• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ainnur Widayati, Made Widnya, & Maskun Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ainnur Widayati, Made Widnya, & Maskun Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengelolaan Program Pelatihan Keterampilan Kerajinan Ketak Untuk Meningkatkan Kemampuan Berwirausaha Ibu Rumah Tangga di LSM Perempuan Yayasan Anisa Karya

Kota Mataram

Ainnur Widayati, Made Widnya, & Maskun

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram E-mail: ainnurwidayati@gmail.com

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program pelatihan kerajian ketak

bagi ibu rumah tangga, dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan kerajinan ketak yang diadakan oleh LSM Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengelola program, instruktur, dan warga belajar. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan model interaktif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram di desa Gegelang kecamatan Lingsar berjalan cukup baik, pengelola menyelenggrakan program pelatihan dengan melalui tahapan manajemen atau pengelolaan program pelatihan seperti perencanaan pelatihan, pelaksanaan, proses pelatihan dengan melibatkan warga belajar dalam penyusunan jadwal dan tempat pelatihan, interkasi tutor dengan warga belajar berjalan baik sehingga menciptakan suasana pelatihan yang kondusif. Monitoring yang dilakukan pengelola atau penanggung jawab program dilaksanakan satu atau dua kali seminggu, dan pada tahap akhir melakukan evaluasi program sehingga mendapatkan hasil yang diharapakan yaitu warga belajar memilki pengetahuan dan keterampilan baru dan menjadi pengerajin ketak maupun berwirausaha di bidang kerajianan ketak; dan (2) Faktor pendukung dalam program pelatihan ini adalah a) fasilitas pelatihan yang sangat mendukung b) warga belajar memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti program pelatihan kerajinan ketak c) kedekatan warga belajar dengan instrukur maupun dengan pengelola program sangat baik sehingga menjadikan program pelatihan berjalan lancar dan kondusif. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak, adalah a) ketersediaan ketak (rumput hutan) yang menjadi bahan baku utama dalam membuat kerajinan terkadang kurang terpenuhi. b) kesibukan warga belajar apabila datangnnya musim panen padi, karena sebagaian dari warga belajar bekerja sebagai buruh tani.

Kata kunci: Pengelolaan Program, Pelatihan, Kemampuan Berwirausaha.

Pendahuluan

Salah satu hal yang menyebabkan ketidakberdayaan perempuan disebabkan ketidakadilan yang mendorong terpuruknya peran dan posisi perempuan di masyarakat. Oleh karena itu ada beberapa komponen penting yang diperhatikan dalam upaya pemberdayaan perempuan yaitu: organisasi dan kepemimpinan yang kuat, pengetahuan masalah hak asasi perempuan, menentukan strategi, kelompok peserta yang besar, komunikasi dan pendidikan. Sementara itu, salah satu upaya dalam memberdayakan sumber daya manusia, khususnya perempuan melalui penanaman dan penguatan jiwa dan praktik kewirausahaan. Dengan demikian dalam pengembangan sumber daya perempuan sebaiknya diarahkan untuk membentuk manusia yang memiliki motivasi dan kemampuan kerja yang tinggi, menguasai banyak ilmu dan keterampilan, memiliki sikap mental yang konsisten, memiliki semangat dan kemampuan bersaing, memiliki budaya yang didasari pada nilai-nilai agama.

Yayasan Perempuan Annisa Karya NTB berdiri sebgai LSM yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan. Saat itu masih terbatas organisasi perempuan yang melakukan pemberdayaan bagi perempuan. Masih banyak terjadi ketidak adilan terhadap perempuan. Disisi

(2)

lain masih ada kekuatan dalam nilai kebersamaan/gotong royong/berswadaya dari perempuan. Saat itu pemerintah masih memposisikan LSM sebagai organisasi yang dipandang sebelah mata khususnya LSM Perempuan. Akses dan kontrol perempuan terhadap modal dan sumber daya termasuk pelayanan publik masih sangat rendah, disisi lain mayoritas keberadaan mereka dalam rumah tangga sebagai penyangga ekonomi keluarga. Kekerasan terhadap perempuan secara fisik dan non fisik masih terjadi dimana-mana. Oleh sebab itu peneliti mengkaji bahwa betapa pentingnya pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Annisa Karya untuk mensejahterakan perempuan dalam berbagai kegiatan salah satunya kerajianan ketak yang di laksanakan guna menumbuh kembangkan minat berwirausaha para ibu-ibu rumah tangga.

Kajian Literatur

Menurut Sudjana (2004: 17), “Pengelolaaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan umtuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi” Sedangkam menurut (Hersey dan Blanchard dalam Sudjana, 2004: 17), “ pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui seseorang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan orgaganisasi”. Stoner dalam Sudjana (2004: 17) mengatakan bahwa mnajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapakan. Dalam kedua pengertian di atas terdapat tiga dimensi penting. Dimensi pertama, bahwa dalam manajeman terjadi kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pemimpin, kepala, komandan, ketua) bersama orang lain, baik perorangan maupaun kelompok. Dimensi kedua menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang lain itu mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dimensi ketiga bahwa pengelolaan itu dilakukan dalam organisasi sehingga, tujuan yang akan dicapai itu merupakan tujuan organisasi.

Menurut Nadler dalam Anwar (2006: 163) “pelatihan (training) adalah pembelajaran pengembangan individual yang bersifat mendesak karena adanya kebutuhan sekarang”. Pendapat lain menurut Mokijet dalam Anwar (2006: 163) “mengemukakan bahwa pelatihan adalah suatu penyesuaian atau pemberian pengaruh kepada seorang pegawai untuk meningkatkan kecakapannya guna suatu kegiatan tertentu”. Arti sepenuhnya tentang pelatihan adalah lebih banyak pada aspek keterampilan dari pada sekedar pendidikan/pengajaran yang berhubungan dengan memberikan pengetahuan, karena pelatihan mencakup baik pengalaman mengerjakan suatu pekerjaan maupun pengetahuan. Tingkat pencapaian tujuan pelatihan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : karakteristik dari individu peserta, bahan belajar dan pelatihan, dan metode/teknik pelatihan. Selanjutnya ada tiga hal yang harus menjadi perhatian utama dalam penyusunan program pelatihan yang akan dilaksanakan, yaitu : (1) bahan belajar pelatihan (materi), (2) metode/teknik, dan (3) evaluasi hasil pelatihan. Asumsi dasar yang diterapkan dalam hal ini adalah materi dan metode/teknik pelatihan harus disesuaikan dengan karakteristik dari binaan dan kebutuhan rill untuk membuka usaha yang akan dan telah dikembangkan.

(3)

(Robinson dalam Anwar 2006: 164). Menurut Anwar (2006: 164) Unsur-unsur pelatiahan : (1) direncanakan dengan sengaja, (2) ada tujuan yang hendak dicapai, (3) ada kegiatan belajar dan berlatih, (4) isi bahan belajar dan bahan pelatihan menekankan pada keahlian atau keterampilan, (5) ada peserta, (6) dilaksanakan dalam waktu relatif singkat, (7) ada tempat belajar dan berlatih.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Sugiyono, 2013).

Sumber data dalam penelitian ini adalah Pengelola LSM Perempuan Annisa Karya, Tutor, dan Warga Belajar. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian dengan dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data model interaktif (Miles & Huberman, dalam Sugiyono 2013) yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi/pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode untuk memperoleh kredibilitas data yang akurat dan obyektif .

Hasil Penelitian

1. Pengelolaan Program Pelatihan Kerajinan Ketak Untuk Meningkatkan Kemampuan Berwirausaha Ibu Rumah Tangga di LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti, memang benar LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya telah melaksanakan program pelatihan ketak. Adapun program pelatihan ketak dilaksanakan di dusun Gegelang Bantek desa Gegelang kecamatan Lingsar. Program pelatihan ketak yang diadakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya merupakan program pelatihan pertama yang diadakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa karya di desa Gegelang kecamatan Lingsar. Latar belakang diadakannnya pelatihan kerajinan ketak ini karena melihat potensi atau kemampuan keterampilan mengerajin ketak yang dimiliki warga desa Gegelang Kecamatan Lingsar. Selain itu pelatihan ini diadakan sebagai pekerjaan tambahan selain pekerjaan utama sebagai buruh tani. Adapun tujuan diadakannya pelatihan kerajinan ketak oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya untuk menambah pengetahuan atau keterampilan masyarakat. Masyarakat khususnya ibu-ibu memilki usaha baru dan mampu berwirausaha dari kemampuan keterampilan yang diberikan LSM Annisa Karya.

a. Perencanaan Program Pelatihan Kerajinan Ketak

Fungsi perencanaan yang bertujuan untuk menyusun rencana atau program pelatihan dalam mencapai tujuan utama LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya yaitu tercapainya kesejahtraan hidup bagi penduduk perempuan miskin di NTB yang di adakan di desa Gegelang kecamatan Lingsar memuat rangkaian sebagai berikut :

(4)

(1) Rekrutmen Warga Belajar

Yang menjadi sasaran dalam pelatihan kerajinan ketak yaitu ibu-ibu rumah tangga desa Gegelang kecamatan Lingsar yang mana pernah menjadi warga belajar LSM Perempuan Annisa Karya dalam program keaksaraan fungsional. Alasan warga belajar keaksaraan fungsional dilibatkan dalam program pelatihan kerajinan ketak adalah bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dan meningkatkan kemampuan berwirausaha ibu rumah tangga. Penanggung jawab program keterampilan menjelaskan mengenai tujuan pelatihan kerajinan ketak untuk menambah pengetahuan keterampilan ibu-ibu dusun Gegelang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan mampu berwirausaha dan merekrut warga belajar KF sebagai warga belajar dalam pelatihan kerajinan ketak.

(2) Rekrutmen Instruktur atau Tutor

Tutor memiliki peran sngat penting dalam sebuah pelatihan. Dalam suatu pelatihan yakni proses pelatihan diperlukan tutor yang

berpengalaman pada bidangnya dan professional dalam suatu keterampilan. Pada pelatihan kerajinan ketak pengelola atau penanggung jawab menjadikan salah satu dari warga belajar sebagai instruktur atau tutor dalam program pelatihan kerajinan ketak yang diadakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya. Menurut penanggung jawab program pelatihan alasan dipilihnya salah satu dari warga belajar keaksaraan fungsional sebagi instruktur atau tutor dalam pelatihan kerajinan ketak, karena penanggung jawab pelatihan ketak melihat bahwa Ibu Amenah memilki ketrampilan dalam kerajinan ketak, selain itu Ibu Amenah pernah mengikuti pelatihan kerajinan ketak sebelumnya. Instruktur atau tutor dalam pelatihan kerajinan ketak yang diadakan oleh LSM Perempuan Annisa mengatakan bahwa pernah mengikuti pelatihan ketak sebelumnya yang diadakan oleh Merce (nama orang) dan oleh sebab itu dijadikan sebagi instruktur dalam pelatihan kerajinan ketak.

(3) Materi pelatihan

Penyusunan kurikulum atau materi pelatihan keterampilan ketak yang disusun oleh pengelola atau instruktur disesuaikan dengan kebutuhan belajar warga belajar pelatihan ketak dan materi yang disampaikan sesuai dengan kemampuan warga belajar. Adapun tahapan dalam pelaksanaan pelatihan pembuatn ketak antara lain sebagai berikut: (1) tahapan pemilihan bahan baku, (2) proses penghalusan dan penipisan kulit ketak, (3) tahapan penganyaman ketak sehingga menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, (4) tahapan akhir dengan menggunakan pernis sebagai cat pengkilat kerajianan ketak yang sudah jadi.

b. Proses Pelaksanaan Pelatihan Kerajinan Ketak

Pelaksanaan kegiatan pelatihan ketak dilaksanakan di desa Gegelang kecamatan Lingsar, yang mana program kerajinan ketak ini diselenggarakan oleh LSM Yayasan

(5)

Annisa Karya dengan jangka waktu pelatihan selama 6 bulan. Tempat pelaksanakan pelatihan ketak dilakukan di rumah warga belajar dengan jadwal yang disesuaikan oleh warga belajar sendiri. Menurut warga belajar pelatihan kerajianan ketak jadwal di tentukan oleh warga belajar sendiri dan tempat pelatihan diadakan di rumah warga belajar. Dalam pelaksanaan pelatihan biasanya jadwal yang digunakan ditetapkan secara baku, akan tetapi pada pelaksanaan pelatihan ketak di dusun Gegelang kecamatan Lingsar dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh warga belajar sendiri. Jadwal tersebut disesuaikan dengan luang waktu kosong warga belajar, hal ini dikarenakan banyak warga belajar yang memliki kesibukan rumah tangga.

Dalam suatu proses pelatihan terdapat komponen-komponen yang dapat diperhatikan sehingga proses pelatihan akan lebih terarah dan mencapai tujuan yang di inginkan, antara lain :

(1) Metode Pelatihan

Dalam proses pelatihan, penanggung jawab maupun instruktur telah merancang metode pelatihan yang akan digunakan dalam pelatihan, adapun metode yang disajikan dalam pelatihan ini adalah metode ceramah/penjelasan yang langsung pada tahap praktiknya dengan 30% mengunakan ceramah, dan 70% praktik, dengan metode ini pengelola dan instruktur mengharapkan warga belajar akan cenderung lebih cepat tanggap terhadap meteri pelatihan yang diberikan. Selanjutnya barulah para warga belajar diperkenalkan dengan berbagai macam peralatan atau media dalam membuat kerajinan ketak yang sudah disiapakan oleh LSM Perempuan Annisa Karya.

(2) Interaksi Instruktur dengan Warga Belajar dalam Pelatihan.

Proses pelaksanaan kegiatan pelatihan kerajinan ketak dilaksanakan dengan akrab, karena hubungan personal antara instruktur dengan warga belajar saling mengenal dan terjalin baik satu dengan yang lainnya. Materi pelatihan yang tidak dimengerti oleh warga belajar langsung diajarkan dengan baik oleh instruktur, sehingga dalam pelaksanaan atau praktik kegiatan pelatihan ketak sesuai dengan hasil yang diharapkan.

(3) Peran Instruktur

Dalam proses pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya maka harus ada seorang instruktur, instruktur pelatihan kerajianan ketak memiliki peran yang penting, antara lain :. Motivator, Mediator, dan Pelatih.

(4) Media dan Bahan Ajar Pelatihan

Dalam proses pelatihan media sebagai suatu yang penting untuk memperjelas ataupun membuat ketertarikan terhadap siapapun yang melihatnya. Warga belajar diperkenalkan dengan berbagai macam peralatan atau media dalam membuat kerajinan ketak yang sudah disiapakan oleh LSM Perempuan

(6)

Annisa Karya. Pada pelatihan kerajinan ketak, instruktur menyajikan contoh kerajian ketak yang sudah jadi dengan model yang berbeda-beda, yang langsung berhubungan dengan setiap materi yang diajarkan oleh instruktur. Pelaksanaan kegiatan pelatihan akan lebih mudah dimengerti dan menarik untuk dipraktikkan sehingga warga belajar akan lebih tertarik dan cepat mengerti dengan materi yang diberikan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam membuat kerajinan ketak adalah sebagi berikut :

No. Alat dan bahan Kegunaan

1 Ketak (rumput hutan) Sebagai bahan baku utama pembuatan kerajianan ketak

2 Pusut Untuk melubangi ketak

2. Porot Untuk menghaluskan kulit luar ketak

3. Serut Digunakan untuk menipiskan kulit ketak

4. Pemaje (pisau kecil tajam) Untuk memotong dan membelah ketak

c. Monitoring Pelatihan Kerajinan Ketak

Pelaksanaan pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya tidak terlepas dari pengawasan atau monitoring pelaksanaan kegiatan pelatihan. Monitoring yang dilakukan oleh pengelola atau penanggung jawab program pelatihan ketak bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan lancar atau tidak. Melalui proses monitoring yang dilakukan oleh pengelola atau penanggung jawab program melihat bahwa pelaksaaan pelatihan berjalan lancar dan baik. Menurut penanggung jawab program pelatihan kerajianan ketak selalu memonitoring pelaksanaan kegiatan pelatihan satu atau dua kali dalam satu minggu.

d. Evaluasi Program Pelatihan Kerajinan Ketak

Keberhasilan sebuah program diukur dari sejauh mana keberlangsungan program tersebut. Dalam pelatihan kerajianan ketak yang diselenggarakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya juga melakukan evaluasi atau penilaian keberhasilan program. Akan tetapi penilaian yang dilakukan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya tidak seperti evaluasi yang menggunakan penilaian-penialaian seperti ujian tertulis maupun praktik. Penyelenggaraan program pelatihan ketak memiliki beberapa kriteria dalam menentukan keberhasilan program. Adapan kriteria keberhasilan dari program pelatihan ketak menurut pengelola atau penanggung jawab program antara lain sebagai berikut: 1) warga belajar mengetahui fungsi dari alat dan bahan pembuatan kerajinan ketak, 2) Warga belajar mampu membuat anyaman

(7)

kerajinan ketak dengan berbagai macam model. Instruktur mengatakan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kerapian dari hasil pembuatan ketak warga belajar, dan warga belajar mampu membuat berbagai macam model kerajinan ketak. Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan yaitu pengelola dan instruktur dapat disimpulkan kriteria keberhasilan pelaksanaan pelatihan kerajinan antara lain: 1) warga belajar mengetahui fungsi dari alat dan bahan pembuatan kerajinan ketak, 2) warga belajar pelatihan mampu membuat kerjianaan ketak dari dasar sampai menjadi ketak yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, 3) warga belajar bisa membuat ketak dengan bagus dan rapi, 4) warga belajar mampu membuat berbagai macam model kerajinan ketak.

e. Hasil Pencapaian Pelatihan Kerajinan Ketak

Dalam proses pelatihan kerajinan ketak terdapat hasil pencapaian program dalam pelaksanaan program pelatihan, hasil dari pelatihan program pelatihan kerajinan ketak antara lain: a) Warga belajar sudah memilki keterampilan di bidang kerajinan ketak, b) Warga belajar mengetahui fungsi dari alat dan bahan pembuatan kerajinan ketak, c) Warga belajar sudah mampu membuat anyaman kerajinan ketak dengan berbagai macam model, d) warga belajar memliki motivasi untuk berwirausaha, e) beberapa dari warga belajar menjadi pengusaha dibidang kerajinan ketak.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Pelatihan Kerajinan Ketak Setiap program yang diselenggarakan oleh lembaga PLS (Pendidikan Luar Sekolah) maupun instansi pemerintah, tidak terlepas dari faktor pendukung maupun faktor penghambat dari program. Demikian juga dengan program pelatihan kerajinan ketak yang diselenggakarakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram.

a. Faktor Pendukung

Adapun faktor pendukung dalam plaksanaan program pelatihan kerajinan ketak antara lain: a) fasilitas pelatihan yang sangat mendukung b) warga belajar memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti program pelatihan kerajinan ketak c) kedekatan warga belajar dengan instrukur maupun dengan pengelola program sangat baik sehingga menjadikan program pelatihan berjalan lancar dan kondusif. Untuk mengetahui apakah faktor pendukung dalam pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan oleh Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram, peneliti melakukan wawancara dengan pengelola atau penanggung jawab, instruktur atau tutor, dan warga belajar.

b. Faktor Pengahambat

Dalam suatu program pelatihan terdapat faktor penghambat yang terjadi. Adapaun faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak, adalah a) ketersediaan ketak (rumput hutan) yang menjadi bahan baku utama dalam membuat kerajinan terkadang kurang terpenuhi. b) kesibukan warga belajar apabila datangnnya

(8)

musim panen padi, karena sebagaian dari warga belajar bekerja sebagai buruh tani. Untuk mengetahui apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak, peneliti melakukan wawancara dengan pengelola atau penanggung jawab, instruktur atau tutor, dan warga belajar.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dalam pengelolaan program pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan oleh Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram yaitu tahap awal yang dilakukakan adalah tahap merencanakan program. Siagian dalam Sudjana (2004: 52) “mengemukakan lima fungsi manajemen. Kelima funsi itu adalah perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengawasan, dan penilaian”. Perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objectives). Setelah tujuan ditetapkan, perencanaan berkaitan dengan penyusunan pola, rangakaian, dan proses kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada tahap awal yaitu menentukan sasaran kegiatan. Dalam pelatihan kerajinan ketak yang menjadi sasaran yaitu ibu-ibu rumah tangga desa Gegelang kecamatan Lingsar yang mana pernah menjadi warga belajar LSM Perempuan Annisa Karya dalam program keaksaraan fungsional. Alasan warga belajar keaksaraan fungsional dilibatkan dalam program pelatihan kerajinan ketak adalah bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dan meningkatkan kemampuan berwirausaha ibu rumah tangga yang sebagian besar mata pencahariannya menjadi buruh tani. Instruktur yang ditujuk oleh penanggung jawab program yaitu warga belajar keaksaraan fungsional (KF). Alasan ditunjuknya Ibu Amenah sebagai instruktur karena memilki ketrampilan dalam kerajinan ketak, dan pernah mengikuti pelatihan kerajinan ketak sebelumnya, selain itu pengelola melihat ibu Amenah pandai berkomunikasi. Penyusunan kurikulum atau materi pelatihan keterampilan ketak yang disusun oleh pengelola atau instruktur disesuaikan dengan kebutuhan belajar warga belajar pelatihan ketak dan materi yang disampaikan sesuai dengan kemampuan warga belajar.

Dalam proses pelaksanaan program pelatihan kerajinan penanggung jawab program, dan instruktur melibatkan warga belajar dalam menyusun jadwal pelaksanaan pelatihan, alasan dilibatkannya warga belajar dalam merencanakan jadwal pelatihan adalah karena sebagian besar dari warga belajar memliki kesibukan atau pekerjaan yang lain. Tempat pelaksanaan pelatihan dilaksanakan di rumah warga belajar sesuai dengan kesepakatan bersama. Pelaksanaan pelatihan kerajinan ketak berjalan baik dan kondusif, karena antara instruktur dengan warga belajar memilki hubungan personal yang baik, saling mengenal dan memiliki kedekatan satu dengan yang lain, sehingga materi yang disampaikan instruktur dapat diterima dengan baik oleh warga belajar. Pada pelatihan kerajinan ketak, instruktur memberikan contoh kerajian ketak yang sudah jadi dengan model yang berbeda-beda, yang langsung berhubungan dengan setiap materi yang diajarkannya oleh instruktur. Hal ini menyebabkan penyampaian materi pelatihan yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti dan menarik untuk dipraktikkan sehingga warga belajar akan cepat memahami materi yang diberikan. Penanggung jawab program pelatihan

(9)

menyediakan alat dan bahan pembuatan kerajinan ketak, ini bertujuan untuk mempermudah warga belajar dalam proses pelatihan.

Monitoring atau pengawasan dalam suatu program sangat penting dilakukan, ini bertujuan untuk mengetahui pelatihan kerajinan ketak apakah berjalan baik atau tidak. Pada pelatihan kerajinan ketak penanggung jawab atau pengelola melakukan monitoring satu atau dua kali dalam seminggu. Pelatihan kerajianan ketak yang diselenggarakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya di desa Gegelang kecamatan Lingsar juga melakukan evaluasi atau penilaian keberhasilan program. Akan tetapi penilaian yang dilakukan tidak seperti evaluasi yang menggunakan penilaian-penialaian seperti ujian tertulis maupun praktik. Pelaksanaan program pelatihan ketak memiliki beberapa kriteria dalam menentukan keberhasilan program. Adapun kriteria keberhasilan dari program pelatihan ketak yang diselenggarakan di desa Gegelang kecamatan Lingsar adalah 1) warga belajar mengetahui fungsi dari alat dan bahan pembuatan kerajinan ketak, 2) warga belajar pelatihan mampu membuat kerjianaan ketak dari dasar sampai menjadi ketak yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, 3) warga belajar bisa membuat ketak dengan bagus dan rapi, 4) warga belajar mampu membuat berbagai macam model kerajinan ketak.

Dalam proses pelatihan kerajinan ketak terdapat hasil pencapaian program dalam pelaksanaan program pelatihan, hasil dari pelatihan program pelatihan kerajinan ketak antara lain: a) Warga belajar sudah memilki keterampilan di bidang kerajinan ketak, b) Warga belajar sudah mengetahui fungsi dari alat dan bahan pembuatan kerajinan ketak, c) Warga belajar sudah mampu membuat anyaman kerajinan ketak dengan berbagai macam model, d) warga belajar memliki motivasi untuk berwirausaha, e) beberapa dari warga belajar sudah menjadi pengusaha di bidang kerajinan ketak.

Pada pelaksanaan pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung dalam program pelatihan ini adalah a) fasilitas pelatihan yang sangat mendukung b) warga belajar memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti program pelatihan kerajinan ketak c) kedekatan warga belajar dengan instrukur maupun dengan pengelola program sangat baik sehingga menjadikan program pelatihan berjalan lancar dan kondusif. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak, adalah a) ketersediaan ketak (rumput hutan) yang menjadi bahan baku utama dalam membuat kerajinan terkadang kurang terpenuhi. b) kesibukan warga belajar apabila datangnnya musim panen padi, karena sebagaian dari warga belajar bekerja sebagai buruh tani.

Simpulan dan Saran Simpulan

1. Pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan oleh LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram di desa Gegelang kecamatan Lingsar berjalan cukup baik, pengelola menyelenggrakan program pelatihan dengan

(10)

melalui tahapan manajemen atau pengelolaan program pelatihan seperti perencanaan pelatihan, pelaksanaan, proses pelatihan dengan melibatkan warga belajar dalam penyusunan jadwal dan tempat pelatihan, interkasi tutor dengan warga belajar berjalan baik sehingga menciptakan suasana pelatihan yang kondusif. Monitoring yang dilakukan pengelola atau penanggung jawab program dilaksanakan satu atau dua kali seminggu, dan pada tahap akhir melakukan evaluasi program sehingga mendapatkan hasil yang diharapakan yaitu warga belajar memilki pengetahuan dan keterampilan baru dan menjadi pengerajin ketak maupun berwirausaha di bidang kerajianan ketak.

2. Faktor pendukung pelatihan kerajinan ketak yang diselenggarakan oleh Yayasan Annisa Karya Monjok Kota Mataram di Desa Gegelang Kecamatan Lingsar antara lain : a) fasilitas pelatihan yang sangat mendukung b) warga belajar memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti program pelatihan kerajinan ketak c) kedekatan warga belajar dengan instrukur maupun dengan pengelola program sangat baik sehingga menjadikan program pelatihan berjalan lancar dan kondusif. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan kerajinan ketak, adalah a) ketersediaan ketak (rumput hutan) yang menjadi bahan baku utama dalam membuat kerajinan terkadang kurang terpenuhi. b) kesibukan warga belajar apabila datangnnya musim panen padi, karena sebagaian dari warga belajar bekerja sebagai buruh tani.

Saran

1. Bagi LSM Perempuan Yayasan Annisa Karya

a. Kepada pengelola atau penanggung jawab program agar mengembangkan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak untuk mendukung tindak lanjut program.

b. Memperluas kerja sama dengan penyedia bahan baku ketak agar tetap mendapat pasokan bahan baku kerajinan.

2. Bagi Instruktur

Melakukan penilaian dengan standar yang sudah di sesuaikan seperti mengadakan ujian tertulis atau ujian praktik sehingga dapat mengukur keberhasilan program pelatihan.

3. Bagi Warga Belajar

Meningkatkan kerampilan dalam mengerajin ketak dan menunbuhkan kemampuan berwirausaha sebagai bekal dalam menunjang kehidupan perekonomian sehari-hari.

Daftar Pustaka

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Konsep dan Aplikasi). Bandung: CV Alfabeta.. Kamil, Mustofa. 2010.model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung:

Alfabeta.

Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: falah Production.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Dari pelaksanaan kegiatan ini adalah menyediakan waktu yang ekstra dalam melakukan trial error terhadap proses sinkronisasi. SASARAN STRATEGIS II : Meningkatnya Publikasi Ilmiah

Edaran Bank Indonesia No.8/32/DASP tanggal 20 Desember 2006 perihal Pendaftaran Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (SEBI), dengan ini kami laporkan bahwa sebelum

Dari pendapat di atas prinsip pembelajaran belajar membaca yang dimaksud adalah membiasakan anak membaca sejak dini, dengan materi yang bermakna serta terpusat pada

Begitupun tingkat kinerja pegawai berada pada kategori tinggi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Terdapat pengaruh motivasi intrinsik dan disiplin kerja

Nunukan ( BKP) , maka dengan ini Saudara kami undang untuk mengikuti acara PembuktianKualifikasi yang akan dilaksanakan pada:4. Hari/Tanggal : Rabu, 26

variansi-variansi populasi yang dikenai perlakuan metode mengajar dan variansi- variansi kreativitas siswa sama. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan perlakuan siswa

Wilayah terdampaknya adalah Kecamatan Wonomerto (Desa Wonorejo dan Sumberkare); Kecamatan Tongas (Desa Curah Tulis, Sumberejo, Wringianom, Pamatan, Klampok, Sumber