• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KOTA TANGERANG"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU II (JILID 1)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ... x

BAB 1. PENDAHULUAN...1-1 1.1 Latar Belakang ...1-1 1.2 Bidang Kewenangan ...1-5 1.3 Kondisi Makro Ekonomi...1-6 1.4 Posisi Stratejik Kota Tangerang...1-10 1.4.1 Geografis...1-10 1.4.2 Demografis...1-12 1.4.3 Indeks Pembangunan Manusia...1-15 1.5 Struktur Organisasi ...1-26 1.6 Sistematika LKIP 2014 ...1-28

BAB 2. PERENCANAAN KINERJA...2-1 2.1 Rencana Strategis...2-1 2.2 Visi...2-2 2.3 Misi ...2-4 2.4 Tujuan ...2-5 2.5 Sasaran ...2-7 2.6 Prioritas Pembangunan Tahun 2014 ...2-10 2.7 Rencana Kerja Dan Perjanjian Kinerja ...2-11

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(2)

BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2014 ...3-1 3.1 Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2014 ...3-1 3.2 Metodologi Pengukuran Pencapaian Kinerja 2014...3-12 3.3 Evaluasi Pencapaian Sasaran Dan Pengukuran Kinerja ...3-13 3.3.1 Sasaran 1 ...3-16 3.3.2 Sasaran 2 ...3-22 3.3.3 Sasaran 3 ...3-23 3.3.4 Sasaran 4 ...3-28 3.3.5 Sasaran 5 ...3-30 3.3.6 Sasaran 6 ...3-39 3.3.7 Sasaran 7 ...3-40 3.3.8 Sasaran 8 ...3-41 3.3.9 Sasaran 9 ...3-43 3.3.10 Sasaran 10 ...3-46 3.3.11 Sasaran 11 ...3-47 3.3.12 Sasaran 12 ...3-53 3.3.13 Sasaran 13 ...3-56 3.3.14 Sasaran 14 ...3-58 3.3.15 Sasaran 15 ...3-58 3.3.16 Sasaran 16 ...3-59 3.3.17 Sasaran 17 ...3-62 3.3.18 Sasaran 18 ...3-63 3.3.19 Sasaran 19 ...3-64 3.3.20 Sasaran 20 ...3-66 3.3.21 Sasaran 21 ...3-67 3.3.22 Sasaran 22 ...3-72 3.3.23 Sasaran 23 ...3-79 3.3.24 Sasaran 24 ...3-80 3.3.25 Sasaran 25 ...3-83 3.3.26 Sasaran 26 ...3-63 3.3.27 Sasaran 27 ...3-66 3.3.28 Sasaran 28 ...3-68 3.3.29 Sasaran 29 ...3-73 3.3.30 Sasaran 30 ...3-74

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(3)

3.3.31 Sasaran 31 ...3-75 3.3.32 Sasaran 32 ...3-75 3.3.33 Sasaran 33 ...3-77 3.3.34 Sasaran 34 ...3-78 3.3.35 Sasaran 35 ...3-79 3.3.36 Sasaran 36 ...3-80 3.3.37 Sasaran 37 ...3-84 3.3.38 Sasaran 38 ...3-90 3.3.39 Sasaran 39 ...3-91 3.3.40 Sasaran 40 ...3-92 3.3.41 Sasaran 41 ...3-94 3.3.42 Sasaran 42 ...3-96 3.3.43 Sasaran 43 ...3-97 3.3.44 Sasaran 44 ...3-98 3.3.45 Sasaran 45 ...3-99 3.3.46 Sasaran 46 ...3-101 3.3.47 Sasaran 47 ...3-104 3.4 Realisasi Anggaran ...3-110 BAB 4. PENUTUP ...4-1

LAMPIRAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(4)

1.1 LATAR BELAKANG

Orientasi penyelenggaraan pemerintahan daerah telah lama bergeser sejak tahun 2001 pada masa otonomi daerah dari ketergantungan pada pemerintah pusat kepada kemampuan pemerintah daerah itu sendiri dalam membangun daerah menuju kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan akan dapat dikatakan berhasil jika mampu mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita yang diharapkan dengan menerapkan penyelenggaraan good governance. Di samping itu diperlukan suatu sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate.

Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public goodand services disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan), sedangkan praktek terbaiknya disebut

“good governance“ (kepemerintahan yang baik). Agar “good governance” dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah, private sector dan masyarakat. Good governance yang efektif menuntut adanya “alignment” (koordinasi) yang baik dan integritas, profesional serta etos kerja dan moral yang tinggi, dengan demikian penerapan konsep good governance penyelenggaraan kekuasaan pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas KKN. Perlu diperhatikan pula adanya mekanisme untuk meregulasi akuntabilitas pada setiap instansi pemerintah dan memperkuat peran dan kapasitas parlemen, serta tersedianya akses yang sama bagi

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(5)

masyarakat luas akan ketersediaan informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan.

Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap lingkungan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada tiap bagian. Masing-masing individu pada setiap jajaran aparatur bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya. Konsep inilah yang membedakan adanya kegiatan yang terkendali (controllable activities) dengan kegiatan yang tidak terkendali (uncontrollable activities). Kegiatan yang terkendali merupakan kegiatan yang secara nyata dapat dikendalikan oleh seseorang atau suatu pihak. Ini berarti, kegiatan tersebut benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dinilai hasilnya oleh pihak yang berwenang.

Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, telah ditetapkan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme.

Berikutnya, sebagai kelanjutan dari produk hukum tersebut diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Setelah berlakunya Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 setiap Pemerintah Daerah diminta untuk menyampaikan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) kepada Gubernur, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri palang lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir, sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(6)

dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik setiap akhir anggaran.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada setiap Instansi Pemerintah, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai.

LKIP juga berperan sebagai alat kendali, alat penilai Kinerja dan alat pendorong terwujudnya good governance. Dalam perspektif yang lebih luas, maka LKIP berfungsi sebagai media pertanggungjawaban kepada publik. Semua itu memerlukan dukungan dan peran aktif seluruh lembaga pemerintahan pusat dan daerah serta partisipasi masyarakat.

Bertitik tolak dari RPJMD Kota Tangerang Tahun 2014 – 2018, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta memperhatikan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, penyusunan LKIP Tahun 2014 berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian sasaran RPJMD, realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan pembandingan capaian indikator kinerja, dengan demikian, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Tangerang yang menjadi laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan oleh Walikota kepada Presiden ini telah disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku. Realisasi yang dilaporkan dalam LKIP ini merupakan hasil pencapaian sasaran pada Tahun 2014.

Pelaksanaan penyusunan LKIP Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2014 dengan memperhatikan kepada peraturan perundang-undangan yang melandasi pelaksanaan LKIP, yaitu :

1. TAP MPR No.XI/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(7)

4. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan diubah kembali dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Tangerang;

11. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

12. Peraturan Daerah 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah;

13. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah;

14. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah;

15. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah;

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(8)

16. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan;

17. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025

18. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tangerang Tahun 2014-2018;

19. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Nomor 15 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2014.

1.2 BIDANG KEWENANGAN

Sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor23 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah Pasal 11 bahwa kewenangan Daerahterdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan UrusanPemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitandengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yangtidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan denganPelayanan Dasar meliputi::

a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;

e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan f. masyarakat; dan

g. sosial.

Sedangkan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan denganPelayanan Dasar meliputi:

a. tenaga kerja;

b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;

c. pangan;

d. pertanahan;

e. lingkungan hidup;

f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(9)

h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;

i. perhubungan;

j. komunikasi dan informatika;

k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;

l. penanaman modal;

m. kepemudaan dan olah raga;

n. statistik;

o. persandian;

p. kebudayaan;

q. perpustakaan; dan r. kearsipan.

Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan pilihan yang dilaksanakan di Kota Tangerang, meliputi: Kelautan Dan Perikanan, Pertanian, Pariwisata, Industri, dan Perdagangan.

1.3 KONDISI MAKRO EKONOMI

Ekonomi makro daerah menunjukkan kinerja makro ekonomi yang telah terjadi akibat proses pembangunan di suatu perekonomian. Makro ekonomi memuat faktor- faktor fundamental ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap agregat ekonomi makro berdasarkan penggunaan sektor lapangan usaha. Dari indikator ini diharapkan dapat mencerminkan kinerja Kota Tangerang selama beberapa tahun belakangan ini.

Stabilitas perekonomian, percepatan pertumbuhan ekonomi, percepatan pengurangan pengangguran dan kemiskinan, kemandirian fiskal daerah, serta stabilitas keamanan, ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan merupakan indikator-indikator yang relatif relevan terhadap kondisi makro ekonomi Kota Tangerang.

Struktur perekonomian Kota Tangerang yang masih didominasi oleh tiga sektor, yaitu: sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta serta pengangkutan dan komunikasi. Kondisi ekonomi makro tidak terlepas dari faktor inflasi. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan melihat pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat Kota Tangerang.

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(10)

Gambaran secara umum perkembangan laju inflasi Kota Tangerang dalam kurun waktu empat tahun (2009–2013) dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Laju Inflasi Kota Tangerang 2009–2014

Tahun Inflasi (%)

Kota Tangerang Provinsi Banten Nasional

2009 2,49 2,99 2,78

2010 6,08 6,10 6,96

2011 3,78 3,45 3,79

2012 4,44 4,37 4,50

2013 10,02 9,65 8,38

2014 10,03 10,20 8,36

Sumber: BPS Kota Tangerang, 2015

Pada Tahun 2014 laju inflasi yang terjadi di Kota Tangerang meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu dari 10,02% menjadi 10,03% lebih rendah dari inflasi Provinsi Banten namun lebih tinggi dibanding inflasi nasional. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kenaikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada Tahun 2014 terjadi karena ada kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi, yang menyebabkan kenaikan tarif angkutan dalam kota;

2. Adanya kebijakan perbankan, yang mengeluarkan aturan mengenai kenaikan biaya transaksi tarik tunai, cek saldo antar bank, administrasi kartu ATM;

3. Angka inflasi di Kota Tangerang sangat dipengaruhi harga bahan makanan pokok (volatile food prices). Tidak lancarnya distribusi pangan ke Kota Tangerang meningkatkan biaya perjalanan (distribution cost) dan biaya resiko (risk cost) spekulasi pasar;

4. Kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya nilai rupiah.

Bila terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka akan menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus ditanggung oleh produsen, baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban hutang luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan harga jual output di dalam negeri (khususnya untuk industri subtitusi impor) akan meningkat tajam, sehingga potensial meningkatkan derajat inflasi di dalam negeri;

5. Adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya. Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga memicu kenaikan harga jual di dalam negeri. Terlebih lagi jika tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitas dengan peningkatan jumlah

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(11)

produksi. Jika kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi terjadi kenaikan harga juga tidak bisa dielakkan.

Selain Kota Tangerang, kota lain di Provinsi Banten yang melakukan penghitungan inflasi yaitu Kota Serang dan Kota Cilegon (Tabel 1.2). Bila diperhatikan menurut data inflasi, selama Tahun 2014 Kota Tangerang lebih tinggi dibandingkan Kota Cilegon dan dan lebih rendah dari Kota Serang.

Tabel 1.2. Laju Inflasi Perkotaan Banten Tahun 2010-2014 (persen)

Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Serang 6,18 2,78 4,41 9,16 11,27

Tangerang 6,08 3,78 4,44 10,02 10,03

Cilegon 6,12 2,35 3,91 7,98 9,93

Sumber: BPS Provinsi Banten, 2015

Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu variabel penting dari PDRB adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).LPE didapat dengan membandingkan PDRB atas dasar harga konstan tiap tahun dengantahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan atau pertumbuhanriil perekonomian, atau dapat menggambarkan kinerja pembangunan dari suatu periode keperiode sebelumnya.

Selain PDRB dapat menunjukkan LPE, juga menginformasikan strukturperekonomian daerah. Struktur perekonomian tersebut menggambarkan kontribusi sektor-sektorekonomi terhadap perekonomian secara makro. Prioritas pembangunan melaluikerangka kebijakan pembangunan daerah dapat dengan mudah dilaksanakan denganmempertimbangkan struktur perekonomian. Manfaat lain dari informasi struktur

perekonomian ini adalah keterbandingan kekuatan ekonomi baik antar sektor ekonomimaupun antar wilayah kecamatan di Kota Tangerang.

Pertumbuhan yang cukup tinggi belum menjamin meningkatnya kesejahteraanmasyarakat karena perumbuhan penduduk melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi makakesejahteraan masyarakat akan menurun. Namun demikian, dengan mengamati pertumbuhan PDRB per kapita dapat dipakai untuk menunjukkan perkembangankemakmuran dan kesejahteraan suatu daerah. Meningkatnya PDRB per kapita yangditerima penduduk, maka daya beli (purchasing power) masyarakat akan bertambah,sehingga kebutuhan rumah tangganya (demand) terhadap barang dan jasa

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(12)

akan terpenuhi.Demand yang diikuti purchasing power, akan mengakibatkan kesejahteraan masyarakatmeningkat.

Perekonomian akan mengalami pertumbuhan apabila total output produksi barangdan jasa tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Oleh karena demikian,pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan perkembangan aktivitas ekonomi dalam kurunwaktu tertentu. Adapun peningkatan output produksi barang dan jasa tersebut terjadiapabila terdapat peningkatan permintaan baik oleh masyarakat daerah tersebut atau luardaerah.

Pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang pada Tahun 2014diperkirakan melambat dibanding tahun 2013, haltersebut dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerangsebesar 5,03% yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Dan LPE Kota Tangerang diperkirakan masih lebih tinggi dibanding nasional, namun lebih rendah dari LPE Provinsi Banten.

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang, Provinsi Banten dan Nasional Tahun 2009 - 2014

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014*)

Kota Tangerang 5,74% 6,66% 6,85% 6,42% 5,91% 5,03%

Provinsi Banten 4,71% 6,11% 6,38% 6,15% 6,04% 5,47%

Nasional 4,63% 6,22% 6,49% 6,26% 5,58% 5,02%

Sumber: BPS, 2015

*) LPE Kota Tangerang Tahun 2014 hasil proyeksi (data diolah)

Kemandirian Fiskal Daerah.

Tingkat ketergantungan daerah terhadap pusat masih cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan relatif masih rendahnya proporsi pendapatan daerah terhadap pendapatan yang diterima dari pemerintah yang lebih tinggi (pusat–provinsi). Kondisi ini menuntut Pemerintah Kota Tangerang untuk semakin besar mengambil peran dan semakin lebih kreatif–inovatif dalam upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sumber- sumber pendapatan daerah (PAD). Selain itu, Pemerintah Kota Tangerang juga lebih memperhatikan dan mengintensifkan berbagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang akan memberikan konsekuensi logis bagi peningkatan potensi penerimaan asli daerah (PAD).

Namun demikian, upaya kreativitasi, inovatisasi, intensifikasi, dan ekstentifikasi yang dilaksanakan Pemerintah Kota Tangerang pada Tahun 2014 tersebut harus senantiasa berada pada koridor hukum yang berlaku, dalam arti bahwa upaya kreativitasi, inovatisasi, intensifikasi, dan ekstentifikasi harus tetap memperhatikan norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku agar upaya untuk menuju kemandirian

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(13)

fiskal tidak menimbulkan implikasi negatif pada masyarakat secara umum atau pada kelangsungan dunia usaha dan sustainabilitas ekologi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, Pemerintah Kota Tangerang selalu memperhatikan alokasi, proporsi, dan komposisi belanja serta pembiayaan daerah. Belanja daerah harus lebih bisa diarahkan pada keseimbangan antara belanja langsung dan belanja tidak langsung yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah serta jelas kinerja yang dilaksanakannya. Pembiayaan daerah dititikberatkan pada pembiayaan yang bersifat penerimaan, sehingga mampu mempertahankan stabilitas fiskal daerah atau meningkatkan kemampuan fiskal daerah.

Dampak dari pertumbuhan makro ekonomi di Kota Tangerang dapat dilihat dari perkembangan investasi yang terjadi dari tahun ke tahun. Perkembangan nilai investasi di Kota Tangerang dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2014dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Perkembangan Investasi di Kota Tangerang Tahun 2009–2014

Tahun Uraian PMA Proyek PMDN Jumlah

2009 Jumlah Proyek 57 16 73

Investasi US$ 215.612.771,00 - 215.612.771,00

Rupiah 430.496.225.101,00 1.573.259.534.745,00 2.003.755.759.846,00

2010 Jumlah Proyek 37 10 47

Investasi US$ 69.767.414,00 - 69.767.414,00

Rupiah 1.645.107.374.294,00 391.909.082.370,00 2.037.016.456.664,00

2011 Jumlah Proyek 58 2 60

Investasi US$ 351.452.827,00 - 351.452.827,00

Rupiah 3.545.825.767.914,00 358.870.000.000,00 3.904.695.767.914,00

2012 Jumlah Proyek 47 4 51

Investasi US$ 195.902.357,00 195.902.357,00

Rupiah 1.315.829.493.869,00 2.748.729.000.000,00 4.064.558.493.869,00

2013 Jumlah Proyek 31 13 44

Investasi US$ 91.133.000,00 - 91.133.000,00

Rupiah 2.211.242.181.636,00 318.814.365.275,00 2.530.056.546.911,00

2014

Jumlah Proyek 44 44

Investasi US$ 47.651.699,00 - 47.651.699,00

Rupiah 2.085.472.188.395,00 - 2.085.472.188.395,00

Sumber: Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Tangerang, 2015

1.4 POSISI STRATEJIK KOTA TANGERANG 1.4.1 Geografis

Kota Tangerang secara geografis terletak pada 106’36 – 106’42 Bujur Timur (BT) dan 6’6 - 6 Lintang Selatan (LS), dengan luas wilayah 164,54 Km2 (tidak termasuk luas

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(14)

Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km ). Secara administrasi Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan.

Kota Tangerang berada pada ketinggian 10 - 30 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan bagian utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan bagian selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Larangan.

Adapun batas administrasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan Sepatan di Kabupaten Tangerang;

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Curug di Kabupaten Tangerang, serta Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren di Kota Tangerang Selatan;

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di DKI Jakarta;

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa di Kabupaten Tangerang.

Gambar 1.1. Peta Kota Tangerang

Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km ). Secara administrasi Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan.

Kota Tangerang berada pada ketinggian 10 - 30 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan bagian utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan bagian selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Larangan.

Adapun batas administrasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan Sepatan di Kabupaten Tangerang;

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Curug di Kabupaten Tangerang, serta Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren di Kota Tangerang Selatan;

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di DKI Jakarta;

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa di Kabupaten Tangerang.

Gambar 1.1. Peta Kota Tangerang

Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km ). Secara administrasi Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan.

Kota Tangerang berada pada ketinggian 10 - 30 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan bagian utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan bagian selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Larangan.

Adapun batas administrasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan Sepatan di Kabupaten Tangerang;

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Curug di Kabupaten Tangerang, serta Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren di Kota Tangerang Selatan;

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di DKI Jakarta;

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa di Kabupaten Tangerang.

Gambar 1.1. Peta Kota Tangerang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(15)

Kondisi geografis Kota Tangerang berbatasan langsung dengan ibukota negara (sekitar 27 Km), di samping itu keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sebagai bandara terbesar di Indonesia berada di wilayah Kota Tangerang, yang menjadikan Kota Tangerang pintu gerbang utama bagi negara Republik Indonesia.

Kondisi ini harus dapat meningkatkan kemajuan pembangunan terutama pada sektor permukiman, industri dan perdagangan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang.

1.4.2 Demografis

Kondisi demografi Kota Tangerang meliputi berbagai data/informasi terkait dengan kependudukan antara lain: jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin, struktur usia, serta jenis pekerjaan dan pendidikan. Kondisi demografis ini tidak dapat dilepaskan dengan kondisi geografisnya, seperti halnya Kota Tangerang sebagai hinterland DKI Jakarta, sehingga pertumbuhan penduduknya tidak hanya dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas), tetapi juga oleh perpindahan (migrasi).

Identifikasi terhadap jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin, struktur usia, jenis pekerjaan dan pendidikan sebagai bahan untuk memformulasikan kebijakan dan program/kegiatan pembangunan.

1.4.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan jika memiliki kualitas yang memadai, namun sebaliknya akan menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu, penanganan kependudukan tidak hanya pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, seperti yang terlihat pada Tabel 1.5, jumlah penduduk pada Tahun 2014 sebanyak 1,677,478 jiwa, yang tersebar di 13 wilayah kecamatan. Kemudian, untuk melihat perkembangannya, data tentang jumlah penduduk dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 untuk setiap kecamatan di Kota Tangerang juga disajikan pada tabel yang sama.Juga dari Tabel 1.5 tersebut, terlihat bahwa wilayah Kecamatan Cipondoh merupakan wilayah berpenduduk paling besar, yaitu sebanyak 188.490jiwa atau 1,12%

dari total penduduk Kota Tangerang, sementara itu Kecamatan Benda merupakan wilayah berpenduduk paling sedikit, yaitu sebanyak 72.755 jiwa atau 4,34% dari total penduduk Kota Tangerang.

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(16)

Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Tahun 2014

No. Kecamatan Jumlah (jiwa) Persen (%)

1 Ciledug 123.302 7.35

2 Larangan 138.765 8.27

3 Karang Tengah 105.876 6.31

4 Cipondoh 188.490 1.12

5 Pinang 154.434 9.21

6 Tangerang 155.274 9.26

7 Karawaci 170.146 10.14

8 Jatiuwung 94.695 5.65

9 Cibodas 151.493 9.03

10 Periuk 126.957 7.57

11 Batuceper 86.710 0.52

12 Neglasari 108.581 6.47

13 B e n d a 72.755 4.34

Tahun 2014 1,677,478

Tahun 2013 1,846,755

Tahun 2012 2,043,432

Tahun 2011 1,883,971

Tahun 2010 1,680,631

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2015

Sementara itu pada Tabel 1.6 di bawah, besarnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) rata-rata selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 diperkirakan sebesar-4,81%. Kecamatan Karawaci merupakan kecamatan yang mempunyai LPP paling tinggi yaitu -5,66%, sedangkan Kecamatan Tangerang merupakan kecamatan yang mempunyai (LPP) paling rendah yaitu -3,98%.Laju pertumbuhan penduduk menjadi minus dikarenakan adanya penghapusan data ganda yang ada di Kota Tangerang dan dari hasil penghapusan data ganda tersebut.

Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2014

No. Kecamatan Jumlah (jiwa) LPP 2012-2014

(%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Ciledug 123,373 136,614 146,237 134,841 123,302 -4,18

2 Larangan 143,805 160,810 171,550 152,423 138,765 -5,16

3 Karang Tengah 103,251 114,705 124,946 115,875 105,876 -4,06

4 Cipondoh 181,644 205,408 227,289 207,106 188,490 -4,57

5 Pinang 149,857 172,092 188,422 168,855 154,434 -4,85

6 Tangerang 144,632 162,747 182,679 168,104 155,274 -3,98

7 Karawaci 177,486 196,471 214,810 186,088 170,146 -5,66

8 Cibodas 147,543 168,593 188,733 166,667 151,493 -5,35

9 Jatiuwung 105,057 116,291 118,374 106,814 94,695 -5,43

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(17)

No. Kecamatan Jumlah (jiwa) LPP 2012-2014

2010 2011 2012 2013 2014 (%)

10 Periuk 124,684 139,289 153,707 139,925 126,957 -4,67

11 Neglasari 109,301 127,296 134,940 123,734 108,581 -5,29

12 Batu Ceper 94,884 103,543 104,441 96,078 86,710 -4,54

13 Benda 74,114 80,112 87,304 80,245 72,755 -4,46

Kota Tangerang 1,680,631 1,883,971 2,043,432 1,846,755 1,677,478 -4,81 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2014

Penduduk Kota Tangerang Tahun 2014 jika diklasifikasi menjadi rumah tangga yang didasarkan pada kepemilikan Kartu Keluarga (KK) dapat dilihat pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7. Jumlah Rumah Tangga di Kota Tangerang (Menurut Kepemilikan Kartu Keluarga) Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

1 Ciledug 40,332

2 Larangan 48,363

3 Karang Tengah 34,676

4 Cipondoh 62,882

5 Pinang 54,217

6 Tangerang 50,683

7 Karawaci 59,965

8 Cibodas 52,741

9 Jatiuwung 37,879

10 Periuk 43,209

11 Neglasari 35,747

12 Batu Ceper 29,667

13 Benda 23,563

Tahun 2014 573,924

Tahun 2013 630,774

Tahun 2012 637,836

Tahun 2011 583,988

Tahun 2010 495,426

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2014

Dari data di atas terlihat jumlah rumah tangga terbanyak tahun 2014 terdapat di Kecamatan Cipondohsebesar 62.882rumah tangga. Sedangkan jumlah kepala keluarga paling sedikit di Kecamatan Benda sebesar 23.563 rumah tangga.

Tingginya jumlah rumah tangga di Kecamatan Cipondoh seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Penambahan jumlah rumah tangga ini sangat erat kaitannya dengan penyediaan pemukiman dan lapangan pekerjaan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial.

Lebih lanjut, hal yang bisa dilihat dari kondisi dan data demografi adalah pola persebaran atau distribusi penduduk yang dapat dilihat melalui keterkaitan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Distribusi penduduk ini pada dasarnya merupakan komposisi penduduk berdasarkan geografis, sehingga akan lebih bermakna

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(18)

apabila dikaitkan dengan kepadatan penduduk sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.8.

Tabel 1.8. Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2014 (jiwa/km2)

No. Kecamatan Jumlah (Jiwa) Luas (km2)* Kepadatan

(Jiwa/km2)

1 Ciledug 123.302 8,77 14.060

2 Larangan 138.765 9,40 14.762

3 Karang Tengah 105.876 10,47 10.112

4 Cipondoh 188.490 17,91 10.524

5 Pinang 154.434 21,59 7.153

6 Tangerang 155.274 15,79 9.834

7 Karawaci 170.146 13,48 12.622

8 Cibodas 151.493 9,61 15.764

9 Jatiuwung 94.695 14,41 6.571

10 Periuk 126.957 9,54 13.308

11 Neglasari 108.876 16,08 6.771

12 Batuceper 86.710 11,58 7.488

13 Benda 72,755 5,92 12.290

Tahun 2014 1,677,478 164,55 10.866

Tahun 2013 1,846,755 164,55 9.447

Tahun 2012 2,043,432 164,55 12.418

Tahun 2011 1,883,971 164,55 11.449

Tahun 2010 1,680,631 164,55 10.930

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang,2015

* Tidak termasuk luas bandara (19,69 km2)

Berdasarkan Tabel 1.8 terlihat bahwa Kota Tangerang merupakan daerah yang cukup padat, Dalam kurun waktu Tahun 2010–2014 terjadi kenaikan rata-rata per tahun atas kepadatan penduduk sampai dengan 0,99% jiwa/km2, Pada Tahun 2014, kepadatan penduduk sebesar 10.866jiwa/km2, dimana Kecamatan Cibodas merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi (15.764jiwa/Km2) dan Kecamatan Jatiuwung merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduknya terendah hanya mencapai 6.571jiwa/km2. Tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Cibodas disebabkan karena tidak meratanya pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang, hal ini mungkin disebabkan karena di Kecamatan Cibodas tersedia sumber daya alam yang memadai sehingga lebih banyak tersedia lapangan pekerjaan. Ketimpangan ini tentunya berpengaruh terhadap kemajuan dan pembangunan wilayah.

1.4.3 Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia di Kota Tangerang merujuk pada perkembangan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran yang banyak digunakan untuk mengetahui derajat kesejahteraan masyarakat.

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(19)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator yang menggambarkan sejauh mana suatu negara (wilayah) telah menggunakan sumber daya penduduknya untuk meningkatkan mutu kehidupan warga negara (wilayah) tersebut.Penyusunan IPM didasarkan pada tiga komponen, yaitu angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)

Indikator Harapan Hidup

Angka harapan hidup merupakan indikator penting dalam mengukur longevity (panjang umur). Panjang umur seseorang tidak hanya merupakan produk dari upaya yang bersangkutan melainkan juga seberapa jauh masyarakat atau negara dengan penggunaan sumber daya yang tersedia berusaha untuk memperpanjang hidup atau umur penduduknya. Secara teori, seseorang dapat bertahan hidup lebih lama apabila dia sehat dan bilamana menderita sakit masyarakat perlu mengatur untuk membantu mempercepat kesembuhannya sehingga dia dapat bertahan hidup lebih lama (datang ke fasilitas/petugas kesehatan). Oleh karena itu, pembangunan masyarakat dikatakan belum berhasil apabila pemanfaatan sumber daya masyarakat tidak diarahkan pada pembinaan kesehatan agar dapat tercegahwarga meninggal lebih awal dari yang seharusnya.

Angka harapan hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan yang telah dicapai masyarakat. Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat diharapkan kesempatan untuk hidupnya cenderung semakin besar/lama. Sebaliknya tingkat kesehatan yang buruk akan cenderung memperpendek usia hidup. Angka harapan hidup berbanding terbalik dengan tingkat kematian bayi, artinya semakin tinggi angka kematian bayi maka angka harapan hidup cenderung semakin pendek, demikian pula sebaliknya.

Indikator harapan hidup juga dapat digunakan untuk mengukur pembangunan di bidang kesehatan. Meningkatnya angka harapan hidup dapat berarti adanya perbaikan pembangunan di bidang kesehatan. Yang biasanya ditandai dengan membaiknya kondisi sosial ekonomi penduduk, membaiknya kesehatan lingkungan dan lain sebagainya.

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(20)

Tabel 1.9. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2009-2013

Kab/Kota Angka Harapan Hidup/AHH

2009 2010 2011 2012 2013

01 Kabupaten Pandeglang 63,52 63,77 63,95 64,13 64,35

02 Kabupaten Lebak 63,21 63,28 63,35 63,42 63,62

03 Kabupaten Tangerang 65,61 65,79 65,9 66,01 66,33

04 Kabupaten Serang 63,08 63,51 63,88 64,25 64,39

71 Kota Tangerang 68,33 68,37 68,41 68,44 68,56

72 Kota Cilegon 68,53 68,58 68,62 68,67 68,97

73 Kota Serang 64,62 65,13 65,47 65,81 66,65

74 Kota Tangerang Selatan 68,43 68,54 68,65 68,77 69,17

Provinsi Banten 64,75 64,9 65,05 65,23 65,47

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Di Provinsi Banten angka harapan hidup tertinggi ada di Kota Tangerang Selatan, yaitu sebesar 69,17 pada tahun 2013. Kota Tangerang berada di posisi nomor dua. Sedangkan yang terendah usia harapan hidupnya ada di Kabupaten Lebak. Namun bila dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Banten yang sebesar 65,47 pada tahun 2013 tampaknya pembangunan bidang kesehatan di Kota Tangerang jauh lebih maju dibandingkan pembangunan bidang kesehatan di Wilayah Banten pada umumnya, meski pergerakan pertambahan usia harapan hidupnya cenderung lambat.

Peningkatan usia harapan hidup berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Maka sangatlah wajar jika pergerakan angka harapan hidup sangat lambat jika angka harapanhidup sudah cukup tinggi.Namun demikian Pemerintah Kota Tangerang perlu memacu danmengambil langkah-langkah yang tepat untuk merumuskan program di bidang kesehatan secara tepat, di masa yang akan datang dengan meningkatnya usia harapan hidup berakibat meningkat pula jumlah lansia.

Pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan mereka pada masa yang akan datang.

Tabel 1.10. Indeks Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2009-2013

Kab/Kota Indeks Harapan Hidup

2009 2010 2011 2012 2013

01 Kabupaten Pandeglang 64,21 64,61 64,92 65,22 65,58

02 Kabupaten Lebak 63,68 63,8 63,92 64,03 64,37

03 Kabupaten Tangerang 67,69 67,98 68,17 68,35 68,88

04 Kabupaten Serang 63,46 64,18 64,8 65,42 65,65

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(21)

Kab/Kota Indeks Harapan Hidup

2009 2010 2011 2012 2013

71 Kota Tangerang 72,22 72,29 72,35 72,4 72,6

72 Kota Cilegon 72,56 72,63 72,7 72,78 73,28

73 Kota Serang 66,04 66,89 67,45 68,02 69,42

74Kota Tangerang Selatan 72,38 72,57 72,75 72,95 73,62

Provinsi Banten 66,25 66,5 66,75 67,04 67,45

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Tersedianya sarana kesehatan yang cukup dan sarana transportasi yang lancar sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan yang ada sangat membantu masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi, tetapi yang tak kalah penting adalah mengingatkan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.Selanjutnya dari angka harapan hidup dapat diturunkan indeks harapan hidup yang telah dicapai dibanding kondisi 'ideal' sesuai standar UNDP yaitu 85 tahun (100 persen).

Indikator harapan hidup digunakan untuk mengukur pembangunan di bidang kesehatan.Meningkatnya angka harapan hidup dapat berarti adanya perbaikan pembangunan di bidang kesehatan. Yang biasanya ditandai dengan membaiknya kondisi sosial ekonomi penduduk, membaiknya kesehatan lingkungan dan lain sebagainya.Pada tahun 2013Indeks harapan hidup masyarakat di Kota Tangerang mencapai 72,60 persen, yang berarti pencapaian usia harapan hidup sejak lahir terhadap perkiraan usia harapan hidup maksimal naik 0,38 persen dibanding tahun 2009.

Indikator Pendidikan

Keberhasilan di bidang pendidikan juga merupakan unsur penting dalam IPM,dalam hal ini digambarkan oleh Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolahpenduduk dewasa (usia 15 tahun ke atas). Angka melek huruf di ambil dari datakemampuan baca tulis, yang dipandang sebagai modal dasar yang perlu dimiliki setiapindividu, agar mempunyai peluang yang sama untuk terlibat dan berpartisipasi dalampembangunan. Sedangkan tingkat pengetahuan dan keterampilan lainnya secara umumdapat digambarkan melalui rata-rata lama sekolah, angka ini dihitung denganmenggunakan 2 variabel secara simultan dari data SUSENAS yaitu tingkat kelas yangpernah atau sedang dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan.

Gambaran tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk Kota Tangerang Tahun 2013 dapat dilihat di tabel berikut :

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(22)

Tabel 1.11. Pendidikan Yang Ditamatkan Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Di Kota Tangerang Tahun 2011-2013 (dalam persen)

No Jenjang Pendidikan yang ditamatkan 2011 2012 2013

1 Tidak punya ijazah 11,48 12,83 13,15

2 SD/MI 19,30 16,35 19,18

3 SLTP/MTS 22,38 21,12 20,50

4 SMU/SMK/Aliyah 36,72 39,41 38,10

5 DI/DII 0,81 0,56 0,48

6 DIII/DIV/S1/S2/S3 9,30 9,74 8,58

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Tabel 1.11dapat dilihat bahwa penduduk Kota Tangerang paling banyak berijazah SMU sederajat yang mencapai 38,10 persen. Jumlah penduduk yang tidak berijazah meningkat, dari 12,83 persen menjadi 13,15persen. Namun terjadi penurunanproporsi penduduk yang memiliki ijazah tertinggi lulusan SLTP/MTs ke atas.

Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Tangerang tahun 2013 adalah 10,07 tahun, nilai ini masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu 10,07 tahun.Hal ini berarti bahwa secara rata-rata penduduk berumur 15 tahun keatas di Kota Tangerang tahun 2013 menduduki jenjang pendidikan setingkat klas II SLTA. Namun dengan semakin tingginya rata-rata lama sekolah, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untukpendidikan semakin baik. Selain itu dengan dukungan pemerintah yang menyediakan biaya operasional sekolah (BOS) sampai tingkat SMU sederajat, membuat penduduk semakin berminat ke pendidikan tingkat atas.

Tabel 1.12. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2009-2013

Kabupaten/ Kota Rata - Rata Lama Sekolah

2009 2010 2011 2012 2013

01 Kabupaten Pandeglang 6,44 6,47 6,81 6,97 7,04

02 Kabupaten Lebak 6,22 6,24 6,25 6,27 6,29

03 Kabupaten Tangerang 8,93 8,94 8,95 8,96 8,96

04 Kabupaten Serang 7,04 7,05 7,25 7,36 7,48

71 Kota Tangerang 9,95 9,98 10,04 10,07 10,07

72 Kota Cilegon 9,66 9,67 9,68 9,72 9,72

73 Kota Serang 7,25 7,51 8,01 8,58 8,59

74 Kota Tangerang Selatan 9,95 10,15 10,7 10,98 10,99

Provinsi Banten 8,15 8,32 8,41 8,61 8,61

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(23)

Dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Banten,rata-rata lama sekolah Kota Tangerang merupakan yang tertinggi kedua setelah Kota Tangerang Selatan yaitu sebesar 10,98 atau setara dengan kelas II SLTA semester II. Namun angka ini menunju- kan pendidikan Kota Tangerang masih lebih baik daripada Provinsi Banten secara keseluruhan. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah mencapai 8,61 tahun atau setara dengan kelas III SLTP semester II. Angka rata-rata lama sekolah terendah di kabupaten Lebak, yang mencapai 6,27 tahun atau setara dengan kelas 1 SLTP semester 1.

Gambar 1.2. Rata-Rata Lama Sekolah Kota Tangerang Tahun 2009 – 2013

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Keberhasilan tingkat pendidikan selanjutnya dilihat dari Angka Melek Huruf.Tabel 1.13 menunjukkan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang buta huruf di KotaTangerang relatif sedikit. Dengan kondisi awal yang sudah baik, peningkatan indikatorini terlihat sangat kecil.

Tabel 1.13. Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2009-2013

Kab/Kota Angka Melek Huruf/AMH

2009 2010 2011 2012 2013

01 Kabupaten Pandeglang 96,3 96,35 96,37 96,41 96,78

02 Kabupaten Lebak 94,55 94,6 94,82 95,69 96,05

03 Kabupaten Tangerang 95,66 95,78 95,86 95,89 96,37

04 Kabupaten Serang 94,93 95,23 95,72 95,75 96,04

71 Kota Tangerang 98,35 98,39 98,41 98,43 98,48

72 Kota Cilegon 98,71 98,72 98,73 98,77 98,87

73 Kota Serang 96,27 96,47 96,89 96,92 97,35

74 Kota Tangerang Selatan 98,14 98,15 98,19 98,51 98,62

Dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Banten,rata-rata lama sekolah Kota Tangerang merupakan yang tertinggi kedua setelah Kota Tangerang Selatan yaitu sebesar 10,98 atau setara dengan kelas II SLTA semester II. Namun angka ini menunju- kan pendidikan Kota Tangerang masih lebih baik daripada Provinsi Banten secara keseluruhan. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah mencapai 8,61 tahun atau setara dengan kelas III SLTP semester II. Angka rata-rata lama sekolah terendah di kabupaten Lebak, yang mencapai 6,27 tahun atau setara dengan kelas 1 SLTP semester 1.

Gambar 1.2. Rata-Rata Lama Sekolah Kota Tangerang Tahun 2009 – 2013

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Keberhasilan tingkat pendidikan selanjutnya dilihat dari Angka Melek Huruf.Tabel 1.13 menunjukkan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang buta huruf di KotaTangerang relatif sedikit. Dengan kondisi awal yang sudah baik, peningkatan indikatorini terlihat sangat kecil.

Tabel 1.13. Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2009-2013

Kab/Kota Angka Melek Huruf/AMH

2009 2010 2011 2012 2013

01 Kabupaten Pandeglang 96,3 96,35 96,37 96,41 96,78

02 Kabupaten Lebak 94,55 94,6 94,82 95,69 96,05

03 Kabupaten Tangerang 95,66 95,78 95,86 95,89 96,37

04 Kabupaten Serang 94,93 95,23 95,72 95,75 96,04

71 Kota Tangerang 98,35 98,39 98,41 98,43 98,48

72 Kota Cilegon 98,71 98,72 98,73 98,77 98,87

73 Kota Serang 96,27 96,47 96,89 96,92 97,35

74 Kota Tangerang Selatan 98,14 98,15 98,19 98,51 98,62

Dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Banten,rata-rata lama sekolah Kota Tangerang merupakan yang tertinggi kedua setelah Kota Tangerang Selatan yaitu sebesar 10,98 atau setara dengan kelas II SLTA semester II. Namun angka ini menunju- kan pendidikan Kota Tangerang masih lebih baik daripada Provinsi Banten secara keseluruhan. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah mencapai 8,61 tahun atau setara dengan kelas III SLTP semester II. Angka rata-rata lama sekolah terendah di kabupaten Lebak, yang mencapai 6,27 tahun atau setara dengan kelas 1 SLTP semester 1.

Gambar 1.2. Rata-Rata Lama Sekolah Kota Tangerang Tahun 2009 – 2013

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Keberhasilan tingkat pendidikan selanjutnya dilihat dari Angka Melek Huruf.Tabel 1.13 menunjukkan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang buta huruf di KotaTangerang relatif sedikit. Dengan kondisi awal yang sudah baik, peningkatan indikatorini terlihat sangat kecil.

Tabel 1.13. Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2009-2013

Kab/Kota Angka Melek Huruf/AMH

2009 2010 2011 2012 2013

01 Kabupaten Pandeglang 96,3 96,35 96,37 96,41 96,78

02 Kabupaten Lebak 94,55 94,6 94,82 95,69 96,05

03 Kabupaten Tangerang 95,66 95,78 95,86 95,89 96,37

04 Kabupaten Serang 94,93 95,23 95,72 95,75 96,04

71 Kota Tangerang 98,35 98,39 98,41 98,43 98,48

72 Kota Cilegon 98,71 98,72 98,73 98,77 98,87

73 Kota Serang 96,27 96,47 96,89 96,92 97,35

74 Kota Tangerang Selatan 98,14 98,15 98,19 98,51 98,62

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

(24)

Provinsi Banten 95,95 96,2 96,25 96,51 96,87 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Penduduk yang melek huruf di Kota Tangerang pada tahun 2013 mencapai 98,48 persen. Terjadi peningkatan sebesar 0,05 persen dibanding tahun 2012. Secara umum, kemampuan baca tulis penduduk Kota Tangerang di atas rata-rata penduduk Bantenyang sebesar 96,87 persen tetapi masih lebih rendah dari angka melek huruf di Kota Cilegon dan Kota Tangerang Selatanyang masing-masing mencapai 98,87persen dan 98,62 persen. Angka melek huruf penduduk Kota Tangerang tahun 2013 bila dijadikan indeks melek huruf nilainya sama yaitu 98,48 yang berarti pencapaiannya belum mencapai nilai maksimum 100 atau masih tersisa 1,52 persen yang buta huruf.

Sedangkan untuk indeks rata–rata lama sekolah baru dicapai indeks 67,14 jadi masih jauh dari angka maksimum. Indeks pendidikan agar terbandingkan secara internasional maka dalam penghitungan inipun menggunakan referensi UNDP (1994), baik angka melek huruf (AMH) maupun lama sekolah. Demikian pula dalam penggabungan kedua indikator pendidikan tersebut. UNDP mungkin menganggap bahwa keterampilan melek huruf dianggap lebih mendasar dari pada pengalaman mengikuti pendidikan formal (MYS) sehingga bobotnya lebih besar. Rumusan indeks pendidikan diformulasikan sebagai berikut:

= (2

3 +1

3 - ℎ)

Tabel 1.14. Indeks Pendidikan di Kota Tangerang Tahun 2011 – 2013 Kabupaten/Kota Indeks Melek Huruf Indeks Rata-rata Lama

Sekolah Indeks Pendidikan 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 Pandeglang 96,37 96,41 96,78 45,39 46,47 46,95 79,38 79,76 80,17

Lebak 94,82 95,69 96,05 41,68 41,82 41,95 77,11 77,73 78,02

Tangerang 95,86 95,89 96,37 59,67 59,74 59,76 83,80 83,84 84,16

Serang 95,72 95,75 96,04 48,35 49,06 49,90 79,93 80,19 80,66

Kota Tangerang 98,41 98,43 98,48 66,93 67,14 67,17 87,91 88,00 88,04 Kota Cilegon 98,73 98,77 98,87 64,54 64,80 64,82 87,33 87,45 87,52 Kota Serang 96,89 96,92 97,35 53,40 57,21 57,24 82,39 83,69 83,98 Kota Tangerang Selatan 98,19 98,51 98,62 71,34 73,21 73,29 89,24 90,08 90,18

BANTEN 96,25 96,51 96,87 56,05 57,41 57,42 82,85 83,47 83,72

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota Tangerang 2013

Indikator Daya Beli

Kemakmuran masyarakat tergantung kepada jumlah barang dan jasa yang berhasil disediakan oleh masyarakat bagi warganya. Dengan semakin banyaknya produksi masyarakat atau penghasilan masyarakat maka diperkirakan akan semakin

PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

http://www.tangerangkota.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Play-Mates adalah sebuah grup band rock asal Jakarta yang terbentuk bulan Oktober 2010, beranggotakan Ragadipa (bass), Lalitya (keyboard), Fara Zachman (vocal),

Salah satu alternatif retribusi daerah yang turut memberikan kontribusi dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah retribusi Jasa Timbang

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian mengenai tingkat perjumpaan komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) pada jalur – jalur wisata di Loh Liang,

Secara rinci tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Tujuan penelitian tahun kedua (2014) yaitu melakukan rekonstruksi paparan medan magnet ELF

Dari gejala klinis, susah untuk menegakkan diagnosis karena tidak ada gejala klinis yang spesifik sehingga perlu pemeriksaan laboratorium. Diagnosis

Pengelompokan tugas-tugas yang akan menghasilkan keseimbangan lintasan produksi memberikan informasi tentang kinerja waktu dari tugas tersebut, kebutuhan-kebutuhan

 b) Prinsip Prinsip keterbukaan keterbukaan berfungsi berfungsi untuk untuk menciptakan menciptakan mekanisme mekanisme pasar pasar yang yang efisien. =ilosofi

Adapun rumusan kebijakan/sistem aplikasi yang lain belum berimplentasi karena perlu kesiapan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian, baik SDM, sarana dan