• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bulletin Warta NTT 30

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bulletin Warta NTT 30"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

TRIWULAN III/TAHUN 2014

30

P

enguasaan IPTEK menjadi hal yang penting dan mendesak dalam menghadapi tuntutan globalisasi. IPTEK mutlak diperlukan suatu Negara jika ingin maju. Negara yang maju harus didukung oleh penelitian dan pengembangan serta penerapan IPTEK. Ketertinggalan suatu bangsa pada umumnya sangat ditentukan oleh ketertinggalan dalam penguasaan IPTEK. Pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki suatu bangsa harus didukung oleh IPTEK yang memerlukan penelitian dalam menunjang pengembangan IPTEK. Menyadari kemajuan informasi dan fenomena globalisasi maka tentu saja dituntut paradigma baru dalam setiap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah perlu dilakukan dengan penelitian.

Paradigma kebijakan berbasis penelitian terlihat penerapannya pada Negara-negara maju yang melakukan penelitian mendahului pengembangan. Mengutip Heartland theory yang dikenalan oleh Sir Halford J. Mackinder ahli geography dari Inggris yang menulis paper pada tahun 1904 “The Geographical Pivot of History” disebutkan bahwa jika anda ingin menguasai dunia, maka kuasailah Eropa. Teori tersebut nampaknya mempengaruhi pola pikir

bangsa-bangsa barat. Sejarah membuktikan bahwa barat menguasai bangsa-bangsa Asia Afrika karena mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Beberapa negara di Asia seperti Jepang dan China serta

India mulai mengembangkan pembangunan berbasis penelitian. Pusat-pusat penelitian dibangun, jumlah institut-institut teknik ditambah, alokasi pendanaan ditingkatkan, generasi terbaik dilibatkan dan masih banyak upaya lainnya. Jepang yang miskin sumber daya alam sudah diakui kemajuannya dalam teknologi, demikian pula China dan India yang muncul sebagai New Emerging Power di dunia. Melihat kondisi ini, maka sudah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk belajar dari Jepang, China dan India. Indonesia bahkan pernah memiliki IPTN yang pada saat masih beroperasi mampu membuat dunia kagum. Sayang program tersebut terhenti di tengah jalan. Meskipun demikian, tentu tidak ada kata terlambat untuk memulai.

Seiring dengan adanya kemajuan Iptek maka penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting dan mutlak diperlukan. Hal tersebut senada dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen) Pasal 31 ayat 5 yang menyebutkan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan persatuan bangsa untuk memajukan beradaban serta kesejahteraan umat manusia”

Jika ingin tidak ingin tertinggal maka daerah harus memberi ruang bagi penelitian dan

pengembangan serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK). Sebab meskipun memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah apalagi jika potensi sumberdaya alam itu sudah semakin terbatas, maka tuntutan akan kebutuhan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin penting dan mendesak. Dalam kondisi seperti itulah pemerintah daerah sebenarnya telah memiliki pola pikir (mindset) tentang pentingnya riset sebagai penunjang utama pembangunan daerah hal tersebut nampak dengan keberadaan lembaga di daerah seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi NTT maupun keberadaan lembaga-lembaga riset lainnya seperti perguruan tinggi. Karena lembaga-lembaga riset tersebut menjadi penting bagi pemerintah daerah maka sudah seharusnya pemerintah daerah memanfaatkan sejumlah riset maupun pengembagan riset yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga riset tersebut sebagai bahan masukan untuk penyusunan kebijakan pembangunan. Sebab ketika riset telah menjadi bagian dari sistem manajemen proses pembangunan daerah maka hasil-hasil riset dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk penyusunan kebijakan pembangunan sehingga kualitas kebijakan pembangunan daerah turut ditentukan oleh suatu proses penelitian sebagai input untuk menghasilkan produk pembangunan yang berkualitas sehingga tidak menjadi daerah yang tersisih dan tertinggal dari kancah persaingan global.

PENTINGNYA PEMBANGUNAN DAERAH

BERBASIS RISET

Oleh

Wehelmina Lodia Kause *)

Referensi

Dokumen terkait

meminjam pola Weaver (1978), setidaknya terdapat 3 indikator relektif, yakni, a) penyadaran diri (self awarness) sebagai proses menyadari diri sendiri, siapa saya, dari mana,

Dalam pelaksanaan Diskusi Round Table IV Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia dan Komite Ekonomi Nasional mengambil tema “Pembangunan Infrastruktur dan

yang tinggi dengan daerah sebaran terumbu karang yang teridentiikasi seluas 63.339,32 ha yang didalamnya terdapat kurang lebih 500 jenis karang, mangrove 5019, 53 ha, padang

Pemprov NTT telah menetapkan rencana Tata Ruang Wilayah bersama kabupaten dan kota se NTT yang disesuaikan dengan karakter daerah sebagaimana NTT sebagai provinsi kepulauan

D alam pertemuan antara Gubernur Nusa Tenggara Timur bersama kepala perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi NTT membahas “Laporan Hasil

Terkait dengan praktek kerja atau magang yang diwajibkan oleh pihak kampus, kami (Wantry, Dewi, Ali dan Arul) diutus ke Biro Humas Sekretariat Daerah Provinsi NTT..

Untuk itu melalui Kebijakan KSPN, diharapkan dapat merencanakannya secara mendetail sesuai potensi yang terdapat di Labuan Bajo dan daerah sekitarnya bagi pengembangan

Biro Humas Sekretaris Daerah Provinsi