1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Penggunaan teknologi yang sangat beragam dewasa ini berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial masyarakat. Jaman globalisasi atau modernisasi dalam kehidupan sosial lebih mengarah kepada bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan dapat memberikan dampak yang positif dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di era modern dapat membantu perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan informasi, hingga sarana atau prasarana yang membantu kehidupan masyarakat.
Setiap orang akan selalu membutuhkan informasi dalam hidupnya, karena dengan informasi seseorang dapat mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Selain itu, informasi juga bermanfaat dalam pengambilan keputusan, baik untuk saat ini maupun di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan informasi masyarakat membutuhkan media massa seperti surat kabar, televisi, radio, dan media online yang dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan terutama pada era sekarang ini. Semenjak awal kemunculannya, perkembangan media selalu terhubung dengan teknologi. Teknologi juga semakin berkembang dengan hadirnya media penyiaran setelah ditemukannya radio dan televisi. Dewasa ini, masyarakat mulai mengenal dan berinovasi dengan munculnya teknologi baru yaitu internet.
Menurut Oetomo (2001:1-2), internet menyediakan efektivitas dan efisiensi dalam hal waktu, biaya, bahan, hingga tenaga. Dengan internet waktu distribusi dapat dipersingkat hingga ke hitungan menit bahkan detik. Internet dapat mempermudah pekerjaan manusia karena sifat yang dimilikinya, sehingga wajar jika internet terus menerus dieksplorasi. Di samping itu, jaringan internet mencetuskan terjadinya revolusi teknologi. Pengaruhnya telah membawa perubahan signifikan terhadap kehidupan manusia saat ini. Internet telah mengubah
2
pola kehidupan sehari-hari, tingkah laku pengguna teknologi, jurnalistik, berbagai konsep serta sistem bisnis, pemerintahan, pendidikan, hingga hubungan sosial.
Internet of Things atau segala sesuatu telah bergantung pada internet. Dalam
era yang disebut Internet of Things ini, manusia atau benda-benda yang berada di sekitarnya dapat terkoneksi satu sama lain dengan jaringan internet. Koneksi internet ini dibangun oleh benda benda yang ada disekitar manusia seperti gawai, tablet hingga laptop. Dengan perkembangan zaman yang seperti ini, maka hampir seluruh aspek dalam kehidupan sehari-hari sudah dapat terkoneksi dengan jaringan internet. Kehadiran internet telah membawa revolusi pada cara manusia dalam melakukan komunikasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana komunikasi memungkinkan setiap orang untuk berkomunikasi dengan pihak lain yang terhubung dengan internet walaupun lokasi tempat tinggal mereka berjauhan. Begitu banyaknya pengguna internet di dunia menjadi salah satu faktor dari munculnya berbagai macam situs baru yang dapat diakses oleh para pengguna internet.
Tidak terkecuali di Indonesia, dari waktu ke waktu perkembangan teknologi internet di Indonesia terus menerus bertumbuh dan semakin masif. Hal ini dibuktikan oleh data statistik pengguna internet di seluruh Indonesia menurut survei yang digarap oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). Menurut buletin yang diterbitkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2016), data menunjukkan bahwa pada tahun 2014, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 88 juta orang. Tahun 2016, jumlah pengguna meningkat kembali menjadi 132,7 juta pengguna. Lalu pada 2017 jumlahnya semakin meningkat. Pada tahun itu, pengguna internet mencapai jumlah 143,26 juta pengguna. Angka ini terus meningkat hingga tahun 2018 yang mencapai 171,17 juta pengguna (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2019). Menurut data riset yang diterbitkan pada akhir Januari 2020 oleh platform manajemen media sosial HootSuite dan agensi kreatif sosial We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 272,1 juta (Kemp, 2020).
3 Gambar 1.1 Jumlah Pengguna Internet Indonesia Tahun 2020
Sumber: Digital 2020 Indonesia (Kemp, 2020)
Data menarik lainnya yang ditunjukkan oleh Gambar 1.1 adalah hampir 64% penduduk Indonesia sudah terkoneksi dan sudah menggunakan jaringan internet pada bulan Januari 2020, dan sebanyak 59% merupakan pengguna aktif media sosial atau setara dengan 160 juta pengguna aktif. Menurut indikator pertumbuhan digital, jumlah populasi meningkat sebesar 1,1% atau setara dengan 2,9 juta penduduk. Dibandingkan dengan bulan Januari 2019, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat sekitar 17% atau setara dengan 25 juta pengguna. Sementara pengguna aktif media sosial di Indonesia meningkat sekitar 8,1% atau setara dengan 12 juta pengguna jika dibandingkan dengan bulan Januari 2019.
Pada riset yang sama, ditunjukkan bahwa selama tahun 2019, pengguna internet di Indonesia yang berusia 16 hingga 64 tahun memiliki waktu rata-rata penggunaan internet selama 7 jam 59 menit per hari, dan merupakan frekuensi penggunaan tertinggi dibandingkan rentangan umur lainnya. Selain itu, Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi muda di antara negara-negara lainnya di
4
dunia. Berdasarkan peringkat pada data yang ada, pada tahun 2019 rata-rata penduduk Indonesia berusia 29,7 tahun. Besar angka ini disebut juga dengan
median age. Angka ini berada di bawah angka rata-rata dunia yang berusia 30,9
tahun. Namun, besar median age atau populasi yang terhitung cukup muda dinilai dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk lebih berkembang di dunia teknologi digital karena mayoritas dari penggunanya adalah anak-anak muda.
Hal yang serupa terjadi pada tahun 2018. Menurut riset yang diterbitkan pada akhir Januari 2019 oleh platform manajemen media sosial HootSuite dan agensi kreatif sosial We Are Social, besar median age dari total populasi sebanyak 268,2 juta penduduk adalah sebesar 29,3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2018 rata-rata penduduk Indonesia berusia 29,3 tahun. Selain itu, data dari Polling Indonesia dan APJII menunjukkan penetrasi pengguna internet berdasarkan usia yang cukup beragam, dan persentase tertinggi didominasi oleh generasi Y (Milenial) hingga generasi Z. Data tersebut divisualisasikan dalam Gambar 1.2
Gambar 1.2
Komposisi Pengguna Internet di Indonesia Berdasarkan Usia Tahun 2018
Sumber: Kumparan.com (2019)
Gambar 1.2 data komposisi pengguna internet di Indonesia berdasarkan usia pada tahun 2018 memperlihatkan bahwa pengguna dengan usia 15 sampai 29 tahun mencapai presentase hingga lebih dari 80%. Pada rentang usia 15 – 19 tahun, sebanyak 91% merupakan pengguna internet. Pada rentang usia 20 – 24 tahun, sebanyak 88,5% merupakan pengguna internet. Lalu pada rentang usia 25 – 29
5 tahun, sebanyak 82,7% merupakan pengguna internet. Rentang usia yang disebutkan termasuk ke dalam generasi Y dan generasi Z. Generasi Y dan generasi Z yang dianggap lahir dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi dan internet ini memiliki kepribadian yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Generasi ini juga dinilai memiliki kemampuan individu yang lebih tinggi dan ramah dengan teknologi.
Melihat jumlah pengguna internet yang aktif di Indonesia saat ini, tidak hanya peluang yang bersifat positif yang muncul tetapi juga peluang-peluang yang bersifat negatif. Seiring dengan pesatnya penetrasi jaringan yang bersifat global dan kemajuan internet di Indonesia, semakin menambah kerentanan keamanan informasi dari ancaman siber (cyber threat). Meningkatnya kejahatan dengan menggunakan teknologi informasi teridentifikasi sejak tahun 2003, sebagai contoh kejahatan carding (credit card fraud), ATM/EDC skimming (2010), hacking,
cracking, phising (internet banking fraud), malware (virus/worm/trojan/bots),
cybersquatting, pornografi, perjudian online, transnasional crime (perdagangan
narkoba, mafia, terorisme, money laundering, human trafficking, underground
economy) (IDSIRTII/CC, 2017).
Berdasarkan aspek ini, penulis tertarik untuk meneliti generasi Y dan Z di Indonesia yang aktif menggunakan internet. Namun penulis menyadari bahwa sebaiknya dalam sebuah penelitian memiliki fokus khusus terhadap objek yang diteliti, sehingga hasil penelitian dapat menggambarkan keadaan sebenarnya terhadap objek penelitian dan tidak menggeneralisasi populasi yang sangat luas. Maka dari itu, objek yang ditetapkan pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif yang berada di Indonesia. Mahasiswa dipilih sebagai objek karena usia normal dari mahasiswa diploma 1 (D1) sampai strata 1 (S1) adalah rentangan usia 18-25 tahun yang masuk ke dalam kategori usia generasi Z. Sementara untuk mahasiswa strata 2 (S2) hingga strata 3 (S3) dikategorikan sebagai generasi Y.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan bertambahnya pengguna internet, semakin bertambah pula lalu lintas internet. Banyaknya pengguna internet membuat penyedia layanan
6
seperti website, e-mail, dan cloud perlu melayani jutaan pengguna tiap detiknya. Dengan perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi juga mengakibatkan terciptanya konsep baru yang disebut dengan cyberspace.
Cyberspace merupakan dunia baru yang dimunculkan oleh internet berupa jaringan
yang terdiri dari ratusan ribu komputer yang saling terhubung, server, router,
switch, dan kabel serat optik yang memungkinkan infrastruktur nasional untuk
bekerja (Zaleski, 1999). Banyak keunggulan dan manfaat internet yang kemudian mendukung terciptanya cyberspace atau dunia maya hingga media sosial.
Hal ini telah mendukung pengembangan masyarakat dalam berbagai aspek, memberikan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk kekayaan negara, serta memajukan pertumbuhan ekonomi. Pesatnya perkembangan
cyberspace serta teknologi informasi dan komunikasi telah sangat mempengaruhi
budaya kehidupan saat ini. Ketersediaan jaringan nirkabel dan jaringan sebagai alat komunikasi telah mengungguli penggunaan alat komunikasi lain seperti telepon, mesin faks, dan sebagainya.
Di era globalisasi, cyberspace memudahkan penggunanya untuk saling terhubung tanpa memandang jarak dan telah menjadi pokok kehidupan manusia. Komunikasi tanpa memandang jarak ini menjadi awal mula munculnya media sosial sebagai media komunikasi dan informasi. Media sosial adalah suatu layanan internet yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi, serta berpartisipasi dalam membuat dan menyebarkan konten secara online. Media sosial merupakan salah satu media baru yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Penggunaan media sosial dalam cyberspace seperti Facebook, Twitter, dan Instagram selalu meningkat per tahunnya di Indonesia (Kemp, 2019). Konsep
cyberspace memicu untuk menumbuhkan rasa nyaman, kebahagiaan, dan memberi
peluang tanpa akhir bagi penggunanya, terbukti dengan adanya layanan-layanan internet yang memudahkan pola hidup manusia.
Perkembangan pesat dalam sektor teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya memberi dampak positif pada pola hidup masyarakat, tetapi juga memberikan ancaman bagi keamanan cyber di Indonesia. Ancaman yang dimaksud dapat disebut dengan cyber-attack dimana Waxman (2011) mendefinisikannya
7 (bersambung) sebagai semua aktivitas yang tidak sah atau tidak diinginkan yang bertujuan untuk mengganggu, mengubah, atau menyerang rahasia seseorang atau mencuri data penting secara diam-diam atau terang-terangan.Waxman (2011) juga menjelaskan bahwa cyber-attack atau ancaman dunia maya berpotensi untuk menghancurkan ekonomi dan mengganggu keamanan negara.
Teridentifikasi bahwa pengguna internet Indonesia cukup rentan terhadap serangan cyber atau cyberattacks. Terkait hal itu, Indonesia disebut menjadi negara ke-34 dari lebih 150 negara di dunia yang rentan terhadap ancaman cyber (Haryanto, 2019). Hal ini didukung oleh adanya data penetrasi internet dari pemerintah yang menunjukkan pertumbuhan jumlah pengguna, yang mengarah pada peningkatan ketergantungan masyarakat pada teknologi dan kemungkinan akan terjadinya kejahatan cyber. Berikut merupakan beberapa fakta dan peristiwa yang menunjukan adanya penyalahgunaan internet dan peristiwa yang terkait dengan cybersecurity.
Tabel 1.1
Daftar Kasus Yang Terkait Dengan Topik Cybersecurity
No Waktu Peristiwa Sumber
1 26/02 2019
Seorang mahasiswa di Yogyakarta berinisial BS (22) menguras ratusan juta uang milik temannya sendiri dengan memalsukan data dirinya
Kompas.com Penulis: Wijaya Kusuma (2019)
2 12/11 2019
Malware menjadi salah satu serangan siber yang sering terjadi di Indonesia. Hampir setengah serangan siber disebabkan oleh malware. Direktur Deteksi Ancaman Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Sulistyo mengatakan bahwa terdapat kebutuhan untuk membangun awareness dan melatih
AyoBandung.com Penulis: Mildan Abdalloh (2019)
8
(sambungan Tabel 1.1)
(bersambung) mahasiswa terhadap cybersecurity.
Termasuk kerja sama dengan pihak kepolisian
3 11/03 2019
Seorang mahasiswi berinisial RN diduga melakukan aksi bunuh diri karena diduga menjadi korban cyberbullying
Indopos.co.id Editor: Syaripudin (2019)
4 10/09 2019
Kerugian akibat pembajakan di seluruh Indonesia diprediksi mencapai puluhan triliun rupiah per tahun
Pikiran-rakyat.com Penulis: Ai Rika Rachmawati (2019) 5 12/04
2020
Malicious Email Phising yang
menggunakan latar belakang isu pandemi Covid-19
Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional Badan Siber dan Sandi Negara (2020) 6 15/04
2020
530.000 data kata sandi dan akun dari aplikasi Zoom, perangkat lunak
konferensi video, telah diperdagangkan oleh peretas di Dark Web. Untuk menghindari pencurian data, para pakar keamanan siber mengimbau agar
pengguna menggunakan kata sandi yang berbeda untuk masing-masing aplikasi dan situs web lain
Republika.co.od Penulis: Reiny Dwinanda (2020)
7 13/06 2020
Founder, CEO & Chief Digital Forensic dari PT Digital Forensic Indonesia Ruby Alamsyah mengatakan bahwa kasus
Tirto.id Penulis: Adi Briantika (2020)
9 saldo nasabah Jenius yang bobol
kemungkinan dilakukan dengan phishing Sumber: data yang telah diolah
Sebagai akibat dari ancaman atau pengaruh negatif dari internet,
cybersecurity muncul sebagai konsep yang penting dalam keamanan teknologi
informasi, terutama pada perlindungan komputer, jaringan, dan data dari akses yang tidak diinginkan. Kesadaran cybersecurity atau yang biasa disebut cybersecurity
awareness (CSA) adalah bentuk pertahanan utama dalam perlindungan informasi
dan sistem (Pitchan et al. 2017). Selain itu, persepsi dan sikap masyarakat terhadap keamanan informasi pada era modern saat ini secara signifikan berpengaruh terhadap cara masyarakat menggunakan teknologi informasi. Cybersecurity juga merupakan sebuah bentuk upaya dalam mempertahankan dan melindungi informasi yang dimiliki pengguna dari upaya pengaksesan secara ilegal oleh pihak ketiga.
Menurut Von Solms & Van Nieker (2013), cybersecurity didefinisikan sebagai perlindungan atas cyberspace itu sendiri. Baik itu perlindungan terhadap teknologi berwujud (tangible) atau tidak berwujud (intangible) yang mendukung
cyberspace, perlindungan terhadap informasi yang berhubungan dengan elektronik,
perlindungan terhadap pengguna dalam kapasitas pribadi masing-masing, serta kapasitas sosial dan nasional. Nilai cybersecurity harus diterapkan kepada seluruh pengguna internet sehingga pengguna tahu risiko yang dihadapi setiap kali berbagi informasi di situs internet (Pitchan et al. 2017). Sikap pengguna internet yang mudah percaya kepada orang yang tidak dikenal dapat membuka kesempatan kepada berbagai tindak kejahatan.
Terdapat beberapa aktor penting yang terlibat dalam tata kelola
cybersecurity di Indonesia. Nugraha & Putri (2016) membagi aktor tersebut
berdasarkan pendekatan mereka terhadap keamanan siber menjadi lima kategori: (1) Pemerintah; (2) Sektor swasta; (3) Masyarakat sipil; (4) Akademisi; dan (5) Komunitas teknis. Dalam setiap kategori, terdapat beberapa lembaga yang dianggap bertanggung jawab langsung terhadap cybersecurity, meskipun ada juga
10
kemungkinan satu lembaga untuk membahas lebih dari satu masalah atau pendekatan tertentu. Pembagian kategori ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap pekerjaan masing-masing aktor. Namun penting untuk diperhatikan bahwa dalam beberapa kasus beberapa aktor melakukan lebih dari satu peran dalam tata kelola keamanan siber. Sebagai contoh, beberapa akademisi juga merupakan bagian dari masyarakat sipil dan/atau komunitas teknis karena kompetensi mereka pada beberapa topik tertentu.
Menurut Nugraha & Putri (2016) dalam diskusi keamanan siber, masyarakat sipil tampaknya tertinggal terutama dalam masalah privasi dan perlindungan data pribadi. Namun pengamatan tersebut menunjukkan hanya beberapa komunitas yang secara aktif terlibat dalam masalah keamanan siber, dengan sebagian besar mengambil pendekatan hak asasi manusia. Menurut Budi Rahardjo, pendiri ID-CERT, dalam laporan yang disusun oleh Nugraha & Putri (2016), masyarakat sipil dan akademisi dapat berkontribusi pada keamanan dunia maya dengan meningkatkan kesadaran keamanan dan membangun budaya keamanan, menebus keterbatasan sektor publik dan swasta. Seperti halnya dengan pemerintah, organisasi masyarakat sipil sering melakukan pendekatan cybersecurity dari berbagai perspektif. Misalnya, organisasi hak asasi manusia Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) menggunakan pendekatan kebebasan berekspresi, lalu terdapat ICT Watch yang menggunakan pendekatan yang lebih teknologi. Hingga CSIS (Centre for Strategic and International Studies) Indonesia yang merupakan aktor masyarakat sipil baru yang menggunakan pendekatan ekonomi digital dan keamanan nasional. Prinsip-prinsip dasar yang berbeda-beda ini kemudian mengarah pada prioritas yang berbeda yang saling melengkapi.
Objek yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat sipil yaitu mahasiswa. Menurut Chandarman & Van Niekerk (2017), siswa dianggap sebagai salah satu pengguna komputer yang paling rentan terhadap serangan cyber, karena mereka sering ceroboh dan kadang-kadang gegabah dalam penggunaan komputer, dan menghabiskan banyak waktu menggunakan teknologi. Kebutuhan psikologis yang terus-menerus untuk tetap terhubung melalui beragam perangkat elektronik semakin memaparkan individu terhadap risiko online.
11 Penelitian dilaksanakan dengan maksud untuk menyelidiki aktivitas online mahasiswa di Indonesia, pengetahuan mereka, sikap, dan perilaku aktual yang terkait dengan masalah keamanan siber. Subjek yang dimasukkan dalam pertanyaan kuesioner untuk mengevaluasi cybersecurity mahasiswa termasuk: manajemen kata sandi, cyberbullying, rekayasa sosial (termasuk phishing dan online scams),
malware, pencurian identitas, dan perilaku aman secara umum (mengunduh dan
berbagi film bajakan dan konten TV, menggunakan perangkat lunak bajakan). Beberapa hal di atas menjadi landasan dilakukannya penelitian mengenai kesadaran keamanan siber pada pengguna internet yang akan diukur dengan kategori Awareness. Sehingga berdasarkan uraian latar belakang penelitian, data-data, fenomena, dan penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul: “Analisis Kesadaran Cybersecurity Pada Mahasiswa Di Indonesia”
1.3 Perumusan Masalah
Menurut Nugraha & Putri (2016), berbagai macam kemudahan yang tumbuh dari teknologi informasi dan komunikasi juga menimbulkan peningkatan risiko, membangun keyakinan bahwa teknologi dapat memudahkan dan juga mengancam. Karena itu sistem yang komprehensif untuk melindungi pengguna dan informasi dianggap penting. Dalam hal cybersecurity, Indonesia berada di peringkat kedua negara yang paling rentan untuk serangan cyber. Masyarakat dapat memperoleh manfaat yang besar dari penggunaan internet. Namun, risiko dari penggunaan internet tidak dapat dihindari tanpa adanya tindakan pencegahan yang tepat untuk melindungi informasi pribadi dalam dunia maya. Kurangnya kesadaran
cybersecurity dapat membuka kemudahan bagi kejahatan dalam cyberspace untuk
beroperasi dan menyebabkan berbagai kasus seperti internet fraud atau penipuan, pencurian identitas, pornografi, sampai penyebaran informasi palsu. Contoh lainnya adalah aktivitas pengungkapan informasi secara tidak sengaja oleh masyarakat yang saat ini sering terjadi, dan dilakukan untuk menjalin hubungan secara online dengan orang lain. Kebanyakan informasi yang biasa dipajang dan dibagikan adalah informasi pribadi. Pengungkapan informasi pribadi seperti ini dapat menimbulkan isu kejahatan cyber. Maka dari itu, penulis tertarik untuk
12
mengukur tingkat kesadaran cybersecurity masyarakat di Indonesia. Namun penulis menyadari bahwa sebaiknya dalam sebuah penelitian memiliki fokus khusus terhadap objek yang diteliti, sehingga hasil penelitian dapat menggambarkan keadaan sebenarnya terhadap objek penelitian dan tidak menggeneralisasi populasi yang sangat luas. Maka dari itu, objek yang ditetapkan pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif yang berada di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode yang dilakukan oleh Kruger & Kearney (2006) yang dianggap sesuai dengan judul penelitian, dengan tiga dimensi yang setara yaitu knowledge, attitude, dan behavior. Chandarman & Van Niekerk (2017) dalam penelitiannya menilai bahwa terdapat setidaknya enam fokus area yang berkaitan dengan cybersecurity. Enam fokus area tersebut adalah password security, cyberbullying, phishing, malware, identity theft,
dan downloading, sharing and use of pirated content (mengundah dan membagikan
konten bajakan).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan pertanyaan penelitian dari masalah pokok yang dipilih sebagai topik dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di Indonesia berdasarkan Knowledge?
2. Bagaimana tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di Indonesia berdasarkan Attitude?
3. Bagaimana tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di Indonesia berdasarkan Behavior?
4. Bagaimana tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian dilakukan tentunya akan memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengkaji:
1. Untuk mengukur tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di Indonesia berdasarkan Knowledge
2. Untuk mengukur tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di Indonesia berdasarkan Attitude
13 3. Untuk mengukur tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di
Indonesia berdasarkan Behaviour
4. Untuk mengukur tingkat Cybersecurity Awareness dari mahasiswa di Indonesia
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Aspek Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat melalui analisis yang dipaparkan tentang tingkat kesadaran cybersecurity yang dimiliki oleh mahasiswa di Indonesia. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta masukan bagi pengguna internet di Indonesia, industri, dan lembaga-lembaga pemerintah yang terkait dengan keamanan siber. Selain itu, penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar lebih waspada dan selektif dalam berinternet, seperti menjaga keamanan kata sandi dan identitasnya, berhati-hati terhadap pesan surel yang diterima, menjauhi perundungan siber, menjaga perangkat dari file yang tidak diinginkan, serta perilaku lainnya yang melibatkan penyalahgunaan internet.
b. Aspek Akademis
Dalam segi akademis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi ilmu pengetahuan di bidang information security management yang terkait dengan
cybersecurity awareness. Khususnya mengenai tingkat kesadaran pengguna yang
menjadi salah satu komponen dalam ilmu sistem informasi. Beberapa pemahaman yang ditemukan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berurutan. Secara garis besar sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
14
a. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang yang berkaitan dengan fenomena yang sedang terjadi yang menarik untuk diteliti, perumusan masalah yang terkait dengan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil dari penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan mengenari teori-teori yang terkait dengan penelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran penelitian.
c. BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai rancangan dari jenis dan karakteristik penelitian, operasionalisasi variabel, tahapan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan sumber data, uji validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data.
d. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan tata cara dan langkah-langkah yang telah ditentukan pada bab-bab sebelumnya. Pembahasan yang dilakukan didasari oleh data-data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dianalisis.
e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisi tentang penulisan kesimpulan dari seluruh penelitian yang dilakukan, dan saran terhadap masalah penelitian yang didasari oleh hasil yang didapatkan dari penelitian dan pembahasan.