• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perbandingan Komposisi Tepung Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench) dengan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Mi Instan ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Perbandingan Komposisi Tepung Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench) dengan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Mi Instan ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Perbandingan Komposisi Tepung Sorgum (

Sorghum Bicolor (L) Moench

)

dengan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Mi Instan

Laras Putri Wigati, Sumardi Hadi Sumarlan, Darwin Kadarisman Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145 Email: larasputriw@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan substitusi terbaik, menentukan karateristik fisik, kimia dan organoleptik pada mi instan berbahan dasar tepung terigu dan tepung sorgum. Rancangan percobaan yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan faktor formulasi perbandingan

tepung terigu dan tepung sorgum dalam persen (%) yakni 75:25, 65:35, 55:45 dan suhu pengovenan, 50 oC

dan 60 oC. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa karakteristik fisik, kimia relatif memiliki perbedaan yang

nyata terhadap perlakuan substitusi tepung maupun perlakuan suhu pengovenan. Hasil penelitian parameter

fisik adalah rendemen 67,292 %, tingkat kekerasan atau tekstur 2,55 kg/cm2, daya patah 0,18 kg/cm2, daya

putus 0,5 kg/cm2 dan daya serap air 190,920 %. Sifat kimia diperoleh nilai kadar protein 10,99 % dan kadar

karbohidrat 80,05 %. Parameter organoleptik memperoleh nilai warna 4,48 (agak suka), dan rasa 4,48 (agak suka).

Kata kunci : mi instan, sorgum, subsitusi, terigu

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia dalam tingkat konsumsi mi instan, yakni 13,4 miliar bungkus setelah Cina dengan konsumsi mencapai 44,4 miliar bungkus pada tahun 2014 menurut data World Instan Noodles Assosiation (WINA) dan diperkirakan akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (WINA, 2015). Sedangkan dalam pembuatan mi instan tak akan luput dari bahan baku dalam pembuatnya, yakni tepung terigu. Tepung terigu merupakan produk olahan gandum yang hingga saat ini tak lepas dari usaha impor. Permintaan konsumen terhadap tepung terigu dibanding dengan ketersediannya di Indonesia tidak sebanding, sehingga diperlukan usaha impor untuk dapat menanggulanginya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun oleh Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), menyatakan bahwa volume impor gandum pada tahun 2013 mencapai 6,37 juta ton dan meningkat menjadi 7,43 juta pada tahun 2014 (APTINDO, 2015).

Dari permasalahan peningkatan impor gandum serta permintaan konsumsi mi instan yang diprediksi akan terus meningkat maka dibutuhkan suatu solusi untuk dapat menyingkapinya. Pengembangan komoditas pengganti atau mengurangi konsumsi gandum untuk bahan substitusi adalah salah satu solusi.

Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) dapat dijadikan sebagai bahan pangan pengganti ataupun menjadi bahan substitusi karena dianggap sebagai tumbuhan yang mampu tumbuh di lahan marginal. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel (Hermawan, 2013).

Berdasarkan permasalahan di atas dan keunggulan sorgum yang telah diketahui maka dilakukan penelitian pengolahan mi instan dengan bahan baku tepung terigu dengan subtitusi tepung sorgum. Hal ini dimaksudkan agar menekan kebutuhan tepung terigu serta lebih mengandung nutrisi yang kaya akan serat. Serta bertujuan untuk membutuhkan substitusi tepung sorgum terbaik pada pembuatan mi instan, menentukan karakteristik fisik mi instan hasil substitusi tepung sorgum, menentukan karakteristik kimia mi instan hasil substitusi tepung sorgum dan untuk

(2)

METODE Alat dan Bahan

Bahan yang digunakandalam penelitian ini adalah tepung terigu, tepung sorgum, garam, aquades dan Carboxyl Methyl Cellulose (CMC). Adapun peralatan yang digunakan adalah neraca digital, oven, pencetak mi, kompor, baskom, loyang, sendok, panci, gelas ukur, nampan dan spatula plastik.

Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor, yakni pada faktor pertama terdiri dari 3 level yaitu perbandingan formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dalam persen (%) dengan komposisi 75:25, 65:35, 55:45. Sedangkan faktor kedua adalah suhu, terdiri dari 2 level suhu pengeringan, yakni 50 ºC dan 60°C. Sehingga dengan 2 faktor tersebut akan diperoleh 6 kombinasi. Perlakuan kontrol berupa formulasi terigu dengan komposisi 200 gram tanpa tambahan tepung sorgum terdiri dari 3 kali ulangan. Dari berbagai kombinasi tersebut akan dilakukan pengulangan masing-masing sebanyak 3 kali pengulangan, sehingga akan diperoleh 24 unit percobaan. Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dilakukan analisis ragam (ANOVA), uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Pembuatan Mi Instan

Pembuatan mi instan berawal dari pencampuran bahan-bahan yang digunakan, yaitu tepung terigu, tepung sorgum, garam, air dan CMC sesuai dengan formula yang digunakan. Perbandingan antara tepung terigu dan tepung sorgum adalah 100:0, 75:25, 65:35 dan 55:45, 1 g CMC, 4 g garam dan 100 ml air. Selanjutnya dilakukan pengadaonan hingga adonan tidak lengket. Tahap selanjutnya adalah pembentukan lembaran, pembentukkan untaian mi, pengukusan selama 10 menit agar terjadi proses gelatinisasi. Tahap terakhir adalah pengovenan dengan suhu 50 °C dan 60°C selama 16 jam (Lala, 2013).

Sifat Fisik

Rendemen (AOAC, 1995). Tingkat kekerasan atau tekstur metode alat Foce Gauge. Daya patah metode alat Foce Gauge. Daya putus metode alat Tensile Strenght Instrument. Daya serap air (Yuwono dan Susanto, 1998).

Sifat Kimia

Protein (AOAC, 1990). Karbohidrat (by difference). Organoleptik

Pengujian ini meliputi rasa dan warna oleh 25 panelis yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Brawijaya. Mi yang akan diuji direbus dengan air mendidih selama 5 menit. Blangko yang digunakan adalah Hedonic Scale Scorring. Panelis menuliskan skor pada blangko untuk tingkat kesukaan terhadap warna dan rasa menggunkan skala likert (1-7). 1 adalah sangat tidak suka, 2 adalah tidak suka, 3 adalah agak tidak suka, 4 netral/biasa, 5 adalah agak suka, 6 adalah suka dan 7 adalah sangat suka.

Pemilihan Perlakuan Terbaik

Pada penelitian ini, penentuan perlakuan terbaik dengan menggunakan indeks efektifitas, dengan penilaian parameter yang terdiri dari parameter fisik, kimia dan organoleptik mi instan. Penilaian diurutkan dari yang kurang penting hingga paling penting. Perlakuan dengan nilai produk (NP) tertinggi merupakan perlakuan terbaik. Sedangkan perlakuan terjelek adalah ketika didapatkan nilai produk (NP) terendah.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik

Rendemen

Berdasarkan pada penelitian ini didapatkan nilai rendemen berkisar antara 64,87 % hingga 68,91 %. Pengaruh antara formulasi tepung terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan terhadap nilai rendemen mi instan ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Rendemen Mi Instan

Hasil sidik ragam rendemen menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dan suhu pengovenan serta interaksinya memberikan pengaruh tidak nyata (P < 0,05) terhadap nilai rendemen mi instan.

Tekstur

Nilai tekstur berubah sejalan dengan perbedaan formulasi dan suhu pengovenan, sehingga didapatkan nilai tekstur mie instan berkisar antara 1,62 Kg/cm2 hingga 3,47 Kg/cm2 yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Tekstur Mi Instan

Hasil sidik ragam tekstur menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dan suhu pengovenan memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap tekstur mi instan. Pengaruh yang nyata tersebut dikarenakan semakin banyak tepung sorgum yang ditambahkan dalam formula mi instan dan semakin tingginya suhu pengovenan maka tekstur mi instan akan relatif lebih keras. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hatcher (1999), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh serap air terhadap sifat tekstur.

Hatcher et.al (2002), menyatakan bahwa kualitas tekstur dari mi instan diketahui dipengaruhi oleh ukuran partikel tepung sebagai bahan bakunya. Tepung dengan ukuran partikel yang halus akan memberi hasil mi dengan teksur terbaik. Hal itu diperkuat oleh Yuwono dan Susanto (1998), bahwa faktor-faktor penentu dalam pengujian tekstur adalah ketebalan bahan akan

76.75 68.70 64.87 68.81 68.20 67.14 67.71 68.91 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 R en de m en ( % )

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Suhu (ºC) 50 °C 60 °C 4.42 1.62 2.14 3.14 4.65 2.55 3.00 3.47 0 1 2 3 4 5 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 T ek st u r (K g /c m ²)

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Suhu ( C)

50 °C 60 °C

(4)

idealnya permukaan bahan rata sehingga bahan yang diberikan memang merupakan beban yang menghancurkan struktur pangan tersebut. Jika sampel yang diuji kerataan permukaan tidak sama, misalnya permukaannya lengkung, maka beban yang diberikan akan berfungsi mematahkan bahan bukan menghancurkan.

Daya Patah

Pengaruh formulasi tepung terigu dan tepung sorgum, serta suhu pengovenan terhadap daya patah mi instan adalah memperoleh nilai kadar patah berkisar antara 0,10 Kg/cm2 hingga 0,35 Kg/cm2 seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Daya Patah Mi Instan

Hasil sidik ragam daya patah menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap nilai daya patah mi instan. Pengaruh yang nyata tersebut dikarenakan semakin banyak tepung sorgum yang ditambahkan dalam formula mi instan dan semakin tingginya suhu pengovenan maka daya patah mi instan akan relatif lebih tinggi. Namun tidak dengan interaksinya, interaksi keduanya tidak memiliki pengaruh yang nyata (P < 0,05). Menurut penelitian oleh Liang dan Kristinsson (2007), bahwa daya patah dapat dipengaruhi oleh perbedaan protein dalam tepung yang digunakan dalam campuran pembuatan mi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Shiau dan Yeh (2001), Wang et.al (2011) dalam penelitiannya, bahwa produksi mi dengan protein yang lebih tinggi akan menghasilkan mi yang lebih keras.

Daya Putus

Nilai daya putus mi instan pada penelitian ini didapatkan sebesar 0,3 Kg/cm2 hingga 0,7 Kg/cm2. Pengaruh antara formulasi tepung terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan terhadap nilai daya putus mi instan ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Daya Putus Mi Instan

0.69 0.10 0.15 0.27 0.73 0.18 0.26 0.35 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 D ay a P at ah ( K g /c m ²)

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Suhu (ºC) 50 °C 60 °C 1.10 0.40 0.73 0.53 0.90 0.53 0.57 0.30 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 D ay a P u tu s (K g /c m² )

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Suhu (ºC)

50 °C 60 °C

(5)

Hasil sidik ragam daya putus menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dan suhu pengovenan serta interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap nilai daya putus mi instan.

Daya Serap Air

Pada penelitian ini didapatkan nilai daya serap air mi instan berkisar antara 178,93 % hingga 196,16 %. Pengaruh antara formulasi tepung terigu dan tepung sorgum serta suhu pengovenan terhadap nilai daya serap air mi instan ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Daya Serap Air Mi Instan

Hasil sidik ragam daya serap air menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dan suhu pengovenan serta interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap nilai daya serap air mi instan. Dalam perebusan bahan yang akan direbus akan menyerap air. Jumlah air yang diserap sangat tergantung pada sifat bahan tersebut. Perbaikan sifat pangan dengan menggunakan bahan-bahan baru ataupun resep baru akan mempengaruhi penyerapan air dari produk.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengujian daya serap air adalah waktu, yakni lamanya pengujian akan menentukan jumlah air yang terserap. Untuk itu waktu pengamatan harus ditentukan dan sama. Faktor kedua adalah suhu, pengujian harus dilaksanakan pada suhu yang sama, semakin tinggi suhu, semakin besar air yang dapat diserap oleh bahan. Faktor ketiga adalah ukuran dan bentuk, hal tersebut akan menentukan luas permukaan kontak, dimana semakin tinggi luas permukaan kontak akan semakin besar jumlah air yang dapat diserap (Yuwono dan Susanto, 1998).

Sifat Kimia

Protein

Faktor pengaruh formulasi tepung terigu dan tepung sorgum, serta pengaruh suhu pengovenan memberikan hasil pada nilai protein mi instan berkisar antara 9,44 % hingga 10,99 % sama halnya dengan Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan 171.20 190.86 196.16 178.93 194.80 190.92 195.80 191.19 155.00 160.00 165.00 170.00 175.00 180.00 185.00 190.00 195.00 200.00 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 D ay a S er ap A ir ( % )

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Suhu (ºC) 50 °C 60 °C 12.01 10.67 9.54 9.44 12.27 10.99 10.20 9.65 0.00 5.00 10.00 15.00 Kontrol (100:0) 75:25 65:35 55:45 K ad ar P ro te in ( % )

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Suhu (ºC)

50 °C 60 °C

(6)

Hasil analisis sidik pada parameter ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dan perlakuan suhu pengovenan memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap nilai kadar protein mi instan. Namun tidak dengan interaksinya yakni tidak memiliki pengaruh yang nyata (P < 0,05). Hasil yang nyata dalam perlakuan formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dalam penelitian ini, dikarenakan kadar protein tiap perlakuan akan menurun ketika proporsi tepung terigu dalam formulasi juga turun, karena protein dalam terigu relatif tinggi, hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Nursasminto (2012), Lala (2013), Yadav dan Gupta (2015). Kadar protein pada penelitian ini juga sesuai dengan ketentuan SNI 3551:2012 tentang syarat mutu mi instan, yakni dengan syarat minimal mi instan memiliki kadar protein sebesar 8%.

Karbohidrat

Pengaruh formulasi tepung terigu dan tepung sorgum, serta suhu pengovenan terhadap nilai kadar karbohidrat ditunjukkan pada Gambar 7. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa kadar karbohidrat mi instan berkisar antara 75,41 % hingga 81,37 %.

Gambar 7. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Karbohidrat Mi Instan

Hasil analisis sidik ragam kadar karbohidrat disajikan menunjukkan bahwa perlakuan terhadap formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dan perlakuan suhu pengovenan memberikan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap nilai kadar protein mi instan. Namun tidak dengan interaksinya tidak memiliki pengaruh yang nyata (P < 0,05). Pada penelitian ini perlakuan dengan suhu pengovenan 60 oC dihasilkan kadar karbohidrat yang lebih tinggi dibandingakan dengan suhu pengovenan 50 oC. Selain itu formulasi tepung terigu dan tepung sorgum juga mempengaruhi, yakni dengan formulasi tepung sorgum yang lebih banyak maka akan meningkatkan kadar karbohidrat mi instan.

Organoleptik

Rasa

Pengaruh perlakuan formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dengan suhu pengovenan terlihat pada rerata tingkat kesukaan aroma mi instan berkisar antara 3,44 (agak tidak suka) hingga 4,48 (netral/biasa). Nilai kesukaan terhadap rasa dapat dilihat pada Gambar 8.

Rasa adalah aspek sensori yang sangat menentukan penerimaan produk pangan. rasa yang lezat, nikmat, dan berbeda adalah kunci sukses sebuah produk (Purnomo dan Sukarti, 2009). Pada penelitian ini, mi instan sesuai dengan ketentuan SNI 3551:2012 yang menyatakan bahwa nilai rasa harus bersifat normal.

74.51 75.92 77.28 75.41 78.64 80.05 81.27 81.37 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 K ad ar K ar b o h id rt a (% )

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Suhu (ºC)

50 °C 60 °C

(7)

Gambar 8. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Rasa Mi Instan

Warna

Pengaruh perlakuan formulasi tepung terigu dan tepung sorgum dengan suhu pengovenan terlihat pada rerata tingkat kesukaan warna mi instan berkisar antara 3,56 (netral/biasa) hingga 4,88 (agak suka), seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan terhadap Nilai Warna Mi Instan

Menurut Asestorfer et.al (2006), normalnya orang-orang lebih menyukai warna yang cerah, dan warna kuning adalah warna yang paling umum setelah dimasak, dan warna mi yang gelap pada umumnya kurang menarik. Setelah mi sebagai kontrol, panelis lebih memilih mi instan dengan warna yang tidak biasa. Formulasi tepung sorgum yang semakin besar akan mempengaruhi warna dari mi instan, yakni warna cenderung cokelat gelap.

Warna merupakan parameter pangan yang sangat penting, yakni hal pertama yang dilihat oleh mata konsumen (Mares dan Campbell, 2001). Konsumen telah mempunyai Gambaran tertentu tentang produk dari warnanya. Faktor-faktor yang menentukan warna adalah sumber cahaya, individu, ukuran, latar belakang warna disajikan dan sudut pandang melihat warna ( Yuwono dan Susanto, 1998). Pada penelitian ini, mi instan sesuai dengan ketentuan SNI 3551:2012 yang menyatakan bahwa nilai warna harus bersifat normal.

Perlakuan Terbaik

Berdasarkan hasil perhitungan perlakuan terbaik, didapatkan bahwa nilai produk (NP) 4.76 3.52 3.84 3.52 4.44 4.48 4.28 3.44 0 1 2 3 4 5 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 Suhu (ºC)

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

R as a 50 °C 60 °C 5.04 3.56 4.56 4.88 5.44 4.48 4.56 4.76 0 1 2 3 4 5 6 Kontrol 100:0 75:25 65:35 55:45 Suhu (ºC)

Formulasi Terigu : Sorgum (%)

Wa

rn

a

50 °C 60 °C

(8)

dari parameter fisik, kimia dan organoleptik. Pada perlakuan ini dengan parameter fisik memperoleh nilai rendemen 67,292 %, daya patah 0,18 Kg/cm2, daya putus 0,5 Kg/cm2, daya serap air 190,920 %. Sedangkan pada parameter kimia memiliki kadar protein 10,99 % dan kadar karbohidrat 80,05 %. Pada parameter organoleptik memperoleh nilai warna 4,48 (agak suka), dan rasa 4,48 (agak suka).

Tabel 1. Hasil Parameter Perlakuan Terbaik

Parameter Perlakuan Terbaik Formulasi 75:25 Suhu 60 °C Sifat Fisik Rendemen (%) Daya patah (Kg/cm2) Daya putus (Kg/cm2) Daya serap air (%)

67,292 0,18 0,5 190,920 Sifat Kimia Kadar protein (%) Kadar karbohidat (%) 10,99 80,05 Organoleptik Warna Rasa 4,48 4,48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah substitusi perbandingan tepung terigu : tepung sorgum pada mi instan yang dikehendaki adalah 75 % : 25 % dengan suhu pengovenan 60 oC. Karakteristik fisik mi instan hasil substitusi tepung sorgum pada hasil terbaik adalah memiliki nilai rendemen 67,29 % , daya patah 0,18 Kg/cm2 , daya putus 0,5 Kg/cm2 dan daya serap air 190,92 %. Karakteristik kimia mi instan hasil substitusi tepung sorgum pada hasil terbaik adalah memiliki kadar protein 10,99 % dan kadar karbohidrat 80,05 %. Pemilihan produk yang disukai panelis dalam uji organoleptik mi instan adalah memperoleh nilai warna 4,48 (agak suka), dan rasa 4,48 (agak suka).

Saran

Perlunya kombinasi perbandingan substitusi tepung terigu : tepung sorgum diteliti lagi dengan variasi substitusi yang lebih banyak. Perlunya orientasi mengenai uji warna menggunakan instrumen, uji kandungan serat pada dan daya cerna produk.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1995. Official methods of analysis. 16th ed. Assosiation of Official Analytical Chemist. AOAC International, Gaithersbug, Maryland.

______. 1990. Official methods of analisis. Assosiation of Official Analitycal Chemist. AOAC. Washington DC. USA.

Asentorfer, R.E., Wang, Y., Mares, D.J., 2006. Chemical structure of flavonoid compounds in wheat (Triticum aestivum L.) flour that contribute to the yellow color of Asian alkaline noodles.Journal of Cereal Science 43(1):108-119.

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO). 2014. Laporan impor gandum

APTINDO. APTINDO. Jakarta.

(9)

Badan Standardisasi Nasional. 2012. Standar Nasional Indoenesia Mie Instan No. 3551:2012. BSN. Jakarta.

Hatcher, D.W., Kruger, J.E. dan Anderson, M.J. 1999. Influence of water bbsorption on the processing and quality of oriental noodles.Cereal Chem. 76:566-572.

Hatcher, D.W., Anderson, M.J., Desjardins, R.G., Edwards, N.M. and Dexter, J.E. 2002. Effects of flour particle size and starch damage on processing and quality of white salted noodles. Cereal Chemistry 79:64-71.

Hermawan, Rudi. 2013. Usaha budidaya sorgum si jago lahan kekeringan. Penerbit Pustaka Baru. Yogyakarta.

Lala, F.H., 2013. Uji karakteristik mie instan berbahan-baku tepung terigu dengan substitusi mocaf. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 1(2):11-20.

Liang, Y., Kristinsson, H.G., 2007. Structural and foaming properties of egg albumin sebjected to different pH-treathments in the presence of calcium ions.Food Research International 40. 664-678.

Mares, D.J., Campbell, A.W., 2001. Mappinh components of flour and noodle color in Australian wheat.Australian Journal of Agricultural Research 52:1297-1309.

Nursasminto, R. 2012. Pengaruh proporsi penggunaan tepung komposit (Terigu, Mocaf, Edamame) terhadap sifat fisik kimia dan organoleptik mie kering. Skripsi. THP-FTP Universitas Brawijaya. Malang.

Purnomo, Dwi dan Sukarti, Tati. 2009. Teknik pengembangan produk pangan baru. Widya Padjajaran. Bandung.

Shiau, S.Y., Yeh, A.I., 2001. Effects of alkali and acid on dough rheological properties and characteristics of extruded noodles.Journal of Cereal Science 33, 27-37.

Wang, F., Huang, W., Kim, Y., Liu, R. and Tilley, M. 2011. Effects of translutaminase on the rheological and noodle-making characteristics of oat dough containing vital wheat gluten or egg albumin.Journal of Cereal Science. 54(2011)53-59.

World Instant Noodles Association. 2015. Global demand for instant noodles. WINA. Japan. Yadav, S. Gupta, R.K., 2015. Formulation of noodles using apple pomace and evaluation of its

phytochemicals and antioxidant activity. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 4(1):99-106

Yuwono, S.S. dan Susanto, T. 1998. Pengujian fisik pangan jurusan teknologi pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Gambar

Gambar 1. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan  terhadap Nilai Rendemen Mi Instan
Gambar 4. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan  terhadap Nilai Daya Putus Mi Instan
Gambar 5. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan  terhadap Nilai Daya Serap Air Mi Instan
Gambar 7. Pengaruh Formulasi Tepung Terigu dan Tepung Sorgum serta Suhu Pengovenan  terhadap Nilai Karbohidrat Mi Instan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pendekatan kontekstual dengan media konkret dilaksanakan dengan langkah-langkah: (a) konstruktivisme dengan media konkret, (b)

[r]

dalam penggunaan pupuk dan pestisida dan dapat menyesuaikan penggunaan pupuk dan pestisida mereka dengan petani yang sudah efisien agar usahataninya bisa berjalan secara

Sumber data: UPF-PVRP. Data tidak dipublikasikan. Laporan Kegiatan Survei Pengamatan Vektor dan Aspek Pemberantasan oleh petugas UPF-PVRP Jawa Tengah Tahun

Karya Ilmiah Tertulis yang berjudul “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (Studi Kasus Kabupaten/Kota Wilayah “Tapal Kuda”)” ini diajukan sebagai

Bidang Usaha Alamat Tahun Bergabung Permasalahan K1 K2 K3 K4 K5 Rumah Makan Jasa Perhotelan Industri Plastik Advertising Garmen Karanganyar Solo Grogol, Sukoharjo

Saran bagi Pemerintah Kota Semarang hendaknya pembangunan infrastruktur di Desa Sekaran harus lebih ditingkatkan lagi, bagi masyarakat di Desa Sekaran hendaknya lebih

Di Desa Kernang KTH yang rnernperoleh pembinaan baik oleh pendamping maupun penyuluh dengan intensitas yang tinggi ternyata lebih dinamis dan rnerniliki tingkat