• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI LUAS

B A N G U N D A T A R

Oleh: Fifin Ananda H.S

NIM 4111111008

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuihan Yang Maha Esa, atas segala

berkat-Nya yang memberi kesehatan dan anugerah kepada penulis sehingga

penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem

Based Learning Dan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Luas Bangun Datar”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Dr. Edy Surya, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana

penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd, Bapak Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih

juga kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan

terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd

selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan

beserta staf-stafnya di FMIPA UNIMED. Ucapan terimakasih juga disampaikan

kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.

Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry,

M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu

Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah

membantu penulis dan memberikan kelancaran selama perkuliahan sampai

penyusunan skripsi ini selesai.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala Sekolah SMP

Negeri 1 Bakongan Bapak Maisarah, S.Pd, Ibu Jasriyah, S.Pd selaku Guru Bidang

(4)

v

beserta Staf Pegawai SMP Negeri 1 Bakongan yang telah membantu penulis

selama melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada pahlawan hidup

terhebat Ayahanda Husnul Sinaga dan Ibunda tercinta Suriana S yang berusaha

dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya memperoleh pendidikan yang layak,

yang selalu setia berdoa, melimpahkan kasih sayang, memberi semangat serta

pengorbanan yang tak ternilai harganya hingga penulis bisa memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Matematika. Terimakasih juga untuk adik-adik kebanggaan

Muhammad Rayyan HS, Dinda Rahmiatun HS, Wilda Farida HS dan Fakhrul

Ridha HS yang telah mendoakan dan memberi semangat bagi penulis.

Terimakasih kepada Kakek tercinta H. Sudin, Angku Misdi, Uci Faizah Nur dan

Nenek Yulinar , kepada Bu Yumna, Bu Yurni, Bu Husna, Pak Sapek, Pak Anto

dan Om Dedi yang selalu memberi semangat dan mendoakan keberhasilan

penulis.

Terimakasih kepada sahabat karib terkasih Rico Ardiansyah yang telah

berdoa dan meluangkan waktu untuk berbagi suka dan duka. Kepada teman

seperjuangan Tio Lusi Rani Siahaan, sahabatku Halfina B Jafar, Asty Anggraini,

Shirley Aprilia, Raisyah Hutapea, Dian Novita dan kepada seluruh teman-teman

di Kelas Reguler B 2011 Matematika UNIMED yang memberikan semangat

selama kuliah hingga sampai selesainya skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa,

karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2015

Penulis,

(5)

iii

Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan

Pembelajaran Konvensional Pada Materi Luas Bangun Datar Fifin Ananda H.S (4111111008)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar di kelas VII SMP Negeri 1 Bakongan Aceh Selatan T.A 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh Kelas VII SMP N 1 Bakongan sebanyak 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan banyak sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen dan Kelas VII-3 sebagai kelas kontrol. Jumlah masing-masing siswa setiap kelas adalah sebanyak 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Sebelum tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, keempat butir tes tersebut diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Tes diberikan setelah perlakuan pembelajaran kepada kedua kelas, yaitu setelah kelas eksperimen diajar dengan model Problem Based Learning dan kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional.

Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen adalah 76,5, dan pada kelas kontrol adalah 67. Analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Liliefors dengan α = 0,05, Ltabel= 0,159130 dan diperoleh L0 = 0,0693 kelas ekperimen dan L0 = 0,1222 untuk kelas kontrol. Artinya, L0< Ltabel. Sehingga disimpulkan bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh Fhitung=1,1188 dan Ftabel=1,84

yang berartiFhitung<Ftabel, yang artinya kedua sampel berasal dari populasi yang

homogen.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 12

2.1.1. Pengertian Belajar 12

2.1.2. Pembelajaran Matematika 13

2.1.3. Pembelajaran Konvensional 15

2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 16

2.2. Model Pembelajaran 19

2.2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning 20

2.2.2 Ciri-ciri Problem Based Learning 21

2.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning 23

2.2.4 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning 24

2.2.5 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning 25

(7)

vii

Matematika 26

2.3. Teori Belajar Yang Mendukung Problem Based Learning 28

2.4. Luas Bangun Datar 30

2.4.1 Pengertian Luas Bangun Datar 30

2.4.2 Jenis-jenis Bangun Datar 31

2.4.2.1 Persegi Panjang 31

2.4.2.2 Persegi 32

2.4.2.3 Trapesium 33

2.4.2.4 Jajargenjang 34

2.4.2.5 Belah Ketupat 35

2.4.2.6 Layang-layang 35

2.4.2.7 Segitiga 36

2.5. Hasil Penelitian Yang Relevan 37

2.6. Kerangka Konseptual 39

2.7. Hipotesis Penelitian 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 42

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 42

3.2.1. Populasi Penelitian 42

3.2.2. Sampel Penelitian 42

3.3. Variabel Penelitian 42

3.3.1 Variabel Bebas 43

3.3.2 Variabel Terikat 43

3.4. Definisi Operasional 43

3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian 44

3.6. Prosedur Penelitian 45

3.7. Validitas Internal Penelitian 48

3.8. Alat Pengumpul Data 49

3.8.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Tertulis 49

(8)

viii

3.9. Analisis Uji Coba Tes 52

3.9.1 Uji Validitas 52

3.9.2 Uji Reliabilitas 53

3.9.3 Taraf Kesukaran Soal 54

3.9.4 Daya Pembeda Soal 56

3.10. Tehnik Analisis Data 57

3.10.1. Menghitung Rata-rata Skor 57

3.10.2. Menghitung Standar Deviasi 57

3.10.3. Uji Normalitas 58

3.10.4. Uji Homogenitas 59

3.10.5. Uji Hipotesis 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 62

4.1.1 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 62

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 62

4.3 Teknik Analisis Data 63

4.3.1 Uji Normalitas 63

4.3.2 Uji Homogenitas 64

4.3.3 Uji Hipotesis 64

4.4 Diskusi Hasil Penelitian 65

BAB V

5.1 Kesimpulan 69

5.2 Saran 69

(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa 5

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning 25

Tabel 3.1. Desain Penelitian 44

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 50

Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 51

Tabel 3.4. Validitas Butir Test 53

Tabel 3.5. Reliabilitas Test 54

Tabel 3.6. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal 54

Tabel 3.7. Tingkat Kesukaran Test 55

Tabel 3.8. Daya Beda Soal Posttes 56

Tabel 3.9. Hasil Analisis Butir Soal Posttes 57

Tabel 4.1. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 62

Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian 63

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk Segiempat 30

Gambar 2.2. Persegi Panjang 31

Gambar 2.3. Persegi 32

Gambar 2.4. (i) Trapesium sama kaki dan (ii)Trapesium siku-siku 33

Gambar 2.5. Soal Trapesium 33

Gambar 2.6. Jajargenjang 34

Gambar 2.7. Belah Ketupat 35

Gambar 2.8. Layang-layang 35

Gambar 2.9. Bentuk-bentuk Segitiga 36

Gambar 2.10. Contoh Soal Segitiga 37

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP I Kelas Ekperimen 73

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa 1 84

Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian LKS1 88

Lampiran 4 RPP II Kelas Ekperimen 90

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 2 98

Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LKS-2 103

Lampiran 7 RPP III Kelas Eksperimen 106

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa 3 115

Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian LKS–3 120

Lampiran 10 RPP IV Kelas Eksperimen 123

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa 4 132

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LKS-4 138

Lampiran 13 RPP I Kelas Kontrol 141

Lampiran 14 RPP II Kelas Kontrol 148

Lampiran 15 RPP III Kelas Kontrol 154

Lampiran 16 RPP IV Kelas Kontrol 162

Lampiran 17 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 169

Lampiran 18 POSTTEST 176

Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Posttest 179

Lampiran 20 Perhitungan Validitas Tes 183

Lampiran 21 Perhitungan Reliabilitas Tes 186

Lampiran 22 Tabel Bantu Mencari Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes 188

Lampiran 23 Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 192

Lampiran 24 Uji Homogenitas 199

Lampiran 25 Uji Hipotesis 200

Lampiran 26 Laporan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian 202

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

dinamis dan syarat perkembangan. Menurut Trianto (2011:1), “Perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus sejalan dengan

perubahan budaya kehidupan”. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

semua tingkat terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerintah merumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa

pendidikan dilakukan agar mendapat tujuan yang diharapkan bersama. Didalam

tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk perkembangan potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga

yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan

yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi

kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting

(13)

2

yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk

menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun

yang akan datang.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berdampak pada

semua aspek kehidupan. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi

dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola,

dan memanfaatkan iptek tersebut secara proporsional. Hal yang paling menentukan

untuk tercapainya pendidikan yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Menurut Rostina (2013:2), “Kemampuan ini membutuhkan

pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui

pembelajaran matematika”.

Matematika memiliki peranan yang sangat besar yang dapat dirasakan oleh

seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Matematika merupakan salah satu ilmu

dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa. Matematika juga merupakan

sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan

kemampuan logisnya. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK), matematika memegang peranan penting karena dalam pembelajaran

matematika dituntut untuk berpikir kritis dan teliti untuk mengelola informasi,

memecahkan suatu persoalan/permasalahan sehingga berguna baik dalam

kehidupan sehari-hari serta sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan

teknologi.

Sejalan dengan itu Standar Kompetensi Lulusan oleh Pemerintah melalui

Permen 23 Tahun 2006 adalah:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

(14)

3

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matematika sangat terstruktur dimana keterampilan matematika yang satu

tidak dapat dipisahkan dari keterampilan matematika lainnya. Analisis konsep baik

sekali diterapkan pada pengajaran matematika. Bangun datar merupakan salah satu

materi pada matematika yang memerlukan pemahaman terhadap konsep. Dalam

menentukan luas suatu bangun jika guru memberikan rumus luas untuk tiap bangun

yang kemudian akan dihapal oleh siswa maka jika diberikan gambar bangun yang

sama dalam posisi berbeda siswa tersebut akan kewalahan dalam memecahkan

permasalahan. Nah, disinilah peran penanaman konsep terhadap siswa agar

kemampuan pemecahan masalah matematika mereka dapat berkembang. Artinya,

bagaimanapun bentuk bangun yang diberikan siswa dapat menemukan luas bangun

tersebut.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Sanjaya (2013:1) mengungkapkan :

“Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi”.

Hal ini senada dengan permasalahan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum:

(15)

4

dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini berdampak negatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah. KBM yang konvensional dengan metode ceramah merupakan cara yang paling aman untuk mengejar pencapaian target pembelajaran. Padahal pencapaian kompetensi sebagaimana tertuang dalam SK dan KD memerlukan metode dan pendekatan aktif learning yang bervariasi guna meningkatkan kemampuan siswa menguasai suatu kompetensi”.

Kemampuan memecahkan masalah merupakan prasyarat bagi manusia

untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam pengajaran matematika, pemecahan

masalah berarti serangkaian operasi mental yang dilakukan seseorang untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Kemampuan memecahkan masalah matematika

seyogianya ditanamkan dari SD sehingga kemudian hari mereka dapat

menggunakannya sebagai dasar memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.

Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa

dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka,

dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum

paham terhadap materi yang disajikan guru.

Oleh karena itu kualitas pendidikan matematika di Indonesia hendaknya

ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman. Karena pada kenyataannya

sampai saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika

dibandingkan dengan negara lain, terutama dalam bidang studi matematika. Hal ini

dibuktikan oleh hasil PISA tahun 2009 yaitu Indonesia hanya menduduki rangking

61 dari 65 peserta dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional

adalah 496.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada

substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep

matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat

(16)

5

dinyatakan bahwa: “Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam

pembelajaran matematika Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika

hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi

(contextual problem)”.

Berikut ini adalah hasil pekerjaan siswa yang diberikan tes diagnostik. Tes

yang diberikan bertujuan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa secara tertulis.

Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa

No Soal

Hasil Pekerjaan Siswa Keterangan

1

• Langkah

penyelesaian soal tidak tersusun secara jelas.

• Tidak memahami konsep,

penggunaan rumus salah dan akhirnya

penyelesaian soal tidak benar.

2 Tidak dapat

memberikan

jawaban secara jelas

3 Tidak teliti,

(17)

6

gambar daun sirih di kertas berpetak juga salah.

4 Sudah memahami

permasalahan, akan tetapi tidak dapat memodelkan permasalahan dengan benar.

Tabel di atas menunjukkan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal matematika. Pemberian tes diagnostik kemampuan pemecahan masalah kepada

27 orang siswa, sebanyak 81,48% (22 siswa) masih berada dalam kategori sangat

rendah dan sisanya 18,52% (5 siswa) masih berada dalam kategori rendah. Hasil

tersebut terbukti bahwa kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep sehingga

berdampak terhadap lemahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika.

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan

siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku

mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Guru

dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Guru

merupakan perancang skenario pembelajaran yang tangguh. Disinilah peran guru

sebagai fasilitator diperlukan yaitu memberikan pelayanan untuk memudahkan

siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Jika guru mampu menempatkan model

dan metode pembelajaran yang efektif pada suatu materi maka proses belajar

mengajar akan membuahkan pemahaman terhadap siswa.

Solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

(18)

7

Learning (PBL) merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2013).

Menurut Arends (dalam Trianto, 2011) Problem Based Learning merupakan

suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik

(nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri,

menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan

siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri.

Model Problem Based Learning bercirikan penggunaan masalah kehidupan

nyata sebagai suatu yang harus yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL

diharapkan siswa mendapat lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang

dihafal. Dalam PBL pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, dimana

tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan

mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai panyaji masalah,

penanya, mengadakan dialog dan membantu siswa menemukan masalah dan

pemberi fasilitas pembelajaran.

Penelitian yang mendukung pengaruh PBL terhadap kemampuan

pemecahan masalah yaitu Dede Suhery,dkk (2013:13):

“Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa Fhitung pada faktor pembelajaran (pembelajaran berbasis masalah dan konvensional) sebesar 806,092 dengan nilai taraf signifikan 0.05 maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional”.

Nurdalilah, dkk (2014:117) :

“Berdasarkan pengujian dengan menggunakan ANAVA dua jalur maka diperoleh kemampuan pemecahan masalah dengan F hitung pada faktor pembelajaran (PBM dan Pembelajaran Langsung) adalah 41,358 nilai signifikan (sig) α = 0,000. Karena taraf nilai signifikan kemampuan

(19)

8

bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan Pendekatan (PBM) dan Pembelajaran secara konvensional”.

Holmes (2014:81) :

“Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siwa yang diajarkan dengan pembelajaran problem based learnig lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan statistik”.

Dani setiawaan, dkk (2014)

“Dari hasil uji hipotesis 1 yaitu uji ketuntasan individual dan klasikal diperoleh bahwa peserta didik kelas eksperimen dapat mencapai ketuntasan individual dan klasikal. Dari hasil uji hipotesis 2 yaitu uji perbedaan dua rata-rata dan dua proporsi diperoleh bahwa rata-rata dan proporsi ketuntasan peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata dan proporsi ketuntasan kelas kontrol. Dari hasil uji hipotesis 3 yaitu analisis regresi linier sederhana diperoleh bahwa aktivitas peserta didik berpengaruh terhadap hasil tes kemampuan pemecahan masalah sebesar 85 %. Simpulan yang diperoleh adalah model PBL berbasis nilai karakter berbantuan CD pembelajaran efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah materi segiempat kelas VII”.

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan

pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat

meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga

diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan penemuan di tempat penelitian, selain memberikan soal

diagnostik kepada siswa, peneliti juga mewawancarai guru mata pelajaran

matematika. Hasil wawancara menegaskan bahwa pada proses pembelajaran guru

tidak pernah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini

(20)

9

Dari beberapa kutipan diatas menjelaskan begitu penting arti dan peranan

pendidikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa. Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan

Pembelajaran Konvensional padaMateri Luas Bangun Datar”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka timbul beberapa masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika

2. Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa cenderung

lemah.

3. Kegiatan pembelajaran matematika yang umum digunakan guru di

kelas adalah menyampaikan materi dengan ceramah.

4. Proses kegiatan belajar mengajar kurang menunjang siswa untuk

mengekpresikan kemampuan pemecahan masalah matematika yang

dimiliki siswa.

5. Model pembelajaran PBL tidak pernah diterapkan dalam pembelajaran

matematika.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya kemampuan peneliti dan luasnya cakupan

identifikasi masalah, maka peneliti memberi batasan masalah pada penelitian ini

yaitu pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas VII SMP

(21)

10

pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning

dan pembelajaran Konvensional.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus

permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based

Leraning lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun

datar?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi

dibandingkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar

dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar.

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan

akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Kepada peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan

pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai

calon tenaga pengajar di masa akan datang.

2. Kepada guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran dengan

(22)

11

3. Kepada siswa, melalui penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

4. Kepada pihak pengelola sekolah, sebagai masukan dan sumbangan

pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dan dalam

(23)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkana hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut: kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem

Based Learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar di kelas VII

SMP Negeri I Bakongan T.A 2014/2015.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya mempelajari model

pembelajaran Problem Based Learning agar dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika karena model pembelajaran ini dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara

tertulis.

2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelebihan dan

kelemahan dari pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan

matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa.

3. Bagi siswa sebaiknya lebih percaya diri dan berani untuk mengemukakan

pendapat dalam memecahkan masalah matematika dan menjaga ketertiban

dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

4. Bagi peneliti yang ingin untuk melanjutkan bentuk penelitian ini

(24)

70

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Asmin., dan Abil Mansyur. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata

Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.

Gunantara, Suarjana dan Nanci Riastini. 2014. Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. 2 : nomor 1 2014.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV PUSTAKA SETIA

Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. EDUCATIONIST. 1 : nomor 2 2007. ISSN : 1907-8838.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru Matematika SMP/MTs

Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Matematika SMP/MTs

Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kholik, M. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional.

MuhammadKholik.wordpress.com/2011/08/metode-pembelajaran-konvensional. (diakses 22 Desember 2014).

(25)

71

Nababan, H. 2014. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa yang Belajar melalui Pembelajaran PBL dengan Pembelajaran Konvensional pada Pokok Bahasan Statistik di Kelas XI SMAN I Pagaran 2014/201. Medan : Skripsi FMIPA Universitas Negeri Medan.

Nurdalilah., Edi Syahputra., dan Dian Armanto. 2014. Perbedaan Kemampuan

Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Jurnal Pendidikan Matematika, PARADIKMA. 6 : 109-119.

Pusat Kurikulum. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.

Jakarta: Depdiknas.

Runtukahu, T dan Kandou Selfius. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi

Anak berkesulitan Belajar. Yogyajakarta : Ar-ruzz Media.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya,W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta : Kencana.

Setiawan,Dani., Budi Waluya., dan Mashuri. 2014. Keefektifan PBL Berbasis Nilai

Karakter Berbantuan CD Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat Kelas VII. Unnes Journal of Mathematics Education. 1 : nomor 3 2014. ISSN : 2252-6972.

Sihombing,W.L dan Ika Sartika. 2013. Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika

(26)

72

Suhery, Dede., Sahat Sargih., dan Edi Syahputra. Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Mathematics Paedagogic. 3 : nomor 2 2013. ISSN : 2087-1783.

Sunartombs, (2009), Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling

Disukai, https://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/, Artikel (2 Maret

2009).

Sundayana, R. 2013. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.

Bandung : Alfabeta.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Gambar

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk Segiempat
Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
gambar daun sirihdi kertas berpetak

Referensi

Dokumen terkait

Sementara hasil peneitian yang dilakukan Bappeda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (1987) terhadap usaha sektor informal menunjukkan bahwa, ternyata sebagian besar usaha

Metode yang digunakan dalam rangka melestarikan Budaya Indonesia, yankni pencak silat adalah dengan Demonstrasi dalam jangka waktu tertetu agar lebih dikenal

Angka kematian ibu di puskesmas mengalami peningkatan sebesar 5 kasus pada tahun 2013, meskipun demikian program ini meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

Dalam penelitian ini terlihat bahwa klorofil a pada daun hijau dari tanaman terinfeksi yang diberi perlakuan pupuk daun jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ’’PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya, faktor kecerdasan emosional

Konsentrasi nitrat di

Setelah pemberian aquades dan larutan KCNS 10 % terlihat perubahan warna pada masing – masing tabung reaksi, pada tabung reaksi dengan volume NH4Fe(SO4)2 1 ml warna