pasal 3

(4)

t ert ib dan t erat ur, nyaman dan ef isien, mampu memadukan moda t ransport asi l ainnya, menj angkau scl uruh pel osok wil ayah darat an, unt uk menunj ang pemerat aan, pert umbuhan dan st abil it as sebagai pendorong, penggerak dan penunj ang pembangunan nasional dengan biaya yang t erj angkau ol eh daya bel i masyarakat .

BAB III PEMBINAAN

Pasal 4

(1) Lal u l int as dan angkut an j al an dikuasai ol eh negara dan pembinaannya dil akukan ol eh pemerint ah.

(2) Penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an dil aksanakan bcrdasarkan ket ent uan dal am Undang-undang ini.

Pasal 5

(1) Pembinaan l al u l int as dan angkut an j al an diarahkan unt uk meningkat kan penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an dal am kesel uruhan moda t ransport asi secara t erpadu dengan memperhat ikan sel uruh aspek kehidupan masyarakat unt uk mewuj udkan t uj uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 3. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan

(5)

BAB IV PRASARANA

Bagian Pert ama Jaringan Transport asi Jal an

Pasal 6

(1) Unt uk mewuj udkan l al u l int as dan angkut an j al an yang t erpadu dengan moda t ransport asi l ain sebagaimana dimaksud dal am Pasal 5 dit et apkan j aringan t ransport asi j al an yang menghubungkan sel uruh wil ayah t anah air.

(2) Penet apan j aringan t ransport asi j al an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) didasarkan pada kebut uhan t ransport asi, f ungsi, peranan, kapasit as l al u l int as, dan kel as j al an.

Bagian Kedua

Kel as Jal an dan Penggunaan Jal an

Pasal 7

(1) Unt uk pengat uran penggunaan j al an dan pemenuhan kebut uhan angkut an, j al an dibagi dal am beberapa kel as.

(2) Pengat uran kel as j al an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 8

(1) Unt uk kesel amat an, keamanan, ket ert iban dan kel ancaran l al u l int as sert a kemudahan bagi pemakai j al an, j al an waj ib dil engkapi dengan :

(6)

b. marka j al an;

c. al at pemberi isyarat l al u l int as;

d. al at pengendal i dan al at pengaman pemakai j al an; e. al at pengawasan dan pengamanan j al an;

f . f asil it as pendukung kegiat an l al u l int as dan angkut an j al an yang berada di j al an dan di l uar j al an.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Ket iga Terminal

Pasal 9

(1) Unt uk menunj ang kel ancaran mobil it as orang maupun arus barang dan unt uk t erl aksananya ket erpaduan int ra dan ant ar moda secara l ancar dan t ert ib, di t empat -t empat t ert ent u dapat dibangun dan disel enggarakan t erminal .

(2) Pembangunan t erminal sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil aksanakan ol eh pemerint ah dan dapat mengikut sert akan badan hukum Indonesia.

(3) Penyel enggaraan t erminal sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil akukan ol eh pemerint ah.

(7)

Pasal 10

(1) Pada t erminal sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 ayat (1) dapat dil akukan kegiat an usaha penunj ang.

(2) Kegiat an usaha penunj ang sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dapat dil akukan ol eh badan hukum Indonesia at au warga negara Indonesia.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Keempat Fasil it as Parkir Unt uk Umum

Pasal 11

(1) Unt uk menunj ang kesel amat an, keamanan, ket ert iban, dan kel ancaran l al u l int as dan angkut an j al an dapat diadakan f asil it as parkir unt uk umum.

(2) Fasil it as parkir unt uk umum sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dapat disel enggarakan ol eh Pemerint ah, badan hukum Indonesia, at au warga negara Indonesia.

(8)

BAB V KENDARAAN

Bagian Pert ama

Persyarat an Teknis dan Laik Jal an Kendaraan Bermot or

Pasal 12

(1) Set iap kendaraan bermot or yang dioperasikan di j al an harus sesuai dengan perunt ukannya, memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an sert a sesuai dengan kel as j al an yang dil al ui.

(2) Set iap kendaraan bermot or, keret a gandengan, keret a t empel an dan kendaraan khusus yang dibuat dan/ at au dirakit di dal am negeri sert a diimpor, harus sesuai dengan perunt ukan dan kel as j al an yang akan dil al uinya sert a waj ib memenuhi pcrsyarat an t eknis dan l aik j al an.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Kedua

Penguj ian Kendaraan Bermot or

Pasal 13

(1) Set iap kendaraan bermot or, keret a gandengan, keret a t empel an, dan kendaraan khusus yang dioperasikan di j al an waj ib diuj i. (2) Penguj ian sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) mel iput i uj i t ipe

dan/ at au uj i berkal a.

(3) Kendaraan yang dinyat akan l ul us uj i sebagaimana dimaksud dal am ayat (2) diberikan t anda bukt i.

(9)

t anda bukt i sebagaimana dimaksud dal am ayat (2) dan ayat (3) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Ket iga

Pendaf t aran Kendaraan Bermot or

Pasal 14

(1) Set iap kendaraan bermot or yang dioperasikan di j al an waj ib didaf t arkan.

(2) Sebagai t anda bukt i pendaf t aran diberikan bukt i pendaf t aran kendaraan bermot or.

(3) Syarat -syarat dan t at a cara pendaf t aran, bent uk dan j enis t anda bukt i pendaf t aran sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Keempat

Bengkel Umum Kendaraan Bermot or

Pasal 15

(1) Agar kendaraan bermot or t et ap memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an, dapat disel enggarakan bengkel umum kendaraan bermot or.

(10)

Bagian Kel ima

Pemeriksaan Kendaraan Bermot or di Jal an

Pasal 16

(1) Unt uk kesel amat an, keamanan, dan ket ert iban l al u l int as dan angkut an j al an, dapat dil akukan pemeriksaan kendaraan bermot or di j al an.

(2) Pemeriksaan kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) mel iput i :

a. pemeriksaan persyarat an t eknis dan l aik j al an;

b. pemeriksaan t anda bukt i l ul us uj i, surat t anda bukt i pendaf t aran at au surat t anda coba kendaraan bermot or, dan surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13, Pasal 14, Pasal 18, dan l ain-l ain yang diperl ukan.

(3) Ket ent uan mengenai syarat -syarat dan t at a cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Keenam

Persyarat an Kendaraan Tidak Bermot or

Pasal 17

(1) Set iap kendaraan t idak bermot or yang dioperasikan di j al an waj ib memenuhi persyarat an kesel amat an.

(11)

BAB VI PENGEMUDI

Bagian Pert ama Persyarat an Pengemudi

Pasal 18

(1) Set iap pengemudi kendaraan bermot or, waj ib memil iki surat izin mengemudi.

(2) Penggol ongan, persyarat an, masa berl aku, dan t at a cara memperol eh surat izin mengemudi, diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 19

(1) Unt uk mendapat kan surat izin mengemudi yang pert ama kal i pada set iap gol ongan, cal on pengemudi waj ib mengikut i uj ian mengemudi, set el ah memperol eh pendidikan dan l at ihan mengemudi.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Kedua Pergant ian Pengemudi

Pasal 20

(1) Unt uk menj amin kesel amat an l al u l int as dan angkut an di j al an, perusahaan angkut an umum waj ib memat uhi ket ent uan mengenai wakt u kerj a dan wakt u ist irahat bagi pengemudi.

(12)

pengemudi sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB VII LALU LINTAS

Bagian Pert ama Tat a Cara Berl al u Lint as

Pasal 21

(1) Tat a cara berl al u l int as di j al an adal ah dengan mengambil j al ur j al an sebel ah kiri.

(2) Dal am keadaan t ert ent u dapat dit et apkan pengecual ian t erhadap ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1).

(3) Persyarat an dan t at a cara unt uk mel akukan pengecual ian sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 22

(1) Unt uk kesel amat an, keamanan, kel ancaran, dan ket ert iban l al u l int as dan angkut an j al an dit et apkan ket ent uan-ket ent uan mengenai :

a. rekayasa dan manaj emen l al u l int as; b. gerakan l al u l int as kendaraan bermot or; c. berhent i dan parkir;

d. penggunaan peral at an dan perl engkapan kendaraan bermot or yang diharuskan, peringat an dengan bunyi dan sinar;

(13)

bermot or di j al an;

f . t at a cara penet apan kecepat an maksimum dan/ at au minimum kendaraan bermot or;

g. peril aku pengemudi t erhadap pej al an kaki;

h. penet apan muat an sumbu kurang dari muat an sumbu t erberat yang diizinkan;

i. t at a cara mengangkut orang dan/ at au barang sert a penggandengan dan penempel an dengan kendaraan l ain;

j . penet apan l arangan penggunaan j al an;

k. penunj ukan l okasi, pembuat an dan pemel iharaan t empat pemberhent ian unt uk kendaraan umum.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 23

(1) Pengemudi kendaraan bermot or pada wakt u mengemudikan kendaraan bermot or di j al an, waj ib :

a. mampu mengemudikan kendaraannya dengan waj ar; b. mengut amakan kesel amat an pej al an kaki;

c. menunj ukkan surat t anda bukt i pendaf t aran kendaraan bermot or, at au surat t anda coba kendaraan bermot or, surat izin mengemudi, dan t anda bukt i l ul us uj i, at au t anda bukt i l ain yang sah, dal am hal dil akukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 16;

(14)

penggunaan kendaraan bermot or, peringat an dengan bunyi dan sinar, kecepat an maksimum dan/ at au minimum, t at a cara mengangkut orang dan barang, t at a cara penggandengan dan penempel an dengan kendaraan l ain;

e. memakai sabuk kesel amat an bagi pengemudi kendaraan bermot or roda empat at au l ebih, dan mempergunakan hel m bagi pengemudi kendaraan bermot or roda dua at au bagi pengemudi kendaraan bermot or roda empat at au l ebih yang t idak dil engkapi dengan rumah-rumah.

(2) Penumpang kendaraan bermot or roda empat at au l ebih yang duduk di samping pengemudi waj ib memakai sabuk kesel amat an, dan bagi penumpang kendaraan bermot or roda dua at au kendaraan bermot or roda empat at au l ebih yang t idak dil engkapi dengan rumah-rumah waj ib memakai hel m.

Pasal 24

(1) Unt uk kesel amat an, keamanan, ket ert iban, dan kel ancaran l al u l int as dan angkut an di j al an, set iap orang yang menggunakan j al an, waj ib :

a. berperil aku t ert ib dengan mencegah hal -hal yang dapat merint angi, membahayakan kebebasan at au kesel amat an l al u l int as, at au yang dapat menimbul kan kerusakan j al an dan bangunan di j al an,

b. menempat kan kendaraan at au benda-benda l ainnya di j al an sesuai dengan perunt ukannya.

(15)

Bagian Kedua Penggunaan Jal an Sel ain Unt uk Kegiat an Lal u Lint as

Pasal 25

(1) Penggunaan j al an unt uk keperl uan t ert ent u di l uar f ungsi sebagai j al an, dan penyel enggaraan kegiat an dengan menggunakan j al an yang pat ut diduga dapat mengganggu kesel amat an, keamanan, dan kel ancaran l al u l int as hanya dapat dil akukan set el ah memperol eh izin.

(2) Persyarat an dan t at a cara unt uk memperol eh izin sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Ket iga Pej al an Kaki

Pasal 26

(1) Pej al an kaki waj ib berj al an pada bagian j al an dan menyeberang pada t empat penyeberangan yang t el ah disediakan bagi pej al an kaki.

(16)

Bagian Keempat Kecel akaan Lal u Lint as

Pasal 27

(1) Pengemudi kendaraan bermot or yang t erl ibat perist iwa kecel akaan l al u l int as, waj ib :

a. menghent ikan kendaraannya;

b. menol ong orang yang menj adi korban kecel akaan;

c. mel aporkan kecel akaan t ersebut kepada pej abat pol isi negara Republ ik Indonesia t erdekat .

(2) Apabil a pengemudi kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) ol eh karena keadaan memaksa t idak dapat mel aksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) huruf a dan b, kepadanya t et ap diwaj ibkan segera mel aporkan diri kepada pej abat pol isi negara Republ ik Indonesia t erdekat .

Pasal 28

Pengemudi kendaraan bermot or bert anggung j awab at as kerugian yang diderit a ol eh penumpang dan/ at au pemil ik barang dan/ at au pihak ket iga, yang t imbul karena kel al aian at au kesal ahan pengemudi dal am mengemudikan kendaraan bermot or.

Pasal 29

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 28 t idak berl aku dal am hal :

a. adanya keadaan memaksa yang t idak dapat diel akkan at au di l uar kemampuan;

(17)

c. disebabkan gerakan orang dan/ at au hewan wal aupun t el ah diambil t indakan pencegahan.

Pasal 30

(1) Set iap pengemudi, pemil ik, dan/ at au pengusaha angkut an umum bert anggung j awab t erhadap kerusakan j al an dan j embat an at au f asil it as l al u l int as yang merupakan bagian dari j al an it u yang diakibat kan ol eh kendaraan bermot or yang dioperasikannya. (2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) t idak berl aku

dal am hal adanya keadaan memaksa sebagaimana dimaksud dal am Pasal 29 huruf a.

Pasal 31

(1) Apabil a korban meninggal , pengemudi dan/ at au pemil ik dan/ at au pengusaha angkut an umum waj ib memberi bant uan kepada ahl i waris dari korban berupa biaya pengobat an dan/ at au biaya pemakaman.

(2) Apabil a t erj adi cedera t erhadap badan at au kesehat an korban, bant uan yang diberikan kepada korban berupa biaya pengobat an.

Bagian Kel ima Asuransi

Pasal 32

(1) Set iap kendaraan umum waj ib diasuransikan t erhadap kendaraan it u sendiri maupun t erhadap kerugian yang diderit a pihak ket iga sebagai akibat pengoperasian kendaraan.

(18)

l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 33

(1) Pengusaha angkut an umum waj ib mengasuransikan orang yang dipekerj akannya sebagai awak kendaraan t erhadap resiko t erj adinya kecel akaan.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB VIII ANGKUTAN

Bagian Pert ama Angkut an Orang dan Barang

Pasal 34

(1) Pengangkut an orang dengan kendaraan bermot or waj ib menggunakan kendaraan bermot or unt uk penumpang.

(2) Pengangkut an barang dengan kendaraan bermot or waj ib menggunakan kcndaraan bermot or unt uk barang.

(3) Dal am keadaan t ert ent u dapat diberikan pengecual ian t erhadap ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) yang persyarat annya diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 35

(19)

Bagian Kedua

Angkut an Orang dengan Kendaraan Umum

Pasal 36

Pel ayanan angkut an orang dengan kendaraan umum t erdiri dari :

a. angkut an ant ar kot a yang merupakan pemindahan orang dari suat u kot a ke kot a l ain;

b. angkut an kot a yang merupakan pemindahan orang dal am wil ayah kot a;

c. angkut an pedesaan yang merupakan pemindahan orang dal am dan/ at au ant ar wil ayah pedesaan;

d. angkut an l int as bat as negara yang merupakan angkut an orang yang mel al ui l int as bat as negara l ain.

Pasal 37

(1) Pel ayanan angkut an orang dengan kendaraan umum sebagaimana dimaksud dal am Pasal 36, dapat dil aksanakan dengan t rayek t et ap dan t erat ur at au t idak dal am t rayek.

(2) Pel ayanan angkut an orang dengan kendaraan umum dal am t rayek t et ap dan t erat ur sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dil aksanakan dal am j aringan t rayek.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 38

(20)

(2) Persyarat an dan t at a cara memperol eh izin sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Ket iga

Angkut an Barang dengan Kendaraan Umum

Pasal 39

(1) Unt uk kesel amat an, keamanan, ket ert iban, dan kel ancaran l al u l int as dan angkut an j al an, dapat dit et apkan j aringan l int as angkut an barang yang dapat dil ayani dengan kendaraan bermot or barang t ert ent u.

(2) Persyarat an dan t at a cara penet apan j aringan l int as sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 40

Pengangkut ah bahan berbahaya, barang khusus, pet i kemas, dan al at berat diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Keempat Pengusahaan

Pasal 41

(1) Usaha angkut an orang dan/ at au barang dengan kendaraan umum, dapat dil akukan ol eh badan hukum Indonesia at au Warga Negara Indonesia.

(21)

sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dil akukan berdasarkan izin,

(3) Jenis, persyarat an, dan t at a cara unt uk memperol eh izin sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Bagian Kel ima Tarif

Pasal 42

St rukt ur dan gol ongan t arif angkut an dengan kendaraan umum, dit et apkan ol eh Pemerint ah.

Bagian Keenam

Tanggung Jawab Pengangkut

Pasal 43

(1) Pengusaha angkut an umum waj ib mengangkut orang dan/ at au barang, set el ah disepakat inya perj anj ian pengangkut an dan/ at au dil akukan pembayaran biaya angkut an ol eh penumpang dan/ at au pengirim barang.

(2) Karcis penumpang at au surat angkut an barang merupakan t anda bukt i t el ah t erj adinya perj anj ian angkut an dan pembayaran biaya angkut an.

Pasal 44

(22)

Pasal 45

(1) Pengusaha angkut an umum bert anggungj awab at as kerugian yang diderit a ol eh penumpang, pengir im barang at au pihak ket iga, karena kel al aiannya dal am mel aksanakan pel ayanan angkut an. (2) Besarnya gant i rugi sebagaimana dimaksud dal am ayat (1),

adal ah sebesar kerugian yang secara nyat a diderit a ol eh penumpang, pengirim barang at au pihak ket iga.

(3) Tanggung j awab pengusaha angkut an umum t erhadap penumpang sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dimul ai sej ak diangkut nya penumpang sampai di t empat t uj uan pengangkut an yang t el ah disepakat i.

(4) Tanggung j awab pengusaha angkut an umum t erhadap pemil ik barang sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dimul ai sej ak dit erimanya barang yang akan diangkut sampai diserahkannya barang kepada pengirim dan/ at au penerima barang.

Pasal 46

(1) Pengusaha angkut an umum waj ib mengasuransikan t anggungj awabnya sebagaimana dimaksud dal am Pasal 45 ayat (1).

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 47

(23)

Pasal 48

(1) Pengusaha angkut an umum dapat mengenakan t ambahan biaya penyimpanan barang kepada pengirim dan/ at au penerima barang yang t idak mengambil barangnya, di t empat t uj uan dan dal am wakt u yang t el ah disepakat i.

(2) Pengirim dan/ at au penerima barang hanya dapat mengambil barang set el ah biaya sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil unasi.

(3) Barang yang t idak diambil sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) l ebih dari wakt u t ert ent u, dinyat akan sebagai barang t ak bert uan dan dapat dij ual secara l el ang sesuai ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

BAB IX

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN BAGI PENDERITA CACAT

Pasal 49

(1) Penderit a cacat berhak memperol eh pel ayanan berupa perl akuan khusus dal am bidang l al u l int as dan angkut an j al an.

(24)

BAB X

DAMPAK LINGKUNGAN

Pasal 50

(1) Unt uk mencegah pencemaran udara dan kebisingan suara kendaraan bermot or yang dapat mengganggu kel est arian l ingkungan hidup, set iap kendaraan bermot or waj ib memenuhi persyarat an ambang bat as emisi gas buang dan t ingkat kebisingan.

(2) Set iap pemil ik, pengusaha angkut an umum dan/ at au pengemudi kendaraan bermot or, waj ib mencegah t erj adinya pencemaran udara dan kebisingan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), yang diakibat kan ol eh pengoperasian kendaraannya.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB XI

PENYERAHAN URUSAN

Pasal 51

(1) Pemerint ah dapat menyerahkan sebagian urusan pemerint ahan dal am bidang l al u l int as dan angkut an j al an kepada Pemerint ah Daerah.

(25)

BAB XII PENYIDIKAN

Pasal 52

Pemeriksaan t erhadap kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dal am Pasal 16, at au penyidikan t erhadap pel anggaran di bidang l al u l int as dan angkut an j al an, t idak di sert ai dengan penyit aan kendaraan bermot or dan/ at au surat t anda nomor kendaraan bermot or, kecual i dal am hal :

a. kendaraan bermot or diduga berasal dari hasil t indak pidana at au digunakan unt uk mel akukan t indak pidana;

b. pel anggaran l al u l int as t ersebut mengakibat kan meninggal nya orang;

c. pengemudi t idak dapat menunj ukkan t anda bukt i l ul us uj i kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 ayat (3);

d. pengemudi t idak dapat menunj ukkan surat t anda nomor kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dal am Pasal 14 ayat (2);

e. pengemudi t idak dapat menunj ukkan surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 18 ayat (1).

Pasal 53

(26)

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), berwenang unt uk:

a. mel akukan pemeriksaan at as kebenaran ket erangan berkenaan dengan pemenuhan persyarat an t eknis dan l aik j al an kendaraan bermot or;

b. mel arang at au menunda pcngoperasian kendaran bermot or yang t idak memenuhi persyaral an t eknis dan l aik j al an;

c. memint a ket erangan dan barang bukt i dari pengemudi, pemil ik kendaraan, at au pengusaha angkut an umum sehubungan dengan t indak pidana yang menyangkut persyarat an t eknis dan l aik j al an kendaraan bermot or.

d. mel akukan penyit aan t anda uj i kendaraan yang t idak sah; e. mel akukan pemeriksaan t erhadap perizinan angkut an umum di

t erminal ;

f . mel akukan pemeriksaan t erhadap berat kendaraan besert a muat annya;

g. membuat dan menandat angani berit a acara pemeriksaan; h. menghent ikan penyidikan apabil a t idak t erdapat cukup bukt i

t ent ang adanya t indak pidana yang menyangkut persyarat an t eknis dan l aik j al an kendaraan bermot or sert a perizinan angkut an umum.

(27)

BAB XIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 54

Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j al an yang t idak sesuai dengan perunt ukannya, at au t idak memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an, at au t idak sesuai dengan kel as j al an sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 3 (t iga) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 0000, - (t iga j ut a rupiah).

Pasal 55

Barangsiapa memasukkan ke dal am wil ayah Indonesia at au membuat at au merakit kendaraan bermot or, keret a gandengan, keret a t empel an, dan kendaraan khusus yang akan dioperasikan di dal am negeri yang t idak sesuai dengan perunt ukan, at au t idak memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an, at au t idak sesuai dengan kel as j al an yang akan dil al uinya sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) t ahun dan denda set inggi- t ingginya Rp. 12. 000. 000, - (dua bel as j ut a rupiah).

Pasal 56

(1) Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or, keret a gandengan, keret a t empel an dan kendaraan khusus di j al an t anpa dil engkapi dengan t anda bukt i l ul us uj i sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 2 (dua) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 2. 000. 000, - (dua j ut a rupiah).

(28)

t ernyat a t idak memil iki t anda bukt i l ul us uj i, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 57

(1) Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j al an yang t idak didaf t arkan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 14 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

(2) Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or t anpa dil engkapi dengan surat t anda nomor kendaraan bermot or, at au t anda nomor kendaraan bermot or sebagaimana dimaksud dal am Pasal 14 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 2 (dua) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 2. 000. 000, - (dua j ut a rupiah).

Pasal 58

Barangsiapa mengemudikan kendaraan t idak bermot or di j al an yang t idak memenuhi persyarat an kesel amat an sebagaimana dimaksud dal am Pasal 17 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 7 (t uj uh) hari at au denda set inggi-t ingginya Rp. 250. 000, - (dua rat us l ima pul uh ribu rupiah).

Pasal 59

(29)

(2) Apabil a pengemudi sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) t ernyat a t idak memil iki surat izin mengemudi, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 6 (enam) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 60

(1) Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j al an dal am keadaan t idak mampu mengemudikan kendaraan dengan waj ar sebagaimana dimaksud dal am Pasal 23 ayat (1) huruf a dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 3 (t iga) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).

(2) Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermot or di j al an dan t idak mengut amakan kesel amat an pej al an kaki sebagaimana dimaksud dal am Pasal 23 ayat (1) huruf b dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).

Pasal 61

(1) Barangsiapa mel anggar ket ent uan mengenai rambu-rambu dan marka j al an, al at pemberi isyarat l al u l int as, gerakan l al u l int as, berhent i dan parkir, peringat an dengan bunyi dan sinar, kecepat an maksimum at au minimum dan t at a cara penggandengan dan penempel an dengan kendaraan l ain sebagaimana dimaksud dal am Pasal 23 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).

(30)

rumah-rumah, sebagaimana dimaksud dal am Pasal 23 ayat (1) huruf e, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp 1. 000. 000, -(sat u j ut a rupiah).

(3) Barangsiapa t idak memakai sabuk kesel amat an pada wakt u duduk di samping pengemudi kendaraan bermot or roda empat at au l ebih, at au t idak memakai hel m pada wakt u menumpang kendaraan bermot or roda dua, at au menumpang kendaraan bermot or roda empat at au l ebih yang t idak dil engkapi dengan rumah-rumah sebagaimana dimaksud dal am Pasal 23 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).

Pasal 62

Barangsiapa menggunakan j al an di l uar f ungsi sebagai j al an, at au menyel enggarakan kegiat an dengan menggunakan j al an t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 25 dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 1 (sat u) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 1. 000. 000, - (sat u j ut a rupiah).

Pasal 63

(31)

Pasal 64

Barangsiapa t idak mengasuransikan kendaraan bermot or yang digunakan sebagai kendaraan umum, baik t erhadap kendaraan it u sendiri maupun t erhadap kemungkinan kerugian yang akan diderit a ol eh pihak ket iga sebagai akibat pengoperasian kendaraannya sebagaimana dimaksud dal am Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 3 (t iga) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).

Pasal 65

Barangsiapa t idak mengasuransikan orang yang dipekerj akannya sebagai awak kendaraan t erhadap resiko t erj adinya kecel akaan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 33 dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 3 (t iga) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).

Pasal 66

Barangsiapa mel akukan usaha angkut an wisat a sebagaimana dimaksud Pasal 38, at au mel akukan usaha angkut an orang dan/ at au barang sebagaimana dimaksud dal am Pasal 41 ayat (2) t anpa izin, dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 3 (t iga) bul an at au denda set inggi-t ingginya Rp. 3. 000. 000, - (t iga j ut a rupiah).

Pasal 67

(32)

Pasal 68

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dal am Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, dan Pasal 67 adal ah pel anggaran.

Pasal 69

Jika seseorang mel akukan l agi pel anggaran yang sama dengan pel anggaran pert ama sebel um l ewat j angka wakt u sat u t ahun sej ak t anggal put usan pengadil an at as pel anggaran pert ama yang t el ah mempunyai kekuat an hukum t et ap, maka pidana yang dij at uhkan t erhadap pel anggaran yang kedua dit ambah dengan sepert iga dari pidana kurungan pokoknya at au bi l a dikenakan denda dapat dit ambah dengan set engah dari pidana denda yang diancamkan unt uk pel anggaran yang bersangkut an.

Pasal 70

(1) Surat izin mengemudi dapat dicabut unt uk pal ing l ama 1 (sat u) t ahun, apabil a dil akukan:

a. pel anggaran sebagaimana dimaksud dal am Pasal 23 ayat (1) huruf a dan huruf b, Pasal 24 ayat (1) huruf a, pasal 27 ayat (1);

b. t indak pidana kej ahat an sebagaimana dimaksud dal am Pasal 359, Pasal 360, Pasal 406, Pasal 408, Pasal 409, Pasal 410, dan pasal 492 Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana, dengan menggunakan kendaraan bermot or.

(33)

t erdahul u yang t el ah mempunyai kekuat an hukum t et ap.

BAB XIV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 71

Dengan Perat uran Pemerint ah diat ur l ebih l anj ut ket ent uan-ket ent uan mengenai :

1. kendaraan bermot or Angkat an Bersenj at a Republ ik Indonesia; 2. Penggunaan j al an unt uk kel ancaran:

a. pengant aran j enazah;

b. kendaran pemadam kebakaran yang mel aksanakan t ugas ke t empat kebakaran;

c. kendaraan Kepal a Negara at au Pemerint ah Asing yang menj adi t amu negara;

d. ambul ans mengangkut orang sakit ; e. konvoi, pawai, kendaraan orang cacat ,

f . kendaraan yang penggunaannya unt uk keperl uan khusus at au mengangkut barang-barang khusus.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 72

(34)

sepanj ang t idak bert ent angan at au bel um digant i dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 73

Pada saat mul ai berl akunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lal u Lint as dan Angkut an Jal an Raya (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2742) dinyat akan t idak berl aku.

Pasal 74

Undang-undang ini mul ai berl aku pada t anggal 17 Sept ember 1992.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempat annya dal am Lembaran Negara Republ ik Indonesia.

Disahkan di Jakart a pada t anggal 12 Mei 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

(35)

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 12 Mei 1992

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

(36)

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992

TENTANG

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

UMUM

Bahwa berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Republ ik Indonesia t el ah dianugerahi sebagai negara kepul auan yang t erdiri dari beribu pul au, t erl et ak memanj ang di garis khat ul ist iwa, di ant ara dua benua dan dua samudera, ol eh karena it u mempunyai posisi dan peranan yang sangat pent ing dan st rat egis dal am hubungan ant ar bangsa.

Unt uk mencapai t uj uan pembangunan nasional sebagai pengamal an Pancasil a, t ransport asi memil iki posisi yang pent ing dan st rat egis dal am pembangunan bangsa yang berwawasan l ingkungan dan hal ini harus t ercermin pada kebut uhan mobil it as sel uruh sekt or dan wil ayah. Transport asi merupakan sarana yang sangat pent ing dan st rat egis dal am memperl ancar roda perekonomian, memperkukuh persat uan dan kesat uan sert a mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.

Pent ingnya t ransport asi t ersebut t ercermin pada semakin meningkat nya kebut uhan akan j asa angkut an bagi mobil it as orang sert a barang dari dan ke sel uruh pel osok t anah air, bahkan dari dan ke l uar negeri.

(37)

Menyadari peranan t ransport asi, maka l al u l int as dan angkut an j al an harus dit at a dal am sat u sist em t ransport asi nasional secara t erpadu dan mampu mewuj udkan t ersedianya j asa t ransport asi yang serasi dengan t ingkat kebut uhan l al u l int as dan pel ayanan angkut an yang t ert ib, sel amat , aman, nyaman, cepat , t epat , t erat ur, l ancar, dan dengan biaya yang t erj angkau ol eh daya bel i masyarakat .

Lal u l int as dan angkut an j al an yang mempunyai karakt erist ik dan keunggul an t ersendiri perl u dikembangkan dan dimanf aat kan sehingga mampu menj angkau sel uruh wil ayah pel osok darat an dengan mobil it as t inggi dan mampu memadukan moda t ransport asi l ain.

Pengembangan l al u l int as dan angkut an j al an yang dit at a dal am sat u kesat uan sist em, dil akukan dengan mengint egrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya yang t erdiri dari j aringan t ransport asi j al an, kendaraan besert a pengemudinya, sert a perat uran-perat uran, prosedur dan met oda sedemikian rupa sehingga t erwuj ud suat u t ot al it as yang ut uh, berdayaguna dan berhasil guna.

Unt uk mencapai dayaguna dan hasil guna nasional yang opt imal , di samping harus dit at a dengan moda t r ansport asi l aut dan udara, l al u l int as dan angkut an j al an yang mempunyai kesamaan wil ayah pel ayanan di darat an dengan perkeret aapian, angkut an sungai, danau dan penyeberangan, maka perencanaan dan pengembangannya perl u dit at a dal am sat u kesat uan sist em secara t epat , serasi, seimbang, t erpadu dan sinerget ik ant ara sat u dengan l ainnya.

Mengingat pent ing dan st rat egisnya peranan l al u l int as dan angkut an j al an yang menguasai haj at hidup or ang banyak, maka l al u l int as dan angkut an j al an dikuasai ol eh negara yang pembinaannya dil akukan ol eh Pemerint ah.

(38)

sebesar-besar kepent ingan umum dan kemampuan masyarakat , kel est arian l ingkungan, koordinasi ant ar wewenang pusat dan daerah sert a ant ar inst ansi, sekt or, dan ant ar unsur t erkait sert a t ercipt anya keamanan dan ket ert iban masyarakat dal am penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an, sekal igus dal am rangka mewuj udkan sist em t ransport asi nasional yang handal dan t erpadu.

Kesel uruhan hal t ersebut perl u dicerminkan dal am sat u Undang-undang yang ut uh.

Dal am Undang-undang ini j uga diat ur mengenai hak, kewaj iban sert a t anggung j awab para penyedia j asa dan para pengguna j asa, dan t anggung j awab penyedia j asa t erhadap kerugian pihak ket iga sebagai akibat dari penyel enggaraan angkut an j al an.

Di samping it u dal am rangka pembangunan hukum nasional sert a unt uk l ebih memant apkan perwuj udan kepast ian hukum, dengan Undang-undang ini dimaksudkan unt uk menggant i Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lal u Lint as dan Angkut an Jal an Raya, karena t idak sesuai l agi dengan perkembangan zaman, kemaj uan il mu penget ahuan dan t eknol ogi, dan bel um t ert at a dal am sat u kesat uan sist em yang merupakan bagian dari t ransport asi secara kesel uruhan.

Pengat uran mengenai prasarana perhubungan darat sebagaimana diat ur dal am Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jal an, merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dari pengat uran mengenai l al u l int as dan angkut an j al an, t et ap berl aku mengingat masih dapat menampung perkembangan zaman, kemaj uan il mu penget ahuan dan t eknol ogi.

Dal am Undang-undang ini j uga diat ur hal -hal yang bersif at pokok, sedangkan yang bersif at t eknis dan operasional akan diat ur dal am Perat uran Pemerint ah dan perat uran pel aksanaan l ainnya.

(39)

Pasal 1 Angka 1

Cukup j el as Angka 2

Dal am pengert ian barang mel iput i barang yang bersif at gas, cair, padat t ermasuk t umbuh-t umbuhan dan hewan.

Angka 3

Simpul mel iput i t erminal t ransport asi j al an, t erminal angkut an sungai dan danau, st asiun keret a api, pel abuhan penyeberangan, pel abuhan l aut , dan bandar udara.

Ruang kegiat an ant ara l ain berupa kawasan permukiman, indust ri, pert ambangan, pert anian, kehut anan, perkant oran, perdagangan, pariwisat a dan sebagainya. Ruang l al u l int as j al an adal ah prasarana dan sarana yang diperunt ukkan bagi gerak kendaraan, orang, dan hewan.

Wuj ud dari ruang l al u l int as j al an dapat berupa j al an, j embat an at au l int as penyeberangan yang berf ungsi sebagai j embat an, dan l ain l ain.

Angka 4

Dal am Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jal an, dit et apkan pengert ian j al an adal ah suat u prasarana perhubungan darat dal am bent uk apapun mel iput i segal a bagian j al an t ermasuk bangunan pel engkap dan perl engkapannya yang diperunt ukkan bagi l al u l int as, yang sel anj ut nya dit et apkan pul a pengert ian j al an umum dan j al an khusus.

(40)

diperunt ukkan bagi l al u l int as umum.

Berdasarkan hal t ersebut maka dal am Undang-undang ini pengert ian j al an t idak t ermasuk j al an khusus, yait u j al an yang t idak diperunt ukkan bagi l al u l int as umum, ant ara l ain j al an inspeksi pengairan, j al an inspeksi minyak at au gas, j al an perkebunan, j al an pert ambangan, j al an kehut anan, j al an kompl ek bukan unt uk umum, j al an unt uk keperl uan pert ahanan dan keamanan Negara.

Dal am hal suat u ruas j al an khusus berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berl aku at au ol eh pemil ik dinyat akan t erbuka bagi l al u l int as umum, maka t erhadap ruas j al an t ersebut berl aku perat uran perundang-undangan mengenai j al an dan undang-undang ini.

Angka 5 Cukup j el as Angka 6

Yang dimaksud kendaran t idak bermot or dal am ket ent uan ini adal ah kendaraan yang digerakkan ol eh t enaga manusia at au hewan.

Angka 7

Peral at an t eknik dal am ket ent uan ini dapat berupa mot or at au peral at an l ainnya yang berf ungsi unt uk merubah suat u sumber daya energi t ert ent u menj adi t enaga gerak kendaraan bermot or yang bersangkut an.

Pengert ian kat a berada dal am ket ent uan ini adal ah t erpasang pada t empat sesuai dengan f ungsinya.

Termasuk dal am pengert ian kendaraan bermot or adal ah keret a gandengan at au keret a t empel an yang dirangkaikan dengan kendaraan bermot or sebagai penariknya.

(41)

Cukup j el as Angka 9

Termasuk dal am pengert ian kendaraan umum adal ah kendaraan bermot or yang disewakan kepada orang l ain baik dengan maupun t anpa pengemudi, sel ama j angka wakt u t ert ent u.

Kendaraan bermot or roda dua t idak t ermasuk dal am pengert ian kendaraan umum.

Mobil bel aj ar unt uk sekol ah mengemudi t ermasuk j uga dal am pengert ian kendaraan umum, karena dal am biaya bel aj ar t el ah t ermasuk sewa unt uk memakai kendaraan t ersebut pada wakt u dipergunakan unt uk bel aj ar.

Angka 10 Cukup j el as

Pasal 2

Dal am ket ent uan pasal ini yang dimaksud dengan:

a. asas manf aat yait u, bahwa l al u l int as dan angkut an j al an harus dapat memberikan manf aat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkat an kesej aht eraan rakyat dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan bagi warga negara;

b. asas usaha bersama dan kekel uargaan yait u, bahwa penyel enggaraan usaha angkut an dil aksanakan unt uk mencapai cit a-cit a dan aspirasi bangsa yang dal am kegiat annya dapat dil akukan ol eh sel uruh l apisan masyarakat dan dij iwai ol eh semangat kekel uargaan;

(42)

yang t erj angkau ol eh masyarakat ;

d. asas keseimbangan yait u, bahwa l al u l int as dan angkut an j al an harus disel enggarakan sedemikian rupa sehingga t erdapat keseimbangan yang serasi ant ara sarana dan prasarana, ant ara kepent ingan pengguna dan penyedia j asa, ant ara kepent ingan individu dan masyarakat , sert a ant ara kepent ingan nasional dan int ernasional ;

e. asas kepent ingan umum yait u, bahwa penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an harus l ebih mengut amakan kepent ingan pel ayanan umum bagi masyarakat l uas;

f . asas ket erpaduan yait u, bahwa l al u l int as dan angkut an j al an harus merupakan kesat uan yang bul at dan ut uh, t erpadu, sal ing menunj ang dan sal ing mengisi baik int ra maupun ant ar moda t ransport asi;

g. asas kesadaran hukum yait u, bahwa mewaj ibkan kepada pemerint ah unt uk menegakkan dan menj amin kepast ian hukum sert a mewaj ibkan kepada set iap warga negara Indonesia unt uk sel al u sadar dan t aat kepada hukum dal am penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an;

h. asas percaya pada diri sendiri yait u, bahwa l al u l int as dan angkut an j al an harus berl andaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuat an sendiri, sert a bersendikan kepada kepribadian bangsa;

Pasal 3

(43)

Mampu menj angkau sel uruh pel osok wil ayah darat an mengandung pengert ian bahwa l al u l int as dan angkut an j al an memil iki kemampuan unt uk memberikan pel ayanan sampai ke sel uruh pel osok wil ayah darat an baik mel al ui prasarana l al u l int as dan angkut an j al an it u sendiri at au merupakan ket erpaduan dengan l int as sungai at au danau maupun ket erpaduan dengan moda t ransport asi perkeret aapian, l aut dan udara.

Pasal 4 Ayat (1)

Pengert ian dikuasai ol eh Negara adal ah bahwa Negara mempunyai hak penguasaan at as penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an yang pembinaannya dil akukan ol eh Pemerint ah. Perwuj udan pembinaan t ersebut mel iput i aspek-aspek pengat uran, pengendal ian, dan pengawasan.

Aspek pengat uran mencakup perencanaan, perumusan dan penent uan kebij aksanaan umum maupun t eknis unt uk mencapai t uj uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 3 ant ara l ain berupa persyarat an kesel amat an, perizinan dan penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an.

Aspek pengendal ian dil akukan baik di bidang pembangunan maupun operasi berupa pengarahan dan bimbingan t erhadap penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an.

Aspek pengawasan adal ah pengawasan t erhadap penyel enggaraan l al u l int as dan angkut an j al an.

Ayat (2) Cukup j el as

(44)

Ayat (1)

Dal am pengert ian memperhat ikan sel uruh aspek kehidupan masyarakat mel iput i aspek pol it ik, ekonomi, sosial budaya, pert ahanan dan keamanan, t ermasuk memperhat ikan l ingkungan hidup, t at a ruang, energi, perkembangan il mu penget ahuan dan t eknol ogi, sert a hubungan int ernasional .

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 6 Ayat (1)

Penet apan j aringan t ransport asi j al an merupakan sal ah sat u unsur pokok dal am rangka pembinaan l al u l int as dan angkut an j al an unt uk t ercapainya t uj uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 3.

Dengan dit et apkannya j aringan t ransport asi j al an, akan t erwuj ud ket erpaduan baik ant ara l al u l int as dan angkut an j al an dengan perkeret aapian, angkut an sungai dan danau yang mempunyai kesamaan wil ayah pel ayanan di darat an, maupun ant ara l al u l int as dan angkut an j al an dengan moda t ransport asi l aut dan udara, yang kesel uruhannya dit at a dengan pol a j aringan t ransport asi j al an dal am sat u kesat uan sist em t ransport asi.

Ayat (2)

Pengert ian f ungsi adal ah kegiat an menghubungkan simpul dan ruang kegiat an menurut kepent ingannya yang mel iput i kepent ingan l al u l int as dan kepent ingan angkut an.

(45)

j aringan ant ar kot a, kot a dan pedesaan menurut hirarkhinya masing-masing.

Pengert ian kapasit as l al u l int as adal ah vol ume l al u l int as dikait kan dengan j enis, ukuran, daya angkut , dan kecepat an kendaraan.

Pengert ian kel as j al an adal ah kl asif ikasi j al an berdasarkan muat an sumbu t erberat (MST) dan karakt erist ik l al u l int as.

Muat an sumbu t erberat (MST) adal ah besarnya beban maksimum sumbu kendaraan bermot or yang diizinkan, yang harus didukung ol eh j al an.

Karakt erist ik l al u l int as adal ah kondisi t ingkat kepadat an arus l al u l int as pada wakt u-wakt u t ert ent u menurut j enis, ukuran dan daya angkut kendaraan.

Dal am penet apan j aringan t ransport asi j al an sel ain mendasarkan kepada ket ent uan-ket ent uan dal am Undang-undang ini, j uga memperhat ikan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jal an sebagai bagian yang t idak t erpisahkan dari Undang-undang ini.

Pasal 7 Ayat (1)

Pembagian dan penet apan j al an dal am beberapa kel as dimaksudkan j uga agar mencapai hasil guna dan dayaguna secara opt imal . Pembagian dan penet apan j al an dal am beberapa kel as t ersebut didasarkan pada kebut uhan t ransport asi, pemil ihan moda secara t epat dengan mempert imbangkan keunggul an karakt erist ik masing-masing moda, perkembangan t eknol ogi kendaraan bermot or, muat an sumbu t erberat (MST) kendaraan bermot or sert a konst ruksi j al an.

(46)

Cukup j el as

Pasal 8 Ayat (1)

Ket ent uan mengenai kel engkapan j al an dit uj ukan unt uk kesel amat an, keamanan, ket ert iban dan kel ancaran l al u l int as sert a unt uk mencapai hasil guna dan dayaguna dal am pemanf aat an j al an unt uk l al u l int as sert a kemudahan bagi pengguna j al an dal am berl al u l int as.

Huruf a

Pengert ian rambu-rambu adal ah sal ah sat u al at perl engkapan j al an dal am bent uk t ert ent u yang memuat l ambang, huruf , angka, kal imat dan/ at au perpaduan diant aranya, yang digunakan unt uk memberikan peringat an, l arangan, perint ah dan pet unj uk bagi pemakai j al an.

Huruf b

Pengert ian marka j al an adal ah suat u t anda yang berada di permukaan at au di at as permukaan j al an yang mel iput i peral at an at au t anda yang membent uk garis membuj ur, garis mel int ang, garis serong sert a l ambang l ainnya yang berf ungsi unt uk mengarahkan arus l al u l int as dan daerah kepent ingan l al u l int as.

Huruf c

(47)

Huruf d

Pengert ian al at pengendal i adal ah al at t ert ent u yang berf ungsi ant ara l ain unt uk mengendal ikan kecepat an, ukuran dan beban muat an kendaran pada ruas-ruas j al an t ert ent u.

Pengert ian al at pengaman pemakai j al an adal ah al at t ert ent u yang berf ungsi sebagai al at pengaman dan pemberi arah bagi pemakai j al an misal nya pagar pengaman j al an, dan del inat or. Huruf e

Pengert ian al at pengawasan dan pengamanan j al an adal ah al at t ert ent u yang diperunt ukkan guna mengawasi penggunaan j al an agar dapat dicegah kerusakan j al an yang diakibat kan ol eh pengoperasian kendaraan di j al an yang mel ebihi ket ent uan.

Huruf f

Pengert ian f asil it as pendukung dimaksud mencakup ant ara l ain f asil it as pej al an kaki, parkir dan hal t e.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 9 Ayat (1)

(48)

Sesuai dengan f ungsi t ersebut maka dal am pembangunan t erminal perl u mempert imbangkan ant ara l ain l okasi, t at a ruang, kapasit as, kepadat an l al u l int as dan ket erpaduan dengan moda t ransport asi l ain.

Ayat (2)

Pembangunan t erminal pada hakekat nya dil aksanakan ol eh Pemerint ah, namun dapat pul a diberikan kesempat an kepada badan hukum Indonesia unt uk ikut berperansert a.

Ayat (3)

Penyel enggaraan t erminal yang merupakan pel ayanan umum dil akukan ol eh Pemerint ah dan dapat dil impahkan pel aksanaannya kepada Pemerint ah Daerah at au badan usaha mil ik Negara at au badan usaha mil ik Daerah yang didirikan unt uk it u.

Ayat (4) Cukup j el as

Pasal 10 Ayat (1)

Kegiat an usaha penunj ang dal am ket ent uan ini ant ara l ain dapat berupa usaha pert okoan, rest oran, perkant oran sepanj ang usaha penunj ang t ersebut t idak mengganggu f ungsi pokok dari t erminal .

Ayat (2)

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk memberi kesempat an kepada warga negara Indonesia at au badan hukum Indonesia berperan sert a dal am kegiat an usaha penunj ang t erminal dal am rangka memberikan kemudahan kepada para pengguna j asa.

(49)

Cukup j el as

Pasal 11 Ayat (1)

Penyediaan t empat -t empat parkir di pinggir j al an pada l okasi j al an t ert ent u baik di badan j al an maupun dengan menggunakan sebagian dari perkerasan j al an, mengakibat kan t erhambat nya arus l al u l int as dan penggunaan j al an menj adi t idak ef ekt if .

Bert ambahnya j uml ah penduduk dan meningkat nya pemil ikan kendaraan menambah permint aan akan ruang j al an unt uk kegiat an l al u l int as. Fasil it as parkir unt uk umum j uga dapat berf ungsi sebagai sal ah sat u al at pengendal i l al u l int as.

Unt uk memenuhi kebut uhan t ersebut maka pada kawasan-kawasan t ert ent u dapat disediakan f asil it as parkir unt uk umum yang diusahakan sebagai suat u kegiat an usaha yang berdiri sendiri dengan memungut bayaran. Fasil it as parkir unt uk umum sepert i ini ant ara l ain dapat berupa gedung parkir dan t aman parkir.

Tidak t ermasuk dal am pengert ian ini adal ah f asil it as parkir yang merupakan penunj ang dan merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dari kegiat an pokok dari gedung perkant oran, pert okoan dan l ain sebagainya.

Ayat (2)

Mengingat ket erbat asan biaya pembangunan dan unt uk meningkat kan peransert a masyarakat dal am penyediaan f asil it as parkir unt uk umum maka usaha ini t erbuka bagi warga negara Indonesia at au badan hukum Indonesia.

(50)

Pasal 12 Ayat (1)

Termasuk dal am pengert ian dioperasikan di j al an adal ah kendaraan yang sedang berj al an at au yang berhent i di j al an. Pengert ian sesuai dengan perunt ukkannya adal ah set iap kendaraan bermot or yang dioperasikan di j al an harus sesuai dengan rancangan perunt ukannya.

Pengert ian persyarat an t eknis adal ah persyarat an t ent ang susunan, peral at an, perl engkapan, ukuran, bent uk, karoseri, pemuat an, rancangan t eknis kendaraan sesuai dengan perunt ukkannya, emisi gas buang, penggunaan, penggandengan, dan penempel an kendaraan bermot or.

Pengert ian l aik j al an adal ah persyarat an minimun kondisi suat u kendaraan yang harus dipenuhi agar t erj aminnya kesel amat an dan mencegah t erj adinya pencemaran udara dan kebisingan l ingkungan pada wakt u dioperasikan di j al an.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan keret a gandengan at au keret a t empel an adal ah suat u al at yang dipergunakan unt uk mengangkut barang dan dirancang unt uk dit arik ol eh kendaraan bermot or.

Rangkaian kendaraan bermot or dengan keret a gandengan at au keret a t empel an dit et apkan sebagai kendaraan bermot or.

Yang dimaksud dengan kendaraan khusus adal ah kendaraan bermot or sel ain daripada kendaraan bermot or unt uk penumpang dan kendaraan bermot or unt uk barang, yang penggunaannya unt uk keperl uan khusus at au mengangkut barang-barang khusus. Misal nya kendaraan bermot or derek, kendaraan bermot or

(51)

pencampur bet on, dan l ain sebagainya. Ayat (3)

Cukup j el as

Pasal 13 Ayat (1)

Penguj ian dimaksudkan agar kendaraan bermot or yang akan digunakan di j al an memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an, t ermasuk persyarat an ambang bat as emisi gas buang dan kebisingan yang harus dipenuhi.

Kendaraan-kendaraan khusus harus diuj i secara khusus, karena di samping memil iki peral at an st andar yang dipersyarat kan unt uk kendaraan bermot or pada umumnya, kendaraan khusus memil iki peral at an t ambahan yang bersif at khusus unt uk penggunaan khusus, misal nya kat up penyel amat , t angki bert ekanan dan l ain sebagainya.

Ayat (2)

Penguj ian t ipe kendaraan bermot or dimaksudkan unt uk mel akukan penguj ian t erhadap t ipe at au cont oh produksi kendaraan bermot or unt uk memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an sebel um t ipe kendaraan bermot or t ersebut diset uj ui diimpor at au diproduksi dan/ at au dirakit secara masal .

Termasuk dal am uj i t ipe ini adal ah uj i sampl ing yait u penguj ian t erhadap sal ah sat u dari seri produksi kendaraan bermot or yang t ipenya t el ah disahkan dan diset uj ui.

Unt uk menj amin agar kendaraan bermot or sel al u dal am kondisi memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an, maka diberl akukan uj i berkal a dal am sat u periode t ert ent u.

(52)

Cukup j el as Ayat (4)

Dal am Perat uran Pemerint ah diat ur pul a mengenai pent ahapan pemberl akuan ket ent uan mengenai waj ib uj i.

Pasal 14 Ayat (1)

Kewaj iban pendaf t aran kendaraan bermot or adal ah unt uk mengumpul kan dat a yang dapat digunakan unt uk t ert ib administ rasi, pengendal ian kendaraan yang dioperasikan di Indonesia, mempermudah penyidikan pel anggaran at au kej ahat an yang menyangkut kendaraan yang bersangkut an sert a dal am rangka perencanaan, rekayasa dan manaj emen l al u l int as dan angkut an j al an dan memenuhi kebut uhan dat a l ainnya dal am rangka perencanaan pembangunan nasional .

Ayat (2)

Bukt i pendaf t aran kendaraan bermot or diberikan kepada orang yang namanya t ert era di dal amnya dan merupakan t anda bukt i bagi yang bersangkut an bahwa kendaraan t el ah didaf t arkan dan dapat berf ungsi sebagai bukt i pemil ikan kendaraan bermot or. Sel ain diberikan bukt i pemil ikan kendaraan bermot or, diberikan

pul a surat t anda nomor kendaraan bermot or dan t anda nomor kendaraan bermot or bagi kendaraan bermot ornya sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berl aku.

Unt uk keperl uan membawa kendaraan baru dari pabrik pembuat / perakit dan/ at au pel abuhan impor ke t empat -t empat penj ual an, sert a unt uk keperl uan mencoba kendaraan baru sebel um kendaraan t ersebut dij ual , dapat diberikan surat t anda coba dan t anda coba kendaraan bermot or.

(53)

Dal am Perat uran Pemerint ah ini diat ur pul a mengenai perubahan nama at au karakt er pokok kendaraan bermot or dari yang t ercant um dal am surat bukt i pendaf t aran.

Pasal 15 Ayat (1)

Bengkel kendaraan bermot or berf ungsi unt uk membet ul kan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermot or agar t et ap memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an.

Unt uk mencapai dayaguna dan hasil guna yang opt imal sert a mencegah pencemaran udara dan kebisingan l ingkungan, maka dit et apkan persyarat an t eknis yang waj ib dipenuhi ol eh penyel enggara kegiat an pemberian j asa perbengkel an kendaraan bermot or unt uk umum.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 16 Ayat (1)

Sesuai dengan t uj uannya yait u unt uk kesel amat an, keamanan, dan ket ert iban l al u l int as dan angkut an j al an, maka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dal am ayat ini dil akukan t idak pada sat u t empat t ert ent u dan t idak secara t erus menerus. Ayat (2)

(54)

dan kebisingan.

Sedangkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dal am huruf b ayat ini dil akukan t erhadap kel engkapan persyarat an administ rasi baik bagi pengemudi maupun kendaraan bermot or yang berada di j al an.

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini dapat pul a dimanf aat kan unt uk berbagai keperl uan dal am rangka pel aksanaan t ugas-t ugas pemerint ahan l ainnya yang pel aksanaannya dil akukan secara gabungan.

Ayat (3) Cukup j el as

Pasal 17 Ayat (1)

Kendaraan t idak bermot or adal ah kendaraan yang digerakkan ol eh t enaga orang at au hewan.

Persyarat an ini dimaksudkan unt uk menj amin kesel amat an l al u l int as pada umumnya.

Persyarat an kesel amat an sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini ial ah kel engkapan yang waj ib berada pada kendaraan t idak bermot or ant ara l ain berupa rem, l ampu, isyarat dengan bunyi, sert a persyarat an mengenai t at acara memuat dan bat as maksimum muat an yang diperkenankan.

Hewan yang secara l angsung mengangkut barang dan/ at au orang, t idak dikat egorikan sebagai kendaraan t idak bermot or.

(55)

Pasal 18 Ayat (1)

Pengemudi adal ah orang yang mengemudikan kendaraan. Surat Izin Mengemudi diberikan kepada orang yang namanya t ert era di dal amnya sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berl aku, dan merupakan t anda bukt i kecakapan dan keabsahan pengemudi unt uk mengemudikan kendaraan bermot or di j al an dan dapat pul a digunakan sebagai ident it as pengemudi.

Termasuk dal am pengert ian pengemudi adal ah orang yang l angsung mengawasi orang l ain mengemudikan kendaraan misal nya seorang inst rukt ur pada sekol ah mengemudi yang berada di samping cal on pengemudi pada wakt u prakt ek mengemudikan kendaraan bermot or di j al an.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 19 Ayat (1)

Uj ian kemampuan mengemudi di samping mel iput i penget ahuan dan ket rampil an j uga mel iput i sikap ment al cal on pengemudi yang merupakan sal ah sat u pert imbangan pokok di dal am pemberian surat izin mengemudi.

Kemampuan mengemudi dapat diperol eh mel al ui pendidikan mengemudi, dengan maksud agar seorang cal on pengemudi memenuhi persyarat an-persyarat an t ersebut di at as.

(56)

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 20 Ayat (1)

Fakt or kel el ahan dan kej enuhan sangat berpengaruh t erhadap kemampuan pengemudi dal am mengemudikan kendaraan bermot or secara waj ar. Ol eh karena it u diperl ukan pengat uran wakt u kerj a dan wakt u ist irahat pengemudi dan pergant ian pengemudi set el ah menempuh j arak dan wakt u t ert ent u mut l ak diperl ukan.

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mel indungi kesel amat an pengemudi dan masyarakat , baik sebagai penumpang maupun sebagai pemil ik barang sert a pengguna j al an l ainnya. Sel ain it u, ket ent uan ini j uga diperl ukan unt uk menj aga kesel amat an l al u l int as pada umumnya.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 21 Ayat (1)

Cukup j el as Ayat (2)

Pengecual ian t ersebut dil akukan dal am rangka kesel amat an, keamanan, ket ert iban, dan kel ancaran l al u l int as.

(57)

Pasal 22 Ayat (1)

Huruf a

Pengert ian rekayasa l al u l int as mel iput i perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan pemel iharaan f asil it as kel engkapan j al an sert a rambu-rambu l al u l int as, marka j al an, l ampu l al u l int as dan f asil it as kesel amat an l al u l int as.

Pengert ian manaj emen l al u l int as mel iput i kegiat an perencanaan, pengat uran, pengawasan dan

pengendal ian l al u l int as yang bert uj uan unt uk kesel amat an, keamanan, ket ert iban, dan kel ancaran l al u l int as.

Huruf b

Termasuk dal am pengert ian gerakan l al u l int as kendaraan bermot or ant ara l ain adal ah mel ewat i, berpapasan, membel ok, memperl amabat kendaraan, posisi kendaraan di j al an, j arak ant ara kendaraan dan hak ut ama pada persimpangan dan perl int asan sebidang.

Huruf c

Cukup j el as Huruf d

Pengert ian peral at an adal ah peral at an yang harus berada pada kendaraan ant ara l ain berupa peral at an yang berf ungsi unt uk memperbaiki kendaraan apabil a mengal ami kerusakan di j al an, sedangkan pengert ian perl engkapan adal ah kel engkapan dari kendaraan yang harus dit empat kan pada kendaraan bermot or ant ara l ain berupa ban cadangan, segi t iga pengaman dan sebagainya.

(58)

Cukup j el as Huruf f

Cukup j el as Huruf g

Hal ini dimaksudkan agar pengemudi mengut amakan kesel amat an pej al an kaki.

Huruf h

Dal am hal karena sesuat u pekerj aan j al an at au t erj adi kerusakan j al an dan/ at au j embat an sehingga mengakibat kan daya dukungnya l ebih rendah dari kel as j al an yang dit et apkan semul a, maka unt uk kesel amat an l al u l int as dan angkut an j al an dit et apkan besarnya muat an sumbu kendaraan yang diizinkan l ebih rendah dari muat an sumbu t erberat nya.

Huruf i

Cukup j el as Huruf j

Cukup j el as Huruf k

Cukup j el as Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 23 Ayat (1)

Huruf a

(59)

dengan waj ar adal ah t anpa dipengaruhi keadaan sakit , l el ah, at au meminum sesuat u yang mengandung al kohol at au obat bius sehingga mempengaruhi kemampuannya dal am mengemudikan kendaraan at aupun ol eh hal l ain.

Huruf b

Cukup j el as Huruf c

Pengert ian t anda bukt i l ain yang sah ant ara l ain berupa t anda bukt i yang bersif at sement ara yang berf ungsi sebagai penggant i Surat Tanda Nomor Kendaraan dan/ at au Surat Izin Mengemudi dan/ at au t anda bukt i penguj ian, dan/ at au perizinan angkut an umum yang dikel uarkan ol eh pej abat yang berwenang.

Huruf d

Cukup j el as Huruf e

Kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini pel aksanaannya dil akukan secara bert ahap.

Sesuai dengan kemaj uan t eknol ogi dapat digunakan peral at an kesel amat an dal am bent uk l ain yang dapat menggant ikan f ungsi sabuk kesel amat an.

Ayat (2)

Kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am ket ent uan ini pel aksanaannya dil akukan secara bert ahap.

(60)

Pasal 24 Ayat (1)

Huruf a

Pengert ian merint angi ant ara l ain menyebrang j al an t idak pada t empat yang t el ah disediakan, menggembal a hewan di j al an, pengemudi memot ong j al an, mengangkut barang at au mel ewat i kendaraan l ain sedemikian rupa sehingga mengganggu pengemudi l ainnya.

Pengert ian membahayakan kebebasan dan keamanan l al u l int as ant ara l ain berj ual an di j al an, mel akukan kegiat an di j al an sel ain unt uk kegiat an l al u l int as dan angkut an di j al an t anpa izin, mengemudikan kendaraan bermot or yang t idak memenuhi persyarat an t eknis dan l aik j al an.

Pengert ian yang dapat menimbul kan kerusakan j al an ant ara l ain dal am hal pengemudi mengangkut muat an mel ebihi daya dukung j al an dan/ at au mel ebihi kapasit as kendaraan.

Huruf b

Penempat an yang sesuai dengan perunt ukkan ant ara l ain mel iput i penempat an kendaraan sesuai dengan rambu-rambu j al an misal nya parkir hanya dit empat yang dit unj uk.

Penggunaan j al an unt uk parkir kendaraan at au menempat kan barang sehingga mengganggu kel ancaran dan keamanan l al u l int as, t ermasuk merupakan kegiat an yang menimbul kan rint angan sebagaimana dimaksud dal am huruf a.

Ayat (2) Cukup j el as

(61)

Pada dasarnya j al an digunakan unt uk kepent ingan l al u l int as umum, t et api dal am keadaan t ert ent u dan dengan t et ap mempert imbangkan kesel amat an dan ket ert iban l al u l int as umum, j al an dapat diizinkan digunakan di l uar f ungsi sebagai j al an ant ara l ain unt uk perl ombaan at au pacuan.

Pengert ian penyel enggaraan kegiat an sebagimana dimaksud dal am ayat ini ant ara l ain menyel enggarakan kegiat an yang menyebabkan t erj adinya l impahan orang at au kendaraan ke j al an sehingga menggangu kesel amat an dan kel ancaran l al u l int as. Ayat (2)

Cukup j el as

Pasal 26 Ayat (1)

Pej al an kaki yang berj al an pada j al an yang t idak dil engkapi dengan bagian j al an dan t empat penyeberangan khusus bagi pej al an kaki, t et ap waj ib diperhat ikan dan dil indungi kesel amat annya ol eh set iap pengemudi.

Pemerint ah waj ib mengat ur berf ungsinya bagian j al an dan t empat penyeberangan bagi pej al an kaki, sert a menj aga keseimbangan ant ara ruang bagi pej al an kaki dengan ruang l al u l int as bagi kendaraan bermot or.

Ayat (2) Cukup j el as

Pasal 27 Ayat (1)

(62)

pengemudi unt uk menol ong korban yang memerl ukan perawat an harus diut amakan.

Ayat (2)

Pengert ian keadaan memaksa dal am ket ent uan ini adal ah suat u keadaan yang dapat membahayakan kesel amat an at au j iwa pengemudi kendaraan bermot or apabil a menghent ikan kendaraannya unt uk menol ong korban.

Pasal 28

Dal am hal kecel akaan yang mel ibat kan l ebih dari sat u orang pengemudi maka t anggung j awab t erhadap kerugian mat eri yang dit imbul kan dit anggung secara bersama-sama.

Pasal 29 Huruf a

Pengert ian keadaan memaksa adal ah perist iwa yang t idak dapat diel akkan at au dil uar kemampuan pengemudi unt uk mengel akkan t erj adinya kecel akaan l al u l int as.

Huruf b Cukup j el as Huruf c

Cukup j el as

Pasal 30 Ayat (1)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menjabarkan fungsi fitur aplikasi Safe Travel dalam memberikan pelayanan dan informasi dari sudut pandang pengguna; dan meneliti pengaruh

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2005, perlu menetapkan Wilayah Kerja Gas Metana Batubara, Bentuk Kontrak Kerja Sama, dan Ketentuan Pokok Kerja

Barisan aritmetika bertingkat adalah barisan bilangan yang tidak memiliki beda tetap, tetapi apabila beda itu dijadikan barisan bilangan, demikian seterusnya maka pada suatu saat

[r]

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pelelangan Nomor : 229/ULP-POKJA.JK-1/VI/2016 Tanggal 06 Juni 2016 dan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 228/ULP-POKJA.JK-1/VI/2016 Tanggal 27

Untuk keperluan pembuktian kualifikasi, diharapkan saudara membawa semua data dan informasi yang ASLI atau dokumen yang DILEGALISIR oleh pihak yang berwenang sesuai

Tujuan peninjauan itu antara lain untuk (1) Upaya sosialisasi HFA dan kebijakan turunannya baik dalam sistem maupun dalam Renas PB dan RAN PRB; (2) Untuk

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam bahasa Indonesia kata benda