• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN EKSPOR TEKSTIL PADA PT X, BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh VENNY OKTAVIANI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PEMASARAN EKSPOR TEKSTIL PADA PT X, BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh VENNY OKTAVIANI H"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN

EKSPOR TEKSTIL PADA PT ”X”,

BANDUNG, JAWA BARAT

Oleh

VENNY OKTAVIANI

H24104122

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN

EKSPOR TEKSTIL PADA PT “X”,

BANDUNG, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

VENNY OKTAVIANI

H24104074

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN EKSPOR TEKSTIL PADA PT ”X”,

BANDUNG, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

VENNY OKTAVIANI

Menyetujui, Bogor, Juli 2008

Dr. Ir. Arif Imam Suroso. MSc. Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar. MSc. Ketua Departemen Manajemen

(4)

ABSTRAK

Venny Oktaviani. H24104122. Analisis Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil Pada PT “X”, Bandung, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Arif Imam Suroso.

Nilai ekspor non migas Indonesia memiliki kontribusi terbesar terhadap total nilai ekspor nasional Indonesia. Komoditi yang menjadi penyumbang utama dalam ekspor non migas Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). PT “X” merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pertekstilan yang kegiatan usahanya terdiri dari pemintalan benang (spinning) dan pencelupan kain (dyeing) serta pemasaran kain rajut mentah. Nilai penjualan ekspor PT ”X” mengalami penurunan nilai penjualan selama beberapa tahun terakhir. Hal disebabkan oleh masalah persaingan dan kegiatan pemasaran ekspor perusahaan yang terlalu bergantung pada ketersediaan pesanan atau order dari pasar. Oleh karenanya, diperlukan suatu rumusan strategi pemasaran ekspor yang lebih tepat agar PT ”X” agar dapat menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut dan memanfaatkan peluang pasar ekspor TPT mancanegara secara lebih optimal. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran ekspor PT “X” (2) Memberikan alternatif strategi pemasaran ekspor yang lebih tepat untuk diterapkan oleh perusahaan.

Informasi dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari mewawancarai pihak perusahaan dan pihak-pihak terkait lainnya, serta pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder berupa studi literatur dan data-data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini diperoleh dari perpustakaan, data pemasaran perusahaanmaupun dari jurnal, buku, literatur, dan internet. Analisis menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

Dalam penelitian ini, teridentifikasi enam faktor yang berpengaruh pada penyusunan strategi pemasaran ekspor tekstil pada PT “X”, yaitu faktor harga produk, tingkat persaingan, karakteristik pasar, saluran distribusi, teknologi, dan kebijakan pemerintah mengenai ekspor tekstil. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam penyusunan strategi pemasaran ekspor PT “X” adalah faktor tingkat persaingan dengan bobot sebesar 0,319. Faktor kedua yang berpengaruh adalah karakteristik pasar dengan bobot sebesar 0,266. Selanjutnya faktor saluran distribusi menempati prioritas ketiga (0,136). Faktor teknologi dan harga produk sama-sama berada dalam prioritas keempat dengan bobot sebesar 0,121. Faktor kebijakan pemerintah mengenai ekspor tekstil menempati prioritas terakhir dengan nilai bobot sebesar 0,037.

Alternatif strategi pemasaran ekspor yang diprioritaskan pertama-tama ialah membentuk divisi riset pasar dan riset pesaing agar lebih siap menghadapi persaingan dan mengetahui kondisi pasar dengan bobot sebesar 0,357. Alternatif kedua yang dapat diprioritaskan perusahaan adalah meningkatkan kualitas dan mutu produk melalui kegiatan pengontrolan dan pengawasan yang ketat dengan bobot sebesar 0,261. Sementara alternatif ketiga dan keempat dalam urutan prioritas alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan adalah aktif memperkuat kemitraan dan kerjasama dengan agen dan melakukan strategi penetapan harga fleksibel, masing-masing dengan bobot sebesar 0,253 dan 0,130.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Venny Oktaviani dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 26 Oktober 1985 dari pasangan Alm. Bernadus Hartono dan Lily. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan tersebut. Penulis menempuh pendidikan TK dan SD di TK dan SD. Xaverius 1 Bandar Lampung, lalu melanjutkannya ke SLTP. Immanuel Bandar Lampung, dan kemudian lulus dari SMAN. 2 Bandar Lampung pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa SMA dan perkuliahan, penulis aktif mempelajari filsafat, sejarah Eropa dan Cina, serta apolegetika keKristenan. Selain itu, penulis juga menguasai bahasa Mandarin secara lisan maupun tulisan, bahasa

Hakka, bahasa Inggris, serta sedang dalam proses mempelajari bahasa Hokkien, Guang Dong, Italia, dan Latin Romawi. Di bidang bahasa

Mandarin, pada tahun 2007 penulis berpengalaman menjadi guru privat. Pada November 2006, penulis merampungkan penulisan sebuah buku autobiografi dan kumpulan pemikiran penulis berjudul “Veniism : Part I, The Beginning”.

(6)

KATA PENGANTAR

Skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil Pada PT “X”, Bandung, Jawa Barat” ini penulis persembahkan sebagai tugas akhir akademisnya di Departemen Manajemen Fakultas Manajemen dan Ekonomi. Berikut ini adalah ucapan terima kasih pada seluruh pihak yang memberikan sumbangsih pada penulisan skripsi ini, termasuk mereka yang paling terkasih di hati penulis :

1. Bpk. DR. Ir. Arif Imam Suroso M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, serta berbagai bentuk input dalam proses penyusunan dan penulisan skripsi ini.

2. Bpk. DR. Ir. Abdul Kohar Irwanto M.Sc. dan Bpk. Muhammad Najib S.Tp, M.M selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dalam pengujian dan penyempurnaan skripsi ini.

3. Kedua orangtua, Alm. Bernadus Hartono dan Lily atas segala kebaikan hati dan keberanian hidup yang mereka wariskan.

4. Ketiga pamanku, Djoni Susanto, Paulus Mardjuki, dan Harun, S.H atas keteladanan, kasih sayang, dan dorongan semangat yang tak pernah putus. 5. Pihak Manajemen PT “X” yang telah memberikan kesempatan dan dukungan bagi penulis dalam melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran ekspor tekstil.

6. Pihak API Jabar, STT Tekstil Bandung, dan Disperindag Jabar.

7. Bpk. Idris Haki, S.H beserta keluarga di Bandung (Ie-ie Susi, Michelle dan Billy) atas segala bantuannya dan kehangatannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Segala pihak, khususnya dari teman-teman manajemen 41 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu (Nurika Kurnia, Kiki, Ika&Yudha, Yosi, Dini, Irza, Anggie, Mitha&K.w., Betty, Eko&Rijki, Yuli, Andri&Andre, dll)

9. Dan kepada Yesus Kristus, yang mengawali dan mengakhiri perjalanan hidupku, segala rasa syukur dan terimakasihku takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan dan kasih karuniaNya.

(7)

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan membutuhkan penyempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran sangat penulis harapkan sebagai kajian untuk evaluasi dan perbaikan yang dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak.

Bogor, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 8

1.4 Manfaat ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tekstil dan Industri Tekstil ... 9

2.2 Pengertian Pemasaran ... 10

2.3 Definisi Ekspor dan Pemasaran Ekspor ... 10

2.4 Strategi Pemasaran ... 11

2.5 Segmentasi, Targeting, dan Positioning ... 11

2.6 Bauran Pemasaran ... 13

2.7 Proses Hirarki Analitik ... 17

2.8 Penelitian Terdahulu ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Kerangka Pemikiran ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Jenis dan Sumber Data ... 25

3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT ”X” ... 31

4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan PT ”X” ... 32

(9)

4.1.4 Profil Divisi Spinning PT ”X” ... 36

4.1.5 Profil Divisi Dyeing PT ”X” ... 40

4.1.6 Segmentasi, Targeting dan Positioning PT ”X” ... 42

4.1.7 Bauran Pemasaran PT ”X” ... 43

4.1.8 Penjualan Ekspor PT ”X” ... 50

4.2 Analisis Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil PT ”X” 4.2.1 Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Strategi Pemasaran Ekspor ... 54

4.2.2 Aktor yang Berperan dalam Pengambilan Keputusan Strategi Pemasaran Ekspor Perusahaan ... 57

4.2.3 Tujuan Stategi Pemasaran Ekspor Perusahaan ... 59

4.2.4 Alternatif Strategi Pemasaran Ekspor Perusahaan ... 60

4.3 Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil PT ”X” ... 60

4.3.1 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal Antar Elemen Pada Tingkat 3 (Elemen Aktor Penyusun Strategi Pemasaran Ekspor Perusahaan) ... 64

4.3.2 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal Antar Elemen Pada Tingkat 4 (Elemen Tujuan Strategi Pemasaran Ekspor Perusahaan) ... 69

4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal Antar Elemen Pada Tingkat 5 (Elemen Alternatif Strategi Pemasaran Ekspor Perusahaan) ... 71

4.3.4 Hasil Pengolahan Data Secara Vertikal Dalam PHA Terhadap Faktor-faktor Penyusun Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil PT “X” ... 73

4.3.5 Hasil Pengolahan Data Secara Vertikal Dalam PHA Terhadap Aktor yang Berperan Dalam Pengambilan Keputusan Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil PT “X” ... 75

4.3.6 Hasil Pengolahan Data Secara Vertikal Dalam PHA Terhadap Tujuan Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil PT “X” ... 77

4.3.7 Hasil Pengolahan Data Secara Vertikal Dalam PHA Terhadap Alternatif Strategi Pemasaran Ekspor Tekstil PT “X” ... 78

4.4 Implikasi Manajerial ... 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Ringkasan profil industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ... 3

2. Nilai skala banding berpasangan ... 28

3. Nilai Rasio Inkonsistensi ... 30

4. Jenis produk benang pintal Divisi Spinning PT ”X” ... 44

5. Perkembangan rata-rata Harga Pokok Penjualan (HPP) benang pintal dalam US$/bal ... 46

6. Nilai dan persentase penjualan ekspor langsung dan penjualan ekspor melalui agen periode tahun 2004-2007 ... 47

7. Agen, asal negara, dan kontribusi nilai penjualan yang dihasilkan dalam periode tahun 2004-2007 (dalam US$) ... 48

8. Nilai penjualan ekspor dan lokal PT ”X” periode tahun 2004-2007 (dalam US$) ... 50

9. Kontribusi produk PT ”X" terhadap total nilai penjualan ekspor perusahaan periode tahun 2004-2007 ... 52

10. Nilai dan persentase penjualan ekspor produk PT ”X” ke sejumlah negara tujuan ekspor periode tahun 2004-2007 ... 53

11. Susunan bobot hasil pengolahan horizontal antar elemen pada tingkat 3 ... 65

12. Susunan bobot hasil pengolahan horizontal antar elemen pada tingkat 4 ... 70

13. Susunan bobot hasil pengolahan horizontal antar elemen pada tingkat 5 ... 71

14. Bobot dan prioritas faktor-faktor penyusunan strategi pemasaran ekspor tekstil PT ”X” ... 73

15. Bobot dan prioritas aktor yang berperan dalam pemilihan strategi pemasaran ekspor tekstil PT ”X” ... 76

16. Bobot dan prioritas tujuan strategi pemasaran ekspor tekstil PT ”X” ... 77

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Nilai ekspor non migas dan kontribusinya terhadap total ekspor

Indonesia periode tahun 2003-2007 ... 1

2. Nilai ekspor TPT dan kontribusinya terhadap total ekspor non migas Indonesia periode tahun 2003-2007 ... 2

3. Nilai penjualan TPT Indonesia di pasar lokal periode 2003-2007 ... 4

4. Negara tujuan ekspor TPT Indonesia tahun 2007 ... 4

5. Penyebaran perusahaan TPT di Indonesia berdasarkan wilayah provinsi tahun 2007 ... 5

6. Nilai penjualan ekspor dan lokal PT “X” periode tahun 2004-2007 ... 6

7. Skema kerangka pemikiran ... 24

8. Contoh Model Struktur Hirarki PHA ... 27

9. Diagram alir proses produksi Divisi Spinning PT ”X” ... 37

10. Diagram alir proses produksi Divisi Dyeing PT “X” ... 41

11. Persentase penjualan ekspor dan lokal PT ”X” periode tahun 2004-2007 (dalam US$) ... 51

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Struktur Organisasi PT ”X” ... 88

2. Kuesioner Penelitian ... 89

3. Matriks Pendapat Gabungan Antar Elemen Berbagai Tingkatan ... 101

4. Hasil Pengolahan Horizontal PHA ... 104

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai ekspor nasional adalah salah satu indikator ekonomi yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan ekspor dalam perekonomian Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari ekspor non migas yang memiliki kontribusi terbesar dalam ekspor nasional Indonesia. Nilai ekspor non migas serta kontribusinya yang terus meningkat selama periode tahun 2003-2007 secara lengkap tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Nilai ekspor non migas dan kontribusinya terhadap total ekspor Indonesia periode tahun 2003-2007 (Kamar Dagang dan

Industri Indonesia, 2008)

Komoditi yang menjadi penyumbang utama dalam komponen ekspor non migas Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Pada periode tahun 2003-2006, sektor TPT merupakan penghasil devisa terbesar untuk kelompok ekspor komoditi non migas Indonesia. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai ekspor TPT dari tahun 2003-2007 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 10,6%. Pada periode yang sama, persentase kontribusi sektor

47,4 55,2 66,4 79,5 91,9 77,7% 77.9% 77,6% 78,9% 80% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 20 40 60 80 100 2003 2004 2005 2006 2007 Persentase USD Miliar Tahun

(14)

TPT terhadap total ekspor non migas terus mengalami penurunan. Hal tersebut terutama disebabkan karena menguatnya kontribusi sektor lain yang termasuk dalam kelompok komoditi non migas.

Pada tahun 2007 sektor TPT memberikan kontribusi sebesar 10,95 % terhadap total devisa ekspor komoditi non migas Indonesia atau 8,82% terhadap total devisa ekspor Indonesia. Perolehan ini menempatkan TPT sebagai penghasil devisa kedua terbesar dalam kelompok komoditi non migas pada tahun 2007. Penghasil devisa terbesar pada tahun 2007 adalah komoditi lemak dan minyak hewan/nabati yang menghasilkan devisa sebesar US$ 10,23 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 68,5% dibanding tahun sebelumnya akibat adanya lonjakan permintaan dari pasar mancanegara.

Gambar 2. Nilai ekspor TPT dan kontribusinya terhadap total ekspor non migas Indonesia periode tahun 2003-2007 (Kamar Dagang dan

Perindustrian Indonesia, 2008)

Profil industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mengalami peningkatan kinerja yang cukup baik sepanjang periode 2003-2007. Perbaikan kinerja tersebut ditandai dengan terjadinya peningkatan kapasitas produksi, peningkatan daya serap tenaga kerja, peningkatan nilai investasi

7,03 7,64 8,6 9,47 10,06 14.8%% 13.8% 12.95% 11.9% 10.95% 10% 12% 14% 16% 5 6 7 8 9 10 11 2003 2004 2005 2006 2007 Persentase USD Miliar Tahun

(15)

industri, dan adanya pertumbuhan ekspor. Kapasitas produksi secara nasional di tahun 2007 meningkat sebesar 3,67% dari kapasitas produksi tahun 2006.

Peningkatan tersebut memberikan dampak cukup baik terhadap penyerapan tenaga kerja secara nasional. Pada tahun 2007, tenaga kerja yang terserap oleh industri TPT adalah sebesar 1.200.842 tenaga kerja. atau sebesar 1,8% dari jumlah keseluruhan tenaga kerja yang terserap diberbagai sektor perekonomian Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2008). Profil industri TPT Indonesia secara lengkap tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan profil industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia

DESKRIPSI SATUAN 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Perusahaan Unit 2.654 2.661 2.656 2.669 2.704 Nilai Investasi

Miliar

Rupiah 132.355 132.362 132.381 135.677 137.835 Tenaga Kerja Orang 1.182.871 1.184.079 1.176.183 1.194.736 1.200.842 Kapasitas Produksi

Ribuan

Ton 5.789 6.021 6.030 6.106 6.330 Ekspor

Nilai Juta US$ 7033 7647 8603 9475 10063 Volume Ribu Ton 1773 1626 1794 1877 1872 Impor

Nilai Juta US$ 1673 1720 1606 1585 2050 Volume Ribu Ton 962 880 851 949 993 Net

Ekspor

Nilai Juta US$ 5360 5929 6997 7872 8013 Volume Ribu Ton 811 764 943 930 879

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

Ekspor TPT ke pasar internasional dipandang memiliki pangsa pasar yang lebih baik dibandingkan pangsa pasar di dalam negeri. Hal tersebut disebabkan konsumsi tekstil di dalam negeri pada tahun 2007 hanya 5,3 kg/kapita/tahun, jauh dibawah rata-rata konsumsi tekstil dunia yang mencapai 8,48 kg/kapita/tahun (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008b). Rendahnya tingkat konsumsi dalam negeri serta maraknya impor ilegal di pasar domestik menyebabkan ketidakstabilan penjualan TPT Indonesia di pasar lokal. Pada tahun 2007, kontribusi penjualan TPT Indonesia ke pasar lokal hanya sebesar 16,4% dari total keseluruhan penjualan TPT Indonesia. Sementara, ekspor TPT Indonesia mendominasi total keseluruhan penjualan TPT Indonesia sebesar 83,6%. Grafik nilai penjualan TPT Indonesia di pasar lokal tersaji pada Gambar 3.

(16)

Gambar 3. Nilai penjualan TPT Indonesia di pasar lokal periode 2003-2007

( Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008a)

Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pada awal tahun 2007 industri TPT Indonesia memasok 1,8% dari total konsumsi TPT dunia. Ekspor tekstil Indonesia berada di peringkat 11 dunia dan menempati peringkat 9 untuk ekspor pakaian jadi. Sebagian besar produk tekstil Indonesia diekspor ke Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang.

Gambar 4. Negara tujuan ekspor TPT Indonesia tahun 2007

(Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008 a)

Total nilai ekspor TPT Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar US$ 10,06 miliar. Nilai yang dihasilkan dari ekspor ke pasar Amerika Serikat adalah sebesar US$ 4,206 miliar atau 42% dari total nilai ekspor TPT Indonesia. Ekspor TPT Indonesia ke pasar Uni Eropa dan Jepang menghasilkan nilai ekspor sebesar US$ 1,65 miliar dan US$ 514 juta, dengan persentase nilai ekspor terhadap total nilai ekspor Indonesia masing-masing sebesar 16% dan 5% 2952 3487 1605 2427 1970 0 1000 2000 3000 4000 2003 2004 2005 2006 2007 USD Juta Tahun 42% Amerika Serikat 16% Uni Eropa 5% Jepang 37% Negara lainnya

(17)

Posisi dan daya saing TPT Indonesia yang cukup baik di pasar dunia mendorong peningkatan investasi dan jumlah perusahaan TPT di Indonesia. Tercatat pada tahun 2007, terdapat 2.704 perusahaan TPT dengan total investasi Rp. 137,8 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 1,3% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 2.669 perusahaan.

Gambar 5. Penyebaran perusahaan TPT di Indonesia berdasarkan wilayah provinsi tahun 2007 (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008 a) PT ”X” merupakan salah satu perusahaan TPT Indonesia yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan data penyebaran perusahaan TPT di Indonesia tahun 2007 yang tersaji pada Gambar 9, provinsi Jawa Barat merupakan sentra industri TPT Indonesia. Kegiatan usaha PT ”X” meliputi pemintalan benang (spinning), pencelupan kain warna (dyeing) dan pemasaran kain rajut mentah. Produk benang pintal mendominasi penjualan ekspor perusahaan dengan total konribusi mencapai 98% terhadap keseluruhan nilai ekspor PT ”X”.

PT ”X” memusatkan target pasarnya terhadap pasar ekspor mancanegara. Hal tersebut disebabkan oleh impor ilegal TPT yang menguasai 71% pangsa pasar TPT di pasar dalam negeri, serta terbukanya peluang pasar bagi pemenuhan TPT mancanegara yang tercermin dalam tingkat konsumsi TPT mancanegara sebesar 8,48 kg/kapita daripada tingkat konsumsi dalam negeri yang hanya sebesar 5,4 kg/kapita (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008 b). 57% Jawa Barat 17% DKI Jakarta 14% Jawa Tengah 6% Jawa Timur 3% Bali 2% Sumatera 1% Yogyakarta

(18)

Gambar 6. Nilai penjualan ekspor dan lokal PT ”X” periode tahun 2004- 2007 dalam US$ (PT ”X”, 2008)

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai penjualan ekspor PT ”X” pada tahun 2005 sebesar US$ 8,397 juta dan mengalami kenaikan sebesar 137,38% bila dibandingkan nilai penjualan ekspor pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2006, nilai penjualan ekspor turun sebesar -14,6% dibandingkan nilai penjualan ekspor tahun 2005. Dan pada tahun 2007 nilai penjualan ekspor kembali mengalami penurunan sebesar -30,9 % dibandingkan nilai penjualan ekspor tahun 2006.

Berdasarkan data di atas, nilai penjualan ekspor PT ”X” mengalami penurunan selama dua tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh berkurangnya permintaan dari pasar ekspor terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh PT ”X”. Kapasitas produksi benang pintal PT ”X” pada tahun 2007 adalah sebesar 32.000 bal (1 bal = 181,4 kg), sementara total jumlah permintaan dari pasar lokal maupun ekspor pada tahun yang sama hanya sebesar 27.500 bal. Jumlah permintaan benang pintal dari pasar lokal pada tahun 2006 adalah sebesar 10.100 bal dan mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi sebesar 15.110 bal. Sementara permintaan benang pintal dari pasar ekspor pada tahun 2007 turun menjadi 12.390 bal dibandingkan permintaan tahun sebelumnya yang mencapai 17.950 bal. Produk PT ”X” lainnya yaitu kain rajut mentah juga mengalami penurunan nilai penjualan ekspor dari tahun 2006 sebesar US$ 115.210,5 menjadi US$ 99.135 pada tahun 2007. 7,517 7,153 4,035 6,845 3,537 8,397 7,173 4,956 0 3 6 9 2004 2005 2006 2007 USD Juta Tahun

(19)

Berkurangnya permintaan dari pasar ekspor terhadap produk-produk PT ”X” disebabkan karena masalah persaingan dengan produsen TPT lokal dan mancanegara. Pesaing utama PT ”X” ialah produsen TPT asal Cina, India, dan Vietnam. Produsen TPT Cina dan India masing-masing menguasai 51% dan 13% dari total keseluruhan pangsa pasar TPT dunia. Sementara di pasar Amerika Serikat, pada tahun 2007 TPT asal Vietnam naik ke posisi empat nilai penjualan TPT dengan total penjualan sebesar US$ 4,5 miliar, mengeser posisi TPT Indonesia dari posisi ke empat pada tahun 2006 menjadi ke lima pada tahun 2007 dengan penjualan sebesar US$ 4,2 miliar (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008 a).

Penurunan nilai penjualan ekspor PT ”X” pada tahun 2006 dan 2007 juga disebabkan oleh pemasaran ekspor perusahaan yang terlalu bergantung pada ketersediaan pesanan atau order dari pasar. Berdasarkan kondisi tersebut, perusahaan memerlukan perumusan strategi pemasaran ekspor yang lebih tepat. Strategi pemasaran ekspor tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing perusahaan di pasar TPT mancanegara dan memacu kegiatan pemasaran ekspor yang lebih aktif agar perusahaan tidak terlalu bergantung pada ketersediaan pesanan atau order dari pasar.

1.2 Perumusan Masalah

PT ”X” sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri TPT di Indonesia, saat ini dihadapkan pada masalah persaingan dari produsen TPT lokal dan mancanegara serta pemasaran ekspor saat ini yang terlalu bergantung pada ketersediaan pesanan atau order dari pasar. Dalam menghadapi kondisi tersebut, diperlukan suatu rumusan strategi pemasaran ekspor yang lebih tepat agar PT ”X” selaku salah satu perusahaan tekstil Indonesia dapat menghadapi permasalahan tersebut dan memiliki keunggulan daya saing di pasar mancanegara.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut di atas, maka terdapat beberapa masalah yang dapat dikemukan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi pemasaran ekspor perusahaan?

(20)

2. Alternatif strategi pemasaran ekspor apa yang sesuai untuk dilaksanakan oleh PT ”X”?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan adanya permasalahan yang terjadi pada PT ”X” maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran ekspor tekstil pada PT ”X”

2. Memberikan alternatif strategi pemasaran ekspor yang lebih tepat untuk diterapkan oleh PT ”X”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan kepada pihak perusahaan, terutama dalam rangka penerapan strategi pemasaran ekspor yang lebih tepat bagi perusahaan. Selain itu, penelitian ini berguna bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diterima selama perkuliahan. Penulis juga berharap penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terhadap strategi pemasaran ekspor tekstil ini difokuskan pada kegiatan pemasaran ekspor perusahaan dan tahapan awal proses strategi pemasaran yaitu tahap perumusan strategi yang menghasilkan rekomendasi strategi pemasaran ekspor bagi perusahaan. Hasil dari perumusan strategi tersebut dimaksudkan untuk memberi masukan dan sebagai bahan pertimbangan, sedangkan tahap implementasi dan evaluasi strategi di perusahaan merupakan wewenang penuh dari pihak PT ”X”.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekstil dan Industri Tekstil

Tekstil berasal dari bahasa Latin, textilis yang berarti tenunan. Menurut Collier dan Phyllis (2001) tekstil berarti material fleksibel (kain) yang dibuat dengan cara ditenun atau dirajut, dan dapat juga mengacu pada serat atau benang yang digunakan dalam proses perajutan atau pertenunan. Sementara produk tekstil (apparel) berarti hasil dari proses lanjutan tekstil lembaran yang salah satu produknya antara lain adalah pakaian jadi untuk keperluan individu. Menurut pengertian dari Kementrian Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia (2001) yang dimaksud Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) adalah serat, benang, tekstil lembaran, pakaian jadi, dan barang lain yang terbuat dari tekstil.

Industri tekstil yang berkembang selama ini merupakan satu kesatuan kegiatan yang terdiri dari (Hartanto dan Watanabe, 1993) :

a. Industri pembuatan serat b. Industri pemintalan (spinning)

c. Industri pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) d. Industri finishing (dyeing dan printing)

e. Industri pembuatan pakaian jadi

Industri pembuatan serat adalah industri yang mengolah bahan dasar sintesis yang berasal dari minyak bumi yang dikenal dengan nama chip untuk dijadikan serat-serat sintesis. Serat sintesis dan serat alam akan diolah lebih lanjut pada industri pertenunan, benang-benang ini akan ditenun sehingga menghasilkan kain mentah (grey). Untuk mendapatkan kain atau benang dengan warna yang sesuai, maka dilakukan proses pencelupan warna. Jika diinginkan suatu motif tertentu, maka dilakukan proses printing. Proses pencelupan warna dan printing tersebut digolongkan sebagai industri

finishing. Setelah melewati beberapa tahapan tersebut, maka akan diperoleh

(22)

2.2 Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (2002) pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut definisi ini, pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui suatu proses pertukaran, di mana pertukaran tersebut dapat berupa pertukaran barang dengan uang, dan semua bentuk kombinasi lainnya dari pertukaran.

Sedangkan menurut Rangkuti (2005) pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.

Earl S. Fullbrook dalam Amir M.S (2004) mendefinisikan pemasaran sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan pengusaha dalam menyampaikan suatu komoditi maupun jasa dari produsen kepada konsumen. Menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000) pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran.

2.3 Definisi Ekspor dan Pemasaran Ekspor

Menurut Amir M.S (2004) ekspor adalah kegiatan memasok suatu komoditi ke negara lain atau kepada orang asing, dengan mengharapkan pembayaran menggunakan valuta asing, dan kadangkala terpaksa berkomunikasi dengan bahasa asing. Sedangkan pemasaran ekspor adalah penjualan suatu komoditi ke negara lain dengan kondisi yang sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera pembeli di pasar sasaran ekspor (Amir M.S, 2004). Dalam pengertian tersebut, pemasaran ekspor merupakan

(23)

pemasaran yang berorientasi pada selera pelanggan dan kondisi lingkungan, di mana perusahaan memproduksi komoditinya sesuai dengan keinginan dan selera pembeli.

2.4 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan, dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu pada masing-masing tingkatan dan acuan, serta alokasi sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri, 1999). Menurut McCarthy dalam Kotler (2000) strategi pemasaran adalah strategi yang disatukan, luas, terintegrasi, dan komperhensif yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan pemasaran yang tepat oleh organisasi.

Sedangkan menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000) strategi pemasaran adalah keputusan-keputusan yang saling berkaitan tentang bagaimana mendefinisikan segmen pasar, segmen mana yang ditargetkan, model dan tampilan mana yang dimasukan dalam lini produk, promosi, harga, dan layanan penyalur. Kotler (2000) menyebutkan bahwa penerapan strategi pemasaran yang tepat dapat memberikan dampak jangka panjang yang positif bagi perusahaan, terutama dalam hal mempertahankan pelanggan, penguasaan pangsa pasar yang ada, serta menghadapi persaingan.

2.5 Segmentasi, Targeting, Positioning

Segmentasi, Targeting, Positioning (STP) merupakan penjabaran konseptual dari strategi pemasaran yang mencakup pengidentifikasian basis segmentasi, membuat ukuran dari daya tarik pasar, serta menentukan posisi untuk setiap segmen pasar yang telah dipilih (Amir, 2005). Menurut Kotler (2000), produsen pada dasarnya melakukan penciptaan sekaligus penyerahan nilai. Proses penciptaan dan penyerahan nilai kepada konsumen digabungkan dalam bentuk Segmentasi, Targeting, Positioning (STP).

(24)

Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Sebuah perusahaan tidak dapat melayani seluruh pelanggan di pasar yang sangat luas. Pelanggan terlalu banyak dan tuntutan pembelian mereka berbeda-beda. Perusahaan perlu mengidentifikasi segmen pasar yang dapat dilayaninya secara paling efektif (Kotler, 2000).

Menurut Kasali (2003), segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar, sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar. Bagaimana menyeleksi pasar tergantung atau sangat ditentukan oleh bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri. Dengan demikian pasar yang dapat dilihat oleh dua orang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda akan menghasilkan peta yang berbeda pula. Segmentasi adalah proses mengkotak-kotakan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok “potential costumer” yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya (Kasali, 2003). Apabila segmentasi telah dilakukan, maka perusahaan melakukan pemilihan segmen atau segmen-segmen mana yang akan dimasuki. Pemilihan segmen ini disebut targeting. Adanya

targeting ini berarti merupakan upaya menempatkan sumberdaya perusahaan

secara berdaya guna.

Targeting merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih

satu dari segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Menurut Kotler (2004), bahwa dalam memilih segmen mana yang dijadikan sasaran, perusahaan dapat memilih untuk memusatkan perhatian pada satu segmen, beberapa segmen produk yang spesifik, pasar yang spesifik, atau seluruh pasar (Kotler, 2004).

Menurut Umar (2003) terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan targeting. Ketiga faktor tersebut adalah ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan struktural segmen, serta sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Menurut Trout (2004), Positioning adalah bagaimana anda mendeferensiasikan diri anda dalam benak konsumen.

Positioning juga merupakan kerangka bagaimana kepala manusia bekerja

(25)

untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk dan merek yang ditawarkan mengandung arti tertentu yang dalam berbagai segi mencerminkan keunggulan terhadap produk atau merek dalam hubungan asosiatif. Dengan demikian Positioning berkaitan dengan bagaimana produsen memposisikan produk dan mereknya diantara pesaing dan memposisikan produknya dengan merek dibenak konsumen atau pelanggan (Kasali, 2003).

Menurut Kotler (2000), penentuan posisi (positioning) adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi yang terbedakan (di antara pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Produk harus didesain berdasarkan Positioning yang diharapkan di dalam pikiran; Positioning harus diputuskan sebelum produk tersebut didesain. Menurut Amir (2005), unsur-unsur pembeda yang dapat ditonjolkan dalam penentuan posisi (positioning) produk suatu perusahaan antara lain terdapat pada karakteristik produk, pelayanan, citra (image), serta sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan.

2.6 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran menurut Kotler (2000) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaannya dalam pasar sasaran. Menurut Amir (2005), bauran pemasaran atau marketing

mix merupakan alat untuk mengimplementasi rumusan strategi pemasaran

yang telah ditetapkan perusahaan.

Dalam pemasaran, bauran pemasaran merupakan alat yang dapat digunakan produsen untuk mempengaruhi sikap dan tindakan konsumen. Menurut McCarthy dalam Kotler (2000) bauran pemasaran atau marketing

mix merupakan kumpulan variabel produk (product), harga (price), saluran

distribusi (place), dan promosi (promotion). 1. Product (Produk)

Produk menurut Kotler (2000) adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Berdasarkan jenis kepentingannya, Kotler

(26)

(2000) membagi produk menjadi tiga jenis produk yaitu produk inti, produk aktual, dan produk tambahan.

1) Produk inti adalah produk yang dikonsumsi karena manfaat yang dimiliki produk itu sendiri

2) Produk aktual adalah segala sesuatu yang menjadi tambahan faktor penambah nilai di mata konsumen dan lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih, seperti gaya, kemasan, corak, mutu, dan merek.

3) Produk tambahan ialah produk yang menjadi penambah nilai produk tersebut di mata konsumen karena fasilitas yang diberikan oleh penjual, seperti pengiriman dan kredit, pelayanan purna jual, serta jaminan garansi.

Sementara itu, berdasarkan siapa konsumen yang membeli, terdapat dua macam barang, yaitu:

1) Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis.

2) Barang industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis) untuk keperluan selain dikonsumsi langsung, yaitu untuk diubah atau diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali (oleh produsen) ataupun untuk dijual kembali (oleh pedagang) tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi).

2. Price (Harga)

Menurut Umar (2001) harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.

Menurut Tjiptono (2005), strategi penetapan harga dapat dikelompokan menjadi delapan kelompok, yaitu :

(27)

a. Skimming pricing, yaitu strategi yang menetapkan harga tinggi pada suatu produk baru.

b. Penetration pricing, yaitu strategi yang menetapkan harga rendah pada suatu produk baru.

2) Strategi penetapan harga produk yang sudah mapan

Strategi penetapan harga yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu mempertahankan harga, menurunkan harga, dan menaikkan harga. 3) Strategi fleksibilitas harga

a. Strategi satu harga (harga tunggal), yaitu harga yang diberikan sama kepada pelanggan yang membeli produk dengan kualitas dan kuantitas produk yang sama pada kondisi yang sama pula.

b. Strategi penetapan harga fleksibel, yaitu harga yang diberikan berbeda kepada pelanggan yang berbeda untuk produk dan kualitas yang sama.

4) Strategi penetapan harga lini produk

Strategi yang dilakukan dengan cara menetapkan harga suatu lini produk berdasarkan hubungan dan dampak setiap produk terhadap lininya, apakah kompetitif atau komplementer.

5) Strategi leasing

Suatu kontrak persetujuan antara pemilik aktiva dan pihak kedua yang memanfaatkan aktiva tersebut untuk jangka waktu tertentu.

6) Strategi bundling-pricing

Strategi yang memasukkan harga ekstra untuk menutupi bermacam-macam fungsi dan jasa pendukung yang dibutuhkan untuk menjual dan mempertahankan produk selama masa manfaatnya.

7) Strategi kepemimpinan harga

Strategi yang digunakan oleh pemimpin pasar dalam suatu industri untuk melakukan perubahan harga yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut.

(28)

Strategi yang dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga serendah mungkin untuk produk baru, dengan tujuan untuk meraih pangsa pasar.

3. Place (Tempat/Distribusi)

Place (Tempat/Distribusi) menunjukan berbagai kegiatan yang dilakukan

oleh produsen untuk menjadikan suatu produk yang dihasilkan dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen (Angipora, 2002).

Saluran pemasaran adalah rangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2000).

Dilihat dari jauh pendeknya rantai distribusi, saluran distribusi dikelompokan menjadi dua (Kotler, 2000) yaitu :

1) Saluran distribusi langsung, yaitu saluran distribusi dimana produk dari produsen langsung ke tangan konsumen tanpa penyalur.

2) Saluran distribusi tidak langsung, yaitu perusahaan dalam mendistribusikan produknya menggunakan penyalur/agen perantara dan juga pengecer sebelum sampai ke tangan konsumen.

Menurut Angipora (2002) ada dua macam alternatif distribusi yang digunakan dan didasarkan pada jenis barang dan segmen pasarnya, yaitu 1) Saluran distribusi barang konsumsi, ditujukan untuk segmen pasar

konsumen.

2) Saluran distribusi barang industri, ditujukan untuk segmen pasar industri.

Terdapat empat macam saluran distribusi barang industri, yaitu (Angipora, 2002):

1) Produsen langsung ke pemakai industri.

2) Produsen ke distributor industri, lalu disalurkan ke pemakai industri. 3) Produsen ke agen, lalu ke distributor industri, kemudian disalurkan

ke pemakai industri.

(29)

4. Promotion (Promosi)

Promotion (Promosi) adalah salah satu kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat produknya dan untuk menyakinkan pelanggan agar membeli produk tersebut (Kotler, 2000). Menurut Kotler (2000) bauran promosi terdiri dari lima cara utama yaitu : 1) Periklanan, yaitu semua bentuk presentasi non personal dan promosi

ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat pembayaran.

2) Promosi penjualan, yaitu insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan dalam mencoba atau membeli produk atau jasa.

3) Pemasaran langsung melalui penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respon dari pelanggan atau calon pelanggan tertentu. 4) Penjualan personal, yaitu interaksi langsung antar satu atau lebih

calon pembeli dengan tujuan melakukan pembelian.

5) Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.

2.7 Proses Hirarki Analitik

Salah satu metode yang digunakan oleh pengambil keputusan untuk dapat memahami kondisi suatu sistem dan melakukan proses pengambilan keputusan adalah Proses Hirarki Analitik. Metode ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dan ditujukan untuk memodelkan problema-problema tidak terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun sains manajemen.

Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) yang akan digunakan dalam penelitian ini, mencoba menyederhanakan permasalahan yang kompleks dan menunjukan prioritas untuk suatu kriteria dan alternatif yang diturunkan dari hasil komparasi berpasangan dengan cara menentukan dan menginterpretasikan konsistensi dari penilaian pendapat kualitatif ke pendapat kuantitatif. Kerangka ini akan mempermudah dalam menstratifikasikan permasalahan dan informasi yang tersedia.

(30)

Tiga prinsip dasar Proses Hirarki Analitik (Saaty, 1991) :

a. Menggambarkan dan menguraikan secara hirarki yang kita sebut menyusun secara hirarki, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur terpisah.

b. Perbedaan prioritas dan sintesis, yang kita sebut penetapan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.

c. Konsisten logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Menurut Saaty (1991), keuntungan penggunaan metode PHA adalah : 1) Memberi suatu model yang luwes terhadap semua permasalahan.

2) Mensintensis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.

3) Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan pemilihan alternatif terbaik.

4) Menuntun ke arah suatu taksiran menyeluruh terhadap kebaikan setiap alternatif.

5) Melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

6) Dapat menangani saling ketergantungan antar faktor dalam suatu sistem. 7) Memadukan ancangan deduktif dan ancangan sistem berdasarkan sistem

dan masalah yang kompleks.

Sedangkan kelemahan penggunaan metode ini adalah :

a. Jika Rasio Inkonsistensi (RI) lebih besar dari 0,1, maka mutu informasi harus diperbaiki dengan revisi penggunaan pertanyaan maupun melakukan pengisian ulang kuesioner.

b. Responden adalah orang-orang yang mengetahui, menguasai, dan mempengaruhi pengambilan kebijakan atau mengetahui informasi yang dibutuhkan.

(31)

Secara khusus PHA dapat digunakan untuk persoalan keputusan seperti :

1) Menetapkan prioritas

2) Menghasilkan seperangkat alternatif 3) Memilih alternatif kebijakan yang terbaik 4) Menetapkan berbagai persyaratan

5) Mengalokasikan sumber daya 6) Memecahkan konflik

2.8 Penelitian Terdahulu

Usama (1999) melakukan penelitian strategi pemasaran internasional pada produsen Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jawa Barat. Permasalahan pokok yang diteliti di dalam studi ini adalah untuk meningkatkan ekspor tekstil dan produk tekstil di Jawa Barat. Dari hasil analisis dan pembahasan mengenai alternatif strategi pemasaran, maka dapat disimpulkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil Indonesia pertumbuhannya tinggi, tetapi pangsa pasarnya kecil sekali bila dibandingkan dengan negara yang lain. Oleh karena itu, sudah saatnya eksportir TPT di Jawa Barat pada khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk melakukan pemasaran yang aktif, yaitu tidak menunggu order dari pembeli, tetapi justru berusaha untuk mencari pesanan baru. Selain itu, sebaiknya para eksportir membuka pasar baru seperti Jepang, Timur Tengah dan Afrika.

Saputra (2006) melakukan penelitian mengenai formulasi strategi perusahaan tekstil (studi kasus PT Unitex Tbk, Bogor). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa strategi terbaik yang dapat diterapkan perusahaan untuk meningkatkan kinerja usahanya dan pengembangan perusahaan di masa datang adalah dengan meningkatkan fungsi penelitian

dan menempatkan departemen litbang secara khusus (independen). Firdaus (2007) melakukan penelitian analisa daya saing dan

faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kekuatan penawaran ekspor Indonesia yang dicerminkan oleh kekuatan daya saing dari

(32)

industri TPT Indonesia masih dibawah kekuatan daya saing industri TPT Cina. Melalui penelitian tersebut, terlihat bahwa daya saing pakaian jadi, kain lembaran, dan benang asal Indonesia lebih rendah daripada daya saing pakaian jadi, kain lembaran, dan benang asal Cina dalam memberikan kontribusi ekspor pada masing-masing negara yang bersangkutan. Lebih lanjut penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang, penurunan ekspor kain dan benang Indonesia ke pasar Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai tukar rupiah. Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor, harga domestik, dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.

Penelitian-penelitian di atas merupakan penelitian yang berkaitan dengan komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Di bawah ini dapat dilihat beberapa penelitian terdahulu mengenai strategi pemasaran dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

Rimadini (1998) menganalisis pengambilan keputusan strategi

marketing mix melalui pendekatan PHA pada perusahaan rokok PT BAT

Indonesia Tbk. Berdasarkan analisis hirarki pengambilan keputusan strategi bauran pemasaran diketahui bahwa tujuan yang paling diprioritaskan oleh perusahaan adalah kesejahteraan bagi para pemegang saham yang dituangkan dalam bentuk deviden/laba yang dibagikan. Faktor harga merupakan faktor bauran pemasaran dengan prioritas terbesar. Harga yang ditetapkan adalah harga di atas market leader. Faktor yang mendapatkan prioritas kedua adalah distribusi/retailer, agar produk dapat lebih tersebar ke seluruh wilayah. Prioritas berikutnya adalah elemen produk dan elemen promosi.

Susanti (2002) melakukan penelitian terhadap produk Nata de Coco di PT Halilintar Bahana Prima (PT HBP). Penelitian tersebut dilakukan dengan metode PHA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tujuan yang paling diprioritaskan dari pelaksanaan strategi bauran pemasaran perusahaan adalah penguasaan pangsa pasar. Tujuan kedua, ketiga, dan keempat adalah meningkatkan penjualan, efisiensi biaya pemasaran, dan keuntungan pemegang saham. Saran yang diberikan peneliti adalah

(33)

pemantapan jaringan distribusi, perbaikan kemasan produk, dan peningkatan produksi.

Marsudi (2003) melakukan analisis pengambilan strategi bauran pemasaran minyak goreng sawit merek Cap Sendok pada PT Astra Argo Lestari, Tbk. Berdasarkan hasil analisis dengan metode PHA, diketahui bahwa prioritas menyeluruh menempatkan sasaran mengingkatkan pangsa pasar sebagai prioritas utama dengan bobot sebesar 0,361. Prioritas berikutnya adalah sasaran manage operation cost dengan bobot 0,305, mengoptimalkan pendapatan dengan bobot sebesar 0,168 dan meningkatkan daya saing dengan bobot sebesar 0,166. Adapun strategi operasional untuk bauran pemasaran adalah penetapan harga di bawah market leader (untuk strategi harga), kuantitas (untuk strategi produk), kontinuitas (untuk strategi distribusi), dan advertising (untuk strategi promosi).

Praharsa (2005) melakukan penelitian analisis pengambilan keputusan strategi bauran pemasaran CV. Aquatic Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode PHA. Hasil penelitian tersebut menunjukan elemen strategi promosi menempati prioritas pertama dalam bauran strategi pemasaran perusahaan dengan bobot 0,372. Sementara prioritas kedua, dalam bauran strategi pemasaran perusahaan masing-masing ditempati oleh strategi harga dengan bobot 0,261. Dan prioritas ketiga dan keempat dalam strategi bauran pemasaran pemasaran adalah strategi produk dan distribusi dengan bobot 0,193 dan 0,175. Keempat strategi bauran pemasaran tersebut kemudian dijabarkan menjadi strategi operasional yang setelah dilakukan analisis dengan metode PHA dapat diprioritaskan menurut masing-masing strategi. Prioritas-prioritas utama strategi operasional untuk masing-masing strategi adalah strategi pemasaran langsung dengan bobot 0,238 untuk strategi promosi, penetapan harga di bawah pesaing dengan bobot 0,158 untuk strategi harga. Kualitas dengan bobot 0,123 untuk strategi produk dan distribusi langsung dengan bobot 0,112 untuk strategi distribusi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai komoditas TPT dan analisis strategi pemasaran dengan menggunakan metode PHA, maka penelitian mengenai analisis strategi pemasaran ekspor tekstil

(34)

pada PT ”X”, Bandung, Jawa Barat ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran ekspor perusahaan dan memberikan alternatif strategi pemasaran ekspor PT ”X” yang lebih tepat untuk diterapkan perusahaan.

(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

PT ”X” merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Dalam menghadapi persaingan di pasar mancanegara, PT ”X” perlu merumuskan strategi pemasaran ekspor yang efektif agar dapat mencapai tujuan pemasaran yang diinginkan. Adapun perumusan strategi pemasaran ekspor tersebut harus didasarkan pada visi dan misi perusahaan. Visi dan misi mencerminkan suatu perusahaan dan apa yang menjadi tujuannya dalam jangka waktu tertentu. Tanpa adanya visi dan misi tersebut perusahaan akan seperti kehilangan arah tujuan dan hasil yang hendak dicapai.

PT ”X” merumuskan strategi pemasaran ekspor untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan menetapkan STP (Segmentasi, Targeting, dan Positioning), serta bauran pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Setelah melakukan analisis terhadap STP dan bauran pemasaran perusahaan, kemudian dilakukan proses identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran ekspor tekstil perusahaan.

Selanjutnya dalam pemilihan pengambilan keputusan, tentunya diperlukan alat bantu analisis yang tepat, salah satunya dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Metode PHA merupakan suatu metode yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Metode PHA juga memasukan pertimbangan nilai-nilai pribadi secara logis.

Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji strategi pemasaran ekspor yang dijalankan perusahaan, mengidentifikasi faktor-faktor dan menyusun alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja pemasaran ekspor perusahaan.

(36)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat bagan alir kerangka pemikiran (Gambar 7).

Strategi Pemasaran Perusahaan Saat Ini Visi, Misi, dan Tujuan PT “X”

Analisis Strategi Pemasaran Ekspor

Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi

Pemasaran Ekspor

Alternatif Strategi Pemasaran Ekspor

Metode PHA

Rekomendasi Strategi Pemasaran Ekspor Bagi Perusahaan

Gambar 7. Skema kerangka pemikiran

Segmentasi, Targeting,

Positioning Bauran Pemasaran

(37)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2008 – Mei 2008 di PT “X”, Jl. Raya Rancaekek km. 26,5 Bandung. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena PT “X” merupakan salah satu perusahaan yang menjalankan kegiatan pemasaran ekspor tekstil. Selain itu, PT ”X” merupakan perusahaan tekstil yang memiliki pangsa pasar yang luas di pasar tekstil mancanegara.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, dimana data primer dilakukan dengan mewawancarai pihak perusahaan dan pihak-pihak terkait lainnya, serta dengan melakukan observasi di lapangan secara langsung. Data sekunder berupa studi literatur dan data-data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini diperoleh dari perpustakaan, data pemasaran perusahaan, laporan tahunan, maupun dari jurnal, buku, literatur, surat kabar, dan internet. 3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Data mengenai strategi pemasaran ekspor perusahaan diperoleh melalui :

1. Pengisian kuesioner, yaitu membagikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian kepada pihak manajemen perusahaan dan praktisi terkait.

2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pemimpin bagian pemasaran perusahaan untuk mendapatkan informasi.

3. Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung di perusahaan.

4. Studi kepustakaan, dengan cara mencari literatur, penelusuran data kepustakaan, buku, surat kabar dan internet.

(38)

Pemilihan responden untuk pemilihan alternatif strategi pemasaran ekspor tekstil pada PT ”X” dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan faktor pemahaman mengenai strategi pemasaran ekspor tekstil. Jumlah responden terdiri dari enam orang dengan pertimbangan mereka cukup kompeten mewakili keseluruhan populasi.

Enam orang tersebut terdiri dari tiga orang dari pihak internal perusahaan dan tiga orang dari pihak eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan diwakili oleh Bpk. Idris Haki, S.H dengan jabatan Asisten Direksi PT ”X” selaku perwakilan dari manajemen puncak, Bpk. Edwin, S.E dengan jabatan Senior Assistant Marketing Manager PT ”X” selaku perwakilan dari Manajer Pemasaran PT ”X”, dan Bpk. Syahu .O. S.E, M.M dengan jabatan Manajer Sistem Informasi PT ”X” yang selama ini membantu pihak manajemen pemasaran mengadakan riset pasar.

Sementara, pihak eksternal perusahaan yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah Bpk. Kevin Hartanto, S.E selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia cabang Jawa Barat (API Jabar), Bpk. Arifin Suadipradja, S.Teks, M.Sc. selaku akademisi dari Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung (STT Tekstil), dan Bpk. Ateng Ramli selaku Kepala Bagian Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat (Disperindag Jabar).

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian akan diolah dan dianalisis sehingga dapat memberikan suatu sistem kerja yang jelas. Metode yang dipakai dalam pengolahan data adalah metode PHA. Hal ini dikarenakan dalam batas-batas tertentu analisis kualitatif yang dilakukan perusahaan untuk mengkaji pemilihan strategi pemasaran ekspor tekstil belum dapat memberikan informasi secara terperinci dalam menggambarkan suatu kondisi. Selain itu, tidak semua pihak dapat mengambil keputusan berdasarkan analisis kualitatif saja. PHA memasukkan aspek kualitatif dan

(39)

kuantitatif. Aspek kualitatif digunakan untuk mendefinisikan personal dan menyusun hirarki, sedangkan aspek kuantitatif digunakan untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi.

Validitas kuesioner untuk pemilihan strategi pemasaran ekspor tekstil dilihat melalui konsistensi setiap matriks baik itu individu maupun gabungan dan juga konfirmasi yang dilakukan dengan pakar. Untuk membantu dan mempermudah perhitungan digunakan program Microsoft Excel 2007 dan

Criterium Decision Plus.

Langkah–langkah dalam menyelesaikan masalah dengan metode PHA menurut Saaty (1991), antara lain :

1) Identifikasi sistem

Tahap ini mendefinisikan persoalan dan pemecahan yang diinginkan. 2) Penyusunan struktur

Tahap ini menyusun hirarki yang dimulai dengan tujuan, kriteria dan alternatif tindakan. Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap suatu sistem.

Gambar 8. Contoh Model Struktur PHA (Saaty,1991)

3) Membuat matriks perbandingan komparasi berpasangan.

Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 2. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian

G K2 K3 K1 Kn A2 A3 A1 A4 An Sasaran Kriteria Alternatif

(40)

matriks hanya dilakukan untuk bagian diatas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

Tabel 2. Nilai skala banding berpasangan

Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat itu

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya.

5

Elemen yang satu sangat penting daripada yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas yang lainnya.

7

Satu elemen jelas lebih penting dibanding yang lain.

Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9

Satu elemen mutlak lebih penting dibanding yang lain

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang kuat

2,4,6,8

Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan.

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Sumber : Saaty, 1991

4) Melakukan perbandingan dan penilaian

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan peringkat matrik di langkah 3.

5) Mensintesis berbagai pertimbangan dan membobotkan vektor–vektor prioritas, yaitu memasukkan nilai–nilai berdasarkan nilai skala banding berpasangan (Tabel 2). Dalam proses ini terdapat dua tahap pengolahan, yaitu pengolahan horizontal dan vertikal.

(41)

Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki. Tahapannya adalah sebagai berikut : a. Perkalian baris (z) dengan rumus :

Zi = ... (1) aij = elemen MPB pada baris ke-I dan kolom ke-j

b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen

eVPi = ... (2)

dengan : eVPi = elemen vektor prioritas ke-i

aij = elemen MPB pada baris ke-I dan kolom ke-j n = jumlah elemen yang diperbandingkan c. Perhitungan nilai eigen maksimum

VA = aij x VP dengan VA = (Vai) ... (3) VB = dengan VB = (Vbi) ... (4) lmax = ... (5) VA = VB = Vektor antara

aij = elemen MPB pada baris ke-I dan kolom ke-j n = jumlah elemen yang diperbandingkan

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap saluran utama. Jika NPpq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka :

NPpq = ... (6)

Untuk p = 1,2,…,r t = 1,2,…,s

dengan : NPpq = nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke- q terhadap sasaran utama

NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q

(42)

6) Evaluasi konsistensi setiap indeks (CI)/seluruh hirarki dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.

CI = ... (7) dengan : = nilai eigen maksimum

n = jumlah elemen yang diperbandingkan

Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila Consistency

Ratio (CR) 0.1. Rumus CR adalah : CR = ... (8)

Nilai RI merupakan nilai random index yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang berupa tabel di bawah ini :

Tabel 3. Nilai Rasio Inkonsistensi

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 Sumber : Marimin, 2004

7) Penggabungan pendapat responden

Pada dasarnya PHA dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun, demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya, pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu per satu. Pendapat yang konsisten kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik.

XG = ... (9) Dengan : XG = rata-rata geometrik

N = jumlah responden

Xi = penilaian oleh responden ke-i

Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur PHA yang telah diuraikan sebelumnya.

(43)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT ”X”

PT ”X” merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha industri tekstil yang terdiri dari pemintalan benang (spinning) dan pencelupan kain (dyeing) serta pemasaran kain rajut mentah. PT “X” didirikan pada tanggal 2 Maret 1989 dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Nomor C2-10763.HT.01.01Th.89 tanggal 25 November 1989. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami perubahan. Perubahan terakhir berdasarkan Akta No. 141 tanggal 23 Agustus 1997 yang dibuat dihadapan notaris. Izin usaha perusahaan diberikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jakarta berdasarkan surat No. 397/T/INDUSTRI/1993 tanggal 7 Desember 1993.

Pabrik perusahaan terletak di atas tanah seluas 49.990 m2 yang berlokasi di Jalan Raya Rancaekek Km 26,5 Bandung, Jawa Barat. Pabrik tersebut mempunyai luas bangunan 17.652 m2. Sesuai dengan bidang usaha yang ada, perusahaan memiliki dua divisi yakni Divisi

Spinning dan Divisi Dyeing. Divisi Spinning perusahaan telah

memperoleh berbagai penghargaan internasional, antara lain:

a. Certificate of Honour dari European Market Research Center (EMRC), di Brussels, Belgia pada tahun 1996

b. Certificate Confidance in Textile dari Oeko-Tex Standard 100 pada tanggal 30 Desember 1997

c. Certificate ISO 9002 No. Q9416 dari SGS Yarsley International

(44)

4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan PT ”X”

Bagi PT “X” pernyataan visi, misi, serta tujuan merupakan landasan utama pendirian dan arah pengembangan perusahaan di masa depan. Oleh karenanya sejak awal berdirinya pada tahun 1989, PT “X” telah merumuskan visi, misi, serta tujuan perusahaannya. Adapun yang menjadi visi PT “X” adalah menjadi perusahaan tekstil terpadu (Integrated Textile Manufacturing) yang memiliki keunggulan daya saing baik di pasar lokal maupun mancanegara.

Misi perusahaan merupakan maksud unik (unique purpose) yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Misi perusahaan berperan sebagai penuntun sejumlah besar karyawan yang tersebar untuk bekerja ke arah perwujudan tujuan perusahaan. PT ”X” memiliki misi yang membantu perusahaan dalam mendefinisikan kebutuhan dan lingkungan sekitar. Secara umum, misi PT ”X” adalah : (a) membantu memperluas lapangan pekerjaan; (b) membantu meningkatkan pendapatan devisa negara khususnya dalam sektor non migas dan (c) meningkatkan daya saing tekstil Indonesia di pasar dalam dan luar negeri.

Sesuai dengan pernyataan misi di atas, PT ”X” merumuskan tujuan perusahaan. Adapun tujuan yang ingin dicapai PT ”X” adalah : (a) menghasilkan produk-produk tekstil yang mampu bersaing tidak hanya di pasar domestik, tetapi juga di pasar internasional dan (b) mengembangkan kegiatan usahanya secara berkesinambungan serta terarah sehingga perusahaan dapat tumbuh menjadi perusahaan industri tekstil berskala besar.

Berdasarkan visi, misi, dan tujuan perusahaan dapat diketahui bahwa keberadaan PT ”X” tidak hanya untuk kepentingan perusahaan semata, tetapi manfaatnya juga diharapkan dapat dirasakan oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Visi, misi, dan tujuan perusahaan dapat digunakan sebagai landasan dalam perumusan strategi pemasaran ekspor perusahaan.

Gambar

Gambar 1. Nilai ekspor non  migas dan kontribusinya terhadap total ekspor  Indonesia  periode  tahun  2003-2007  (Kamar  Dagang  dan  Industri Indonesia, 2008)
Gambar 2. Nilai ekspor TPT  dan kontribusinya  terhadap total  ekspor non  migas    Indonesia  periode  tahun  2003-2007  (Kamar  Dagang  dan  Perindustrian Indonesia, 2008)
Tabel 1. Ringkasan profil industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia
Gambar 3. Nilai penjualan TPT Indonesia di pasar lokal periode 2003-2007  ( Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008 a )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum). Siswa yang tidak mengalami ketuntasan

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Beranjak dari Visi dan Misi Kabupaten Lamongan Tahun 2010-2016 sebagaimana yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 1 Tahun 2011, maka

Dari jawaban para dosen PAI ter- kait dengan hal ini dapat diidentifi- kasi sebagai berikut: (1) memulai dan mengakhiri dengan salam dan doa; (2) memerhatikan

Sedangkan kelompok udang, dari kelima spesies (udang putih, udang galah, udang kadoro, lobster dan udang windu) semua menunjukkan hasil positif wssv dengan tingkat

Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Misalnya, jika para penjual (arbab al-sila) menolak untuk menjual barang dagangan mereka kecuali jika harganya mahal dari pada harga normal (al-qimah al-ma’rifah) dan pada saat