• Tidak ada hasil yang ditemukan

SHAFIRA MAULIDA NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SHAFIRA MAULIDA NIM :"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (DPMPPTSP) KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (SI) Administrasi Publik

OLEH :

SHAFIRA MAULIDA NIM : 140903016

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

SATU PINTU KABUPATEN DELI SERDANG

Keterbukaan Informasi Publik adalah kondisi untuk membentuk pemerintahan yang terbuka (open governance). Keterbukaan informasi publik menjadi syarat bagi terwujudnya pemerintahan yang baik. Dimana jaminan kepastian hukum yang akan diterima oleh publik dalam memperoleh akses informasi secara terbuka menyalurkan aspirasi untuk pengembangan diri dan pengawasan publik terhadap kinerja pejabat negara dalam peningkatan pembangunan. Kelahiran UU No. 14 tahun 2008 tentang Informasi Publik yang mulai berlaku 30 April 2010 menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan kebutuhan masyarakat akan informasi.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teori impleentasi kebijakan yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn dimana variabel yang menentukan keefektifan implementasi adalah Standar Dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Lingkungan Sosial, Ekonomi Dan Politik, Dan Disposisi Implementor.

Implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang sudah dapat di implementasikan dengan cukup baik meskipun belum maksimal karena variabel yang menjadi tolak ukur penelitian belum terpenuhi secara maksimal yaitu khususnya pada kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang kurang, serta sosialisasi kepada sasaran kebijakan.

Kata kunci : Implementasi Kebijakan, Keterbukaan Informasi Publik, DPMPPTSP Deli Serdang

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan Peneliti kemudahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah syarat untuk memenuhi persyaratan kurikulum Sarjana Strata-1 (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang khusus dan tulus kepada kedua orang tua penulis dan saudara-saudara kandung penulis kak juli, kak janah dan kak leli yang mendukung, mendoakan, dan menjadi sumber motivasi Peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapakan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan FISIP USU dan Pembantu

Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III, beserta seluruh staf yang

(4)

telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam rangka penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Tunggul Sihombing, M.A, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP USU dan Pembimbing yang senantiasa menuntun Peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi, dan mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.

4. Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP USU

5. Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.Si, selaku Dosen Penguji Skripsi.

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP USU yang memberikan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi Penulis sekarang dan nanti.

7. Kak Dian, Kak Emma, selaku staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP USU yang membantu administrasi Peneliti.

8. Seluruh pihak di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Deli Serdang, yang telah banyak membantu Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini,

9. Sahabat Peneliti Novita Sari, Adelina Permata Sari, Weni Anggraini, Rizky Nurul Afni, dan Dina Puspita

10. Seluruh teman-teman Administrasi Publik angkatan 2014.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu

Peneliti berharap kepada seluruh pihak untuk dapat memberikan masukan yang bermanfaat demi perbaikan penelitian ini di masa mendatang. Sekian,

(5)

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memahami realita dan berpikir tentang masa depan keterbukaan informasi publik di Indonesia.

Medan, Mei 2018 Penelti,

Shafira Maulida NIM 140903016

(6)

DAFTAR ISI

ABTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 5

1.3 Tujuan Penelitian ……… 5

1.4 Manfaat Penelitian ………..… …. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 8

2.1 Kebijakan Publik ……….... 8

2.1.1 Proses Kebijakan Publik ……… 9

2.2 Implementasi Kebijkan ………10

2.2.1 Model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn ……11

2.3 Informasi Publik ………13

2.4 Transparansi ………15

2.4.1 Asas dan Tujuan Keterbukaan Informasi Publik ……...19

2.4.2 Kebebasan Memperoleh Informasi Publik ………20

2.5 Hipotesis Kerja ………22

BAB III METODELOGI PENEITIAN ………23

(7)

3.1 Bentuk Penelitian ………....23

3.2 Lokasi Penelitian ………...……….25

3.3 Informan Penelitian ………25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………....27

3.5 Teknik Analisis Data ………28

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………32

4.1 Gambaran umum Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang ………32

4.1.1 Tugas Pokok Dan Fungsi DPMPPTSP Deli Serdang ………35

4.1.2 Struktur Organisasi DPMPPTSP Deli Serdang ………....41

4.1.3 Komposisi Pegawai DPMPPTSP Deli Serdang ………42

4.2 Standar Operasional Prosedur (Sop) Layanan Informasi Publik Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang ………44

4.3 Implementasi kebijakan Keterbukaan Informasi Publik di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang……….47

4.3.1 Standar Dan Sasaran Kebijakan ………47

4.3.2 Sumber Daya ………52

4.3.3 Komunikasi ………55

4.3.4 Karakteristik Agen Pelaksana ………59

4.3.5 Kondisi Sosial, Ekonomi Dan Politik ………62

4.3.6 Disposisi Implementor ………....64

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………67

5.1 Kesimpulan ………67

5.2 Saran ………69

DAFTAR PUSTAKA ………72

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi DPMPPTSP Deli Serdang Gambar 4.2 : Foto Dokumen SOP DPMPPTSP Deli Serdang Gambar 4.3 : Suasana Front Office DPMPPTSP Deli Serdang

Gambar 4.4 : Alur Prosedur Pelayanan Izin DPMPPTSP Deli Serdang Gambar 4.5 : Foto Tracking Perizinan DPMPPTSP Deli Serdang Gambar 4.6 : Kondisi depan DPMPPTSP Deli Serdang

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Matriks Informan

Tabel 4.2 : Tingkat Pegawai Negeri Sipil (PNS) DPMPPTSP Deli Serdang Tabel 4.3 : Klasifikasi Tingkat Golongan Pegawai Negeri Sipil DPMPPTSP Deli

Serdang

Tabel 4.4 : Informasi Website DPMPPTSP Deli Serdang

Tabel 4.5 : Disiplin Pendidikan Pegawai Negeri Sipil DPMPPTSP Deli Serdang

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Pedoman Observasi Lampiran 3 : Pedoman Dokumentasi Lampiran 4 : Transkrip Wawancara Lampiran 5 : Transkrip Observasi Lampiran 6 : Transkrip Dokumentasi

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi yang pesat semakin menjadi kebutuhan manusia terhadap informasi. Masyarakat dewasa ini, sangat memerlukan banyak informasi di era globalisasi. Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. Informasi berupa keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda – tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasan yang dapat dinilai, di dengar dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik. Informasi bukan lagi sesuatu yang dapat disembunyikan atau dikuasai dan keterbukaan informasi saat ini semakin mendapat tempat yang memadai, meski untuk mewujudkanya harus melalui proses yang panjang.

Indonesia berada pada era baru dimana pola komunikasi di antara pemerintah dan rakyat berubah. Rakyat menginginkan transparansi, keterbukaan informasi, yang interaktif, yang dialogis dan pemerintahan yang responsif. Rakyat menginginkan pemerintah yang cepat dan responsif terhadap keluhan-keluhan. Untuk itu, pemerintah di semua tingkat, pusat dan daerah, institusi, universitas semua badan publik kementerian, dan yang lainnya harus segera berubah ke arah pemerintah yang terbuka, yang good goverment. Hanya dengan mengadopsi pemerintahan yang

(13)

terbuka maka akan terbangun legitimasi dan kepercayaan publik, ini adalah yang harus kita hadapi, keterbukaan informasi tidak dapat di cegah.

Keterbukaan Informasi Publik adalah kondisi pembentukan pemerintahan yang terbuka (open governance). Keterbukaan informasi menghormati nilai-nilai demokrasi dalam pemerintahan yang baik. Dimana jaminan kepastian hukum yang akan diterima oleh publik dalam memperoleh akses informasi secara terbuka menyalurkan aspirasi untuk pengembangan diri dan pengawasan publik terhadap kinerja pejabat negara dalam peningkatan pembangunan. Kelahiran Kebijakan keterbukaan Informasi Publik yang mulai berlaku 30 April 2010 menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan kebutuhan masyarakat akan informasi.

Keterbukaan informasi publik merupakan wacana penting dalam kerangka layaan informasi publik yang sangat baik dan sebagai dasar hokum yang berkaitan dengan hak setiap orang untuk mendapatkan informasi karena keterbukaan informasi merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap Administrasi Negara.

Sesuai dengan kebijakan keterbukaan informasi publik atau transparansi berarti pemerintah selalu bersedia memberikan informasi yang faktual tentang berbagai hal yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pemerintahan ( Pasal 1 UU KIP No.

14 tahun 2008 ). Secara koseptual publik berhak memperoleh layanan informasi yang mendorong transparansi informasi sebagai bentuk tanggugjawab negara.

Keterbukaan informasi publik menjasi jaminan akses publik terhadap informasi.

Kebebasan memperoleh informasi adalah semnagat demokrasi yang menawarkan kebebasan dan anggung jawab ynag melekat. Kebebasan juga melahirakan pemerintahan dimana Negara dapat berfungsi dengan efektif dan efisien tanpa

(14)

mengesampingkan prinsip-prinsip demokrasi. Mengingat keterbukaan dalam proses penyelenggaraan Negara akan memberikan manfaat ganda yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemerintahan atau dalam pelaksanaan pembangunan dan kebijakan pemerintah.

Pada konteks Indonesia, hasil survei PBB menempatkan pemerintahan yang jujur dan responsif masuk pada tiga prioritas terbesar. Berdasarkan Open Government Index 2015 Report yang dilakukan World Justice Project ( Ponce 2015 ) Indonesia menempati rangking 32 dari 102 negara. Skor yang diperoleh Indonesia adalah 0,58 dengan rentang skor antara 0 hingga 1, dengan 1 menunjukkan keterbukaan yang baik. Dimensi yang digunakan untuk mengukur indeks keterbukaan ada 4, yaitu (1) publikasi peraturan dan informasi yang dimiliki pemerintah; (2) hak atas informasi;(3) partisipasi public; dan (4) mekanise pengaduan. (Nupikso, daru. Jurnal Penelitian Kominikasi Dan Opini Publik Vol.21 No.1 Juni 2017:43-60)

Sejauh ini Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik tidak semua lembaga dan badan publik di Sumut yang memahami dan menjalankan amanat keterbukaan Informasi kebijakan ini. Terbukti, berdasarkan data yang dirilis oleh Komisi Informasi Pusat pengungkapan informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Kementerian hanya ada 11 lembaga dari 26 instansi. Ini menunjukkan rendahnya kepatuhan pemerintah daerah dalam menerapkan instruksi Kementerian Dalam Negeri untuk menyediakan informasi anggaran secara terbuka.

Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) yang didukung USAID meluncurkan Indeks Keterbukaan Informasi Anggaran. Dalam Laporannya, FITRA mencatat skor rata-rata indeks keterbukaan informasi anggaran pemerintah kabupaten / kota hanya 14,1 dari skor ideal 100. 10 Kota Terbanyak adalah a. Kota Semarang dengan skor 45,53, b. Kota Pontianak dengan skor 41,66, c. Kota Salatiga dengan skor 38,52, d. Kota Banda Aceh dengan skor 31,97 e. Kota Surakarta dengan skor 25,58, f. Sabang City dengan skor 24,44 g. Kota Madina dengan skor 23,89, h.

Kota Pekalongan dengan skor 21,35, i. Kota Singkawang dengan skor 19,73 dan kota terakhir Binjai dengan skor 17,66. Ini adalah bukti kurangnya pemerintah daerah yang menerbitkan dokumen anggaran melalui situs web atau situs resmi badan publik. Pemerintah daerah yang mempublikasikan informasi anggaran masih di bawah 25 persen (Seknas FITRA, 2015).

Inovasi pemerintahan Indonesia untuk memperingkas birokrasi perizinan dengan memusatkan perizinan pada satu lembaga saja yaitu berupa Perizinan

(15)

Terpadu Satu Pintu (PTSP). Perizinan di Indonesia cukup terkenal dengan keribetan birokrasinya serta cukup dekat dengan pungli dan suap. Mereka dapat menerbitkan izin yang seharusnya tidak diperbolehkan terbit dan memperlama proses penerbitan izin yang seharusnya sudah terbit, hal ini membuat perizinan sangat rawan terjadi maladministrasi. Menurut Ombusdman Republik Indonesia 2015 perizinan dan informasi publik memiliki dugaan maladministrasi 2,5%, sedangkan penanaman modal 0,2% dengan rentang persentasi 0% hingga 20%.

Permasalahan yang muncul selama ini sebelumnya informasi yang di dapat pencari informasi tidak penuh, jadi masalahnya tumpang tindih, anggapan-anggapan yang sebelumnya bahwa informasi ini tidak perlu dibukakan, tidak perlu dipublikasikan tetapi berdasarkan peraturannya perlu di publikasikan dan perlu dibukakan.

Permasalahan yang sering muncul di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang, yaitu keterlambatan dalam mengurus izin, misalnya 5 hari kerja di tanda terima atau pun diportal, tetapi kadang ada keterlambatan, disitu para pengurus izin salah paham, karena dalam proses pengurusan ada melibatkan dinas lain, tapi bukan karena kesalahan, bisa jadi tim teknisnya lama dan keterbatasan SDM.

Di tahun 2017 ada 51 pengaduan yang masuk ke dinas penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu kabupaten deli serdang, berbagai permasalahan yang masuk diantaranya kejelasan akan surat izin yang dikeluarkan oleh DPMPPTSP Deli Serdang dan permohonan penerbitan izin.

Banyak masalah yang di temukan peneliti di lingkungan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang. Di

(16)

antaranya ada sebagian staff yang tidak tahu akan adanya kebijakan keterbukaan informasi publik ini, serta kurangnya kuantitas dan kualitas dari SDM DPMPPTSP Deli Serdang. Dan peneliti juga melihat kurangnya penyampaian informasi publik termasuk informasi yang wajib disediakan setaip saat, terlihat dari kurang updatenya situs resmi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Implementasi Kebiijakan Keterbukaan Informasi Publik di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskanmasalah penelitian ini adalah :“ Bagaimana Proses Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang ?”

1.3 Tujuan penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah

1. untuk mengetahui sasaran dan standar kebijakan terkait Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang

(17)

2. untuk mendeskripsikan sumber daya yang digunakan terkait Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang 3. untuk mengetahui komunikasi/hubungan antar badan pelaksana terkait

Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang

4. untuk mengetahui karakteristik agen pelaksana terkait Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang

5. untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan politik terkait Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang 6. untuk mengetahui disposisi implementor terkait Implementasi Kebijakan

Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang

1.4 Manfaat penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara subyektif, bermanfaat bagi peneliti dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, dan sistematis dalam mengembangkan kemampuan penulis dalam karya ilmiah.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berguna bagi instansi terkait.

(18)

3. Secara akademis, peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dibidang yang sama. Dan memberikan kontribusi bagi keperpustakaan departemen ilmu administrasi publik.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Menurut Dyedalam Subarsono (2005:2) kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan ( public policy is whatever governments choose to do or not to do ). Dari defenisi di atas mengandung makna kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta, kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badanpemerintah, kebijakan pemerintah untuk tidak membuat program baru atau tetap pada status quo.

Menurut chandler dan planodalam Tangkilisan (2003:1) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya – sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah – masalah publik atau pemerintah.

Sedangkan menurut Anderson dalam Tangkilisan (2003:2) memberikan defenisi kebijakan publik sebagai kebijakan – kebijakan yang dibangun oleh badan – badan dan pejabat – pejabat pemerintah dimana implikasi dari kebijakan itu adalah :

1. kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan – tindakanyang berorientasi pada tujuan

2. kebijakan publik berisi tindakan – tindakan pemerintah

3. kebijakan publik merupakan apa yang benar – benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang dimaksudkan untuk di lakukan 4. kebijakan publik yang di ambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan

tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negative dalam arti merpakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan pemerintah setidak – tidaknya dalam arti yang positif di dasarkan pada peraturan perundangan yang mengikat dan memaksa.

(20)

2.1.1 Proses Kebijakan Publik

Dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh kebijakan public Dunn mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukakan (Tangkilisan,2003:8) yaitu :

1. Agenda Setting ( Agenda Kebijakan )

Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi – kondisi yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk menyelesaikan masalah public tersebut.

2. Policy Formulation ( Formulasi Kebijakan )

Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan masalah public untuk menentukan kebijakan tahap ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan dimana keputusan harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba terbatas.

3. Policy Adoption ( Adopsi Kebijakan )

Merupakan tahap untuk menentukanpilihan kebijkan yang akan dilakukan.

Terdapat di beberapa hal yaitu identifikasi kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang di inginkan dan juga mengidentifikasi alternative – alternative dengan menggunakan kriterai – kriteria yang relevan agar efek positif alternatif kebijakan lebih besar daripada efek negative yang akan terjadi.

4. Policy Implementation ( Implementasi Kebijakan )

Pada tahap ini implementasi kebijakan lebih dilakukan oleh unit – unit eksekutor ( birokrasi pemerintah ) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber daya lainnya ( teknologi dan manajemen ). Implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan ynag diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pda posisi ini eksekutifmengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah di seleksi. Sehingga unit – unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program.

5. Policy Assessment ( Evaluasi Kebijakan )

Tahap akhir dari sebuah proses kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses implementasi di nilai apakah telah sesuai dengan yang di tentukan atau direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran – ukuran ( criteria – criteria yang telah di tentukan )

James Anderson dalam Subarsono (2005:12) sebagai pakar kebijakan publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berkut :

(21)

1. Formulasi masalah ( problem formulation ) : Apa masalahnya ? Apa yang membuat hal tersebut menjadi maslah kebijaka ?Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah ?

2. Formulasi kebijakan ( formulation ) : Bagaimana mengembangkan pilihan – pilihan atau alternative – alternative untuk memecahkan masalah tersebut ? Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan ?

3. Penentuan kebijakan (adoption ) : Bagaimana alternative di tetapkan ? Persyaratan atau criteria seperti apa yang hars dipenuhi ? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan ? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan ? Apa isi dari kebijakn yang telah ditetapkan ? 4. Implementasi ( implementation) : Siapa yang terlibat dalam implemntasi

kebijakan ? Apa yang mereka kerjakan ? Apa dampak isi dari kebijakan ? 5. Evaluasi ( evaluation ) : Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak

kebijakan di ukur ? Siapa yang mengevaluasi kebijakan ? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan ? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan ?

2.2 Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah di rekomendasikan untuk dipilih oleh policy maker bukan jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya.Ada banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok institusi.Implementasi dari suatu program melibatkan upaya – upaya policy maker untuk memengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

Implementasi kebijakan dalam Tangkilisan (2003:17) merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumusakan akan sia-sia. Oleh karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

Menurut Patton dan Sawicki dalam Santoso (2008:41) implementasi kebijakan adalah berbagai kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan program, dimana eksekutif berperan mengatur cara dalam mengorganisir, menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah di seleksi.

(22)

Menurut Robert Nakamara dan Frank Smallwood dalam Tangkilisan (2003:7) hal – hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkannya kedalam keputusan – keputusan yang bersifat khusus.

Menurut Peters dalam Tangkilisan (2003:22) implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa factor :

1. Informasi

Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dan isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil dari kebijakan itu.

2. Isi kebijakan

Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern ataupun ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan yngan yang sangat berarti atau adanya kekurangan yang menyangkutnsuber daya pembantu.

3. Dukungan

Implementasi kebijakan public akan sangat sulit bila pada pelaksanaanya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

4. Pembagian potensi

Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para actor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

2.2.1 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Van Meter dan VanHorn menetapkan beberapa variable – variable yang dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja dari kebijakan tersebut (Subarsono, 2005:99). Beberapa variable tersebut sebagai berikut :

1. Standar dan sasaran kebijakan.

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.

2. Sumberdaya.

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human

(23)

resources). Dalam berbagai kasus program pemerintah, seperti Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas aparat pelaksana.

3. Hubungan antar Organisasi.

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana.

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi.

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok- kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;

karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor.

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni: (a) respons implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemauannya untu melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan; dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Sementara model implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008:141-144), terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik, yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika- dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2. Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan. Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya lain yang perlu diperhitungkan

(24)

juga ialah sumber daya finansial dan sumber daya waktu. Karena itu sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh Van Metter dan Van Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.

Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposisi) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan- kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, danpolitik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

2.3 Informasi Publik

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.

(25)

Fisher (2007:74) memberikan 3 (tiga) konsep informasi sebagai berikut:

1. Informasi menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selama proses komunikasi. Informasi dikonseptualisasikan sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik yang lain, individu satu kepada individu yang lain, atau medium yang satu ke medium yang lainnya. Semakin banyak memperoleh fakta atau data, secara kuantitas seseorang juga memiliki banyak informasi.

2. Informasi menunjukkan makna data. Informasi merupakan arti, maksud atau makna yang terkandung dalam data. Peranan seseorang sangat dominan di dalam memberikan makna data. Suatu data akan mempunyai nilai informasi bila bermakna bagi seseorang yang menafsirkannya. Kemampuan seseorang untuk memberikan makna pada data akan menentukan kepemilikan informasi. Penafsiran terhadap data atau stimulus yang diterima otak akan menentukan kualitas informasi..

3. Informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang diukur dengan cara mereduksi sejumlah alternatif yang ada. Informasi berkaitan erat dengan situasi ketidakpastian. Keadaan yang semakin tidak menentu akan menimbulkan banyak alternatif informasi, yang dapat digunakan untuk mereduksi ketidakpastian.

Informasi publik menurut Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Informasi Publik adalah adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

1. Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala:

a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait.

c. informasi mengenai laporan keuangan, dan/atau

d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

2. Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta yaitu:

a. Badan Publik wajib mengumumkan secara serta mcrta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

b. Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik disampaikan dengancara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.

3. Informasi yang wajib Tersedia Setiap Saat meliputi:

(26)

a. Daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah Penguasaannya, tidak termasuk informasi yang dikecualikan,

b. Hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;

c. Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;

d. Rencana kerja proyek termasuk didalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan Publik;

e. Perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;

f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dala pertemuan yang terbuka untuk umum;

g. prosedur keda pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sobagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

4. Informasi yang dikecualikan Setiap Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan Informasi Publik, kecuali

a. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum.

b. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.

c. informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan Negara.

d. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia

e. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik, dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.

f. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik, dapat merugikan ke ngan hubungan luar negeri.

g. Informasi yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang.

h. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi.

i. Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan

j. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang- Undang.

2.4 Transparansi

Menurut Mardiasmo (2004:30), transparansi berarti keterbukaan (opennsess) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan seumber daya publik kepada pihak – pihak yang membutuhkan informasi.

Transparansi lebih mengarah pada kejelasan mekanisme formulasi dan implementasi kebijakan, program dan proyek yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah. pemerintahan yang baik adalah pemerintaha yang bersifat transparan terhadap rakyatnya. rakyat secara pribadi dapat mengetahui secara jelas dan tanpa

(27)

ada yang ditutupi mengenai proses perumusan kebijakan publik dan implementasinya.( Mihradi, 2011:43)

Agus Dwiyanto (2006:80) mendefinisikan transparansi sebagai penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi-informasi yang akurat dan memadai. Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa transparansi tidak hanya sekedar menyediakan informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, namun harus disertai dengan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi tersebut.

Agus Dwiyanto mengungkapkan tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat transparansi penyelenggaraan pemerintahan.

1. Pertama, mengukur tingkat keterbukaan proses penyelenggaraan pelayanan publik. Persyaratan, biaya, waktu dan prosedur yang ditempuh harus dipublikasikan secara terbuka dan mudah duiketahui oleh yang membutuhkan, serta berusaha menjelaskan alasannya.

2. Indikator kedua merujuk pada seberapa mudah peraturan dan prosedur pelayanan dapat dipahami oleh pengguna dan stakeholders yang lain. Aturan dan prosedur tersebut bersifat “simple, straightforward and easy to apply”

(sederhana, langsung dan mudah diterapkan) untuk mengurangi perbedaan dalam interpretasi.

3. Indikator ketiga merupakan kemudahan memperoleh informasi mengenai berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan publik. Informasi tersebut bebas didapat dan siap tersedia (freely dan readily available).

Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah kepada masyarakat untuk mengakses informasi berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyelunuh atas pertanggungjawaban pemerintah tersebut. Transparansi memiliki prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi mengenai kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai.

(28)

Menurut Mardiasmo (2002:19) karakteristik Transparansi yang harus dipenuhi meliputi sebagai berikut :

1. Informativeness (informatif)

Pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, prosedur, data,fakta kepada stakeholders yang membutuhkan informasi secara jelas danakurat.

2. Openess (keterbukaan).

Keterbukaan Informasi Publik memberi hak kepada setiap orang untuk memperoleh informasi dengan mengakses data yang ada di badan publik, dan menegaskan bahwa setiap informasi publik itu harus bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik, selain dari informasi yang dikecualikan yang diatur oleh Undang-Undang.

3. Disclosure (pengungkapan)

Pengungkapan kepada masyarakat atau publik (stakeholders) atas aktivitas dan kinerja finansial

Menurut Kep. Menpan No. KEP/26/M.PAN/2/2004 Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi :

1. Manajemen dan Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik moliputikcbijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pengendalian oleh masyarakat Kegiatan tersebut harus dapat diinformasikan dan mudah diakses oleh masyarakat

2. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, schingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan.

Prosedur pelayanan publik harus sederhana, tidak berhelit belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan, serta diwujudkan dalam bentuk Bagan Alir (FlowChart) yang dipampang dalam ruangan pelayanan. Bagan Alir sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik karena berfungsi sebagai a. Petunjuk kerja bagi pemberi pelayanan.

b. Informasi bagi penerima pelayanan.

c. Media publikasi secara terbuka pada semua unit kerja pelayanan mengenai prosedur pelayanan kepada penerima pelayanan.

d. Pendorong terwujudnya sistem dan mekanisme kerja yang efektif dan efisien.

e. Pengendali (control) dan acuan bagi masyarakat dan aparat Pengawasan untumolakukan penilaian pemeriksaan terhadap konsistensi pelaksanaan kerja.

3. Persyaratan Teknis dan Administratif

Pelayanan Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, haik berupa persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Dalam menentukan persyaratan, haik teknis maupun adminsitratif harus seminimal mungkin dan dikaji terlehih dahulu agar

(29)

benar scsuai/relevan dengan jenis pelayanan yang akan diberikan. Harus dihilangkan segala persyaratan yang bersifat duplikasi dari instansi yang terkait dengan proses pelayanan. Persyaratan terscbut harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket pelayanan, ditulis dengan huruf cetak dan dapat dibaca dalam jarak pandang minimum 3 (tiga) meter atau disesuaikan dengan kondisi ruangan.

4. Rincian Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian polayanan umum yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Waktu Penyelesaian Pelayanan

Waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka wakm pelayanan publik mulai dari dilengkapinyaldipenuhinya persyaratan toknis dan/atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan.

6. Pejabat yang Berwenang dan bertanggung Jawab

Pejabat petugas yang berwenang dan hertanggung jawab mcamberikan pelayanan dan mcayclesaikan keluhan persoalan clau, diwajibkan memakai tanda pengenal danpapan nama di meja/tempat kera petugas. Pejabat/petugas tersebut harus ditetapkan secara formal berdasarkan Surat Keputusan Surat Penugasan dari pejabat yang bcrwenang.

7. Lokasi Pelayanan

Tempar dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah- pindah, mudah dijangkau oleb pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Janji Pelayanan

Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan instansi pemerintah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat anji pelayanan tertulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti, menyangkut hanya hal-hal yang esensial dan informasi yang akurat, termasuk di dalamnya mengenai standar kualitas pelayanan

9. Standar Pelayanan Publik

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan k ewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan Standar pelayanan merupakan ukuran kualitas kincrja yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.

10. Informasi Pelayanan

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyaraka. setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib mempublikasikan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, aktajanji, motto pelayanan, lokasi serta

(30)

pejabat/petugas yang berwenang dan bertangung jawab sebagaimana telah diuraikan di atas. Publikasi dan alau sosialisasi tersebut di atas melalui antara lain, media cetak (brosur, leaflet, bokklet, media elektronik (website, HomePage, Situs Internet, Radio, Tv, media gambar dan/atau penyuluhan secara langsung kepada masyarakat.

2.4.1 Asas dan Tujuan Keterbukaan Informasi Publik

Keterbukaan (openness) menyangkut kepada terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang bersifat terbuka dan transparan dalam memberikan data dan informasi yang memadai bagi masyarakat sebagai bahan untuk melakukan penilaian atas jalannya pemerintahan Sedangkan kerangka hukum atau ruleoflaw dapat diartikan bahwa goodgovernance mempunyai karakteristik berupa jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang dibuat dan dilaksanakan. Karenanya, setiap kebijakan publik dan peraturan perundangan harus selalu dirumuskan, ditetapkan dan dilaksanakan berdasarkan prosedur baku yang telah melembaga dan diketahui oleh masyarakat umum, serta memiliki kesempatan untuk mengevaluasinya (Mihradi, 2011:43)

Salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Good governance akan terlaksana dengan baik apabila ada pengawasan publik, sehingga pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan. Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Hak setiap warga negara untuk memperoleh informasi dipandang relevan untuk meningkatkan kualitas keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik. Partisipasi masyarakat tidak akan ada artinya tanpa jaminan ketcrbukaan informasi publik. Keterbukaan Informasi Publik dengan demikian mempunyai tujuan, dan tujuan itu secara formal ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008.

Keberadaan UU KIP sangat penting sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan;

(31)

1. Hak setiap orang untuk memperoleh informasi

2. Kewajiban badan publik menyediakan dan melayani pemintaan informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, proporsional dan

3. Pengecualian bersifat ketat dan tertatas.

4. Kewajiban badan publik untuk membenahi system dokumentasi dan pelayanan informasi.

Asas keterbukaan informasi publik yang ditantukan dalam Pasal 2 Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008, ada 4 sebagai bcrikut: Asas Keterbukaan Informasi Publik

1. Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat di akses oleh setiap Pengguna Informasi Publik.

2. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.

3. Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan sederhana

4. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang- Undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan secara seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar dari pada membukanya atau sebaliknya.

Tujuan keterbukaan informasi publik secara normatif di dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 sebagai berikut:

1. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.

2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik.

3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik.

4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien,akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.

5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa

7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas. artisipasi Masyarakat 2.4.2 Kebebasan Memperoleh Informasi Publik

Kebebasan memperoleh informasi adalah hak masyarakat dalam membuka jalan untuk memperoleh informasi dan untuk tahu apa yang sedang pemerintah lakukan atas nama mereka. Tanpa hal – hal itu, kebebasan akan merana dan partisipasi masyarakat pada pemerintahan tetap akan sepenggal – sepenggal.

(32)

Kebebasan nemperoleh infornasi merupakan bagian dari hak asasi manusia dan sekaligus nerupakan salah satu ciri terpenting dalam negara demokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang terbuka ( open government ). Kebebasan memperoleh informasi publik merupakan elemen penting mengoptimalkan pengawasan publik terhadap pelaksanaan roda organisasi pemerintahan dan lembaga – lembaga negara lainnya untuk mendorong pemerintahan yang akuntabel (Mihradi, 2011:25)

Dalam kaitan dengan jaminan hak atas kebebasan memperoleh informasi publik, maka ciri goodgovernance berupa transparansi dan keterbukaan di atas merupakan indikator diakomodasinya hak dimaksud. Pemerintah dituntut untuk selalu terbuka dan menjamin akses stakeholders terhadap berbagai informasi mengenai proses kebijakan publik, alokasi anggaran untuk pelaksanaan serta pemantauan dan dalam pelaksanaan kebijakan. Selain dalam pula, masyarakat dan stakeholders perlu mengetahui apakah tindakan-tindakan pemerintah beserta sejumlah pengeluaran untuk membiayai kegia benar-benar menghasilkan kinerja yang dengan yang diharapkan.

Menurut mas achmadsantosa di dalam pemerintahan yang terbuka dan transparan maka ada enam hak publik yang harus dijamin (Mihradi,2011:8)

a. Hak publik untuk memantau dan mengamati perilaku pejabat publik (dalam menjalankan fungsi publiknya) (right to observe).

b. Hak publik untuk mendapatkan informasi publik (access to information) c. Hak publik untuk berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan publik (right

to participate).

d. Hak publik untuk dilindungi dalam mengungkap fakta dan kebenaran (whistle blower protection).

e. Hak atau kebebasan berekspresi yang diwujudkan melalui kebebasan pers yang berkualitas.

f. Hak publik untuk mengajukan keberatan (right to appeal)

(33)

Sedangkan hak untuk mendapatkan informasi atau jaminan hak atas kebebasan memperoleh informasi publik terdiri atas lima hal, yakni:

1. hak untuk mengetahui (right to know);

2. hak untuk menghadiri pertemuan publik (right to observe right to attend public meeting);

3. hak untuk mendapatkan salinan informasi (right to obtain the copy akses pasif);

4. hak untuk diinformasikan tanpa harus ada permintaan (right to be informed akses) dan

5. hak untuk menyebarluaskan informasi (right to disseminate).

Menurut Agus Dwiyanto, hak atas kebebasan memperoleh informasi publik sebagai bentuk realisasi transparansi dan keterbukaan memiliki korelasi dengan pemenuhan hak-hak warga masyarakat lainnya. Misalnya, hak warga untuk berpartisipasi akan menjadi sulit dilakukan bila tidak dijamin akses dan hak atas informasi publik. Pemenuhan hak atas kebebasan memperoleh informasi publik juga membantu masyarakat untuk menilai tindakan pemerintah apakah akuntabel atau tidak. Sebab, untuk dapat memahami tindakan pemerintah tersebut, harus terdapat cukup informasi sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian yang fair.

Pada akhirnya, penjaminan hak atas kebebasan memperoleh informasi publik dalam bingkai bentuk perwujudan transparansi dan keterbukaan pemerintah akan memiliki kontribusi strategis bagi upaya penegakan hukum dan pemberantasan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini disebabkan karena salah satu kendala penegakan hukum di Indonesia adalah tidak transparannya proses penegakan hukum.

2.5 Hipotesis Kerja

Menurut Sugiyono (2013:64) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Hipotesis kerja adalah hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai pedoman untuk melakukan penelitian (Umar,

(34)

2010:38). Dalam penelitian kualitatif , hipotesis tidak diuji, tetapi sebagai panduan dalam proses analisis data. Maka penulisi merumuskan hipotesiskerja dalam penelititan ini, yaitu “Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deliserdang meliputi Standar Dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Social, Ekonomi Dan Politik Dan Disposisi Implementor.”

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Yang bertujuan untuk menggambarkan sifat peristiwa yaitu implementasi kebijakan keterbukaan informasi public di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang yang ditinjau dari model Van Meter dan Van Horn.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah masalah atau fenomena – fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta – fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisis untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh (Sudarman, 2002:41).

Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala–gejala, fakta dan kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisa kebenaran berdasarkan data yang diperoleh (Nawawi,1993:140).

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, maka peneliti diharapkan dapat melihat fakta-fakta, kejadian-kejadian, dan gejala-gejala yang ada, yakni tentang implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik dengan mengumpulkan informasi atau data kelapangan terkait dengan Standar Dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi/Hubungan Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Kondisi Sosial, Ekonomi Dan Politik Dan Disposisi Implementor.

(36)

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian yang penulis teliti adalah mengenai Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang. Penulis mengambil mengenai itu dikarenakan permasalahan minimnya sosialisasi berkaitan dengan keterbukaan informasi mengenai syarat-syarat pengurusan izin yang harus dipenuhi pemohon.

Untuk memperoleh data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, Penelitian ini dilaksanakan Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu ( DPMPPSTSP) Kabupaten Deli Serdang di Jl. Mawar No. 5 Tj. Garbus Satu, Lubuk Pakam.Dimana Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang sebagai lembaga publik yang menangai terkait implementasi kebijakan keterbukaan informasi, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah dengan menggunakan teori yang sudah di tentukan oleh peneliti.

3.3 Informan Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:221) penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkaninformasi yang maksimum.Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian ditentukann secara sengaja.Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari :

(37)

Tabel 3.1 : Matrik Informan

No. Informan Informasi yang dibutuhkan Jumlah 1 Kasubbag 1. Standar/tujuan dan sasaran kebijakan KIP

2. Ketersediaan SDM, anggaran dan ketersediaan fasilitas DPMPPTSP Deli Serdang

3. Komunikasi dan penyampaian informasi DPMPPTSP Deli Serdang kepada masyarakat

4. Struktur, tata cara, atau prosedur DPMPPTSP Deli Serdang

5. Pemahaman atau respon pelaksana terhadap kebijakan KIP

6. Pengaruh dari luar dalam pelaksanaan kebijakan KIP

3

2 Kepala bidang 1. Standar/tujuan dan sasaran kebijakan KIP

2. Ketersediaan SDM, anggaran dan ketersediaan fasilitas DPMPPTSP Deli Serdang

3. Komunikasi dan penyampaian informasi DPMPPTSP Deli Serdang kepada masyarakat

4. Struktur, tata cara, atau prosedur DPMPPTSP Deli Serdang

5. Pemahaman atau respon pelaksana terhadap kebijakan KIP

6. Pengaruh dari luar dalam pelaksanaan kebijakan KIP

2

3 Kepala seksi 1. Standar/tujuan dan sasaran kebijakan KIP 2 Ketersediaan SDM, anggaran dan ketersediaan fasilitas DPMPPTSP Deli Serdang

3 Komunikasi dan penyampaian informasi DPMPPTSP Deli Serdang kepada masyarakat

4 Struktur, tata cara, atau prosedur DPMPPTSP Deli Serdang

5 Pemahaman atau respon pelaksana terhadap kebijakan KIP

6 Pengaruh dari luar dalam pelaksanaan kebijakan KIP

4

4 Staff 1. Standar/tujuan dan sasaran kebijakan KIP 2. Ketersediaan SDM, anggaran dan

ketersediaan fasilitas DPMPPTSP Deli 3

(38)

Serdang

3. Komunikasi dan penyampaian informasi DPMPPTSP Deli Serdang kepada masyarakat

4. Struktur, tata cara, atau prosedur DPMPPTSP Deli Serdang

5. Pemahaman atau respon pelaksana terhadap kebijakan KIP

3 Pengaruh dari luar dalam pelaksanaan kebijakan KIP

5 Masyarakat 1. Ketersediaan SDM, anggaran dan ketersediaan fasilitas DPMPPTSP Deli Serdang

2. Sosialisasi atau penyampaian informasi DPMPPTSP Deli Serdang kepada masyarakat

3. Pemahaman atau respon badan publik terhadap kebijakan KIP

3

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lansung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dapat dilakukan dengan instrument sebagai berikut :

a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan lansung kepada pihak yang terkait dengan tujuan untuk memperoleh informasi yng dibutuhkan. Metode wawancara ini ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya yang mengetahui dan terkait dengan topic penelitian. Sebelum mengumpulkan informasi kelapangan penulis terlebih dahulu menyusun pedoman wawancara.

(39)

b. Observasi ( pengamatan ) adalah pengamatan lansung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Melalui observasi peneliti dapat memperoleh pandangan mengenai apa yang sebenarnya dlakukan dan melihat lansung keterkaitan yang terdapat didalamnya dan kemudian mencatat gejala – gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data – data yang diperlukan sebagai acua yang berkenaan dengan topic penelitian. Sebelum mengumpulkan informasi kelapangan penulis terlebih dahulu menyusun pedoman observasi.

c. Studi dokumentasi,yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan- catatan atau dokumen – dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber- sumber lain yang terkait dengan objek penelitian. Sebelum mengumpulkan informasi kelapangan penulis terlebih dahulu menyusun pedoman dokumentasi.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar penelititan dalam menghubungan fakta, data dan informasi.Jadi teknik analisis data kualitatif menyajikan hasil wawancara dan melakukan analisis terhadap masalah yang di temukan dilapangan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian dapat menarik kesimpulan.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:243) Terdapat beberpa langkah dalam melakukan analisis datayaitu sebagai berikut :

1. Reduksi data

(40)

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal – hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display / penyajian data

Data display bermakna sebagai sekumpul informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan dan dalam bentuk tabel sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnyaberdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Kesimpulan atau verifikasi

Dalam penelitian ini, kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan bisa berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti – bukti yang valid san konsisten saat penelitian kembali ke lapangan maka data tersebut dapat dikatakan sebagai data yang kredibel

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Triangulasi.Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115)yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini

(41)

selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331).

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

 Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan

(42)

kuantitatif, dan pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi.

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum DPMPPTSP Deli Serdang

Terbentuknya Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPPTSP) Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 23 November 2016 adalah salah satu perwujudan dari penataan kembali Sususan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah yang telah disusun sebelumnya dalam Peraturan Daerah Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang dan telah diubah dengan Peraturan Derah Kabupaten Deli Serdang Nomor 1 Tahaun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang, dengan Nomenklatur sebelumnya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) yang terbentuk pada tanggal 04 Januari 2016.

Visi DPMPPTSP adalah “Prima Dalam Pelayanan Perizinan Dan Investasi Serta Mendorong Kualitas Perekonomian Daerah Yang Berdaya Saing”. Misi DPMPPTSP adalah(1) Menciptakan pelayanan perizinan terpadu dan penanaman modal yang berkualitas, (2) Mengupayakan optimalisasi profesionalisme sumber daya aparatur (SDA).

Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 2333 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah. Memiliki tugas melaksanakan koordinasi kebijakan daerah dan pelayanan di bidang perizinan usaha dan perizinan non usaha secara terpadu dengan

Gambar

Tabel 3.1 : Matrik Informan
Tabel 4.2 : Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil pada DPMPPTSP Deli          Serdang
Foto Dokumen SOP DPMPPTSP Deli Serdang
Tabel 4.5 : Displin Pendidikan Pegawai  Sipil pada DPMPPTSP Deli Serdang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Seksi Analisa Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan dan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

yang ada, yakni sebesar 10.230 sekolah yang akan digarap. Untuk tahap 2, SAU ingin mendapat pembeli tetap dari luar Pulau Jawa. Penentuan jumlah pangsa pasarnya juga

Perubahan Lampiran Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Nomor; Un.01/KPA/241/2019 Tentang Honorarium Pembimbing Skripsi, Penguji Skripsi, dan Pembimbing Seminar Hasil Penelitian Skripsi

Ketiga, pada kesalahan akhir kata dapat ditemukan bahwa pemelajar melakukan penghilangan konsonan akhir pada bunyi hambat velar /h/ dan bunyi frikatif glotal /k/ serta

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tri Tunggal Maha Kudus, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus karena atas berkat, hikmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat

Dengan menerapkan rumus luas segitiga peserta didik dapat dengan tepat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan luas segitiga.2. Dengan

Temuan yang diperoleh dalam tahapan pengujian hipotesis konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni (2013) yang menemukan bahwa kepemilikan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada peran guru mata pelajaran sosiologi sebagai motivator dalam membina solidaritas sosial siswa kelas XI IPS 2 di SMA