• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Pertanian Sumbar bbi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinas Pertanian Sumbar bbi"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BENIH UNGGUL SUMATERA BARAT

BENIH UNGGUL SUMATERA BARAT

Meningkatkan Produksi

Menyejahterakan Petani

Meningkatkan Produksi

Menyejahterakan Petani

SUMA

TERA

BARA

T MENINGKA

(2)

KATA PENGANTAR

P

UJI

S

YUKURKAMIPANJATKAN

K

EHADIRAT

ALLAH SWT

ATASRAHMATDANKARUNIANYA

,

SEHINGGATERSUSUNNYABUKU

K

EGIATAN

B

ENIH

B

ERMUTUUNTUK

K

ESEJAHTERAAN

P

ETANI

K

ITAYANGDILAKSANAKANOLEH

UPTD B

ALAI

B

ENIH

I

NDUK

P

ADI

, P

ALAWIJADAN

H

ORTIKULTURA

S

UMATERA

B

ARAT

.

Buku ini disusun sebagai salah satu upaya pendokumentasian kegiatan pembenihan yang diharapkan dapat menjadi bahan rreferensi bagi kita semua dalam mengembangkan industri perbenihan menuju masyarakat tani Sumatera barat yang sejahtera.

Dalam buku ini kita dapat membaca berbagai permasalahan dan peluang dalam dunia perbenihan kita. Semoga buku ini menjadi salah satu pedoman bagi kita untuk terus berupaya meningkatkan ketersediaan benih bermutu bagi para petani kita.

Terimakasih kita sampaikan kepada tim penulis yang telah menyusun dan menghimpun segala data sehingga buku ini terwujud. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November 2014 Kepala UPTD BBI-TPPH

ttd

Ir. GUSNADI ABDA

(3)

PENDAHULUAN

B

ENIHMERUPAKANSALAHSATUKOMPONENDALAMBUDIDAYATANAMANYANGTIDAKDAPAT DIGANTIKANDENGANYANGLAIN

. P

ENGGUNAANBENIHYANGBERMUTUMERUPAKANSALAHSATU

KUNCIKEBERHASILANUNTUKMENINGKATKANPRODUKSI DANPRODUKTIVITAS

. M

UTUBENIH TERDIRIDARIASPEKKEBENARANVARIETAS

,

MUTUFISIK

,

MUTU FISIOLOGIS

,

DANSTATUS

KESEHATANNYA

.

Mengingat bahwa sampai saat ini masih banyak petani yang menggunakan benih yang dibuat sendiri, tanpa diketahui asal usulnya dan digunakan berulang-ulang, maka tentunya mutu benih tersebut semakin lama semakin menurun mutunya sehingga kemungkinan besar tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Oleh karena itu perlu ada pemasyarakatan benih bermutu untuk memberikan pemahaman pada petani manfaat penggunaan benih dengan mutu yang terjamin yang diharapkan dapat meningkatkan produksi/produktivitas.

Pemasyarakatan benih bermutu dilakukan melalui penyediaan/fasilitasi benih bermutu untuk didistribusikan kepada masyarakat dengan melakukan pembinaan dan atau demplot, penyebarluasan pengenalan varietas baru melalui leaflet, pameran atau media massa lainnya.

Fasilitasi benih bermutu ditujukan untuk : 1). Masyarakat (petani), 2). Mendukung program Peningkatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan khusus untuk benih tanaman buah. 3). Organisasi wanita sesuai permintaan.

Buku ini adalah himpunan dari kegiatan pengembangan perbenihan di Sumbar yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi kita dalam upaya peningkatan penggunaan benih bermutu hortikultura dalam mendukung pengembangan hortikultura, serta meningkatnya pengetahuan petugas dan penangkar benih bermutu hortikultura.

Kepala UPTD BBI-TPPH

ttd

Ir. GUSNADI ABDA

(4)

D

AFTAR

I

SI

KATA PENGANTAR i

PENDAHULUAN ii

Riwayat BBI TPPH Sumbar

Perbenihan Nan Strategis 1

Hulu Benih Unggul dari Tujuh Satgas BBI 3

UPTD BBI Lubukminturun

Benih Bersemi Inspirasi Tergali 5

Balai Benih Induk Hortikultura Kabupaten Solok

Penyuplai Benih, Penopang Wisata 7

Kondisi Umum Sumatera Barat 9

Potret Pertanian Indonesia

Semua Bermula dari Benih Bermutu 13

Pembangunan Pertanian Sumbar

Solusi Penjawab Kemiskinan Kita 15

Budaya dan Membudayakan

Ketahanan Pangan di Sumatera Barat 17

Wawancara dengan Ir. Djoni

Horti Park Impian Sumbar

Menuju Agrowisata 19

Sumbar Produsen Utama Komoditas Sayuran & Buah-buahan 23

Bercakap-cakap dengan Ir. Djoni

Benih Pertanian dan Kearifan

Lokal Minangkabau 25

Peran dan Upaya UPTD BBI TPPH

Menjawab Ketahanan Pangan Perkuat Sistem Produksi Pelopor Penggunaan

Benih Bermutu 29

Perbanyakan Benih Dasar Padi (BS-BD)

Dari Batang Piaman Hingga Kuruik Kusuik Belasan Ribu Kg Benih Siap Sebar 31

Perbanyakan Benih Dasar Jagung (BS-BD)

Ribuan Kilogram Varietas Sukmaraga Lulus Benih Sumber Kelas BD 37

Perbanyakan Benih Dasar Kedele (BS-BD)

Ribuan Kg Kedele Varietas Anjasmoro Lulus Benih Sumber Kelas BD 39

Perbanyakan Benih Dasar Kacang Tanah (BS-BD)

Total Benih 1400 Kg Lulus Uji Labor 45

Ketika Sukses Lampaui Target!

(5)

Perbanyakan Benih Pokok

Capai Target Produksi 51

Florikultura dan Sumbar Berbunga 53

Sumbar Perbanyak Benih Florikultura 55

Ketika Ratusan Ribu Benih Florikultura

Menyebar 63

Setengah Juta Benih Bunga

Mempercantik Wajah Sumbar 67

Ketersediaan Benih Unggul

Tanaman Buah 69

Ratusan Ribu Benih Durian Siap Disebar!76

Menyiapkan Benih Kwalitas Ekspor 77

Gerakan Penyejahteraan Petani dan Nelayan pada 124 Nagari

Ratusan Ribu Benih Buah Nan Berbuah

Sejahtera 79

Masalah dan Peluang

Industri Perbenihan 81

Mengkaji Industri Perbenihan Kita 83

Masa Depan Kentang Makin Terang 85

Penguatan Lembaga Perbenihan dalam Ketersediaan Benih Bermutu yang Sangat Strategis

Bagus Benih Buah

Rancak Panen Berlindak 86

Kentang

Komoditas Hortikultura Strategis Pangan89

Sistem Perbanyakan

Benih Kentang Bermutu 93

Sertifikasi Benih Kentang 111

Hama dan Penyakit pada

Perbenihan Kentang 121

Benih Bermutu Kunci Keberhasilan 129

Jambore Varietas Sukses

Pemasyarakatan Benih Bermutu 131

Ketersediaan Benih Tanaman Obat 133

(6)

Sesubur-subur tanah, sebagus-bagus pupuk, sehebat-hebat kita mengendalikan hama, jikamana benihnya tak bermutu, panen akan serasa hampa. Begitu sangat penting nilai sebuah benih. Untuk itu kepedulian pada benih sebelum bertanam perlu ditanamkan lebih dulu . Tepat sekali bilamana, bobot tergantung bibit. Hasil panen, tak bisa dilepas dari benih.

Dan apa dan bagaimana pentingnya sebuah balai benih?

Balai Benih Induk Tanaman Padi Palawija dan Hortikulturan (BBI TPPH) Sumatera Barat merupakan unit peleksana teknis yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Suma-tera Barat. Sebagai perpanjang tangan dinas dimaksud, maka fungsi dari BBI TPPH Sumatera Barat adalah

RIWAYAT BBI TPPH SUMBAR

PERBENIHAN NAN STRATEGIS

H

ULUDARI SUKSESPERTANIAN ADALANBENIH

. T

ANPABENIH

BERMUTU MUSTAHILAKAN

MENGHASILKAN PANENYANG

BAGUS

. F

UNGSIBENIHBAGI

DUNIAPERTANIAN KITASANGAT

PENTING DANSTRATEGIS

. K

ETIKA

HASIL PANENJAUHDARI

HARAPANPETANI

,

DISAATMANA

HAMAMAMPUDIKENDALIKAN

,

PERTANYAANPEMUNGKASNYA

ADALAH APADANBAGAIMANA

(7)

mengoptimalkan pelayanan kebutuhan masyarakat, terutama di bidang penyediaan benih sumber, yaitu benih unggul bermutu guna upaya peningkatan produksi dan produktivitas.

Yang harus dicapai BBI adalah berkembangnya penggunaan benih unggul dan meningkatnya produksi dan pengembangan potensi daerah sebagai sentra produksi hortikultura. Namun dalam pencapaian tersebut masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain sistem komunikasi dengan konsumen dalam memberikan informasi ketersediaan benih unggul yang ada.

Perbenihan merupakan subsektor industri hulu yang berperan strategis. Ketersediaan dan penggunaan benih yang memenuhi aspek kuantitas dan kualitas sangat berpengaruh terhadap produktivitas, mutu hasil dan sifat ekonomis produk agribisnis.

BBI senantiasa dalam upaya perwujudan hasil yang optimal dalam konsep pengembangan yang terarah. Semua itu tentu saja dengan mempertimbangkan potensi dari semua komponen terkait. Maka dari itu kegiatan-kegiatan pengembangan perbenihan baik tanaman pangan maupun hortikultura dilaksanakan dengan penanganan secara terpadu dan berkesinambungan mulai dari hulu hingga hilir yaitu dari penciptaan varietas, pengadaan,penyaluran, bahkan sosialisasi benih sumber dan benih sebar serta pengawasan mutu di bidang produksi dan peredaran benih yang dilakukan secara seksama.

UPTD BBI TPPH Sumatera Barat berdiri dalam landasan hukum Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat nomor 32 tahun 2003 tanggal 1 November 2003. Strukturnya; Kepala, Kel Jafung dan Kasubag Tata Usaha, Kasi Pembibitan dan Produksi serta Kasi Pengembangan dan Pemeliharaan. UPTD ini membawahi 7 balai benih induk yang dipimpin Kepala Satuan Tugas serta 1 labor kultur jaringan.

Visinya adalah terwujudnya rumah tangga petani yang sejahtera melalui upaya peningkatan produksi dan produktivitas dengan menggunakan benih unggul. Visi tersebut diurai dalam beberapa misi yakni mengembangkan teknologi perbenihan tepat guna dan mudah dilaksanakan, meningkatkan kualitas SDM perbenihan, meningkatkan efisensi dan mutu produksi dalam usaha tani yang berkelanjutan dan berwasan lingkungan, memberdayakan seluruh potensi (SDM dan sarana) menjadi BBI mandiri.

(8)

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya , UPTD BBI TPPH memiliki 7 unit Balai Benih Induk (BBI) dan 1 unit labor Kultur Jaringan yang tersebar di berbagai daerah di Sumbar. Masing-masing BBI tersebut dinamakan Satuan Tugas yang dipimpin Kepala Satuan Tugas yang dibantu staf pendukung serta sarana prasarana perbenihan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan produksi benih di Sumbar.

Guna pelaksanaan kegiatan perbenihan, Kepala UPTD BBI TPPH melaksanakan kordinasi dengan Bidang Pangan dan Bidang Hortikultura, UPTD BPSBTPH serta UPTD Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sumbar.

HULU BENIH UNGGUL

DARI TUJUH SATGAS BBI

B

ERPEDOMANPADA

K

EPUTUSAN

M

ENTERI

P

ERTANIAN NOMOR

347/K

PTS

/O

T

.210/6/2003

TENTANG

P

EDOMAN

P

ENGELOLAAN

B

ALAI

B

ENIH

T

ANAMAN

P

ANGANDAN

H

ORTIKULTURA

,

MAKABALAI BENIH MEMPUNYAITUGAS

;

MEMPRODUKSI BENIHDASAR

(BD/G2/BF)

DAN

B

ENIH

P

OKOK

(BP/G3/BPMT),

MENINGKATKAN KETERAMPILAN

DI BIDANGPERBENIHAN

,

MELAKUKANPEMURNIAN

KEMBALI SUATUVARIETASDI

DAERAH

-

DAERAH

,

MELAKUKAN

PENGUJIAN

,

MELAKUKAN

OBSERVASIDIBIDANGTEKNOLOGI

PERBENIHAN

,

BAIKDI LAPANGAN

,

PENYIMPANAN MAUPUN

PENGOLAHANSERTA

MEMBERIKANINFORMASI

(9)
(10)

Di sini tersedia benih jeruk (BF) dalam berbagai varie-tas seperti S. Banjar, S. Madu, K. Kacang, K. Madura, K. Tejakula, K. Batu-55, K. Trigas, G. Omeh, Pamelo, Raja dan Ratu. Benih Durian dalam varietas Sunan, Sukun, Hepe dan Matahari. Sementara benih rambutan tersedia dalam varietas Binjai, Padang, Bulan, Aceh, Lebak, Bulus dan Korong G. Belimbing dalam varietas Kapur, Kunir, Demak, Wuluh serta duku dan melinjo lokal, jambu air dalam

UPTD BBI LUBUKMINTURUN

BENIH BERSEMI

INSPIRASI TERGALI

B

ALAI

B

ENIH

I

NDUK

(BBI)

L

UBUKMINTURUN ADALAH

BBI

DALAMTATAANALAMNAN

ANGGUN

. I

ABERDIRIDIATAS

LAHANSELUAS

8

HEKTARE

. D

ARI

LUASITU

,

SEPEREMPATHEKTARE

DIGUNAKAN UNTUKBANGUNAN

DAN

3,35

HEKTAREUNTUK

LAHANUSAHA

. S

ELENGKAPNYA

,

DI LAHANTERSEBUT

, 2

HEKTARE

UNTUKTANAMAN BUAH

-

BUAHAN

;

0,25

HEKTAREUNUTKTANAMAN HIAS DAN

0,10

HAUNTUK

TANAMAN OBAT

.

(11)

varietas lokal, cincalo, merah dan pink.

Produksi bibit yang dihasilkan dalam berbagai komoditi seperti jeruk, mangga, manggis, ram-butan, durian. Sirsak, jambu biji, anggrek, pisang, kentang dan krisan.

BBI Lubukminturun dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana pendukung. Adapun sarana yang dimiliki seperti 2 unit kantor, 3 unit screen house, shadeng net, rumah kaca, 3 unit scadiloot, 2 unit gudang sarana, 2 unit gudang alsin, 1 unit labor kultur jaringan, 1 unit ruang pertemuan, 1 unit clinic tanaman hias, 1 unit rumah kepala, mess serta dilengkapi dengan berbagai sarana produksi seperti traktor,cangkul, parang, pisau okulasi, gunting, gerobak, hand sprayer dan mesin potong rumput.

BBI Lubukminturun selain penyuplai benih unggul juga penyuplai rasa yang menjadi sumber inspirasi bagi pengunjungnya. Ia dalam tata alam yang indah dalam aliran air gunung yang jernih mengalir di antara bantaran sungai mini seukuran sedepa orang dewasa. Bunyi air mengalir bagaikan musik bak mendendangkan benih yang mengakar di hati di atas lahan yang kelak menyebar di atas lahan kesejahteraan petani kita.

Konsep agrowisata jelas sudah terbias di kawasan ini. Pada akhirnya, akan menjelma menjadi taman horti atau hortipark. Di sini, juga menjadi tempat edukasi bagi pecinta berbagai tanaman horti.

Fasilitas yang lengkap memenuhi BBI ini sebagai sebuah BBI yang nyaris sempurna. Messnya yang cantik, ruang pertemuannya yang memadai untuk ratusan pengunjung dan udara sejuk yang menghawa dari pegunungan bukit barisan tentulah menjadi penentram hati penggali inspirasi!

Bibit Sirsak. Bibit Durian.

(12)

BBIH Alahanpanjang adalah tupang benih bagi petani kentang Sumatera Barat dan propinsi tetangga. Pada lahan itu dibenihkan kentang di atas tanah seluas 4 hek-tare dalam musim tanam 2 kali setahun. Perbenihan ken-tang dikerjasamakan pihak BBIH dengan para petani penangkar, tiap tanam disemai benih sebanyak 2 ton. Hasil normal berkisar antara 10 hingga 15 ton perhektare. Hasil bibit dari BBIH ini belum mampu memang meme-nuhi permintaan pasar.

Kesanggupan BBIH menyuplai benih kentang adalah 20-30 ton pertahun. Sementara, kebutuhan masyarakat lebih dari 200 ton atau sekitar 150 hektare/tahun. BBIH hanya baru mampu memenuhi sekitar 10% dari permin-taan pasar. Kini BBIH berbenah dan mengupayakan diri

BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA

KABUPATEN SOLOK

PENYUPLAI BENIH,

PENOPANG WISATA

C

ANTIK NIANHAMPARANSELUAS

12

HEKTAREITU

. D

I

PINGGIRNYABERBATAS BATAS

GARISDANAUDALAMRIAKYANG

JINAK

. P

ADA ARAH

S

ELATAN

TAMPAKBERDIRIANGGUNVILLA

-VILLAYANG DIKELOLA

PEMERINTAHKABUPATEN

S

OLOK

.

S

EBAGIAN ADARAWA

,

DI

ATASNYA HIDUPRUMPUT

BAGAIKANSAVANA

. H

IJAU

.

A

NGINBERHEMBUSDALAMHAWA DINGIN

. B

UNGA

-

BUNGA MEKAR

DANSUBUR

. D

I SANALAH

(13)

untuk memenuhi permintaan bibit kentang bagi kebutuhan pasar.

Kentang Alahanpanjang memang sudah dikenal luas oleh masyarakat, baik di Sumbar maupun bagi propinsi tetangga seumpama Riau dan Jambi.

Selain kentang BBIH juga menyemai bibit flori hortikultura. Di sini terdapat 12 buah screen. Tujuh buah screen berukuran 8X25 meter dan 5 buha screen berukuran 6 X 8 meter. Screen berukuran 8 X 25 meter khusus untuk G 0 dan planled.

Pada screen berukuran 6X8 dipelihara bibit krisan, satu buah untuk pengakaran dan 1 buah screen untuk koleksi krisan pot. Pada BBIH ini dipelihara berbagai koleksi daun potong seperti ruskus,liderlift dan silum (keladi). Bungan potong antara lain mawar dan garbera.

BBIH Alahanpanjang kini sedang berbenah diri untuk pengembangan perbenihan. Diharapkan, BBIH ini akan menyuplai benih secara maksimal. Selain itu, BBIH akan mewujudkan diri menjadi salah satu tempat agrowisata tercantik dalam konsep hortipark. Berbagai tumbuhan seperti markisa, jeruk dan lain sebagainya akan menjadi pelengkap bagi kawasan ini.

Kentang, tak hanya diproduksi sebagai kentang mentah, namun dalam perencanaannya akan dihidangkan kepada pengunjung dalam berbagai bentuk kuliner, seperti dalam berbagai kemasan krispi (kerupuk) atau olahan pergedel hangat dalam kemasan kuliner wisata. Begitu juga dengan markisa yang tersuguhkan dalam bentuk sirup dan lainnya.

(14)

KONDISI UMUM

SUMATERA BARAT

KEADAAN GEOGRAFIS

Secara geografis Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0°54’ Lintang Utara sampai 3°30’ Lintang Selatan serta 98°36’ sampai 101°53’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Sumatera Barat, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah barat dengan Samudra Hindia.

IKLIM

Menurut Schmidt dan Fergusson, type iklim Sumatera Barat terdiri dari type A, B, C, dan D. Suhu rata-rata di pantai barat berkisar antara 210C– 380C, pada daerah perbukitan berkisar antara

(15)

antara 190C – 340C.

Puncak curah hujan maksimum di Sumatera Barat terjadi bulan maret Maret dan Desember dan jumlah curah hujan paling rendah terjadi pada bulan Juni – Juli.

Jumlah curah hujan tertinggi mencapai 4.000 mm/tahun terutama di wilayah pantai barat. Sedangkan curah hujan di beberapa tempat dibagian timur relatif lebih rendah yakni antara 1.500 – 3.000 mm/tahun.

TOPOGRAFI

Keadaan topografi wilayah Sumatera Barat bervariasi dari topografi datar, landai, curam dan mempunyai pantai sampai pergunungan. Pada umumnya bagian tengah Sumatera Barat terbentang Bukit Barisan dengan topografi relatif curam, sedangkan bagian barat dan timur posisinya relatif datar dan landai.

Topografi wilayah Sumatera Barat yang relatif curam ditemui di Kabupaten Solok, Agam, Tanah Datar. Topografi yang landai ditemui di Kabupaten 50 Kota dan Sawahlunto Sijunjung, sedangkan topografi yang relatif datar ditemui di Kabupaten Padang Pariaman, Pesisir Selatan dan Kabupaten Pasaman.

LUAS WILAYAH

Luas wilayah provinsi Sumatera Barat sekitar 4.229.730 Ha, setara dengan 2,17 % dari luas wilayah Negara Kasatuan Republik Indonesia dengan luas perairan laut diperkirakan 186.500 Km2 dan panjang garis pantai 2.420.57 Km. Jumlah pulau 391 pulau.Ada beberapa pulau yang masih belum bernama.. Ada sekitar 179 pulau yang sudah mempunyai nama, dan 212 pulau belum mempunyai nama. Ada 25 sungai yang mengalir di Provinsi ini, antara lain Batang Anai, Batang Agam, Batang Arau, dan lain-lain.

PEMERINTAHAN

Provinsi Sumatera Barat terdiri atas 19 Kabupaten/kota, 175 kecamatan. Jumlah desa yaitu sebanyak 1.858 desa/kelurahan

PENDIDIKAN

(16)

SMP/Sederajat sebesar 44,35 persen, dan penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 95,54 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada 96 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

PENDUDUK

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat sebanyak 4.846.909 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 1.877.822 jiwa (38,74 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 2.969.087 jiwa (61,26 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,97 persen di Kota Padang Panjang hingga yang tertinggi sebesar 17,20 persen di Kota Padang.

TENAGA KERJA

(17)

perempuan, yaitu masing-masing sebesar 78,11 persen dan 43,89 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai (73,05), Kabupaten Lima Puluh Kota (69,89), dan Kabupaten Pasaman (69,26). Dengan jumlah pencari kerja sejumlah 39.959 orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 2,00 persen.

(18)

Indonesia negara agraris.Sebutan itu masih layak diperuntukkan bagi negeri kita tercinta ini. Sektor pertanian dalam arti luas masih menjadi tumpuan hidup sebagian besar angkatan kerja kita.Pertanian menjadi leading sector perekonomian kita meskipun transformasi struktur ekonomi kian mengantarkan negeri ini menuju negara yang perekonomiannya ditupang sektro industri dan jasa.

Dekade 1970, hampir separuh output perekonomian nasional tertumpu di sektor pertanian. Pangsanya mencapai 45 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Pada tahun itu, sekitar 67 persen angkatan kerja kita menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

POTRET PERTANIAN INDONESIA

SEMUA BERMULA

DARI BENIH BERMUTU

S

UKSES PERTANIANITUBERMULA DARI BENIH

. B

ENIHUNGGUL

ATAUBERMUTU AKAN

MENCIPTAKANPANENSESUAI

HARAPAN

. W

ALAUDEMIKIAN

,

(19)

Pasca empat dekade berlalu, struktur perekonomian nasional telah jauh berubah. Sektor pertanian tak lagi dominan. Pada 2011, pangsanya tinggal 14,7 persen terhadap PDB. Ia menempati posisi kedua setelah industri pengolahan (24,3 persen). Walau begitu, sektor pertanian tetap menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sekitar 36,5 persen (41,20 juta orang) dari 112,80 juta penduduk yang bekerja pada Februari 2012 menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani. Sektor pertanian tampaknya telah menghambat ledakan pengangguran di negeri ini.

Jika produktivitas sektor pertanian terus merosot maka akan mengakibatkan merosotnya kondisi kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Faktual, hingga kini sektor pertanian tetap menjadi kantong kemiskinan. BPS mencatat, pada Maret 2012 sekitar 63 persen (18,48 juta orang) dari 29,13 juta penduduk miskin negeri ini tinggal di pedesaan. Sebagian besar mereka adalah petani dan buruh tani.

Pada Maret 2011, menurut catatan BPS misalnya, rumah tangga miskin dengan sumber penghasilan utama dari sektor pertanian mencapai 71,26 persen. Sektor pertanian sebetulnya merupakan kunci utama keberhasilan pengentasan masyarakat miskin di republik yang kita cintai ini. Bukankah jika kondisi kesejahteraan petani dan buruh tani semakin baik, maka dapat dipastikan jumlah penduduk miskin akan berkurang secara signifikan?

PERTANIAN PERKURANG KEMISKINAN

Statistik menunjukkan pengurangan kemiskinan selama masa Orde Baru tidak lepas dari kontribusi sektor pertanian. BPS mencatat, pada 1976, jumlah penduduk miskin mencapai 54,2 juta orang atau sekitar 40,1 persen dari total penduduk Indonesia kala itu. Dua dekade kemudian, jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 34,01 juta orang atau sekitar 17,47 persen dari total penduduk. Sulit memungkirinya, pertumbuhan pesat di sektor pertanian hingga pengujung dekade 1980 telah memberi donasi yang tidak sedikit bagi penurunan yang cukup tajam tersebut melalui peningkatan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja.

Dapat diperkirakan bahwa, salah satu penyebab lambatnya laju penurunan tingkat kemiskinan adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan yang kurang tepat karena cenderung abai terhadap karakteristik kemiskinan yang terjadi. Bukankah salah satu karakteristik utama kemiskinan di negeri ini terfaktakan bahwa kemiskinan lebih merupakan fenomena pedesaan, lebih khusus lagi pertanian. Statistik dengan terang telah mengkonfirmasi bahwa kontributor terbesar penduduk miskin selama ini adalah profesi buruh tani dan petani (kecil dan penggarap).

Kini tercatat, jumlah buruh tani sekitar 5 juta orang dan jumlah rumah tangga usaha tani (RUT) diperkirakan mencapai 17,8 juta rumah tangga. Bila diasumsikan tiap RUT beranggotakan 4 anggota rumah tangga, maka ada sekitar 80 juta penduduk negeri ini menggantungkan hidupnya pada ekonomi usaha tani.

Adalah sebuah keniscayaan bila pembangunan sektor pertanian yang kuat dan tangguh maka terwujudlah masa depan petani dan buruh tani yang lebih. Penurunan jumlah penduduk miskin akan terwujud jika terjadi perbaikan kesejahteraan petani dan buruh tani. Erat sekali hubungan antara pembangunan sektor pertanian dan pengentasan kemiskinan.

(20)

Sementara itu, persentase penduduk bekerja yang terserap di sektor perdagangan kembali meningkat, dari sebelumnya 18,5% pada Februari 2011 menjadi 19,8% pada Februari 2012. Demikian pula penyerapan di sektor jasa mengalami kenaikan, dari 16,7% menjadi 17,4%.

Pada triwulan IV-2012, sektor pertanian mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh menggeliatnya subsektor tanaman bahan makanan. Di triwulan ini pertumbuhan sektor pertanian mencapai 4,14%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,05%. Kinerja sektor perkebunan yang cukup baik pada tahun

PEMBANGUNAN

PERTANIAN SUMBAR

SOLUSI PENJAWAB

KEMISKINAN KITA

S

EBAGIAN BESARPENDUDUK YANG BEKERJATERSERAPDI

SEKTOR PERTANIAN

. L

APANGAN

PEKERJAAN DISEKTORINI

MAMPUMENYERAP

42,4%

DARI

TENAGA KERJAYANGADA

.

N

AMUN

,

PERSENTASE PENYERAPANINI MAKIN

MENURUNDIBANDINGKANTAHUN

(21)

2012, telah menopang pertumbuhan industri pertanian sebes.

Jumlah Usaha Pertanian

Subsektor Tanaman Pangan

Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor tanaman pangan di Provinsi Sumatera Barat sebesar 426. 135 rumah tangga. Dibandingkan tahun 2003 jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 50 603 rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum di subsektor pertanian tanaman pangan sebesar 4 perusahaan, dibandingkan tahun 2003 mengalami kenaikan sebanyak 2 perusahaan, dan usaha lainnya pada subsektor pertanian tanaman pangan sebesar 53 usaha. ar 4,07%.

USAHA PERTANIAN SUBSEKTOR HORTIKULTURA

Jumlah Usaha Pertanian Subsektor Hortikultura Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor hortikultura di Provinsi Sumatera Barat sebesar 261 298 rumah tangga. Dibandingkan tahun 2003 jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 105 451 rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum di subsektor pertanian tanaman pangan sebesar 2 perusahaan, dibandingkan tahun 2003 mengalami kenaikan sebanyak 1 perusahaan, dan usaha pertanian lainnya pada subsektor pertanian hortikultura sebesar 46 unit.

ANGKA TETAP SENSUS PERTANIAN 2013 :

 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai Tahun 2003 dan 2013

 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan dan Rumah Tangga Petani Gurem menurut Wilayah Tahun 2003 dan 2013

 Jumlah Petani menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013

 Jumlah Sapi dan Kerbau menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Pada Tanggal 1 Mei 2013

 Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Wilayah dan Jenis Lahan Tahun 2003 dan 2013 (m2)

*) Pembagi adalah jumlah rumah tangga pertanian

 Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian menurut Wilayah dan Subsektor Tahun 2013

(22)

Dalam catatan sejarah nagari yang otonom pada masa lalu itu, memiliki strategi ketahan pangan. Hal ini dapat dilihat dari adanya lumbung-lumbung pangan yang dipe-lihara dalam nagari. Dimana setiap rumah-rumah gadang yang ada dalam nagari memiliki rangkiang sebagai persiapan pangan dari masa ke masa. Pertahanan pangan seperti ini, sebagai bentuk adanya kearifan lokal nagari dalam mengatasi krisis pangan.

SPIRIT KOLEKTIF PERTANIAN

Kondisi seperti itu diperkuat dengan semangat kolektif

BUDAYA DAN

MEMBUDAYAKAN

KETAHANAN PANGAN

DI SUMATERA BARAT

D

ALAMMENGHADAPIKRISIS GLOBAL

,

YANG DITANDAISALAH

SATUNYAADALAH TERJADINYA

KRISISPANGAN

,

MAKANAGARI

SAAT INIJUGAHARUSMEMILIKI

STRATEGIUNTUKMEMBANGUN

KETAHANAN PANGAN

.

D

IKHAWATIRKANDALAM MENGHADAPI MASADEPAN

NAGARI

-

NAGARITIDAKSIAP

DALAMMENGHADAPIKRISIS

PANGANINI

,

PADAHALNAGARI

(23)

pertanian lokalitas masyarakat nagari. Masyarakat nagari dalam mengelola pertanian selalu mengerjakannya dengan cara kolektif yang dinamakan dalam tradisi kolektif itu bajulo-julo atau bergotong royong. Tidak tergantung pada teknologi tetapi tergantung pada kemampuan usaha bersama, sehingga ada kesadaran kolektif pula dalam merancang ketahan pangan ini. Dengan cara yang demikian, nagari tidak pernah mengalami krisis pangan sekalipun datang wabah hama menyerang pertanian, sebab mereka sudah memiliki persiapan dan cadangan pangan yang melimpah.

Ketahanan pangan ini, memberikan sumbangan berarti dalam kehidupan nagari. Tanpa ada ketahan pangan yang cukup dikhawatirkan nagari mengalami krisis pangan, karena saat sekarang di beberapa nagari sudah mengalami perubahan alih guna tanah pertanian yang sangat besar di nagari.

Di samping itu, diikuti pula oleh alih pekerjaan masyarakat dari bertani kepada tukang ojek. Peralihan ini terjadi sebagai akibat dari tidak dikelolanya aset pertanian di nagari di samping sudah banyaknya terjadi alih guna lahan pertanian kepada non pertanian.

Jika hal ini terus berlalu dan tidak dilakukan perbaikan-perbaikan dalam mengelola pertanian, maka dikuatirkan dalam nagari juga akan terjadi krisis pangan. Oleh sebab itu, salah satu jalan yang harus dibangun di nagari-nagari adalah membangun kembali strategi ketahan pangan nagari. Hal ini dilakukan untuk mengatasi supaya nagari tidak menjadi pengimpor pangan tetapi menjadi penghasil pangan yang tidak tergantung pada daerah atau negara lain. Untuk itu nagari sebagai konstelasi wilayah pedesaan, harus menyusun strategis ketahan pangan ini.

Ada beberapa strategi ketahan pangan yang harus dilakukan nagari diantaranya adalah, mengembalikan semangat kolektif lokalitas pertanian masyarakat nagari. Mahalnya upah tenaga kerja dapat diatasi melalui pengelolaan kolektif ini, lahan pertanian dikerjakan secara bergiliran. Di samping itu, kembalikan peran rangking nagari yakni membuat otonomi pangan lokal yang dibangun berdasarkan kearifan-kearifan lokal nagari, sehingga nagari menghasilkan per-siapan-persiapan pangan dari waktu ke awaktu. Dengan adanya, upaya-upaya yang demikian nagari secara pangan juga mandiri dan tidak tergantung pada kepentingan produksi konsumtif impor.

AYO, UBAH PANDANGAN PETANI!

Iklim budaya yang sehat amat menentukan suksesnya pembangunan pada semua struktur pembangunan ter-masuk pertanian. Iklim budaya dimaksud, misalnya dalam sistem pertanian, adalah perilaku dan sikap mental petani dalam bertani.

Di antara budaya masyarakat tani dan menjebak mereka dalam kemiskinan di antaranya: (1) jangankan berfikir menambah pembukaan lahan baru, lahan yang ada saja sering

ditelan-tarkan, tidur dan tidak produktif;

(2) petani sawah punya paradigma yang memandang hanya padi yang bisa menghidupkan. Mereka sulit beralih ke tanaman lain. Padahal menanam semangka misalnya pascapanen padi, hasilnya juga besar dan bisa beli beras, setelah itu ditanam jagung, kemudian kacang panjang pasca panen jagung sekaligus memudahkan teknologi “junjungan kacang panjang” dengan batang jagung yang sudah siap dipanen;

(3) pascapanen padi sawah, cuti panjang bahkan berhenti berusaha tani, lebih banyak duduk di lapau sampai padi habis, tidak pikir besok dan sangat hedonistik.

(24)

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumbar, Ir. Djoni mengonsep pikiran guna merealitakan Sumbar sebagai daerah agrowisata dengan menggagas apa yang

WAWANCARA DENGAN IR. DJONI

HORTI PARK

IMPIAN SUMBAR

MENUJU AGROWISATA

S

UMATERA

B

ARAT MEMILIKI POTENSIYANGCUKUPBESAR

SEBAGAIDAERAH

PENGEMBANGAN

H

ORTIPARK

.

M

UARADARI PEMBANGUNAN BIDANGPERTANIANDI

S

UMBAR

ADALAH MENCIPTAKANRANAHINI

MENJADIDAERAH

AGROWISATA

.H

ORTIPARK ADALAH

SALAH SATUUPAYAPERWUJUDAN

S

UMBAR MENUJUKAWASAN AGROWOSATA

.

(25)

disebut dengan Hortipark.

“Pengelolaan Kawasan Horti Park dilakukan secara intensif dengan menerapkan paket-paket teknologi maju yang direkomendasikan serta didukung oleh kelengkapan sarana produksi. Upaya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan diarahkan melalui pemberdayaan kelompok tani di sekitar kawasan Horti Park, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani”, kata Ir. Djoni.

Ir. Djoni menggambarkan, bahwa Propinsi Sumatera Barat dengan luas wilayah 41.815,29 km2 terletak pada 0 54’ LU – 3 30 LS dan 98 36’ BT – 101 35’ BT. Terbagi atas 19 wilayah admin-istratif Kabupaten dan Kota, berpenduduk 4.957.719 juta jiwa (1.182.688 juta Kepala Keluarga), 54,5 % merupakan keluarga petani (644.610 ribu KK).

Katanya, membaca kondisi geografis Sumatera Barat yang beragam, mulai dari dataran rendah, sedang sampai dataran tinggi. Dataran rendah dimulai dari pesisir pantai barat pulau Sumatera, dataran sedang dan dataran tinggi yang bergelombang, membentang dari Utara ke Selatan sepanjang Bukit Barisan adalah daerah yang berpotensi besar dalam pengembangan pertanian. Sumatera Barat merupakan salah satu sentra produksi komoditi hortikultura mulai dari tanaman buah, sayuran dan florikultura.

“Kita memiliki beberapa sentra produksi hortikultura dengan jenis komoditi yang diusahakan berbeda satu dengan yang lainnya sesuai kondisi agroklimat daerah asal. Hampir semua jenis komoditi hortikultura, selain memiliki fungsi sebagai komoditi untuk pemenuhan kebutuhan pangan juga memiliki nilai estetika atau keindahan. Itu adalah potensi agrowisata yang terkembanhg di depan mata kita”, ujar Djoni.

Katanya, beragam jenis komoditi hortikultura, terutama jenis tanaman tahunan yang dapat menghasilkan sepanjang tahun. “ Apabila jenis tanaman tahunan tersebut ditanam dalam satu kawasan dengan kondisi agroklimat yang sesuai, penataan dan landscape yang baik, ditunjang dengan fasilitasi serta sarana yang mendukung pertumbuhan jenis tanaman hortikultura itu maka kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai Horti Park atau Taman Horti”, jelas Djoni.

(26)

strategis?” retorik Djoni seraya menambahkan bahwa hal itu sangat berpotensi dikembangkan sebagai objek wisata yang sangat menarik dalam kelengkapan hortipark.

Kota Padang saat ini telah menjadi tujuan perjalanan bagi sejumlah masyarakat yang berasal dari kota-kota di luar kota Padang, termasuk dari luar propinsi, seperti dari Jambi, Riau, Sumatera Utara, dan lainnya. Adanya hari libur di ujung minggu (week end) akan menyebabkan Kota Padang didatangi oleh masyarakat yang menghabiskan waktu liburannya di Kota ini. Tempat wisata seperti Minang Fantasi, Pantai Carocok dan masih banyak lainnya merupakan beberapa contoh lokasi wisata di Propinsi Sumatera Barat yang diminati para pelancong. Beberapa tujuan perjalanan hiburan di wilayah Sumatera Barat akan menjadikan Propinsi Sumatera Barat menjadi salah satu tujuan wisata berskala nasional.

Pada Bulan Oktober 2013 yang lalu, Kota Padang Propinsi Sumatera Barat menjadi tempat pelaksanaan Hari Pangan Nasional yang saat itu dibuka oleh Presiden Republik Indonesia DR. Susilo Bambang Yudoyono dan dihadiri oleh sejumlah Menteri terkait. Masyarakat Sumatera Barat terekam begitu antusias dengan acara tersebut dan antusias yang sama juga terekam ketika mereka mengunjungi anjungan-anjungan yang dibuat oleh sejumlah Dinas dan elemen masyarakat. Hasil yang terekam dari diskusi-diskusi yang dilakukan oleh unsur Pimpinan Daerah Propinsi Sumatera Barat memperlihatkan keinginan bahwa Pemerintah Sumatera Barat tidak ingin melewatkan momentum yang tercipta dari Acara Nasional tersebut. Hasil diskusi mensyaratkan agar Propinsi Sumatera Barat untuk segera memiliki satu kawasan agrowisata yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Sumatera Barat.

Disebutkan Djoni Lahan yang dikelola oleh UPTD BBI TPPH Sumatera Barat yang berlokasi di Lubuk Minturun dinilai masih belum optimal pengelolaannya. Beberapa pihak menilai bahwa lokasi ini dapat dikembangkan untuk menjadi satu kawasan agrowisata. Hal ini ditunjang dengan telah ditetapkannya kawasan Lubuk Minturun menjadi Kawasan Tanaman Hias melalui Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor : 521.305.2013 tanggal 26 Maret 2013. Beberapa infrastruktur yang telah ada dan dengan melakukan revitalisasi infrastruktur tersebut merupakan modal awal bagi Pemerintah Propinsi untuk mengembangkan kawasan ini.

(27)

Kawasan Agrowisata Lubuk Minturun, DED Kawasan Agrowisata Lubuk Minturun

“Pada tahun 2015 nanti, Propinsi Sumatera Barat berencana untuk melakukan pembangunan Horti Park atau Taman Horti yang didalamnya akan direncanakan pembangunan berupa :Outlet Tanaman Hias Indoor, Pusat tanaman hias outdoor,Pusat Tanaman Buah dalam pot, Screen House Tanaman Buah Semusim, Screen House Sayuran Organik, Green House Budidaya Tanaman Sayuran Hidroponik, Green House Budidaya Tanaman Secara Kebun Bertingkat/vertical, Kebun Koleksi Tanaman Buah Unggulan Nasional Spesifik Lokasi, Kebun Koleksi Tanaman Buah Unggulan seluruh Indonesia. Gazebo, Pergola dan Sarana Penunjang Lainnya seperti Springkler dan sarana penunjang, Packing House dan pemasaran serta Instalasi Listrik”, papar Djoni.

“Pikiran mewujudkan ini adalah untuk menciptakan kebun hortikultura yang terdiri atas kebun buah, kebun sayur dan tanaman hias. Sebagai taman rekreasi hortikultura yang kelak dapat dikembangkan menjadi pusat study hortikultura terutama buah-buahan, sayur-sayuran dan florikultura dataran rendah. Hortipark akan menjelma menjadi tempat tujuan wisata alternatif bagi masyarakat di Propinsi Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya”, ucap Djoni. Ditambahkan Djoni, Hortipark akan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya.

Banyak manfaat hortipark, misalnya untuk pengembangan, penelitian dan produksi, baik melalui pembinaan maupun pemberdayaan para petani. “ K ita yakin, terlaksananya pembangunan Horti Park atau Taman Horti di Propinsi Sumatera Barat akan dapat meningkatkan perekonomian daerah ini dari sektor pertanian terutama komoditi hortikultura”, ulas Djoni.

Disebutkan Djoni, bahwa kegiatan ini dilaksanakan di UPTD Balai Benih Induk TPPH Sumatera Barat di Lubuk Minturun Kota Padang Propinsi Sumatera Barat.

(28)

Dari catatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, produksi sayur dan buah-buahan sepanjang tahun 2007 lalu masing-masing mencapai 305.151 dan 328.064 ton, atau tepat satu tingkat di bawah komoditas palawija (338.915 ton). Setidaknya ada tiga kabupaten yang selama ini menjadi basis pengembangan komoditas sayur dan buah-buahan di Sumbar, yaitu: Tanah Datar, Solok, dan Agam.

Hal itulah yang menjadi salah satu pertimbangan tim marketing PT. BISI International Tbk (PT. BISI) area

SUMBAR PRODUSEN

UTAMA KOMODITAS

SAYURAN & BUAH-BUAHAN

S

UMATERA

B

ARAT

(S

UMBAR

)

MERUPAKANSALAHSATUDARI

SEKIAN PROVINSIDI

I

NDONESIA

YANG STRUKTUR

PEREKONOMIANNYABANYAK

DITOPANGOLEHSEKTOR

PERTANIAN

. S

EHINGGA TIDAK

HERANKALAU PROVINSI

BERPENDUDUKLEBIH DARI

4,8

JUTAJIWA INIMAMPUMENJADI

SALAH SATUPRODUSENUTAMA

(29)

Sumatera Barat untuk membuat sebuah mini show farm (kebun mini) di salah satu dari tiga kabupaten tersebut. Mini show farm kali ini dipusatkan di Kabupaten Tanah Datar, tepatnya di lahan milik M. Arifin di kawasan Jorong Koto Alam, Nagari Tabek Patah, Kecamatan Salimpaung, Tanah Datar.

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 644.240 dikelola oleh rumah tangga, sebanyak 84 dikelola oleh perusahaan pertanian berbadan hukum dan sebanyak 362 dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum.

Kabupaten Pesisir Selatan, Lima Puluh Kota, dan Agam merupakan tiga Kabupaten/Kota dengan urutan teratas yang mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu masing-masing 71.549 rumah tangga, 69.805 rumah tangga, dan 65.025 rumah tangga. Sedangkan Kota Padang Panjang merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah tangga usaha pertaniannya, yaitu sebanyak 1.771rumah tangga. Sementara itu jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 84unit tersebar pada 17 (tujuh belas) Kabupaten/Kota. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat yaitu sebanyak 15 perusahaan dan Kabupaten Dharmasraya yaitu sebanyak 13 perusahaan. Jumlah perusahaan tidak berbadan hukum atau bukan usaha rumah tangga usaha pertanian sebanyak 362 unit tersebar pada seluruh Kabupaten/Kota. Jumlah perusahaan tidak berbadan hukum atau bukan usaha rumah tangga usaha pertanian terbanyak terdapat di Kabupaten Dharmasraya, yaitu sebanyak 87 unit dan Kota Payakumbuh, yaitu sebanyak 63 unit.

(30)

Bertani dan beternak bagi orang Minang adalah tabu-ngan kesejahteraan. Prinsip kemakmuran orang Minang, ketika padi menjadi, ketika taranak berkembang, ketika jagung berbunga—bak pepatah “bumi sanang padi manjadi, padi masak jaguang maupia, anak buah sanang santosa, bapak kayo mande batuah, mamak disambah urang pulo”.

BERCAKAP-CAKAP DENGAN IR. DJONI

BENIH PERTANIAN

DAN KEARIFAN LOKAL

MINANGKABAU

B

ERCOCOKTANAMDAN BETERNAK ADALAHBUDAYA

KENTAL MASYARAKAT

M

INANGKABAU

. B

ERPIKIR UNTUK HIDUP KEESOKDICERMINKAN

ORANG

M

INANG DENGANADANYA

RANGKIANGDI HALAMANRUMAH

GADANG

. R

ANGKIANGTEMPAT

MENYIMPANPADI

. I

TUADALAH

CERMINAN DARIKETAHANAN

PANGANMASYARAKAT

M

INANG

.

(31)

Begitulah tujuan hidup orang Minang, yakni “bumi sanang padi manjadi taranak bakambang biak”. Hidup yang penuh berkah, yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu “baldatun taiyibatun wa robbun gafuur”. Dan tentu saja hal itu adalah cermin dari kesepakatan masyarakat Minang-kabau dalam sandaran sikap “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.

Asas pemanfaatan bagi orang Minang sangat tinggi. Dalam kehidupan sosial dan budaya, orang Minang tak mengenal apa yang kita sebut dengan sampah masyarakat.

Mengapa? Karena bagi orang Minang, tak ada orang yang tak berguna.

Orang Minang senantiasa memercayai dan memberikan sebuah pekerjaan kepada orang yang tepat seperti yang disampaikan oleh pepatah kita : “Nan Buto pahambuih lasuang, nan pakak palapeh badie, Nan lumpuah pahuni rumah, nan kuek paangkuik baban, nan jangkuang jadi panjuluak, nan randah panyaruduak, nan pandai tampek batanyo, nan cadiak bakeh baiyo, nan kayo tampek batenggang.

Konsep the right man in the right place masak dalam kehidupan sosial orang Minang. Pembagian kerja bagi orang Minang itu rasional atau objektif. Semua termanfaatkan. Itu sesuai pula dengan sabda Rasulullah: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” [Hasan: Shahih Al-Jami’ no. 3289].

Prinsip pemanfaatan manusia dan SDM bagi orang Minang itu sangat rasional dan objektif sekali. Bahkan, pemanfaatan lahan bagi orang Minang sangat selektif. Tak ada lahan yang tak berguna bagi orang Minang. Semua lahan termanfaatkan sesuai bentuk, lokasi dan jenisnya. Sesuai benar dengan pepatah : “ Nan lurah tanami bambu, nan lereang tanami tabu, nan padek kaparumahan, nan gurun buek ka parak, nan bancah dibuek sawah, nan munggu kapakuburan, nan gauang ka tabek ikan, nan padang kapaimpauan, nan lambah kubangan kabau, nan rawang payo kaparanangan itiak” .

Semestinya juga, masyarakat Minangkabau tak mengenal apa yang disebut dengan lahan telantar atau lahan tidur. Masyarakat Minang adalah masyarakat pertanian, ketika ke rimba berbunga kayu, air tergenang dijadikan kolam ikan, tanah tanah ditanamkan benih, tanah keras dibikin ladang, sawah bertumpak di tanah yang datar, ladang berbidang di lahan yang lereng. Begitulah budaya sosial masyarakat kita di Minangkabau.

Bahkan orang Minang sudah memiliki teknologi pertanian yang merupakan warisan dari nenek moyang kita. Mereka bertani sesuai musim. Seperti pesan pepatah:” Ka ladang di hulu tahun, ka sawah di pangka musim, hasia banyak nkarano jariah, hasia buliah karano pandai”. Pepatah itu menyisipkan dua kata inti dalam hal ihwal berladang orang Minang. Yakni, pertama kerja keras, kedua karena pengetahuan atau kepandaian berladang.

Semangat dan optimisme orang Minang itu sangat tinggi. Tak ada yang tak mungkin bagi orang Minang asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras. “lawik dalam buliah diajuak, bumi laweh dapek digali, bukik dapek diruntuah, asa bajariah bausaho. Lawik ditimbo lai ka kariang, gunuang di runtuah mungkin data, sadang dek samuik runtuah tabiang, apolagi dek manusia nan baraka”. Begitulah dalil rasional orang Minangkabau.

Jauh sebelum Koes Plus mendengakan tongkat ditanam jadi “buah”, orang Minang sudah lebih dulu meyakini. Bahkan tak tongkat saja yang tumbuah, melainkan artinya lebih luas, yakni “Apo ditanam namuah tumbuah, bijo ditanam ka babuah, batang ditanam kabarisi, batanam nan bapucuak, mamaliharo nan banyao”.

Bahkan, sebelum bertanam, orang minang memikirkan perairan atau irigasi. “ Dibuek banda baliku, tibo di bukik digali, tibo di batu dipahek, tibo di batang di kabuang”.

Begitulah kearifan lokal orang Minangkabau dalam bertani dan bataranak itu tadi. Bila ada lahan tak termanfaatkan, wajib kita bertanya? Mengapa? Apakah karena lahan kering tak teraliri irigasi? Apakah karena kita sudah pemalas?

Dalam keadaan terkini, Sumbar adalah salah satu propinsi surplus beras!

Bila begitu adanya, mari kita lihat pemanfaatan lahan dan soal irigasi bagi pertanian Sumatera Barat. Kita tanyakan hal ini kepada Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumbar Ir Djoni. Kata Djoni, luas areal persawahan yang telah diairi dengan irigasi teknis di Sumatera Barat (Sumbar) baru 88.808 hektare atau 37,6 persen dari total luas sawah di daerah ini yang mencapai 235.824 hektare.

(32)

luas wilayah Negara Kasatuan Republik Indonesia. Dengan begitu, lahan pertanian yang berpotensi diolah adalah sekitar 20% dari luas wilayah Sumbar. Sementara, yang teraliri irigasi baru 37,6 persen itu tadi. Bayangkan, kalau 60% saja dari lahan 88 ribu hektare itu teraliri irigasi, maka masa depan pertanian Sumatera Barat akan jauh lebih bersinar dan apa yang diinginkan oleh nenek moyang kita dulu tentang “bumi sanang padi manjadi” akan benar-benar lebih terwujud.

Pak Djoni berharap, pembangunan infrastruktur di daerah ini idealnya diarahkan pada pembangunan irigasi teknis. Katanya, makin luas lahan pertanian Sumbar yang mendapat air irigasi, makin besar hasil potensi pertanian kita yang muaranya berujung pada kemakmuran untuk petani, kemakmuran untuk rakyat, kemakmuran untuk semua.

Dijelaskan Djoni, lahan persawahan irigasi sederhana di Sumbar seluas 45.570 hektare, irigasi desa 40.969 hektare, tadah hujan 50.294 hektare dan irigasi lainnya 10.184 hektare. Sawah yang telah diairi irigasi teknis di Sumbar terluas berada di Kabupaten Agam 13.708 hektare disusul Kabupaten Solok (11.870), Kabupaten Pasaman (11.808), Kabupaten Pesisir Selatan (10.289) dan Kabupaten Padangpariaman (8.763).Sawah yang diairi irigasi teknis terkecil di Sumbar adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai seluas 85 hektare disusul Kota Bukittinggi (177), Kota Solok (575), Kabupaten Sijunjung (1.698) dan Kabupaten Tanahdatar (3.768).Daerah areal persawahan beririgasi sederhana terluas adalah Kabupaten Tanah Datar seluas 7.633 hektare, disusul Kabupaten 50 Kota (6.407), Kabupaten Agam (5.235), Kabupaten Pasaman (5.186) dan Kabupaten Padang Pariaman (5.099).

Daerah dengan areal persawahan beririgasi sederhana terkecil adalah Kota Bukittinggi seluas 154 hektare, disusul Kabupaten Kepulauan Mentawai (240), Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pasaman Barat masing-masing seluas 316 hektare serta Kota Solok (393).Sawah tadah hujan, terluas berada di Kabupaten Pesisir Selatan seluas 11.848 hektare, disusul Kabupaten 50 Kota (8.144), Kabupaten Tanah Datar (5.878), Kabupaten Sijunjung (4.998) dan Kabupaten Padang Pariaman (4.522).

Lalu berapa produksi padi Sumbar?

“Dengan areal persawahan seluas 235.824 hektare, produksi padi Sumbar mencapai dua juta ton pada 2007, naik dari produksi 2006 yang tercatat 1,889 juta ton”, jawab Djoni.

(33)

masyarakat Sum-bar tak lebih 600 ribu ton. Sumbar mengalami surplus beras sekitar 1.695.000 ton,” kata Djoni.

Dikatakan Ir. Djoni produksi beras Sumbar pada tahun 2011 sekitar 4,91 ton per hektarenya. Angka tersebut mengalami kenaikan seba-nyak 5,01 persen jika diban-dingkan dengan hasil produksi tahun 2010.

Pada tahun 2010, jumlah pro-duksi sekitar 2,211.248 ton dengan jumlah produksi sekitar 4,8 ton per hektarenya. Dari luas lahan yang 243.000 hektare, luas panen-nya pertahun sekitar 486.000 hektare atau dua kali lipat dari luas sawah. Target Djoni, menggenjot hasil panen padi minimal 2 kali setahun.

Dikatakan Djoni sejak tahun 2012 ini, Sumbar menambah luas sawah sekitar 2.250 ha dengan cetak sawah baru di Pesisir Selatan, Solok Selatan, Pasaman, dan daerah lainnya. Lalu berapa luas lahan yang dialihfungsikan tiap tahun?

“Lahan yang diahlifungsikan untuk pembangunan tak sampai 100 ha pada tiap tahunnya,” kata Djoni seraya mengatakan tak perlu khawatir dengan banyaknya lahan sawah yang disulap menjadi lahan perumahan atau pun industri karena seiring dengan itu, lahan-lahan pertanian baru juga dibuka.

Dalam catatan kita, tingkat konsumsi beras masyarakat Sumbar pada tahun 2011 sekitar 123 kg perkapita per tahunnya.

“Sedangkan konsumsi rata-rata masyarakat Indonesia atau pun rata-rata nasional sekitar 139 kg perkapita per tahun.

Guna mengurangi konsumsi beras, peme-rintah telah melakukan sosialisasi pengalihan dari beras ke umbi-umbian, sayur-sayuran ataupun buah-buahan. Target Pemerintah ting-kat konsumsi beras masyarakat Indonesia menurun sekitar 1,5 persen tiap tahunnya dari jumlah perkapita per tahunnya.

(34)

Ketersediaan benih sumber dari varietas unggul bermutu, sangat penting mendukung diseminasi varietas kepada petani. Pengembangan dan peningkatan kemam-puan Industri Perbenihan baik yang dikelola oleh Peme-rintah maupun swasta ditingkatkan melalui aspek-aspek strategis antara lain Penelitian dan Pengembangan Varie-tas, Perbanyakan Benih, Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih, Distribusi/Pemasaran dan Penggunaan Benih di tingkat petani.

Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, dengan memacu pe-ningkatan produksi Tanaman Pangan terutama produksi komoditi utama tanaman pangan seperti padi, jagung dan kacang-kacangan. Sehubungan dengan itu guna mencapai sasaran produksi komoditas utama tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bermutu, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi, produkti-vitas dan mutu hasil tanaman.

Memenuhi permintaan, benih tidak dapat diproduksi secara mendadak atau secara langsung, tetapi perlu pe-rencanaan yang baik. Pepe-rencanaan dan penanganan yang kurang baik dapat merugikan produksi benih.

Balai Benih merupakan institusi perbenihan yang

PERAN DAN UPAYA UPTD BBI TPPH

MENJAWAB KETAHANAN PANGAN

ADALAH KETIKABENIH

-

BENIH

VARITASUNGGUL BERMUTUTIDAK

SELALUTERSEDIAPADASAAT

DIBUTUHKAN

. I

DEALNYA

,

KETERSEDIAANBENIHBAGIPARA

PETANI HARUSTERJAMIN

.

M

ENJAWABPERSOALANINIMAKA KETERSEDIAANBENIH SUMBER

BAGIPARAPENANGKAR JUGA

HARUSTERJAMIN

. G

UNA

MENJAMIN KETERSEDIAANBENIH

UNGGULBERMUTU

,

MAKA

BBI

MEMPERKUAT SISTEMPRODUKSI

PERBENIHANSEHINGGA MAMPU

MEMENUHI KEBUTUHANPARA

(35)

menangani fungsi produksi untuk benih sumber sekaligus mendistribusikannya kepada produsen. Peran Balai Benih sangat penting, karena ia menjadi pelopor perkembangan penggunaan benih bermutu varietas unggul Tanaman Pangan, serta penyebarluasan varietas unggul tersebut kepada masyarakat maupun penangkar.

Tak ada pilihan lain, kini saatnya pemanfaatan Balai Benih lebih dioptimalkan, terutama guna mendorong, memacu dan mendongkrak tumbuh dan berkembangnya penangkar benih yang berkualitas.

Harapan kita adalah menghasilkan Benih Pokok (BP) padi, jagung, kedele dan kacang tanah sebagai benih sumber untuk keperluan perbanyakan Benih Sebar (BR) sehingga mampu memenuhi kebutuhan Benih Pokok (BP) padi, jagung, kedele dan kacang tanah untuk keperluan penangkaran benih Tanaman Pangan.

Kegiatan ini berlandaskan pada Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat (03) Nomor SP : 018.03.3.089076/2013 tanggal 5 Desember 2012.

(36)

PERBANYAKAN BENIH DASAR PADI (BS-BD)

Dari Batang Piaman

Hingga Kuruik Kusuik

Belasan Ribu Kg

Benih Siap Sebar

P

ADADASARNYAPENGOLAHAN TANAHSAWAHMELIPUTI

3

PHASE

YAKNI

,

PENGGENANGANTANAH

SAMPAITAHAP JENUHAIR

,

PEMBAJAKANTANAHUNTUK

MEMECAHBONGKARANDAN

SEKALIGUSMEMBALIKANTANAH

,

PENGGARUAN UNTUK

MENGHANCURKAN TANAHDAN

KEMUDIANDILAKUKAN

PELUMPURAN DENGANAIR

,

PENGOLAHANTANAHDIMULAI

PALING LAMBAT

15

HARI

SEBELUMPENANAMAN

.

Benih sumber yang digunakan adalah benih yang berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi untuk perbanyakan kelas benih (BS - BD) dengan volume 10 kg/Ha.

(37)

dilakukan sesuai dengan kondisi setempat. Takaran pupuk dan cara pemupukan berpedoman pada rekomendasi daerah se-tempat. Takaran pupuk P dihitung berda-sarkan kadar P tanah. Pupuk P diberikan pada saat tanam atau paling lambat 3 ming-gu setelah tanam.

Pupuk K hanya diberikan pada tanah yang mengandung K rendah, diberikan pada saat tanam atau menjelang phase pri-mordia

Penyiangan dilakukan pada tumbuhan pengganggu yang sangat bersaing dengan tanaman padi, dilakukan kira-kira pada umur padi 21 s/d 45 hari sesudah tanam. Pemberian air jangan terlalu dalam baik pada phase vegetatif maupun generatif. Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

Panen dapat dilakukan pada tingkat pemasakan 80 - 90%. Hasil panen harus segera diproses (dirontokan, dibersihkan, dikeringkan, dan lain-lain) dan jangan dibiarkan menumpuk yang akan berpengaruh terhadap mutu benih.

Calon benih yang baru dipanen segera dikeringkan sampai mencapai kadar air simpan (13% - 11 %). Apabila menggunakan dryer maka suhu udara harus diatur bergantung pada kadar air awal benih agar tidak merusak viabilitas. Makin tinggi kadar air awal benih makin rendah suhu pengeringan yang diperlukan.

Apabila dilakukan dengan sinar matahari maka penjemuran dapat dilakukan dalam hamparan setebal 2 - 8 cm selama 4 - 8 jam /hari, lamanya pengeringan tergantung pada kedaan cuaca, umumnya 2 - 3 hari.

Guna mempertahankan mutu dan daya tumbuh benih, maka penyimpanan benih dilakukan dengan baik. Pengemasan sementara bertujuan untuk mempermudah penyimpanan, penghitungan dan pengambilan sample benih untuk uji labor sertifikasi. Pengemasan pasar bertujuan untuk memudahkan penjualan dan pengiriman. Bagi calon benih yang telah lulus dikemasi dalam packing 5 kg atau 15 kg. Dalam melakukan kegiatan perbanyakan seluruh proses sertifikasi dilaksanakan sesuai dengan petunjuk sertifikasi yang telah ditetapkan oleh BSPB.

Kegiatan Perbanyakan Benih Dasar Padi (BS – BD) seluas 4,0 Ha dimulai dari bulan Mei 2013 sampai dengan bulan Desember 2013 yang pelaksanaanya dilakukan di Balai Benih Induk Sungai Dareh seluas 3,0 Ha, Balai Benih Induk Kinali 0,5 Ha dan Balai Benih Induk Ladang Laweh 0,5 Ha

Dalam mewujudkan Kegiatan Perba-nyakan Benih Dasar Padi (BS-BD) seluas 4 (empat) Ha pada UPTD BBI TPPH Sumatera Barat melalui Satuan Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat TA.2013 merealisasikan anggaran untuk kegiatan ini.

(38)

Kegiatan Perbanyakan Benih Dasar Padi (BS-BD) dilaksanakan di Balai Benih Induk (BBI) Sungai Dareh seluas 4,0 (empat) Ha dan varietas yang ditanam adalah Batang Piaman, Inpari 12, Cisokan, IR – 66, Mekongga dan Kuriek Kusuik. Produksi Benih yang dihasilkan untuk varietas Btg.Piaman sebanyak 1.300 Kg dan Varietas Kuriek Kusuik sejumlah 1.475 Kg ( 730 kg lulus sebagai Benih Dasar (BD) dan 745 Kg lulus sebagai Benih Pokok (BP) dengan luasan masing-masing 1,0 Ha. Penurunan Kelas Benih ini juga terjadi dikarenakan terdapatnya jumlah CVL (Campuran Varietas Lain) > 0,0 %, hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan adanya voluntir pada areal pertanaman dan atau dapat terjadi adanya Tipe Simpang ( Off Type ).

Varietas Inpari 12 sebanyak 760 Kg, Varietas Cisokan sebanyak 800 Kg, varietas IR - 66 sebanyak 830 Kg, dan varietas Mekongga sebanyak 900 Kg dengan luasan masing-masing 0,5 Ha.

PERBANYAKAN BENIH POKOK PADI

Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Padi (BD-BP) dilaksanakan di Balai Benih Induk (BBI) Sungai Dareh seluas 16,0 (Enam Belas) Ha dengan rincian varietas yang ditanam ada-lah Inpari 12 (3,0 Ha) jumada-lah pro-duksi benih yang dihasilkan 1.840 Kg, Btg.Piaman (8,5 Ha) jumlah produksi benih 11.550 Kg kelas BP dan 2.760 Kg kelas BR, PB - 42 (1,0 Ha) produksi benih yang dihasilkan sebanyak 1.575 Kg, Inpari 21 (1,0 Ha) produksi benih yang dihasilkan sebanyak 1.560 K.

Metoda pelaksanaan proses perbanyakan benih sumber padi Kelas BD – BP secara umum

dilaku-kan sebagai berikut : pada dasarnya pengolahan tanah sawah meliputi 3 phase ; Penggenangan tanah sampai tahap jenuh air, pembajakan tanah untuk memecah bongkaran dan sekaligus membalikan tanah, penggaruan untuk menghancurkan tanah dan kemudian dilakukan pelumpuran dengan air dan pengolahan tanah dimulai paling lambat 15 hari sebelum penanaman.

Benih sumber yang digunakan adalah benih yang berasal dari Balai benih Induk ( BBI ) untuk perbanyakan kelas benih (BD - BP) dengan volume 25 kg/Ha.

Persemaian disiapkan 20-30 hari sebelum tanam, penaburan benih tidak rapat, sehingga Barat dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Tabel 12.

(39)

pertumbuhan bibit akan dapat cepat dan kokoh. Waktu dan cara tanam dapat dilakukan sesuai dengan kondisi setempat.

TAKARAN PUPUK

Takaran pupuk dan cara pemupukan berpedoman pada rekomendasi daerah setempat. Takaran pupuk P dihitung berdasarkan kadar P tanah. Pupuk P diberikan pada saat tanam atau paling lambat 3 minggu setelah tanam. Pupuk K hanya diberikan pada tanah yang mengandung K rendah, diberikan pada saat tanam atau menjelang phase primordia.

Penyiangan dilakukan pada tumbuhan pengganggu yang sangat bersaing dengan tanaman padi, dilakukan kira-kira pada umur padi 21 s/d 45 hari sesudah tanam.

Pemberian air jangan terlalu dalam baik pada phase vegetatif maupun generatif. Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

Panen dapat dilakukan pada tingkat pemasakan 80 - 90%. Hasil panen harus segera diproses (dirontokan, dibersihkan, dikeringkan, dan lain-lain) dan jangan dibiarkan menumpuk yang akan berpengaruh terhadap mutu benih.

Calon benih yang baru dipanen segera dikeringkan sampai mencapai kadar air simpan (13% - 11 %). Apabila menggunakan dryer maka suhu udara harus diatur bergantung pada kadar air awal benih agar tidak merusak viabilitas. Makin tinggi kadar air awal benih makin rendah suhu pengeringan yang diperlukan.

Apabila dilakukan dengan sinar matahari maka penjemuran dapat dilakukan dalam hamparan setebal 2 - 8 cm selama 4 - 8 jam /hari, lamanya pengeringan tergantung pada kedaan cuaca, umumnya 2 - 3 hari.

(40)

dengan baik.

Pengemasan sementara bertujuan untuk mempermudah penyimpanan, penghitungan dan pengambilan sample benih untuk uji labor sertifikasi.

Pengemasan pasar bertujuan untuk memudahkan penjualan dan pengiriman. Bagi calon benih yang telah lulus dikemasi dalam packing 5 kg atau 15 kg

Dalam melakukan kegiatan perbanyakan seluruh proses sertifikasi dilaksanakan sesuai dengan petunjuk sertifikasi yang telah ditetapkan oleh BSPB.

Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Padi (BD – BP) seluas 16 Ha dimulai dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Desember 2013 yang pelaksanaanya dilakukan di Balai Benih Induk Sungaidareh dengan jenis tanah Podzolik Merah Kuning dengan pH 4 – 5 (asam) serta berada pada ketinggian 106 m dari permukaan laut.

Dalam mewujudkan Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Padi (BD-BP) seluas 16 (enam belas) Ha pada UPTD BBI TPPH Sumatera Barat melalui Satuan Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat TA.2013 telah merealisasikan anggaran untuk kegiatan ini.

(41)

Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Padi (BD-BP) dilaksanakan di Balai Benih Induk (BBI) Sungai Dareh seluas 16,0 (Enam Belas) Ha dengan rincian varietas yang ditanam adalah Inpari 12 (3,0 Ha) jumlah produksi benih yang dihasilkan 1.840 Kg, Btg.Piaman (8,5 Ha) jumlah produksi benih 11.550 Kg kelas BP dan 2.760 Kg kelas BR, PB - 42 (1,0 Ha) produksi benih yang dihasilkan sebanyak 1.575 Kg, Inpari 21 (1,0 Ha) produksi benih yang dihasilkan sebanyak 1.560 Kg.

Cisokan (1,5 Ha) jumlah produksi benih yang dihasilkan 3.200 Kg dan Mekongga (1,0 Ha) produksi benih yang dihasilkan sebanyak 1.620 Kg. Untuk varietas Inpari 12 produksi benih yang dihasilkan belum mencapai target produksi yang diharapkan yaitu 1.500 Kg/Ha, dikarenakan pertanaman Inpari pada waktu phase berbunga terkena serangan Blas. Serangan Blas daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif yang menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Serangannya dapat menurunkan hasil secara langsung karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian terganggu dan bulir padi menjadi hampa.

Tabel 13.

(42)

Proses perbanyakan benih sumber jagung Kelas BD– BP dilakukan secara umum sebagai berikut :Pertanaman pada lahan tegalan sebaiknya dilakukan pengolahan tanah dan pada waktu pengolahan tanah dilakukan mengikuti pola tanam setempat

Penanaman dengan cara menugal sedalam 3 - 5 cm, jarak tanam 75 x 20 atau 75 x 40 cm

Benih sumber yang digunakan adalah benih yang berasal dari Balai Benih Induk (BBI) untuk perbanyakan kelas benih (BD - BP) dengan volume 20 – 25 kg/Ha .

Penyulaman umur 1 minggu dan penyiangan apabila rerumputan (gulma) telah mulai tumbuh (pada umur 30 HST). Pembumbunan umur 3 – 4 minggu pada saat penyiangan.

Pemberian air diperlukan pada waktu tanam, sebelum keluar malai serta periode keluarnya rambut hingga pembentukan tongkol.

Dosis pupuk digunakan adalah 300 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCL atau sesuai dengan rekomendasi setempat. Diaplikasikan sebagai pupuk dasar ½ bagian dosis urea dan penuh untuk TSP dan KCL. Pupuk susulan ½ dosis urea.

PERBANYAKAN BENIH DASAR JAGUNG (BS-BD)

Ribuan Kilogram

Varietas Sukmaraga

Lulus Benih Sumber

Kelas BD

K

EGIATAN

P

ERBANYAKAN

B

ENIH POKOK

J

AGUNG

(BD-BP)

DILAKSANAKANDI

B

ALAI

B

ENIH

I

NDUK

K

INALI DITANAMSELUAS

1,0 H

ADENGANVARIETAS

S

UKMARAGA

. H

ASIL PROSES

S

ERTIFIKASI

B

ENIH PERTANAMAN JAGUNG VARIETAS

S

UKMARAGA

TELAH LULUSSEBAGAI

B

ENIH

S

UMBER KELAS

BP, T

OTAL

P

RODUKSI

B

ENIHYANG

(43)

Perlu pengamatan dini dan cermat terhadap adanya serangan hama/penyakit pada setiap phase pertumbuhan. Preventif sangat diperlukan, keterlambatan berakibat fatal terhadap produksi. Dan gunakan seed treatment (Rhidomil)

Panen dilakukan pada umur 80 – 120 hari (tergantung varietas)

Pengeringan dilakukan secara alami (sinar matahari) atau menggunakan dryer. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh kadar air 10 - 11% untuk dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Proses sertifikasi dimulai dengan mengajukan permohonan sertifikasi kepada BPSB, pemeriksaan lapangan pendahuluan, PL I, PL II, dan PL III, pemeriksaan alat-alat panen, alat-alat prosesing, pengujian calon benih sampai dengan proses pelabelan.

Dalam melakukan kegiatan perbanyakan benih, seluruh proses sertifikasi dilaksanakan sesuai dengan pertunjuk sertifikasi yang ditetapkan oleh BPSB. Benih yang telah lulus dikemas dalam packing 5 (lima) kg.

Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Jagung (BD – BP) seluas 1 Ha dimulai dari bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November 2013 yang pelaksanaanya dilakukan di Balai Benih Induk Kinali Dalam mewujudkan Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Jagung (BD-BP) seluas 1 (satu) Ha pada UPTD BBI TPPH Sumatera Barat melalui Satuan Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat) TA.2013 merealisasikan anggaran untuk kegiatan ini sebagai berikut : Pada Tahun Anggaran 2013, Pencapaian Hasil yang didapat dari pelaksanaan Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Jagung ( BD – BP ) pada UPTD BBI TPPH Sumatera Barat melalui Anggaran Satuan Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat (03) dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14.

Pencapaian Hasil Kegiatan Perbanyakan Benih Pokok Jagung (BD-BP)

(44)

Penanaman dengan cara menugal sedalam 3 - 5 cm, jarak tanam teratur (20 x 20 cm) varietas cabang banyak dan (40 x 10 cm) varietas bercabang sedikit.

Benih sumber yang digunakan adalah benih yang berasal dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Ubi-ubian, untuk perbanyakan kelas benih (BS - BD) dengan volume 25 kg/Ha

Penyiangan dilakukan apabila rerumputan (gulma) telah mulai tumbuh (pada umur 30 HST). Saat phase pembungaan dihindari penyiangan

Pemberian air diperlukan pada phase pertumbuhan, pembungaan dan pengisian polong. Kekeringan menye-babkan penurunan produksi cukup besar

Dosis pupuk digunakan adalah 50 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 50 kg KCL atau sesuai dengan rekomendasi setempat. Diaplikasikan sebagai pupuk dasar ½ bagian dosis urea dan penuh untuk TSP dan KCL. Pupuk susulan ½ dosis urea.

Perlu pengamatan dini dan cermat terhadap adanya serangan hama/penyakit pada setiap phase pertum-buhan. Tindakan preventif sangat diperlukan, keterlam-batan berakibat fatal terhadap produksi.

PERBANYAKAN BENIH DASAR KEDELE (BS-BD)

Ribuan Kg Kedele

Varietas Anjasmoro

Lulus Benih Sumber

Kelas BD

P

ERTANAMANPADA LAHAN TEGALAN SEBAIKNYADILAKUKAN

PENGOLAHANTANAHDANPADA

WAKTUPENGOLAHANTANAH

DILAKUKANMENGIKUTI POLA

(45)

Panen dilakukan apabila daun telah menguning, batang dan polong mengering, berwarna coklat kegelapan. Biji berisi penuh, kulit licin dan keras. Panen dilakukan dengan cara menyabit pada pangkal batang dan brangkasan segera dikeringkan.

Pengeringan brangkasan dapat dilakukan secara alami (sinar matahari) atau menggunakan dryer. Brangkasan yang kering dirontokkan, kemudian dilakukan pengeringan kembali sehingga diperoleh kadar air 10-11% untuk dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Proses sertifikasi dimulai dengan mengajukan permohonan sertifikasi kepada BPSB, pemeriksaan lapangan pendahuluan, PL I, PL II, dan PL III, pemeriksaan alat-alat panen, alat-alat prosesing, pengujian calon benih sampai dengan proses pelabelan.

Dalam melakukan kegiatan perbanyakan seluruh proses sertifikasi dilaksanakan sesuai dengan pertunjuk sertifikasi yang telah ditetapkan oleh BPSB. Bagi calon benih yang telah lulus dikemas dalam packing 5 (lima) kg.

Kegiatan Perbanyakan Benih Dasar Kedele (BS – BD) seluas 1 Ha dimulai dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan April 2013 yang pelaksanaanya dilakukan di Balai Benih Induk Kinali

PENCAPAIAN HASIL

Pada Tahun Anggaran 2013, Pencapaian Hasil yang didapat dari pelaksanaan Kegiatan Perbanyakan Benih Dasar Kedele ( BS – BD ) pada UPTD BBI TPPH Sumatera Barat melalui Anggaran Satuan Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15.

Gambar

Tabel 12.
Tabel 13.Pencapaian Hasil Kegiatan Perbanyakan Benih Dasar Padi (BD-BP)
Tabel 14.
Tabel 15.Pencapaian Hasil Kegiatan Perbanyakan Benih Dasar Kedele (BS-BD)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peranan sektor swasta dalam perbenihan tanaman pangan di Indonesi'a masih terbatas. Sistem perbenihan tanaman pangan di'lndonesia mulai dari pembentukan varietas

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TAPANULI SELATAN. N A M

- Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Kegiatan : 2.00.03.01.005.0005. - Monitoring dan Evaluasi Program dan

Program peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura di Kalimantan Selatan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura difokuskan pada kegiatan peningkatan

Satuan Kerja : DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Tahun Anggaran : 2015.

Kasi Perbenihan dan Perlindungan BIDANG TANAMAN PANGAN.. Kabid Tanaman

Rencana Kerja (Renja) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2016 adalah panduan pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2016 sekaligus evaluasi terhadap capaian

Dari data hasil Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sasaran yang dicapai sesuai dan bahkan