• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA STAIN SALATIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN AKADEMIK 2014/2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA STAIN SALATIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN AKADEMIK 2014/2015 - Test Repository"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RASA PERCAYA

DIRI MAHASISWA STAIN SALATIGA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK

2014/2015

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)

Oleh :

KHOIRI AZIZI

_______________________________________

NIM : 111 10 180

JURUSAN TARBIYAH

(2)

ii

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id Email : administrasi@stainsalatiga.ac.id

Drs. Lilik Sriyanti, M.Si

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Khoiri Azizi

NIM : 111 10 180

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam (PAI)

(4)

iv

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id Email : administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA STAIN SALATIG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN

AKADEMIK 2014/2015 Disusun oleh : KHOIRI AZIZI NIM : 111 10 180

(6)
(7)

vii

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Khoiri Azizi

NIM : 111 10 180

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 13 September 2014

Penulis

(8)
(9)

ix

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu

(10)

x

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, sehingga skripsi ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpi saya:

1. Kepada ayah saya Bapak Sugito dan ibu saya Istirokah, yang selalu mendo’akan dan memberi semangat kepada saya agar menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

2. Kakak saya Agus Winarno, Alfiatun, dan Sulistiowati yang selalu memberi semangat untuk bisa jadi yang terbaik dan meraih hidup yang lebih baik.

3. Dosen-dosen Tarbiyah, yang telah memberikan ilmu-ilmu, motivasi, dan segala inspirasi untuk menjadi bekal di masa yang akan datang.

4. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan khususnya kepada yang telah membantu dalam penyusunan sekripsi, dan memberikan motivasi supaya terus semangat dalam menyelesaikan sekripsi.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Bismillahirromanirrohim

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Rasimin, M.Pd., Selaku Ketua Program Studi PAI.

3. Ibu Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

4. Bapak Yedi Efriadi, M. Ag, selaku pembimbing akademik (PA). Dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya dari semester 1 sampai semester akhir 5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah banyak

(12)

xii

6. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga.

Semoga kebaikan mereka mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca. Kurang lebihnya mohon maaf.

Billahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 13 September 2014 Penulis

(13)
(14)

xiv ABSTRAK

Azizi, Khoiri. 2014. Hubungan Konsep Diri dengan Rasa Percaya Diri Mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Strata I Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2014. Pembimbing: Drs. Lilik Sriyanti, M.Si

Kata kunci: Konsep Diri dengan Rasa Percaya Diri.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2014/2015. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabanya adalah (1) Bagaimana diskripsi konsep diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015? (2) Bagaimana diskripsi rasa percaya diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015? (3) Adakah hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015?

Pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dilaksanakan dengan menggunakan metode angket atau kuesioner yang dibagikan pada 75 responden. Kemudian untuk mengetahui hubungan variabel X dan Vaiabel Y yaitu dengan menggunakan Product Moment.

(15)
(16)

xvi Daftar Isi

Halaman Judul ... i

Halaman Nota Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Deklarasi ... iv

Motto ... v

Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Abstrak ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 6

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Hipotesis ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

(17)

xvii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri... 19

1. Pengertian Konsep Diri ... 19

2. Jenis-jenis Konsep Diri ... 22

3. Isi Konsep Diri ... 26

4. Perkembangan Konsep Diri ... 32

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri ... 34

6. Dasar Pembentukan Konsep Diri ... 40

B. Rasa Percaya Diri ... 42

1. Pengaertian Rasa Percaya Diri... 42

2. Macam-macam Rasa Percaya Diri ... 44

3. Karateristik Percaya Diri ... 46

4. Proses Terbentuknya Percaya Diri ... 51

5. Faktor-faktor Terbentuknya Percaya Diri ... 52

6. Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri ... 55

C. Hubungan Konsep Diri dengn Rasa Percaya Diri ... 56

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum STAIN Salatiga ... 59

1. Profil Identitas Perguruan Tinggi ... 59

(18)

xviii

3. Letak Geografis STAIN Salatiga ... 60

4. Asas, Fungsi, dan Tujuan STAIN Salatiga ... 61

5. Visi dan Misi STAIN Salatiga... 63

6. Program Pendidikan... 63

7. Organisasi STAIN Salatiga ... 67

8. Sarana dan Pra-sarana STAIN Salatiga ... 68

9. Stuktur Organisasi STAIN Salatiga ... 69

B. Penyajian Data Penelitian ... 71

1. Daftar Nama Responden ... 71

2. Hasil Jawaban Angket ... 74

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama ... 84

1. Analisis Konsep Diri Mahasiswa ... 84

2. Analisis Rasa Percaya Diri Mahasiswa ... 90

B. Analisis Kedua ... 96

Analisis Uji Hipotesis ... 96

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran-saran ... 104

Daftar Pustaka ... 106

(19)
(20)

xx Daftar Tabel

Tabel 1 Daftar Nama Responden ... 71

Tabel 2 Skor Angket per Item Konsep Diri Mahasisw... 74

Tabel 3 Jawaban Angket Konsep Diri Mahasiswa ... 76

Tabel 4 Skor Angket per Item Rasa Percya Diri Mahasiswa... 79

Tabel 5 Jawaban Angket Rasa Percaya Diri Mahasiswa ... 81

Tabel 6 Hasil Skor Angket Konsep Diri Mahasiswa ... 85

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Mahasiswa ... 88

Tabel 8 Nilai Interval Konsep Diri Mahasiswa ... 90

Tabel 9 Hasil Skor Angket Rasa Percaya Diri Mahasiswa ... 91

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Rasa Percya Diri Mahasiswa ... 94

Tabel 11 Nilai Interval Rasa Percaya Diri Mahasiswa ... 96

Tabel 12 Tabel Penolong Untuk Menghitung Indeks Korelasi Besarnya Hubungan ... 97

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia terdapat sifat-sifat positif dan sifat-sifat negatif dan masing-masing individu diharuskan bertarung dalam dirinya sendiri untuk mengelola sifat-sifat baik dan buruk agar menjadi makhluk yang mulia. Sifat-sifat buruk manusia bisa menjadi dominanketika ia selalu mempertaruhkan hawa nafsu. Apabila dominasi ini tidak dilawan maka akan menyebabkan ia terjatuh kedalam keburukan yang semakin lama semakin menguat.

(22)

2

Konsep diri yang terdapat pada diri manusia dapat memberikan efek positif maupun efek negatif. Apabila seorang individu mampu berpandangan baik tentang dirinya sendiri maka akan berdampak efek positif bagi dirinya sendiri dan orang lain. Begitu juga sebaliknya apabila seseorang tidak yakin dengan kemampuannya atau persepsi tentang dirinya tidak baik maka akan memunculkan efek negatif bagi dirinya sendiri dan orang lain. Untuk itu manusia di berikan akal dan hati oleh Allah Subbhanna Wa Ta’alla supaya mampu berprasangka baik tentang dirinya dan yakin akan kemampuan yang dimilikinya.

Konsep diri merupakanpandangan dan perasaan tentang diri sendiri. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisik. Jadi untuk mengetahui konsep diri kita positif atau negatif, secara sederhana terangkum

dalam tiga pertanyaan berikut, “bagaimana watak kita sebenarnya?”, “bagaimana

orang memandang kita?”, “dan bagaimana pandangan saya tentang penampilan

saya?”. Jawaban pertanyaan pertama menunjukkan persepsi psikologis, jawaban

pertanyaan kedua menunjukkan persepsi sosial, dan jawaban pertanyaan ketiga menunjukkan persepsi fisik tentang diri kita (Rahmat, 1994:100).

(23)

3

pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Atau dengan kata lain, kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam kehidupan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh konsep diri. Dalam hal ini menunjukkna bahwa konsep diri memainkan peran utama dalam perilaku manusia. perubahan dalam konsep diri mengakibatkan perubahan dalam perilaku.

Konsep diri yang dimiliki seorang mahasiswa mengarahkan untuk mengetahui dan menilai dirinya seperti apa karakter, perilaku, dan bagaimana ia merasa puas menerima diri sepenuhnya. Selain itu dengan konsep diri yang baik mahasiswa juga dapat melakukan penilaian terhadap dirinya melalui hubungan interaksi sosial atau aktivitas sosialnyanilai-nilai yang dianutnya, dan hal-hal lain diluar dirinya. Seperti yang dikatakan Onong (1986:9) komunikasi antar pribadi merupakan jenis komunikasi dalam rangka mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang karena sifatnya dialogis.

(24)

4

Pola pikir sangat berpengaruh terhadap rasa percaya diri, reaksi fisik dan akan menyebabkan terjadinya interaksi sosial seseorang, perubahan dalam perilaku individu berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut berfikir, dan bagaimana individu tersebut merasa, baik secara fisik maupun secaraa emosional. Pola berfikir seseorang sangat membantu dalam mngatasi masalah yang berhubungan dengan suasana hati. Seperti depresi, kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan rasa malu. Apabila seseorang memiliki pola pikir positif maka individu tersebut dapat mengatasai masalah yang berhubungan dengan suasana hati. Begitu juga sebaliknya apabila individu berfikir secara negatif maka akan cenderung merasa depresi, tidak percaya diri atau malu, cemas, panik, muncul perasaan bersalah, yang pada akhirnya mengganggu interaksi sosialnya. Meskipun berfikir positif bukanlah solusi terhadap masalah kehidupan, tetapi pemikiran akan membantu menentukan suasana hati yang dialami dalam susana tertentu.

(25)

5

pandang yang negatif terhadap dirinya atau kemampuan yang dimilikinya maka akan muncul rasa khawatir, minder, cemas pada diri tersebut.

Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuannya sendiriyang memadai dan menyadari kemampuan yang dimilikinya serta dapat memanfaatkan secara cepat (Agung dan Iswidharmanjaya, 2014:13). Rasa percaya diri itu bisa muncul karena faktor keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, dan lahirnya rasa percaya diri itu karena kesadaran bahwa ketika seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, maka itu yang akan dilakukan. Artinya keputusan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Percaya diri tidak dapat dibeli, tapihanya bisa dilatih dipraktikan hingga menjadi kebiasaan, maka rasa percaya diri itu pasti sulit dimiliki (Afifi, 2014:7). Salah satu faktor untuk menumbuhkan rasa percaya diri adalah dengan pembentukan konsep diri yang positif yang ada pada diri kita.Dengan yakin akan kemampuan yang dimiliki pada diri seseorang khususnya pada mahasiswa maka dengan sendirinya rasa percaya diri akan terlatih dan terus meningkat sehingga menjadikan dirinya sebagai individu yang memiliki rasa percaya diri. Dengan kata lain jika seseorang yang memiliki gambaran tentang dirinya secara positif maka dapat merealisasikan potensi yang dimilikinya secara penuh (Siswato, 2007:38).

(26)

6

keprofesiannya. Terlebih profesi guru merupakan satu profesi yang mnuntut berhubungan dengan banyak orang dan berbicara didepan para siswa didik. Karenanya salah satu indikator profesionalitas guru adalah mampu dengan baik menjalin hubungan positif dengan peserta didik, sesama guru, masyarakat luas dan profesi lain yang terhubung secara langsung dengan profesi guru.

(27)

7

pembentukan rasa percaya diri mahasiswa khususnya pada mahasisiwa STAIN Program Sutdi Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu penelitian ini peneliti memberi judul “HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN RASA PERCAYA

DIRI MAHASISWA STAIN SALATIGA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN AKADEMIK 2014/2015.”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang terjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Bagaimana diskripsi konsep diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015?

2. Bagaimana diskripsi rasa percaya diri mahasiswa STAIN Salatiga program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015?

3. Adakah hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana diskripsi konsep diri mahasisiwa STAIN Salatiaga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015. b. Untuk mengetahui bagaiman diskripsi rasa percaya diri mahasiswa STAIN

(28)

8

c. Untuk mengetahui adakah hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1989:67). Begitu juga hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang bersifat sementara, sehingga ada kalanya hipotesis itu benar dan ada kalanya salah.

Berdasarkan telaah diatas peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri. Dengan kata lain semakin baik konsep diri seseorang maka semakin tinggi pula tingkat rasa percaya diri seseorang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia pendidikan khususnya dunia ilmu psikologi pendidikan. b. Memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan sumber

daya manusia, khususnya bagi para mahasiswa yang mengalami masalah terhadap konsep diri dan rasa percaya diri.

(29)

9

Sebagai bahan informasi dalam usaha untuk mengembangkan konsep diri dan rasa percaya diri.

b. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep diri dan rasa percaya diri sehingga dapat mengembangkannya lebih luas baik secara teoritis maupun secara praktis.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi ini peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu di jelaskan adalah sebagi berikut:

1. Konsep Diri

Menurut Sundeen konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Anna, 1992:2).

Menurut Brehm & Kassin, Tayloc Peplau & Sears, konsep diri adalah kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan atribut-atribut personal yang dimiliki ( Rahman, 40:2013 ).

(30)

10

interprestasi terhadap lingkungan serta dipengaruhi secara khusus oleh penguat penilaian dari orang-orang berarti bagi seseorang dan atribusi seseorang terhadap tingkah laku sendiri (Zulfan & Wahyuni, 2012:86).

Dari bebrapa penjelasan diatas bahwasanya konsep diri adalah pandangan atau persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Pandangan dan perasaan tentang dirinya tersebut merupakan pandangan dari segi psikologi sosial dan fisik, dan bisa bersifat positif atau negatif sesuai dengan konsep diri yang di miliki setiap individu

Adapun indikator dari konsep diri positif adalah:

a. Tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing.

b. Menerima pujian tanpa rasa malu. c. Bersikap teguh dalam pendirian.

d. Yakin dengan kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah. e. Merasa setara dengan orang lain.

f. Mampu mengintropeksi dirinya sendiri. Indikator dari konsep diri negatif adalah: a. Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi b. Sulit mengakui kesalahan sendiri

c. Mudah marah

(31)

11 e. Merasa tidak diperhatikan

f. Selalu bersikap pesimis dalam bentuk persaingan 2. Percaya diri

Percaya diri diartikan sebagai rasa percaya atau suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimilikidapat dimanfaatkan secara tepat (Sarastika, 2014:50).

Percaya diri adalah suatau keyakinan seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang dimiliki individu dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan hidup (Hakim, 2002:6).

Adapun indikator dari rasa percaya diri sebagai berikut:

a. Berani mengemukakan ide-ide atau pendapat yang dimiliki. b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. c. Memiliki kemampuan untuk menggali potensi diri.

d. Kekurangan yang dimiliki tidak menyebabkan dirinya menjadi patah semangat.

e. Yakin akan kemampuan yang dimilikinya. f. Tidak mudah putus asa.

G. Metode Penelitian

(32)

12

secara sistematis yang diperluas dengan menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan prosedur-prosedur, dalam rangka usaha mencapai pemecahan suatu problem secara lebih baik dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa California (dalam bukunya Kasiram, 2008:36). Penelitian merupakan pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang valid.

Kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarakat apabila hasil penelitian itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut:

1. Pendekatan dan rancangan penelitian

Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan rancangan studi korelasional. Karena dalam penelitian ini, peneliti akan mencari hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua variabel. Variabel yang pertama konsep diri dan variabel kedua rasa percaya diri mahasiswa.

Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan observasi awal terhadap kondisi riil objek penelitian. b. Menyiapkan fasilitas pendukung berupa angket.

c. Melaksanakan penelitian.

(33)

13 2. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi penelitian

STAIN Salatiga Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721. b. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1-10 September 2014. 3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80). Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015.

(34)

14

mensukseskan praktek mengajar. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui diskripsi konsep diri dan rasa percaya diri yang dimiliki setiap mahasiswa jurusan tarbiyah lebih khususnya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Peneliti akan melakukan penelitian di lapangan, dalam menentukan populasi dan sampel sesuai dengan pendapat Suharsini Arikunto, bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, tetapi jika subjeknya dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 1991:107). Populasi mahasiswa di STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015 pada mahasisiwa tahunangkatan 2012 yang berjumlah (259) mahasiswa, dari 30% subjeknya maka penelitian ini hanya mengambil (75) mahasiswa. Peneliti mengambil sempel pada mahasisiwa STAIN Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2014/ 2015 tahun angkatan 2012 dikarenakan angkatan tersebut akan melaksanakan Praktek Pengayaan Lapangan (PPL). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik dalam pengambilan sampel yaitu dengan cara random sampling.

(35)

15

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuesioner atau angket, observasi langsung serta dokumentasi. Adapun rinciannya sebagai berikut:

a. Angket atau kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:142).

Metode kuesioner ini akan digunakan untuk mendapatkan data tentang konsep diridan rasa percaya dirimahasiswa.

b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011:144). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono (2011:144 ) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang konsep diri dan rasa percaya diri mahasiswa.

(36)

16

Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian secara umum. Yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi geografis, monografis dan struktur pemerintahan.

Menurut pengamatan yang dilakukan peneliti pada mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015 khususnya pada mahasiswa tarbiyah Pendidikan Agama Islam (PAI) yang akan melaksanakan Praktek Pengayaan Lapangan (PLL), rata-rata tingkat rasa percaya diri yang dimiliki masih rendah dikarenakan kurang yakinnya akan kemampuan yang dimilikinya atau persepsi terhadap dirinya masih kurang baik.

5. Instrumen penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri mahasisiwa adalah daftar pertanyaan dalam angket.

(37)

17 F

N

Analisis awal ini untuk mengetahui konsep diri dengan rasa percaya diri mahasiswa. Teknik analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai berikut:

P = X 100 % Keterangan:

P = prosentase individu dalam golongan F = frekuensi.

N = jumlah subjek dalam golongan b. Analisis lanjutan

(38)

18 H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II: LANDASAN TEORI

Memuat tentangkajian pustaka tentang hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri mahasiswa.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Memuat tentang gambaran umum hubungan konsep diri dengan rasa percaya diri mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2014/2015. serta penyajian data gambaran umumnya.

BAB IV: ANALISIS

(39)

19

BAB V: PENUTUP

(40)

20 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Definisi konsep diri dari menurut beberapa para ahli masih berbeda-beda namun pada umumnya memiliki penekanan dan peran yang sama terhadap cara pandang diri, yaitu:

Konsep diri merupakan terjemahan dari kata self-concept. Konsep adalah citra diri (self image) yang mempersatukan gambaran mental tiap-tiap individu terhadap dirinya sendiri, termasuk aspek penilaiaan diri dan penghargaan terhadap dirinya Gibson (dalam bukunya Zulfan & Wahyuni, 85:2012).

Acuan dari teori psikologi menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karateristik individu, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak meliputi kekuatan-kekuatan individu, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalandirinya. Konsep diri adalah inti kepribadian individu (Susana dkk, 2006:32).

(41)

21

psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang mereka capai. Semua konsep diri itu meliputi citra diri secara fisik dan citra diri secara psikologi, Hurlock (dalam bukunya Zulfan & Wahyuni, 86:2012).

Konsep diri merupakan hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri Burns (dalam bukunya Pudjijogyanti, 2:1995). Menurut Cawagas konsep diri adalah pandangan seluruh individu akan dimensi fisiknya, karateristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kegagalannya, cita-citanya dan lain-lain ( Pudjiogyanti, 2:1995).

Menurut Brooks konsep diri diartikan sebagai persepsi mengenai diri individu baik berupa fisik, sosial dan psikologis yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain (Zulfan & Wahyuni, 87:2012).

Menurut William D. Brook konsep diri adalah “ those physical,

social, and psychological perception of ourselves that we have derived from experiences and our intercation with others”. Jadi konsep diri adalah

pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisis. Dengan demikian, ada dua komponen konsep diri: komponen kognitif dan komponen efektif . Boleh

jadi komponen kognitif Anda berupa, “saya ini orang bodoh,” dan

komponen efektif Anda berkata, “saya senang diri saya bodoh ; ini lebih

(42)

22

komponen efektifnya berbunyi, “Saya malu sekali karena saya menjadi

orang bodoh.” Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra

diri (self image), dan komponen efektif disebut harga diri (self esteem) (Rahmat, 1994:99-100).

Rentsch dan Haffner (yang dikutip Baron dan Byrne) menyebutkan bahwa konsep diri memiliki beberapa komponen, yaitu: atribut interpersonal (saya seorang mahasiswa, saudara perempuan, sopir truk, pemain sepak bola) karateristik bawaan (saya laki-laki, asli Sunda, berusia 24 tahun), minat dan aktivitas (saya pintar memasak, saya suka nonoton film, saya kolektor prangko), self determination (saya beragama islam, saya dapat menyellesaikan studi dengan tepat waktu), aspek eksistensial (saya orangnya menarik, saya orangnya unik), kepercayaan (saya menentang aborsi, saya seorang demokrat), kesadaran diri (saya orang baik, saya suka berbohong ), dan diferensiasi sosial (saya berasal dari keluarga miskin, saya orang indonesia) (Rahman, 2013:40).

Dari definisi konsep diatas dapat disimpulkan dan diambil pengertian bahwa konsep diri adalah:

(43)

23

b. Konsep diri dapat diperoleh melalui hubungan atau interaksi dengan orang lain, khususnya dengan lingkuna sosial dan lingkungan keluarga.

c. Konsep diri memiliki beberapa aspek diantaranya, aspek psikologi, aspek sosial dan aspek fisik.

2. Jenis-jenis Konsep Diri

Menurut William D. Brooks dalam (bukunya Sarastika, 2014:70) konsep diri ada dua macam yakni konsep diri positif dan konsep diri negatif

a. Konsep diri positif

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah ke kerendahan hati dan kedermawaan dari pada keangkuhan dan keegoisan (Sarastika, 2014:72). Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah sebagai berikut:

1) Yakin dengan kemampuan

Orang yang berkonsep diri positif yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah. Orang yang seperti ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

(44)

24

Ciri-ciri yang kedua adalah merasa setara dengan orang lain. Namun begitu, ia selalu merendahkan hati, tidak sombong, tidak mencela atau meremehkan siapapun, dan selalu menghargai orang lain.

3) Siap dengan pujian

Orang dengan konsep diri positif akan dapat menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa rendah hati. Jadi, meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremahkan orang lain.

4) Peka

Orang yang berkonsep diri positif menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keingin serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat.

5) Pintar intropeksi

(45)

25

mampu untuk mengintropeksi dirinya sendiri sebelum mengintropeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.

b. Konsep diri negatif

Menurut Sarastika (2014:72) Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung ingin menang sendiri. Tanda-tanda indvidu yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagia berikut:

1) Tidak tahan kritikan

Orang ini sangat tidak tahan kritikan yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam. Hal ini, dilihat dari faktor yang mempengaruhi diri, individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.

2) Responsif sekali terhadap pujian

(46)

26

harga dirinya menjadi pusat perhatiaan. Bersama dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.

3) Cenderung bersikap hiperkritis

Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun, mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

4) Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain

Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagi musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Hal ini berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi.

5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi

Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

(47)

27

dirinya, sehingga selalu bersikap optimis, percaya diri dan selalu bersikap positif dan teguh terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dijadikan sebagai akhir dari semua, namun akan dijadikan sebagai pelajaran untuk melangkah kedepan yang lebih baik. Seperti yang dikatakan Susana dkk (2006:19) bahwasanya orang yang memiliki konsep diri positif yang ditunjukan melalui self eseem yang tinggi, segala perilaku akan tertuju pada keberhasilan.

Begitu juga sebaliknya orang yang memiliki konsep diri yang negatif dia lebih cenderung merasa kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya contohnya, merasa lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, gagal, malang, tidak menarik, tidak disenagi dan kehilang daya tarik terhadap hidup. Orang yang memiliki sifat seperti ini ia cenderung bersifat pesimistik terhadap kehidupannya dan kesempatan yang dihadapinya. Seperti yang dikatakan Susana dkk (2006:19). Individu yang mempunyai gambaran negatif tentang dirinya, maka akan muncul evaluasi negatif pula tentang dirinya. Segala informasi positif tentang dirinyaakan diabaikannya, dan informasi negatif yang sesuai dengan gambaran dirinya akan disimpan.

3. Isi Konsep Diri

(48)

28

selalu dengan tingkatan usia. Salah satu faktor yang menentukan terbentuknya konsep diri adalah internalisasi pengalaman sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Burns mendiskripsikan isi dari konsep diri adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik fisik

Karakteristik fisik merupakan suatu ciri atau hal yang membedakan dari satu individu dengan individu lain yaitu, yang mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat badan, atau bentuk tubuh mulai dari kepala sampai dengan tungkai kaki. Karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan individu lain tentang dirinya sendiri, contohnya kalau seorang bintang film cantik pasti akan dijadikan idola. Hal ini kadang dijadikan masalah, karena individu itu sendiri merasa memiliki kekurangan dibandingkan temannya yang melebihi kelebihannya, perasaan ini juga dapat berkembang menjadi konsep diri yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai kelebihan.

b. Penampilan

(49)

29

yang seperti ini, individu dimungkinkan percaya diri atau tidak. Misalnya, seseorang yang tidak pernah memakai make-up suatu saat disuruh temannya memakainya, tentunya pada saat itu ada perbedaan antara temannya yang sudah biasa memakai make-up dengan yang malu dan menutupi wajahnya dengan kain.

c. Kesehatan dan kondisi fisik

Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu dalam menjalani kehidupan ini, terutama dalam mencapai karier individu yang mempunyai kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik akan mengalami gangguan atau ketidak normalan yang berakibat individu itu merasa tidak aman atau merasa tidak percaya diri, yang berakibat menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif, individu yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang baik akan percaya diri bila dibandingkan dengan yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau lemah.

d. Rumah dan hubungan keluarga

Rumah dan hubungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan luar.

(50)

30

pengalaman yang akan dijadikan pegangan individu dalam berinteraksi untuk itu rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat individu senang dan bahagia dengan rumah dan hubungan keluarga yang dimilikinya. Tetapi seorang inidvidu yang rumah dan hubungan keluarganya yang tidak terjalin dengan baik, misalnya kedua orang tua bercerai atau broken home ini akan menyebabkan individu memiliki pandangan yang negatif tentang keluarganya.

e. Sikap dan hubungan sosial

(51)

31

Misalnya anak yang introvet memandang lingkungan yang ditempati saat ini membosankan dan menyakitkan bagi dirinya.

f. Bakat dan minat sosial

Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun individu itu kembar sekalipun. Seorang yang memiliki bakat dan minat yang terlatih atau tersalurkan akan mengakibatkan individu itu mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang dan biasanya timbul perasaan percaya diri bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan berbeda dengan individu yang bakat dan minatnya tidak jelas atau asal-asalan.

g. Kecerdasan

Kecerdasan berkaitan dengan status intelektual yang dimiliki individu. Kecerdasan ini ada yang tinggi dan ada yang rendah. Dari kecerdasan ini cara berfikir dan daya tangkap individu berbeda, sehingga pandangan terhadap dirinya sendiri tentunya juga berbeda-beda, misalnya anak yang memiliki kecerdasan yang baik atau tinggi akan dipuji oleh guru, orang tua dan teman-temannya yang kemudian individu itu akan percaya diri saat mengerjakan tugas atau mengikuti test.

(52)

32

Hoby dan permainan sangat berhubungan, karena dari percobaan setiap permainan akan muncul pengembangan hoby. Dengan terkuasainya permainan itu, individu akan berusaha mengembangkan kemampuan dan percaya diri terhadap hoby dan permainan. Individu yang memiliki hoby dan permainan yang dapat dikembangkan secara baik akan terarah dan adanya dukungan dari diri, keluarga dan lingkungan dekatnya, individu akan termotivasi untuk mengembangkannya dan tentunya individu itu akan dipandang lingkungan sekitarnya.

i. Religius

Manusia hidup tidak dapat terlepas dari hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa karena tanpa kekuasaan dan karunianya kita tidak dapat hidup. Seseorang yang memiliki segi religius positif akan menjalankan perintah-perintah-Nya dan akan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Untuk itu religius yang positif ini akan memengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku atau bertindak yang mengarah pada penilaian diri yang percaya diri dan positif.

j. Sekolah dan pekerjaan sekolah

(53)

33

individu terhadap sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi di dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Seseorang individu yang selalu mendapat nilai tidak bagus ini akan memengaruhi terhadap cara belajarnya atau pandangan individu bahwa dirinya seorang yang cenderung gagal atau bodoh.

k. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tempramen, karakter, tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini akan memengaruhi individu dalam bertindak atau berfikir, misalnya seorang individu yang selalu suka mengatur, dalam segi kegiatan individu itu akan selalu mengatur atau berpandangan kalau dia berhak mengaturnya.

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa isi konsep diri yaitu karakteristik fisik, penampilan, kesehatan dan kondisi fisik, rumah dan hubungan keluarga, sikap dan hubungan sosial, bakat dan minat sosial, kecerdasan, hoby dan permainan, religius, sekolah dan pekerjaan sekolah serta ciri kepribadian.

4. Perkembangan Konsep Diri

(54)

34

2012:91)) mengatakan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan hubungan anak dengan orang lain, misalnya dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Bagaimana mereka memperlakukan anak, apa yang mereka katakan mengenai anak, dan bagaiman status anak dalam kelompok tempat ia mengidentifikasi diri, akan memengaruhi perkembangan konsep diri anak.

Menuru Hurlock (dalam bukunya Zulfan & Wahyuni, 2012:91) merinci pola perkembangan konsep diri, sebagai berikut:

a. Konsep diri primer (the primer self-concept)

Dibentuk berdasarkan pengalaman anak di rumah, sehingga tertanam bermacam-macam konsep diri, yang dihasilkan dari pengalaman dengan anggota-anggota keluarga yang berbeda seperti orang tuadan saudara-saudaranya.

(55)

35

Dengan bertambahnya hubungan anak diluar rumah maka anak memerlukan konsep diri orang lain terhadap dirinya, hal ini menimbulkan konsep diri sekunder. Jadi, konsep diri sekunder adalah bagaimana anak melihat diri mereka berdasarkan pandangan orang lain. Konsep diri primer sering kali menentukan konsep diri sekunder. Perkembangan konsep diri sekunder akan dibentuk oleh kepercayaan yang mereka miliki.

Perkembangan konsep diri menurut Lewis dan Brooks Gunn (dalam bukunya Zulfan & Whyuni, 2012:92) dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu existensial self, categorial self, dan self esteem.

Menurut Roger yang dikutip Bee ( dalam bukunya Zulfan & Wahyuni, 2012:93) mengatakan konsep diri berkembang melalui proses. Pada mulanya anak mengobservasi fungsi dirinya sendiri sebagaimana ia melihat lingkah laku dari orang lain. Pada mulanya anak menyadari

dirinya, dan mulai memberikan “sifat khusus” terhadap dirinya sendiri,

(56)

36

Dari beberapa paparan tentang pola perkembangan konsep diri dapat disimpulkan bahwasanya, perkembangkan konsep diri seseorang itu melalui dua pola yakni yang pertama perkembangkan konsep diri primer, yang mana seseorang itu mengalami perkembangan konsep diri melalui pengalaman yang didapatkannya dilingkungan keluaraga, dan yang kedua perkembangan konsep diri sekunder yang mana perkembangan tersebut dialaminya melalui hubungan dengan orang lain di luar rumah (sikap bersosialisasi dimasyarakat). 5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Konsep Diri

Zulfan & Wahyuni (2012:94) mengemukakan bahwa: faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan konsep diri menurut Rapport yang dikutip Partusuwido dkk adalah perubahan fisik, hubungan dengan keluarga, hubungan lawan atau sesama jenis, perkembangan kognitif, dan identitas personal. Demikian pula Hurlock, menyebutkan lebih terperinci faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan konsep diri adalah: jasmani, cacat jasmani, kondisi fisik, produksi kelenjar tubuh, pakaian, nama dan panggilan, kecerdasan, tingkat aspirasi, emosi, pola kebudayaan, sekolah, status sosial dan keluarga. Jadi banyak sekali faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan konsep diri, namun dalam tulisan ini hanya dikemukakan beberapa faktor saja yang diperkirakan besar pengaruhnya terhadap perkembangan konsep diri anak, yaitu:

(57)

37

Salah satu sumber yang penting dari konsep diri adalah citra fisik. Hal ini adalah merupakan cara bagi seseorang melihat fisiknya, yang meliputi tidak hanya apa yang dilihat dari pantauan cermin tetapi juga berdasarkan pengalaman melalui refleksi orang lain. Menurut Fisher yang dikutip Eastwood (dalam bukunya Zulfan & Wahyuni 2012:94) tidak ada yang lebih menarik dilihat dari citra fisik, misalnya foto orang yang bersangkutan biasanya menimbulkan keinginan bagi orang tersebut untuk melihat dirinya. Remaja cenderung tidak merasa bahagia bila ada hambatan dalam penampilan fisik dan kadang-kadang menimbulkan ketidakpuasan.

(58)

38

diri kearah positif karena penilaian yang positif akan menumbuhkan rasa puas, yang selanjutnya merupakan awal dari penilaian positif terhadap diri sendiri. Dengan demikian, keadaan dan penampilan fisik yang baik merupakan aspek yang penting untuk memperoleh tanggapan yang baik dari lingkungan. Tanggapan tersebut merupakan refleksi yang digunakan individu untuk menilai dirinya sendiri.

b. Peranan keluarga

(59)

39

menjadi pemberontak, agresif, menarik diri atau mementingkan diri sendiri Hurlock (dalam bukunya Zulfan & Wahyuni, 2012:96). Pola tingkah laku yang tidak matang dan tidak sosial yang diakibatkan oleh konsep diri yang tidak menguntungkan dapat berkembang dari lingkungan keluarga ke lingkungan sosial yang lebih luas, sehingga memengaruhi hubungan anak dengan orang lain, yang menyebabkan orang lain tidak menyenangi mereka. Hal ini akan menimbulakan konsep diri yang tidak menguntungkan dalam lingkungan yang lebih luas.

(60)

40

sulit menyesuaikan diri, merasa rendah diri, dan kurang menghargai orang lain. Jadi pengalaman-pengalaman yang diterima anak dalam keluarga akan memengaruhi perkembangan dan pembentukan konsep diri anak.

c. Peranan kelompok teman sebaya

Teman sebaya merupakan salah satu kelompok sosial yang berperan penting dalam proses sosialisasi anak. Dalam kelompok tersebut anak akan memperoleh berbagai pengalaman belajar yang diperlukan bagi perkembangannya. Matin dan Stendler menyebutkan beberapa peranan kelompok teman sebaya, yaitu: memeberi model, memberikan penghargaan, memberikan identitas diri dan memberikan semangat (Zulfan & Wahyuni 2012:98).

(61)

41

antara lain: mempunyai toleransi, menyukai orang lain, flexsibel, simpatik, mempunyai daya tarik fisik, suka humor gembira, dan sebagainya Mussen (Zulfan & Wahyuni, 2012:99). Anak-anak yang ditolak oleh teman-temannya sering merasa malu, resesif, terkucil dan mementingkan diri sendiri. Anak yang diterima oleh teman-temannya akan merasa lebih baik dari pada anak yang ditolak oleh teman-temanya.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa hubungan anak dengan teman-temanya akan berpengaruh terhadap konsep diri anak.

d. Peranan harga diri

(62)

42

dengan harga diri. Kepuasan diri dicapai oleh orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik serta terhindar dari rasa cemas, keragu-raguan dan sintom psikomatik. Disamping itu penelitian yang dilakukan Daly dan Burton ( dalam bukunya Zulfan & Wahyuni 2012:100) menemukan korelasi negatif antara harga diri dan perasaan tidak rasional. Selanjutnya mereka mengatakan, banyak diantara klien yang mencari pelayanan konseling, problemnya adalah rendahnya harga diri mereka.

Berdasarkan uraian dan fakta yang disebutkan diatas dapat diambil pengertian bahwa adanya sifat-sifat tertentu yang dihasilkan oleh harga diri, selanjutnya akan mempengaruhi konsep diri seseorang. 6. Dasar Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri dibentuk oleh 2 ciri yaitu ciri kognitif dan ciri afektif. Dalam psikologi sosial, ciri kognitif disebut citra diri (self image) dan ciri afektif disebut harga diri (self esteem) (Rahmat, 1994:99).

Ciri kognitif wujudnya adalah pengetahuan tentang keadaan dirinya sendiri. Contoh: saya pandai, rajin, cerdas merupakan penjelasan tentang

“siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang dirinya. Gambaran

(63)

43

Contoh: saya merasa senang dengan keadaan diriku yang yang mencapai tujuan tahap demi tahap.

Penilaian diri yang demikian menunjukan pada diri yang positif dengan berdasarkan penerimaan diri yang pada tahap berikutnya akan terbentuk harga diri yang po sitif. Jadi pada dasarnya pembentukan konsep diri adalah pengetahuan dan harapan individu tentang dirinya sendiri (ciri kognitif) dan penilaian individu terhadap dirinya sendiri (ciri kognitif). Jadi ciri kognitif bersifat obyektif dan ciri afektif bersifat subyektif.

Menurut Copersmith (dalam bukunya Susana dkk, 2006:34) ada 4 faktor yang berperan dalam pembentukan konsep diri individu.

a. Faktor kemampuan

Setiap individu mempunyai kemampuan. Oleh karenanya kemampuan yang ada pada diri setiap individu harus di latih dan dikembangkan. Karena setiap individu mempunyai peluang untuk mengembangkan kemampuan sehingga dapat melakukan sesuatu.

b. Faktor perasaan berarti

Setiap individu harus memupuk rasa berarti dalam setiap aktivitas sekecil apapun dan sederhana apapun, supaya tidak merasa hampa atau merasa rendah diri.

(64)

44

Ketika diri individu telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh kebajikan dalam dirinya. Sehingga merasa lingkungan adalah tempat yang menyenangkan dan nyaman. Tempat dengan atmosfir yang nyaman akan menjadikan diri individu berbuat kebajikan bagi lingkungannya.

d. Faktor kekuatan

Pola perilaku berkarateristik positif memberikan kekuatan bagi individu akan dapat menghalau upaya yang negatif. Sebagi contoh, takut untuk menyontek, berbohong, dan melakukan perbuatan yang negatif yang lainnya.

Keempat faktor tersebut harus dimiliki oleh setiap diri individu supaya memiliki konsep diri yang positif. Begitu juga sebaliknya jika dalam diri individu tidak tertanam empat faktor pembentukan konsep diri maka akan berdampak negatif dalam pembentukan konsep diri.

B. Rasa Percaya Diri

1. Pengertian Rasa Percaya Diri

(65)

45

a. Menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan (Sarastika, 2014:50).

b. Menurut W.H Miskelll percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki serta, serta dapat memanfaatkan secara tepat (Sarastika, 2014:50)

c. Rasa percaya diri adalah sebuah bentuk keyakinan kuat pada jiwa, kesepahaman dengan jiwa, dan kemampuan menguasai jiwa (Yusuf, 2005:14).

d. Percaya diri adalah keyakinan yang menggerakkan, arah hidup yang benar, dan prinsip-prinsip yang dipegang teguh (Munir, 2010:188).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, di manaindividu dapat mengevaluasi dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan yang dimilikinya, dan bersikap optimis pada segala sesuatu. Sehingga dapat melakukan berbagai hal untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

(66)

46

yang kita miliki atau tidak percaya diri maka kita akan merasa bahwa diri kita tidak akan mampu, dan akhirnya benar-benar tidak akan mampu, kemudian untuk bisa percaya diri, harus mempunyai cara berfikir percaya diri.

Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Manusia adalah makhluk ciptaannya yang memiliki derajat paling tinggi karena kelebihan akal yang dimiliki, sehingga sepatutnya ia percaya dengan kemampuan yang dimilikinya sebagaimana firman allah dalam Al-qur’an surat ali-imron ayat 139, sebagai berikut:























Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

(67)

47 2. Macam-macam Percaya Diri

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan. Orang yang percaya diri yakin dengan kemampuan yang dimilikinya serta memiliki penghargaan yang realistis, bahkan apabila harapan atau tujuan yang di inginkan tidak terwujud, mereka tetap bersikap positif dan dapat menerimanya (tidak putus asa).

Menurut James Neill (dalam bukunya Sarastika, 2014:51-52) menyebutkan beberapa macam-macam istilah yang terkait dengan persoalan percaya diri antara lain :

a. Self concept

Percaya diri yang pertama disebut self concept. Pada istilah ini dipahami bagaimana seseorang menyimpulkan dirinya secara keseluruhan, bagaimana seseorang melihat potret dirinya secara keseluruhan, dan bagaimana seseorang mengkonsepsikan dirinya secara keseluruhan.

b. Self esteem

(68)

48 c. Self efficacy

Self efficacy yakni sejauh mana seseorang punya keyakinan atas kapasitas yang dimilikinya untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self efficacy, atau juga, sejauh mana seseorang meyakini kapasitasnya di bidangnya dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specificself efficacy.

d. Self confidence

Rata-rata yang dicapai orang adalah self confidence ini. Self confidence menyangkut sejauh mana seseorang punya keyakinan terhadap penilaiannya atas kemampuan dan sejauh mana seseorang

bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidece

adalah kombinasi dari self esteem dan self efficacy.

(69)

49 3. Karakteristik Percaya Diri

Menurut Lindenfield (1997:4-7) menjelaskan bahwa ada dua jenis rasa percaya diri, yaitu percaya diri lahir dan percaya diri batin.

a. Percaya diri lahir

Percaya diri lahir adalah percaya diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Jenis percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita.

Lebih lanjut Lindenfield mengemukakan empat ciri utama seseorang yang memiliki percaya diri batin yang sehat, keempat ciri tersebut adalah:

1) Cinta diri

Orang yang cinta diri mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain. Mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan secara wajar dan selalu menjaga kesehatan diri. Mereka juga ahli dalam bidang tertentu sehingga kelebihan yang dimiliki bisa dibanggakan, hal ini yang menyebabkan individu tersebut menjadi percaya diri.

(70)

50

Orang yang percaya diri batin sangat sadar diri. Mereka selalu intropeksi diri agar setiap tindakan yang dilakukan tidak merugikan orang lain.

3) Tujuan yang positif

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidup. Ini disesabkan karena mereka punya alasan dan pemikiran yang jelas dari tindakan yang mereka lakukan serta hasil apa yang mereka dapatkan.

4) Pemikiran yang positif

Orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang menyenangkan. Salah satu penyebabnya karena mereka terbiasa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus.

b. Percaya diri batin

Percaya diri batin membuat inidividu harus bisa memberikan kesan pada dunia luar bahwa ia yakin akan dirinya sendiri (percaya diri lahir), melalui pengembangan keterampilan dalam empat bidang sebagai berikut:

(71)

51

Keterampilan komunikasi menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap percaya diri. Menghargai pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan umum, tahu kapan harus berganti topek pembicaraan, dan mahir dalam berdiskusi adalah bagian dari keterampilan komunikasi yang bisa dilakukan jika individu tersebut memiliki rasa percaya diri.

2) Ketegasan

Sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan juga diperlukan, agar kita terbiasa untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan serta membela hak kita, dan menghindari terbentuknya perilaku agresif dan positif dalam diri.

3) Penampilan diri

Seorang individu yang percaya diri selalu memperhatikan penampilan dirinya, baik dari gaya pakaian, aksesoris dan gaya hidupnya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain.

4) Pengendalian perasaan

(72)

52

Sikap percaya diri yang dimiliki seorang individu memiliki beberapa kriteria yang menonjol, Sarastika (2014:55-56) mengemukakan beberapa ciri-ciri orang yang percaya diri yang bisa diamati baik secara verbal maupun non-verbal, diantaranya sebagi berikut:

a. Orang yang percaya diri secara verbal biasanya:

1) Membuat pernyataan yang jujur, jelas, singkat, dan langsung pada masalah.

2) Menggunakan pernyataan “saya”: “saya ingin...” atau “saya

pikir...”

3) Menawarkan saran perbaikan, bukan nasehat atau perintah.

4) Menawarkan kritik membangun, tidak menyalahkan, atau mengharuskan.

5) Mengajukan pertanyaan untuk menemukan pemikiran dan perasaan orang lain.

6) Menghargai hak orang lain.

7) Mengkomunikasikan sikap saling menghargai pada saat kebutuhan dari dua orang sedang bertentangan, dan mencari penyeselaian yang dapat diterima kedua belah pihak.

b. Orang yang percya diri non-verbal biasanya:

(73)

53

3) Bersikap terbuka dan mendukung komentar mereka. 4) Berbicara dengan tekanan yang jelas, mantap dan tegas. 5) Ekspresi wajah santai, tersenyum ketika merasa senang.

6) Berbicara dengan mantap, teratur menekankan kata-kata kunci. Dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, biasanya orang yang percaya diri mudah berbaur dan beradaptasi dibandingkan yang tidak. Karena mereka memiliki pegangan yang kuat, mampu mengembangkan motivasi, serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya. Untuk itu alangkah lebih baiknya agar yakin menerima dan menghargai diri sendiri secara positif, yakin akan kemampuan diri sendiri, optimis, tenang, aman, dan tidak perlu dalam menghadapi masalah.

4. Proses Terbentuknya Percaya Diri

(74)

54

Proses terbentuknya rasa percaya diri menurut Hakim (2002:6) secara garis besar menyebutkan sebagai berikut :

a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan yang kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

c. Pemahan dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri.

d. Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Kekurangan pada salah satu proses tersebut, kemungkinan besar akan mengakibatkan seseorang mengalami hambatan untuk memperoleh rasa percaya diri.

(75)

55

rasa percaya diri merupakan sumber kekuatan diri kita untuk dapat bergaul dengan lingkungan sosial. Orang yang memiliki rasa percaya diri akan bertindak dengan tegas dan memiliki sikap yang optimis, motivasi hidup lebih bermakna dan memiliki harga diri yang tinggi.

5. Faktor-faktor Terbentuknya Percaya Diri

Para pakar ahli berkeyakinan bahwa rasa percaya diri diperoleh bukan dengan cara yang istan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak dini, dalam kehidupan dengan orang tua. Ada bebrapa faktor yang menjadi pengaruh dalam pembentukan rasa percaya diri seseorang yaitu: a. Pola asuh

(76)

56

akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai dirinya secara positif dan mempunyai harapan yang realistik terhadap dirinya, seperti orang tuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.

b. Sekolah

Dalam lingkungan sekolah, guru sebagai panutan utama bagi para siswa. Perilaku dan kepribadian seorang guru berdampak besar bagi pemahaman gagasan dalam pikiran siswa tentang diri mereka. Salah satu segi dalam pendidikan di sekolah, baik secara tertutup atau terbuka persaingan antar siswa dalam berbagai bidang telah menjadi bagian yang melekat dalam kehidupan akademik mereka. Setiap kompetisi pasti ada pihak yang menjadi pemenang dan pihak yang kalah. Siswa yang kerap menang dalam setiap kompetisi akan mudah mendapatkan kepercayaan diri dan harga diri.

c. Teman sebaya

Kelompok teman sebaya adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga. Diaman mereka terbiasa bergaul adan menggunakan perasaan dan pikiran mereka pada orang lain. Dalam interaksi sosial yang dilakukan, populer atau tidaknya seseorang individu dalam kelompok teman sebaya tersebut sangat menetukan dalam pembentukan sikap percaya diri.

(77)

57

Setiap individu pasti pernah merasakan pengalaman gagal dan berhasil. Perasaan gagal akan membentuk gambaran diri yang buruk dan sangat merugikan perkembangan harga diri individu. Sedangkan pengalaman keberhasilan tentu menguntungkan perkembangan harga diri yang akan membentuk gambaran diri yang baik sehingga akan timbul rasa percaya diri dalam diri individu.

e. Masyarakat

(78)

58

Berdasarkan beberapa faktor diatas, jelas bahwasanya percaya diri sangat ditentukan oleh lingkungan sosialnya yaitu: orang tua, sekolah, teman sebaya, pengalaman pribadinya dan masyarakat.

6. Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Orang sukses selalu memiliki tips percaya diri dan merasa bahwa mereka berbuat sesuatu untuk dunia. Mereka memandang sebuah dunia yang besar dan ingin memainkan peran penting didalamnya. Mereka tetap bekerja sesuai ketrampilan dan selalu menyadari bahwa keterampilan ini memberi nilai kepada keterampilan lainnya. mereka sadar bahwa karya terbaik akan menghasilkan kompensasi yang terbaik bagi mereka. Menurut Mahendra (2011:77-78) Maka, perlu meningkatkan percaya diri dengan cara berikut:

a. Selalu berfikir positif dan jangan berfikir negatif terhadap apa yang ada pada diri sendiri dan tanamkan keyakinan bahwa kita lebih baik dari apa yang ada dalam pikiran.

b. Selalu memberi afirmasi positif terhadap diri dengan demikian akan merangsang conscious (pikiran sadar) dan sub concious min (pikiran bawah sadar) yang mampu menigkatkan keyakinan dalam melakukan tindakan

(79)

59

positif ataupun buku-buku tentang motivasi dan bergaullah dengan orang-orang yang positif. Tentukan arah dan tujuan hidupdengan membuat gol-gol kecil yang akan mengantarkan individu mencapai sebuah tujuan.

d. Sikapi kegagalan dengan bijaksana, karena tidak penting seberapa banyak kegagalan, tetapi seberapa sering bangkit dari kegagalan. Berdasarkan dari beberapa uraian tersebut bahwasaya perlu adanya peningkatan rasa percaya diri yang dimiliki seseorang, karena denga menigkatkan rasa percaya diri maka akan mendapatkan rasa percaya diri yang tinggi sehingga dapat membantu mnuju kesebuah kesuksesan dalam hidup

C.Hubungan Konsep Diri dengan Rasa Percaya Diri

Untuk mencapai sebuah kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademis saja, melainkan ada faktor psikologis yakni rasa percya diri yang tinggi, karena percaya diri merupakan salah satu kunci untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam hidup. Individu yang mempunyai rasa percaya diri memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, ia bisa menghargai orang lain dan dapat menintropeksi dirinya sendiri.

(80)

60

tingkat rasa percaya diri yang tinggi supaya dapat berfikir secara optimis, bahwa pada saat-saat tertentu ketika apa yang diharapkan tidak sesuai dengan keinginan, maka tidak akan merasa kecewa dan putus asa.

Untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam situasi yang penuh dengan tantangan, tergantung pada bagaimana kita menilai, memandang dan merasakan tantangan itu. Sejauhmana kita merasa bahwa yang kita hadapi akan terlaksana dengan baik atau yang disebut konsep diri. Keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilkikinya akan menghantarkan individu kedalam sebuah keberhasilan yang ingin dicapainya. Cara memandang diri seseorang berbeda-beda ada yang positif dan ada yang negatif.

(81)

61

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat hubungan negatif antara kedisiplinan melaksanakan shalat subuh dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Agama

“ optimalisasi fungsi Pembimbing Akademik bagi sukses studi mahasiswa. (studi empiris pada Fakultas Agama Islam Universitas

Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, maka disusunlah Rencana Strategis (RENSTRA) tahun Tahun 2015-2018 yang merupakan

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa dosen BTQ STAIN dan mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan didapatkan hasil

Skripsi yang berjudul : Hambatan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir/Skripsi (Studi Kasus Pada Mahasiswa Konsentrasi Fikih Program Studi Pendidikan Agama Islam

Futikha, Nur Anti. Pengaruh Pengalaman PPL dan Faktor Motif Sosial Terhadap Minat Menjadi Guru pada Mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga Angkatan 2014. Skripsi, Salatiga:

Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada h a ri: Sabtu tanggal 27 Juni 2009 yang bertepatan

Kematangan Kepribadian Mahasiswa (Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama