SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Amalma Wahyu Arumsarm Unmversmtas Sanata Dharma
2013
Tujuan penelmtman mnm adalah untuk mengetahum kemampuan smswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan aktmf.
Jenms penelmtman mnm adalah penelmtman deskrmptmf dengan menggunakan metode survem. Populasm penelmtman adalah seluruh smswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 147 smswa karena mtu penelmtman mnm termasuk penelmtman populasm. Pertanyaan yang dmjawab dalam penelmtman mnm adalah: “Bagammanakah kemampuan mendengarkan aktmf smswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?”
Instrumen penelmtman mnm adalah kuesmoner yang dmsusun sendmrm oleh penelmtm. Kuesmoner mnm memmlmkm 34 butmr pernyataan, yang mengungkapkan dua aspek kemampuan mendengarkan aktmf, yamtu: (1) mampu memahamm dan mengungkapkan kembalm mde/fakta/pendapat/pmkmran dan (2) mampu memahamm dan mengungkapkan kembalm perasaan.
Data dmanalmsms dengan menggolongankan kemampuan mendengarkan aktmf berdasarkan Penmlaman Acuan Patokan (PAP) Tmpe I. Tmngkat kemampuan mendengarkan aktmf dmgolongkan menjadm lmma, yamtu: “sangat kurang mampu”, “kurang mampu”, “cukup mampu”, “mampu”, “sangat mampu”.
Hasml penelmtman mnm menunjukkan bahwa: ada 13 smswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan aktmf; 29 smswa (27,62) kurang mampu dalam mendengarkan aktmf; 19 smswa (40,95%), cukup mampu dalam mendengarkan aktmf; 43 smswa (40,95%) mampu dalam mendengarkan aktmf; 1 smswa (0,95%) sangat mampu dalam mendengarkan aktmf.
ABSTRACT
A STUDY ON THE ABILITY OF ACTIVE LISTENING OF THE TENTH GRADE STUDENS AT SMA STELLA DUCE 2
YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR Amalma Wahyu Arumsarm
Sanata Dharma Unmversmty 2013
The purpose of thms study ms to determmne the abmlmty of actmve lmstenmng of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mn 2012/2013 academmc year.
Thms study belongs to a descrmptmve research by usmng survey method. The populatmon of thms research ms 147 students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mn 2012/2013 academmc year.
Hence, mt belongs to a populatmon research. The questmon to be answered mn thms research ms how ms the abmlmty of actmve lmstenmng of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mn
2012/2013 academmc year?
The mnstrument of thms research ms a questmonnamre whmch was arranged by the wrmter herself. Thms questmonnamre has 34 questmon mtems, whmch reveals two skmll aspects mn actmve lmstenmng, namely: (1) the abmlmty to understand/reflect the speaker’s message (opmnmons/thoughts) and (2) the abmlmty to understand/reflect the speaker’s feelmng.
The data analysms technmque used ms the groupmng of actmve lmstenmng skmll based on Standard Reference Evaluatmon (PAP) type I. The lmstenmng actmve skmll ms classmfmed mnto fmve categormes, namely very less able, less able, moderately able, capable, and very capable.
The result of thms research shows that: there are 13 students (12.38%) wmth very less able qualmfmcatmon, there are 29 students (27.62%) wmth less able qualmfmcatmon, there are 19 students (18.10%) wmth moderately able qualmfmcatmon, there are 43 students (40.95%) wmth capable qualmfmcatmon, and there are 1 student (0.95%) wmth very capable qualmfmcatmon.
Consmdermng the number of students that are mncluded qumte capable, less capable and far less capable, mt can be concluded that most of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2
STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Amalia Wahyu Arumsari
NIM: 071114028
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Amalia Wahyu Arumsari
NIM: 071114028
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Senantiasa mengucap syukur dan selalu percaya
bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik.
Kupersembahkan Karyaku ini untuk:
• Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberi saya kemudahan,
kebahagiaan serta kekuatan dalam menjalani hidup.
• Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
• Bapak Wagiman dan Ibu Cici Suciyati yang selama ini mendoakan saya,
vii
ABSTRAK
STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Amalia Wahyu Arumsari Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan aktif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 147 siswa karena itu penelitian ini termasuk penelitian populasi. Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?”
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 34 butir pernyataan, yang mengungkapkan dua aspek kemampuan mendengarkan aktif, yaitu: (1) mampu memahami dan mengungkapkan kembali ide/fakta/pendapat/pikiran dan (2) mampu memahami dan mengungkapkan kembali perasaan.
Data dianalisis dengan menggolongankan kemampuan mendengarkan aktif berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Tingkat kemampuan mendengarkan aktif digolongkan menjadi lima, yaitu: “sangat kurang mampu”, “kurang mampu”, “cukup mampu”, “mampu”, “sangat mampu”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ada 13 siswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan aktif; 29 siswa (27,62) kurang mampu dalam mendengarkan aktif; 19 siswa (40,95%), cukup mampu dalam mendengarkan aktif; 43 siswa (40,95%) mampu dalam mendengarkan aktif; 1 siswa (0,95%) sangat mampu dalam mendengarkan aktif.
viii
ABSTRACT
A STUDY ON THE ABILITY OF ACTIVE LISTENING OF THE TENTH GRADE STUDENS AT SMA STELLA
DUCE 2 YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC
YEAR
Amalia Wahyu Arumsari Sanata Dharma University
2013
The purpose of this study is to determine the ability of active listening of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in 2012/2013 academic year.
This study belongs to a descriptive research by using survey method. The population of this research is 147 students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in 2012/2013 academic year. Hence, it belongs to a population research. The question to be answered in this research is how is the ability of active listening of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in 2012/2013 academic year?
The instrument of this research is a questionnaire which was arranged by the writer herself. This questionnaire has 34 question items, which reveals two skill aspects in active listening, namely: (1) the ability to understand/reflect the speaker’s message (opinions/thoughts) and (2) the ability to understand/reflect the speaker’s feeling.
The data analysis technique used is the grouping of active listening skill based on Standard Reference Evaluation (PAP) type I. The listening active skill is classified into five categories, namely very less able, less able, moderately able, capable, and very capable.
The result of this research shows that: there are 13 students (12.38%) with very less able qualification, there are 29 students (27.62%) with less able qualification, there are 19 students (18.10%) with moderately able qualification, there are 43 students (40.95%) with capable qualification, and there are 1 student (0.95%) with very capable qualification.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah bersedia
membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A, sebagai Dosen Pembimbing yang dengan
penuh kesungguhan dan kesabaran telah memberikan motivasi dan
mendampingi selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling dan dosen pembimbing akademik yang telah banyak menyediakan
waktu dan tenaga untuk memberikan motivasi kepada penulis selama proses
penulisan skripsi.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Uneversitas
Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan
selama ini.
4. Dra. Rosalia Tuti Ratnaningsih. Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk pengumpulan
data.
5. Ibu, V. Siwi Sridinarti, S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella
x
ini.
6. Para siswa kelas X SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah
berpartisipasi dalam pengumpulan data.
7. Bapak Ibu, yang selalu sabar mendampingi saya, memberikan do’a dan
perhatian serta kasih sayang.
8. Danny Yulyanto S.S. yang selalu memberi perhatian, dukungan serta
kesabaran dalam mendampingi saya selama ini.
9. Amanda Lanasha Rahni, putri saya yang selalu memberikan semangat dan
inspirasi dagi penulis.
10. Teman-teman seangkatan tahun 2007 Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu memberikan
semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif 1. Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif ... 8
2. Manfaat Mendengarkan Aktif... 11
3. Syarat-Syarat Mendengarkan Akif ... 12
4. Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif ... 13
5. Intensi dalam Menanggapi Orang Lain. ... 17
B. Remaja 1. Definisi Remaja... 20
2. Perkembangan Remaja ... 21
xii
b. Perkembangan emosional... 21
C. Definisi dan Ragam Bimbingan 1. Definisi Bimbingan... 23
2. Ragam Bimbingan ... 25
D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyaarata Tahun Ajaran 2012/2013 ... 26
E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 28
B.Subyek Penelitian... 28
C.Instrumen Penelitian ... 29
D.Validitas dan Reliabilitas ... 30
E.Prosedur Pengumpulan Data... 33
F.Teknik Analisis Data... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 37
B. Pembahasan ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA... 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket Komunikasi Siswa ... 47
Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57
Lampiran 3: Data Lengkap Hasil Kuesioner... 60
Lampiran 4 : Surat Pengantar Penelitian... 64
Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 65
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional dari beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari manusia lainnya.
Manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Tidak ada
satu pun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan manusia yang lain.
Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk menjalin hubungan antar sesama
manusia. Salah satu cara yang memudahkan terjalinnya hubungan dengan orang
lain adalah melakukan komunikasi. Oleh karena itu komunikasi menjadi sangat
penting dalam hubungan antara dua individu atau lebih. Ada sejumlah
kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi
dengan sesamanya, seperti kebutuhan untuk melakukan sosialisasi dengan orang
lain, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk mendapat pengakuan dari
orang lain dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan orang lain. Dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, komunikasi memegang peranan
sangat penting, karena hanya dengan komunikasilah kita dapat mengetahui
keinginan dan kebutuhan orang lain.
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal dan/atau nonverbal antara si
pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad,
2009: 4). Melalui komunikasi inilah kita menjadi tahu apa keinginan orang lain
terhadap diri kita dan sebaliknya. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan
ide, gagasan atau keinginan kita kepada orang-orang di sekitar kita.
Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah
dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna. Banyak ahli
berpendapat bahwa komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental
dalam hidup bermasyarakat. Schramm (Croft, 2004: 4) menyebutkan bahwa
komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat
terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi.
Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi
yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, diperlukan sejumlah
keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu mampu saling memahami,
mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas,
mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling
menolong, dan mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah
antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi dengan orang lain
melalui cara-cara yang konstruktif (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 2009:
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan
yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Kenyataannya,
sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam
komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda
dari yang dimaksud oleh pengirim, antara lain karena penerima tidak
memperhatikan apa yang disampaikan oleh pengirim pesan.
Menurut Johnson (Supratiknya, 2009: 42), beberapa kesalahan umum
yang sering dilakukan penerima pesan dalam komunikasi antara lain adalah:
1. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim.
2. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak
dikatakan oleh pengirim.
3. Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, intonasi dan
sebagainya, bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan.
4. Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami sepenuhnya
pesan yang dikirim.
Untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas orang
perlu mendengarkan secara seksama apa yang dibicarakan oleh lawan
bicaranya. Cara mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangat penting
dalam komunikasi. Agar komunikasi yang terjalin lebih intim dan personal,
lawan bicara harus mendengarkan dan memahami pesan yang dibicarakan.
Dalam berkomunikasi, tidak semua pesan yang disampaikan pembicara
diterima oleh pendengar. Ada beberapa pesan yang diabaikan, karena menurut
persepsi yang selektif dalam mendengarkan dan menanggapi. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi seleksi dalam menanggapi suatu komunikasi yaitu
harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, dambaan-dambaan,
keinginan-keinginan, pendapat, sikap dan keyakinan (Supratiknya, 2009: 45).
Mendengarkan aktif merupakan modal dasar bagi terjalinnya relasi
yang baik dengan siapa pun kita melakukan komunikasi. Relasi yang baik
dapat dibangun dalam keluarga, komunitas, tempat kerja, maupun pergaulan
di mana pun manusia berada (Sawitri, 2005 dalam Sarianne, 2008: 1).
Mendengarkan aktif adalah suatu proses memberikan umpan balik kepada
pembicara sejalan dengan apa yang menurut pendengar dimaksudkan oleh
pembicara, baik dari segi isi maupun perasaannya. Mendengarkan aktif
bukanlah proses yang sekedar mengulang kata-kata pembicara, tetapi lebih
merupakan upaya memahami keseluruhan pesan pembicara (Devito, 1997).
Oleh karena itu, kemampuan mendengarkan aktif perlu ditingkatkan agar
lebih mampu saling memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman antara
penerima dan pemberi pesan.
Penulis tertarik meneliti kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta karena tertarik dengan pengalaman pribadi
penulis saat PPL di sekolah tersebut. Pada saat PPL di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta, penulis memperoleh kesan bahwa kemampuan siswa dalam
mendengarkan aktif masih rendah. Pada waktu penulis memberikan
bimbingan, banyak siswa yang tidak mampu memahami dan menyampaikan
pesan yang dikirim penulis. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa,
tampak bahwa kadang-kadang siswa tidak mendengarkan percakapan
temannya karena bosan dengan isi percakapan tersebut dan sibuk dengan
urusannya sendiri. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa siswa saat
wawancara dengan peneliti. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa saat
bercerita dengan temannya, temannya yang bersangkutan tidak memahami
apa yang diungkapkan atau diceritakannya. Selain itu, faktor lain yang
menjadi dasar penulis mengangkat topik ini adalah karena mendengarkan
aktif merupakan cara yang efektif yang perlu dilakukan siswa, agar siswa
mampu memahami apa yang dijelaskan guru saat proses belajar di sekolah.
Kemampuan mendengarkan aktif dapat menghilangkan kesalahpahaman
yang timbul karena siswa tidak menangkapnya dengan tepat pesan yang
disampaikan guru. Dengan mendengarkan aktif siswa dapat menjalin
komunikasi yang lebih intim dan personal dengan orang-orang di sekitarnya
seperti teman, orang tua, dan guru. Remaja umumnya belum mampu
mendengarkan aktif dengan tepat; remaja masih cenderung menghakimi,
menasehati, dan memberikan penilaian. Berdasarkan alasan tersebutlah
penulis berpendapat bahwa perlulah di buktikan dengan penelitian di
lapangan apakah remaja, dalam hal ini siswa SMA kelas X masih kurang
mampu mendengarkan secara aktif. Kalau betul dapatlah dipikirkan
usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang dijawab di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal untuk
tugas selanjutnya dalam pendampingan kaum muda terutama dalam hal
mendengarkan aktif.
2. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi terutama
dalam bidang Bimbingan dan Konseling, yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.
3. Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X
Stella Duce 2 Yogyakarta dalam mendengarkan aktif.
4. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan mendengarkan aktif.
E. Definisi Operasional
1. Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengerjakan atau melaksanakan
sesuatu dengan baik.
2. Mendengarkan aktif adalah berusaha memahami perasaan, ide/pendapat/
pikiran atau maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal yang
ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam kalimat)
dan mengirimkannya kembali kepada pembicara.
3. Kemampuan mendengarkan aktif adalah kesanggupan untuk menentukan
atau memilih tanggapan (respons) yang tepat dalam menanggapi lawan
bicara secara deskriptif yaitu tanggapan yang menunjukkan kemampuan
penanggap dalam memahami perasaan, ide/pendapat/pikiran atau maksud
pembicara dan kemudian merumuskan dan mengungkapkannya dengan
kata-kata sendiri seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan topik
penelitian yaitu: (A) Hakekat kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi:
pengertian, manfaat, syarat-syarat, hambatan-hambatan dalam mendengarkan
aktif, intensi dalam menanggapi orang lain; (B) Remaja yang meliputi definisi
remaja dan perkembangan sosial remaja; (C) Bimbingan yang meliputi
pengertian bimbingan dan ragam bimbingan.
A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif
1. Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif
Alwi (2002: 707) menyebutkan bahwa kemampuan berasal dari
kata mampu yang berarti yang pertama adalah sanggup, dapat dan kedua
adalah berada. Arti kata kemampuan sendiri adalah kesanggupan,
kecakapan, kekuatan, kekayaan.
Devito (Sarianne, 2008: 11) mengartikan mendengarkan aktif
sebagai proses aktif menerima rangsangan (stimulus) pada telinga.
Mendengarkan merupakan proses yang aktif, tidak pasif. Mendengarkan
tidak terjadi begitu saja, tetapi orang dengan sengaja melakukannya.
Mendengarkan menuntut tenaga dan komitmen. Mendengarkan
menyangkut penerimaan rangsangan dan karena itu berbeda dengan
mendengar sebagai suatu proses fisiologis saja yang tanpa disertai proses
pemberian arti atau makna. Kata menerima menegaskan bahwa orang
menyerap rangsangan (stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu.
Mendengarkan menyangkut rangsangan aural yaitu, isyarat (gelombang
suara) yang diterima telinga. Mendengarkan mencakup semua isyarat
yang dapat didengar tidak hanya kata-kata, tetapi juga mengerti, dan
memahami perasaan pembicara.
Gordon (2009: 50) menyatakan bahwa mendengarkan aktif jauh
lebih efektif daripada mendengar pasif (diam). Mendengarkan aktif adalah
cara yang baik untuk melibatkan pengirim dengan penerima. Lebih lanjut
Gordon (2009: 54) mengungkapan bahwa dalam mendengarkan aktif,
penerima berusaha memahami perasaan pengirim, atau berusaha
memahami arti pesan yang dikirim. Pengertian dinyatakan dalam kalimat
dan dikirimkan kembali kepada pengirim. Pesan yang dikirimkan
penerima hanya apa yang dianggapnya sebagai arti pesan dari pengirim
dan bukan penilaian, pendapat, analisa atau pertanyaan.
Safaria (2005: 172) menyatakan bahwa mendengarkan aktif adalah
berusaha memahami, menangkap dan merumuskan kembali dengan
kata-kata sendiri pesan pembicara berupa pikiran dan perasaannya.
Mendengarkan aktif melibatkan sikap empati dari pendengar sehingga
mampu memantulkan kembali sesuai dengan maksud pembicara secara
cepat, mudah dan tepat.
Menurut Paleg (Sariane, 2008: 12) terdapat tiga tehnik sederhana
a. Pendengar mendengarkan apa yang dikatakan pembicara dengan penuh
perhatian. Pendengar melawan godaan untuk meremehkan, mengkritik,
menganalisis atau mencoba memecahkan masalah yang dikatakan oleh
pembicara. Pendengar juga menghilangkan kecenderungan untuk
memikirkan bentuk respons yang akan pendengar utarakan. Pendengar
mempertahankan kontak mata, mengangguk ke arah pembicara,
tersenyum atau mengernyitkan dahi untuk menunjukkan perhatian
sepenuhnya terhadap ungkapan pembicara.
b. Pendengar memperhatikan perasaan pembicara dan bukan kata-katanya
saja. Pendengar menyadari adanya perasaan yang ikut disampaikan
pembicara dalam menyampaikan pesannya. Pendengar perlu
memperhatikan pesan-pesan non-verbal pembicara seperti ekspresi
wajah, nada suara dan gerak tubuh. Pendengar mencoba menempatkan
dirinya pada situasi yang dialami pembicara.
c. Pendengar secara aktif memahami apa yang didengarkan. Memahami
tidak berarti menyetujui. Memahami berarti membiarkan pembicara
tahu secara verbal bahwa pendengar sedang mendengarkan apa yang
sedang dikatakan oleh pembicara baik isi maupun perasaannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mendengarkan aktif adalah kesanggupan pendengar untuk memahami
perasaan atau kemampuan pendengar untuk memahami arti pesan dari
pembicara dan merumuskan pengertiannya dalam bentuk kalimat serta
merupakan cara yang tangguh untuk menolong orang lain menyelesaikan
masalah yang dimilikinya, asalkan pendengar dapat menganggap masalah
tersebut sebagai milik orang lain dan membiarkan orang itu
menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan kata lain, mendengarkan aktif
adalah suatu metode untuk mempengaruhi orang lain untuk mencari
penyelesaian terhadap masalahnya sendiri (Gordon, 2009: 66).
2. Manfaat Mendengarkan Aktif
Ada berbagai manfaat mendengarkan aktif, antara lain (Gordon
2009: 57)
a. Mendengarkan aktif mendorong terjadinya katarsis (perasaan negatif
berkurang atau hilang setelah mengungkapkannya secara terbuka).
b. Menolong orang untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan
negatif.
c. Mengembangkan hubungan yang hangat antara pembicara dengan
pendengar
d. Memudahkan pemecahan masalah
e. Mempengaruhi orang untuk mau lebih mendengarkan
pendapat-pendapat orang lain.
f. Merupakan cara yang efektif dalam melatih seseorang untuk lebih
mengarahkan diri, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Mendengarkan aktif meminta pendengar untuk menyingkirkan
pesan pembicara. Kondisi ini memaksa pendengar untuk menerima secara
tepat; apabila pendengar ingin mengerti pesan yang disampaikan
pembicara, pendengar harus menempatkan dirinya di tempat pembicara.
Bagian umpan balik dari mendengarkan aktif semata-mata untuk
mencocokkan ketepatan pendengar dalam mendengarkan. Hal itu juga
digunakan untuk meyakinkan pembicara bahwa pendengar mengerti
pesan yang disampaikan.
3. Syarat-Syarat Mendengarkan Aktif
Mendengarkan aktif bukan teknik yang sederhana. Metode ini
memerlukan sikap-sikap dasar yang harus ada sehingga mendengarkan
aktif menjadi efektif. Sikap-sikap yang dimaksudkan antara lain (Gordon,
2009: 59):
a. Pendengar harus bersedia mendengarkan apa yang akan dikatakan
pembicara. Hal ini berarti pendengar harus meluangkan waktu untuk
mendengar.
b. Pendengar harus bersungguh-sungguh bersedia menolong pembicara
dalam menghadapi masalahnya pada saat itu.
c. Pendengar harus benar-benar dapat menerima perasaan-perasaan
pembicara, walaupun perasaan tersebut berlainan dengan perasaan
d. Pendengar harus mempercayai kemampuan pembicara untuk mengatasi
perasaan-perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap masalah
tersebut.
e. Pendengar harus menyadari bahwa perasaan hanyalah sementara, tidak
permanen. Oleh karena itu, mengungkapkan perasaan tidak perlu
ditakutkan, perasan-perasaan tidak akan selamanya berada dalam diri
orang yang bersangkutan.
f. Pendengar harus dapat melihat pembicara sebagai seseorang di luar
pendengar, pribadi yang unik, individu yang terpisah, yang mempunyai
kehidupan sendiri dan identitas sendiri.
Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif
dapat ditingkatkan dengan memperhatikan syarat-syarat
mendengarkan aktif.
4. Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif
Ada beberapa hambatan dalam mendengarkan aktif (Gordon, 2009:
82), yaitu:
a. Pendengar menanggapi dengan bimbingan
Pendengar cenderung mengarahkan pembicara ke suatu arah atau
tujuan tertentu. Hal ini berarti pendengar memegang kendali. Sering kali
jika pendengar memegang kendali dan mengarahkan pembicara kepada
suatu arah tertentu, pembicara merasa bahwa pendengar tidak memahami
b. Membuka pintu kemudian menutupnya
Pendengar pada awalnya mulai dengan tujuan membuka pintu
bagi pembicara untuk berkomunikasi, tetapi kemudian pendengar
menutup pintu tersebut karena pendengar tidak sabar untuk
mendengarkan aktif sampai tuntas.
Mendengarkan aktif digunakan untuk mendorong pembicara
mengungkapkan perasaan-perasaannya, kemudian disusul dengan
memberi penilaian atau pendapat, mengajari, dan menasehati
merupakan cara yang menjurus ke arah kegagalan.
c. Pendengar yang membeo
Pendengar cenderung mengulang atau menirukan apa yang
dikatakan oleh pembicara, dan bukan apa yang dirasakan oleh
pembicara.
d. Mendengar tanpa empati
Empati adalah corak komunikasi yang membuat pengirim pesan
yakin bahwa si pendengar merasa bersamanya, menempatkan diri di
tempat si pengirim pesan, serta ikut hidup biarpun sesaat di dalam diri
si pengirim pesan.
Dalam mendengar tanpa empati, kesalahan umum yang dilakukan
oleh pendengar adalah mengumpanbalikkan suatu tanggapan tanpa
mengikutsertakan unsur perasaan dari pesan pembicara. Perasaan adalah
bagian terpenting dari kehidupan, bukan sesuatu yang berbahaya.
perasaan-perasaan pada umumnya bersifat sementara, datang dan pergi, tanpa
meninggalkan jejak pada pembicara. Kunci untuk menghilangkan
perasaan adalah penerimaan dan pengertian pendengar yang
disampaikan kepada pembicara melalui mendengarkan aktif.
e. Mendengarkan aktif pada saat yang salah
Tidak berhasilnya penggunaan mendengarkan aktif sering kali
disebabkan karena pendengar menggunakannya pada saat yang tidak
tepat. Pendengar terlalu bersemangat menggunakan cara
mendengarkan aktif, padahal pembicara tidak memerlukan atau tidak
ingin diselami perasaannya. Dengan demikian, mendengarkan aktif
hanya membuka langkah pertama dari pemecahan masalah,
mengungkapkan perasaan-perasaan dan merumuskan masalah.
f. Sibuk dengan diri sendiri
Penghambat yang paling serius dan merusak mendengarkan
aktif adalah kecenderungan pendengar untuk sibuk dengan diri sendiri,
sebagai contoh memusatkan perhatian pada tindak tanduk diri sendiri
selama berinteraksi. Kesibukan dengan diri sendiri timbul karena
pendengar telah menyiapkan dirinya sebagai pembicara; pendengar
menyiapkan tanggapan dan memikirkan apa yang akan dikatakannya
untuk menjawab pembicara. Selama perhatian pendengar berpusat
pada diri sendiri, pendengar tidak atau kurang memperhatikan apa
yang dikatakan pembicara; pendengar dapat kehilangan pesan yang
g. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal
Pendengar cenderung untuk memusatkan perhatian pada
masalah-masalah yang tidak relevan dengan interaksi. Pendengar
boleh jadi memikirkan apa yang dilakukannya pada hari-hari sebelum
interaksi atau memikirkan hal-hal yang akan dilaksanakannya sesudah
berinteraksi. Kesibukan memikirkan soal-soal eksternal ini akan
menghambat proses mendengarkan aktif.
h. Mempertajam
Kecenderungan pendengar untuk mempertajam satu atau dua
aspek dari pesan pembicara dapat menjadi penghambat dalam
mendengarkan aktif. Pendengar menyoroti/menekan/membumbui hal
tertentu yang kebetulan menonjol dibandingkan dengan hal-hal lain
yang diutarakan oleh pembicara.
i. Mengasimilasi
Kecenderungan pendengar untuk merekonstruksi pesan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prasangka, kebutuhan dan
nilai pendengar sendiri dapat menjadi penghambat dalam
mendengarkan aktif. Pendengar dapat membuat evaluasi negatif
terhadap pesan yang diterimanya.
j. Faktor lawan atau kawan
Pendengar cenderung mudah menerima pesan pembicara apabila
hubungan antara pendengar dan pembicara baik atau berteman. Apabila
sulit menangkap pesan pengirim secara tepat; pendengar akan
cenderung menilai pesan pembicara secara negatif.
k. Mendengar yang diharapkan
Pendengar cenderung mendengarkan apa yang diharapkan dan
bukan mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan pembicara.
Pesan dikirimkan pembicara akan lebih mudah ditangkap dan
dipahami pendengar, apabila pesan tersebut merupakan hal-hal yang
diharapkan dari pada hal-hal yang tidak diharapkan.
Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, setiap orang dapat belajar
dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif.
5. Intensi dalam Menanggapi Orang Lain
Ada lima macam intensi penting yang mempengaruhi saat seorang
individu mendengarkan dan menanggapi pesan yang disampaikan orang
lain (Supratiknya, 2009: 71), yaitu:
a. Menasehati dan memberikan penilaian
Nasihat dan penilaian mengkomunikasikan sikap evaluatif,
korektif, sugestif atau moralistik. Secara khusus, penerima pesan ingin
menyatakan apa yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan oleh pengirim
pesan untuk memecahkan masalahnya. Pada dasarnya, nasihat membantu
pihak yang dinasehati, apabila diberikan pada saat yang tepat dan relevan.
menghalangi seseorang untuk menolong dan membangun
persahabatan dengan orang lain. Tanggapan yang berisi nasihat dan
penilaian disebut tanggapan evaluatif.
b. Menganalisis dan menafsirkan
Dengan menganalisis dan menafsirkan masalah yang
dikemukakan oleh pengirim pesan, penerima pesan bermaksud
memberi tahu pengirim pesan tentang bentuk kesulitan dan
perasaannya terhadap situasi yang sedang dihadapinya, atau
mengajarkan pengetahuan psikologis tertentu kepadanya.
Pada umumnya, seorang individu tidak senang bila orang lain
merasa lebih tahu tentang keadaan dirinya. Mereka lebih senang, jika
orang lain itu cukup memberi pertolongan berupa cara mengatasi
permasalahannya saja. Tanggapan yang berisi analisis dan penafsiran
disebut tanggapan interpretatif.
c. Meneguhkan dan memberikan dukungan
Dengan tanggapan yang bersifat memberikan dukungan,
penerima pesan ingin menunjukkan simpati, meneguhkan kembali
atau menolong meringankan beban pengirim pesan. Namun, apabila
diberikan dengan cara tergesa-gesa dukungan ini justru menimbulkan
kesan bahwa penerima pesan meremehkan perasaan pengirim pesan.
Tanggapan yang berisi peneguhan disebut tanggapan suportif.
Menyelidiki dengan memberi pertanyaan menimbulkan kesan
bahwa penerima pesan ingin mengetahui lebih banyak, ingin
menggiring pembicaraan ke arah tertentu atau ingin mengarahkan
pengirim pesan pada kesimpuan tertentu yang dipikirkan oleh
penerima pesan. Tanggapan yang berisi pertanyaan-pertanyaan
disebut tanggapan menyelidik.
e. Memparafrasekan dan memahami
Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa
yang diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukkan bahwa
penerima pesan mempunyai intensi untuk memahami pikiran dan
perasaan pengirim pesan. Tanggapan yang penuh pemahaman ini
tepat digunakan dalam situasi-situasi berikut ini:
1) Penerima pesan belum yakin bahwa telah memahami pikiran dan
perasaan pengirim pesan.
2) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa telah
mendengar apa yang baru diungkapkannya.
3) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa
sungguh-sungguh berusaha memahami pikiran dan perasaan
pengirim pesan.
Dari lima macam intensi dalam menanggapi orang lain seperti yang
dikemukakan di atas, yang sejalan atau sama dengan mendengarkan aktif
adalah memparafrasekan dan memahami. Dengan memparafrasekan dan
dan perasaan pengirim pesan dan merumuskan serta memantulkannya
kembali dengan kata-katanya sendiri.
B. Remaja
1. Definisi Remaja
Masa remaja untuk pria dan wanita tidak sama. Masa remaja bagi
pria berlangsung dari usia 13 tahun sampai dengan 22 tahun, sedangkan
wanita mulai usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa wanita lebih dahulu mencapai tingkat kedewasaan
daripada pria. Menurut Piaget (Ali dan Asrori, 2005: 9), secara
psikologis, masa remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak
merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Pada dasarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena
remaja sudah bukan anak-anak lagi tapi juga belum bisa diterima pada
golongan orang dewasa. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal
dengan nama fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Seperti
yang diungkapkan oleh Monks (Ali dan Asrori, 2005: 10), remaja masih
belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi
2. Perkembangan Remaja
Remaja diharapkan meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan dan berusaha mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku
dewasa. Untuk itulah diperlukan kemampuan mendengarkan aktif.
Perkembangan remaja yang berkaitan dengan kemampuan mendengarkan
aktif antara lain perkembangan sosial dan perkembangan emosi.
a. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1980: 250).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok
teman sebaya daripada orang tua. Remaja diharapkan mampu
membina hubungan baik dengan kelompok yang belainan jenis. Pada
masa ini, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah,
seperti kegiatan sekolah dan bermain dengan teman (Gunarsa dan
Gunarsa, 2008: 9). Dalam melakukan kegiatan di luar rumah, remaja
tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat
dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang
topik yang dapat dipahami dan menarik bagi orang lain. Pembicaraan
yang mudah dipahami dan menarik bagi orang lain merupakan
penunjang yang penting bagi perkembangan sosial remaja terutama
untuk melatih kemampuannya dalam mendengarkan aktif.
Perkembangan emosi mencakup kemampuan untuk bereaksi
secara emosional yang sesuai dengan usianya. Emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak
(Goleman, 1996: 411).
Belum ada kesepakatan dari para ahli tentang penggolongan
emosi atau perasaan. Suatu penggolongan emosi yang diusulkan oleh
sejumlah teoritikus adalah sebagai berikut (Goleman,1996: 411):
a. Amarah (Anger): beringas, mengamuk, benci, marah besar,
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,
bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan.
b. Kesedihan (Sadness ): pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
kasihan pada diri sendiri, kesepian, kesal.
c. Rasa takut (Fear): cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, takut
sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, panik.
d. Kesenangan (Enjoyment): bahagia, gembira, ringan, puas, riang,
senang, terhibur, bangga, terpesona.
e. Cinta (Love): penerimaa, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f. Rasa heran (Surprise): terkejut, terkesiap,takjub, terpana.
g. Kejijikan (Disgust): jijik, hina, muak, mual, benci, tidak suka,
muntah.
Ada dua cara mengungkapkan emosi, yaitu secara verbal dan
secara non verbal (Supratiknya, 1995: 55). Yang dimaksud secara verbal
adalah dengan menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung
mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tudak. Sedangkan
yang dimaksud secara nonverbal adalah dengan menggunakan kata- kata,
misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya. Dalam
kenyataan sehari-hari, kedua cara tersebut sebenarnya susah dipisahkan
sebab lazimnya hadir bersam-sama. Kalau kita membisikan kata-kata
mengungkapkan cinta, misalnya, biasanya juga disertai suara lembut,
mata berbinar, wajah berseri, belaian tangan yang halus, dan sebagainya.
Maka, agar komunikasi kita jelas dan efektif, ungkapan verbal dan non
verbal dari perasaan kita itu memang harus cocok atau sesuai.
C. Definisi dan Ragam Bimbingan
1. Definisi Bimbingan
Istilah bimbingan berasal dari bahasa Inggris “guidance” yang
berasal dari kata “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way),
memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving
instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan
nasehat (giving advice) (Winkel dan Hastuti, 2006: 27).
Moegiadi (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa
a. Suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan,
pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.
b. Suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu
untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif
segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.
c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat
menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun
rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri
dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup.
d. Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu
dalam hal: memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman
tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan
dari lingkungan.
Natawidjaja (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu yang bersangkutan
dapat memahami dirinya, sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat
2. Ragam Bimbingan
Terdapat tiga macam ragam bimbingan, yaitu (Winkel dan
Hastuti, 2006: 2114):
a. Bimbingan karier
Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau
jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku
jabatan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan
dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
b. Bimbingan akademik
Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan
dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan
tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
c. Bimbingan pribadi-sosial
Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam membina
hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.
Bimbingan pribadi-sosial dapat membantu siswa antara lain dalam
meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan membantu siswa berlatih memahami perasaan, ide/
pendapat/ pikiran maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal
yang ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam
D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013
adalah bagian dari sekelompok individu yang sedang mengalami masa
remaja. Masa remaja merupakan masa di mana individu merasa menyatu
dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar. Dalam masa ini remaja dituntut mampu
membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang sejenis maupun
berlainan jenis serta lingkungan sosial, untuk ini diperlukan kemampuan
komunikasi yang baik.
Dalam menjalin komunikasi dengan sesama teman, diperlukan
kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan mendengarkan aktif.
Dengan kemampuan mendengarkan aktif remaja dapat memasuki kelompok
tertentu yang sesuai dengan minatnya, dapat bergaul dengan kelompok sosial,
baik yang lebih kecil seperti persahabatan maupun kelompok yang lebih besar
seperti organisasi kepemudaan. Siswa dapat menjalin komunikasi yang lebih
intim dengan orang-orang disekitarnya baik teman, orang tua, guru. Selain itu,
siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga
inti dari pelajaran dapat dimengerti oleh siswa., Oleh karena itu, sebagai remaja
siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kiranya
untuk mendukung pergaulannya dengan kelompok sosialnya sesuai tugas
perkembangan yang telah disebutkan sebelumnya.
E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini
Furi (2007) mengadakan penelitian tentang persepsi siswa-siswi kelas XI
SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 tentang
keterampilan mendengarkan aktif ibunya. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman
yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007 berpandangan bahwa keterampilan mendengarkan
aktif ibunya masih kurang tinggi.
Sarianne (2008) mengadakan penelitian tentang persepsi keterampilan
mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun
ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan. Sampel
dalam penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur
Sedayu tahun ajaran 2007/2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan mendengarkan aktif sebagian besar siswa kelas X SMA
Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 belum setinggi yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen
penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Sugiyono (2009: 6) menyebutkan bahwa metode survei digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah (bukan buatan).
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari
subjek. Metode ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stela Duce
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
B. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stela Duce 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Siswa kelas X SMA Stela Duce
Yogyakarta terdiri dari lima pararel kelas, yaitu XA 30 siswa, XB 29 siswa,
XC 30 siswa, XD 29 siswa dan XE 29 siswa. Semua anggota populasi
dijadikan subyek penelitian. Karena itu penelitian ini termasuk penelitian
populasi. Rincian jumlah siswa masing-masing kelas disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1
Rincian Jumlah Siswa Kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013
Kelas Jumlah Siswa
Xa 30
Xb 29
Xc 30
Xd 29
Xe 29
Total siswa 147
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini
bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya
(Furchan. 2007: 46). Kuesioner ini dikembangkan dari aspek-aspek
kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi: (1) kemampuan
memahami/mengungkapkan kembali ide/fakta/pendapat/pikiran (pribadi,
belajar, karier, sosial); (2) kemampuan memahami perasaan (amarah,
kesedihan, rasa takut, kesenangan, cinta, rasa heran, kejijikan, malu).
Kuesioner disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada teknik
penyusunan skala Guttman yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti,
diberi skor 1 dan tanggapan yang kurang tepat diberi skor 0 (Djaal dan
Mulyono, 2007).
D. Validitas dan Reliabilitas
1. Pengujian Validitas
Validitas yaitu suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar, 2012: 131). Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek
yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Instrumen dikatakan
valid bila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan mampu
mengungkap data yang diteliti secara tepat.
Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content
validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat
pengujian isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional
judgment (Azwar, 2012: 132). Penelaahan butir-butir pada instrumen
dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A,
salah satu dosen bimbingan dan konseling yaitu A. Setyandari, S.Pd, Psi,
M.A dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yaitu V. Siwi Sridinarti, S.pd. Setelah instrumen ditelaah,
disadarilah bahwa perlu dilakukan perbaikan pada instrumen agar setiap
komentar yang dibuat mudah dipahami. Perbaikan juga terdapat pada
Setelah diperoleh expert judgment, kuesioner diujicobakan. Untuk
menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program
SPSS for windows versi 17.0 dengan metode Split-half, karena skala yang
digunakan merupakan skala dikotomi. Suatu instrument di katakana
valid, jika mempunyai nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai r
kritis sebesar 0,30. Apabila koefisien validitas tersebut kurang dari 0,30
dianggap tidak valid (Azwar, 2012: 143).
Dari uji coba diketahuilah bahwa dari 40 item pernyataan, ada 6
item yang mempunyai koefisien validitas kurang dari nilai r kritis sebesar
0,30 yaitu item nomor 3, 6, 8, 15, 23 dan 28. 34 item temasuk valid
karena mempunyai koefisien validitas > 0,30. Item-item yang gugur tidak
dipakai dalam pengambilan data sesungguhnya. Kisi-kisi instrumen yang
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 2012/2013
(Final)
No Aspek-aspek kemampuan Indikator Pernyataan Jumlah
ide/fakta/pendapat/pikiran Sosial 10,11,12,13,27,35 7
,36
2 Mampu Amarah 14,9, 2
memahami/mengungkapkan Kesedihan 15,30 2
2. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan kestabilan dan
konsistensi hasil instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak
berubah (Arikunto, 2010: 231). Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan metode Guttman Split-half dengan program SPSS for
windows versi 17,0. Dari pengujian diperoleh nilai reliabilitas Guttman
mendengarkan aktif termasuk reliabel karena lebih besar dari 0,7 (Ghozali,
2011: 47).
E. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan
Pada tahap peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan
melakukan penelitian, yaitu:
a. Menyusun kuesioner tentang kemampuan mendengarkan aktif.
b. Menentukan responden yaitu siswa kelas kelas X A SMA Stela Duce
2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subjek uji coba dan
siswa kelas X B, C, D dan E SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2012/2013 sebagai subjek penelitian.
c. Meminta ijin untuk melakukan uji coba maupun penelitian kepada
pihak sekolah.
d. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen
pembimbing skripsi pada saat bimbingan dan guru BK SMA Stela
Duce 2 Yogyakarta.
e. Menghubungi pihak SMA Stela Duce Yogyakarta untuk meminta ijin
melaksanakan uji coba kuesioner pada para siswa kelas X.
f. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner dengan
Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 15 Mei
2013.
g. Menganalisis data uji empirik dengan memeriksa validitas dan
reliabilitas kuesioner kemampuan mendengarkan aktif dengan
menggunakan bantuan program SPSS for windows Versi 17.0 dengan
metode split-half.
h. Menghubungi pihak SMA Stela Duce 2 Yogyakarta untuk meminta
ijin melaksanakan penelitian pada para siswa kelas X.
2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Kuesioner yang telah diujicobakan digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Pengisian kuesioner dilaksanakan pada para siswa kelas X
SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 28-30
Mei 2013. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan oleh peneliti dan
dibantu guru BK. Saat pelaksanaan penelitian, peneliti membagikan
kuesioner kepada siswa dan menjelaskan maksud dari penelitian. Peneliti
menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut. Kemudian peneliti
mempersilahkan siswa mengisi kuesioner. Saat mengisi kuesioner siswa
terlihat serius, suasana kelas tenang. Siswa mengatakan bersemangat
membaca dan mengisi, karena model kuesioner yang diisi merupakan model
baru. Siswa baru pertamakali mengisi kuesioner dengan model yang peneliti
pakai. Keseriusan juga terlihat dari cara mereka bertanya apakah
diperbolehkan mengganti jawaban. Siswa diperbolehkan mengganti
pertama. Pada saat penelitian kuesioner yang dibagikan berjumlah 147
eksemplar dan kembali sebanyak 132 eksemplar.
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean,
standar deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah
ditentukan penulis. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk
menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah
lebih lanjut.
2. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Jawaban benar diberi skor 1 dan
jawaban salah diberi 0.
3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item
kuesioner dan skor rata-rata subjek.
4. Mengkategorikan subjek yang berpedoman pada penjelasan menurut
Azwar (2012: 148).
Adapun kategorisasi kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas
X SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 secara
keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item
34; nilai tertinggi: 1x34=34, nilai terendah: 0x34=0, sehingga luas jarak
34/6=5,7 dan mean teoritisnya adalah (34+0)/2=17. Kategorisasi
kemampuan mendengarkan aktif siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3
Kategori Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
No Formula Kategori Rentang skor Keterangan
1 X < [µ - 1,5σ] 0 – 8,45 Sangat Kurang Mampu
2 [µ - 1,5σ] < X < [µ - 0,5σ] 8,46 – 14,15 Kurang Mampu
3 [µ - 0,5σ] < X < [µ + 0,5σ] 14,16 – 19,85 Cukup Mampu
4 [µ + 0,5σ] < X < [µ + 1,5σ] 19,86 – 25,55 Mampu
5 [µ + 1,5σ] < X 25,56 - 34 Sangat Mampu
Sumber: Azwar (2012: 148)
5. Menyajikan hasil olahan data dalam bentuk tabel “penggolongan
kemampuan mendengarkan aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.” Tabel ini menjadi dasar untuk
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hasil penelitian mengenai kemampuan
mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013, (2) Pembahasan hasil penelitian.
A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Dari pengolahan data, diperoleh hasil mengenai kemampuan siswa kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan
aktif, seperti yang ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4
Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
No Rentang Skor Kategori Kemampuan Jumlah Persentase Mendengarkan Aktif Siswa
Siswa
1 0 – 8,45 Sangat Kurang Mampu 13 12,38
2 8,46 – 14,15 Kurang Mampu 29 27,62
3 14,16– 19,85 Cukup Mampu 19 18,10
4 19,86– 25,55 Mampu 43 40,95
5 25,56- 34 Sangat Mampu 1 0,95
105 100,00
Dari tabel 4 tampak bahwa :
1. Ada 13 siswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan
aktif.
2. Ada 29 siswa (27,62%) yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif.
3. Ada 19 siswa (18,10%) yang cukup mampu dalam mendengarkan aktif.
4. Ada 43 siswa (40,95%) yang mampu dalam mendengarkan aktif.
5. Ada 1 siswa (0,95%) yang sangat mampu dalam mendengarkan aktif. Dengan
memperhatikan banyaknya siswa yang termasuk cukup mampu,
kurang mampu dan yang sangat kurang mampu, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013 termasuk kurang mampu mendengarkan aktif.
B. Pembahasan
Sudah dikemukanan di atas bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang mampu
dalam mendengarkan aktif. Ada beberapa dampak atau akibat yang dapat timbul
apabila siswa kurang mampu dalam mendengarkan aktif. Pertama, siswa dapat
mengalami kesulitan. Siswa yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif
cenderung tidak teliti dalam memperhatikan petunjuk, saran, peringatan, sehingga
dapat mengalami kesulitan atau masalah akibat kelalaian yang seharusnya tidak
perlu terjadi. Siswa yang kemampuannya kurang dalam mendengarkan aktif akan
mudah salah memahami atau menafsirkan suatu informasi, siswa dapat
memperoleh dan memiliki pengetahuan yang salah. Gordon (2009: 66)
menyatakan bahwa mendengarkan aktif merupakan cara yang ampuh untuk
menyelesaikan masalah. Apabila orang kurang mampu dalam mendengarkan
jadi tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri atau membantu
orang lain mengatasi masalahnya.
Kedua, siswa tidak dapat menerima banyak informasi. Dengan
rendahnya kemampuan mendengarkan aktif, siswa hanya akan menerima
sedikit informasi sehingga tidak dapat menambah wawasannya misalnya
dalam hal yang berkaitan dengan pelajaran. Ketiga, membuat siswa
cenderung untuk memaksakan pendapatnya. Dengan kemampuan mendengar
aktif yang rendah, seorang siswa tidak memiliki banyak informasi yang dapat
digunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan, sehingga setiap
keputusan yang diambilnya dapat kurang tepat dan tidak mempertimbangkan
atau mendengarkan pendapat orang lain. Gordon (2009: 57) menyatakan
bahwa salah satu manfaat mendengarkan aktif adalah mempengaruhi orang
untuk mau lebih mendengarkan pendapat-pendapat orang lain, sehingga
keputusan yang diambilnya dapat lebih bijaksana.
Keempat, siswa dapat kurang mampu memahami orang lain dengan tepat.
Dengan kemampuan mendengarkan aktif yang rendah, siswa tidak mampu
memahami sepenuhnya apa yang dibicarakan oleh orang lain, sehingga tidak bisa
mengikuti jalan pikirannya. Kondisi ini dapat menyebabkan siswa yang
bersangkutan tidak tahu harus bertindak, bersikap dan memposisikan diri seperti
apa dalam hubungannya dengan orang lain. Padahal salah satu manfaat dari
mendengarkan aktif adalah mengembangkan hubungan yang hangat dengan
mampu mengikuti jalan pikiran pembicara sehingga dapat memposisikan
dirinya sesuai keinginan pembicara.
Kelima, siswa mempunyai rasa marah dan curiga terhadap orang lain.
Kemampuan mendengarkan aktif yang rendah dapat membuat siswa curiga
terhadap orang-orang di sekitarnya, dan dapat membuat siswan tidak mampu
memberikan tanggapan yang baik terhadap emosi dari pembicara, tidak mampu
menunjukkan empati dan meredakan emosinya. Pendengar yang baik mampu
mendorong terjadinya katarsis yaitu berkurangnya perasaan negatif karena ada
kesempatan untuk mengungkapkannya secara terbuka (Gordon, 2009: 57).
Dampak keenam dari kurangnya kemampuan mendengarkan aktif
adalah siswa kurang menghayati cinta dalam hidup. Salah satu ungkapan rasa
cinta yang meyakinkan adalah dengan mendengarkan. Seseorang akan merasa
sangat dihargai dan dipedulikan, apabila didengarkan apa yang
diungkapkannya. Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif, membuat
orang tidak mampu menghargai pembicaraan orang lain, sehingga tidak
mampu menunjukkan rasa cinta pada orang yang sedang mengajaknya
berbicara. Kondisi ini membuat orang yang bersangkutan tidak mampu
menolong pembicara untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan
negatif (Gordon, 2009: 57).
Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif dari siswa kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dapat disebabkan oleh
berbagai faktor: pertama, karena siswa kiranya belum pernah dilatih untuk
menegasakan bahwa untuk membangun hubungan yang erat dan memuaskan,
pembicara harus merasa bahwa pendengar menerima pembicara tanpa syarat
dan tanpa penilaian. Kedua, siswa merasa bosan dengan apa yang dibicarakan
pembicara, merasa tidak tertarik dengan bahan pembicaraan, merasa sudah
tahu dengan apa yang akan dibicarakan pembicara. Ketiga, kurang
tersedianya kesempatan/waktu bagi siswa untuk belajar meningkatkan
kemampuan mendengarkan aktif. Faktor-faktor tersebut dapat membuat siswa
malas untuk sungguh-sungguh mendengarkan orang lain dan menjadi kurang
tanggap terhadap perasaan orang lain.
Untuk meningkatkan kemampuan mendengar aktif siswa diperlukan
kerjasama antara siswa, guru dan orang tua. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh
siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan aktif antara
lain: pertama, siswa belajar mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri apa
yang diungkapkan/ dimaksudkan pembicara. Kedua, bersikap seperti anak kecil
yang selalu ingin tahu dengan memberi pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri,
berpikir secara terbuka terhadap ide orang lain dan membiarkan pembicara
mengeluarkan semua pendapatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon
(2009: 59), untuk menjadi pendengar yang baik, orang harus bersedia
mendengarkan apa yang dikatakan pembicara, bersedia menolong pembciara
dalam menghadapi masalahnya pada saat itu, dapat menerima perasaan-perasaan
pembicara yang berbeda dengan perasaan pendengar, percaya pada kemampuan
pembicara untuk mengatasi perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap
mampu melihat pembicara yang dihadapinya sebagai pribadi yang unik, yang
mempunyai kehidupan sendiri dan identitas sendiri.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan aktif siswa antara lain: pertama, guru dapat
mengadakan pelatihan kemampuan komunikasi, khususnya mendengarkan
aktif. Kedua, mengadakan seminar yang menunjang peningkatan kemampuan
mendengarkan aktif siswa, dapat mendatangkan pembicara yang ahli dalam
bidang komunikasi khususnya mendengarkan aktif. Ketiga, mengadakan
sharing dengan siswa terkait kemampuan mendengarkan aktif. Dalam sharing
tersebut siswa dapat saling mengkomunikasikan gagasan, pendapat, kesulitan
dalam mendengarkan aktif
Keluarga terutama orang tua, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam mendengarkan aktif. Keluargalah
merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar mendengarkan,
bagaimana mengerti pesan dari anggota keluarga yang lain dan bagaimana
memantulkan kembali pesan dengan kata-kata sendiri sesuai maksudnya.
Keluarga yang mempunyai kebiasaan berkumpul merupakan tempat yang
baik untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Dengan
berkumpul, orang tua berkesempatan mengajak anak untuk terbuka,
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan
perasaannya, memberikan contoh dari mendengarkan aktif dengan tepat dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran
bagi pihak-pihak yang terkait.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang
mampu dalam mendengarkan aktif, sehingga perlulah dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.
B. Saran
Berikut ini dikemukakan beberapa saran untuk berbagai
pihak. 1. Guru Pembimbing
Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa meningkatkan
kemampuannya dalam mendengarkan aktif, dengan mengadakan
pelatihan yang relevan. Layanan bimbingan dan konseling atau pelatihan
tentang kemampuan mendengarkan aktif bisa melalui bimbingan
kelompok, atau bimbingan klasikal.
2. Sekolah
Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan terhadap guru
pembimbing dalam pelaksanakan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.