• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN. Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN ANGGARAN. Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta Pusat"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

2017

LAPORAN

KINERJA

Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat | www.ppatk.go.id

T A H U N A N G G A R A N

PUSAT PELAPORAN DAN

ANALISIS TRANSAKSI

KEUANGAN

(2)

Laporan Kinerja Tahun 2017

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

TRANSAKSI KEUANGAN

(3)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Laporan Kinerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan wujud pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian sasaran strategis tahun anggaran 2017.

Laporan Kinerja Tahun 2017 PPATK merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas yang berfungsi, antara lain sebagai alat penilaian kinerja, perwujudan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi PPATK, perwujudan transparansi dan pertanggungjawaban kepada masyarakat, serta merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja di PPATK. Kinerja PPATK diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran strategis sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK.

Dalam proses pengelolaan manajemen kinerja dari tingkat PPATK sampai dengan individu, PPATK menggunakan pendekatan manajemen kinerja yang berbasis balanced scorecard. Secara keseluruhan, capaian kinerja telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, meskipun terdapat beberapa indikator kinerja belum berhasil mencapai target. Rata-rata capaian kinerja tahun 2017 PPATK adalah 108%. Capaian kinerja tersebut berhasil diraih karena komitmen dan keterlibatan seluruh pegawai PPATK dan dukungan aktif dari para pemangku kepentingan PPATK.

Kami berharap Laporan Kinerja Tahun 2017 PPATK dapat dipahami dengan baik. Bagi PPATK, setiap keberhasilan ataupun kegagalan dalam memenuhi target IKSS digunakan sebagai media evaluasi dalam pengelolaan kinerja untuk mendorong peningkatan akuntabilitas kinerja PPATK pada tahun selanjutnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(4)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 ii

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

PERNYATAAN TELAH DIREVIU vi

RINGKASAN EKSEKUTIF vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Profil dan Sejarah Singkat PPATK 2

C. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK 4

D. Struktur Organisasi 7

E. Isu-isu Strategis 10

F. Dasar Hukum 13

G. Sistematika Penyajian 14

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis 16

B. Perjanjian Kinerja 20

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja 24

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja 24

C. Perbandingan Capaian Kinerja 98

D. Realisasi Anggaran 99

E. Hubungan Capaian Kinerja dengan Program Penganggaran Berbasis Kinerja

103

F. Kinerja dan Capaian Lainnya 105

G. Rencana Pengembangan 107

BAB IV PENUTUP 109

LAMPIRAN

(5)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 iii

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai PPATK per 31 Desember 2017 10

Tabel 2.1 Misi PPATK 17

Tabel 2.2 Tujuan PPATK 17

Tabel 2.3 Sasaran Strategis PPATK Tahun 2015-2019 18

Tabel 2.4 Perjanijan Kinerja PPATK Tahun 2017 20

Tabel 2.5 Pagu Anggaran PPATK per Program dan Kegiatan Tahun 2017 23 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-1 PPATK Tahun 2017 29 Tabel 3.2 Perbandingan Realisasi IKSS ke-1 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 30 Tabel 3.3 Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK Tahun 2017 31 Tabel 3.4 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK Tahun 2017 34 Tabel 3.5 Perbandingan Realisasi IKSS ke-2 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 34 Tabel 3.6 Rekomendasi FATF yang Diadopsi dalam Kebijakan Domestik 37 Tabel 3.7 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-3 PPATK Tahun 2017 39 Tabel 3.8 Perbandingan Realisasi IKSS ke-3 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 39 Tabel 3.9 Rekomendasi NRA yang Ditindaklanjuti Pada Tahun 2015-2017 43 Tabel 3.10 Rekomendasi NRA yang Ditindaklanjuti Pada Tahun 2017 44 Tabel 3.11 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-4 PPATK Tahun 2017 49 Tabel 3.12 Perbandingan Realisasi IKSS ke-4 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 50 Tabel 3.13 Asistensi Penanganan Perkara TPPU Pada Tahun 2017 51 Tabel 3.14 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-5 PPATK Tahun 2017 54 Tabel 3.15 Perbandingan Realisasi IKSS ke-5 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 55 Tabel 3.16 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-6 PPATK Tahun 2017 58 Tabel 3.17 Perbandingan Realisasi IKSS ke-6 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 61 Tabel 3.18 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-7 PPATK Tahun 2017 64 Tabel 3.19 Perbandingan Realisasi IKSS ke-7 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 65 Tabel 3.20 Jumlah HA dan informasi yang Ditindaklanjuti Tahun 2011-2017 66 Tabel 3.21 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-8 PPATK Tahun 2017 67 Tabel 3.22 Perbandingan Realisasi IKSS ke-8 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 67 Tabel 3.23 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-7 PPATK Tahun 2017 69 Tabel 3.24 Jumlah Laporan dari Pihak Pelapor yang Memenuhi Standar Pelaporan Tahun

2017

69 Tabel 3.25 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-9 PPATK Tahun 2017 70

(6)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 iv

Tabel 3.26 Perbandingan Realisasi IKSS ke-9 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019 70

Tabel 3.27 Interval Indeks Kepatuhan Pihak Pelapor 71

Tabel 3.28 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-10 PPATK Tahun 2017 71 Tabel 3.29 Perbandingan Realisasi IKSS ke-10 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

72 Tabel 3.30 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-11 PPATK Tahun 2017 74 Tabel 3.31 Perbandingan Realisasi IKSS ke-11 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

75 Tabel 3.32 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-12 PPATK Tahun 2017 78 Tabel 3.33 Perbandingan Realisasi IKSS ke-12 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

79

Tabel 3.34 Tingkatan Maturity Model 81

Tabel 3.35 Nilai Asesmen Tata Kelola TI Setiap Domain Tahun 2017 81 Tabel 3.36 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-13 PPATK Tahun 2017 81 Tabel 3.37 Perbandingan Realisasi IKSS ke-13 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

82 Tabel 3.38 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-14 PPATK Tahun 2017 84 Tabel 3.39 Perbandingan Realisasi IKSS ke-14 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

85 Tabel 3.40 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-15 PPATK Tahun 2017 87 Tabel 3.41 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja PPATK Tahun 2015 dan 2016 87 Tabel 3.42 Perbandingan Realisasi IKSS ke-15 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

88 Tabel 3.43 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-16 PPATK Tahun 2017 91 Tabel 3.44 Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi PPATK Tahun 2015 dan 2016 92 Tabel 3.45 Perbandingan Realisasi IKSS ke-16 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

94 Tabel 3.46 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-17 PPATK Tahun 2017 96 Tabel 3.47 Perbandingan Realisasi IKSS ke-17 Tahun 2017 dengan Target Tahun

2015-2019

97 Tabel 3.48 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016 dan 2017 98 Tabel 3.49 Perbandingan Realisasi Anggaran PPATK Tahun 2016 dan 2017 99 Tabel 3.50 Realisasi Anggaran Terkait Pencapaian Kinerja PPATK Tahun 2017 101

(7)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 v

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PPATK 9

Gambar 2.1 Peta Strategi PPATK 19

Gambar 2.2 Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK 22

Gambar 3.1 Hasil Indeks Persepsi Publik Tahun 2017 28

Gambar 3.2 Perbandingan IPP APU PPT Tahun 2016 dan 2017 29

Gambar 3.3 Buku Kajian Regional Assessment 48

Gambar 3.4 Konferensi Pers Pelaksanaan 3rd CTF Summit di Kuala Lumpur 49

Gambar 3.5 Pelaksanaan On Site Visit MER 2017 di Jakarta pada 6-17 November 2017

60

(8)
(9)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 vii

PPATK memiliki rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Strategis Tahun 2015-2019 PPATK. Renstra tersebut menjadi dasar bagi PPATK untuk bekerja menjalankan misinya. Seluruh kebijakan yang ditempuh selama tahun 2017 merupakan lanjutan dari kebijakan tahun 2016 dengan berbagai perbaikan dalam upaya pelaksanaan Renstra PPATK.

Sesuai dengan Renstra Tahun 2015-2019 PPATK, rencana kerja, dan arah kebijakan pimpinan tahun 2017, capaian kinerja PPATK tahun 2017 menunjukkan hasil yang memuaskan dengan rata-rata capaian kinerja sebesar 108%. Dari 17 (tujuh belas) IKSS yang diukur, 3 (tiga) IKSS berhasil mencapai target kinerja. Bahkan terdapat 9 (sembilan) IKSS yang capaian kinerjanya berhasil melebihi 100%. Namun demikian, terdapat 2 (dua) IKSS yang capaian kinerjanya masih di bawah 100% dan 3 (tiga) IKSS yang belum dapat diukur capaian kinerjanya.

Untuk mendukung capaian kinerja tahun 2017 tersebut telah direalisasikan anggaran sebesar Rp111.101.226.364,00 atau sebesar 94,82% dari pagu anggaran sebesar Rp117.169.305.000,00. Hal tersebut menunjukkan terdapat efisiensi penggunaan anggaran apabila dibandingkan dengan capaian kinerja sebesar 108%. Efisisensi tersebut berasal dari penghematan dalam paket-paket pengadaan barang/jasa dan penghematan dalam pelaksanaan kegiatan, seperti pengurangan jumlah pegawai yang mengikuti perjalanan dinas dan sinergi antarunit kerja dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan.

Rata-rata capaian kinerja PPATK tahun 2017 menurun sebesar 0,24% dari rata-rata capaian kinerja tahun 2016 sebesar 108,24%. Penurunan rata-rata kinerja ini terutama terjadi karena terdapat peningkatan target kinerja pada beberapa IKSS. Namun demikian, pencapaian kinerja tersebut tidak lepas dari upaya seluruh unit kerja yang konsisten untuk memperbaiki kinerjanya dengan menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan oleh Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi dalam mengevaluasi sistem akuntabilitas kinerja PPATK maupun perbaikan yang dihasilkan dari hasil pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Inspektorat PPATK.

PPATK terus melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja dengan menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi dan Inspektorat PPATK atas pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja PPATK. Selain itu, upaya lain yang telah dilakukan, antara lain:

a. Mendorong setiap unit kerja untuk melakukan analisis dan evaluasi mengenai capaian kinerjanya, termasuk kendala-kendala dalam pencapaian kinerja sebagai bahan evaluasi tengah periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019.

(10)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 viii

b. Inspektorat mengevaluasi pengelolaan akuntabilitas kinerja unit eselon I dan II di PPATK. Hasil evaluasi dan rekomendasi tersebut telah disampaikan kepada masing-masing unit kerja untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan kinerja pada tahun-tahun selanjutnya.

c. Mengembangkan aplikasi e-RKA, yaitu aplikasi perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kinerja yang digunakan untuk pengelolaan kinerja dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi secara lebih optimal guna meningkatkan kualitas dan pelaporan kinerja.

d. Meningkatkan koordinasi dengan kementerian/lembaga yang merupakan Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) dan Asosiasi Pihak Pelapor. Koordinasi tersebut dilakukan terkait dengan pengumpulan data untuk direktori Pihak Pelapor dan upaya meningkatkan kepatuhan Pihak Pelapor.

e. Meningkatkan kerja sama dengan para penyidik untuk meningkatkan jumlah hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti.

Pada tahun 2017, PPATK juga meraih beberapa capaian dan prestasi pada tingkat nasional dan internasional, antara lain:

1. Capaian pada tingkat nasional:

a. Penghargaan atas capaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk Laporan Keuangan PPATK selama lima tahun, yaitu Laporan Keuangan PPATK tahun 2012-2016.

b. Akreditasi A (sangat baik) sebagai unit kearsipan terakreditasi untuk penyelenggaraan kearsipan yang berlaku selama lima tahun (2016-2021).

c. Penghargaan peringkat terbaik ketiga pada Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2017 dalam kategori Lembaga Non Struktural.

d. Penghargaan peringkat pertama kementerian/lembaga berkinerja terbaik pelaksanaan anggaran tahun 2017 untuk kategori pagu anggaran di bawah Rp2,5 triliun.

2. Capaian pada tingkat internasional:

a. Finalis (juara ke-2) Best Egmont Case Awards 2017 yang diselenggarakan pada 2-7 Juli 2017 di Macau, Tiongkok.

b. CTF Codeathon Runner Up Throphy in "Where is the Money" yang diselenggarakan

pada 18-19 November 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

c. PPATK menjadi co-host dalam penyelenggaraan 3rd Counter-Terrorism Financing

Summit (CTF Summit) di Kuala Lumpur, Malaysia pada 20-23 November 2017.

d. PPATK menjadi inisiator dan lead dalam penyusunan Regional Risk Assessment on

(11)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 ix

Meskipun sebagian besar target kinerja PPATK pada tahun 2017 telah berhasil terpenuhi, tetapi PPATK menyadari bahwa masih terdapat kendala-kendala yang akan terus diperbaiki. Evaluasi kinerja melalui perbaikan setiap proses yang terdapat di setiap unit merupakan proses berkelanjutan yang akan terus dilakukan. Berbagai kebijakan, program, dan kegiatan PPATK selama tahun 2017 telah dilaksanakan dan diharapkan dapat menghasilkan dampak positif bagi para stakeholders PPATK.

(12)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 1

A.

Latar Belakang

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dibentuk sebagai lembaga independen yang dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bebas dari intervensi kekuasaan manapun. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan tugas PPATK dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.

PPATK merupakan lembaga negara yang anggarannya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sehingga PPATK harus menyampaikan laporan kinerja kepada para pemangku kepentingan. Hal ini merupakan bentuk komitmen dan kepatuhan PPATK terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam pelaksanaannya, peraturan pemerintah tersebut dilengkapi dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja, Kepala

PPATK telah menetapkan Peraturan Kepala PPATK Nomor:

PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja dimulai dengan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) PPATK Tahun 2015-2019 yang dilengkapi dengan perjanjian kinerja, pengukuran dan pengelolaan data kinerja melalui aplikasi e-RKA, dan pelaporan kinerja untuk selanjutnya dilakukan reviu dan evaluasi kinerja.

pendahuluan

BAB

I

(13)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 2 Untuk memperkuat penyelenggaraan akuntabilitas kinerja, setiap tahun PPATK membentuk Tim Pengelolaan Kinerja PPATK yang ditetapkan melalui keputusan Kepala PPATK.

B.

Profil dan Sejarah Singkat PPATK

PPATK dibentuk sebagai upaya pemenuhan standar internasional sebagaimana tertuang dalam rekomendasi Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF). Salah satu rekomendasi FATF adalah perlu dibentuknya suatu lembaga intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit/FIU) yang bersifat permanen dan berperan sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang mengamanatkan pendirian PPATK. PPATK merupakan focal point yang mengoordinasikan pelaksanaan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia. Pemerintah mengangkat Dr. Yunus Husein dan Dr. I Gde Made Sadguna sebagai Kepala dan Wakil Kepala PPATK pada Oktober 2002 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 201/M/2002.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 mengalami perubahan pada 13 Oktober 2003 dengan disahkannya Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002. Sejalan dengan berdirinya PPATK dan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan rezim anti pencucian uang di Indonesia, melalui Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2004, pemerintah membentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Komite TPPU) yang diketuai oleh Menko Politik, Hukum dan Keamanan dengan wakil Menko Perekonomian dan Kepala PPATK sebagai sekretaris komite. Anggota Komite TPPU lainnya adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Keuangan, Kapolri, Jaksa Agung, Kepala BIN, dan Gubernur Bank Indonesia.

Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2004 tersebut telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan

(14)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 3 Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Peraturan presiden tersebut mengalami perubahan kembali melalui Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Dalam peraturan presiden tersebut terdapat tiga instansi yang dikukuhkan untuk masuk menjadi Anggota Komite TPPU, yaitu Kementerian Perdagangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kementerian Koperasi dan UKM sebagai upaya strategis untuk memperkuat Komite TPPU. Komite tersebut bertugas, antara lain merumuskan arah kebijakan penanganan tindak pidana pencucian uang dan mengoordinasikan upaya penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang menggantikan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 telah disahkan oleh Presiden RI pada 22 Oktober 2010. Keberadaan undang-undang ini diharapkan dapat membantu dalam upaya penegakan hukum tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana lain, memberikan landasan hukum yang kuat untuk menjamin kepastian hukum, efektivitas penegakan hukum, dan penelusuran dan pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana. Undang-undang ini juga mengakomodasi berbagai ketentuan dan standar internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sebagaimana tertuang dalam rekomendasi FATF dalamFATF Revised 40+9 Recommendations.

Pada 25 Oktober 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat Dr. Muhammad Yusuf sebagai Kepala PPATK dan Agus Santoso, S.H, LL.M sebagai Wakil Kepala PPATK berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M/2011. Dr. Muhammad Yusuf dan Agus Santoso, S.H, LL.M telah menyelesaikan masa baktinya sebagai Kepala PPATK dan Wakil Kepala PPATK pada 25 Oktober 2016.

Saat ini PPATK dipimpin oleh Kiagus Ahmad Badaruddin dibantu oleh Dian Ediana Rae yang diangkat berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 61/M Tahun 2016. Pada 26 Oktober 2016 Presiden Joko Widodo mengangkat Kiagus Ahmad Badaruddin sebagai Kepala PPATK dan Dian Ediana Rae sebagai Wakil Kepala PPATK untuk masa bakti periode 2016-2021 di Istana Negara, Jakarta.

(15)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 4

C.

Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK

PPATK merupakan lembaga independen yang dibentuk untuk mencegah dan memberantas TPPU dan pendanaan terorisme. Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan bahwa PPATK dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bersifat independen dan bebas dari campur tangan dan pengaruh kekuasaan manapun.

1. Tugas PPATK

Berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang.

2. Fungsi PPATK

Berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, PPATK memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pencegahan dan pemberantasan TPPU;

b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK; c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor; dan

d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lain.

Untuk memperkuat kewenangan PPATK, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Kewenangan-kewenangan PPATK dalam melaksanakan fungsinya, sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan fungsi “Pencegahan dan pemberantasan TPPU”, PPATK berwenang:

a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi,

(16)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 5 termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu;

b. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan;

c. Mengoordinasikan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dengan instansi terkait;

d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU;

e. Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU; f. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang; dan g. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan TPPU.

2. Dalam melaksanakan fungsi “Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK”, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi yang meliputi antara lain:

a. Membangun, mengembangkan, dan memelihara sistem aplikasi;

b. Membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan basis data;

c. Mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik;

d. Menyimpan, memelihara data dan informasi ke dalam basis data; e. Menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis;

f. Memfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri; dan

g. Melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada Pihak Pelapor.

3. Dalam melaksanakan fungsi “Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor”, PPATK berwenang:

a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pihak pelapor; b. Menetapkan kategori pengguna jasa yang berpotensi melakukan TPPU; c. Melakukan audit kepatuhan dan audit khusus;

(17)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 6 d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang

melakukan pengawasan terhadap pihak pelapor;

e. Memberikan peringatan kepada pihak pelapor yang melanggar kewajiban pelaporan;

f. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha pihak pelapor; dan

g. Menetapkan ketentuan pelaksanaan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi pihak pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur.

4. Dalam melaksanakan fungsi “Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lainnya”, PPATK berwenang:

a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;

c. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan hasil pengembangan analisis PPATK;

d. Meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;

e. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun luar negeri;

f. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan TPPU;

g. Meminta keterangan kepada pihak pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan TPPU;

h. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. Meminta Penyedia Jasa Keuangan (PJK) untuk menghentikan sementara

seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana;

(18)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 7 j. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan

oleh penyidik tindak pidana asal dan TPPU;

k. Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya; dan

l. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

D. Struktur Organisasi PPATK

Dalam pasal 48 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dinyatakan bahwa susunan organisasi PPATK terdiri dari:

a. Kepala; b. Wakil Kepala;

c. Jabatan Struktural lain; dan d. Jabatan Fungsional.

Susunan organisasi PPATK tersebut, kemudian diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, susunan organisasi dan unsur PPATK terdiri atas:

1. Kepala PPATK; 2. Wakil Kepala PPATK; 3. Sekretariat Utama;

4. Deputi Bidang Pencegahan; 5. Deputi Bidang Pemberantasan; 6. Pusat;

7. Inspektorat;

8. Jabatan Fungsional; dan 9. Tenaga Ahli.

Dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya, Kepala PPATK dibantu oleh Wakil Kepala PPATK dan didukung oleh unit-unit eselon I yang terdiri dari:

(19)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 8 1. Sekretariat Utama;

2. Deputi Bidang Pencegahan; 3. Deputi Bidang Pemberantasan;

serta unit-unit eselon II yang terdiri dari: 1. Biro Umum;

2. Biro Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Tata Laksana; 3. Biro Perencanaan dan Keuangan;

4. Direktorat Pengawasan Kepatuhan; 5. Direktorat Pelaporan;

6. Direktorat Hukum;

7. Direktorat Pemeriksaan, Riset, dan Pengembangan; 8. Direktorat Analisis Transaksi;

9. Direktorat Kerja sama dan Hubungan Masyarakat;

10. Inspektorat;

11. Pusat Teknologi Informasi; dan

12. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (Pusdiklat APU-PPT).

(20)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 9 Gambar 1.1

(21)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 10 Sistem kepegawaian PPATK mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2004 tentang Sistem Kepegawaian PPATK. Dalam keputusan tersebut, PPATK terdiri dari pegawai tetap, pegawai dipekerjakan, dan pegawai kontrak. Berdasarkan data kepegawaian PPATK hingga 31 Desember 2017, jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh PPATK sebanyak 399 orang dengan rincian termuat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Jumlah Pegawai PPATK per 31 Desember 2017

No. Jenis Pegawai Jumlah

1. Pegawai tetap 206 orang

2. Pegawai dipekerjakan 57 orang

3. Pegawai kontrak 136 orang

Jumlah 399orang

E.

Isu-isu Strategis PPATK

Isu-isu strategis PPATK yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja PPATK pada tahun 2017, antara lain:

1. PPATK bertujuan meningkatkan kompetensi para aparat penegak hukum dan pihak pelapor. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah pembangunan gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (Pusdiklat APU-PPT) di Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Kurikulum yang diajarkan kepada para aparat penegak hukum dan pihak pelapor merupakan materi mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Modul kurikulum lainnya terkait pula dengan kejahatan asal dan modus operandi yang dilakukan oleh pelaku kejahatan, serta cara mengantisipasinya.

2. Presiden RI, Joko Widodo, telah menetapkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Pemanfaatan Laporan Hasil Analisis dan Laporan Hasil Pemeriksaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

(22)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 11 Inpres tersebut dikeluarkan dalam upaya meningkatkan pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT. Keberadaan Inpres ini juga diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Dengan terbitnya, Inpres ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas LHA dan LHP yang dikeluarkan oleh PPATK dan mengajak instansi terkait untuk menindaklanjuti LHA dan LHP PPATK, termasuk melihat potensi penerimaan negara dari LHA dan LHP yang tidak dapat dilanjutkan proses hukumnya.

3. PPATK dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) bekerja sama dalam penyampaian HA, HP, dan Informasi dalam membantu meningkatkan optimalisasi perpajakan. HA, HP, dan Informasi tersebut telah dikirimkan oleh PPATK kepada DJP sebanyak 451 laporan dan telah berkontribusi pada penerimaan negara sebesar Rp2.488 triliun. Kerja sama terkait penagihan utang pajak juga telah berkontribusi pada penerimaan negara sebesar Rp2.345 triliun. Selain itu, selama periode 2006 sampai dengan 2017, PPATK telah menyampaikan 2961 data wajib pajak (WP) yang menunggak kepada DJP. 2393 data WP tersebut telah ditindaklanjuti dengan total perkiraan utang pajak sebesar Rp25,9 triliun.

4. PPATK menjadi koordinator dalam menghadapi kegiatan Mutual Evaluation

Review (MER) oleh Tim Assessor dari APG dan FATF. MER merupakan suatu

kegiatan untuk menilai tingkat kepatuhan suatu negara dalam melaksanakan Rekomendasi FATF. Kegiatan MER tersebut menilai penerapan 40 Rekomendasi FATF yang mencakup bidang regulasi industri keuangan, penyedia barang dan jasa, dan sektor penegakan hukum terkait dengan pencucian uang dan pendanaan terorisme. Kegiatan MER juga menilai efektivitas regulasi dan penegakan hukum. Indonesia menghadapi MER dengan asesor yang berasal dari FATF Style Regional

Bodies, yaitu Asia Pacific Groups on Money Laundering (APG). Indonesia telah

berhasil melalui serangkaian proses krusial dalam MER, antara lain:

a. Indonesia telah menyampaikan jawaban mengenai Technical Compliance Rekomendasi FATF (terkait peraturan atau dasar hukum) kepada Sekretariat APG pada 8 Mei 2017.

(23)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 12 b. Indonesia telah menyampaikan jawaban mengenai Effectiveness Methodology

Rekomendasi FATF (terkait efektivitas penerapan peraturan) kepada Sekretariat APG pada 11 Agustus 2017.

c. Jawaban mengenai Technical Compliance dan Effectiveness Methodology menjadi rujukan dalam penilaian yang dilakukan oleh APG yang ditandai dengan kegiatan on site visit tim assessor APG pada 6-17 November 2017 di Indonesia. Hasil penilaian MER tersebut akan disampaikan pada FATF Plenary di Paris pada Februari 2018 dan ditetapkan pada kegiatan APG Plenary yang akan dilaksanakan di Nepal pada Mei 2018.

5. PPATK telah melaksanakan penilaian risiko berskala nasional (National Risk

Assessment/NRA). Hasil NRA tersebut dapat dijadikan sebagai pijakan bagi para

stakeholders untuk membuat kebijakan yang terkait dengan Anti Pencucian Uang

dan Pendanaan Terorisme (APUPPT) yang berbasis risiko. Selain itu, Indonesia melalui PPATK telah menjadi pemrakarsa dalam penilaian risiko pendanaan terorisme untuk kawasan Asia Tenggara dan Australia yang disebut Terrorist

Financing Regional Risk Assessment (RRA TF).

6. Indonesia belum memiliki peraturan yang spesifik yang mengatur mengenai pencegahan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini beberapa instansi terkait telah menetapkan Peraturan Bersama Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, dan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2017, Nomor 1 Tahun 2017, Nomor 9 Tahun 2017, dan nomor 5 Tahun 2017 tentang Pencantuman Identitas Orang atau Korporasi Dalam Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal, dan Pemblokiran Secara Serta Merta Atas Dana Milik Orang atau Korporasi yang Tercantum Dalam Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal. Penetapan dan implementasi Peraturan Bersama tersebut bertujuan untuk memenuhi perkembangan konvensi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

(24)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 13

F. Dasar Hukum

Dasar hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan Laporan Kinerja PPATK, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

5. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan;

6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

8. Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor 07 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019;

(25)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 14 9. Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; 10. Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor 03

Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan;

11. Keputusan Kepala PPATK Nomor: KEP-229/1.01/PPATK/12/15 tentang Penetapan Indíkator Kinerja Utama Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019;

12. Keputusan Kepala PPATK Nomor 138B Tahun 2017 tentang Penetapan Batasan Persentase Capaian Indikator Kinerja Utama Pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

G.

Sistematika Penyajian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi dan permasalahan utama (isu strategis) yang sedang dihadapi oleh organisasi.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Bab ini menjelaskan ikhtisar Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Bab ini menjelaskan mengenai capaian kinerja tahun 2017, evaluasi, dan analisis atas capaian kinerja tersebut. Penjelasan kinerja tahun 2017 meliputi hal-hal yang telah dilaksanakan, realisasi kinerja, dan perbandingan capaian kinerja dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra PPATK. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi.

(26)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 15

BAB IV PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai simpulan umum atas pencapaian kinerja tahun 2017 dan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan bagi perbaikan kinerja pada tahun yang akan datang.

LAMPIRAN

Bagian ini berisi substansi-substansi yang mendukung penjelasan dalam laporan kinerja.

(27)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 16 |

A.

Rencana Strategis

Rencana Strategis (Renstra) PPATK Tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, dan target kinerja, serta kebutuhan pendanaan yang akan dilaksanakan oleh PPATK pada tahun 2015-2019. Renstra PPATK Tahun 2015-2019 merupakan pedoman dalam menyusun rencana kerja PPATK tahun 2015-2019 dan sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kinerja PPATK tahun 2015-2019. Renstra PPATK Tahun 2015-2019 ditetapkan dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala PPATK Nomor 07 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-05/1.01/PPATK/03/15 tentang Rencana Strategis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019.

1.

Visi dan Misi PPATK Tahun 2015-2019

VISI ppatk

Visi tersebut memberikan makna bahwa PPATK berupaya mewujudkan Indonesia yang bebas dari tindak pidana pencucian uang dan sejalan dengan visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu Indonesia

BAB

II

PerencAnAAn

kInerjA

Menjadi lembaga intelijen keuangan yang independen dan

terpercaya dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.”

(28)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 17 |

yang mandiri, maju, adil, dan makmur, serta dalam mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan sektor keuangan

MISI ppatk

Untuk mendukung pencapaian visi PPATK, dirumuskan upaya-upaya yang akan dilaksanakan melalui Misi PPATK Tahun 2015-2019, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Misi PPATK

KODE MISI

M1 Meningkatkan nilai guna hasil analisis dan hasil pemeriksaan PPATK.

M2 Meningkatkan peran dan dukungan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lainnya di Indonesia.

M3 Meningkatkan efektivitas manajemen internal PPATK.

tujuan PPATK

Untuk menjabarkan Visi PPATK dalam rangka mencapai sasaran program prioritas presiden, perlu dirumuskan tujuan dan sasaran strategis sebagai indikator yang lebih jelas dan terukur. Tujuan strategis tersebut dijelaskan, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tujuan PPATK

Kode Tujuan Indikator Kinerja Tujuan

T1 Meningkatkan efektivitas

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lainnya di Indonesia.

Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme.

Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti. Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia.

Indeks kepatuhan pihak pelapor.

T2 Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang andal

dalam mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan

wewenang PPATK.

Nilai AKIP PPATK.

Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK.

(29)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 18 |

SASaran strategis

Sebagai bentuk penjabaran dari dua tujuan strategis yang hendak dicapai, PPATK menetapkan empat belas sasaran strategis, sebagai berikut:

Tabel 2.3

Sasaran Strategis PPATK Tahun 2015-2019

TUJUAN SASARAN STRATEGIS

T1 Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.

PPATK 01

Meningkatnya tndak lanjut atas rekomendasi pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.

PPATK 02

Meningkatnya pengungkapan kasus Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.

PPATK 03

Meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.

PPATK 04

Meningkatnya kualitas hasil riset Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.

PPATK 05

Meningkatnya hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi yang ditndaklanjuti.

PPATK 06

Meningkatnya kepatuhan pelaporan. PPATK 07

Meningkatnya kemampuan Pihak Pelapor dan aparat penegak hukum dalam pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.

PPATK 08

Terpenuhinya produk hukum pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme.

PPATK 09

Meningkatnya keandalan sistem teknologi informasi PPATK.

PPATK 10

T2 Meningkatnya kualitas SDM PPATK. PPATK 11

Meningkatnya kualitas manajemen kinerja PPATK. PPATK 12

Terwujudnya reformasi birokrasi PPATK yang efektif. PPATK 13

(30)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 19 |

Peta Strategi PPATK

Empat belas sasaran strategis PPATK saling memiliki keterkaitan satu sama lain dan masing-masing memiliki peran dan kemampuan dalam mendukung pencapaian visi dan misi PPATK. Keterkaitan antarsasaran strategis beserta masing-masing Indikator Kinerja Sasaran Strategis dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1 Peta Strategi PPATK Tahun 2015-2019, sebagai berikut:

Gambar 2.1

Peta Strategi PPATK Tahun 2015-2019

Peta strategi tersebut terbagi menjadi empat perspektif, yaitu perspektif

stakeholder, Internal Business Process, Learning and Growth, dan financial. Keempat

perspektif tersebut menggambarkan pola hubungan sebab akibat dalam bentuk sebuah peta strategi yang terukur dan berkesinambungan. Perspektif Stakeholder yang merupakan outcome PPATK dalam memenuhi harapan para pemangku kepentingan

(31)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 20 |

didukung oleh perspektif Internal Business Process yang merupakan proses internal strategis yang dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi PPATK, sedangkan perspektif Learning and Growth dan perspektif Financial diperlukan dalam mewujudkan perspektif Stakeholder dan Internal Business Process melalui proses perbaikan, pemanfaatan sumber daya, dan penggunaan anggaran yang optimal.

B.

Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Pasal 7 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.01/PPATK/07/15 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menyatakan bahwa entitas akuntabilitas kinerja PPATK harus menyusun perjanjian kinerja.

Dalam upaya pengukuran kinerja tahun 2017, Kepala PPATK telah menetapkan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK pada 22 Desember 2016. Perjanjian kinerja tersebut disusun dengan mengacu pada dokumen anggaran yang telah mendapat pengesahan dari Kementerian Keuangan berdasarkan Surat Pengesahan DIPA Induk Tahun Anggaran 2017 PPATK Nomor: SP DIPA-078.01.1.453374/2017 tanggal 7 Desember 2016. Perjanjian Kinerja PPATK bertujuan untuk menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur dan merupakan dasar penilaian keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK dijelaskan dalam Tabel 2.4, sebagai berikut:

Tabel 2.4

Perjanjian Kinerja PPATK Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran

Strategis

Target Program Pagu Anggaran

Awal (Rp) PPATK. 01 Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan dan pemberantasan TPPU dan

S1.1 Indeks persepsi TPPU

dan pendanaan terorisme.

5,05 Indeks Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan

Terorisme

(32)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 21 | pendanaan terorisme. PPATK. 02 Meningkatnya tindak lanjut atas rekomendasi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. S2.1 Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti. 90 % S2.2 Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik. 50 % S2.3 Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA) yang ditindaklanjuti. 60 % PPATK. 03 Meningkatnya pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme. S3.1 Persentase peningkatan pengungkapan kasus TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia. 15 % PPATK. 04 Meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. S4.1 Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti. 100 % PPATK. 05 Meningkatnya kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme.

S5.1

Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme. 3,5 Indeks PPATK. 06 Meningkatnya hasil analisis, hasil pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti. S6.1

Jumlah Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan informasi yang ditindaklanjuti. 182 Laporan PPATK. 07 Meningkatnya kepatuhan pelaporan. S7.1 Persentase laporan dari pihak pelapor yang memenuhi standar pelaporan. 95 % S7.2 Indeks kepatuhan pihak pelapor. 4,0 Indeks PPATK. 08 Meningkatnya kemampuan pihak pelapor dan penyidik TPPU dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. S8.1 Persentase kelulusan peserta pelatihan. 100 % PPATK. 09 Terpenuhinya produk hukum pencegahan dan pemberantasan TPPU dan S9.1 Persentase pemenuhan produk hukum TPPU dan pendanaan terorisme.

(33)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 22 |

Anggaran yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK adalah alokasi anggaran pada awal tahun yang diterima oleh PPATK, yaitu sebesar Rp117.169.305.000,00.

Gambar 2.2

Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK

Anggaran tersebut dialokasikan ke dalam dua program, yaitu program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK. Dalam

pendanaan terorisme. PPATK. 10 Meningkatnya keandalan sistem TI PPATK. S10.1

Indeks tata kelola teknologi informasi PPATK. 3 Indeks PPATK. 11 Meningkatnya kualitas sumber daya manusia PPATK. S11.1 Persentase pegawai PPATK yang memiliki penilaian prestasi kerja pegawai baik.

100 %

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK

79.819.305.000 PPATK. 12 Meningkatnya kualitas manajemen kinerja PPATK. S12.1

Nilai AKIP PPATK. A Nilai

PPATK. 13 Terwujudnya reformasi birokrasi yang efektif. S13.1 Nilai pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK. 75 Nilai PPATK. 14 Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan PPATK. S14.1 Opini BPK. WTP Opini

(34)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 23 |

upaya pencapaian target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017, pagu anggaran PPATK tersebut dialokasikan ke dalam program dan kegiatan, sebagai berikut:

Tabel 2.5

Pagu Anggaran PPATK per Program dan Kegiatan Tahun 2017

Kode Program/Kegiatan

Nama Program/Kegiatan Pagu Anggaran Awal

Pagu Anggaran Revisi

078.01.01 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK

Rp 79.819.305.000 Rp79.819.305.000

3374 - Pengawasan Internal PPATK. Rp 500.000.000 500.000.000 3375 - Pengelolaan Perencanaan dan

Keuangan PPATK.

Rp 49.460.014.000 49.460.014.000 3376 - Pengelolan Sumber Daya Manusia,

Organisasi dan Ketatalaksanaan PPATK. Rp 5.909.800.000 5.909.800.000 3377 - Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan, dan Perlengkapan PPATK. Rp 23.949.491.000 23.949.491.000 078.01.06 Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Rp 37.350.000.000 Rp37.350.000.000

3379 - Pengelolaan Bidang Hukum PPATK.

Rp 2.600.000.000 2.471.150.000 3380 - Pelaksanaan kerja sama dan

Hubungan Masyarakat PPATK.

Rp 4.700.000.000 5.258.115.000 3381 - Pengelolaan Teknologi Informasi

PPATK.

Rp 16.000.000.000 15.700.000.000 3382 - Pengawasan Kepatuhan Pihak

Pelapor.

Rp 1.500.000.000 1.500.000.000 3383 - Pengawasan Kewajiban Pelaporan

dan Pembinaan Pihak Pelapor.

Rp 2.000.000.000 2.000.000.000 3384 - Analisis Transaksi dan Pengelolaan

Laporan Masyarakat.

Rp 1.300.000.000 1.400.000.000 5232 - Pemeriksaan dan Pengembangan

Riset TPPU.

Rp 9.250.000.000 9.020.735.000

(35)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 24

A.

Capaian Kinerja

Akuntabilitas kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja yang memuat realisasi dan tingkat capaian kinerja yang diperjanjikan. Capaian kinerja merupakan dasar dalam menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai tujuan dan sasaran yang telah diperjanjikan. Untuk mencegah terjadinya deviasi yang signifikan antara realisasi dengan target IKSS, PPATK menerapkan Keputusan Kepala PPATK Nomor 138B Tahun 2017 tentang Penetapan Batasan Persentase Capaian Indikator Kinerja Utama Pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa capaian maksimum kinerja yang diakui adalah 120% dan capaian minimum kinerja adalah 0%.

Rata-rata capaian kinerja PPATK pada tahun 2017 sebesar 108%. Dari tujuh belas IKSS yang diukur, tiga IKSS berhasil mencapai target kinerja. Bahkan terdapat sembilan IKSS yang capaian kinerjanya berhasil melebihi 100%. Namun demikian, terdapat dua IKSS yang capaian kinerjanya masih di bawah 100% dan tiga IKSS yang belum dapat diukur capaian kinerjanya. Capaian kinerja tersebut dapat terwujud karena PPATK selalu melaksanakan upaya perbaikan guna meningkatkan kualitas pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja yang dilakukan dengan cara menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi dari hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Inspektorat PPATK atas Laporan Kinerja Tahun 2016 PPATK.

B.

Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja

Analisis dan evaluasi kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja yang bertujuan guna menilai keberhasilan dan/atau kegagalan dari pelaksanaan program kegiatan sesuai dengan sasaran strategis yang ditetapkan dalam Rencana Strategis PPATK Tahun

2015-BAB

III

Akuntabilitas

kinerja

(36)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 25 2019. Pengukuran kinerja tersebut merupakan hasil dari penilaian yang didasarkan pada IKSS yang termuat dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 PPATK.

PPATK telah menetapkan Keputusan Kepala PPATK Nomor: KEP-229/1.01/PPATK/12/15 tentang Penetapan Indíkator Kinerja Utama Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Tahun 2015-2019. PPATK memiliki empat belas sasaran strategis dan tujuh belas IKSS. Berikut ini diuraikan mengenai capaian kinerja PPATK tahun 2017 menurut masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.

Sasaran Strategis 1 dimaksudkan untuk mengetahui persepsi pemangku kepentingan dan masyarakat terkait dengan efektivitas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang dilaksanakan oleh PPATK dan instansi yang terkait dalam periode tertentu (tahunan). Sasaran strategis 1 diukur keberhasilannya melalui satu Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), yaitu Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme. Pada tahun 2017, capaian kinerja sangat baik dengan rata-rata pencapaian kinerja SS 1 adalah 105,15%.

Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT diinisiasi oleh PPATK sejak tahun 2015 bersama-sama dengan stakeholders rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APUPPT), para akademisi, tim ahli dari Badan Pusat Statistik, dan lembaga survei independen. Indeks Persepsi Publik APUPPT merupakan alat ukur pemerintah Indonesia, khususnya dalam hal mengukur efektivitas kinerja stakeholders di Indonesia dalam rezim APUPPT dan mengukur tingkat pemahaman publik Indonesia terhadap TPPU dan TPPT. Dengan adanya pengukuran indeks persepsi publik APUPPT, diharapkan pemerintah dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan/program guna meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap TPPU dan TPPT, serta

IKSS 1: Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya persepsi publik terhadap pencegahan dan pemberantasan TPPU

(37)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 26 memperoleh umpan balik dari masyarakat dalam upaya peningkatan kinerja dan mereduksi peluang risiko terjadinya TPPU dan TPPT di Indonesia.

Tahun 2017 adalah tahun kedua bagi PPATK melaksanakan program Indeks Persepsi Publik Anti Pencucian Uang dan Pemberantasan Pendanaan Terorisme (IPP APUPPT). Sebagai tolak ukur (monitoring tools), Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT menjadi sangat penting guna mengukur pencapaian tahunan seluruh stakeholders rezim APUPPT di Indonesia dalam menentukan arah kebijakan yang paling tepat untuk mencegah dan memberantas TPPU dan TPPT, khususnya yang berkaitan dengan tindak lanjut rekomendasi-rekomendasi pokok National Risk Assessment on Money

Laundering/Terrorist Financing. Penyusunan indeks persepsi publik terhadap TPPU dan

TPPT tahun 2017 di Indonesia bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal, sebagai berikut:

1. Postur dan perkembangan tingkat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai TPPU dan TPPT pada periode survei 2017;

2. Postur dan perkembangan tingkat kesadaran (awareness)masyarakat terhadap perilaku terindikasi TPPU dan TPPT di lingkungan sekitarnya;

3. Tingkat keefektifan kinerja stakeholders rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme selama tahun 2016-2017 dalam menindaklanjuti rekomendasi NRA. Penilaian ini diharapkan dapat memberikan masukan/feedback kepada stakeholders dalam meningkatkan efektivitas dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT dalam bentuk berbagai program intervensi guna mereduksi peluang atau risiko terjadinya TPPU dan TPPT di Indonesia;

4. Pandangan dan rekomendasi akademisi dan pakar terhadap peningkatan keefektifan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia;

5. Pandangan publik terhadap kecukupan regulasi TPPU dan TPPT di Indonesia per periode survei tahun 2017;

6. Harapan/feedback publik terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia yang telah dilakukan; dan

7. Mengedukasi masyarakat agar memiliki/meningkatkan kepedulian terhadap risiko-risiko terjadinya TPPU dan TPPT di Indonesia.

(38)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 27 Penyusunan indeks dilakukan berdasarkan data hasil survei dengan responden anggota rumah tangga di Indonesia. Pemilihan sampel survei menggunakan probabilistic

sampling dengan pendekatan complex random sampling. Sampel terdiri dari 11.040

rumah tangga yang tersebar di 1.104 desa/kelurahan di 172 kabupaten/kota pada 34 provinsi di Indonesia. Pada setiap desa/kelurahan dipilih 10 rumah tangga secara random. Pada setiap rumah tangga yang terpilih sebagai sampel akan dipilih seorang anggota rumah tangga berusia 17 tahun ke atas sebagai responden. Pada satu desa/kelurahan lokus survei dipilih secara acak dan proporsional sebanyak sepuluh responden dengan profil/profesinya bersifat unik (tidak terduplikasi).

Indeks Persepsi Publik terhadap Tindak Pidana Pencucuian Uang (IPP-TPPU) merupakan indeks komposit tertimbang yang disusun dari dua indeks komposit lain, yaitu Indeks Persepsi Publik terhadap Tindak Pidana Pencucuian Uang (IPP-TPPU) dan Indeks Persepsi Publik terhadap Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (IPP-TPPT). IPP-TPPU merupakan indeks komposit tertimbang dari 114 indikator yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat keefektifan kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU dinilai dari perspektif publik. IPP-TPPT juga merupakan indeks komposit tertimbang mencakup 67 indikator yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat keefektifan kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPT dinilai dari perspektif publik.

Berdasarkan konstruk variabelnya, Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT dibangun berdasarkan dua dimensi utama, yaitu dimensi tingkat pemahaman publik terhadap TPPU/TPPT dan dimensi keefektifan kinerja rezim APUPPT. Dimensi tingkat pemahaman publik diukur oleh lima aspek, yakni karakteristik TPPU/TPPT, pelaku utama TPPU/TPPT, pelaku terkait TPPU/TPPT, sumber dana TPPU/TPPT dan faktor pendorong terjadinya TPPU/TPPT. Sementara itu, dimensi keefektifan kinerja rezim APUPPT diukur oleh dua aspek, yaitu keefektifan kinerja rezim pencegahan dan keefektifan kinerja rezim pemberantasan.

Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT diukur dalam skala 0-10. Nilai 0 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (dari sisi pencegahan maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai oleh publik adalah sangat rendah (terendah) dan nilai 10 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (dari sisi

(39)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 28 pencegahan maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai oleh publik adalah sangat baik (tertinggi). Indeks Persepsi Publik (IPP) dihitung secara terpisah untuk TPPU dan TPPT. Dengan demikian, terdapat dua indeks utama, yakni Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPU (IPP-TPPU) dan Indeks Persepsi Publik terhadap TPPT (IPP-TPPT).

Gambar 3.1

Hasil Indeks Persepsi Publik Tahun 2017

Hasil perhitungan IPP TPPU tahun 2017 sebesar 5,57 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas rezim dalam penanganan TPPU masih belum memuaskan. Kondisi ini terlihat pada dimensi tingkat pemahaman publik terhadap TPPU sebesar 5,76 dan dimensi tingkat keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang sebesar 5,28.

Hasil perhitungan IPP TPPT tahun 2017 sebesar 5,06 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas rezim dalam penanganan TPPT masih belum memuaskan, bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat keefektifan penanganan TPPU sebesar 5,57. Bila dibandingkan menurut dimensi pembentuk IPP-TPPT, penilaian publik terhadap keefektifan kinerja rezim anti PPT sebesar 5,27 lebih baik daripada tingkat pemahaman publik terhadap TPPT sebesar 4,92.

(40)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 29

Gambar 3.2

Perbandingan IPP APU PPT Tahun 2016 dan 2017

Pencapaian kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia secara umum masih belum memuaskan. Hasil survei tahun 2017 memperlihatkan adanya peningkatan efektivitas kinerja dibandingkan tahun 2016. Indeks IPP-APU PPT meningkat dari 5,21 menjadi 5,31. Selama periode 2016-2017, Indeks IPP-TPPU meningkat dari 5,52 menjadi 5,57, sedangkan IPP-TPPT meningkat cukup tinggi dari 4,89 menjadi 5,06.

Pada tahun 2017, PPATK menargetkan kinerja indikator kinerja Indeks Persepsi TPPU dan Pendanaan Terorisme dengan nilai sebesar 5,05 indeks. Realisasi kinerja indikator kinerja adalah 5,31 indeks dari skala 10, sehingga capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 105,15%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT dari sisi pencegahan maupun pemberantasan di Indonesia dinilai cukup baikoleh publik.

Tabel 3.1

Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis ke-1 PPATK Tahun 2017 IKSS Target Tahun 2017 Realisasi Tahun 2017 Capaian Tahun 2017 2016

Indeks Persepsi TPPU dan Pendanaan Terorisme

5,05 indeks 5,31 indeks 105,15% 104,2%

Keberhasilan pelaksanaan indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme didukung oleh hal-hal, sebagai berikut:

1. Penginputan dan pengolahan data survei indeks persepsi TPPU menggunakan aplikasi online, sehingga data dapat terpantau secara real time.

(41)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 30 2. Berkoordinasi dengan para akademisi dan tim ahli dari BPS, serta stakeholders

lainnya untuk pembahasan metode dan penyusunan kuesioner.

3. Penggunaan jasa pihak ketiga dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner dan wawancara dengan responden pengisian kuesioner

Tabel 3.2

Perbandingan Realisasi IKSS ke-1 Tahun 2017 dengan Target Tahun 2015-2019

IKSS Target Tahun Realisasi Tahun 2017 Persentase Realisasi Dibanding Target Tahun 2019 2015 2016 2017 2018 2019 Indeks Persepsi TPPU dan pendanaan terorisme Indepth study 5 indeks 5,05 indeks 5,15 indeks 5,3 indeks 5,31 indeks 100,19%

Sasaran Strategis 2 dimaksudkan untuk memantau tindak lanjut rekomendasi-rekomendasi PPATK dan FATF yang disampaikan kepada pemerintah di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Pencapaian sasaran strategis 2 diukur melalui tiga IKSS, yaitu:

1. Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.

2. Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik. 3. Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA).

Pada tahun 2017, rata-rata pencapaian kinerja SS 2 adalah 117,04%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja SS 2 sudah sangat baik.

Sasaran Strategis 2: Meningkatnya tindak lanjut atas

rekomendasi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan

(42)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 31 Tabel 3.3

Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK Tahun 2017

NO. INDIKATOR KINERJA SASARAN

STRATEGIS (IKSS) TARGET TAHUN 2017 REALISASI TAHUN 2017 CAPAIAN TAHUN 2017

1 Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.

90% 100% 111,11%

2 Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik.

50% 70% 120%

3 Persentase rekomendasi NRA yang ditindaklanjuti.

60% 77,78% 120%

Rata-rata capaian kinerja 117,04%

PPATK merencanakan target kinerja indikator kinerja persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti sebesar 90% dengan realisasi kinerja sebesar 100%. PPATK telah menyampaikan seluruh rekomendasi dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme kepada para pemangku kepentingan, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia dan seluruh rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti. Dengan demikian, capaian kinerja indikator kinerja tersebut sebesar 111,11%.

Empat belas rekomendasi yang telah disampaikan selama tahun 2017 kepada Kepolisian Republik Indonesia, meliputi:

1. Rekomendasi PPATK terkait Pengajuan Pencantuman Individu dan Korporasi dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Terorisyang disampaikan melalui Surat Kepala PPATK nomor: R/38/KS.02/I/2017 tanggal 23 Januari 2017.

2. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List dan Permintaan Bantuan Pemblokiran serta Pencabutan Pemblokiran

IKSS 2: Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang

(43)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 32 berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang disampaikan melalui Surat Kepala PPATK nomor: R/84/KS.02/II/2017 tanggal 16 Februari 2017. 3. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions

List per tanggal 22 Februari 2017 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan PBB yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor: R/158A/KS.02/III/2017 tanggal 7 Maret 2017.

4. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List dan Permintaan Bantuan Pencabutan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor: R/301/KS.02/V/2017tanggal 17 Mei 2017.

5. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List dan Permintaan Bantuan Pencabutan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor: R/314/KS.02/V/2017 tanggal 31 Mei 2017.

6. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List per tanggal 16 Juni 2017 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan PBB yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor: R/347A/KS.02/VI/2017 tanggal 22 Juni 2017.

7. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List per tanggal 3 Juli 2017 dan Permintaan Bantuan Pencabutan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan

PBB yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor:

R/421C/KS.02/VIII/2017 tanggal 1 Agustus 2017.

8. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List per tanggal 6 Juli 2017 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan PBB yang

(44)

PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O17 33 disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor: R/439/KS.02/VIII/2017 tanggal 9 Agustus 2017.

9. Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List per tanggal 28 Juli 2017 dan Permintaan Bantuan Pencabutan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan

PBB yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor:

R/455A/KS.02/VIII/2017 tanggal 21 Agustus 2017.

10.Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions List per tanggal 18 Agustus 2017 dan terkait Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan PBB yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor: R/456A/KS.02/VIII/2017 tanggal 22 Agustus 2017.

11.Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions

List per tanggal 12 September 2017 dan Permintaan Bantuan Pencabutan

Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris dari Dewan Keamanan PBB yang disampaikan melalui surat Kepala PPATK nomor: R/498/KS.02/IX/2017 tanggal 13 September 2017.

12.Rekomendasi Pengajuan Perpanjangan Pencantuman Individu dan Korporasi dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang disampaikan melalui Surat Kepala PPATK nomor: R/590A/KS.02/XII/2017 tanggal 6 Desember 2017.

13.Rekomendasi PPATK terkait Pengajuan Pencantuman Individu dan Korporasi dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang disampaikan melalui Surat Kepala PPATK nomor: R/590B/KS.02/XII/2017 tanggal 6 Desember 2017.

14.Rekomendasi PPATK terkait Pemutakhiran ISIL (Daesh) dan Al-Qaida Sanctions

List per tanggal 26 Desember 2017 dan Permintaan Bantuan Pemblokiran serta

Pencabutan Pemblokiran berdasarkan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang disampaikan melalui Surat Kepala PPATK nomor: R/609/KS.02/XII/2017 tanggal 29 Desember 2017.

Gambar

Tabel 2.1  Misi PPATK
tabel  3.9  diketahui  bahwa  pada  tahun  2015,  PPATK  telah  menindaklanjuti  sembilan  rekomendasi  terkait  TPPU  dan  tujuh  rekomendasi  terkait  TPPT

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Dokumen Penawaran Sayembara yang diterima oleh Panitia Pengadaan setelah batas akhir waktu pemasukan Dokumen Penawaran Sayembara akan ditolak dan

Secara umum, jenis-jenis pemilih pada pemilihan umum memiliki 4 karakteristik yaitu: pertama pemilih rasional, pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan

Topik/tema besar yang ada dalam berita ini adalah calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Djarot Saiful Hidayat yang merasa paling transparan dalam soal dana

Kajian penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang penelitian ini serta membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.Kajian ini

Oleh karena itu, penulis berniat untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Employee Stock Ownership Program (ESOP) Terhadap Kinerja dan Nilai Perusahaan

Volume dapat dinyatakan sebagai jumlah unit (atau kuantitas) yang diproduksi dan dijual, sebagai volume penjualan dalam rupiah, atau sebagai persentase dari kapasitas

Peraturan Komisi Informasi No.2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik telah menegaskan sebagaimana termaktub pada Pasal 3 ayat (4) yang

Tujuan dari kegiatan PKM ini adalah membuat suatu sistem kontrol dalam TNKB dengan menerapkan teknologi RFID dalam aplikasi berbasis web yang bermanfaat untuk