• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENARCHE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENARCHE"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

USIA MENARCHE REMAJA

Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara

masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu mereka yang berumur 10-19 tahun (Depkes, 1993).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa baik secara jasmani maupun rohani.

Tahapan ini sangat menentukan bagi pribadi remaja dimana terjadi perubahan besar dan cepat

dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial/tingkah laku. Perubahan

fisik/jasmani seperti berat badan, ukuran anggota badan dan sebagainya; serta perubahan

yang lain seperti berfikir/kecerdasan, bertingkah laku, perasaan/kejiwaan yang berjalan

secara bertahap sesuai dengan umurnya (BKKBN, 2000).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan usia menarche

antara lain adalah pengaruh genetik, kondisi sosial ekonomi, kesehatan umum,

kesejahteraan, status gizi, jenis latihan fisik tertentu dan jumlah anggota keluarga. Penelitian

Burhanuddin (2007) menemukan bahwa dari 400 orang pelajar putri Bugis Kota dan Desa di

Sulawesi Selatan yang sudah menarche berusia antara 10.62 tahun sampai 15.71 tahun. Hal

ini meliputi kelompok Kota 200 orang dengan usia rata-rata 12,93 tahun dan kelompok Desa

200 orang dengan usia rata-rata 13,18 tahun pada pelajar putri Bugis. Disimpulkan bahwa

ditemukan perbedaan berat badan, status gizi, status sosial ekonomi dan aktivitas fisik

responden terhadap pencapaian usia menarche pada pelajar putri Bugis Kota dan Desa di

Sulawesi Selatan.

Ditemukan parameter pembeda terkuat melalui analisis diskriminan adalah berat badan,

sebagai pemicu percepatan usia menarche. Melalui analisis jalur terdapat aspek yang

berpengaruh langsung terhadap pencapaian usia menarche yaitu: (1) berat badan (2) status

gizi dan (3) status sosial ekonomi orang tua. Sedangkan faktor yang berpengaruh secara tidak

langsung adalah aktivitas fisik responden melalui (1) aktivitas fisik (Burhanuddin, 2007).

1. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan

fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa yang khusus

dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering

disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa

dewasa (Depkes RI, 2001).

Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1). Masa

remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja akhir

(16-19 tahun). Ciri khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman sebaya, ingin

bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. Ciri khas

tahap remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan,

mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,

berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir antara lain: pengungkapan

kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya,

dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak (Depkes RI, 2001

b

).

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ

reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan

fungsi reproduksi. Perubahan itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

(2)

tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks yaitu

terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja

laki-laki (Depkes RI, 2001

b

).

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang

meliputi : (1) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi sensitif (mudah menangis, cemas,

frustasi dan tertawa; agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,

sehingga misalnya mudah berkelahi. (2). Perkembangan intelegensia, sehingga remaja

menjadi: mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru,

sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba (Depkes RI, 2001

b

).

2. Menarche

Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah dari

alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung

pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche mengalami

perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi awal terjadi pada

usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh

dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan

menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin

faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur

10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,

dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan

sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, tergantung pada kesehatan dan

pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan

menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi

adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada

satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan

tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap

bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh

interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan

indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.

Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut

hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang.

Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak

menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat

berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding

uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah,

dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga

tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh

karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)

bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan

darah sederhana

Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan

bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh

(3)

bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur,

atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami menstruasi yang berlebihan, kondisi

yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat

berlangsung lebih lama dari periode normal (Anonim, 2008).

3. Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang

diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status

sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan

keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan menurut

Sanjatmiko (2004) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung

percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan

formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang

menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam

lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non

formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi

serta sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor- faktor yang mendukung ke

arah percepatan usia menarche remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Topik: Kesehatan Reproduksi Remaja. Menstruasi.

http://situs.kesrepro.info/krr/materi/menstruasi.htm

BKKBN. Materi Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Bagi Fasilitator. Badan

Kordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. 2000.

Burhanuddin, Sudirman. Beberapa Variabel yang Berpengaruh terhadap Usia Menarche

Pelajar Putri Bugis Kota dan Desa di Sulawesi Selatan (Suatu Pendekatan Antropologi

Ragawi Ditinjau dari Aspek Biologis dan Lingkungan. 2007.

http://www.adln.lib.unair.ac.id/

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan Remaja di Sekolah Tingkat

Lanjut. Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. Jakarta. 1993.

Departemen Kesehatan RI. Materi Inti Kesehatan Reproduksi Remaja. Depkes RI. Jakarta.

2001

a

.

Departemen Kesehatan RI, United Nations Population Found. Yang Perlu Diketahui

Petugas Kesehatan Tentang Kesehatan Reproduksi. Depkes RI. Jakarta. 2001

b

.

Ginarhayu. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri

(9 – 15 Tahun) Pada Siswi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta

Timur Pada Tahun 2002.

http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=71129&lokasi=lokal

Kartono. Psikologi Wanita. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Mandar Maju.

Bandung. 1992.

(4)

Sanjatmiko, Prihandoko. Menarche sebagai Tanda Maturitas Seksual Remaja. Faktor-Faktor

Lingkungan Sosial Budaya yang Mendukung Proses Menarche Remaja Wanita (Studi

Kasus terhadap Peer Group di Daerah Sekitar Kota Metropolitan DKI Jakarta).

http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=72329&lokasi=lokal

Rose A. Frisch dari Harvard menyatakan bahwa makin dini usia

menarche akan makin lambat usia menopause alamiah (spontaneous

menopause). Gonzales dan Villena (1997) melakukan penelitian pada

469 wanita di Peru menemukan bahwa keterlambatan usia menarche

berhubungan dengan kedinian usia menopause. Namun, Van Noord, et

al. (1997) yang meneliti 3756 wanita di Belanda tidak menemukan

korelasi antara usia menarche dan usia menopause. Data di atas

menunjukkan bahwa hubungan antara usia menarche dengan

menopause masih kontroversial (Jadi, bisa untuk judul KTI, kan? ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause antara lain adalah

merokok (bukti cukup banyak), paritas dan BMI (bukti masih

terbatas). Current smoking berhubungan secara

dosis-response dengan kedinian usia menopause, menjadi lebih awal 1,5

tahun. Multiparitas (Kehamilan lebih dari satu kali) berhubungan

dengan keterlambatan usia menopause, sedangkan nuliparitas (tidak

pernah atau tidak dapat hamil) berhubungan dengan kedinian usia

menopause. Kegemukan berhubungan dengan keterlambatan usia

menopasue. Di dunia Barat, rata-rata usia menopause alamiah adalah

51,4 tahun (95% populasi pada usia 40 - 58 tahun). Keterlambatan

usia menopause berhubungan dengan peningkatan resiko kanker

payudara, dengan peningkatan resiko 2,4 kali (Gao, et al., 2000)

sampai 6 kali (Suh, et al., 1996). Sementara itu Gao, et al. juga

menunjukkan bahwa usia menarche berhubungan secara

terbalikdengan resiko terkena kanker payudara; remaja perempuan

dengan usia menarche pada saat atau di atas 17 tahun mempunyai

resiko 30% lebih rendah terkena kanker payudara dibandingkan

dengan mereka dengan usai menarche pada saat atau di bawah usia

12 tahun, namun hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian lain.

Wasw. Wr. Wb.

(5)

Pemodelan Usia

Menarche

Dengan Regresi

Logistik Ordinal

dan Metode

CHAID

Author:

Syah, Silvana

Abstract:

Salah satu kejadian penting dalam proses pubertas seorang perempuan

adalah saat di mulainya siklus menstruasi. Pada perempuan, pubertas itu di

tandai dengan menstruasi yang pertama (menarche). Menurut penelitian

yang di lakukan Bagga dan Kulkarni (2000), usia menarche terbagi dalam

kategori: cepat (<11 tahun), Ideal (11-13 tahun), terlambat (> 13 tahun).

Cepat lambatnya menarche tergantung pada genetika, kondisi sosial

ekonomi, faktor gizi, kesehatan secara umum, gaya hidup, pengaruh musim

dan letak geografis (Thomas et al. 2000). Tujuan dari penelitian ini adalah

menyusun kurva model peluang usia menarche dan mengkaji peluang dari

faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche. Di harapkan dengan

mengetahui peluang usia menarche dapat di identifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi seorang perempuan mendapatkan menarche cepat, ideal

maupun lambat. Kurva peluang usia menarche berbentuk fungsi logistik.

Sedangkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

seorang perempuan mendapatkan menarche cepat, ideal maupun lambat di

gunakan analisis regresi ordinal logistik dan metode CHAID.

(6)

PERAWAT PROFESIONAL

ILMU KEPERAWATAN

Showing newest 1 of 23 posts from April 2008.

Show older posts

Showing newest 1 of 23 posts from April 2008.

Show older posts

Tuesday, April 29, 2008

blogfriendster

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan teori

Acut Myocard Infark (AMI) a. Pengertian

Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:

Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7) Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8) Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)

Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemia miocard dan nekrosis.10)

b. Kriteria

Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria berikut:

1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit 2) Perubahan serial EKG

3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11) c. Etiologi

Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri) mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya

(7)

pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)

Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang: 1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)

2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14) 3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15) 4) Anomali arteri koroner

5) Diseksi arteri koroner spontan 16) d. Klasifikasi

Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.

Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.

Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002 e. Patogenesis

Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis; pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi nekrosis.17)

f. Patofisiologi

Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama 20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner, sebagian besar dari miocardium distal mati .18)

Bagan 1

Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI) Insufisiensi aliran arteri koronaria ke otot jantung ¯

(8)

¯

Regangan sistolik ¯

Penurunan kemampuan ventrikel dalam berkontraksi ¯

Jantung gagal memompa (40% ventrikel kiri mengalami infark) ¯

Penurunan Curah Sekuncup ¯

Kematian jaringan perifer akibat Iskemia jaringan perifer ¯

Curah jantung rendah (syok kardiogenik) ¯

Kematian (85% akibat syok jantung)

Dirangkum dari: Guyton Athur, 2002, halaman 327 g. Morfologi

Lokasi dan luas infark tergantung pada: 1) Letak penyumbatan arteri koroner 2) Struktur anatomik pasokan darah

3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19) Tabel 1

Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI) No Regio MI Arteri Yang Tersumbat Hantaran EKG

1. Anterior Arteria koronaria desendens anterior sinistra V2 – V5 ‘lead dada anteroseptal’ biasanya pada lead I dan aVL

2. Inferior Koronaria dextra (biasanya) II, III, aVF ‘lead inferior’

3. Posterior Kanan atau sirkumfleksa V1-V2 (perubahan resiprokal), sulit dilihat, infark menyebabkan timbulnya gelombang R (bukan gelombang q) disertai depresi ST. sering bersama MI inferior

4. Lateral Arteria koronaria desendens anterior sinistra cabang sirkumfleksa atau diagonal I, aVL, V5,6 ‘Lead Lateral’

5. Septal Desendens anterior sinistra V1 – V2 6. Apikal Desendens anterior sinistra V5 – V6

(9)

h. Tanda dan Gejala

Gejala yang paling sering pada Acut Miocard Infark (AMI) adalah: 1) Keluhan utama klasik

Nyeri dada sentral yang berat seperti tertekan yang berlangsung £ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, disertai berkeringat, pucat, dan mual. 2) Kelainan lain

Aritmia, henti jantung, atau gagal jantung akut. 3) Bersifat atipik

Pada manula; kolaps atau bingung

Pada penderita Diabetes perburukan setatus metabolik atau gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.

4) Sebagian besar pasien memiliki faktor resiko atau penyakit jantung koroner yang diketahui; 50 % tanpa didahului angina.20)

i. Komplikasi

Deteksi awal dan pengobatan yang tepat dari komplikasi merupakan salah satu yang penting dalam perawatan infark miocard.

Tabel 2

Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) No. Komplikasi Interfal waktu Mekanisme

1. Mati mendadak Biasanya dalam beberapa hari Sering fibrilasi ventrikel 2. Aritmia Beberapa hari pertama Resiko penurunan curah jantung

3. Nyeri menetap 12 jam – beberapa hari Nekrosis miokard yang progresif 4. Angina Segera atau ditunda (minggu) Iskemia otot jantung yang tidak infark 5. Gagal jantung Bermacam - macam Disfungsi ventrikel mengikuti nekrosis otot aritmia

6. Ketidak mampuan mitral Beberapa hari pertama Disfungsi otot papiler, nekrosis atau ruptur

7. Perikarditis 2 – 4 hari Infark transmural dengan radang perkardium 8. Ruptur jantung (dinding ventrikel, septem, atau otot papiler) 3 – 5 hari Lemahnya dinding mengikuti nekrosis otot dan radang akut

9. Trombosis mural Satu minggu atau lebih Kelainan permukaan endotel mengikuti infark

10. Aneurisma ventrikel Empat minggu atau lebih Pengerutan jaringan kolagen yang baru

11. Sindroma Dressier (nyeri dada, demam, efusi) Minggu – beberapa bulan Autoimun

(10)

12. Emboly pulmo Satu minggu atau lebih Trombosis vena tungkai bawah

Sumber: Underwood, 2000, halaman 356 j. Pemeriksaan Diagnostik

1) EKG istirahat 2) DPL, LED, CRP

3) Enzim jantung dan isoenzim 4) Troponin I atau T

5) Ekokardiografi 6) Tes latihan

7) Arterografi koroner21) 8) Elektrolit

9) Sel darah putih

10) Kolesterol/trigliserida serum 11) Foto dada

(11)

12) Pemeriksaan pencitraan nuklir 13) Pencitraan daerah jantung 14) Angiografi koroner.22)

k. Penatalaksanaan Acut Miocard Infark.23) Bagan 2

Penatalaksanaan Acut Miocard Infark

Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2006, halaman 34.

l. Prognosis

Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai komplikasi.24)

Konsep aktivitas Pengertian

(12)

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia

memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.25) Intoleransi aktivitas yaitu suatu keadaan dimana seorang klien mempunyai energi fisiologi atau psikologi yang tidak memadai untuk meneruskan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diperlukan/diinginkan.26)

Etiologi

Pada AMI akan terjadi iskemi pada miokardial, terjadi karena miokardial kekurangan suplai oksigen, sehingga terjadi hipoksia pada jaringan

jantung.keadaan ini menyebabkan berubahnya integritas membran sel pada jantung, menyebabkan penurunan kontraktility jantung. Akibat dari penurunan daya kontraksi jantung maka darah tidak bisa dipompakan semaksimal

mungkin. Bila aktivitas meningkat maka kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi meningkat, sedangkan kontraktilitas otot jantung menurun, sehingga akan terjadi intoleransi aktivitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan/aktivitas : Tingkat perkembangan tubuh

Kesehatan fisik seperti penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi Keadaan nutrisi

Emosi

Kelemahan neuromuskuler dan sekeletal Pekerjaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau immobilisasi : Gangguan muskulosekeletal

Osteoporosis Atropi

Kontraktur

Kekakuan dan sakit sendi. Gangguan kardiovaskuler Postural hipotensi

Vasodilatasi vena

Peningkatan penggunaan valsava manuver. Gangguan sistem respirasi

Penurunan gerak pernafasan Bertambahnya sekresi paru Atelektasis

Hipostatis pneumonia. Karakteristik

(13)

Ada tiga fase rehabilitasi aktivitas pada penderita penyakit jantung. Fase I, yaitu sewaktu masih tinggal di rumah sakit, dimulai segera setelah kondisi pasien stabil; biasanya 24-48 jam setelah serangan jantung. Terapi latihan menyerupai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti duduk, berdiri dan berjalan.

Latihan fisik ringan dimaksudkan untuk mencegah penggumpalan darah. Pertama-tama dilakukan dengan menggerakkan kaki di tempat tidur. Hari berikutnya pasien duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menggantung. Gerakan tangan meliputi : meluruskan tangan sejajar pundak, membuka dan menutupnya. Sedangkan kepala menggeleng, memutar kekiri dan kekanan. Pada hari berikutnya pasien dilatih berdiri dan berjalan perlahan. Kemudian intensitas latihan ditingkatkan dengan berjalan kaki di koridor. Menjelang akhir Fase Rawat, pasien diharapkan sudah mampu berjalan sekitar 1,5 kilometer. Setiap mulai dan selesai latihan diukur nadi dan tensi serta dicatat/

didokumentasikan.

Fase II yaitu fase pasca rawat inap. Tujuan pada fase ini adalah secara progresif memperbaiki kapasitas fungsional pasien menurunkan faktor resiko, dan

menyiapkan pasien untuk kembali pada kehidupan normal dengan latihan dan penyuluhan. Aktifitasnya seperti erobik ringan sampai sedang dan aktivitas latihan kekuatan.

Fase III : program pemeliharaan. Hendaknya memberikan kesempatan pada pasien untuk melanjutkan program yang diperoleh dari fase I dan fase II.

Penatalaksaan keperawatan pada pasien Acut miocard infark dalam beraktivitas Pengkajian keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI

Data subjektif:

(14)

Klien mengatakan nyeri dada, jantung berdebar-debar, sesak nafas, pusing, vertigo selama dan setelah beraktivitas.

Data objektif:

Menolak/takut untuk melakukan pergerakan.

Tekanan darah meningkat atau menurun selama dan sesudah aktivitas. Frekuensi jantung meningkat atau menurun selama dan sesudah aktivitas. Kulit pucat.

Pernafasan cepat/tachypnea selama dan sesudah aktivitas.

Perubahan gambaran EKG: tachycardi/bradycardi, aritmia, iskemia selama dan sesudah aktivitas.

Lemah, gelisah.

Diagnosa keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI

”Aktivitas yang tidak toleran berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan perifer/tidak kecukupan oksigen untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari.”27)

Rencana keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI 1) Hasil yang diharapkan

a) Kelemahan berkurang

b) Berpartisipasi dalam perawatan diri

c) Klien mengatakan pusing berkurang/hilang d) Expresi wajah tampak cerah/tidak kesakitan

e) Mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin

f) Klien menunjukkan kestabilan tanda vital (110/70 – 120/80 mmHg)

g) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan/peningkatan ke nilai normal

2) Perencanaan Mandiri ;

a) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.

Rasional:

Adanya disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung extra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau.28)

(15)

b) Raba nadi (radial, karotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo, (penuh, kuat), dan simetris. Catat adanya pulsus alternans, nadi bigeminal, atau defisit nadi.

Rasional:

Perbedaan frekuensi, kesamaan, dan keteraturan nadi menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.29) Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan/kekuatan nadi.

Ketidakteraturan diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut/pantau.30) c) Auskultasi tekanan darah. Bandingkan kedua tangan dan diukur dengan tidur, duduk, dan berdiri bila bisa.

Rasional:

Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardia dan rangsang vagal. Namun, hipertensi juga fenomena umum,

kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin, dan atau masalah vaskular sebelumnya. Hipotensi orthostatik mungkin berhubungan dengan komplikasi infark contoh gagal jantung kongestif.31)

d) Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran.

Rasional :

Tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan rangsangan sistemik. Takikardi terjadi sebagai respon saraf simpatis dan berlanjut sebagai

kompensasi penurunan curah jantung.32)

e) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera Rasional :

Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan nyeri atau memerlukan peningkatan dosis obat. Selain itu, nyeri berat dapat menimbulkan syok dengan merangsang system saraf simpatis mengakibatkan kerusakan lanjut.

f) Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing dan teknik distraksi

Rasional :

Membantu dalam menurunkan persepsi atau respon nyeri. Membantu memberikan kontrol situasi, meningkatkan perilaku positif.

g) Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan tepat. Rasional:

Kelebihan latihan meningkatkan konsumsi /kebutuhan oksigen dan mempengaruhi fungsi miokardia.

(16)

jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.33)

Rasional:

Melakukan aktivitas kembali secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung.34)

i) Auskultasi bunyi nafas Rasional:

Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.35)

Kolaborasi ;

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional :

Meningkatkan jumlah iksigen yang ada untuk pemakaian miokard dan juga mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemik jaringan.36) Kaji ulang seri EKG

Rasional :

Pada infark myocad akan dijumpai tanda-tanda ‘deep Q wave pattern’ atau kompleks QS yang abnormal, elevasi atau depresi ST dan gelombang T yang terbalik.37)

Berikan obat-obat trombolitik sesuai indikasi. Rasional :

Melarutkan bekuan darah dalam arteri.

Intervensi keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI 1) Identifikasi respon klien terhadap aktivitas:

Observasi nadi, tekanan darah, dan pernafasan saat istirahat dan setelah aktivitas.

Hentikan aktivitas bila ditemukan: i. Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo.

ii. Frekuensi nadi menurun/gagal untuk meningkat. iii. Tekanan darah sistolik menurun.

iv. Frekuensi diastolic meningkat 15 mmHg. v. Frekuensi pernafasan menurun.

2) Tingkatkan aktivitas secara bertahap:

Untuk klien yang sedang atau pernah tirah baring lama, mulai lakukan rentang gerak sedikitnya 2 x sehari.

Rencana waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.

Beri suport pada klien dalam melakukan aktivitas gerak dan beri penghargaan atas apa yang sudah dicapai.

(17)

3) Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas: Luangkan waktu istirahat selama aktivitas.

Anjurkan lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali bila tidak memungkinkan.

Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia jantung. Ajarkan pernafasan efektif.

Untuk klien dengan insufisiensi paru-paru kronik, ajarkan pernafasan diafragmatik:

Letakkan tangan perawatdiatas abdomen dibawah dasar iga klien dan tetap berada di tempat ini sementara klien menghirup udara.

Untuk inhalasi, klien harus merelaksasikan bahunya, hirup melalui hidung dan dorong lambung melawan tangan perawat, tahan nafas selama 1-2 detik untuk menjaga alveoli terbuka.

Untuk ekshalasi, klien harus menghembuskan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut, sementara perawat memberikan sedikit tekanan pada dasar iga klien.

Anjurkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara bertahap. 4) Kolaborasi dengan dokter untuk:

Terapi; Diit;

Rehabilitasi.

Evaluasi keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI

Klien mampu bertoleransi terhadap aktivitas secara optimal sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

Kerangka teori Bagan 3

(18)

Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menjawab pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?

Bagaimana perumusan diagnosa keperawatan terkait masalah pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)? Bagaimana perencanaan keperawatan untuk masalah pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)? Bagaimana pelaksanaan intervensi yang berhubungan dengan masalah

pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?

Bagaimana evaluasi keperawatan yang berhubungan dengan diagnosa masalah pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?

Salah satu aspek penting perawatan pasien MI adalah pengkajian keperawatan. Penkajian dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang informasi status terkini pasien sehingga setiap perubahan bisa diketahui sesegera mungkin. Pengkajian sistematis mencakup riwayat yang cermat khususnya berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.

1) Tingkat aktivitas sehari-hari a) Pola aktivitas sehari-hari

b) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik 2) Tingkat kelelahan

Aktivitas yang membuat lelah Riwayat sesak nafas

3) Gangguan pergerakan

Penyebab gangguan pergerakan Tanda dan gejala

Efek dari gangguan pergerakan

4) Pemeriksaan fisik Tingkat kesadaran Postur/bentuk tubuh

(19)

1 Skoliosis 2 Kiposis 3 Lordosis 4 Cara berjalan Ektremitas Kelemahan Gangguan sensorik Tonus otot Atropi Tremor

Gerakan tak terkendali Kekuatan otot Kemampuan jalan Kemampuan duduk Kemampuan berdiri Nyeri sendi Kekakuan sendi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan teori

Acut Myocard Infark (AMI) a. Pengertian

Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:

Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7) Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8) Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)

Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemia miocard dan nekrosis.10)

b. Kriteria

Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria berikut:

1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit 2) Perubahan serial EKG

3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11) c. Etiologi

(20)

Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri) mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya

berhubungan dengan fisura plak pada titik stress regangan tinggi (misalnya pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)

Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang: 1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)

2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14) 3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15) 4) Anomali arteri koroner

5) Diseksi arteri koroner spontan16) d. Klasifikasi

Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.

Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.

Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002 e. Patogenesis

Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis; pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi nekrosis.17)

f. Patofisiologi

Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama 20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner, sebagian besar dari miocardium distal mati .18)

(21)

Bagan 1

Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI) Insufisiensi aliran arteri koronaria ke otot jantung ¯

Tak berfungsinya otot jantung dan tak mampu berkontraksi dengan kuat ¯

Regangan sistolik ¯

Penurunan kemampuan ventrikel dalam berkontraksi ¯

Jantung gagal memompa (40% ventrikel kiri mengalami infark) ¯

Penurunan Curah Sekuncup ¯

Kematian jaringan perifer akibat Iskemia jaringan perifer ¯

Curah jantung rendah (syok kardiogenik) ¯

Kematian (85% akibat syok jantung)

Dirangkum dari: Guyton Athur, 2002, halaman 327 g. Morfologi

Lokasi dan luas infark tergantung pada: 1) Letak penyumbatan arteri koroner 2) Struktur anatomik pasokan darah

3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19) Lihat tabel 1.

Tabel 1

Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI) No Regio MI Arteri Yang Tersumbat Hantaran EKG

1. Anterior Arteria koronaria desendens anterior sinistra V2 – V5 ‘lead dada anteroseptal’ biasanya pada lead I dan aVL

2. Inferior Koronaria dextra (biasanya) II, III, aVF ‘lead inferior’

3. Posterior Kanan atau sirkumfleksa V1-V2 (perubahan resiprokal), sulit dilihat, infark menyebabkan timbulnya gelombang R (bukan gelombang q) disertai

(22)

depresi ST. sering bersama MI inferior

4. Lateral Arteria koronaria desendens anterior sinistra cabang sirkumfleksa atau diagonal I, aVL, V5,6 ‘Lead Lateral’

5. Septal Desendens anterior sinistra V1 – V2 6. Apikal Desendens anterior sinistra V5 – V6

Sumber: Davey, 2006, halaman 144; Silvia Anderson, 2003, 538. h. Tanda dan Gejala

Gejala yang paling sering pada Acut Miocard Infark (AMI) adalah: 1) Keluhan utama klasik

Nyeri dada sentral yang berat seperti tertekan yang berlangsung £ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, disertai berkeringat, pucat, dan mual. 2) Kelainan lain

Aritmia, henti jantung, atau gagal jantung akut. 3) Bersifat atipik

Pada manula; kolaps atau bingung

Pada penderita Diabetes perburukan setatus metabolik atau gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.

4) Sebagian besar pasien memiliki faktor resiko atau penyakit jantung koroner yang diketahui; 50 % tanpa didahului angina.

i. Komplikasi

Deteksi awal dan pengobatan yang tepat dari komplikasi merupakan salah satu yang penting dalam perawatan infark miokard. Lihat tabel 2.

Tabel 2

Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) No. Komplikasi Interfal waktu Mekanisme

1. Mati mendadak Biasanya dalam beberapa hari Sering fibrilasi ventrikel 2. Aritmia Beberapa hari pertama Resiko penurunan curah jantung

3. Nyeri menetap 12 jam – beberapa hari Nekrosis miokard yang progresif 4. Angina Segera atau ditunda (minggu) Iskemia otot jantung yang tidak infark 5. Gagal jantung Bermacam - macam Disfungsi ventrikel mengikuti nekrosis otot aritmia

6. Ketidak mampuan mitral Beberapa hari pertama Disfungsi otot papiler, nekrosis atau ruptur

7. Perikarditis 2 – 4 hari Infark transmural dengan radang perkardium 8. Ruptur jantung (dinding ventrikel, septem, atau otot papiler) 3 – 5 hari

(23)

Lemahnya dinding mengikuti nekrosis otot dan radang akut

9. Trombosis mural Satu minggu atau lebih Kelainan permukaan endotel mengikuti infark

10. Aneurisma ventrikel Empat minggu atau lebih Pengerutan jaringan kolagen yang baru

11. Sindroma Dressier (nyeri dada, demam, efusi) Minggu – beberapa bulan Autoimun

(24)

Sumber: Underwood, 2000, halaman 356 j. Pemeriksaan Dignostik

1) EKG istirahat 2) DPL, LED, CRP

3) Enzim jantung dan isoenzim 4) Troponin I atau T

5) Ekokardiografi 6) Tes latihan

7) Arterografi koroner 8) Elektrolit

9) Sel darah putih

10) Kolesterol/trigliserida serum 11) Foto dada

12) Pemeriksaan pencitraan nuklir 13) Pencitraan daerah jantung 14) Angiografi koroner.

k. Penatalaksanaan Acut Miocard Infark. Lihat bagan 2.

Bagan 2

(25)

Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2006, halaman 34.

l. Prognosis

Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai komplikasi.

Fisiologi Curah Jantung m. Curah Jantung Normal

Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta oleh jantung setiap menit. Merupakan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi dan bertanggung jawab untuk transportasi substansi – substansi ke dan dari

jaringan. Aliran balik vena dan curah jantung harus setara satu sama lain kecuali untuk beberapa denyut jantung pada suatu waktu bila darah untuk sementara disimpan atau dikeluarkan dari jantung dan paru – paru.

(26)

jantung meningkat sebanding dengan luas permukaan tubuh disebut sebagai indeks jantung, yaitu curah jantung per meter persegi luas permukaan tubuh. Faktor yang berpengaruh terhadap pengaturan curah jantung:

1) Aliran balik vena

2) Mekanisme Frank Starling 3) Refleks Bainbridge

Aliran darah hampir selalu meningkat bila konsumsi oksigen jaringan juga meningkat.

n. Curah Jantung Yang Rendah Secara Patologis

Penurunan curah jantung adalah pemompaan darah yang tidak adekuat oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penyebab penurunan curah jantung dapat dibedakan menjadi:

1) Faktor – faktor jantung yang menyebabkan penurunan nilai batas

pemompaan yang diperlukan untuk mengalirkan darah adekuat ke jaringan. Misalnya:

(a) Infark miocard yang berat

(b) Penyakit katup jantung yang berat (c) Miocarditis

(d) Tamponade jantung

(e) Kekacauan metabolisme jantung

2) Penurunan Aliran Balik Vena yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain: (a) Penurunan volume darah

(b) Dilatasi vena acut

(c) Penyumbatan vena – vena besar.

Beberapa tanda dan gejala sebagai defining characteristics dari penurunan curah jantung yaitu:

Altered Heart Rate/Rhythm

a) Arhytmia (takhycardia, bradycardia) b) Palpitasi

c) Elektro cardiography (ECG) changes. Altered Preload

Distensi vena jugularis Fatigue

Edema Murmur

(27)

Peningkatan/penurunan Pulmonal Arteri Wedge Pressure (PAWP) Weight gain. Altered afterload Cold/clammy skin Nafas pendek/dyspnea Oliguria

Perpanjangan capillary refill Penurunan nadi perifer

Variations in blood pressure readings

Penurunan/peningkatan Sistemic vascular resistance (SVR) Penurunan/peningkatan Pulmonal vascular resistance (PVR) Perubahan warna kulit.

Altered contractility a) Crackles

b) Cough

c) Orthopnea/paroxysmal nocturnal dyspnea d) Cardiac Output < 4 L/menit

e) Cardiac Index < 2,5 L/menit

f) Penurunan fraksi ejeksi, Stroke Volume Index (SVI), Left Ventricular Stroke Work Index (LVSWI)

g) Bunyi Jantung S3 dan S4. Behavioral/emotional

anxiety Restlessness.

Fisiologi Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)

Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) sebagai etiologi perununan curah jantung a) Ventricular septal ruptur

b) Papilary Muscle Ruptur (Acute Mitral Regurgitation) c) Free Wall Rupture

d) Pseudoaneurisma

e) Left ventricular failure dan cardiogenic syock f) Right Ventricular failure

g) Ventrikel Aneurisym

h) Dynamic Left Ventricular Outflow Obstruction i) Arrytmia

Skema Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI) Lihat bagan 3.

(28)

BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

Karies gigi atau pembusukan gigi adalah suatu kerusakan destruktif progresif dan mengenai jaringan-jaringan gigi yang mengalami perkapuran. 1)

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi :

Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental Adanya bakteri jenis Streptococcus dan Lactobacillus

Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti : permen, coklat. Faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan, usia dan jenis kelamin, DM,TBC.

Berdasarkan survei Litbankes, prosentase angka kesakitan gigi menduduki peringkat ke-6 terbanyak (SKRT 1992). Di Indonesia prevalensi karies gigi tetap diperkirakan 60-80% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan survei

kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral Kesehatan Gigi pada tahun 1995 di 10 propinsi di Indonesia (1984-1988) pada daerah kota anak umur 8 tahun mempunyai prevalensi karies 45,2%, rata-rata 0,94, anak umur 12 tahun sebesar 76,62% rata-rata 2.21, sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai prevalensi kariesnya 73,2& dengan rata-rata 2,69. 2)

Adanya interaksi antara faktor penyebab karies, merupakan awal terjadinya lesi karies gigi. Hasil laporan penelitian-penelitian di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan adanya prevalensi yang cukup tinggi pada anak usia prasekolah. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan, Klaten. Hasil survei pendahulu di dapatkan lebih separuh dari 42 anak

mengalami karies gigi. Rumusan Masalah

“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan, Klaten tahun 2006?”

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak TK di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten

(29)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui proporsi karies gigi pada anak TK di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.

b. Mengetahui ciri-ciri anak TK dengan karies gigi berdasarkan usia, makanan, jenis kelamin dan kebiasaan sehari-hari seperti menggosok gigi di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah bahan masukan untuk pihak sekolah maupun orang tua seiswa dalam mencegah karies gigi pada siswa di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.

Ruang Lingkup Penelitian 3. Ruang Lingkup Keilmuan

Keperawatan anak dan kebutuhan dasar manusia khususnya menambah pengetahuan tentang kesehatan gigi anak.

4. Ruang Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah anak usia prasekolah di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.

Ruang Lingkup Masalah :

Masalah pada penulisan ini dibatasi usia, jenis kelamin, suku bangsa, bentuk gigi, jenis makanan yang sering dikonsumsi dan pola pemeliharaan gigi. 5. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini mengambil lokasi di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten. 6. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini didasarkan pada tahun 2006. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teori 3)

(30)

Sumber : Suwelo, I.S. 1992 Nurachman, Elly. 2001 Pertanyaan Penelitian

“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten?”

BAB III

METODE PENELITIAN Jenis

1. Berdasarkan Metode

Dalam penelitian ini menggunakan survei deskriptif 2. Berdasarkan Tujuan

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif 3. Berdasarkan Manfaat

Penelitian ini merupakan penelitian aplikatif 4. Berdasarkan Tempat

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada komunitas anak-anak Taman Kanak-Kanak.

Definisi Operasional NO Variabel

Subvariabel Definisi Operasional Skala Parameter

1 Karakteristik anak yang menderita karies gigi. Segala ciri anak yang menderita karies gigi meliputi :

a. Usia

b. Jenis kelamin c. Suku bangsa d. Bentuk gigi

(31)

e. Janis makanan yang sering dikonsumsi f. Pola pemeliharaan gigi Naminal

Sub. Variabel : a. Usia

Umur anak dalam tahun dan bulan pada saat pendaftaran pada saat diadakan penelitian Naminal

b. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan Naminal

c. Suku Bangsa Merupakan kelompok etnis/ras yang meliputi : 1. Jawa

2. Sunda 3. Batak

4. Dayak Naminal

d. Bentuk Gigi Penampilan gigi yang meliputi : 5. Bentuk/ukuran

6. Susunan gigi 7. Keteraturan

8. Kondisi permukaan 9. Keutuhan Naminal

e. Jenis Makanan Yang Sering Dikonsumsi Makanan/minuman yang paling sering dikonsumsi dan berkaitan dengan kejadian karies gigi Naminal

f. Pola Pemeliharaan Gigi Kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan gigi agar tidak terjadi karies gigi yang meliputi :

1) Frekuensi menggosok gigi 2) Kaontrol dokter gigi

Populasi dan Sampel 5. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi TK Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten sebanyak 42 orang.

6. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswa TK Pertiwi Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten sebanyak 42 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.

(32)

Jenis Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner untuk wawancara dan observasi.

Pengolahan Data 7. Editing

8. Koding 9. Tabulating Analisa Data

Data penelitian diolah dengan teknik univariate yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel silang dan tabel frekuensi.

10. Tabel frekuensi merupakan deskriptisasi

11. Tabel silang merupakan hasil pengelompokan data dari tabel frekuensi data yang diperoleh akan dianalisa menggunakan analisa prosentasi sebagai berikut : 0% : Tidak ada

1% - 24% : Sebagian kecil

25% - 49% : Kurang dari separuh 50% : Separuh

51% - 74% : Lebih dari separuh 75% - 99% : Sebagian basar 100% : Seluruh nya

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Data penelitian ini di peroleh langsung dari siswa-siswi di TK Pertiwi Kemudo II dengan menggunakan kuisioner dan lembar observasi kepada responden yang mengalami karies gigi. Jumlah siswa di TK Pertiwi Kemudo II tahun 2006 adalah 42 dan yang menderita karies gigi sebanyak 24 anak (57,14%). Variabel

penelitian ini adalah karakteristik anak yang menderita karies gigi. B. Pembahasan

Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan penelitian dapat

mengetahui karakteristik yang paling banyak muncul pada anak yang menderita karies gigi di TK Pertiwi Kemudo Prambanan Klaten, yaitu :

1. Berdasarkan Usia

(33)

berusia lebih dari 6 tahun 2. Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83 %) anak yang menderita karies berjenis kelamin perempuan.

3. Berdasarkan Suku Bangsa

Dari hasil penelitian, seluruh (100%) anak yang menderita karies gigi berasal dari suku Jawa.

4. Bentuk Gigi

Dari hasil penelitian, sebagian kecil (8,33%) anak yang menderita karies gigi memiliki gigi yang tidak teratur yaitu gigi yang berjejal.

5. Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi

Dari hasil penelitian, kurang dari separuh (25%) yang menyukai makanan manis tetapi sebagaian besar (75%) menyukai makanan lunak.

6. Berdasarkan Pola Pemeliharaan Gigi

Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83%) menggosok gigi dua kali sehari tetapi seluruhnya (100%) cara menggosok giginya tidak berurutan.

BAB V PENUTUP Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 24 anak yang menderita karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

1. Proporsi karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II adalah sebanyak 57,14%.

2. Lebih dari separuh anak yang menderita karies gigi berusia lebih dari enam tahun berjenis kelamin perempuan dan karakteristik yang paling menonjol adalah seluruh anak (100%) menggosok gigi dengan cara yang tidak berurutan. Saran

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini termasuk dalam penelitian tingkat satu. Maka dari itu bagi peneliti berikutnya diharapkan melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu tentang hubungan antara karies gigi dengan nutrisi, pola gigi atau nutrisi selama

kehamilan.

4. Bagi Puskesmas

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 57,14% anak yang menderita karies gigi, berplak sedang. Maka dari itu diharapkan agar petugas Puskesmas memberikan

(34)

penyuluhan tentang karies gigi dan latihan menggosok gigi yang benar. KUESIONER

Identitas Responden Nama :

Umur :

Sudah Menstruasi atau belum :

Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan cara memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut anda paling tepat. Menurut pendapat saudara apakah yang anda ketahui tentang Menarche ? A. Perdarahan pertama kali yang siklik dari rahim sebagai tanda bahwa alat kandungan menuaikan faalnya.

B. Nyeri pada daerah perut sampai pinggang disertai dengan perdarahan pada daerah kelaminnya.

C. Perdarahan pada daerah alat kelamin yang disebabkan oleh penyakit. Menurut pendapat saudara hormon apa yang mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita adalah ?

D. Somatotropon E. Androgen F. Estrogen

Menurut pendapat saudara, apabila seorang perempuan menginjak masa pubertas tanda yang paling awal nampak adalah ?

G. Mengalami menstruasi H. Pertumbuhan payudara

I. Pertumbuhan rambut diketiak dan sekitar kemaluan

Menurut pendapat Saudara, apabila seorang perempuan menginjak masa pubertas tanda yang paling akhir nampak adalah ?

J. Mengalami menstruasi K. Pertumbuhan payudara

L. Pertumbuhan rambut diketiak dan disekitar kemaluan

Menurut pendapat saudara hormon apa yang mempengaruhi pertumbuhan ? M. Hormon Ganadotropik

N. Hormon Tirotropik O. Hormon Somatotropik

Menurut Saudara normalnya seorang perempuan akan mengalami menstruasi yang pertama kali umur berapa ?

(35)

P. 4 – 10 tahun Q. 10 – 16 tahun R. 16 – 22 tahun

Menurut pendapat saudara apakah yang dimaksud dengan masa subur pada seorang wanita ?

S. Masa yang akan dialami oleh setiap wanita sebelum menstruasi pertama kali tiba

T. Masa dimana seorang wanita yang sudah menstruasi pertama kali dan berisiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual

U. Penurunan fungsi organ reproduksi pada wanita setelah masa haid berakhir Menurut pendapat Saudara salah satu faktor eksternal yang mempercepat seorang perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali adalah ? V. Faktor gizi yang baik

W. Faktor keamanan yang terjamin X. Faktor pendidikan yang layak

Menurut pendapat saudara, salah satu faktor internal yang mempercepat seorang perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali adalah ? Y. Faktor intelegensi yang tinggi

Z. Faktor keturunan

AA. Faktor keamanan yang tinggi

Menurut pendapat saudara, jarak yang normal siklus menstruasi berapa hari sekali ?

BB. 21 hari CC. 28 hari DD. 35 hari

Menurut pendapat saudara, darah menstruasi berasal dari ? EE. Lapisan dinding vagina

FF. Saluran kencing

GG. Lapisan dinding rahim

Menurut pendapat saudara, kehamilan pada seorang wanita dapat terjadi karena apa ?

HH. Melakukan hubungan seksual sebelum menstruasi pertama kali tiba II. Melakukan hubungan seksual sesudah menstruasi pertama kali tiba

JJ. Jika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa subur setelah dilakukan pemotongan di kedua saluran telur (tubectomy)

Menurut pendapat saudara, kapankah organ reproduksi wanita menunaikan faalnya ?

(36)

LL. Pada saat sel telur sedang berfungsi dengan teratur MM. Pada saat timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder

Menurut pendapat saudara normalnya seorang perempuan mengalami mensturasi berapa lama ?

NN. 3 – 7 hari OO. 7 – 11 hari PP. 11 – 15 hari

Nyeri yang hebat pada perut yang sukar ditahan dan mencengkeram (kejang) biasanya terjadi pada waktu ?

QQ. Sebelum menstruasi RR. Pada waktu menstruasi SS. Sesudah menstruasi JADWAL WAKTU PENELITIAN NO KEGIATAN W A K T U Oktober November Desember I II III IV I II III IV I II III IV 1 BAB I

2 BAB II 3 BAB III 4 KUESIONER

JADWAL WAKTU PENELITIAN No Kegiatan W A K T U

Agustus September Oktober November Desember I II III IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Penyusunan Proposal

2 Ujian Proposal 3 Pengumpulan Data 4 Olah Data

5 Penyusunan Laporan Penelitian 6 Ujian K.T.I

DAFTAR PUSTAKA

Data Kesiswaan Tahun Pelajaran 2007/2008 SLTP N I Prambanan Klaten

Evelyn Billing, Metode Ovulasi Billing, Kepustakaan Populer, Gramedia, Jakarta 2004

(37)

Kingston Berly, Mengatasi Nyeri Haid, Arcan, 1995

Kartono Mohamad, Kontradiksi dalam Kesehatan Reproduksi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998

Nursalam, Metodologi Riset Keperawatan, CV Infomedika, Jakarta, 2001 Sarwano Prawiroharjo, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 1981 Sastra Winata Sulaiman, Obstetri Fisiologi, Elemen, Bandung, 1983

Notoatmodjo Soekidjo, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta 1995

Notoatmodjo Soekidjo, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, 1993.

Winkel W. S, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta 1996 WWW. acicis Murdech. edu.qu/ni 15 Mei 2007 pukul 19.07 WWW. Clitoris.com 1 April 2007 pukul 12.00

WWW.depkes.Co.Id 1 April 2007 pukul 12.00 WWW. Kes repro.info.Com 1 April pukul 12.00 WWW. Menarage.Com 1 April 2007 pukul 12.00 WWW. Mum.Org.Com 1 April 2007 pukul 12.00 WWW.journal Unair.ac.id 1 April 2007 pukul 12.00

(38)

KUNCI JAWABAN A C B A C B B A B B C B B A A

Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun perubahan mental, waktu anak berusia remaja menemukan kesempatan untuk mencoba yang baru. Pada tahun 2000, kaum muda berumur 14 sampai 24 tahun berjumlah 43,3 juta orang, merupakan 21% penduduk Indonesia yang merupakan tulang punggung negeri ini dan bagian dari masyarakat, yang perlu pendidikan dan bimbingan lengkap demi masa depannnya. Saat ini para remaja sangat dipengaruhi oleh media massa, termasuk internet, film dan musik. Secara umum, kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide baru dan lebih intensif mempergunakan teknologi baru untuk mencari informasi yang berkaitan dengan alat reproduksi. Kemudahan dalam medapatkan informasi tentang hal-hal yang menyangkut tentang organ reproduksi merupakan salah satu faktor yang mempercepat seseorang menginjak masa pubertas.

(39)

WWW.acicis.Murdech.edu.qu/ni

option=com_content&task=view&id=120&Itemid=29 1 April 2007 Jam 12.00

Kurangnya informasi tentang reproduksi khususnya menarche pada remaja putri dapat berdampak terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi yang dapat berdampak negatif antara lain : depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, gelisah sukar tidur, sakit kepala, perut kembung. Sedang dampak positif antara lain : seorang gadis mulai

menyesuaikan sikapnya, bahwa dirinya telah tumbuh dewasa. Dalam masa pancaroba itu ia mulai keluar dari ketergantungan kepada keluarganya, mampu menentukan sikap dalam menghadapi konflik, mampu memutuskan beberapa norma yang harus diambilnya dari luar, serta beberapa banyak ajaran orang tuanya yang dia terima. Dan pada saat inilah ia merasakan adanya dorongan baru, sesuatu tarikan terhadap lawan jenis, serta telah berfungsinya organ reproduksi untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang ibu. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dampak dari menarche sangat berbagai macam, ada baiknya remaja putri mengetahui pentingnya informasi tentang menarche, sehingga ia dapat berindak dengan baik dan benar, sehingga ia tahu apa yang harus dia lakukan pada saat mengalami menstruasi serta dampak negatif dari menstruasi dapat ditekan seminimal mungkin. Pengetahuan tentang menstruasi dapat distimulus dari berbagai faktor diantaranya : sosial ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman. Angka kejadian haid yang pertama kali (menarche) banyak terjadi pada jenjang SLTP.

WWW.Kesrepro Info.com/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.Pdf 1 April 2007 Jam 12.00

Menarche merupakan titik permulaan si gadis menginjak masa puber (masa kedewasaan), yang dipengaruhi oleh kelenjar hipofisis yang terletak persis dibawah otak, dibawah pengaruh jam biologis, memberi tanda pada indung telur untuk mulai memproduksi hormon esterogen dalam jumlah yang memadai untuk pembesaran payudara pematangan organ-organ seksual dan perubahan emosi. Rahim juga mengalami perubahan hormonal, yang memungkinkan terjadinya menstruasi dan sebagai persiapan untuk kehamilan. Sehingga bila seseorang telah mengalami menarche sangat beresiko jika melakukan hubungan sexual

(40)

dapat berakibat kehamilan pranikah, aborsi ilegal yang berbahaya atau “Married-By-Accident”

WWW.depkes.go.id 1 April 2007 LAPORAN PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS VIII SLTP TENTANG MENARCHE DI SLTP N I

PRAMBANAN KLATEN JAWA TENGAH TAHUN 2007

Disusun Oleh :

Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko NIM : 252187

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

2007

LAPORAN PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS VIII SLTP TENTANG MENARCHE DI SLTP N I PRAMBANAN KLATEN JAWA TENGAH TAHUN 2007

Disusun oleh :

Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko NIM : 252187

(41)

Karya Tulis Ilmiah ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui pada tanggal 12 Februari 2008

Pembimbing,

C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kep KARYA TULIS ILMIAH

Dipertahankan di depan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi

Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta dan diterima Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III

Keperawatan Pada tanggal 20 Februari 2008

Mengesahkan

Direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta

C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp NIK. 198310006

Penguji :

C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp ……… Agnes Mahayanti, S.Kep.,Ns ……… MOTTO

PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL

(42)

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SLTP N I Prambanan Kecamatan Prambanan, Klaten tahun 2007 22

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Menstruasi di SLTP I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten tahun 2007 23

Tabel 3 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche

Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 24

Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon yang Mempengaruhi Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada Wanita Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 25

Tabel 5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas Yang Nampak Paling Awal Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,

Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 26

Tabel 6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas Yang Nampak Paling Akhir Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,

Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 27

Tabel 7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon Pertumbuhan Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten

Tahun 2007 28

Tabel 8 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Normalnya Umur Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 29

Tabel 9 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Masa Subur Pada Seorang Wanita Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 30

Tabel 10 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Eksternal Yang Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan

(43)

Tabel 11 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Internal Yang Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan

Prambanan, Klaten Tahun 2007 32

Tabel 12 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Siklus Menstruasi Yang Normal Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten

Tahun 2007 33

Tabel 13 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Asal Darah Menstruasi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun

2007 34

Tabel 14 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Kehamilan Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun

2007 35

Tabel 15 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Berfungsinya Organ Reproduksi Wanita Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan

Prambanan, Klaten Tahun 2007 36

Tabel 16 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Lamanya Seorang Wanita Mengalami Menstruasi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 37

Tabel 17 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,

Klaten Tahun 2007 38

Tabel 18 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 39

Tabel 19 Tabel Silang Antara Umur dengan Tingkat pengetahuan Remaja Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 40

Tabel 20 Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan,

(44)

Tabel 21 Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Umur Remaja Putri Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun

2007 42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner Lampiran 2. Lembar Kunci Jawaban Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4. Hasil Pengkodean dan Tabulating Lampiran 5. Rencana Jadwal Penelitian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN MOTTO iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN viii DAFTAR ISI ix ABSTRAK x KATA PENGANTAR xi BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 Tinjauan Teori 6

1. Perkembangan Seksual Wanita 6 2. Pubertas 7

3. Menarche 8 4. Fisiologi Haid 10

(45)

5. Dismenore 11 6. Pengetahuan 13 Kerangka Teori 16

Pertanyaan Penelitian 16

BAB III METODE PENELITIAN 17 Jenis Penelitian 17

Desain Penelitian 18 7. Definisi Operasional 18 8. Populasi dan Sampel 18 9. Teknik Pengumpulan Data 19 10. Instrumen Pengumpulan Data 19 11. Pengolahan Data 19

12. Analisa Data 20

BAB IV HASIL PENELITIAN 21 BAB V PEMBAHASAN 43 BAB VI PENUTUP 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ABSTRAK

Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko NIM : 252187

Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di SLTP N 1 Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007

Tanggal Uji : 20 Februari 2008

Pembimbing : C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp

Judul Pustaka : 8 buku (1981-2004) 7 akses internet (2007) Jumlah Halaman : XI, 51 halaman, daftar pustaka, lampiran

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu dari banyak manifestasi pubertas dan remaja awal pada anak perempuan. Pada periode pubertas ini terjadi proses pematangan kelenjar-kelenjar seksual dan dapat terjadi antara usia 12-16 tahun. Yang diteliti dalam tingkat pengetahuan pada remaja putri kelas VIII SLTP N 1 Prambanan meliputi dari usia, status

menstruasi, pengertian menarche, perkembangan seksual wanita, pubertas, fisiologi haid, dismenore. Tujuan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survey deskriptif, dimana peneliti ingin menggambarkan bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP N 1 Prambanan Tentang

(46)

Menarche.

Penelitian ini menggunakan total population yaitu seluruh anggota populasi yang sudah ataupun belum menstruasi menjadi anggota sampel. Adapun teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik angket, berupa data primer yang didapatkan dari remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten. Hasil penelitian yang dilakukan adalah lebih dari separuh (67,13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Penelitian ini menyarankan bagi pihak sekolah agar memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar generasi muda tidak berhenti di tengah jalan dalam mengenyam pendidikan, dan untuk peneliti berikutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu : Hubungan antara ras dan gizi dengan umur menarche pada remaja putri pedesaan dan perkotaan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan di Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

Ibu C. Sri Ujiningtyas, S. Kp selaku Direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta dan Pembimbing Teknis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Bapak Ign Gonggo Prihatmono, SKM dan Bapak A.Y Sutedjo, SKM selaku dosen pengampu riset dan pengembangan keperawatan.

Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Penulis, BAB III

(47)

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

1. Berdasarkan Metode

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang urgen terjadi pada masa kini. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa adanya manipulasi dan peneliti tidak

mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi.1)

2. Berdasarkan Tujuan

Penelitian ini termasuk penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fakta-fakta yang ada atau ditemukan serta huibungannya dengan teori.

3. Berdasarkan Manfaat

Penelitian ini merupakan penelitian terapan (aplied Research) karena menerapkan berbagai disiplin ilmu untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang Menarche.

4. Berdasarkan Tempat

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada situasi yang sebenarnya.

Desain Penelitian 5. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala Parameter

1. Tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche Segala sesuatu yang diketahui Remaja Putri tentang Menarche meliputi :

1. Pengertian Menarche

2. Perkembangan seksual wanita 3. Pubertas

4. Fisiologi haid

5. Dismenore (Nyeri haid)

Diukur dengan 15 pertanya-an dengan kriteria untuk setiap pertanyaan : -1 Skore benar 1

-2 Skore salah 0 ordinal Nilai parameter : Skore 0 – 5 = Rendah

Skore 6 – 10 = Sedang Skore 11 – 15 = Tinggi

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Umur Siswa (12-16 tahun) di SLTPN 2 Genteng Kecamatan  Genteng Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 15 Juli 2009.
Tabel 4.2 Distribusi Gizi Siswa di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng  Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 15 Juli 2009.
Tabel 4.5 Distribusi Gizi SiswaTerhadap Tingkat Kecemasan pada tanggal 16 Juli  2009.
Tabel 4.6 Tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche pada tanggal  16 Juli 2009.

Referensi

Dokumen terkait

58 BCAP BHAKTI CAPITAL INDONESIA Tbk BSRE1 - BSR INDONESIA PT.. BSRE1 - BSR

Puji syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir

Masalah lain yang timbul disini adalah, ketika pada tahun 1989 pemerintah Georgia, telah memutuskan untuk menetapkan bahasa Georgia menjadi bahasa resmi pemerintah

Tim Pengabdian kepada Masyarakat akan mengadakan kegiatan PKM guna untuk memperkenalkan tteok yang merupakan makanan khas Korea dengan memberikan pelatihan keterampilan

Hasil evaluasi pada Tabel 7 memperlihatkan nilai akurasi yang sangat tinggi pada seluruh dataset yang mencapai rataan 81%, nilai ini memang tidak terlalu tinggi

Sehubungan dengan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sumber dana DIPA Tahun Anggaran ...(tahun) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, yang sesuai Surat Perjanjian

 Status pekerjaan yang mendominasi tenaga kerja di Provinsi Riau pada periode Agustus 2015 adalah buruh/karyawan, yaitu sebesar 46,29 persen, hal yang sama

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kapur dan bahan organik, menentukan perlakuan yang paling baik dan dosis optimum kapur dan