• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi tentang kemampuan mendengarkan aktif dari siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi tentang kemampuan mendengarkan aktif dari siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Amalma Wahyu Arumsarm Unmversmtas Sanata Dharma

2013

Tujuan penelmtman mnm adalah untuk mengetahum kemampuan smswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan aktmf.

Jenms penelmtman mnm adalah penelmtman deskrmptmf dengan menggunakan metode survem. Populasm penelmtman adalah seluruh smswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 147 smswa karena mtu penelmtman mnm termasuk penelmtman populasm. Pertanyaan yang dmjawab dalam penelmtman mnm adalah: “Bagammanakah kemampuan mendengarkan aktmf smswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?”

Instrumen penelmtman mnm adalah kuesmoner yang dmsusun sendmrm oleh penelmtm. Kuesmoner mnm memmlmkm 34 butmr pernyataan, yang mengungkapkan dua aspek kemampuan mendengarkan aktmf, yamtu: (1) mampu memahamm dan mengungkapkan kembalm mde/fakta/pendapat/pmkmran dan (2) mampu memahamm dan mengungkapkan kembalm perasaan.

Data dmanalmsms dengan menggolongankan kemampuan mendengarkan aktmf berdasarkan Penmlaman Acuan Patokan (PAP) Tmpe I. Tmngkat kemampuan mendengarkan aktmf dmgolongkan menjadm lmma, yamtu: “sangat kurang mampu”, “kurang mampu”, “cukup mampu”, “mampu”, “sangat mampu”.

Hasml penelmtman mnm menunjukkan bahwa: ada 13 smswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan aktmf; 29 smswa (27,62) kurang mampu dalam mendengarkan aktmf; 19 smswa (40,95%), cukup mampu dalam mendengarkan aktmf; 43 smswa (40,95%) mampu dalam mendengarkan aktmf; 1 smswa (0,95%) sangat mampu dalam mendengarkan aktmf.

(2)

ABSTRACT

A STUDY ON THE ABILITY OF ACTIVE LISTENING OF THE TENTH GRADE STUDENS AT SMA STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR Amalma Wahyu Arumsarm

Sanata Dharma Unmversmty 2013

The purpose of thms study ms to determmne the abmlmty of actmve lmstenmng of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mn 2012/2013 academmc year.

Thms study belongs to a descrmptmve research by usmng survey method. The populatmon of thms research ms 147 students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mn 2012/2013 academmc year.

Hence, mt belongs to a populatmon research. The questmon to be answered mn thms research ms how ms the abmlmty of actmve lmstenmng of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mn

2012/2013 academmc year?

The mnstrument of thms research ms a questmonnamre whmch was arranged by the wrmter herself. Thms questmonnamre has 34 questmon mtems, whmch reveals two skmll aspects mn actmve lmstenmng, namely: (1) the abmlmty to understand/reflect the speaker’s message (opmnmons/thoughts) and (2) the abmlmty to understand/reflect the speaker’s feelmng.

The data analysms technmque used ms the groupmng of actmve lmstenmng skmll based on Standard Reference Evaluatmon (PAP) type I. The lmstenmng actmve skmll ms classmfmed mnto fmve categormes, namely very less able, less able, moderately able, capable, and very capable.

The result of thms research shows that: there are 13 students (12.38%) wmth very less able qualmfmcatmon, there are 29 students (27.62%) wmth less able qualmfmcatmon, there are 19 students (18.10%) wmth moderately able qualmfmcatmon, there are 43 students (40.95%) wmth capable qualmfmcatmon, and there are 1 student (0.95%) wmth very capable qualmfmcatmon.

Consmdermng the number of students that are mncluded qumte capable, less capable and far less capable, mt can be concluded that most of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2

(3)

STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Amalia Wahyu Arumsari

NIM: 071114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

  i

STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Amalia Wahyu Arumsari

NIM: 071114028

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

  ii  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(6)

  iii  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(7)

  iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Senantiasa mengucap syukur dan selalu percaya

bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik.

Kupersembahkan Karyaku ini untuk:

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberi saya kemudahan,

kebahagiaan serta kekuatan dalam menjalani hidup.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

Bapak Wagiman dan Ibu Cici Suciyati yang selama ini mendoakan saya,

(8)
(9)
(10)

  vii

ABSTRAK

STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Amalia Wahyu Arumsari Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan aktif.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 147 siswa karena itu penelitian ini termasuk penelitian populasi. Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?”

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 34 butir pernyataan, yang mengungkapkan dua aspek kemampuan mendengarkan aktif, yaitu: (1) mampu memahami dan mengungkapkan kembali ide/fakta/pendapat/pikiran dan (2) mampu memahami dan mengungkapkan kembali perasaan.

Data dianalisis dengan menggolongankan kemampuan mendengarkan aktif berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Tingkat kemampuan mendengarkan aktif digolongkan menjadi lima, yaitu: “sangat kurang mampu”, “kurang mampu”, “cukup mampu”, “mampu”, “sangat mampu”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ada 13 siswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan aktif; 29 siswa (27,62) kurang mampu dalam mendengarkan aktif; 19 siswa (40,95%), cukup mampu dalam mendengarkan aktif; 43 siswa (40,95%) mampu dalam mendengarkan aktif; 1 siswa (0,95%) sangat mampu dalam mendengarkan aktif.

(11)

  viii

ABSTRACT

A STUDY ON THE ABILITY OF ACTIVE LISTENING OF THE TENTH GRADE STUDENS AT SMA STELLA

DUCE 2 YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC

YEAR

Amalia Wahyu Arumsari Sanata Dharma University

2013

The purpose of this study is to determine the ability of active listening of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in 2012/2013 academic year.

This study belongs to a descriptive research by using survey method. The population of this research is 147 students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in 2012/2013 academic year. Hence, it belongs to a population research. The question to be answered in this research is how is the ability of active listening of the tenth grade students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in 2012/2013 academic year?

The instrument of this research is a questionnaire which was arranged by the writer herself. This questionnaire has 34 question items, which reveals two skill aspects in active listening, namely: (1) the ability to understand/reflect the speaker’s message (opinions/thoughts) and (2) the ability to understand/reflect the speaker’s feeling.

The data analysis technique used is the grouping of active listening skill based on Standard Reference Evaluation (PAP) type I. The listening active skill is classified into five categories, namely very less able, less able, moderately able, capable, and very capable.

The result of this research shows that: there are 13 students (12.38%) with very less able qualification, there are 29 students (27.62%) with less able qualification, there are 19 students (18.10%) with moderately able qualification, there are 43 students (40.95%) with capable qualification, and there are 1 student (0.95%) with very capable qualification.

(12)

  ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling,

Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama proses penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah bersedia

membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A, sebagai Dosen Pembimbing yang dengan

penuh kesungguhan dan kesabaran telah memberikan motivasi dan

mendampingi selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling dan dosen pembimbing akademik yang telah banyak menyediakan

waktu dan tenaga untuk memberikan motivasi kepada penulis selama proses

penulisan skripsi.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Uneversitas

Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan

selama ini.

4. Dra. Rosalia Tuti Ratnaningsih. Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk pengumpulan

data.

5. Ibu, V. Siwi Sridinarti, S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella

(13)

  x

ini.

6. Para siswa kelas X SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah

berpartisipasi dalam pengumpulan data.

7. Bapak Ibu, yang selalu sabar mendampingi saya, memberikan do’a dan

perhatian serta kasih sayang.

8. Danny Yulyanto S.S. yang selalu memberi perhatian, dukungan serta

kesabaran dalam mendampingi saya selama ini.

9. Amanda Lanasha Rahni, putri saya yang selalu memberikan semangat dan

inspirasi dagi penulis.

10. Teman-teman seangkatan tahun 2007 Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu memberikan

semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

(14)

  xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif 1. Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif ... 8

2. Manfaat Mendengarkan Aktif... 11

3. Syarat-Syarat Mendengarkan Akif ... 12

4. Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif ... 13

5. Intensi dalam Menanggapi Orang Lain. ... 17

B. Remaja 1. Definisi Remaja... 20

2. Perkembangan Remaja ... 21

(15)

  xii

b. Perkembangan emosional... 21

C. Definisi dan Ragam Bimbingan 1. Definisi Bimbingan... 23

2. Ragam Bimbingan ... 25

D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyaarata Tahun Ajaran 2012/2013 ... 26

E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 28

B.Subyek Penelitian... 28

C.Instrumen Penelitian ... 29

D.Validitas dan Reliabilitas ... 30

E.Prosedur Pengumpulan Data... 33

F.Teknik Analisis Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 37

B. Pembahasan ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA... 45

(16)

  xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Komunikasi Siswa ... 47

Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57

Lampiran 3: Data Lengkap Hasil Kuesioner... 60

Lampiran 4 : Surat Pengantar Penelitian... 64

Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 65

(17)

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional dari beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari manusia lainnya.

Manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Tidak ada

satu pun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan manusia yang lain.

Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk menjalin hubungan antar sesama

manusia. Salah satu cara yang memudahkan terjalinnya hubungan dengan orang

lain adalah melakukan komunikasi. Oleh karena itu komunikasi menjadi sangat

penting dalam hubungan antara dua individu atau lebih. Ada sejumlah

kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi

dengan sesamanya, seperti kebutuhan untuk melakukan sosialisasi dengan orang

lain, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk mendapat pengakuan dari

orang lain dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan orang lain. Dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, komunikasi memegang peranan

sangat penting, karena hanya dengan komunikasilah kita dapat mengetahui

keinginan dan kebutuhan orang lain.

(18)

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal dan/atau nonverbal antara si

pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad,

2009: 4). Melalui komunikasi inilah kita menjadi tahu apa keinginan orang lain

terhadap diri kita dan sebaliknya. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan

ide, gagasan atau keinginan kita kepada orang-orang di sekitar kita.

Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah

dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna. Banyak ahli

berpendapat bahwa komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental

dalam hidup bermasyarakat. Schramm (Croft, 2004: 4) menyebutkan bahwa

komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan

satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat

terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat manusia tidak mungkin dapat

mengembangkan komunikasi.

Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi

yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, diperlukan sejumlah

keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu mampu saling memahami,

mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas,

mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling

menolong, dan mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah

antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi dengan orang lain

melalui cara-cara yang konstruktif (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 2009:

(19)

Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan

yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Kenyataannya,

sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam

komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda

dari yang dimaksud oleh pengirim, antara lain karena penerima tidak

memperhatikan apa yang disampaikan oleh pengirim pesan.

Menurut Johnson (Supratiknya, 2009: 42), beberapa kesalahan umum

yang sering dilakukan penerima pesan dalam komunikasi antara lain adalah:

1. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim.

2. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak

dikatakan oleh pengirim.

3. Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, intonasi dan

sebagainya, bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan.

4. Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami sepenuhnya

pesan yang dikirim.

Untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas orang

perlu mendengarkan secara seksama apa yang dibicarakan oleh lawan

bicaranya. Cara mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangat penting

dalam komunikasi. Agar komunikasi yang terjalin lebih intim dan personal,

lawan bicara harus mendengarkan dan memahami pesan yang dibicarakan.

Dalam berkomunikasi, tidak semua pesan yang disampaikan pembicara

diterima oleh pendengar. Ada beberapa pesan yang diabaikan, karena menurut

(20)

persepsi yang selektif dalam mendengarkan dan menanggapi. Terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi seleksi dalam menanggapi suatu komunikasi yaitu

harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, dambaan-dambaan,

keinginan-keinginan, pendapat, sikap dan keyakinan (Supratiknya, 2009: 45).

Mendengarkan aktif merupakan modal dasar bagi terjalinnya relasi

yang baik dengan siapa pun kita melakukan komunikasi. Relasi yang baik

dapat dibangun dalam keluarga, komunitas, tempat kerja, maupun pergaulan

di mana pun manusia berada (Sawitri, 2005 dalam Sarianne, 2008: 1).

Mendengarkan aktif adalah suatu proses memberikan umpan balik kepada

pembicara sejalan dengan apa yang menurut pendengar dimaksudkan oleh

pembicara, baik dari segi isi maupun perasaannya. Mendengarkan aktif

bukanlah proses yang sekedar mengulang kata-kata pembicara, tetapi lebih

merupakan upaya memahami keseluruhan pesan pembicara (Devito, 1997).

Oleh karena itu, kemampuan mendengarkan aktif perlu ditingkatkan agar

lebih mampu saling memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman antara

penerima dan pemberi pesan.

Penulis tertarik meneliti kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta karena tertarik dengan pengalaman pribadi

penulis saat PPL di sekolah tersebut. Pada saat PPL di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta, penulis memperoleh kesan bahwa kemampuan siswa dalam

mendengarkan aktif masih rendah. Pada waktu penulis memberikan

bimbingan, banyak siswa yang tidak mampu memahami dan menyampaikan

(21)

pesan yang dikirim penulis. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa,

tampak bahwa kadang-kadang siswa tidak mendengarkan percakapan

temannya karena bosan dengan isi percakapan tersebut dan sibuk dengan

urusannya sendiri. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa siswa saat

wawancara dengan peneliti. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa saat

bercerita dengan temannya, temannya yang bersangkutan tidak memahami

apa yang diungkapkan atau diceritakannya. Selain itu, faktor lain yang

menjadi dasar penulis mengangkat topik ini adalah karena mendengarkan

aktif merupakan cara yang efektif yang perlu dilakukan siswa, agar siswa

mampu memahami apa yang dijelaskan guru saat proses belajar di sekolah.

Kemampuan mendengarkan aktif dapat menghilangkan kesalahpahaman

yang timbul karena siswa tidak menangkapnya dengan tepat pesan yang

disampaikan guru. Dengan mendengarkan aktif siswa dapat menjalin

komunikasi yang lebih intim dan personal dengan orang-orang di sekitarnya

seperti teman, orang tua, dan guru. Remaja umumnya belum mampu

mendengarkan aktif dengan tepat; remaja masih cenderung menghakimi,

menasehati, dan memberikan penilaian. Berdasarkan alasan tersebutlah

penulis berpendapat bahwa perlulah di buktikan dengan penelitian di

lapangan apakah remaja, dalam hal ini siswa SMA kelas X masih kurang

mampu mendengarkan secara aktif. Kalau betul dapatlah dipikirkan

usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

(22)

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan yang dijawab di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti

Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal untuk

tugas selanjutnya dalam pendampingan kaum muda terutama dalam hal

mendengarkan aktif.

2. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi terutama

dalam bidang Bimbingan dan Konseling, yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

3. Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

(23)

bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X

Stella Duce 2 Yogyakarta dalam mendengarkan aktif.

4. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dalam

melakukan penelitian yang berkaitan dengan mendengarkan aktif.

E. Definisi Operasional

1. Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengerjakan atau melaksanakan

sesuatu dengan baik.

2. Mendengarkan aktif adalah berusaha memahami perasaan, ide/pendapat/

pikiran atau maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal yang

ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam kalimat)

dan mengirimkannya kembali kepada pembicara.

3. Kemampuan mendengarkan aktif adalah kesanggupan untuk menentukan

atau memilih tanggapan (respons) yang tepat dalam menanggapi lawan

bicara secara deskriptif yaitu tanggapan yang menunjukkan kemampuan

penanggap dalam memahami perasaan, ide/pendapat/pikiran atau maksud

pembicara dan kemudian merumuskan dan mengungkapkannya dengan

kata-kata sendiri seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan topik

penelitian yaitu: (A) Hakekat kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi:

pengertian, manfaat, syarat-syarat, hambatan-hambatan dalam mendengarkan

aktif, intensi dalam menanggapi orang lain; (B) Remaja yang meliputi definisi

remaja dan perkembangan sosial remaja; (C) Bimbingan yang meliputi

pengertian bimbingan dan ragam bimbingan.

A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif

1. Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif

Alwi (2002: 707) menyebutkan bahwa kemampuan berasal dari

kata mampu yang berarti yang pertama adalah sanggup, dapat dan kedua

adalah berada. Arti kata kemampuan sendiri adalah kesanggupan,

kecakapan, kekuatan, kekayaan.

Devito (Sarianne, 2008: 11) mengartikan mendengarkan aktif

sebagai proses aktif menerima rangsangan (stimulus) pada telinga.

Mendengarkan merupakan proses yang aktif, tidak pasif. Mendengarkan

tidak terjadi begitu saja, tetapi orang dengan sengaja melakukannya.

Mendengarkan menuntut tenaga dan komitmen. Mendengarkan

menyangkut penerimaan rangsangan dan karena itu berbeda dengan

mendengar sebagai suatu proses fisiologis saja yang tanpa disertai proses

(25)

pemberian arti atau makna. Kata menerima menegaskan bahwa orang

menyerap rangsangan (stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu.

Mendengarkan menyangkut rangsangan aural yaitu, isyarat (gelombang

suara) yang diterima telinga. Mendengarkan mencakup semua isyarat

yang dapat didengar tidak hanya kata-kata, tetapi juga mengerti, dan

memahami perasaan pembicara.

Gordon (2009: 50) menyatakan bahwa mendengarkan aktif jauh

lebih efektif daripada mendengar pasif (diam). Mendengarkan aktif adalah

cara yang baik untuk melibatkan pengirim dengan penerima. Lebih lanjut

Gordon (2009: 54) mengungkapan bahwa dalam mendengarkan aktif,

penerima berusaha memahami perasaan pengirim, atau berusaha

memahami arti pesan yang dikirim. Pengertian dinyatakan dalam kalimat

dan dikirimkan kembali kepada pengirim. Pesan yang dikirimkan

penerima hanya apa yang dianggapnya sebagai arti pesan dari pengirim

dan bukan penilaian, pendapat, analisa atau pertanyaan.

Safaria (2005: 172) menyatakan bahwa mendengarkan aktif adalah

berusaha memahami, menangkap dan merumuskan kembali dengan

kata-kata sendiri pesan pembicara berupa pikiran dan perasaannya.

Mendengarkan aktif melibatkan sikap empati dari pendengar sehingga

mampu memantulkan kembali sesuai dengan maksud pembicara secara

cepat, mudah dan tepat.

Menurut Paleg (Sariane, 2008: 12) terdapat tiga tehnik sederhana

(26)

a. Pendengar mendengarkan apa yang dikatakan pembicara dengan penuh

perhatian. Pendengar melawan godaan untuk meremehkan, mengkritik,

menganalisis atau mencoba memecahkan masalah yang dikatakan oleh

pembicara. Pendengar juga menghilangkan kecenderungan untuk

memikirkan bentuk respons yang akan pendengar utarakan. Pendengar

mempertahankan kontak mata, mengangguk ke arah pembicara,

tersenyum atau mengernyitkan dahi untuk menunjukkan perhatian

sepenuhnya terhadap ungkapan pembicara.

b. Pendengar memperhatikan perasaan pembicara dan bukan kata-katanya

saja. Pendengar menyadari adanya perasaan yang ikut disampaikan

pembicara dalam menyampaikan pesannya. Pendengar perlu

memperhatikan pesan-pesan non-verbal pembicara seperti ekspresi

wajah, nada suara dan gerak tubuh. Pendengar mencoba menempatkan

dirinya pada situasi yang dialami pembicara.

c. Pendengar secara aktif memahami apa yang didengarkan. Memahami

tidak berarti menyetujui. Memahami berarti membiarkan pembicara

tahu secara verbal bahwa pendengar sedang mendengarkan apa yang

sedang dikatakan oleh pembicara baik isi maupun perasaannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan

mendengarkan aktif adalah kesanggupan pendengar untuk memahami

perasaan atau kemampuan pendengar untuk memahami arti pesan dari

pembicara dan merumuskan pengertiannya dalam bentuk kalimat serta

(27)

merupakan cara yang tangguh untuk menolong orang lain menyelesaikan

masalah yang dimilikinya, asalkan pendengar dapat menganggap masalah

tersebut sebagai milik orang lain dan membiarkan orang itu

menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan kata lain, mendengarkan aktif

adalah suatu metode untuk mempengaruhi orang lain untuk mencari

penyelesaian terhadap masalahnya sendiri (Gordon, 2009: 66).

2. Manfaat Mendengarkan Aktif

Ada berbagai manfaat mendengarkan aktif, antara lain (Gordon

2009: 57)

a. Mendengarkan aktif mendorong terjadinya katarsis (perasaan negatif

berkurang atau hilang setelah mengungkapkannya secara terbuka).

b. Menolong orang untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan

negatif.

c. Mengembangkan hubungan yang hangat antara pembicara dengan

pendengar

d. Memudahkan pemecahan masalah

e. Mempengaruhi orang untuk mau lebih mendengarkan

pendapat-pendapat orang lain.

f. Merupakan cara yang efektif dalam melatih seseorang untuk lebih

mengarahkan diri, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

Mendengarkan aktif meminta pendengar untuk menyingkirkan

(28)

pesan pembicara. Kondisi ini memaksa pendengar untuk menerima secara

tepat; apabila pendengar ingin mengerti pesan yang disampaikan

pembicara, pendengar harus menempatkan dirinya di tempat pembicara.

Bagian umpan balik dari mendengarkan aktif semata-mata untuk

mencocokkan ketepatan pendengar dalam mendengarkan. Hal itu juga

digunakan untuk meyakinkan pembicara bahwa pendengar mengerti

pesan yang disampaikan.

3. Syarat-Syarat Mendengarkan Aktif

Mendengarkan aktif bukan teknik yang sederhana. Metode ini

memerlukan sikap-sikap dasar yang harus ada sehingga mendengarkan

aktif menjadi efektif. Sikap-sikap yang dimaksudkan antara lain (Gordon,

2009: 59):

a. Pendengar harus bersedia mendengarkan apa yang akan dikatakan

pembicara. Hal ini berarti pendengar harus meluangkan waktu untuk

mendengar.

b. Pendengar harus bersungguh-sungguh bersedia menolong pembicara

dalam menghadapi masalahnya pada saat itu.

c. Pendengar harus benar-benar dapat menerima perasaan-perasaan

pembicara, walaupun perasaan tersebut berlainan dengan perasaan

(29)

d. Pendengar harus mempercayai kemampuan pembicara untuk mengatasi

perasaan-perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap masalah

tersebut.

e. Pendengar harus menyadari bahwa perasaan hanyalah sementara, tidak

permanen. Oleh karena itu, mengungkapkan perasaan tidak perlu

ditakutkan, perasan-perasaan tidak akan selamanya berada dalam diri

orang yang bersangkutan.

f. Pendengar harus dapat melihat pembicara sebagai seseorang di luar

pendengar, pribadi yang unik, individu yang terpisah, yang mempunyai

kehidupan sendiri dan identitas sendiri.

Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif

dapat ditingkatkan dengan memperhatikan syarat-syarat

mendengarkan aktif.

4. Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif

Ada beberapa hambatan dalam mendengarkan aktif (Gordon, 2009:

82), yaitu:

a. Pendengar menanggapi dengan bimbingan

Pendengar cenderung mengarahkan pembicara ke suatu arah atau

tujuan tertentu. Hal ini berarti pendengar memegang kendali. Sering kali

jika pendengar memegang kendali dan mengarahkan pembicara kepada

suatu arah tertentu, pembicara merasa bahwa pendengar tidak memahami

(30)

b. Membuka pintu kemudian menutupnya

Pendengar pada awalnya mulai dengan tujuan membuka pintu

bagi pembicara untuk berkomunikasi, tetapi kemudian pendengar

menutup pintu tersebut karena pendengar tidak sabar untuk

mendengarkan aktif sampai tuntas.

Mendengarkan aktif digunakan untuk mendorong pembicara

mengungkapkan perasaan-perasaannya, kemudian disusul dengan

memberi penilaian atau pendapat, mengajari, dan menasehati

merupakan cara yang menjurus ke arah kegagalan.

c. Pendengar yang membeo

Pendengar cenderung mengulang atau menirukan apa yang

dikatakan oleh pembicara, dan bukan apa yang dirasakan oleh

pembicara.

d. Mendengar tanpa empati

Empati adalah corak komunikasi yang membuat pengirim pesan

yakin bahwa si pendengar merasa bersamanya, menempatkan diri di

tempat si pengirim pesan, serta ikut hidup biarpun sesaat di dalam diri

si pengirim pesan.

Dalam mendengar tanpa empati, kesalahan umum yang dilakukan

oleh pendengar adalah mengumpanbalikkan suatu tanggapan tanpa

mengikutsertakan unsur perasaan dari pesan pembicara. Perasaan adalah

bagian terpenting dari kehidupan, bukan sesuatu yang berbahaya.

(31)

perasaan-perasaan pada umumnya bersifat sementara, datang dan pergi, tanpa

meninggalkan jejak pada pembicara. Kunci untuk menghilangkan

perasaan adalah penerimaan dan pengertian pendengar yang

disampaikan kepada pembicara melalui mendengarkan aktif.

e. Mendengarkan aktif pada saat yang salah

Tidak berhasilnya penggunaan mendengarkan aktif sering kali

disebabkan karena pendengar menggunakannya pada saat yang tidak

tepat. Pendengar terlalu bersemangat menggunakan cara

mendengarkan aktif, padahal pembicara tidak memerlukan atau tidak

ingin diselami perasaannya. Dengan demikian, mendengarkan aktif

hanya membuka langkah pertama dari pemecahan masalah,

mengungkapkan perasaan-perasaan dan merumuskan masalah.

f. Sibuk dengan diri sendiri

Penghambat yang paling serius dan merusak mendengarkan

aktif adalah kecenderungan pendengar untuk sibuk dengan diri sendiri,

sebagai contoh memusatkan perhatian pada tindak tanduk diri sendiri

selama berinteraksi. Kesibukan dengan diri sendiri timbul karena

pendengar telah menyiapkan dirinya sebagai pembicara; pendengar

menyiapkan tanggapan dan memikirkan apa yang akan dikatakannya

untuk menjawab pembicara. Selama perhatian pendengar berpusat

pada diri sendiri, pendengar tidak atau kurang memperhatikan apa

yang dikatakan pembicara; pendengar dapat kehilangan pesan yang

(32)

g. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal

Pendengar cenderung untuk memusatkan perhatian pada

masalah-masalah yang tidak relevan dengan interaksi. Pendengar

boleh jadi memikirkan apa yang dilakukannya pada hari-hari sebelum

interaksi atau memikirkan hal-hal yang akan dilaksanakannya sesudah

berinteraksi. Kesibukan memikirkan soal-soal eksternal ini akan

menghambat proses mendengarkan aktif.

h. Mempertajam

Kecenderungan pendengar untuk mempertajam satu atau dua

aspek dari pesan pembicara dapat menjadi penghambat dalam

mendengarkan aktif. Pendengar menyoroti/menekan/membumbui hal

tertentu yang kebetulan menonjol dibandingkan dengan hal-hal lain

yang diutarakan oleh pembicara.

i. Mengasimilasi

Kecenderungan pendengar untuk merekonstruksi pesan

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prasangka, kebutuhan dan

nilai pendengar sendiri dapat menjadi penghambat dalam

mendengarkan aktif. Pendengar dapat membuat evaluasi negatif

terhadap pesan yang diterimanya.

j. Faktor lawan atau kawan

Pendengar cenderung mudah menerima pesan pembicara apabila

hubungan antara pendengar dan pembicara baik atau berteman. Apabila

(33)

sulit menangkap pesan pengirim secara tepat; pendengar akan

cenderung menilai pesan pembicara secara negatif.

k. Mendengar yang diharapkan

Pendengar cenderung mendengarkan apa yang diharapkan dan

bukan mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan pembicara.

Pesan dikirimkan pembicara akan lebih mudah ditangkap dan

dipahami pendengar, apabila pesan tersebut merupakan hal-hal yang

diharapkan dari pada hal-hal yang tidak diharapkan.

Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif

bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, setiap orang dapat belajar

dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif.

5. Intensi dalam Menanggapi Orang Lain

Ada lima macam intensi penting yang mempengaruhi saat seorang

individu mendengarkan dan menanggapi pesan yang disampaikan orang

lain (Supratiknya, 2009: 71), yaitu:

a. Menasehati dan memberikan penilaian

Nasihat dan penilaian mengkomunikasikan sikap evaluatif,

korektif, sugestif atau moralistik. Secara khusus, penerima pesan ingin

menyatakan apa yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan oleh pengirim

pesan untuk memecahkan masalahnya. Pada dasarnya, nasihat membantu

pihak yang dinasehati, apabila diberikan pada saat yang tepat dan relevan.

(34)

menghalangi seseorang untuk menolong dan membangun

persahabatan dengan orang lain. Tanggapan yang berisi nasihat dan

penilaian disebut tanggapan evaluatif.

b. Menganalisis dan menafsirkan

Dengan menganalisis dan menafsirkan masalah yang

dikemukakan oleh pengirim pesan, penerima pesan bermaksud

memberi tahu pengirim pesan tentang bentuk kesulitan dan

perasaannya terhadap situasi yang sedang dihadapinya, atau

mengajarkan pengetahuan psikologis tertentu kepadanya.

Pada umumnya, seorang individu tidak senang bila orang lain

merasa lebih tahu tentang keadaan dirinya. Mereka lebih senang, jika

orang lain itu cukup memberi pertolongan berupa cara mengatasi

permasalahannya saja. Tanggapan yang berisi analisis dan penafsiran

disebut tanggapan interpretatif.

c. Meneguhkan dan memberikan dukungan

Dengan tanggapan yang bersifat memberikan dukungan,

penerima pesan ingin menunjukkan simpati, meneguhkan kembali

atau menolong meringankan beban pengirim pesan. Namun, apabila

diberikan dengan cara tergesa-gesa dukungan ini justru menimbulkan

kesan bahwa penerima pesan meremehkan perasaan pengirim pesan.

Tanggapan yang berisi peneguhan disebut tanggapan suportif.

(35)

Menyelidiki dengan memberi pertanyaan menimbulkan kesan

bahwa penerima pesan ingin mengetahui lebih banyak, ingin

menggiring pembicaraan ke arah tertentu atau ingin mengarahkan

pengirim pesan pada kesimpuan tertentu yang dipikirkan oleh

penerima pesan. Tanggapan yang berisi pertanyaan-pertanyaan

disebut tanggapan menyelidik.

e. Memparafrasekan dan memahami

Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa

yang diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukkan bahwa

penerima pesan mempunyai intensi untuk memahami pikiran dan

perasaan pengirim pesan. Tanggapan yang penuh pemahaman ini

tepat digunakan dalam situasi-situasi berikut ini:

1) Penerima pesan belum yakin bahwa telah memahami pikiran dan

perasaan pengirim pesan.

2) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa telah

mendengar apa yang baru diungkapkannya.

3) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa

sungguh-sungguh berusaha memahami pikiran dan perasaan

pengirim pesan.

Dari lima macam intensi dalam menanggapi orang lain seperti yang

dikemukakan di atas, yang sejalan atau sama dengan mendengarkan aktif

adalah memparafrasekan dan memahami. Dengan memparafrasekan dan

(36)

dan perasaan pengirim pesan dan merumuskan serta memantulkannya

kembali dengan kata-katanya sendiri.

B. Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja untuk pria dan wanita tidak sama. Masa remaja bagi

pria berlangsung dari usia 13 tahun sampai dengan 22 tahun, sedangkan

wanita mulai usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa wanita lebih dahulu mencapai tingkat kedewasaan

daripada pria. Menurut Piaget (Ali dan Asrori, 2005: 9), secara

psikologis, masa remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi

terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak

merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua

melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Pada dasarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena

remaja sudah bukan anak-anak lagi tapi juga belum bisa diterima pada

golongan orang dewasa. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal

dengan nama fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Seperti

yang diungkapkan oleh Monks (Ali dan Asrori, 2005: 10), remaja masih

belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi

(37)

2. Perkembangan Remaja

Remaja diharapkan meninggalkan sikap dan perilaku

kekanak-kanakan dan berusaha mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku

dewasa. Untuk itulah diperlukan kemampuan mendengarkan aktif.

Perkembangan remaja yang berkaitan dengan kemampuan mendengarkan

aktif antara lain perkembangan sosial dan perkembangan emosi.

a. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku

yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1980: 250).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok

teman sebaya daripada orang tua. Remaja diharapkan mampu

membina hubungan baik dengan kelompok yang belainan jenis. Pada

masa ini, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah,

seperti kegiatan sekolah dan bermain dengan teman (Gunarsa dan

Gunarsa, 2008: 9). Dalam melakukan kegiatan di luar rumah, remaja

tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat

dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang

topik yang dapat dipahami dan menarik bagi orang lain. Pembicaraan

yang mudah dipahami dan menarik bagi orang lain merupakan

penunjang yang penting bagi perkembangan sosial remaja terutama

untuk melatih kemampuannya dalam mendengarkan aktif.

(38)

Perkembangan emosi mencakup kemampuan untuk bereaksi

secara emosional yang sesuai dengan usianya. Emosi merujuk pada

suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis

dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak

(Goleman, 1996: 411).

Belum ada kesepakatan dari para ahli tentang penggolongan

emosi atau perasaan. Suatu penggolongan emosi yang diusulkan oleh

sejumlah teoritikus adalah sebagai berikut (Goleman,1996: 411):

a. Amarah (Anger): beringas, mengamuk, benci, marah besar,

jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,

bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan.

b. Kesedihan (Sadness ): pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

kasihan pada diri sendiri, kesepian, kesal.

c. Rasa takut (Fear): cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, takut

sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, panik.

d. Kesenangan (Enjoyment): bahagia, gembira, ringan, puas, riang,

senang, terhibur, bangga, terpesona.

e. Cinta (Love): penerimaa, persahabatan, kepercayaan, kebaikan

hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

f. Rasa heran (Surprise): terkejut, terkesiap,takjub, terpana.

g. Kejijikan (Disgust): jijik, hina, muak, mual, benci, tidak suka,

muntah.

(39)

Ada dua cara mengungkapkan emosi, yaitu secara verbal dan

secara non verbal (Supratiknya, 1995: 55). Yang dimaksud secara verbal

adalah dengan menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung

mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tudak. Sedangkan

yang dimaksud secara nonverbal adalah dengan menggunakan kata- kata,

misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya. Dalam

kenyataan sehari-hari, kedua cara tersebut sebenarnya susah dipisahkan

sebab lazimnya hadir bersam-sama. Kalau kita membisikan kata-kata

mengungkapkan cinta, misalnya, biasanya juga disertai suara lembut,

mata berbinar, wajah berseri, belaian tangan yang halus, dan sebagainya.

Maka, agar komunikasi kita jelas dan efektif, ungkapan verbal dan non

verbal dari perasaan kita itu memang harus cocok atau sesuai.

C. Definisi dan Ragam Bimbingan

1. Definisi Bimbingan

Istilah bimbingan berasal dari bahasa Inggris “guidance” yang

berasal dari kata “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way),

memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving

instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan

nasehat (giving advice) (Winkel dan Hastuti, 2006: 27).

Moegiadi (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa

(40)

a. Suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan,

pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.

b. Suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu

untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif

segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.

c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat

menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun

rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri

dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup.

d. Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu

dalam hal: memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman

tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan

menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan

dari lingkungan.

Natawidjaja (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa

bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu yang bersangkutan

dapat memahami dirinya, sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak

wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat

(41)

2. Ragam Bimbingan

Terdapat tiga macam ragam bimbingan, yaitu (Winkel dan

Hastuti, 2006: 2114):

a. Bimbingan karier

Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri

menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau

jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku

jabatan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan

dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

b. Bimbingan akademik

Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan

cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan

dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan

tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

c. Bimbingan pribadi-sosial

Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam membina

hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.

Bimbingan pribadi-sosial dapat membantu siswa antara lain dalam

meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan membantu siswa berlatih memahami perasaan, ide/

pendapat/ pikiran maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal

yang ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam

(42)

D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013

adalah bagian dari sekelompok individu yang sedang mengalami masa

remaja. Masa remaja merupakan masa di mana individu merasa menyatu

dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa

dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa

sama, atau paling tidak sejajar. Dalam masa ini remaja dituntut mampu

membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang sejenis maupun

berlainan jenis serta lingkungan sosial, untuk ini diperlukan kemampuan

komunikasi yang baik.

Dalam menjalin komunikasi dengan sesama teman, diperlukan

kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan mendengarkan aktif.

Dengan kemampuan mendengarkan aktif remaja dapat memasuki kelompok

tertentu yang sesuai dengan minatnya, dapat bergaul dengan kelompok sosial,

baik yang lebih kecil seperti persahabatan maupun kelompok yang lebih besar

seperti organisasi kepemudaan. Siswa dapat menjalin komunikasi yang lebih

intim dengan orang-orang disekitarnya baik teman, orang tua, guru. Selain itu,

siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga

inti dari pelajaran dapat dimengerti oleh siswa., Oleh karena itu, sebagai remaja

siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kiranya

(43)

untuk mendukung pergaulannya dengan kelompok sosialnya sesuai tugas

perkembangan yang telah disebutkan sebelumnya.

E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini

Furi (2007) mengadakan penelitian tentang persepsi siswa-siswi kelas XI

SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 tentang

keterampilan mendengarkan aktif ibunya. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman

yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah

Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun

ajaran 2006/2007 berpandangan bahwa keterampilan mendengarkan

aktif ibunya masih kurang tinggi.

Sarianne (2008) mengadakan penelitian tentang persepsi keterampilan

mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun

ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan. Sampel

dalam penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur

Sedayu tahun ajaran 2007/2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah

Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keterampilan mendengarkan aktif sebagian besar siswa kelas X SMA

Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 belum setinggi yang

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen

penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Sugiyono (2009: 6) menyebutkan bahwa metode survei digunakan untuk

mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah (bukan buatan).

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari

subjek. Metode ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stela Duce

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

B. Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stela Duce 2

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Siswa kelas X SMA Stela Duce

Yogyakarta terdiri dari lima pararel kelas, yaitu XA 30 siswa, XB 29 siswa,

XC 30 siswa, XD 29 siswa dan XE 29 siswa. Semua anggota populasi

dijadikan subyek penelitian. Karena itu penelitian ini termasuk penelitian

populasi. Rincian jumlah siswa masing-masing kelas disajikan dalam tabel 1.

(45)

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas X

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas Jumlah Siswa

Xa 30

Xb 29

Xc 30

Xd 29

Xe 29

Total siswa 147

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini

bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya

(Furchan. 2007: 46). Kuesioner ini dikembangkan dari aspek-aspek

kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi: (1) kemampuan

memahami/mengungkapkan kembali ide/fakta/pendapat/pikiran (pribadi,

belajar, karier, sosial); (2) kemampuan memahami perasaan (amarah,

kesedihan, rasa takut, kesenangan, cinta, rasa heran, kejijikan, malu).

Kuesioner disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada teknik

penyusunan skala Guttman yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti,

(46)

diberi skor 1 dan tanggapan yang kurang tepat diberi skor 0 (Djaal dan

Mulyono, 2007).

D. Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas

Validitas yaitu suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 2012: 131). Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek

yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Instrumen dikatakan

valid bila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan mampu

mengungkap data yang diteliti secara tepat.

Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content

validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat

pengujian isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional

judgment (Azwar, 2012: 132). Penelaahan butir-butir pada instrumen

dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A,

salah satu dosen bimbingan dan konseling yaitu A. Setyandari, S.Pd, Psi,

M.A dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yaitu V. Siwi Sridinarti, S.pd. Setelah instrumen ditelaah,

disadarilah bahwa perlu dilakukan perbaikan pada instrumen agar setiap

komentar yang dibuat mudah dipahami. Perbaikan juga terdapat pada

(47)

Setelah diperoleh expert judgment, kuesioner diujicobakan. Untuk

menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program

SPSS for windows versi 17.0 dengan metode Split-half, karena skala yang

digunakan merupakan skala dikotomi. Suatu instrument di katakana

valid, jika mempunyai nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai r

kritis sebesar 0,30. Apabila koefisien validitas tersebut kurang dari 0,30

dianggap tidak valid (Azwar, 2012: 143).

Dari uji coba diketahuilah bahwa dari 40 item pernyataan, ada 6

item yang mempunyai koefisien validitas kurang dari nilai r kritis sebesar

0,30 yaitu item nomor 3, 6, 8, 15, 23 dan 28. 34 item temasuk valid

karena mempunyai koefisien validitas > 0,30. Item-item yang gugur tidak

dipakai dalam pengambilan data sesungguhnya. Kisi-kisi instrumen yang

(48)

Tabel 2

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 2012/2013

(Final)

No Aspek-aspek kemampuan Indikator Pernyataan Jumlah

ide/fakta/pendapat/pikiran Sosial 10,11,12,13,27,35 7

,36

2 Mampu Amarah 14,9, 2

memahami/mengungkapkan Kesedihan 15,30 2

2. Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan kestabilan dan

konsistensi hasil instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak

berubah (Arikunto, 2010: 231). Uji reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan metode Guttman Split-half dengan program SPSS for

windows versi 17,0. Dari pengujian diperoleh nilai reliabilitas Guttman

(49)

mendengarkan aktif termasuk reliabel karena lebih besar dari 0,7 (Ghozali,

2011: 47).

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada tahap peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan

melakukan penelitian, yaitu:

a. Menyusun kuesioner tentang kemampuan mendengarkan aktif.

b. Menentukan responden yaitu siswa kelas kelas X A SMA Stela Duce

2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subjek uji coba dan

siswa kelas X B, C, D dan E SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2012/2013 sebagai subjek penelitian.

c. Meminta ijin untuk melakukan uji coba maupun penelitian kepada

pihak sekolah.

d. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen

pembimbing skripsi pada saat bimbingan dan guru BK SMA Stela

Duce 2 Yogyakarta.

e. Menghubungi pihak SMA Stela Duce Yogyakarta untuk meminta ijin

melaksanakan uji coba kuesioner pada para siswa kelas X.

f. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner dengan

(50)

Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 15 Mei

2013.

g. Menganalisis data uji empirik dengan memeriksa validitas dan

reliabilitas kuesioner kemampuan mendengarkan aktif dengan

menggunakan bantuan program SPSS for windows Versi 17.0 dengan

metode split-half.

h. Menghubungi pihak SMA Stela Duce 2 Yogyakarta untuk meminta

ijin melaksanakan penelitian pada para siswa kelas X.

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Kuesioner yang telah diujicobakan digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian. Pengisian kuesioner dilaksanakan pada para siswa kelas X

SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 28-30

Mei 2013. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan oleh peneliti dan

dibantu guru BK. Saat pelaksanaan penelitian, peneliti membagikan

kuesioner kepada siswa dan menjelaskan maksud dari penelitian. Peneliti

menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut. Kemudian peneliti

mempersilahkan siswa mengisi kuesioner. Saat mengisi kuesioner siswa

terlihat serius, suasana kelas tenang. Siswa mengatakan bersemangat

membaca dan mengisi, karena model kuesioner yang diisi merupakan model

baru. Siswa baru pertamakali mengisi kuesioner dengan model yang peneliti

pakai. Keseriusan juga terlihat dari cara mereka bertanya apakah

diperbolehkan mengganti jawaban. Siswa diperbolehkan mengganti

(51)

pertama. Pada saat penelitian kuesioner yang dibagikan berjumlah 147

eksemplar dan kembali sebanyak 132 eksemplar.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean,

standar deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah

ditentukan penulis. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk

menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah

lebih lanjut.

2. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Jawaban benar diberi skor 1 dan

jawaban salah diberi 0.

3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item

kuesioner dan skor rata-rata subjek.

4. Mengkategorikan subjek yang berpedoman pada penjelasan menurut

Azwar (2012: 148).

Adapun kategorisasi kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas

X SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 secara

keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item

34; nilai tertinggi: 1x34=34, nilai terendah: 0x34=0, sehingga luas jarak

(52)

34/6=5,7 dan mean teoritisnya adalah (34+0)/2=17. Kategorisasi

kemampuan mendengarkan aktif siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3

Kategori Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

No Formula Kategori Rentang skor Keterangan

1 X < [µ - 1,5σ] 0 – 8,45 Sangat Kurang Mampu

2 [µ - 1,5σ] < X < [µ - 0,5σ] 8,46 – 14,15 Kurang Mampu

3 [µ - 0,5σ] < X < [µ + 0,5σ] 14,16 – 19,85 Cukup Mampu

4 [µ + 0,5σ] < X < [µ + 1,5σ] 19,86 – 25,55 Mampu

5 [µ + 1,5σ] < X 25,56 - 34 Sangat Mampu

Sumber: Azwar (2012: 148)

5. Menyajikan hasil olahan data dalam bentuk tabel “penggolongan

kemampuan mendengarkan aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.” Tabel ini menjadi dasar untuk

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hasil penelitian mengenai kemampuan

mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran

2012/2013, (2) Pembahasan hasil penelitian.

A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Dari pengolahan data, diperoleh hasil mengenai kemampuan siswa kelas X

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan

aktif, seperti yang ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4

Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

No Rentang Skor Kategori Kemampuan Jumlah Persentase Mendengarkan Aktif Siswa

Siswa

1 0 – 8,45 Sangat Kurang Mampu 13 12,38

2 8,46 – 14,15 Kurang Mampu 29 27,62

3 14,16– 19,85 Cukup Mampu 19 18,10

4 19,86– 25,55 Mampu 43 40,95

5 25,56- 34 Sangat Mampu 1 0,95

105 100,00

Dari tabel 4 tampak bahwa :

1. Ada 13 siswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan

aktif.

(54)

2. Ada 29 siswa (27,62%) yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif.

3. Ada 19 siswa (18,10%) yang cukup mampu dalam mendengarkan aktif.

4. Ada 43 siswa (40,95%) yang mampu dalam mendengarkan aktif.

5. Ada 1 siswa (0,95%) yang sangat mampu dalam mendengarkan aktif. Dengan

memperhatikan banyaknya siswa yang termasuk cukup mampu,

kurang mampu dan yang sangat kurang mampu, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran

2012/2013 termasuk kurang mampu mendengarkan aktif.

B. Pembahasan

Sudah dikemukanan di atas bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang mampu

dalam mendengarkan aktif. Ada beberapa dampak atau akibat yang dapat timbul

apabila siswa kurang mampu dalam mendengarkan aktif. Pertama, siswa dapat

mengalami kesulitan. Siswa yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif

cenderung tidak teliti dalam memperhatikan petunjuk, saran, peringatan, sehingga

dapat mengalami kesulitan atau masalah akibat kelalaian yang seharusnya tidak

perlu terjadi. Siswa yang kemampuannya kurang dalam mendengarkan aktif akan

mudah salah memahami atau menafsirkan suatu informasi, siswa dapat

memperoleh dan memiliki pengetahuan yang salah. Gordon (2009: 66)

menyatakan bahwa mendengarkan aktif merupakan cara yang ampuh untuk

menyelesaikan masalah. Apabila orang kurang mampu dalam mendengarkan

(55)

jadi tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri atau membantu

orang lain mengatasi masalahnya.

Kedua, siswa tidak dapat menerima banyak informasi. Dengan

rendahnya kemampuan mendengarkan aktif, siswa hanya akan menerima

sedikit informasi sehingga tidak dapat menambah wawasannya misalnya

dalam hal yang berkaitan dengan pelajaran. Ketiga, membuat siswa

cenderung untuk memaksakan pendapatnya. Dengan kemampuan mendengar

aktif yang rendah, seorang siswa tidak memiliki banyak informasi yang dapat

digunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan, sehingga setiap

keputusan yang diambilnya dapat kurang tepat dan tidak mempertimbangkan

atau mendengarkan pendapat orang lain. Gordon (2009: 57) menyatakan

bahwa salah satu manfaat mendengarkan aktif adalah mempengaruhi orang

untuk mau lebih mendengarkan pendapat-pendapat orang lain, sehingga

keputusan yang diambilnya dapat lebih bijaksana.

Keempat, siswa dapat kurang mampu memahami orang lain dengan tepat.

Dengan kemampuan mendengarkan aktif yang rendah, siswa tidak mampu

memahami sepenuhnya apa yang dibicarakan oleh orang lain, sehingga tidak bisa

mengikuti jalan pikirannya. Kondisi ini dapat menyebabkan siswa yang

bersangkutan tidak tahu harus bertindak, bersikap dan memposisikan diri seperti

apa dalam hubungannya dengan orang lain. Padahal salah satu manfaat dari

mendengarkan aktif adalah mengembangkan hubungan yang hangat dengan

(56)

mampu mengikuti jalan pikiran pembicara sehingga dapat memposisikan

dirinya sesuai keinginan pembicara.

Kelima, siswa mempunyai rasa marah dan curiga terhadap orang lain.

Kemampuan mendengarkan aktif yang rendah dapat membuat siswa curiga

terhadap orang-orang di sekitarnya, dan dapat membuat siswan tidak mampu

memberikan tanggapan yang baik terhadap emosi dari pembicara, tidak mampu

menunjukkan empati dan meredakan emosinya. Pendengar yang baik mampu

mendorong terjadinya katarsis yaitu berkurangnya perasaan negatif karena ada

kesempatan untuk mengungkapkannya secara terbuka (Gordon, 2009: 57).

Dampak keenam dari kurangnya kemampuan mendengarkan aktif

adalah siswa kurang menghayati cinta dalam hidup. Salah satu ungkapan rasa

cinta yang meyakinkan adalah dengan mendengarkan. Seseorang akan merasa

sangat dihargai dan dipedulikan, apabila didengarkan apa yang

diungkapkannya. Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif, membuat

orang tidak mampu menghargai pembicaraan orang lain, sehingga tidak

mampu menunjukkan rasa cinta pada orang yang sedang mengajaknya

berbicara. Kondisi ini membuat orang yang bersangkutan tidak mampu

menolong pembicara untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan

negatif (Gordon, 2009: 57).

Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif dari siswa kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dapat disebabkan oleh

berbagai faktor: pertama, karena siswa kiranya belum pernah dilatih untuk

(57)

menegasakan bahwa untuk membangun hubungan yang erat dan memuaskan,

pembicara harus merasa bahwa pendengar menerima pembicara tanpa syarat

dan tanpa penilaian. Kedua, siswa merasa bosan dengan apa yang dibicarakan

pembicara, merasa tidak tertarik dengan bahan pembicaraan, merasa sudah

tahu dengan apa yang akan dibicarakan pembicara. Ketiga, kurang

tersedianya kesempatan/waktu bagi siswa untuk belajar meningkatkan

kemampuan mendengarkan aktif. Faktor-faktor tersebut dapat membuat siswa

malas untuk sungguh-sungguh mendengarkan orang lain dan menjadi kurang

tanggap terhadap perasaan orang lain.

Untuk meningkatkan kemampuan mendengar aktif siswa diperlukan

kerjasama antara siswa, guru dan orang tua. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh

siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan aktif antara

lain: pertama, siswa belajar mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri apa

yang diungkapkan/ dimaksudkan pembicara. Kedua, bersikap seperti anak kecil

yang selalu ingin tahu dengan memberi pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri,

berpikir secara terbuka terhadap ide orang lain dan membiarkan pembicara

mengeluarkan semua pendapatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon

(2009: 59), untuk menjadi pendengar yang baik, orang harus bersedia

mendengarkan apa yang dikatakan pembicara, bersedia menolong pembciara

dalam menghadapi masalahnya pada saat itu, dapat menerima perasaan-perasaan

pembicara yang berbeda dengan perasaan pendengar, percaya pada kemampuan

pembicara untuk mengatasi perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap

(58)

mampu melihat pembicara yang dihadapinya sebagai pribadi yang unik, yang

mempunyai kehidupan sendiri dan identitas sendiri.

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan mendengarkan aktif siswa antara lain: pertama, guru dapat

mengadakan pelatihan kemampuan komunikasi, khususnya mendengarkan

aktif. Kedua, mengadakan seminar yang menunjang peningkatan kemampuan

mendengarkan aktif siswa, dapat mendatangkan pembicara yang ahli dalam

bidang komunikasi khususnya mendengarkan aktif. Ketiga, mengadakan

sharing dengan siswa terkait kemampuan mendengarkan aktif. Dalam sharing

tersebut siswa dapat saling mengkomunikasikan gagasan, pendapat, kesulitan

dalam mendengarkan aktif

Keluarga terutama orang tua, mempunyai peranan penting untuk

meningkatkan kemampuan anak dalam mendengarkan aktif. Keluargalah

merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar mendengarkan,

bagaimana mengerti pesan dari anggota keluarga yang lain dan bagaimana

memantulkan kembali pesan dengan kata-kata sendiri sesuai maksudnya.

Keluarga yang mempunyai kebiasaan berkumpul merupakan tempat yang

baik untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Dengan

berkumpul, orang tua berkesempatan mengajak anak untuk terbuka,

memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan

perasaannya, memberikan contoh dari mendengarkan aktif dengan tepat dan

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran

bagi pihak-pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang

mampu dalam mendengarkan aktif, sehingga perlulah dilakukan

upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran untuk berbagai

pihak. 1. Guru Pembimbing

Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa meningkatkan

kemampuannya dalam mendengarkan aktif, dengan mengadakan

pelatihan yang relevan. Layanan bimbingan dan konseling atau pelatihan

tentang kemampuan mendengarkan aktif bisa melalui bimbingan

kelompok, atau bimbingan klasikal.

2. Sekolah

Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan terhadap guru

pembimbing dalam pelaksanakan pelatihan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

Gambar

 Tabel 1  Rincian Jumlah Siswa Kelas X
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X
Tabel 3
Tabel 4 Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

Referensi

Dokumen terkait

Program Studi Peserta wajib mengisi form kesediaan untuk mengakui semua kredit yang telah ditempuh oleh peserta Program Transfer Kredit Direktorat Pembelajaran

Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 yang berisi visi, misi, dan arah pembangunan standardisasi nasional merupakan acuan bagi seluruh komponen bangsa (Pemerintah,

Pengakhiran kepailitan dapat terjadi karena pencabutan (Pasal 18 ayat (1) UUK dan PKPU), perdamaian yang berkekuatan hukum, atau karena telah

Berdasarkan hasil surve yang telah saya lakukan kepada Ny.Eni Puji sejak kehamilan umur 37 minggu 1 hari, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan. 2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan