• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV SD GUGUS LETKOL WISNU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV SD GUGUS LETKOL WISNU TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

SISWA KELAS IV SD GUGUS LETKOL WISNU

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Ni Luh Ketut Ayu Yeni Pratiwi

1

, Ni Nyoman Ganing

2

, I Wayan Wiarta

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email: ayuyeni76@yahoo.com

1

, nyomanganing@gmail.com

2

,

wayanwiarta.63@gmail.com

3

Abstrak

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rencangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu yang berjumlah 345 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 10 Peguyangan berjumlah 41 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa kelas IVA SDN 5 Peguyangan berjumlah 32 orang siswa sebagai kelompok kontrol dengan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa dengan empat jawaban. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitung = 6,516 > ttabel = 2,000 untuk signifikansi 5% dan dk = 71, maka H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan kelompok siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri pada kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu tahun pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih dari nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol (X = 84,68 > X = 71,38). Dengan demikian, dapat disimpulkan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: inkuiri, kompetensi pengetahuan IPA Abstract

Based on background and problem formulation, this research was intended to know whether or not the natural IPA knowledge to be competence in learning process of the fourth grade students of SD Gugus Letkol Wisnu in academic year 2016/2017. This type of research is quasi-experimental research with nonequivalent control group design. The population of this research is all fourth grade students of SD Gugus Letkol Wisnu who need 345 people. The sample was collected by random sampling. Samples taken by SDN 10 Peguyangan requiring 41 students as group which was taught by inquiry model and IVA SDN 5 Peguyangan using 32 students as control group by using inquiry model. The data collection is done by using the test method in the form of the usual double choice objective test with four answers. The data

(2)

2

obtained were analyzed using test-t analysis. The result of data analysis is tvalue = 6,516 > ttable = 2,000 for significant 5% and dk = 71, then H0 is rejected which means there are groups of students who are taught using inquiry learning model with group of students who are taught not to use inquiry learning model in fourth grade student of SD Gugus Letkol Wisnu in academic year 2016/2017. The result showed average scor from group who used inquiri strategy is more achieve from average scor than group without used any strategy (X = 84,68 > X = 71,38). Thus, can be concluded the inquiry learning model reformed the IPA knowledge competence of fourth grade student of SD Gugus Letkol Wisnu in academic year 2016/2017.

Keywords: inquiry, IPA knowledge competence

PENDAHULUAN

Pendidikan diselenggarakan dengan maksud membina peserta didik agar nantinya mampu hidup di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Tegeh (2013:2), “Pendidikan adalah

suatu proses dalam rangka

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian pendidikan secara gamlang dituangkan pada Bab I Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Definisi di atas menekankan bahwa pendidikan dilaksanakan secara sistematis dengan mengedepankan peserta didik sebagai pebelajar aktif. Melalui pendidikan, peserta didik diharapkan dapat berkembang secara optimal, baik dalam hal pengembangan jati diri maupun keterampilan praktis untuk dapat hidup sebagai anggota masyarakat maupun warga Negara yang baik. Berdasarkan definisi-definisi di atas, diketahui bahwa pendidikan itu

dilakasanakan secara sadar, terencana, dan sistematis yang merupakan karakteristik kegiatan ilmiah. Pendidikan secara realistik dilaksanakan melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dirancang secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

Pendidikan erat kaitannya dengan kurikulum. Kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dalam membangun generasi muda yang produktif serta bertanggung jawab dimasa mendatang. Melalui penyempurnaan kurikulum 2006 (KTSP) menjadi kurikulum 2013, pemerintah berharap kualitas pendidikan akan semakin sempurna pula. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, pengetahuan dan keterampilan.Di dalam kurikulum 2013 menggunakan berbagai tema. Tema yang ada dalam kurikulum 2013 mengkaitkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Kurikulum 2013 juga mengajarkan siswa untuk aktif, krektif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi saat proses pembelajaran berlangsung dan terlibat langsung dalam memahami pengetahuan barunya melalui proses ilmiah.

Penerapan Kurikulum 2013 ini dapat dikembangkan pada seluruh materi yang terintegrasi dalam tema pokok, guna membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas dalam pengetahuan namun juga terampil dan bijak dalam mengembangkan sikap yang baik. Salah satu materi yang sangat perlu mengedepankan proses sikap dan juga

(3)

3 pengetahuan yaitu materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Usman,2011:3). IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Permasalahan dalam pembelajaran IPA terjadi di Gugus Letkol Wisnu. Hal ini diketahui dari observasi dan wawancara di kelas IV. Dari observasi yang dilakukan pada hari Kamis, 29 Desember 2016 banyak siswa yang ribut saat proses pembelajaran dan tidak memperhatikan guru saat memberikan materi pelajaran. Disisi lain, suasana kelas kurang kondusif sehingga siswa pun bersikap tidak disiplin. Ini semua disebabkan dalam mengelola pembelajaran yang diusung kurikulum 2013 guru terlihat belum mampu secara optimal membelajarkan siswa-siswanya. Untuk menciptakan suasana kelas menjadi kondusif perlu adanya pengelolaan pembelajaran menggunakan berbagai strategi, model, metode dan teknik yang tepat. Semua hal tersebut tentunya berdampak langsung pada siswa dan proses belajarnya. Siswa menjadikan proses belajarnya suatu kegiatan yang berulang-ulang dan membosakan sehingga membuat siswa menjadi ribut dan kurang disiplin serta tidak mengerti akan materi pelajaran IPA yang diberikan. Padahal tujuan dalam pembelajaran adalah terjadinya perubahan perilaku berupa hasil yang optimal. Di Gugus Letkol Wisnu semua hal tersebut dapat dilihat juga dari hasil belajar IPA siswa yang belum tercapai secara optimal. Pada mata pelajaran IPA dari 345 siswa hanya 41,7% siswa yang tuntas yaitu sebanyak 144 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 58,3% yaitu sebanyak 201 siswa. Hasil belajar dikatakan tuntas atau berhasil apabila telah memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 70 baik secara individu.

Kompetensi pengetahuan adalah kompetensi tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar (Kosasih, 2014:14).

Salah satu kompetensi yang didapat setelah proses pembelajaran adalah kompetensi pengetahuan (kognitif). Kompetensi pengetahuan adalah perubahan tingkah laku seseorang dari segi kemampuan pengetahuan setelah memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam Permendikbud 104 Tahun 2014 kompetensi pengetahuan dinyatakan dengan skor tertentu untuk kemampuan berfikir dan dimensi pengetahuannya.

Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk perbaikan terhadap proses pembelajaran IPA agar dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan belajar IPA. Salah satu pembelajaran yang diupayakan sesuai

dengan kurikulum 2013 yang

menyenangkan bagi siswa, namun menuntut siswa untuk mencari tahu sendiri permasalahan yang terjadi dalam proses belajar, membentuk karakter siswa yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan pembelajaran yang berpusat pada siswa

adalah dengan melaksanakan

pembelajaran inkuiri. Model Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2008:196). Teknis utama pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, dan keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses pembelajaran serta siswa dapat mengembangkan sikap percaya diri tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri tersebut (Sani, 2016:113). Model pembelajaran inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, dimana siswa dapat

(4)

4 menemukan atau meneliti masalah berdasarkan fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar. Adapun keunggulan pembelajaran inkuiri yaitu model pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna, model pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, model pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan, model pembelajaran inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Berdasarkan hal tersebut, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengemas sebuah pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga membuat siswa untuk mau belajar. Penggunaan pendekatan saintifik saja tidaklah cukup untuk mendukung pembelajaran di dalam kelas. Jika guru mampu memilih dan mengembangkan strategi, model, metode yang tepat dalam proses pembelajaran serta mampu memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia secara maksimal, maka tidak menutup kemungkinan proses dan hasil belajar yang ideal akan tercapai.

Berdasarkan paparan di atas model pembelajaran inkuiri dapat berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV Gugus Letkol Wisnu. Rumusan masalah yang diajukan dalam peneltian ini, yakni apakah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Pelajaran 2016/2017. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri

terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif yakni penelitian eksperimen. Desain eksperimental yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Eksperimen Kuasi (Quasi-Eksperimental

Design). Rancangan desain eksperimen

yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Non-ekuivalen. Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek yakni satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok memperoleh pre-test dan post-test.

Pre-test dilakukan hanya untuk menguji

kesetaraan sampel yakni antara siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Gugus Letkol Wisnu yang terdiri dari 7 sekolah dengan jumlah siswa kelas IV adalah 345 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling yakni yang dirandom adalah kelas sehingga memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk diambil menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2012:118). Untuk mendapatkan kelas yang setara dari segi akademik, maka seluruh kelas dalam populasi diberikan

pre-test. Nilai atau skor dari hasil pre-test

yang dilakukan tersebut digunakan untuk penyetaraan kelas-kelas dalam populasi. Untuk penyetaraan kelas, nilai atau skor dari pre-test seluruh populasi dianalisis menggunakan uji t. Setelah seluruh kelas diketahui setara secara akademik maka dilakukan pengundian untuk menentukan sampel. Cara yang digunakan adalah dengan cara pengundian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas IV di seluruh SD populasi pada masing-masing kertas yang jumlahnya 9

(5)

5 kelas, kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan dikocok. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian , dan peneliti melakukan pengundian lagi dari dua sampel setara untuk memilih nama sekolah yang digunakan sebagai kelompok control dan kelompok eksperimen. Untuk meyakinkan peneliti bahwa kedua kelas yang dijadikan sampel merupakan kelas yang setara atau memiliki kemampuan awal yang sama, maka peneliti melakukan analisis pada tes awal kompetensi pengetahuan IPA. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan kedua kelas adalah analisis uji-t, namun sebelum dianalisis menggunakan uji-t terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA. Untuk mengumpulkan data tentang kompetensi pengetahuan IPA digunakan metode tes. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pengetahuan IPA adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan

empat pilihan jawaban dan terdiri dari 30 butir soal yang telah divalidasi dengan melalui uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.

Pada penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing diberikan perlakukan sebanyak 6 kali pertemuan dan diakhir penelitian siswa diberikan post-test untuk

memperoleh data kompetensi

pengetahuan IPA siswa. Data kometensi pengetahuan IPA siswa kemudian dianalisis menggunakan uji prasyarat yakni uji normalitas dengan rumus chi square dan uji homogenitas varians dengan uji F untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh tersebut normal dan homogen. Hipotesis yang diuji adalah Hipotesis nol (Ho) yang berbunyi

”tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri dan siswa yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji-t dengan rumus polled varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Deskripsi data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPA

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean 84,68 71,38

Standar Deviasi 7,65 9,76

Varian 58,494 95,339

Nilai Maksimum 97 83

Nilai Minimum 70 57

Berdasarkan tabel 1, rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih dari rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol. Rerata nilai siswa kelompok eksperimen yaitu sebesar 84,68 dan rerata nilai siswa kelompok kontrol yaitu sebesar 71,38.

Berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) rerata kelompok eksperimen berada pada predikat Baik (B) sedangkan rerata kelompok kontrol

(6)

6 0 2 4 6 8 10 12 14 72 77 82 87 92 97 Nilai X F re ku e n si ( f)

berada pada predikat Cukup (C). Gambaran lebih jelas mengenai data nilai kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen digambarkan dalam bentuk grafik histogram pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Diagram Batang Data Kompetensi Pengetahuan IPA

Kelompok Eksperimen

Sedangkan gambaran lebih jelas mengenai data nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Diagram Batang Data Kompetensi Pengetahuan IPA

Kelompok Kontrol

Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua data sampel penelitian berdistribusi normal. Rekapitulasi hasil analisis uji normalitas kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Sampel X2

hit X2tabel Keterangan

Kelompok Eksperimen 2,647 11,070 Berdistribusi Normal

Kelompok Kontrol 7,937 11,070 Berdistribusi Normal

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat X2

Hit < X2Tabel untuk kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol, ini berarti bahwa sebaran data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah

melakukan uji normalitas sebaran data, selanjutnya dilakukan Uji Homogenitas varians terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa. Rekapitulasi hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Tabel Hasil Uji Homogenitas Varian

(7)

7 Kelompok Eksperimen 58,494

1,62 1,74 Homogen

Kelompok Kontrol 95,339

Berdasarkan tabel 3, hasil uji homogenitas varian menunjukkan bahwa Fhit < Ftabel (1,62 < 1,74). Ini

berarti bahwa varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

Dari hasil uji prasyarat terhadap sebaran data yang telah dilakukan diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut akan dilanjutkan terhadap pengujian pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Ho yang

berbunyi tidak terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas varians diperoleh data bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal serta homogen. Berdasarkan hal tersebut maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t dengan rumus

polled varians. Dengan kriteria jika thitung

≤ ttabel, maka Ho diterima, dan jika thitung >

ttabel maka Ho ditolak. Pada taraf

signifikan 5% dengan dk = n1+n2-2.

Rekapitulasi hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis

Sampel Mean Varian Dk thitung ttabel Kesimpulan

Kelompok

Eksperimen 84,68 58,494

71 6,516 2,000 Ho ditolak

Kelompok

Kontrol 71,38 95,339

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa thitung > ttabel (6,516 >

2,000), ini berarti bahwa Ho ditolak. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri.

PEMBAHASAN

Setelah menganalisis data

post-test, diketahui bahwa sebaran data post-test kompetensi pengetahuan IPA

berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Dari hasil analisis diperoleh thitung = 6,516. Harga tersebut

kemudian dibandingkan dengan harga

ttabel dengan dk = 41 + 32 – 2 = 71 dan

taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh

harga ttabel= 2,000, karena thitung > ttabel

(6,516 > 2,000) maka Ho ditolak. Ini

berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri dan siswa yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri.

Secara deskriptif, rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih dari rerata nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol (X = 84,68 > X = 71,38). Berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) rerata kelompok eksperimen berada pada predikat Baik (B) sedangkan rerata kelompok kontrol berada pada predikat Cukup (C). Ini berarti bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa

(8)

8 kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Pelajaran 2016/2017.

Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri disebabkan karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Hal ini mengarahkan siswa untuk aktif baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak materi yang dijelaskan oleh guru.

Pada kelompok kontrol tidak diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri tetapi diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hampir mirip karena sama-sama menggunakan pendekatan saintifik, karena kurikulum 2013 mengharapkan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Tetapi, yang membedakan di kelompok eksperimen selain menggunakan pendekatan saintifik juga menggunakan model pembelajaran inkuiri yang menjadikan suasana belajar yang aktif, kreatif, menarik, dan tidak membosankan bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi, interaksi, minat, ketekunan, kerjasama antar siswa serta dapat mengaktifkan seluruh indera siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik saja sehingga pembelajaran terasa berulang-ulang dan kurangnya penggunaan model pembelajaran yang menyebabkan siswa kurang semangat dalam belajar.

Model pembelajaran inkuiri

memiliki kelebihan dalam

penerapannya pada pembelajaran. Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri adalah dapat membuat siswa aktif, memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya

belajar mereka, dan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. Penerapan pembelajaran inkuiri melibatkan seluruh komponen yang dimiliki oleh siswa untuk dapat

menemukan suatu proses

pembelajaran dalam pencapaian tujuan. Pembelajaran inkuiri dapat menumbuhkan sikap keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, dan keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses pembelajaran serta siswa dapat mengembangkan sikap percaya diri tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Pembelajaran inkuiri secara tidak langsung telah menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam pembelajaran adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Nonik (2016), dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Di Gugus Raden Ajeng Kartini Denpasar tahun pelajaran 2015/2016.

Berdasarkan pemaparan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen yaitu 84,68 dan berdasarkan PAP skala lima maka nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA

(9)

9 siswa pada kelompok eksperimen berada pada predikat Baik (B). Sedangkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata nilai kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol yaitu 71,38 dan Berdasarkan PAP skala lima maka nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok kontrol berada pada predikat Cukup (C). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t dengan dk = 71 pada taraf signifikansi 5% diperoleh thitung = 6,516 > ttabel =

2,000 maka Ho ditolak, yang berarti

terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri dengan yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri. Rerata kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol (84,68 > 71,38). Dengan demikian bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Letkol Wisnu Tahun Pelajaran 2016/2017.

Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu guru disarankan agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran

dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri sehingga tercipta

pembelajaran bermakna dan

menyenangkan bagi siswa. Siswa disarankan agar memanfaatkan kesempatan yang difasilitasi guru dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran inkuiri. Sekolah disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kondisi yang mampu memotivasi dan meningkatkan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan siswa sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum 2013, sehingga dapat

meningkatkan mutu dan kualitas sekolah menjadi lebih unggul dan inovatif. Peneliti lain disarankan agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A Gede. 2016. Statistika

Dasar Untuk Pendidikan.

Yogyakarta: Depublish

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan, Edisi 2,

Cetakan Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2016. Media

Pembelajaran, Edisi Revisi,

Cetakan Ke-Sembilan Belas. Jakarta: Rajawali

Daryanto. 2014. Pembelajaran Saintifik. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gava Media

Dapdikbud. 2013. Lampiran 1 Peraturan

Mentri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang

Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Tersedia pada http: www.academia.edu/8589374.ht ml (diakses tanggal 29 Desember 2016)

Depdikbud. 2014. Lampiran 1 Peraturan

Mentri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan

Menengah.

http://pgsd.uad.ac.id/wp- content/oploads/lampiran- permendikbud-no-103-tahun-2014.pdf (diakses tanggal 30

(10)

10 Desember 2016)

Depdikbud. 2014. Lampiran 1 Peraturan

Mentri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh

Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah, Tersedia

pada

http.www.disdik.kaltimprof.go.id. html (diakses tanggal 30 Desember 2016)

Kosasih, E. 2014. Strategi Balajar dan

Pembelajaran. Bandung: Yrama

Widya

Koyan, Wayan. 2007. Statistis Terapan. Undiksha

Sani, Berlin. 2016. Ragam

Pengembangan Model

Pembelajaran Untuk

Peningkatan Profesionalitas

Guru. Cetakan Ke-Empat.

Jakarta: Kata Pena

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Cetakan Ke-Lima. Jakarta: Kencana

Samatowa, Usman. 2011.

Pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar. Cetakan Ke-Dua.

Jakarata: Indeks

Setyosari, Punaji. 2015. Metode

Penelitian Pendidikan &

Pengembangan. Jakarta: PT

Kharisma Putra Utama

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar

Evaluasi Pendidikan.Cetakan

Ke-Tiga Belas. Jakarta: Rajawali Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Kuantitatif kualitatif Dan R&D.

Cetakan Ke-Empat

Belas.Bandung: Alfabeta

Sugiyon. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan Ke-Empat

Belas.Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2012. Metodelogi Penelitian

Pendidikan. Cetakan

Ke-Sebelas. Jakarta: Bumi Aksara Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar

Pembelajaran di Sekolah

Dasar.Cetakan Ke-Tiga.

Jakarata: Kencana

Tegeh, Made. 2013. Seminar Pendidikan. Cetakan Ke-Dua.

Gambar

Gambar 1 Diagram Batang Data  Kompetensi Pengetahuan IPA

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan analisis siswa yaitu dengan model inkuiri. Model inkuiri sendiri terbagi menjadi tiga jenis yaitu

Lestari, Dewi Ayu. Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Yogyakarta:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media

Dalam penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dikelas IV SDN 005 Rantau Panjang Kiri ada beberapa kelebihan yang peneliti temukan diantaranya adalah membuat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat baca dan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran inkuiri dengan kelompok

Penelitian yang dilakukan oleh Koida (2014) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Manggalai Dalam Pembelajaran IPA Khususnya Materi Gaya

Huwae, Telly Margaretha.Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Berbantu Papan Inkuiri Siswa Kelas IV SD Kristen Ngampin Kecamatan Ambarawa Tahun

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual di kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Adapun saran yang