• Tidak ada hasil yang ditemukan

AEK SIPITUDAI (AIR TUJUH RASA) SEBAGAI OBJEK WISATA DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AEK SIPITUDAI (AIR TUJUH RASA) SEBAGAI OBJEK WISATA DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

AEK SIPITUDAI( AIR TUJUH RASA ) SEBAGAI OBJEK WISATA DI KECAMATAN SIANJURMULA-MULA

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi

SebagianPersyaratanMemperoleh

GelarSarjanaPendidikan

Oleh:

Windah Situmorang

Nim:3103121085

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Windah Situmorang. Nim. 3103121085. Aek Sipitudai (Air Tujuh Rasa) Sebagai Objek Wisata Di Kecamatan Sianjur Mula-mula. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang Aek Sipitudai, Sebagai objek wisata Di Desa Aek Sipitudai Kecamatan Sianjur Mula-mula.

Penelitian ini merupakan penelitian peneliti Histories dengan data kualitatif dan deskriptif. Dengan mengumpulkan data-data, penulis melakukan penelitian kelapangan (Field Research) dengan observasi, wawancara kepada tokoh masyarakat dan penduduk disekitar penelitian dan data dokumentasi. Dalam penelitian penulis mendatangi dan mewawancarai orang-orang yang mengetahui latar belakang Aek sipitudai, baik itu penjaga dan pengelola Aek Sipitudai serta masyarakat sekitar.

Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui latar belakang Aek Sipitudai sebagai objek wisata, untuk mengetahui perkembangan Aek Sipitudai menjadi objek wisata dan perubahannya di Desa Aek Sipitudai. Dan juga untuk mengetahui dampak Aek Sipitudai terhadap ekonomi masyarakat Desa Aek Sipitudai. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, maka diketahui bahwa keberadaan Aek Sipitudai sebagai objek wisata budaya dikecamatan Sianjur Mula-mula sangat berperan penting sebagai meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Aek Sipitudai, dan Aek Sipitudai juga dapat menyembuhkan penyakit bagi para wisatawan yang berkunjung datang ke Desa Aek Sipitudai tersebut. Wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata Aek Sipitudai bukan hanya berwisata saja melainkkan untuk mengetahui asal-usul peradaban suku Batak di Pusuk buhit Limbong.

(7)

1. Ganbaran Umum Desa Aek Si Pitu Dai...10

2. Objek Wisata...12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum...22

1. Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Sianjur Mula-mula KabupatenSamosir...22

2. Kondisi Etnografi Desa Aek Sipitu Dai...26

a. Jumlah penduduk...26

b. Agama...27

c. Komposisi Bangunan Rumah Menurut Jenisnya...28

d. Sarana Pendidikan...29

e. Sarana Kesehatan...30

f. Sarana Ibadah...31

g. Sarana Listrik dan Air...31

h. Sarana Komunikasi...32

i. Sarana Transportasi...32

(8)

1. Latar Belakang Munculnya Aek Sipitudai...36

2. Perkembangan Aek Sipitudai...37

3. Dampak Aek Sipitudai Terhadap Ekonomi Masyarakat Desa Aek Sipitudai...42

4. Aek Sipitudai (Air Tujuh Rasa)...44

5. Keadaan Aek Sipitudai Di Desa Aek Sipitudai...45

6. Pusuk Buhit...48

7. Sejarah Batak...50

8. Sistem Kepercayaan...51

9. Huta Sianjur Mula-Mula...56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...59

A. Kesimpulan...59

B. Saran...61

DAFTAR PUSTAKA...62

Daftar Lampiran Lampiran 1. Peta Lokasi Pariwisata Danau Toba...1

(9)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Letak geografis dan ketinggian Kecamatan

di Kabupaten Samosir...23

Tabel 2 : Luas wilayah dan rasio terhadap luas Kecamatan Menurut Desa...25

Tabel 3 : Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin...26

Tabel 4 : Penduduk menurut Kecamatan Dan Agama...27

Tabel 5 : Bangunan rumah menurut jenisnya...28

Tabel 6 : Banyaknya sekolah menurut Kecamatan dan tingkat pendidikan...29

Tabel 7 : Sarana kesehatan Desa Aek sipitu dai...30

Tabel 8 : Objek Wisata dan Pasilitasnya...38

Tabel 9 : Sarana Transportasi Desa Aek Sipitu Dai...33

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah

pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

bangsa yang diawali dari masa penjajahan Belanda dan Jepang hingga saat ini

merupakan bagian yang diselenggarakan pemerintah Indonesia dalam menambah

devisa negara.

Sejak awal telah didasarkan bahwa kegiatan pariwisata harus dapat

dimanfaatkan untuk pembangunan. Pembangunan pariwisata sebagai bagian dari

pembangunan nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas kesempatan usaha

dan lapangan kerja. Sejalan dengan tahap-tahap pembangunan nasional, pelaksanaan

pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang,

bertahap, dan berkesinambungan. Nampak jelas bahwa pembangunan di bidang

kepariwisataan mempunyai tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang

pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melihat betapa pentingnya peran kepariwisataan akan memberi dampak

positif maupun negatif terhadap sekitarnya. Dengan demikian faktor sikap manusia

itu juga menentukan pola dan perubahan dalam kehidupannya. Masyarakat selain

objek pariwisata juga berfungsi sebagai objek wisata sapta pesona yaitu terlihat

(11)

2

menciptakan daerah pariwisata yang aman, tertib, bersih, sejuk, dan masyarakat yang

ramah- tamah.

Objek wisata yang memiliki potensi dan sudah mulai dikenal wisatawan

baik lokal maupun wisatawan mancanegara hendaknya mendapat sentuhan dalam hal

untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan potensi tersebut. Karena pontesi ini

juga bisa dikembangkan untuk menjadi salah satu sumber andalan pendapatan

daerah.

Ketersediaan dan kualitas komponen produk wisata sangat ditentukan

oleh kesiapan para pelaku pariwisata, pemerintah menyiapkan segala sarana dan

prasarana dasar, melakukan kegiatan pemasaran destinasi atau tempat tujuan wisata

serta memberi fasilitas yang mendukung kemudahan berwisata yang berkelanjutan.

Masyarakat disamping memiliki peran dan tanggung jawab untuk mendukung

terciptanya suasana aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan memberi

kenangan setiap wisatawan yang datang, juga ikut berperan dan terlibat langsung

dalam menciptakan jasa kepariwisataan. Jadi supaya objek wisata lebih maju, maka

dari berbagai hal harus senantiasa ditingkatkan baik secara fisik maupun non fisik.

Oleh karena itu pemerintah perlu mengadakan kerja sama dengan pihak lain terutama

masyarakat.

Pariwisata yang telah berkembang dapat menimbulkan perubahan sosial

ekonomi masyarakat. Karena adanya wisatawan pada dasarnya dapat meningatkan

pendapatan masyarakat setempat. Demikian juga dalam memperluas lapangan

pekerjaan khususnya di kawasan objek wisata Aek Sipitudai yang ada di Desa Aek

(12)

3

Aek Sipitudai adalah salah satu objek wisata yang berada di Desa Aek

sipitudai Kecamatan Sianjur mula-mula Kabupaten Samosir. Yang menjadi daya

tarik utama objek wisata ini adalah kondisi air tiap-tiap pancuran memiliki rasa yang

berbeda-beda. Menurut Legenda yang diyakini masyarakat, sampai saat ini. Aek

Sipitudai memiliki sejarah yang berhubungan dengan si Raja Batak.

Pulau Samosir merupakan salah satu daerah asal orang Batak. Di pulau ini

tepatnya di Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula diyakini asal orang Batak.

Pusuk Buhit merupakan Pegunungan yang berdampingan dengan Bukit Barisan,

dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan Danau Toba. Bagi

masyarakat Batak Toba, perbukitan ini dipercaya sebagai alam semesta atau

"Mulajadi Nabolon" (Tuhan Yang Maha Esa) menampakkan diri.

Sianjur Mula Mula merupakan satu dari sembilan Kecamatan di

Kabupaten Samosir. Desa Aek Sipitudai, yang terletak di daerah boho, Limbong

melewati kota Pangururan. Dalam bahasa Batak Aek Sipitudai diartikan air

dengan tujuh rasa yang berbeda. Dikawasan pedesaan ini, kita dapat melihat dan

langsung merasakan air dari tujuh buah pancuran yang masing-masing memiliki

rasa yang tidak sama. Air yang keluar dan mengalir di pancuran penampungan ini,

datang dari tujuh buah mata air yang tergabung dalam satu wadah seperti bak

yang panjang.

Bagi suku Batak Aek Sipitudai, merupakan situs sejarah peradaban dan

perkembangan Suku Batak di Toba. Legenda tersebut mungkin benar adanya.

(13)

4

cucian dari batu alam dan batu yang berlubang-lubang untuk permainan congklak.

Menurut S.Sagala penjaga tempat tersebut, munculnya mata air tersebut berkat

permintaan Langgat Limbong (turunan Limbong Mulana), yang juga anak ketiga

dari Guru Tatea Bulan kepada Mula Jadi Nabolon (Sang Pencipta) yang dalam

perjalanannya merasa haus dan menancapkan tongkat ke tanah. Lalu muncullah

mata air dengan tujuh rasa. Karena itulah, kawasan ini disebut dengan Aek

Sipitudai (air tujuh rasa).

Memasuki kawasan situs, kami juga bertemu dengan salah seorang dari

Dinas Pariwisata yaitu Bapak S. Sagala perawat dan penjaga situs Aek Sipitudai.

Menurut S. Sagala Aek Sipitudai adalah salah satu bukti situs sejarah, dari nenek

moyang suku Batak yang bermukim hingga melahirkan generasi suku Batak

sampai sekarang ini Menurut cerita dimasyarakat Batak Aek Sipitudai adalah

tempat bertemu dan berjodohnya anak-anak dari si Raja Batak. Dimana disekitar

kawasan tersebut didiami keturunan siraja batak dari anaknya yang pertama, Guru

tatea bulan yaitu marga limbong dan marga sagala sehingga Aek sipitudai

dianggap sebagai milik keturunan Guru tatea bulan.

Bahkan sampai saat ini, masyarakat masih meyakini air tujuh rasa tersebut

karena bisa menyembuhkan penyakit. Sistem kepercayaan masyarakat dahulu

masih percaya kepada mula jadi nabolon (sang pencipta) yang dianggap sebagai

Tuhan yang menciptakan segalanya, dialah Tuhan yang memiliki sifat maha

pencipta, maha menjadikan dan awal mula dari segala yang ada yaitu nenek

(14)

5

menyembah mula jadi nabolon, seiring perkembangan jaman, agama sudah

berkembang ditempat tersebut.

Menurut seorang penjaga tempat ini, setiap orang yang mau masuk

kedalamnya untuk mencuci muka, mandi, ataupun meminum aek sipitudai ini

haruslah memiliki hati yang bersih jika tidak pastilah akan ada bala atau sakit

penyakit bahkan kematian yang akan melanda. jika diminta dengan hati yang suci

akan diberikan. Pansur Sipitudai (Pancuran Tujuh Rasa) adalah satu air dengan

tujuh buah pancuran yang masing-masing, pancuran mempunyai tujuh sumber

mata air, yang masing-masing mengalir sehingga bergabung menjadi satu aliran

dalam satu bak yang panjang, kemudian dari bak yang panjang itu dibuat

pancuran yang tujuh itu menjadi tujuh macam pula seperti pada sumber mata

airnya padahal telah bergabung dalam bak yang panjang. Rasa air tersebut adalah

rasa asam, manis, pahit, asin, hanya rasa tersebut yang bisa dirasakan di pancuran

tersebut, karena rasa tersebut sudah berubah tidak lagi mempunyai rasa tujuh.

Air ini disebut “PANSUR SIPITUDAI” (Pancur Tujuh Rasa), karena

pancuran yang tujuh itu mempunyai tujuh macam rasa, ketujuh pancuran ini,

dibagi menurut status masyarakat yang ada di Limbong yaitu :

(1) Pancuran anak-anak yaitu tempat mandi bayi yang masih belum ada giginya,

(2) Pancuran ibu yaitu tempat mandi para ibu yang telah tua, yaitu yang tidak

melahirkan lagi, (3) Pancuran ibu-ibu yaitu tempat mandi para ibu yang masih

dapat melahirkan, (4) Pancuran anak gadis yaitu tempat mandi gadis-gadis, (5)

(15)

6

tempat mandi para lelaki, (7) Pancuran menantu laki-laki yaitu tempat mandi para

menantu laki-laki yaitu semua marga yang mengawini putri marga Limbong.

Pancuran air tujuh rasa tersebut sudah dibagi oleh siraja batak menurut

status masyarakat yang ada di limbong . Saran nilai leluhur setiap orang yang

yang mau masuk dan mencuci muka, mandi, ataupun meminum air tersebut harus

memiliki hati yang bersih dan hati yang tulus, jadi jika dilanggar pasti ada

musibah atau penyakit yang datang. Menurut penjaga tempat ini setiap memasuki

setiap pancuran harus sesuai jenis status.

Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan air tersebut tidak lagi

berdasarkan seperti legenda. Ketujuh rasa air tersebut tidak lagi memiliki rasa

yang berbeda-beda, sampai saat ini rasa yang bisa kita rasakan hanyalah tiga rasa

saja yaitu, asam, pahit, asin. Bagi masyarakat sekitar, Aek Sipitudai tersebut

menjadi sumber kebutuhan air bersih tanpa membedakan dari pancuran/mata air

keberapa yang akan dikonsumsi tetapi harus menghargai nilai leluhur yang

menciptakan air tersebut. Sehingga tidak mengherankan jika ada wisatawan yang

berkunjung akan bertemu dengan masyarakat yang sedang menggunakan fasilitas

(16)

7

Seperti umumnya beberapa objek wisata di daerah ini, keberadaan

pancuran tujuh rasa masih belum begitu diperhatikan oleh pemerintah. Lokasi ini

butuh sentuhan dan penataan yang lebih baik, terutama masalah fasilitas. Padahal

jika diamati, keberadaan Aek Sipitudai dapat menarik calon pengunjung untuk

datang serta menikmati bagian dari legenda orang Batak.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik membahas “Aek

Sipitudai (Air Tujuh Rasa) sebagai Objek wisata Di Kecamatan Sianjur

Mula-mula Kabupaten Samosir ” .

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka yang menjadi

identifikasi masalah adalah:

1. Latar belakang munculnya Aek Sipitudai

2. Perkembangan Aek Sipitudai sampai menjadi objek wisata di Desa

Aek Sipitudai

3. Dampak objek wisata Aek Sipitudai terhadap ekonomi masyarakat

(17)

8

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah diatas maka yang menjadi batasan masalah dalam

penelitian ini adalah: Aek Sipitudai Sebagai Objek Wisata di Kecamatan Sianjur

Mula-mula Kabupaten samosir.

D. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana Latar Belakang Aek Sipitudai Sebagai Objek Wisata ?

2. Bagaimana kondisi Aek Sipitudai ?

3. Bagaimana perkembangan Aek sipitudai Desa Aek Sipitudai menjadi

objek wisata dan kapan perubahannya ?

4. Baimana dampak Aek Sipitudai kepada kondisi ekonomi Masyarakat Desa

Aek Sipitudai?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang Aek Sipitudai, Sebagai Objek Wisata.

2. Untuk mengetahui perkembangan Aek Sipitudai menjadi objek wisata di

Desa Aek Sipitudai

3. Untuk mengetahui dampak objek wisata Aek Sipitudai kepada kondisi

(18)

9

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai persayaratan penulis untuk gelar S1 Universitas Negeri Medan

2. Menambah pengetahuan untuk menyusun karya ilmiah dalam bentuk

skripsi

3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti lain yang

melakukan penelitian yang sama ditempat yang berbeda

4. Sebagai sumbangan teoritis bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam

(19)

59 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Aek sipitudai merupakan salah satu objek wisata di Desa Aek sipitudai

kecamatan sianjur mula-mula, yang menjadi daya tarik utama objek wisata ini

adalah kondisi air tiap-tiap pancuran yang memiliki rasa yang berbeda-beda.

Menurut legenda yang diyakini masyarakat sampai saat ini, Aek sipitudai

memiliki sejarah yang berhubungan dengan siraja Batak. Karena pulau samosir

memang diyakini sebagai daerah asal orang Batak. Dipulau ini tepatnya di pusuk

buhit kecamatan sianjur mula-mula. Wisatawan datang ketempat bukan hanya

berwisata saja tetapi ingin mengetahui sejarah Batak, Aek sipitudai bisa juga

digunakan untuk menyembuhkan penyakit, wisatawan yang datang banyak sekali

yang ingin mengambil airnya saja utntuk dijadikan obat. Rasa ini bagi pengunjung

Aek Sipitudai bila hatinya iklas akan merasakan ke tujuh rasa tersebut, dan bagi

yang tidak iklas yang datang berkunjung kesana tidak bisa merasakan air tujuh

rasa tersebut.

Latar belakang sejarah Aek Sipitudai berpengaruh pada sejarah peradaban

suku batak, karena desa ini merupakan perkampungan Siraja Batak pada jaman

dahulu. Konon kampung inilah yang dipercaya sebagai kampung (huta) pertama

Orang Batak (Siraja Batak) yang diketahui. Katanya, disinilah Ompu Siraja Batak

membangun rumah dahulu kala, walau hal itu belum dibuktikan secara ilmiah.

(20)

60

kelompok marga Sagala segagai bentuk penghormatan untuk mengenang Ompung

tersebut.

Puncak Pusuk Buhit adalah puncak tertinggi Gunung Pusuk Buhit yang

disebut raga-raga nabolak atau pelataran luas. Kita menyebutnya puncak

tertinggi, karena terdapat tiga puncak di Gunung Pusuk Buhit, yaitu:

a. Puncak di atas Sigulanti adalah puncak anak pertama Siraja Batak, yaitu

Guru Tateabulan;

b. Puncak di atas Sijambur Mula adalah puncak anak kedua Siraja Batak,

yaitu Raja Isumbaon; dan

c. Puncak tertinggi adalah puncak Dewata Natolu dan Ompu Mulajadi

Nabolon, karena di situlah pertama sekali rombongan Parbanua Ginjang

menginjakkan kaki dan dari situ pula mereka kembali ke Banua Ginjang.

Karena itu, puncak inilah tempat paling suci dan kudus bagi Bangso

Batak, barangkali seperti Gunung Golgota bagi Agama Kristen.

Karena itu, bagi Bangsa Batak, Puncak Pusuk Buhit identik dengan nilai tertinggi

kehidupan yang dapat digapai di bumi dan merupakan center locus atau sambulo

ha-Batak-on. Semua situs lain, yang awalnya adalah tempat berdoa keturunan

Siraja Batak kepada Dewata dan Ompu Mulajadi Nabolon serta tempat

penghormatan kepada leluhur, yang ada di bawahnya pun yang menyebar luas ke

(21)

61

B. Saran

1. Bagi masyarakat Desa Aek Sipitudai masih mempercayai bahwa air dari

Aek Sipitu Dai tersebut dapat menyembuhkan penyakit. Dan masih

percaya terhadap mitos dari kekuatan air tersebut.

Maka dari itu diharapkan ketika dalam menerima kisah yang bersal dari

tradisi lisan sebaiknya harus dipilah-pilah terlebih dahulu untuk dapat

membedakan antara mitos dan fakta sejarah yang terkandung didalamnya.

2. Bahwa sangat penting untuk mengetahui kisah-kisah dan legenda masa

lalu, apakah itu legenda yang mengadung mitos atau fakta sejarah karena

semuanya itu memperkaya kebudayaan kita. Sangat penting untuk

membuat suatu buku dengan judul kumpulan kisah/ legenda masyarakat

Batak toba yang dilengkapi dengan pembagian fakta dan mitos yang

(22)

62

DAFTAR PUSTAKA

Badan Statistika Kabupaten Samosir 2013

Gultom Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak, Jakarta: Bumi Aksara

I Gde Pitana. 2005. Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta: PT. Andi

Ridwan. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Medan: PT.

Sofmedia

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alvabeta

Sugiharto. 2006. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan : USU

Press

Sujanto. 1982. Psikologi Perkembangan, Surabaya: Aksara Baru

Helius, Sjamsudidin . 2007. Metodologi Sejarah,Yogyakarta: Ombak

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta: PT. Andi

Bambang, Sunaryo. 20131. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata,

Yogyakarta: Gava Media

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

(23)

22

DAFTAR PUSTAKA

Badan Statistika Kabupaten Samosir 2013

Gultom Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak, Jakarta: Bumi Aksara

I Gde Pitana. 2005. Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta: PT. Andi

Ridwan. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Medan: PT.

Sofmedia

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alvabeta

Sugiharto. 2006. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan : USU

Press

Sujanto. 1982. Psikologi Perkembangan, Surabaya: Aksara Baru

Helius, Sjamsudidin . 2007. Metodologi Sejarah,Yogyakarta: Ombak

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta: PT. Andi

Bambang, Sunaryo. 20131. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Yogyakarta: Gava Media

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Gambar

Tabel 1 : Letak geografis dan ketinggian Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

jenuh untuk datang kembali.Dengan adanya sarana dan prasarana pariwisata yang cukup memadai disuatu objek wisata, maka objek wisata tersebut dikembangkan dengan baik

pengembangan kawasan bersejarah sebagai objek wisata budaya di Distrik Sota Kabupaten Merauke sangat diperlukan untuk meningkatkan nilai jual pada kawasan wisata dan

Tingkat potensi objek wisata di Kecamatan Nusa Penida memiliki kriteria yang berbeda, terdapat 6 objek wisata yang memiliki tingkat objek wisata sangat berpotensi,

Dengan demikian, dapat ditampilkan penyajian peta sebaran objek wisata alam di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara secara

Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, atau hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan

“ Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Menjadi Kawasan Wisata di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Se latan” Skripsi.. Medan : Universitas

Hasil obsevasi yang penulis lakukan di lapangan, penulis melihat bahwa objek wisata Air Terjun Telun Berasap yang terletak di Desa Telun Berasap Kecamatan Gunung Tujuh

Kondisi objek wisata Gunung Padang saat ini relative masih natural atau alami artinya peninggalan warisan budaya sebagai objek wisata budaya mengandalkan ketertarikan wisatawan apa