• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Asam Askorbat untuk Menyembuhan Kering Alur Sadap Parsial Tanaman Karet (Heveabrasiliensis muell. Arg) pada Klon PB 260 dan IRR 42

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Asam Askorbat untuk Menyembuhan Kering Alur Sadap Parsial Tanaman Karet (Heveabrasiliensis muell. Arg) pada Klon PB 260 dan IRR 42"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hevea brasiliensis atau dikenal umum sebagai pohon karet merupakan

sumber utama karet alam. Pohon ini dibudidayakan dalam skala komersial besar

di beberapa negara di daerah tropis sebesar 9,4 juta ha di seluruh dunia. Selain

dari lateks, pohon karet juga telah dimanfaatkan untuk kayu untuk pembuatan

mebel dan bijinya dibuat minyak biji karet yang digunakan untuk pembuatan

sabun, cat, pernis, pupuk dan pakan ternak. Eksploitasi dari komponen lain dari

pohon-pohon karet inilah yang memberikan nilai tambah lebih lanjut untuk

penanaman pohon karet (Karintus, 2011).

Produksi karet alam dunia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai

11,5 juta ton. Sebagai negara produsen karet alam terbesar kedua setelah

Thailand, Indonesia ditargetkan dapat memasok 3,3 juta ton (29%) untuk

mengisi pangsa pasar tersebut. Guna mencapai target tersebut, Direktorat

Jenderal Perkebunan menerapkan kebijakan peningkatan produksi karet melalui

perluasan dan peremajaan kebun maupun rehabilitasi tanaman dengan

menggunakan bibit unggul.Pembangunan perkebunan karet juga berperan

penting dalam pelestari lingkungan dan mendorong pertumbuhan sentra-sentra

ekonomi baru diwilayah pengembangan (Island dan Dwi, 2013).

Perkembangan cara penyajian karet alam ternyata sangat menarik.

Timbulnya industri karet dengan spesifikasi teknis merupakan perkembangan

yang sangat positif sebagai jawaban yang sangat nyata,demikian pula adanya cara

(2)

kemajuan seperti ini menyebabkan para konsumen mulai berpaling lagi ke karet

alam (Damanik, 2012).

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital

bagikehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan

barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban

kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.

Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatiflebih mudah

dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal,

akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri,tetapi diproduksi

sebagai komoditi perkebunan (Anwar, 2001).

Seperti pada tanaman lain, berbagai kondisi fisiologis tanaman dan

penyakit patogen mempengaruhi produksi karet alam. Kering Alur Sadap (KAS)

atau tapping panel dryness (TPD) merupakan kejadian tanaman karet yang tidak

menghasilkan atau mengalirkan lateks. Karena pengurasan yang begitu intensif,

maka kemampuan tanaman meregenerasi lateks termasuk di dalamnya

bahan-bahan organik menjadi tidak seimbang. Kondisi tanaman yang demikian disebut

kelelahan fisiologis (physiological fatigue), dimana merupakan awal dari kejadian

Kering Alur Sadap (KAS) (Tistama, 2013).

Kering Alur Sadap (KAS) adalah salah satu ancaman paling serius

terhadap produksi karet alam yang diperkirakan memberikan kontribusi

15% - 20% hilangnya produksi.Sementara pada tanaman produktif, kehilangan

mencapai 20% - 25%, di hampir semua wilayah perkebunan karet. KAS

(3)

berhentinyaaliran lateks (kulit kering) dan pengurangan bidang penyadapan(Jacob

danKrishnakumar, 2006).

Penyakit kering alur sadap (KAS) sering dijumpai pada karet unggul

PB260 yang disadap berlebihan, terutama apalagi jika disertai dengan penggunaan

ethepon atau ethrel (obat perangsang lateks) yang tidak sesuai anjuran. Penyakit

KAS tidak menyebabkan kematian pada tanaman karet, namun lateks atau getah

yang dihasilkan menjadi berkurang(Janudianto et al., 2013).

Penyadapan dan stimulasi etefon direspons oleh tanaman karet sebagai

cekaman bagi kehidupannya. Cekaman lingkungan akan menyebabkan akumulasi

reactive oxygen species (ROS) yang dapat menghancurkan makromolekul

penyusun membran organel atau sel. Kerusakan membran tersebut akan memicu

kematian sel. Untuk mengatasi cekaman tersebut, tanaman karet meningkatkan

aktivitas enzim askorbat peroksidase (APX; EC 1.11.1.9). Enzim tersebut

berperan dalam detoksifikasi ROS invivo, dan berperan dalam ketahanan terhadap

cekaman atau mengatur lamanya aliran lateks. Beberapa enzim yang berperan

dalam detoksifikasi ROS antara lain, Mangan superoksida dismutase (MnSOD),

Zn-Cu Superoksida dismutase (Zn-CuSOD), Glioksilatkarboligase kloroplastik

(GCLkloroplastik),Glioksilatkarboligase sitosolik (GCLsitosolik), dan

katalase(Arlyny, 2008).

Sebuah reactive oxygen species(ROS) dapat cepat terjadi setelah

mengalami stres penginderaan tanaman. Salah satu peran utama ROS adalahuntuk

memberikan molekul sebagai sinyal dalam sel. Produksi ROSyang di modulasi

baik oleh tanaman untuk menghindari kerusakan jaringan. Stressenyawa ROS di

(4)

terbuktibahwatingkat tinggi ROS menyebabkan kematian sel,sementara tingkat

yang lebih rendah sebagian besar bertanggung jawab untuk mengatur respon stres

tanaman. Dalam stres biotik, ROS terlibat dalam signaling utama

untukmenipiskan stres oksidatifyang disebabkan oleh stres abiotik. Selanjutnya,

ROS bisa ikut campur dalam toleransi silang (Rejebet al.,2014).

Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron

sedangkan pengertian biologis antioksidan adalah semua senyawa yang dapat

meredam radikal bebas. Antioksidan dalam tubuh sebagai mekanisme

perlindungan terhadap serangan radikal bebas secara alami. Di dalam tubuh terdiri

dari banyak komponen diantaranya superoksida dismutase (SOD), glutation

peroksidase (GPx), katalase (CAT), glutation-S-transferase (GST) dan antioksidan

ekstraseluler. Kekurangan salah satu komponen tersebut akan menyebabkan

terjadinya penurunan status antioksidan secara menyeluruh dan berakibat

perlindungan tubuh terhadap serangan radikal bebas melemah yang berarti rentan

terhadap berbagai penyakit(Widowatiet al.,2005).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti penyembuhan kering

alur sadap parsial pada tanaman karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) dengan

menggunakan asam askorbat.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asam

askorbat dalam mengurangi kering alur sadap parsial tanaman karetpada klon PB

(5)

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh asam askorbatdalam penyembuhan kering alur sadapparsial

tanaman karet pada klon PB 260 dan IRR 42.

Kegunaan Penulisan

Kegunaan penulisan ini untuk mendapatkan data penyusunan skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai informasi bagi pihak

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

[r]

[r]

Universitas Negeri

Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan Simulasi Multiplexing pada Alu ( Algoritma Logical Unit ) dengan Flash MX sebagai programnya. Simulasi dapat mempermudah

GRAFIK DAN DIAGRAM ABSEN SISWA.

Pada pengolahan nilai raport, diinput 11 nilai mata pelajaran yang didapat oleh siswa yaitu Matematika, Ekonomi, Fisika, Kimia, Biologi, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

TERBARU DAFTAR INVENTARIS KELAS Nomor Nama Barang Jumlah Keadaan Keterangan Urut Kode Baik Sedang