• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INFLUENCE OF DRTA MODEL (DIRECTED READING THINKING ACTIVITY) ON READING COMPREHENSION AT GRADE V STUDENTS SD 82 PATTENE MARUSU MAROS REGENCY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE INFLUENCE OF DRTA MODEL (DIRECTED READING THINKING ACTIVITY) ON READING COMPREHENSION AT GRADE V STUDENTS SD 82 PATTENE MARUSU MAROS REGENCY."

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE OF DRTA MODEL (DIRECTED READING THINKING ACTIVITY) ON READING COMPREHENSION AT GRADE V STUDENTS

SD 82 PATTENE MARUSU MAROS REGENCY.

TESIS Oleh :

SATRIANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 105060102816

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister Program Studi

Magister Pendidikan Dasar

Disusun dan Diajukan oleh

SATRIANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 105060102816

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(3)
(4)
(5)
(6)

Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Jurusan Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I M. Ide Said D.M. dan pembimbing II Munirah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran directed reading thingking activity terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang sifatnya Quasi Experiment Design dengan pre-test, post-test control group desain yang terdiri atas kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran DRTA dalam membaca pemahaman dan kelas kontrol sebagai kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional, yang dilaksanakan dengan mengadakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) di mana masing-masing sampel diajarkan dengan materi yang sama pada masing-masing sampel. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V yang terbagi dari kelas V.A berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas V.B berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol SD 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros dengan total siswa kelas V sebanyak 60 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar bahasa Indonesia antara kelas eksperimen yang menggunakan model Directed Reading Thingking Activity dalam membaca pemahaman dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Kelas eksperimen nilai rata-rata hasil posttest lebih tinggi yaitu 83,80 dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil posttest dari kontrol yaitu 47,14. Di mana nilai t Hitung sebesar, 4,194 >t tabel 2,025

dan nilai signifikan 0,968 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima yang artinya penggunaan model DRTA terhadap

keterampilan membaca pemahaman berpengaruh signifikan.

(7)

Graduate Program of Universitas Muhammadiyah Makassar. Supervised by M. Ide Said D.M and Munirah.

This study aimed to determine the effect of the application of the directed reading thingking activity learning model on reading skills of students in grade V of SD 82 Pattene, Marusu, Maros Regency. This type of research was a quantitative study with Quasi Experiment Design involved pre-test, post-test. It was with controlled group design that consisted of experimental class with DRTA learning models in reading comprehension and control classes with conventional learning, with the same process by conducting initial tests (pre-test) and final test (post-test) where each sample was taught with the similar material in each class. The subjects in this study were all students in Grade V wich were divided into class V.A with 30 students and class V.B were 30 students as control class at SD 82 Pattene Marusu Maros Regency. The total sample were 60 people.

The results showed that there were significant differences in Indonesian learning outcomes between the experimental class with Directed Reading Thingking Activity model in reading Comprehension and the control class with conventional learning. Experimental class has the average score of the post-test resuls was higher 83.80 compared to the average value of the post-test results of the control was 47.14. Where the tvalue was 4.194> ttable 2.025 and a significant value 0.968> 0.05, it can be concluded that H0 is rejected and H1 is accepted, which means the use of the DRTA model on reading comprehension skills has a significant effect.

(8)

pengetahuan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir, sebagaimana syarat yang harus dipenuhi dalam jenjang perkuliahan di pascasarjana khususnya di Unismuh Makassar

Selesainya penyusunan Tesis berkat bimbingan dari dosen yang sudah ditetapkan, dan juga berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

Prof.Dr. H.M. Ide Said D.M.,M.Pd. dan Dr. Munirah, M.Pd. dosen Pembimbing Tesis yang telah membimbing selama dalam penyusunan Tesis. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E,. M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Sulfasyah, S. Pd., M. Pd., Ph.D. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Dasar Unismuh Makassar yang senantiasa membimbing dalam hal ilmu pengetahuan. Dr. Darwis Muhdina, M.Ag. Direktur Program Pascasarjana yang selalu memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan. Segenap Dosen Program Pascasarjana Pendidikan Dasar Unismuh Makassar yang telah berjasa menghantarkan penulis untuk mengetahui arti pentingnya ilmu pengetahuan. Kedua orang tua yang tercinta yang telah memberikan bimbingan, dukungan moral dan spiritual selama studi, serta senantiasa menberikan kasih sayangnya yang tidak ternilai harganya. Teman-teman Angkatan 2016 Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar yang selalu ada dalam kebersamaan dan bantuannya, baik suka maupun duka selama ini, yang memberikan motivasi.

Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan kita semua diterima Allah Swt. dan tercatat sebagai amal shalih. Jazakumullah khoirul jaza‟. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan, serta pengembangan lebih sempurna dalam kajian-kajian pendidikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah Swt. Amin.

Makassar, 2019 Penulis

(9)

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN: A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretis ... 9

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 49

C. Kerangka Pikir ... 54

D. Hipotesis ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian ... 57

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

C. Populasi dan Sampel ... 59

D. Metode Pengumpulan Data ... 61

1. Jenis Data ... 61

2. Sumber Data ... 61

3. Teknik Pengumpulan Data ... 61

E. Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 68

F. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 73

2. Deskripsi Penelitian ... 73

3. Pengujian Hipotesis ... 73

(10)

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN- LAMPIRAN

1. INSTRUMEN PENELITIAN 2. IZIN PENELITIAN

(11)

3.3 Sampel Penelitian ... 60

3.4 Indikator Penilaian Membaca Pemahaman Siswa ... 64

3. 5 Rubrik Penilaian Membaca Pemahaman Siswa ... 65

3.6 Kategori Minat Baca Siswa ... 69

4.1 Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 74

4.2 Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 77

4.3 Rekapitulasi Distribusi Data ... 80

4.4 Uji Normalitas Data Pretest ... 82

4.5 Uji Normalitas Data Posttest ... 83

4.6 Uji Homogenitas Pretest ... 84

4.7 Uji Homogenitas Posttest ... 85

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan berbahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan aspek reseptif,sementara berbicara dan menulis merupakan aspek produktif. Dalam aktivitas berbicara, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Sementara, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan si penyampainya. Dalam kegiatan menulis, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan penulisnya.

Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, dai, wartawan, dan lain-lain.

Bahasa adalah salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berperan sebagai penghubung antarmanusia, sehingga mereka biasa saling berkomunikasi, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan

(14)

berbahasa Indonesia dalam kurikulum di sekolah mencakup empat aspek, yaitu: (1) keterampilan menyimak/mendengarkan, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca dan (4) keterampilan menulis. Menurut Badan Standar Nasional Pendidian (BSNP) (Susanto, 2013: 245).

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresisasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Tujuan pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) adalah agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra dalam mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan, kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa serta dampak yang diharapkan agar siswa memiliki kegemaran membaca.

Sebagaimana dalam Islam perintah pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. adalah Al-Alaq dengan kata pertama berbunyi Iqra yg berarti perintah untuk membaca yang berbunyi

֠

ִ

֠

ִ

ִ

!"#$

%

&

'

(

)

*

֠

ִ

+

,

(-

./

0

֠

1

2

34 5

1

2

!"#$

&

35

839: ;

Yang artinya:

(15)

“bacalah dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmu yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S Al-Alaq : 1-5). Departemen Agama RI. 2007. Karena membaca merupakan pintu pertama dibukanya ilmu pengetahuan, sebagai dorongan untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan, memperbanyak informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan.

Permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu adanya pandangan yang mengatakan bahwa: (1) orang yang rajin membaca dianggap sebagai orang kutu buku, (2) sikap yang menganggap bahwa banyak membaca tidak ada bedanya dengan sedikit membaca, tidak ada pengaruhnya dalam berbagai kegiatan hidup, dan (3) budaya santai, orang dapat sukses dengan menghalalkan segala cara tanpa mau bersusah payah membaca dalam artian memperoleh pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa membaca pemahaman dan budaya akan membaca masih rendah, terbukti dengan banyaknya anggapan yang menyudutkan kegiatan membaca. Inilah yang dapat mematahkan semangat belajar ke depan dan secara tidak langsung telah berakar dalam diri dan pikiran.

Keterampilan membaca adalah kemampuan yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan siswa terampil membaca, siswa dapat melakukan proses produksi yang menghasilkan pengetahuan,

(16)

pengalaman, dan sikap-sikap baru. Menurut Farr (dalam Dalman, 2013:5) bahwa, reading is the heart of education yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan ia akan memiliki wawasan yang luas. Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skemata baginya.

Keterampilan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tertulis.Kegiatan membaca sangat penting dalam proses pembelajaran,karena dengan membaca peserta didik dapat membuka wawasan pengetahuan mereka tentang berbagai hal yang sebelumnya belum pernah mereka ketahui.Membaca merupakan proses memahami suatu teks dengan cara dilihat,dimengerti, dan dianalisis. Pembelajaran membaca yang dimaksud bukan hanya sekadar pembelajaran tanpa arti, namun pembelajaran yang menekankan pemahaman peserta didik terhadap isi teks bacaan.

Dalam hal ini, yang akan peneliti lakukan adalah menerapkan model pembelajaran Directed Reading-Thinking Activity (DRTA) untuk menambah pengetahuan siswa dalam membaca pemahaman untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi bacaan yang dibacanya.

Menurut Russel G. Stauffer (dalam Munirah, 2017:129) Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan membuktikannya ketika siswa membaca. Dalam pembelajaran membaca pemahaman, siswa dapat menemukan gagasan utama dalam teks. Dengan adanya

(17)

prediksi dalam strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) siswa secara otomatis mempertanyakan pertanyaan mereka sendiri yang merupakan bagian dari proses pemahaman suatu teks. Siswa akan cermat dan berpikir kritis dalam membaca sehingga siswa memahami teks bacaan.

Agar peserta didik tertarik dengan proses membaca pemahaman maka pembelajaran bahasa Indonesia harus menggunakan pendekatan dan metode yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir. Oleh karena itu, penulis menggunakan model DRTA (Directed Reading Thingking Activity) untuk membaca pemahaman.

Secara umum metode konvensional dilakukan melalui komunikasi satu arah, sehingga situasi belajarnya berpusat pada guru, yang berarti bahwa pengajar memberikan penjelasan/ceramah secara lisan, sedangkan peserta didik hanya mendengar dan mencatat saja. Penerapan pembelajaran dengan metode konvensional menunjukkan bahwa guru lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, sementara peserta didik yang hanya mendengar dan mencatat saja menunjukkan perilaku yang terkesan pasif. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab, mengapa peserta didik kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia dan berakibat pula pada kurang maksimalnya peserta didik menggali kemampuan yang mereka miliki.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan penelitian yang berjudul

(18)

Pengaruh Model DRTA (Directed Reading Thinking Activity) terhadap Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keterampilan membaca pemahaman siswa sebelum diterapkan model DRTA (Directed Reading Thinking Activity)?

2. Bagaimana keterampilan membaca pemahaman siswa setelah diterapkan model DRTA (Directed Reading Thinking Activity)?

3. Apakah model pembelajaran DRTA (Directed Reading Thinking Activity) berpengaruh signifikan terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui: 1. Untuk mendeksripsikan keterampilan membaca pemahaman siswa

tanpa menggunakan model DRTA (Directed Reading Thinking Activity).

2. Untuk mendeksripsikan hasil belajar pemahaman siswa setelah diterapkan model DRTA (Directed Reading Thinking Activity).

(19)

3. Untuk mendeksripsikan pengaruh model pembelajaran DRTA (Directed Reading Thinking Activity) terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi akademis dapat menjadi bahan informasi, masukan serta pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam upaya meningkatkan mutu mahasiswa program studi tersebut.

b. Bagi peneliti, menjadi bahan acuan atau referensi untuk mengkaji lebih dalam sejauh mana hubungan penerapan model DRTA terhadap membaca pemahaman siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, diharapkan menjadi masukan dalam menghadapi permasalahan siswa terutama dalam mengubah sikap siswa yang minat kurang.

(20)

b. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca sehingga pemahaman siswa dalam membaca pemahaman dapat meningkat.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Keterampilan Berbahasa Indonesia a. Pengertian Keterampilan Berbahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan

berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam

menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.

Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.

Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang dapat meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa dibagi menjadi 2, yaitu lisan dan tulis. Lisan meliputi menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis.

(22)

Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.

Keberhasilan suatu proses komunikasi bergantung pada proses encoding dan decoding. Proses encoding adalah pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan, sedangkan proses decoding adalah penerima pesan aktif menterjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan menjadi makna sehingga pesan dapat diterima secara utuh.

Manfaat dari keterampilan berbahasa ini adalah seseorang dapat mengungkapkan pikiran, mengekspresikan perasaan dan dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati, serta dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan,dan fakta yang disampaikan orang kepada kita.

Dalam setiap keterampilan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tiga keterampilan lainnya. Karena dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasa kita melalui suatu hubungan yaitu awal pada masa kecil kita, belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat keterampilan dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis adalah suatu kesatuan.(Tarigan 2015: 1).

(23)

Selanjutnya, setiap keterampilan juga sangat erat hungannya dengan proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas juga pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Dengan melatih keterampilan berbahasa berarti melatih pula keterampilan berfikir. (Tarigan 2015:1).

b. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa

Nida, dkk, (dalam Tarigan, 2015:2) mengatakan bahwa “keterampilan berbahasa mempuyai 4 komponen, yaitu : (1) keterampilan menyimak (listening skill), (2) keterampilan berbicara (speaking skill), (3) kereampilan membaca (reading skill), (4) keterampilan menulis (writing skill) “.

Aspek-aspek keterampilan berbahasa adalah sebagai berikut: 1) Keterampilan menyimak (listening skills)

Menyimak adalah suatu rentetan proses jasmaniah, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, menyimpan, dan menghubungkan penafsiran itu dengan seluruh pengetahuan dan pengalaman. Loban (dalam Nurjaya, 2018:171) mengungkapkan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak itu dibagi menjadi empat tahap yaitu mendengarkan, memahami, menilai, dan mereaksi.

(24)

2) Keterampilan berbicara (speaking skills)

Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Menurut Loban (dalam Nurjaya, 2018:179) berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan serta menyampaikan fikiran, gagasan, dan perasaan.

3) Keterampilan membaca (reading skills)

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi literasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

Menurut Dalman (2017) membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis. 4) Keterampilan menulis (writing skills)

Menurut Marwoto (dalam Dalman,2016:4) “menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa”. Menurut Doyin dan Wagiran (2009:12), menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Marwoto 1987:19 (dalam Dalman, 2016:4) menjelaskan bahwa “menulis adalah menungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk karangan secara leluasa”. Selanjutnya Semi (dalam

(25)

Munirah) “menyatakan bahwa tulisan adalah proses kreatif dalam memindahkan ide-ide dalam msimbol tulisan. Selain itu, menulis adalah bentuk pembelajaran yang produktif, aktif, dan ekspresif. Dalam hal ini, menulis itu membutuhkan skema yang luas sehingga penulis mampu menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah.

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan bertbahasa yang lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

2. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu,membaca bukan hanya sekadar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata,kelompok kata,kalimat,paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterprestasikan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

(26)

Farr (dalam Dalman, 2017:5) mengemukakan, “reading is the heart of education “ yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini,orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan akan memiliki wawasan yang luas.Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skemata baginya.Skemata ini adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sesesorang. Jadi, semakin sering seseorang membaca,maka semakin besarlah peluang mendapatkan skemata dan berarti semakin maju pulalah pendidikannya.Hal inilah yanag melatarbelakangi banyak orang yang mengatakan bahwa membaca sama dengan membuka jendela dunia.Dengan membaca dapat diketahui seisi dunia dan pola berpikir seseorang akan berkembang.

Berbeda dengan pendapat di atas, Anderson (dalam Dalman , 2017:6) mnjelaskan, bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan membaca sandi (a recording and decoding process). Istilah penyandian kembali (recording) digunakan untuk mnggantikan istilah mmbaca (reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi,baru kemudian sandi itu dibaca,sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu penafsiran atau interprestasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca itu merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus diinterprestasikan maksudnya sehingga apa yang ingin disampaikan oleh penulisannya dapat dipahami dengan baik.

(27)

Menurut Harjasujana dan Muliyati, (dalam Dalman, 2017), membaca merupakan perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis. Damianti (dalam Dalman,dkk.,2013:3) mengemukakan pendapat bahwa membaca merupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan pengetahuan tentang alam sekitar. (Dalman, 2017:6) mengartikan membaca sebagi suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa dalam penampilan secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.

Menurut Tarigan, (dalam Dalman, 2017:7).membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca utntuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dalam hal ini,membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing mean into and getting meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis Finochiaro dan Bonomo,(dalam Dalman, 2017:8). Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi yang tunanetra. Setelah proses tersebut

(28)

berlangsung, maka nalar dan instusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan. Selain itu, aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas.

Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan.

Berdasarkan segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembahasan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna

Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah disampaikan di atas,dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna.Oleh sebab itu,kegitan membaca ini seseorang untuk

(29)

mengintertasikan symbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri,agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh ionformasi yang dibutuhkan.

b. Pembelajaran Membaca

Membaca itu bersifat reseptif.Artinya,si pembaca menerima pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis dalam sebuah teks wacana. Pesan yang disampaikan itu merupakan informasi fokus yang dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca harus memahami makna lambang,tanda,tulisan dalam teks berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, ataupun wacana yang utuh. Jadi, pembaca merupakan proses mengubah lambang atau tanda tulisan menjadi wujud makna.

Di sekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan.Oleh sebab itu,siswa perlu dilatih secara intensif utnuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti siswa bukan menghafal isi bacaan tersebut,melainkan memahami isi bacaan. Dalam hal ini, peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.

Guru bahasa Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi, metode, dan teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik pula. Begitu juga halnya dengan ujian keterampilan membaca ,sebaiknya ujian tersebut lebih ditekankan pada kemampuan memahami isi bacaan,yaitu berupa kemampuan:

(30)

1) Memhami makna dan kata-kata yang dibaca.

2) Memahami makna istilah-istilah di dalam kenteks kalimat. 3) Memahami inti sebuah kalimat yang dibaca.

4) Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari sebuh paragraf yang dibaca.

5) Menangkap dan memeahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dibaca, menarik kesimpulan dari sutau wacana yang dibaca.

6) Membuat rangkuman isi bacaan secara tertulis dengan mnggunakan bahasa sendiri.

7) Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri di depan kelas .

Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, harus mampu menerapkan ujian keterampilan membaca tersebut dengan baik sehingga kekmampuan memhami isi bacaanpada siswa dapat diukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan yang dibacanya.

c. Tujuan Membaca

Setiap orang yang membaca pastinya ada tujuan tersendiri. Ketika membaca dengan tujuan tertentu biasanya lebih memahami maksud dan tujuan membaca dibanding dengan orang yang hanya sekadar membaca tanpa tujuan. Pada kegiatan membaca di sekolah, guru diharapkan dapat

(31)

menyusun tujuan membaca dengan membuat tujuan khusus yang dapat menyesuaikan dengan tujuan membaca siswa itu sendiri.

Kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memhami makna melalui bacaan.Tujuan membaca tersebut akan berpengaruh kepada jenis bacaan yang dipilih, misalnya, fiksi atau nonfiksi. Menurut Anderson,(dalam Dalman, 2017:11).ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca,yaitu:

1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini

(32)

disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita ( reading for sequence or organization).

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify)

6) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evacuate).

7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaiman dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk

(33)

memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

d. Jenis-Jenis Membaca 1) Membaca Nyaring

Membaca merupakan proses membunyikan lambang, tanda, tulisan yang bermakna. Oleh sebab itu, seseorang yang akan membaca sebuah teks dapat menggunakan teknik membaca nyaring sehingga dapat didengar oleh dirinya sendiri dan bahkan orang lain. Membaca nyaring adalah kegitan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Membaca nyaring bertujuan agar seseorang mampu menggunakan ucapan yang tepat,membaca dengan jelas,dan tidak berbata-bata,membaca dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.

Tarigan (dalam Dalman, 2017:63) mengatakan bahwa membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid membaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau memhami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang.

Sejalan dengan pendapat tersebut, membaca nyaring adalah kegitan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras

(34)

Dalman (2017:64) mengatakan bahwa membaca nyaring adalah kegiatan membaca menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis. Beberapa faktor yang perlu diprhatikan pembaca dalam membaca nyaring:

a) Pembaca harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.

b) Pembaca harus mempelajari kesimpulan penafsiran atas lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran.

c) Pembaca harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh.

d) Pembaca harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar (Tarigan dalam Dalman, 2017:64).

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan,di antaranya adalah:

a) Menggunakan ucapan yang tepat. b) Menggunakan frasa yang tepat.

c) Menggunakan intonasi suara yang wajar. d) Dalam posisi sikap yang baik.

(35)

e) Menguasai tanda-tanda baca. f) Membaca dengan terang dan jelas.

g) Membaca dengan penuh perasaan,ekspresif. h) Membaca dengan tidak terbata-bata.

i) Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya. j) Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya. k) Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.

l) Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.(http:// guruito7.blospot.com}.

Tujuan membaca nyaring yaitu agar seseorang mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak berbata-bata,membaca dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan,membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang jelas dan tepat (Dalman, 2017:65). Adapun manfaat membaca nyaring itu sendiri, yaitu sebagai berikut:

a) Memuaskan dan memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan dan minat.

b) Menyampaikan informasi yang penting kepada para pendengarnya (Tarigan dalam Dalman, 2017:65).

Membaca nyaring juga memerlukan keterampiln khusus sehingga proses membaca dapat berjalan lancar. Membaca nyaring merupakan suatu aktivitas yang menuntut aneka keterampilan. Di bawah ini dikemukakan sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam membaca

(36)

nyaring harus diperhatikan seorang guru sekolah dasar yang bertujuan mengembangkan keterampilan siswa membaca nyaring.

Kelas 1 :

a) Menggunakan ucapan yang tepat.

b) Menggunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata).

c) Menggunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami.

d) Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti titik,koma,tanda tanya, dan tanda seru.

Kelas II :

a) Membaca dengan terang dan jelas.

b) Membaca dengan penuh perasaan,ekspresi. c) Membaca tanpa tertegun-tegun,terbata-bata. Kelas III :

a) Membaca dengan penuh perasaan,ekspresi. b) Mengerti serta memahami bahan bacaan. Kelas IV :

a) Memahami bacaan pada tingkat dasar.

b) Kecpatan mata dan suara:minimal tiga kata dalam satu detik. Kelas V :

a) Membaca dengan pemahaman dan perasaan.

b) Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan.

(37)

c) Membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan. Kelas VI :

a) Membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi.

b) Membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri dan mempergunakan frasa atau susunan kata yang tepat.

Peningkatan keterampilan membaca nyaring dapat dilakukan oleh si pembaca dengan cara menguasai keterampilan-keterampilan persepsi (penglihatan dan daya tanggap) sehingga dia mengenal atau memahami kata-kata dengan cepat dan tepat. Untuk mmbantu para pendengar menangkap serta memahami maksud pengarang,pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara antara lain :

a) Menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas. b) Menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lain.

c) Menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik. d) Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga

suaranya agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.

e) Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya yang baik dan tepat.

2) Membaca Senyap

Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik,menikmati bahan bacaan yang dibaca

(38)

dalam hati,dan dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan itu.

Tarigan, (dalam Dalman, 2017:67) berpendapat bahwa dalam membaca senyap pembaca hanya mengunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Latihan-latihan pada membaca senyap haruslah dimulai sejak dini sehingga anak-anak sudah dapat membaca sendiri, dan pada tahap ini anak hendaknya dilengkapi bahan bacaan tambahan yang penekanan diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan dan memperoleh serta memahami ide-ide dengan usahanya sendiri .

Menurut definisi tersebut dapat dikatakan bahwa membaca senyap adalah kegitan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. Keterampialn yang dituntut dalam hal lain sebagai berikut :

a) Membaca tanpa bersuara,tanpa bibir bergerak. b) Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.

c) Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring. d) Tanpa mnggunakan jari atau alat lain sebgai petunjuk.

e) Mengerti dan memahami bahan bacaan. f) Dituntut kecepatan mata dalam membaca. g) Membaca dengan pemahaman yang baik.

h) Dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat pada bacaan.

(39)

3. Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman

Membaca pemhaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi.Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (Membaca untuk memahami).Dalam membaca pemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman pembacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikanya baik seecra lisan maupun tulisan.

Membaca pemahaman merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Apabila sesorang pembaca telah melalui tahapan membaca permulaan,ia berhak masuk dalam tahap membaca pemahaman atau membaca lanjut. Di sini seorang pembaca tidak lagi dituntut bagaimana ia melafalkan huruf dengan benar dan merangkaikan setiap bunyi bahasa menjadi kata, frasa, dan kalimat. Tetapi, di sini ia dituntut untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibaca. Lebih lanjut Somadyo (2011:10) memaparkan bahwa terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu:

1) pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki,

2) menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dengan teks yang akan dibaca, dan

(40)

3) proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.

b. Aspek-Aspek Membaca Pemhaman

Seorang pembaca perlu mengetahui aspek-aspek membaca pemahaman.Beberapa aspek membaca pemahaman adalah berikut ini : 1) Memahami pengertian sederhana (leksikal,gramatikal).

2) Memhami signifikan atau makna. 3) Evaluasi atau penilaian.

4) Kecepatan membaca yang fleksibel,yang mudah disesuaikan dengan keadaan bacaan .

Mengajarkan membaca pemahaman ,seorang guru akan melihat beberapa manfaat berikut ini :

1) Menyuruh siswa mencari teks bacaan yang sesuai dengan keinginan masing-masing.

2) Memahami signifikan atau makna. 3) Evaluasi penilaian.

4) Kecepatan membaca yang fleksibel.

Nurgiyantoro (2013:253) mengungkapkan bahwa pengukuran kegiatan membaca dapat mencakup dua segi yaitu keterampilan dan kemauan. Keterampilan membaca lebih berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan faktor kemauan berkaitan dengan aspek afektif.

Dalam mngajarkan membaca pemahaman,seorang guru akan melihat beberapa manfaat berikut ini :

(41)

1) Mnyuruh siswa mencari teks bacaan yang sesuai dengan keinginan masing-masing.

2) Membagi bacaan untuk hari itu menjadi dua tugas seksi agar dia dapat menyelang-nyeling teknik mengajar dan memisah-misahkan kesukaran kosakata.

3) Memberi motivasi kepada siswa terhadap bacaan,dengan jalan menghubungkan bahan bacaan dengan pngalaman pribadi siswa. 4) Mnenyatakan maksud dan tujuan membaca.

5) Menjelaskan setiap kesukaran dalam bagian pertama.. 6) Menghasilkan sebuah rangkuman yang lengkap dari bacaan.

7) Menyuruh siswa menyampaikan hasil pemahaman membacanya di depan kelas dengan mengunakan bahasanya sendiri.

8) Melibatkan seluruh kelas dalam kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan.

9) Memberi tugas membaca paragraf di rumah sebagai bahan studi. Perlu diingat bahwa hal yang terpenting dalam mengajar membaca pemahaman adalah bagaiman cara siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya . Peran guru sangat diharapkan untuk dapat menemukan berbagai ide kretif dalam mengajar agar siswa mampu memhami isi bacaan yang dibacanya. Cara yang paling sederhana adalah setiap siswa selesai membaca teks bacaan, sebaiknya mereka diminta untuk menyampaikan kembali isi bacaan yang dibacanya dengan mnggunakan bahasanya sendiri di depan kelas. Mereka juga diminta untuk membuat

(42)

rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Dengan cara tersebut kita dapat memastikan apakah siswa tersebut telah memahami isi bacaan tersebut atau tidak.

c. Pemahaman dalam Membaca

Sehubungan dengan tingkat pemhaman,pada dasarnya kemampuan membaca dapat dikelompokkan mnjadi empat tingkatan yaitu:

1) Pemahaman Literal

a) Pengertian Membaca Pemahaman Literal

Salah satu tingkatan dari membaca pemahaman adalah membaca literal. Tingkatan membaca ini adalah tingkat yang terendah dalam membaca pemahaman. Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi.

Membaca pemhaman jenis ini difokuskan pada pemahaman makna secara tersurat yang terdapat di dalam teks bacaan. Jadi, membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dengan maksud memahami makna yang terkandung dalam teks itu sendiri tanpa melihat

(43)

makna yang ada di luar teks tersebut. Pemahaman literal ini dapat dikatakan sebagai pemahaman isi bacaan tersurat.

Menurut Harras dan Sulistianingsih, (dalam Dalman, 2017:92) dalam taksonomi membaca pemahaman,kemampuan membaca literal merupakan kemampuan rendah, karena selain membaca lebih banyak bersikap pasif juga tidak melibatkan berfikir kritis. Oleh karena itu, untuk pengukuran pemahaman jenis membaca level ini, kita dapat menggunakan kata-kata kunci pertanyaan :apa, siapa ,di mana, atau kapan. Pemahaman literal artinya pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna, simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca literal adalah membaca teks bacaan dengan maksud memahami makna yang tersurat atau memahami makna yang terdapat di dalam teks itu sendiri. Oleh sebab itu, membaca pemahaman literal ini lebih difokuskan pada memahami makna setiap kata dan kalimat yang terdapat pada teks tersebut. Dalam hal ini,biasanya makna yang terdapat dalam teks itu tidak tersirat, tetapi tersurat.

b) Proses Membaca

Proses membaca pada dasarnya merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang kita butuhkan. Dalam hal ini, proses membaca dapat pula dikatakan sebagai proses mendapat informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis dengan cara

(44)

memahami lambang, tanda, tulisan yang bermakna. dijelaskan bahwa proses membaca terdiri atas berikut ini:

1) Membaca sebagai proses psikologis. 2) Membaca sebagai proses sensoris. 3) Membaca sebagai proses perseptual.

Membaca sebagai proses merupakan rangkaian kegiatan dari ketiga aspek di atas, yaitu aspek psikologis, sensoris, dan perseptual. Ketiga aspek ini saling berhubungan satu sama lain, sehingga ketika seorang sedang membaca sebuah teks, ia harus siap secara psikis dan mental, sehingga stimulus yang diterima dapat dijadikannya sebagai proses pemahaman lambang-lambang atau tanda-tanda yang dibacanya. Di sini ia dituntut untuk mampu menghubungkan apa yang dibacanya dengan skmata yang dimilikinya.

c) Faktor-faktor yang Memengaruhi Membaca Pemahaman Membaca Literal

Membaca pemahaman dipengaruhi beberapa fakor yang dapat mempengaruhi seseorang mampu memahami isi bacaan secara literal. Faktor tersebut di antaranya adalah banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki, pengalaman membaca dengan teks yang sama, dan skemata pembaca lainnya yang mendukung, seperti pengalaman membaca berbagai teks, menyimak atau mendengarkan berita atau informasi, dan melihat atau mengamati keadaan alam di sekelilingnya. Seseorang yang mampu memahami teks bacaan secara literal sudah

(45)

dapat dipastikan bahwa orang tersebut tidak akan memahami teks bacaan secara interpretatitif, kritis, dan kreatif. Jadi, pemahaman literal merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang pembaca untuk memahami isi bacaan yang lebih tinggi lagi tingkatannya.

Burn,Roe ,dan Ross (dalam Dalman, 2017:96) mengemukakan bahwa guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, sekurang-kurangya guru perlu membina lima faktor pendukung pemahaman,yaitu:

1) Potensi skemata pembaca. 2) Potensi mengingat.

3) Prespektif membaca. 4) Kemampauan berfikir. 5) Aspek afektif.

2) Membaca Pemahaman Interpretatif a) Pengertian Membaca Intrpretatif

Membaca interpretatif adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa mampu menginterpretasi atau menafsirkan maksud pengarang, apakah karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kias, serta dampak-dampak cerita. Membaca interpretatif bertujuan agar para siswa mampu menginterprestasikan atau menafsirkan maksud pengarang,seorang pengarang menulis sesuatu, untuk dibaca orang lain.

(46)

Membaca interpretatif membahas tentang perbedaan antara fakta dan fiksi. Perbedaan utama antara fiksi dan fakta. Perbedaan utama antara fiksi dan nonfiksi adalah menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secara aktual, sedangkan narasi fiksi itu bersifat realistis yang apa-apa dapa-apat terjadi. Dalam membaca interpretatif terdapa-apat dua aspek reaksi emosional, yaitu emosional sang pembaca pada aneka tipe karya sastra,dan reaksi emosional terhadap para tokoh di dalam karya sastra itu. Membaca interpretatif bertujuan agar siswa mampu menginterprestasi atau menafsirkan maksud pengarang,apakah karangan fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kias, serta dampak-dampak cerita tersebut terhadap pembacanya. Di sini siswa dituntut untuk mampu memahami makna yang tersirat di dalam teks bacaan tersebut. Dalam membaca interpretatif, seorang pembaca harus mampu mengikuti pikiran pengaran dan bahkan pembaca dapat juga masuk ke jalan ceritanya sehingga ia memahami maksud yang ingin disampaikan pengarangnya terhadap apa yang dibacanya.

Menurut Syafi’ie (dalam Dalman, 2017:100) pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman literal yang aktivitasnya berupa,menarik kesimpulan, membuat generalisasi-perbandingan-perbandingan, menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan. Di sini si pembaca harus mampu menafsirkan maksud si pengarang yang berada di luar teks bacaan tersebut. Oleh

(47)

sebab itu, untuk menginterpretasi maksud si pengarang, seorang pembaca harus memiliki pemahaman literal dan pemahaman interpretatif.

Menurut pendapat di atas dapat dikatakan bahwa membaca interpretatif adalah membaca yang bertujuan menafsirkan maksud pengarang apakah karangan tersebut fakta atau fiksi agar kita dapat memahami isi cerita dari karya tersebut.

b) Tujuan Membaca Interpretatif

Membaca interpretatif bertujuan agar para siswa mampu menginterpretasi atau menafsirkan maksud pengarang. Dalam hal ini,seorang pengarang menulis sesuatu adalah tidak lain bertujuan untuk dibaca orang lain. Maksud yang disampaikan oleh pengarang tidaklah selalu tersurat di dalam teks,tetapi bisa saja maksudnya disampaikan secara tersirat. Jadi, seorang pembaca harus mampu menafsirkan sendiri maksud yang ingi disampaikan oleh si pengarang terhadap teks yang ditulisnya.

4. Membaca Pemahaman Kritis a. Pengertian Membaca Kritis

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis,kemudian menilainya. Membaca kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan memberikan suatu penilaian. Dalam hal ini,seorang pembaca harus mampu menganalisis dan menilai apakah yang dibacanya itu bermnafaat atau tidak, memiliki kelaikan atau tidak apabila disampaikan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.

(48)

Menurut Albert, (dalam Dalman, 2017:119), membaca kritis adalah sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluativ, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka.

Membaca kritis pembaca terlebih dahulu harus dapat mencamkan lebih mendalam apa yang dibacanya, dan seseorang akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap daripada membaca tanpa harus berpikir secara kritis. Oleh karena itu, menurutnya membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan yang sebaik-baiknya.

b. Langkah-Langkah Membaca Kritis

Proses membaca kritis dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Mengerti Isi Bacaan, yaitu Mengenali fakta dan menginterpretasi apa-apa saja yang dibaca dengan kata lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta penting dan dapat membuat kesimpulan serta menginterprestasi ide-ide tersebut. Fakta berguna untuk menambah informasi sedangkan ide bermanfaat untuk menambah pemahaman. Mendapat informasi bertujuan sekadar mengetahui sesuatu itu fakta sebaliknya pemahaman bertujuan mengetahui segalanya tentang fakta.

2) Menguji Sumber Penulis.Apakah penulis dapat dipercaya?. Kita harus mencari tahu kebenarannya misalnya mengetahui di bidang apa penulis itu berkompeten, dalam hal ini termasuk uji pandangan, tujuan

(49)

dan asumsi penulis yang terdapat dalam tulisannya untuk membedakan apakah tulisan itu fakta atau opini.

3) Interaksi Antara Penulis dengan Pembaca artinya Pembaca tidak hanya mengetahui maksud penulis tetapi juga membandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-penulis lain. Pembaca juga perlu menilai dan membandingkan isi bacaan dengan pengetahuan yang ada padanya.

4) Terbuka terhadap Gagasan Penulis,yaitu Pembaca hendaknya menghargai pendapat yang dikemukakan oleh penulis kemudian pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya. Akhirnya penulis mempertimbangkan dan mengujinya alasannya dengan alasan yang logis dan interpretasi yang berdasar.

Lebih lanjut Harjasujana, (dalam Dalman 2017:201) mengatakan bahwa untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis,ada empat macam persyaratan pokok,yaitu :

1) Pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bahan bacaan yang sedang dibaca.

2) Sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa.

3) Penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah. 4) Tindakan yang diambil berdasarkan analisis atau pemikiran tersebut c. Manfaat Membaca Kritis

Membaca kritis merupakan proses atau kegiatan membaca dengan cara memahami teks untuk kemudian dianalisis dan dinilai kelayakan teks

(50)

tersebut. Dalam hal ini, seorang pembaca harus kritis terhadap teks yang dibacanya. Menurut Nurhadi , (dalam Dalman, 2017:125),beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari pembaca kritis adalah sebagai beriikut :

1) Harus dipahami benar-benar bahwa membaca kritis meliputi penggalian lebih dalam di bawah permukaan, upaya untuk menemukan, bukan hanya keseluruhan kebenaran mengenai apa yang dikatakan, tetapi juga menemukan alasan-alasan mengapa seorang penulis mengatakan apa yang dilakukan.Apabila seseorang pembicara menemukan bukanlah hanya apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan,dia sudah mengarah yang paham. 2) Membaca kritis merupakan modal utama bagi para mahasiswa untuk

mencapai ksuksesan dalam studinya. Mortimer Alder (dalam Dalman, 2017:126)

Membaca kritis pada dasarnya, pembaca sangat sensitif terhadap konteks dan kedwimaknaan, terhadap sindiran dan pengertian terhadap asumsi dan implikasi, mereka memahami serta merasakan warna kata-kata, bentuk frasa-frasa, dan bobot kalimat, bahkan mereka mungkin sangat memperhatikan tanda-tanda baca.Dengan kata lain, pada tahap membaca kritis ini seorang pembaca selain mampu memahami isi bacaan scara literal dan interpretatif, pembaca juga mampu memahami isi bacaan kritis.

(51)

5. Membaca Pemahaman Kreatif a. Pengertian Membaca Kreatif

Membaca kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengindentifikasi ide-ide yang menonjol atau mngombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan, Dalam hal ini,setelah seorang pembaca menyelesaikan bacaannya ia tentu saja mmiliki daya inisiatif dan kreatif untuk mengembangkan pemahaman membacanya dengan menghasilkan ide baru yang inovatif.

Nurhadi, (dalam Dalman, 2017:127) Istilah ktreatif berarti tindak lanjut setelah seseorang melakukan kegiatan membacanya,jika seseorang membaca lalu berhenti pada saat setelah ia menutup bukunya,maka dirinya tidak dikatakan sebgai pembaca kreatif,sebaliknya jika setelah membaca dia melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kehidupan baru dia dikatakan sebgai pembaca yang kreatif.

Pratiwi dan Subyanto, (dalam Dalman, 2017:127) mengatakan bahwa membaca kreatif adalah tindakan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang dan kemampuan membaca kreatif, artinya seseorang pembaca yang baik adalah membaca tidak hanya sekadar menangkap makna tersurat (reading the lines),tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.

Kualitas hidup pembaca tidak akan terarah dan meningkat kalau ternyata bgitu selsai membaca tidak ada tindak lanjutnya, berarti ia bukan

(52)

pembaca kreatif. Dalam hal ini, dalam diri seorang pembaca kreatif secara otomatis akan tampak sejumlah kemajuan, baik dalam hal kognitif, afektif, maupun psikomotorik.Dengan kata lain, tingkatan membaca kreatif lebih tinggi daripada membaca literal, interpretatif ataupun kritis.

Menurut Burdansyah (dalam Dalman, 2017:129) kreatif adalah membaca yang tidak behenti setelah bacaan buku tuntas dibaca,dan masih ada proses tindak lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan kualitas hidup yang paling bermakna dalam kegitan membaca adalah membaca kreatif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca kreatif adalah sebuah proses membaca yang tidak hanya menangkap suatu makna, tetapi setelah kita membaca seorang harus dapat menerapkan dalam khidupan sehari-hari dan dapat mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan. b. Ciri-Ciri Membaca Kreatif

Menurut Nurhadi, (dalam Dalman, 2017:129) sebagai seorang pembaca kreatif harus dapat memenuhi kriteria-kriteria berikut ini :

1) Kegiatan membaca tidak berhenti pada saat menutup buku. Artinya harus ada tindakan lanjutan setelah kegiatan membaca tersebut selesai.

2) Mampu menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Yang berarti bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh setelah membaca mampu memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

(53)

3) Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai. Pengetahuan yang diperoleh setelah membaca menambah kematangan sikap, cara berpikir kreatif dan logis sehingga sikap dan tingkah laku yang dilakukan selalu dipikirkan dengan baik dan tidak sembarangan/sembrono.

4) Hasil membaca berlaku sepanjang masa. Hasil dari membaca kreatif tidak akan mudah dilupakan dalam waktu yang singkat. Hal ini karena adanya pemahaman yang mendalam tentang informasi tersebut. 5) Mampu menilai membaca secara kritis dan kreatif bahan-bahan

bacaan.

6) Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil yang dibaca.

Menurut Burdansyah (dalam Dalman, 2017:129) hal yang akan trjadi pada seorang pembaca kreatif.Beberapa di antaranya adalah : 1) Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai

dengan kebutuhan atau minatnya.

2) Tampak kemajuan dalam cara berfikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.

3) Terbentuk kematangan dalam cara pandang,sikap,dan cara berfikir. 4) Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat

analisis sederhana terhadap suatu persoalan.

5) Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja. 6) Semakin berfikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.

(54)

c. Manfaat Membaca Kreatif

Mengenai penjelasan pengertian membaca pemahaman kreatif, maka bagi seorang pembaca, dengan melakukan tindak lanjut setelah membaca atau melakukan membaca pemahaman kreatif, maka membaca pemahaman kreatif memiliki manfaat sebagai berikut:

1) Dengan membaca, kita dapat menerapkan berbagai knowledge baru yang kita peroleh untuk mengembangkan karier. Berbagai pengetahuan terdapat dalam beragam jenis buku bacaan. Setiap pembaca membaca maka pembaca akan mendapat pengetahuan yang baru dan pengetahuan tersebut akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dan karier pembaca.

2) Meningkatkan kemampuan dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan masing-masing. Pengetahuan baru yang kita dapatkan dari membaca dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan kita.

3) Manfaat penting yang dapat dipetik dari proses membaca pemahaman kreatif salah satunya adalah menulis. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan melalui bacaan maka akan semakin mudah untuk menulis dan kita juga bisa praktik menulis sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam buku.

4) Membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang. Misalnya wacana tentang siraman rohani, pemikiran para budayawan, informasi cara merawat kesehatan tubuh, informasi cara membuat makanan atau barang.

(55)

5) Memberikan informasi soal cara memanfaatkan lahan milik kita, misalnya membudidayakan tanaman hias, tanaman obat, dan lain-lain. Apabila Anda tertarik untuk memelihara ternak atau tanaman, dari buku pun Anda dapat belajar cara merawatnya, memilih pupuk atau pakan yang diperlukan dan sebagainya.

6) Untuk menambah pengetahuan antara lain cara membuat bangunan dan menata ruangan secara artistik, termasuk cara merenovasi suatu bangunan agar terkesan lebih nyaman dan indah.

Menurut penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa membaca pemahaman kreatif sangat bermanfaat bagi kita. Membaca pemahaman kreatif dapat meningkatkan kualitas hidup kita mulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana hingga suatu pekerjaan yang besar. Oleh karena itu setiap pembaca diharapkan menjadi pembaca yang kreatif.

6) Model DRTA (Directed Reading-Thingking Activity) a. Pengertian Model DRTA

Model Directed Reading-Thingking Activity dikembangkan oleh Staufer (dalam Munirah, 2017:129). DRTA adalah model yang memandu siswa melalui membaca,membuat prediksi, membaca ulang,dan menginformasikan atau menyesuaikan kembali prediksi.Model ini membantu siswa dalam pengembangan pemahaman bacaan (Teks Narasi) dan kemampuan berpikir kritis Wiesdanger (dalam Munirah, 2017:129). Teknik ini melibatkan para siswa dalam memprediksi apa isi

(56)

cerita yang difikirkan mereka.Strategi ini berupa kegiatan dalam siklus yang meliputi memprediksi, membaca, dan membuktikan Karena kegiatan membaca adalah kegiatan berfikir, yang melibatkan pembaca menggunakan pengalaman sendiri untuk merekonstruksi ide-ide penulis.

Menurut Achadiah (dalam Munirah, 2017:129) strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) menekankan kegiatan berfikir pada waktu membaca. Siswa dilatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan.

b. Tahapan Model DRTA

Model ini dapat digunakan untuk setiap tingkat pembaca dalam kelompok atau individu, dengan teks narasi dan teks eksposisi. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagi berikut:

1) Memberikan setiap peserta didik salinan bacaan yang dipilih. Mintalah peserta didik untuk mempelajari judul dan gambar pada halaman pertama.Ajukan pertanyaan seperti berikut: apa yang kamu fikirkan tentang cerita dengan judul ini, apa yang kamu fikirkan tentang peristiwa dalam cerita ini, manakah prediksimu yang sesuai?

2) Ketika pertama kali memperkenalkan Directed Reading-Thingking Activity, biasakan siswa dengan strategi untuk menangani dengan kata-kata yang belum dikenal:baca akhir kalimat, gunakan gambar jika

(57)

tersedia, ucapkan kata-kata dengan suara nyaring, dan mintalah bantuan orang lain.

a. Mengarahkan siswa untuk membaca dalam hati bagian dari cerita untuk memeriksa prediksi dari mereka. Pastikan bahwa siswa membaca utuk mencari makna. Amati kinerja membaca mereka dan bantu siswa yang membutuhkan bantuan dengan kata-kata yang mungkin sulit dipahamai.

b. Setelah siswa membaca bagian pertama, minat mereka menutup buku mereka. Apakah pertanyaan-pertanyaan berikut memandu siswa untuk mengevaluasi temuan dan prediksi baru mereka: apakah Anda benar,apa yang Anda pikirkan sekarang,dan menurut Anda apa yang akan terjadi? Kemudian doronglah siswa untuk menyaring ide-ide mereka dan untuk membuat prediksi tentang peristiwa yang akan terjadi kemudian dalam bacaan.

c. Mintalah siswa melanjutkan kegiatan membaca bagian lain. Pada setiap bagian bacaan,lanjutkan siklus memprediksi-membaca-membuktikan.

Menurut Stauffer G. (dalam Munirah, 2017:129) bahwa strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) memiliki tiga tahap kegiatan yaitu: memprediksi (Predicting), membaca (Reading), dan membuktikan (Proving) yang melibatkan interaksi siswa dan guru terhadap teks secara keseluruhan. Berikut penjelasan langkah-langkah Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) adalah sebagai berikut :

(58)

a. Memprediksi

Langkah pertama, guru menyiapkan siswa untuk membaca dan membantu mereka berfikir tentang apa yang akan mereka baca sebelum memulai pembelajaran. Siswa belajar untuk memprediksi apa yang akan mereka baca berdasarkan pada petunjuk yang tersedia di dalam teks, seperti gambar, tulisan tebal dalam bagian teks dengan membaca sekilas. Parasiswa belajar untuk membuat pertanyaan tentang yang akan mereka baca dan untuk mengatur prediksi sebelum kegiatan membaca dimulai. Selama langkah ini, peran guru adalah untuk mengaktifkan keduanya dengan bertanya kepada siswa tentang prediksi mereka. Ini adalah waktu untuk menebak, mengantisipasi, dan menghipotesis.

b. Membaca

Langkah berikutnya adalah membaca. Para siswa diminta untuk membaca teks dalam hati untuk memverifikasi keakuratan prediksi mereka. Beberapa prediksi mereka akan ditolak dan beberapa akan diterima setelah membaca lebih lanjut. Tidak ada prediksi yang benar atau salah, hanya beberapa prediksi dinilai kurang akurat dibandingkan yang lain.

c. Membuktikan

Selama langkah ini, siswa membaca kembali teks agar mereka dapat memverifikasi prediksi mereka. Siswa memverifikasi keakuratan prediksi mereka dengan menemukan pernyataan dalam teks dan membacanya secara lisan dalam kelas. Guru berfungsi sebagai

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian Control Group Design
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
Tabel 3.4 Indikator Penilaian Membaca Pemahaman Siswa Kelas V  SD Negeri 82 Pattene Kecematan Marusu Kabupaten Maros
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD  Negeri 82 Pattene  Kecematan Marusu Kabupaten Maros
+7

Referensi

Dokumen terkait

Zero or one (optional) When omitted or not supported by server, return service metadata document using MIME type "text/xml". a Although some values listed in the

[r]

[http://bisnis.news.viva.co.id/read/221296-strategi-atasi-macet-di-6-kota-metropolitan].. Pulau Jawa menyebabkan perkembangan elektrifikasi lebih baik di Pulau

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah Muhammadiyah maka Majelis2. Dikdasmen melakukan hubungan kerja dengan

[r]

Bagian dari kesuksesan Blue Bird Group adalah kemampuan dalam mempertahankan standar kualitas yang tinggi dan pelayanan yang memuaskan selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya

The diversiy of cultures that iluences the development of lamenco can be traced back through history, cultural theory, and musicoloy to unravel the cultural

Latar belakang masalah disini adalah lemahnya proses pembelajaran, contohnya siswa kurang di ajarkan untuk aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dikarenakan