• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN SNH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN SNH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAG

STROKE NON HEMORAGIK ( SNH

IK ( SNH ))

Disusun Oleh : Disusun Oleh : SAMROH SAMROH (P17420211O92) (P17420211O92)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN

PRODI KEPERAWATAN

PURWOKERTO

PURWOKERTO

2013

2013

(2)

KONSEP DASAR

KONSEP DASAR

STROKE NON HEMORAGIK ( SNH )STROKE NON HEMORAGIK ( SNH )

I.

I. STROKE NON HEMORAGIK ( SNH )STROKE NON HEMORAGIK ( SNH ) A.

A. PENGERTIANPENGERTIAN

 Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadakStroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak

suplai arteri otak

 Stroke non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,Stroke non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,  progresi cepat

 progresi cepat berupa deficit berupa deficit neurologis fokal neurologis fokal atau global atau global yang berlangsung 24yang berlangsung 24  jam

 jam atau atau lebih lebih atau atau langsung langsung menimbul menimbul kematian kematian yang yang disebabkan disebabkan oleholeh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000)

gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000)

 Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli danStroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008)

Muttaqin, 2008)

B.

B. KLASIFIKASIKLASIFIKASI

Menurut Tarwoto, dkk (2007) Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan Menurut Tarwoto, dkk (2007) Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan  berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu:

 berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu: a)

a) TIA (Trans Ischemic Attack)TIA (Trans Ischemic Attack)

Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.  b)

 b) Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.

minggu dan maksimal 3 minggu. c)

c) Stroke in Volution (progresif)Stroke in Volution (progresif)

Perkembangan stroke terjadi perlahan

Perkembangan stroke terjadi perlahan

 – 

 – 

  lahan sampai akut, munculnya gejala  lahan sampai akut, munculnya gejala makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa jam atau beberapa makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.

hari. d)

d) Stroke KomplitStroke Komplit

Merupakan Gejala gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil selama Merupakan Gejala gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil selama  periode waktu

(3)

yang timbul bersifat menetap atau permanent, dari sejak awal serangan dan sedikit tidak ada perbaikan

C. ETIOLOGI

Stroke Non Hemorajik dapat di klasfikasikan menjadi 2 bagian di tinjau dari  penyebabnya Yaitu:

a) Stroke embolik

Stroke embolik adalah bekuan atau gumpalan darah yang terbawa aliran darah  bagian lain tubuh ke dalam otak sumber embolik selebral yang paling sering adalah jantung dan arteri karotis riwayat penyakit demam reumatik, fibrirasi atrium ( tersering) infrark miokardium dan kelainan katup jantung biasanya rentan terkena stroke embolik khususnya bila mereka mengalami kelainan irama jantung ( arit Mia) (Thomas DJ 1996)

 b) Sroke trombotik

Trombotik selebral dapat menjadi akibat proses penyempitan ( arterioskleosis). Pembuluh nadi otak dengan derajat yang sedang / berat dan adanya perlambatan sirkulasi selebral keadaan ini sangat berhubungan erat dengan usia, tetapi dapat  pula di timbulkan oleh tekanan darah tinggi dan resiko lainnya seperti diabetes  beserta kadar lemak termasuk kolesterol yang tinggi dalam darah.

Menurut Arif Muttaqin (2008) penyebab Stroke non hemoragik diakibatkan oleh:

a) Thrombosis (pembekuan cairan di dalam pembuluh darah otak) yang terjadi  pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia  jaringan otak yang dapat menimbulkanoedema dan kongesti disekitarnya. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak: Ateroskelosis, hiperkoagulasi pada polisetimia, arthritis dan emboli

 b) Embolisme Serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh  bekuan darah, lemak, dan udara. Menurut Arif Muttaqin (2008) faktor

 – 

 faktor

resiko stroke non hemoragik adalah: Hipertensi, Diabetes Mellitus, merokok, minum alkohol, strees dan gaya hidup yang salah, Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), Kolesterol tinggi, Penyalahgunaan obat (kokain), makanan lemak dan faktor usia.

(4)

D. FAKTOR RISIKO STROKE

Pernah terserang stroke

Hipertensi

Penyakit jantung

Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis, gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh dara

h karotis, klaudikasio intermiten ( nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada

Diabetes melitus

Polisitemia (banyak sel-sel darah)

Kadar lemak darah yang tinggi

Hematrokit tinggi

Merokok

Obesitas

Kadar asam urat tinggi serta kurang olahraga

E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001) menjelaskan ada enam tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:

a) Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)

 b) Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.

Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:

1) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan  bicara.

(5)

2) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif. 3) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari

sebelumnya.

c) Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang  paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat

kehilangan penglihatan

d) Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh

e) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam  pemahaman, lupa dan kurang motivasi.

f) Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik.

F. PATHOFISIOLOGI

Adanya aterotrombosis atau emboli dapat memutuskan aliran darah otak (cerebral blood flow/CBF). Nilai normal CBF adalah 53 ml/100 mg jaringan otak/menit, Jika CBF < 30 ml/100 mg/menit maka dapat mengahkibatkan terjadinya iskemik, Dan jika CBF < 10 ml/100 mg/menit maka otak kekurangan oksigen lalu terjadi proses fosforilasi oksidatif terhambat dan produksi ATP (energi) berkurang mengahkibatkan pompa Na-K-ATPase tidak berfungsi, hal ini memicu depolarisasi membran sel saraf berupa pembukaan kanal ion Ca disertai kenaikan influks Ca secara cepat yang berakibat gangguan Ca homeostasis (Ca merupakan signalling molekul yang mengaktivasi berbagai enzim) dapat memicu proses biokimia yang bersifat eksitotoksik dimana dapat terjadi kematian sel saraf (nekrosis maupun apotosis), gejala yang timbul tergantung pada saraf mana yang mengalami kerusakan/kematian.

(6)

G. PATHWAY

Menurut Lumbantobing (1994), Price dan Wilson (1996): Multifaktor penyebab dan predisposisi stroke

Arteri menyempit oleh trombus, embolus dan penguapan.

Arteri menyempit tersumbat

Suplay darah ke otak berkurang

ISKEMIK Terkena pada syaraf ke VII (Nervus VII) motoris (fasialis) Area pada  pusat bicara Kelumpuhan area motorik di otak Gangguan  penglihatan, disorientasi: ataksia Kelumpuhan anggota gerak  badan/tubuh Fungsi  pengecap menurun Kerusakan komunikasi verbal Gangguan  persepsi sensori Terkena pada saraf ke-12 (Hipoglosus) Imobilitas fisik Defisit  perawatan diri Harga diri rendah Ansietas Kurang  pengetahuan Menelan terganggu/ tidak simetris

Ketidak seimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh

(7)

H. KOMPLIKASI

Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cidera (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2137)

a) Hipoksia serebral

Otak bergantung pada ketersedian oksigen yang dikirimkan ke jaringan.  b) Penurunan darah serebral

Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas  pembuluh darah serebral.

c) Luasnya area cidera

Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibralsi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan diagnostik

a) CT scan (Computer Tomografi Scan) : Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

 b) MRI (Magnatik Resonan Imaging) untuk menunjukkan area yang mengalami infark, hemoragik.

c) Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

d) Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.

e) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.

f) Elektro Encephalografi (EEG) Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

(8)

2. Pemeriksaan laboratorium

a) Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak mengandung darah atau jernih.

 b) Pemeriksaan darah rutin

c) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. (Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.)

d) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

J. PENATALAKSANAAN

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

 b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan

c) Tanda-tanda vital diusahakan stabil d) Bed rest

e) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia f) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

g) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi

h) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik

i) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK

 j)  Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT

k) Penatalaksanaan spesifik berupa:

 Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat

hemoragik

 Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan

(9)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Pengumpulan data 1) Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,  pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,

nomor register, diagnose medis. 2) Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)

3) Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,  pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,

mual, muntah, seak nafas muabahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)

4) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D.Ignativicius, 1995)

5) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus (Hendro Susilo, 2000)

6) Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,  pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

(10)

7) Pola-pola fungsi kesehatan a) Pola nutrisi dan metabolism

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah  pada fase akut.

 b) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

c) Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah

d) Pola tidur dan istirahat

e) Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot

f) Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

g) Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

h) Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan  pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses  berpikir.

i) Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa  pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis

histamin.

 j) Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh

(11)

l) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

 b. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum

Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara

Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi 2. Pemeriksaan integument

Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda -tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu

Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis . Rambut : umumnya tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : bentuk normocephalik

Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu si si Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

4. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan reflex batuk dan menelan.

5. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung

6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine 7. Pemeriksaan ekstremitas

(12)

8. Pemeriksaan neurologi

- Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central. - Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh. - Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi. - Pemeriksaan reflex

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan reflex patologis.(Jusuf Misbach, 1999)

c. Analisa Data

 No Data Fokus Etiologi Problem

1. Ds : Nyeri kepala, kejang,  penurunan kesadaran. Do : Hipertensi, ku lemah

Ketidak efektifan sirkulasi darah ke otak

Ketidak seimbangan perfusi  jaringan 2. Ds : Do : Dipsnoe, RR : 24-36x/ menit

Obstruksi jalan nafas Pola nafas tidak efektif 3. Ds : Do : Mual, muntah Ketidak mampuan  pemasukan, susah menelan. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 4. Ds : Kelemahan anggota

gerak badan sebelah / kelumpuhan separoh. Do : Kekuatan otot volunter

0-1 Kerusakan neuromuskuler Kerusakan mobilitas fisik. 5. Ds :

Do : Bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi. Gangguan neuromuskuler Gangguan komunikasi verbal. 6. Ds : Bau badan Do : Kelemahan fisik

Kelemahan fisik Devisit perawatan diri

7. Ds :Keluarga bertanya mengenai penyakit pasien Do : Keluarga nampak belum  paham mengenai kondisi  pasien

Kurang informasi Kurang

 pengetahuan

8. Ds :

Do : Badrest

(13)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak seimbangan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan ketidak efektifan sirkulasi darah ke otak

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan, susah menelan.

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler 5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler 6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawat annya berhubungan dengan kurang informasi

8. Risiko injury berhubungan dengan badrest total

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

 Dx 1 : Ketidak seimbangan perfusi jaringan jaringan serebral berhubungan dengan  berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah ke otak

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan efektif.

 NOC : Perfusi jaringan : serebral Kriteria hasil:

-

Tidak ada tanda

 – 

tanda peningkatan TIK (skala 4 )

-

Tanda

 – 

tanda vital dalam batas normal (skala 4 )

-

Tidak adanya penurunan kesadaran (skala 4 )

 NIC : Peningkatan perfusi serebral Intervensi

1. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

Rasional : Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepa

2. Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart

Rasional : Untuk mengetahui tingkat perkembangan klien sebagai pengukur 3. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

(14)

4. Pantau tekanan darah

Rasional : Untuk mengetahui sebagai pedoman pengukuran

5. Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan  penglihatan kabur

Rasional : Untuk mengetahui sebagai pedoman pengukuran 6. Pantau suhu lingkungan

Rasional : Untuk mengetahui sebagai pedoman pengukuran 7. Pantau intake, output, turgor

Rasional : untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien 8. Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah

Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan  potensial terjadi perdarahan ulang

9. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai Rasional : untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien

10. Tinggikan kepala 15-45 derajat

Rasional : Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral

11. Berikan oksigen sesuai indikasi Rasional : agar mudah bernafas 12. Kolaborasi obat sesuai indikasi

Rasional : Agar tidak ada sumbatan dalam pembuluh darah yang dapat memperparah kondisi

 Dx 2 : Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat  pernapasan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharrapkan pola nafas efektif.

 NOC : Airway patency Kriteria hasil:

-

RR 16-24 x permenit (Sala 4)

-

Ekspansi dada normal (Sala 4)

-

Sesak nafas hilang / berkurang (Sala 4)

-

Tidak suara nafas abnormal (Sala 4)

(15)

 NIC : Airway manageman Intervensi :

1. Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.

Rasional : Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas 2. Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas 3. Berikan posisi yang nyaman : semi fowler

Rasional : agar pasien nyaman

4. Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan Rasional : untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien 5. Berikan oksigenasi sesuai advis

Rasional : agar mudah dalam bernafas 6. Kolaborasi obat sesuai indikasi

Rasional : agar tidak terjadi konmplikasi

 Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi adekuat.

 NOC : Status nutrisi Kriteria Hasil :

a. Tidak terjadi penurunan berat badan (skala 4)

 b. Asupan nutrisi adekuat (skala 4)

c. Tidak terjadi tanda-tanda malnutrisi (skala 5)  NIC : Manajemen nutrisi

Intervensi :

1. Kaji status nutrisi pasien.

Rasional : Untuk memudahkan dalam pemberian nutrisi yang dibutuhkan 2. Ketahui makanan kesukaan pasien.

Rasional : memudahkan dalam pemberian nutrisi 3. Timbang berat badan pada interval yang tepat.

Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan berat badan 4. Anjurkan makanan sedikit tapi sering.

(16)

5. Sajikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk yang menarik. Rasional : menggugah selera makan

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat. Rasional : agar pemberian nutrisi yang dibutuhkan tepat

7. Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana untuk memenuhinya

Rasional : agar tidak salah dalam pemberian nutrisi

 Dx 4 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan mobilisasi.

 NOC:

- Mobility Level - Self care : ADLs Kriteria Hasil:

- Klien meningkat dalam aktivitas fisik (skala 4) - Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas (skala 4)

- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan  berpindah (skala 4)

- Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker) (skala 4)

 NIC :

Latihan : gerakan sendi (ROM)

1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik 2. Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan 3. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk program latihan 4. Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama latihan 5. Jaga keamanan klien

6. Bantu klien untuk mengoptimalkan gerak sendi pasif manpun aktif. 7. Beri reinforcement positif setipa kemajuan

Terapi latihan : kontrol otot

(17)

Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.

2. Evaluasi fungsi sensorik

Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan

3. kaji dan catat kemampuan klien untuk keempat ekstremitas, ukur vital sign sebelum dan sesudah latihan

rasional : Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

4. Kolaborasi dengan fisioterapi

Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisiotherapis.

5. Beri reinforcement positif setipa kemajuan

Rasional : Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi

 Dx 5 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kemampuan komunikasi verbal meningkat.

 NOC: Kemampuan komunikasi: penerimaan Kriteria Hasil :

- menggunaan isyarat nonverbal (skala 4 ) - Penggunaan bahasa tulisan, gambar (skala 4 )

- Peningkatan bahasa lisan (skala 4 )

 NIC :

Mendengar aktif:

1. Kaji kemampuan berkomunikasi 2. Jelaskan tujuan interaksi

3. Perhatikan tanda nonverbal klien

4. Klarifikasi pesan bertanya dan feedback. 5. Hindari barrier/ halangan komunikasi

(18)

Peningkatan komunikasi: Defisit bicara

1. Libatkan keluarga untuk memahami pesan klien

Rasional : Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien

2. Sediakan petunjuk sederhana

Rasional : Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien

3. Perhatikan bicara klien dengan cermat

Rasional : Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi

4. Gunakan kata sederhana dan pendek

Rasional : Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien

5. Berdiri di depan klien saat bicara, gunakan isyarat tangan.

Rasional : Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi

6. Beri reinforcement positif

Rasional : Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi

7. Dorong keluarga untuk selalu mengajak komunikasi dengan klien

Rasional : Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif

8. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara

Rasional : Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan  benar

 Dx 6 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatn diharapkan klien dapat melakukan  perawatn diri secara optimal.

 NOC : Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Kriteria Hasil :

- Klien terbebas dari bau badan (skala 4)

- Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs (skala 4)

(19)

- Dapat melakukan ADLS dengan bantuan (skala 4)

 NIC : Self-care assistant : ADLs Intervensi

1. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari

 – 

 hari Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kebutuhan klien. 2. Sediakan kebutuhan yang diperlukan untuk ADL

Rasional : Agar pasien tetap terjaga kebersihan dirinya 3. Bantu ADL sampai mampu mandiri.

Rasional : Agar upaya meningkatkan kemandirian dalam higine tercapai 4. Latih klien untuk mandiri jika memungkinkan.

Rasional : Agar kemandirikan pasien terlatih

5. Anjurkan, latih dan libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien sehari-hari

Rasional : Agar pasien tetap terjaga kebersihan dirinya

6. Berikan reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan klien.

Rasional : Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi

 Dx 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya  berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan keluarga klien meningkat.

 NOC : Knowledge : disease process Kriteria Hasil :

- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,  prognosis dan program pengobatan. (skala 4 )

- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara  benar. (skala 4 )

- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan  perawat/tim kesehatan lainnya. ( skala 4 )

(20)

 NIC : Teaching : disease process Intervensi

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang proses penyakit

Rasional : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga dan klien 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit dan tanda gejala penyakit

Rasional : agar pasien memahami kondisi penyakitnya

3. Beri gambaran tentaang tanda gejala penyakit kalau memungkinkan Rasional : agar pasien memahami kondisi penyakitnya

4. Identifikasi penyebab penyakit

Rasional : agar pasien mengetahui penyebab penyakitnya

5. Berikan informasi pada keluarga tentang keadaan pasien, komplikasi  penyakit.

Rasional : agar pengetahuan klien meningkat

6. Diskusikan tentang pilihan therapy pada keluarga dan rasional therapy yang diberikan.

Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluaraga

7. Berikan dukungan pada keluarga untuk memilih atau mendapatkan  pengobatan lain yang lebih baik.

8. Jelaskan pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluaraga

 Dx 8 : Resiko tinggi injuri berhubungan dengan badrest total

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi injury.

 NOC : Status risiko

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami injury  NIC : Kontrol risiko

Intervensi

1. Berikan posisi dengan kepala lebih tinggi. Rasional : agar pasien nyaman

2. Kaji tanda-tanda penurunan kesadaran.

Rasional : agar tidak terjadi penurunan kesadaran 3. Observasi TTV

(21)

4. Atur posisi pasien untuk menghindari kerusakan karena tekanan. Rasional : agar pasien nyaman

5. Beri bantuan untuk melakukan latihan gerak.

Rasional : agar pasien merasa semangat dalam latihan 6. Bantu untuk miring kanan miring kiri

Rasional : mencegah terjadinya injury

Keterangan skala :

1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan D. EVALUASI DX I

-

Tidak ada tanda

 – 

tanda peningkatan TIK (skala 4 )

-

Tanda

 – 

tanda vital dalam batas normal (skala 4 )

-

Tidak adanya penurunan kesadaran (skala 4 ) DX II

-

RR 16-24 x permenit (Sala 4)

-

Ekspansi dada normal (Sala 4)

-

Sesak nafas hilang / berkurang (Sala 4)

-

Tidak suara nafas abnormal (Sala 4)

DX III

- Tidak terjadi penurunan berat badan (skala 4)

- Asupan nutrisi adekuat (skala 4)

(22)

DX IV

- Klien meningkat dalam aktivitas fisik (skala 4)

- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas (skala 4)

- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah (skala 4)

- Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker) (skala 4)

DX V

- menggunaan isyarat nonverbal (skala 4 ) - Penggunaan bahasa tulisan, gambar (skala 4 )

- Peningkatan bahasa lisan (skala 4 )

DX VI

- Klien terbebas dari bau badan (skala 4)

- Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs (skala 4)

- Dapat melakukan ADLS dengan bantuan (skala 4)

DX VII

- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,  prognosis dan program pengobatan. (skala 4 )

- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara  benar. (skala 4 )

- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan  perawat/tim kesehatan lainnya. ( skala 4 )

DX VIII

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Sudarnth.2002. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta:EGC Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid2.Jakarta.Media Aesculapius Mutaqin, Arif.2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System

 Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika.

Tarwoto,Wartonah.2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan System  Persarafan.Jakarta:Sagung Seto

 NANDA. 2008.  Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta : Prima Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakefektifan Perfusi Jaringan..., RIANA SAFITRI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012.. b) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian

Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi, penyakit  jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat stroke

Penyebab stroke hemoragik diantaranya adalah kerusakan aliran darah pada jaringan parenkim otak di sekitarnya akibat penumpukan dan neurotoksisitas komponen darah hemoragik dapat

Angina Pektoris diperkirakan karena berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen

Stroke terbagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik, stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah yang mensuplai ke otak terhambat oleh gumpalan

ke otak dari bagian tubuh yang lain).. 3) Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak). 4) Hemorhagi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan. perdarahan kedalam

Hal ini dapat terjadi karena penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, kolesterol, atau plak lemak stroke iskemik, atau akibat pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah