• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN KELOMPOK KECIL DAN KELOMPOK BESAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN KELOMPOK KECIL DAN KELOMPOK BESAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN KELOMPOK KECIL DAN KELOMPOK BESAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL SMP DI KABUPATEN BREBES TAHUN PELAJARAN 2010/2011

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Fendi Susanto S850809009

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012 commit to user

(2)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Bijaksana atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Keefektifan Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Dengan Kelompok Kecil dan Kelompok Besar pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP di Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

commit to user

(3)

viii

4. Dr. Riyadi, M.Si, Dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis demi kesempurnaan dan terselesaikannya tesis ini.

5. Dr. H. Budi Usodo, M.Pd, Dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan dan terselesaikannya tesis ini.

6. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

7. Drs. Tofik, M.Pd, Kepala SMP Negeri 2 Kecamatan Brebes yang telah memberikan ijin uji coba instrumen penelitian sekaligus memberikan ijin penelitian, serta Sariah, S.Pd, Widiastuty Arifiansih, S.Pd, dan Wawan Setiawan, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika yang telah bersedia menjadi validator instrumen penelitian.

8. Drs. Akhmad Nurokhman, Kepala SMP Negeri 4 Kecamatan Wanasari yang telah memberikan ijin penelitian, dan Nasikha, S.Pd, guru mata pelajaran matematika yang telah membantu dalam penelitian.

9. Hary Siswanto, S.Pd, Kepala SMP Negeri 2 Kecamatan Wanasari yang telah memberikan ijin penelitian, dan Inayah, S.Pd, guru mata pelajaran matematika yang telah membantu dalam penelitian.

10. Bapak dan Ibu tercinta serta kakak dan adikku atas dukungan do’a, perhatian, dorongan semangat dan motivasi serta segala sesuatu yang telah diberikan selama ini.

commit to user

(4)

ix

11. Dedy, Marhadi, Sofyan dan Vera yang selalu memberi motivasi.

12. Sahabat terbaik Pendidikan Matematika PPs UNS’09 atas segala kebersamaan dan kenangan yang takkan terlupakan. Selamat berjuang dan semoga sukses.

13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

commit to user

(5)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xviii

ABSTRACT ... xx

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pemilihan Masalah ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Perumusan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 8 commit to user

(6)

xi BAB II : KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian teori ... 9

1. Prestasi Belajar Matematika ... 9

a. Pengertian Belajar ... 9

b. Pembelajaran ... 10

c. Prestasi Belajar ... 14

d. Matematika ... 11

e. Prestasi Belajar Matematika ……….. 13

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ……….. 14

2. Motivasi Belajar ... 15

a. Pengertian Motivasi Belajar ... 15

b. Peranan Motivasi dalam Belajar ... 17

c. Peranan Motivasi dalam Penguatan Belajar ... 17

d. Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar .... 17

e. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar……….. 18

3. Strategi Pembelajaran Aktif ... 18

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif ... 18

b. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif ... 19

c. Prosedur Pembelajaran Aktif ... 21

d. Strategi Pembelajaran Aktif Dengan Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) ... 25

e. Strategi Pembelajaran Aktif Dengan Kelompok Besar (Whole Group Discussion) ... 26

commit to user

(7)

xii

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat, dan Waktu Penelitian ... 33

B. Jenis Penelitian ... 33

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 35

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

1. Variabel Penelitian ... 36

a. Variabel Bebas ... 36

b. Variabel Terikat ... 37

2. Metode Pengumpulan Data ... 37

a. Metode Dokumentasi ... 37

b. Metode Tes ... 37

c. Metode Angket ... 38

3. Instrumen Penelitian ... 38

a. Tahap Penyusunan Instrumen Penelitian ... 38

b. Tahap Uji Coba Instrumen ... 39

E. Fungsi Distraktor Butir Soal ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 45 commit to user

(8)

xiii

1. Uji Keseimbangan Rerata ... 45

a. Uji Normalitas ... 45

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 46

2. Uji Prasyarat Anava ... 48

a. Uji Normalitas……… 48

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi………... 49

3. Pengujian Hipotesis ... 50

4. Uji Komparasi Ganda ... 53

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisa Uji Coba Instrumen ... 56

1. Hasil Uji Coba Tes Prestasi ... 56

a. Analisis Instrumen Soal Tes Prestasi Belajar ... 56

b. Analisis Butir Soal Tes Prestasi Belajar ... 56

2. Hasil Uji Coba Instrumen Angket……….. 57

B. Deskripsi Data ... 58

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 59

1. Uji Keseimbangan Rerata ... 59

a. Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 59

b. Uji Homogenitas Kemampuan Awal ... 60

c. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal ... 60

2. Uji Prasyarat Analisis Variansi (Anava) ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Homogenitas ... 61 commit to user

(9)

xiv

D. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62

1. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 62

2. Uji Lanjut Pasca Anava ... 63

E. Pembahasan Hasil Analisa Data ... 64

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 68

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 68

C. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

commit to user

(10)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Desain Rancangan Anava Dua Jalan………... 34

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan……….... 53

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika………... 59

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas KemampuanAwal……….. 59

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal………. 60

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas……… 61

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ………... 61

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ….. 62

Tabel 4.7 Rataan Masing-masing Sel dan Rerata Marginal……….... 64

commit to user

(11)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Daftar Nama-Nama SMP Se-Kabupaten Brebes ... 75

Lampiran 2 :-Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Kelompok Kecil ... 77

- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Kelompok Besar ... 104

Lampiran 3 : Lembar Validasi Instrumen Angket Motivasi Belajar ... 130

Lampiran 4 : Lembar Validasi Instrumen Prestasi Belajar Matematika ... 136

Lampiran 5 : Kisi-kisi Uji Coba Angket Motivasi Belajar Matemtika ... 142

Lampiran 6 : Kisi-kisi Uji Coba Angket Prestasi Belajar Matematika ... 147

Lampiran 7 : Angket Motivasi Belajar Matematika. ... 153

Lampiran 8 : Soal Tes Matematika ... 156

Lampiran 9 : Hasil Uji Coba Konsistensi Internal Angket Motivasi Belajar. 159 Lampiran 10 : Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 175

Lampiran 11 : Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ... 185

Lampiran 12 : Hasil Uji Coba Reliabilitas Tes Prestasi ... 195

Lampiran 13 : Data Nilai Mid Semester Genap Pelajaran Matematika Kelas VII Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 200

Lampiran 14 : Uji Normalitas, Homogenitas Dan Keseimbangan Kemampuan Awal ... 203 Lampiran 15 : Data Penelitian ... 211 commit to user

(12)

xvii

Lampiran 16 : Uji Normalitas Eksperimen I & Eksperimen II ... 216

Lampiran 17 : Uji Homogenitas Prestasi Matematika Antar Kelompok Eksperimen I Dan II ... 224

Lampiran 18 : Uji Normalitas Motivasi Tinggi ... 228

Lampiran 19 : Uji Normalitas Motivasi Sedang ... 231

Lampiran 20 : Uji Normalitas Motivasi Rendah ... 234

Lampiran 21 : Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 236

commit to user

(13)

xviii ABSTRAK

Fendi Susanto. 2012. Keefektifan Penggunaan Strategi pembelajaran Aktif Dengan Kelompok Kecil dan Kelompok Besar Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP di Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.

TESIS. Pembimbing I: Dr. Riyadi, M.Si, II: Dr. H. Budi Usodo, M.Pd. Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) manakah yang lebih baik prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil atau siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar, (2) manakah yang lebih baik prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi atau siswa yang mempunyai motivasi sedang maupun rendah, (3) manakah yang lebih baik prestasi belajar siswa dengan yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil ataukah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang atau rendah, (4) manakah yang lebih baik hasil prestasi belajarnya pada masing-masing kategori motivasi belajar siswa (tinggi, sedang, dan rendah), pada penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil atau penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel menggunakan Stratified Cluster Random Sampling. Ukuran sampel pada penelitian ini adalah 210 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika adalah tes pilihan ganda. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa adalah berupa angket. Untuk uji pendahuluan yaitu uji keseimbangan menggunakan uji t, dan sebagai prasyarat uji t adalah uji normalitas menggunakan uji Lilliefors, dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett.

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan Anava dua jalan dengan sel tak sama, prasyarat analisis menggunalan uji Lilliefors untuk uji normalitas, uji homogenitas menggunakan uji Bartlett, dengan taraf signifikansi (α) = 5%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, (2) siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah menghasilkan prestasi belajar yang sama, (3) untuk siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan sedang, siswa yang diberi commit to user

(14)

xix

pembelajaran aktif dengan kelompok kecil sama prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran aktif dengan kelompok besar, sedangkan pada kategori tingkat motivasi rendah, siswa yang diberi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran aktif dengan kelompok besar, (4) pada kategori motivasi belajar siswa (tinggi, sedang dan rendah) siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Aktif, Kelompok Kecil, Kelompok Besar, Prestasi Belajar Matematika, Motivasi Belajar.

commit to user

(15)

xx ABSTRACT

Fendi Susanto. 2012. The Effectiveness of Using Active Learning Strategy With Small and Large Group in sub topic of Two Variables Systems of Linear Equations Viewed from The Students Motivation in the Odd Semester of Eight Grade Students of Junior High School in Brebes Regency in the Academic Year of 2010/2012. TESIS. Advisor I: Dr. Riyadi, M.Si, II: Dr. H.

Budi Usodo, M.Pd, Mathematics Education, of Post Graduate Program, The University of Sebelas Maret Surakarta.

The purpose of this study are to know (1) Which method is better about the students’ achievement in learning Mathematics by using active learning strategies with small group or large group, (2) Which one is better about the students’ achievement in learning Mathematics that have higher motivation or lower motivation, (3) Which one is better about the students’ achievement that use active learning strategies with small group or large group to the students that have high motivation, middle or low motivation, (4) Which one is better about the students’ achievement in each motivation category (Tall, Middle, Low), the using of active learning strategies with small group or large group.

The kind of this study is a quasi experimental research. The study population are all the eight grade students of Junior High School in Brebes Regency in the academic year of 2010 / 2011. The writer use Stratified Cluster Random Sampling. Sample size in this study are 210 students. Data collection method used in this study is documentation method, questionnaire method, and test method. The instrument used to determine the mathematics achievement is multiple choice test. Meanwhile the instrument used to determine the students’

motivation is questionnaire. For the preliminary test is the balance test that use t- test method and the prerequisite for t-test is a normality test that use Lilliefors test, and test of homogenity by using the Bartlett test.

Data analysis techniques in this study use two-way Anava with unequal cells, a prerequisite for the analysis used Lilliefors test for normality test, and test of homogenity use Bartlett test with significance level (α) = 5%.

The conclussion of this study are (1) The achievement of students who learn mathematics using active learning strategies with small group is better than them who learn mathematics using active learning strategies with large group on the subject of two-variable system of linear equations, (2) The achievement of students who have high motivation to learn as well as students who have medium or low motivation to learn, (3) In the category of high level of motivation and middle, students who were given active learning in small group as well as academic achievement than students who were given active learning with large group. While in the category of low levels of motivation, students who were given active learning with small group have a better achievement than students who were given active learning with large group, (4) In the category achievement of students (high, middle, low), students who were given active learning in small group as well as students who were given active learning in large group.

Keywords: Active Learning Strategy, Small Group, Large Group, Learning Mathematics Achievements, Learning Motivation. commit to user

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu ilmu yang sangat penting dalam rangka penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu penguasaan dan pemahaman ilmu matematika dari siswa tingkat dasar sampai mahasiswa perlu ditingkatkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh TIMMS yang dipublikasikan 26 Desember 2006, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 7 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Tapi kenyataannya, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 = menengah, 550

= tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Artinya “Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih”.

(zainurie.wordpress.com).

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa belum maksimalnya pendidikan matematika di Indonesia, sehingga belum dapat meningkatkan kualitas kemampuan matematika siswa Indonesia. Peningkatkan kualitas pendidikan matematika, selain jam pelajaran, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan matematika. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar matematika antara lain: strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru, motivasi belajar siswa, minat belajar siswa, lingkungan belajar siswa dan tingkat kecerdasan siswa.

Berkaitan dengan masih rendahnya prestasi belajar matematika diduga karena pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah itu masih bersifat

1

commit to user

(17)

konvensional (siswa pasif dan guru mendominasi proses pembelajaran).

Seringkali di dalam proses pembelajaran guru bertanya tentang konsep matematika yang sedang dibahas, banyak siswa yang diam sambil menundukan kepala dan hanya beberapa siswa tertentu yang berani mencoba menjawab, kemudian siswa diminta untuk menanyakan hal yang menjadi kesulitannnya, keadaan kelas menjadi sunyi (siswa diam). Terlebih lagi jika siswa diberi tugas di kelas maupun tugas rumah untuk mengerjakan soal, banyak siswa yang hanya menyalin pekerjaan temannya dan jarang ditemukan ide-ide baru siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Dan guru juga menyelesaikan bahan ajar dengan cara menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Cara seperti ini sangatlah bertentangan dengan teori konstruktivisme yang lebih menekankan kepada keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Tentunya pembelajaran yang seperti disebutkan di atas (guru sangat dominan), hendaknya ditinggalkan atau setidak tidaknya dikurangi.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka perlu dipikirkan solusi pembelajaran matematika yang membuat siswa terlibat aktif dan merasa senang dalam belajar matematika. Salah satunya adalah dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil dan kelompok besar. Strategi pembelajaran aktif adalah salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2006: 35-41) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Perabot kelas dapat disusun ulang untuk menciptakan formasi. Selanjutnya dikatakan tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia.

Kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional (auditorium). Sedangkan pada diskusi kelompok menurut Mulyasa (2005: 89) mendefiniskan sebagai suatu proses teratur dan melibatkan commit to user

(18)

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.

Dari definisi diskusi kelompok di atas, Winataputra (1997: 8) menjelaskan bahwa diskusi kelompok kecil adalah sebuah perbincangan yang terdiri atas 3-5 orang dalam situasi informal dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan untuk kelompok besar (Roestiyah, 2001: 9) mengungkapkan jumlah anggota dalam kelompok lebih dari 5 orang dan jumlah anggota maksimal tidak boleh lebih dari 15 orang.

Dengan menerapkan penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan pendapat secara lebih terbuka dan memberi peluang untuk sikap satu sama lain, di lain pihak menyadari bahwa suatu komunikasi dua arah seperti diskusi tidak akan berkembang dalam situasi yang dimonopoli oleh guru. Selain itu, diskusi kelompok dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap sikap orang lain yang meliputi aspek-aspek keyakinan, perasaan serta tingkah laku.

Berdasarkan hal tersebut siswa dapat menilai sikapnya sendiri dan membandingkannya dengan orang lain yang pada akhirnya siswa akan membuat penyesuaian sikap sesuai dengan penilaian bahkan mengubahnya. Diskusi kelompok melatih siswa untuk mengekspresikan pikirannnya secara luas dan menjadi lebih bertanggung jawab dalam mengemukakan pendapatnya.

Sedangkan untuk strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa jumlah anggota dalam kelompok ini lebih dari 5 orang dan jumlah anggota maksimal tidak boleh lebih dari 15 orang (Roestiyah, 2001: 9). Pada diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru maupun siswa yang cakap berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi.

Untuk itu, guru dapat mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk mengajukan pendapat. Pada diskusi kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru maupun siswa yang cakap sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan. commit to user

(19)

Selain strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil dan kelompok besar yang digunakan dalam proses belajar mengajar, terdapat faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Salah satu faktor yang lain tersebut adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa juga ikut memberikan andil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Tentunya motivasi belajar tersebut harus datang dari diri siswa itu sendiri karena dalam belajar itu dibutuhkan suatu dorongan yang sangat kuat yang bersumber dari dalam diri seseorang disertai niat yang sungguh-sungguh untuk memperoleh pengetahuan, sehingga dengan niat yang sungguh-sungguh tersebut siswa akan dapat belajar secara maksimal. Namun tidak sedikit siswa yang menganggap sekolah hanya sebagai rutinitas biasa, hanya tuntutan dari orang tua dan lingkungan sehingga tidak ada rasa tanggung jawab yang besar dari diri siswa untuk lebih berprestasi.

Jika seseorang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi maka tentu akan berdampak pada prestasi belajar mereka.

Diharapkan dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif yang tepat dapat membuat siswa lebih kreatif. Dengan demikian akan tercipta pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan (logos), tetapi terlebih pada penekanan internalisasi tentang apa yang dipelajari, sehingga terbentuk dan terfungsikan sebagai milik nurani siswa yang berguna dalam kehidupannya (etos).

Demikian juga motivasi belajar seperti ini akan tercipta jika guru mengkondisikan pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan. Jadi motivasi belajar yang efektif dan efisien adalah memotivasikan para siswa untuk belajar giat berdasarkan kebutuhan ilmu mereka masing-masing secara memuaskan, yakni kebutuhan akan pengetahuan yang cukup bagi keperluan siswa, kebahagian hidup, kemajuan diri dan sebagainya.

commit to user

(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan disebabkan oleh faktor dari kemampuan siswa sendiri yang salah satunya adalah motivasi belajar siswa. Dari dugaan ini muncul sebuah permasalahan yang menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu apakah motivasi siswa berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar matematika.

2. Penggunaan strategi pembelajaran aktif pada pembelajaran matematika mungkin dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

3. Ada kemungkinan juga rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan rendahnya kualitas lingkungan keluarga. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang berasal dari lingkungan keluarga baik dan kurang baik.

4. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar matematika sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa berpikir dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pemahaman matematika. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep matematika adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil dan kelompok besar pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Brebes.

C. Pemilihan Masalah

Beberapa masalah yang telah diidentifikasi di atas tentunya tidak dapat dibahas dan dikaji dalam satu penelitian saja, karena akan menyebabkan hasil penelitian yang kurang cermat dan kurang akurat. Untuk menghindari kekurangcermatan dan kekurangakuratan tersebut, maka dalam penelitian ini akan diteliti masalah pada poin 1 dan 4 dibagian identifikasi masalah, yaitu terkait dengan potensi motivasi belajar siswa dan terkait dengan penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan guru. commit to user

(21)

D. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah maka dilakukan pembatasan masalah. Dengan bertolak pada identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut.

1. Permasalahan yang diteliti adalah prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel setelah proses pembelajaran.

2. Strategi pembelajaran aktif yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah dengan kelompok kecil dan kelompok besar.

3. Motivasi belajar siswa dibatasi pada motivasi siswa dalam belajar matematika.

4. Penelitian ini hanya akan dilakukan pada siswa-siswa kelas VIII semester gasal SMP di Kabupaten Brebes di mana untuk kelompok eksperimen 1 (E1) untuk siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran aktif dengan kelompok kecil dan kelompok eksperimen 2 (E2) untuk siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran aktif dengan kelompok besar tahun pelajaran 2010/2011.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Diantara penggunaan strategi pembelajaran aktif, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik, penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil atau penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar?

2. Di antara kategori motivasi belajar siswa, manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, motivasi belajar tinggi, motivasi belajar sedang atau rendah?

3. Pada masing-masing penggunaan strategi pembelajaran aktif (strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil dan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar), manakah yang dapat memberikan prestasi belajar commit to user

(22)

lebih baik, siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, motivasi belajar sedang atau motivasi belajar rendah?

4. Pada masing-masing kategori motivasi belajar siswa (motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah), manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil atau penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.

1. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil atau siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar.

2. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi tinggi atau siswa yang mempunyai motivasi sedang maupun rendah.

3. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik prestasi belajar siswa dengan yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil ataukah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar pada siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang atau rendah.

4. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik hasil prestasi belajarnya pada masing-masing kategori motivasi belajar siswa (tinggi, sedang, dan rendah), pada penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil atau penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar.

commit to user

(23)

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Sebagai bahan masukan bagi guru atau calon guru matematika tentang penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok kecil dan penggunaan strategi pembelajaran aktif dengan kelompok besar dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

2. Mampu mengubah pandangan guru terhadap proses evaluasi, guru tidak hanya melakukan evaluasi dalam aspek kognitif saja tetapi aspek afektif dan psikomotor.

3. Sebagai masukan bagi guru agar siswa bisa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran di kelas baik dalam mencari informasi maupun bertanya.

4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk melakukan penelitian pada bidang studi lain yang prosedur penelitiannya sejenis.

commit to user

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Sebelum dibahas lebih jauh tentang motivasi belajar, terlebih dahulu akan dipaparkan pandangan tentang apa sebenarnya belajar. Pemaparan tentang pengertian belajar dimaksudkan untuk memperoleh kesamaan persepsi terhadap belajar, selanjutnya dikaitkan dengan motivasi.

Belajar merupakan hal yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan.

Kegiatan belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan pengetahuan tetapi merupakan proses aktif pembelajar atau pelajar. Aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui pemaknaan teks, pemaknaan fisik, dialog, dan perumusan pengetahuan.

Oemar Hamalik (2009: 55) mengartikan belajar sebagai perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman. Dengan demikian, tanpa adanya belajar, perubahan-perubahan yang diinginkan dalam diri seseorang tentu tidak akan terjadi. Sementara itu, seseorang bisa dikatakan telah belajar matematika jika di dalam diri seseorang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang berakibat pada perubahan tingkah laku terkait matematika.

Pendapat lain tentang definisi belajar dikemukakan oleh Chambers (2008:

101), ”Construktivism is founded on Piaget’s belief that learning is an active process, where new information is accommodated into previously understood meaning or mental images”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah konstruktivisme muncul atas ajaran Piaget yang mengemukakan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif, dimana informasi baru diakomodasikan ke dalam makna atau gambaran yang dipahami sebelumnya.

Menurut Paul Suparno (1997: 61) belajar adalah proses aktif belajar mengkonstruksi arti, baik dari teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain–lain.

Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan mengakomodasi dalam rangka

9

commit to user

(25)

menghubungkan pengalaman atau bahan yang sedang dipelajari dengan pengertian yang telah dipunyai, sehingga pengetahuan itu dikembangkan. Proses tersebut bercirikan antara lain.

1) Belajar berarti membentuk makna. Makna sendiri diciptakan sendiri oleh siswa dari apa yang mereka lihat, mereka dengar, mereka rasakan, dan mereka alami. Proses konstruksi dipengaruhi oleh pengertian yang mereka punyai.

2) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

3) Pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya dapat mempengaruhi hasil belajar.

4) Motivasi belajar siswa, kemampuan awal siswa, tujuan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas fisik dan mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan aktifitas tersebut merupakan proses aktif dalam mengkonstruksi arti, baik dari teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap yang relatif konstan dan berbekas.

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, digunakan istilah proses belajar mengajar atau pengajaran. Udin Saripudin Winataputra (2007: 19) menyatakan istilah pembelajaran lebih dipilih daripada pengajaran karena pembelajaran mengacu kepada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.

Istilah pengajaran hanya terbatas pada konteks tatap muka guru dan siswa di dalam kelas, sehingga interaksi siswa terbatas oleh kehadiran guru secara fisik.

Konsep dasar pembelajaran sebenarnya telah dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yaitu pembelajaran adalah commit to user

(26)

pola interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Menurut Gagne dalam Udin Saripudin Winataputra (2007) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Pendidikan melibatkan bekerjasama dengan orang lain dan terus menerus berubah berkaitan sistem-sistem yang rumit dan berlatih keahlian sebagai

“pembangunan dalam penggunaan”. Seperti yang dikatakan Fullan (2001) dalam allen dave (2003) Education involves working with and through others in constantly changing, interrelated complex systems to practice our craft as

“development in use.”

Slameto (2003: 12) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengelola pembelajaran, antara lain: mengusahakan agar setiap siswa dapat berpartisipasai secara aktif, menganalisis struktur materi yang diajarkan, menganalisis sequence pembelajaran dan memberikan penguatan dan umpan balik. Udin Saripudin Winataputra (2007: 135) menyatakan bahwa ada tiga aspek yang sangat ditekankan untuk menjadi perhatian dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu pentingnya struktur mata pelajaran, kesiapan untuk belajar, intuisi dan motivasi. Struktur mata pelajaran berisi ide-ide, konsep dasar, hubungan antar konsep dan contoh-contoh. Kesiapan belajar dapat berisi penguasaan kemampuan dan ketrampilan sederhana yang memungkinkan siswa untuk mencapai ketrampilan yang lebih tinggi. Intuisi adalah teknik-teknik intelektual analisis untuk mengetahui kesahihan penarikan kesimpulan. Motivasi adalah kondisi khusus yang dapat mempengaruhi kemauan untuk belajar.

c. Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthaein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

commit to user

(27)

Akan tetapi pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. Penerapan cara keraja matematika seperti ini diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa.

Salah satu contoh peran matematika sebagai bahasa lambang adalah ilmu dan logika matematika yang digunakan dalam bahasa pemrograman komputer.

Seiring dengan perkembangan ilmu informatika, tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu matematika jauh lebih berkembang. Dengan demikian matematika dapat diartikan sebagai basis dari suatu teknologi yang baru. Sebagaimana diungkapkan oleh Maasz. J (2005) dalam ALM (2005: 7): Mathematics is the basis of the new technologies, since mathematical algorithms are included in all computer software, and computer hardware is materialised mathematical logic.

(Matematika merupakan basis dari teknologi-teknologi yang baru, karena logaritma-algoritma matematika dapat digunakan dalam semua software komputer, dan hardware komputer juga menggunakan logika matematika).

Menurut Herman Hudoyo (1979: 96) hakekat matematika adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Lebih lanjut Herman mengatakan bahwa matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang kebenarannya dikembangkan berdasar alasan yang logis. Dan menurut Soedjadi (2000: 11) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik dan merupakan pengetahuan tentang stuktur-struktur yang logik.

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan berkenaan dengan konsep-konsep abstrak dimana struktur dan hubungan-hubungannya diatur menurut aturan yang logis. commit to user

(28)

d. Belajar Matematika

Belajar merupakan suatu proses menciptakan pengetahuan. Dengan belajar setiap orang dapat menciptakan pengetahuan baru ataupun memperbaharui pengetahuan yang telah dimiliki tentang suatu pelajaran. Pengertian belajar tersebut diungkapkan oleh Kolb. A. Y dan Kolb. D. A (2005) dalam AMLE (2005: 194): Learning is the process of creating knowledge. Experiential Learning Theory (ELT) proposes a constructivist theory of learning whereby social knowledge is created and recreatedin the personal knowledge of the learner. (Belajar merupakan proses dalam membuat ilmu pengetahuan. Proses- proses ELT adalah suatu teori konstruktivis pada pembelajaran untuk ilmu pengetahuan sosial yang menciptakan dan memperbahrui ilmu pengetahuan setiap pelajar).

Secara umum Martinis Yamin (2009: 96) mendefinisikan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Gage (1984) dalam Martinis Yamin (2009: 98) mendefinisikan belajar sebagai sutau proses dimana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengalaman, membaca, dan meniru.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi, sedangkan belajar matematika dapat diartikan sebagai proses mengkontruksi pengetahuan matematika dari abstraksi pengalaman dalam kehidupan sehari-hari kedalam bentuk matematika.

e. Prestasi Belajar Matematika

Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapain tujuan. Proses lebih tekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika adalah belajar konsep struktur keterampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Keberhasilan seseorang dalam kegiatan pembelajaran seringkali dilihat dari prestasi belajarnya. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam

commit to user

(29)

belajar bila prestasi yang diraih sesuai dengan target yang telah ada dalam tujuan pembelajaran.

Dari pengertian belajar, prestasi belajar, dan matematika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar matematika adalah hasil kegiatan belajar yang telah dicapai oleh siswa selama periode tertentu dan merupakan indikator perkembangan dan penguasaan pengetahuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika. Pada penelitian ini prestasi belajar matematika dinyatakan dalam bentuk angka yang merupakan nilai hasil tes yang diujikan setelah siswa menempuh proses pembelajaran.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika Menurut Slameto (2003: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah.

1) Faktor-aktor internal

a) Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh).

b) Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan).

c) Kelelahan.

2) Faktor-faktor eksternal

a) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan).

b) Sekolah (strategi mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).

c) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Clark dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 39) mengungkapkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, commit to user

(30)

perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu ditelaah pengidentifikasian kata motif dan motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hamzah (2006: 3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan- kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya, (2) motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik, makan pecel, makan coklat, dan lain-lain, dan (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga antara interaksi antara manusia dengan tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.

Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik commit to user

(31)

dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Ngalim Purwanto (1990: 73) motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan. Brown (1994: 152) menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu penggerak dari dalam, dorongan, emosi atau hasrat yang menggerakkan seseorang pada suatu tindakan tertentu. Senada dengan itu, menurut Winkel (1991: 92) motivasi adalah daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegitan belajar, sehingga tujuan belajar yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Winkel juga menyatakan bahwa motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar.

Menurut Bomia et al (1997) dalam Md. Yunus Aida Suraya dan Ali Wan Zah Wan (2009) motivasi mengacu pada

“a student's willingness, need, desire and compulsion to participate in, and besuccessful in the learning process”. (keinginan siswa, kebutuhan dan keharusan untuk berpartisipasi dan berhasil dalam proses belajar).

Dari uraian di atas, motivasi adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Dan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak, pendorong di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang diwujudkan dalam bentuk adanya kebutuhan, dorongan dan usaha siswa dalam melakukan aktivitas guna mencapai tujuan.

Dari gambaran di atas, bahwa komponen utama motivasi ada tiga yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. The Liang Gie (1995: 9) berpendapat bahwa tanpa motivasi tertentu, semangat seseorang akan mudah padam karena tidak merasa memiliki suatu kepentingan yang harus diperjuangkan dengan jalan belajar tersebut. Winkel (1991: 93) menyatakan bahwa motivasi berkaitan erat dengan (1) penghayatan suatu kebutuhan, (2) dorongan untuk memenuhi kebutuhan, dan (3) pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan tersebut.

commit to user

(32)

b. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Ada beberapa peranan dari motivasi dalam pembelajaran, antara lain: (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan (d) menentukan ketekunan belajar.

c. Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan matematika dengan bantuan tabel logaritma.

Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Kaitannya dengan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika.

Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menmbulkan penguatan belajar.

Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apa pun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya.

d. Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar matematika karena tujuan belajar ilmu commit to user

(33)

matematika itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang matematika.

Suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta mengejakan soal matematika, dan berkat pengalammnya dan terbiasa mengerjakan soal-soal matematika, maka anak tersebut menjadi lebih mudah menyelesaikan soal tersebut. Dari pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu.

e. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

3. Strategi Pembelajaran Aktif

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang lain.

Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Gerlach dan Ely dalam Hamzah (2009: 2) Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat commit to user

(34)

implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. Menurut Udin S. Winataputra dan Tita Rosita (1994: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi., sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung.

Menurut Masdjudi, dkk. (2003: 3-4) yang di maksud dengan aktif adalah bahwa pembelajaran dimana guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan.

Sedangkan pembelajaran aktif dimaksudkan adalah bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian hingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran aktif adalah salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif di Kelas

Pembelajaran aktif atau active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini pembelajaran aktif telah diyakini oleh sebagian besar para teoritis, praktisi dan pemegang kebijakan di hampir seluruh belahan muka bumi ini sebagai sebuah

commit to user

(35)

konsep pembelajaran yang memberikan harapan bagi tercapainya mutu pembelajaran.

Menurut Akhmad sudrajat (2010) ciri-ciri atau indikator terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas yaitu.

1) Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain.

2) Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.

3) Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.

4) Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.

5) Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.

6) Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.

7) Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.

8) Mendorong peserta didik agar tidak takut berbuat kesalahan.

9) Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.

10) Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pasangan, kelompok, dan atau seluruh kelas.

11) Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan sosial.

12) Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera.

13) Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.

14) Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian, pemberian semangat.

15) Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan.

16) Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.

17) Mendorong peserta didik menemukan sendiri.

18) Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.

Untuk dapat memenuhi seluruh ciri (indikator) di atas tentu bukan hal yang mudah, khususnya bagi guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran pasif. Oleh karena itu, guru dalam mencoba memenuhi dan mempraktikannya di kelas, mulai dari hal yang paling mungkin untuk dilaksanakan.

Dan berikut ini boleh jadi dapat digunakan guru dalam menerapkan penggunaan strategi pembelajaran aktif pada siswa.

1) Kepala sekolah peduli dan menyediakan waktu untuk menerima keluhan dan saran dari peserta didik maupun guru.

2) Kepala sekolah terbuka dalam manajemen, terutama manajemen keuangan kepada guru dan orang tua atau komite sekolah.

3) Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar.

4) Guru mengenal baik nama-nama peserta didik.

5) Guru terbuka kepada peserta didik dalam hal penilaian. commit to user

(36)

6) Sikap guru ramah dan murah senyum kepada peserta didik, dan tidak ada kekerasan fisik dan verbal kepada peserta didik.

7) Guru selalu berusaha mencari gagasan baru dalam mengelola kelas dan mengembangkan kegiatan belajar.

8) Guru menunjukkan sikap kasih sayang kepada peserta didik.

9) Peserta didik banyak melakukan observasi di lingkungan sekitar dan terkadang belajar di luar kelas.

10) Peserta didik berani bertanya kepada guru.

11) Peserta didik berani dalam mengemukakan pendapat.

12) Peserta didik tidak takut berkomunikasi dengan guru.

13) Para peserta didik bekerja sama tanpa memandang perbedaan suku, ras, golongan, dan agama.

14) Peserta didik tidak takut kepada kepala sekolah.

15) Peserta didik senang membaca di perpustakaan dan ada perilaku cenderung berebut ingin membaca buku bila datang mobil perpustakaan keliling.

16) Potensi peserta didik lebih tergali serta minat dan bakat peserta didik lebih mudah terdeteksi.

17) Ekspresi peserta didik tampak senang dalam proses belajar.

18) Peserta didik sering mengemukakan gagasan dalam proses belajar.

19) Perhatian peserta didik tidak mudah teralihkan kepada orang atau tamu yang datang ke sekolah.

c. Prosedur Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, dkk. (2007) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2006) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis beroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang commit to user

(37)

bergairah. Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas. Boakes alam Mar’at (1984) menyatakan bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya.

Kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (2006) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru. Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut.

Silberman (2006: 100-102) menyatakan dalam mengawali kegiatan pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai berikut.

1) Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal pembelajaran.

2) Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan siswa.

3) Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan pelajaran matematika yang akan diajarkan. Misalnya.

- Kata-kata untuk didefinisikan.

- Soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah kenal.

- Pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari. commit to user

(38)

4) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.

5) Perintahkan siswa untuk menyebar dikelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya.

Doronglah siswa untuk saling membantu.

6) Perintahkan untuk kembali ketempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk menjawab jawaban yang mereka dapatkan.

7) Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang berpikir siswa menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa bisa menjawab.

8) Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.

Secara umum manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif pilihan.

a) Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan.

b) Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas.

Silberman (2006: 117-206) menyatakan strategi berikut ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika.

1. Menstimulasi Rasa Ingin Tahu Siswa Prosedur

a) Ajukan pertanyaan atau masalah yang kompleks atau yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan.

Pertanyaan yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa siswa yang mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja (prosedur). commit to user

(39)

b) Doronglah siswa untuk berpikir, membuat skema atau diagram, dan membuat dugaan umum. Gunakan frase semisal “coba tebak” atau “coba jawab”.

c) Guru tidak boleh langsung memberikan jawaban. Kumpulkan semua jawaban sementara dari siswa agar siswa tetap mau berpikir terhadap jawaban yang telah dikemukakan.

2. Belajar Berpasangan Prosedur

a) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa.

b) Kemudian guru memperintahkan siswa untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut secara perseorangan.

c) Setelah semua siswa memberi jawaban, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.

d) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan.

Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh siswa dalam 4 kelompok besar berilah nama kelompok. Pada akhir sesi, perintahkan masing-masing kelompok untuk menyajikan jawaban terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban terbaik.

3. Menstimulasi Pembelajaran Antar Siswa Prosedur

a) Buatlah kelompok siswa kemudian buatlah pertanyaan yang saling terkait dengan kelompok lainnya.

b) Perintahkan setiap kelompok untuk menyusun cara menyelesaikan permasalahan tersebut kepada kelompok siswa lainnya. Guru memberikan arahan agar siswa menghindari penyelesaian permasalahan dengan cara ceramah atau semacam pembacaan laporan, tapi lebih kea rah aplikasi agar temannya termiotivasi untuk berpikir. Doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi siswa.

c) Setelah semuanya selesai dikerjakan. Beri tepuk tangan atas usaha mereka.

Sebagai alternatif usaha dari pengajaran model ini adalah perintahkan siswa commit to user

Gambar

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian                  Motivasi Belajar (B)
Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika  Variabel  N  Jumlah  Skor  Rata-Rata  Skor  Minimal  Skor
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal  Sampel  k  χ 2 闐a χ 2 0.05;n Keputusan  Kesimpulan
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

3499494 R,Selamat pagi, Untuk Jaminan Penawaran, surat dukungan bank dan Surat Penawaran ditujukan kepada Pokja Pengadaan Barang unit layanan pengadaan ( ULP) Kabupaten

merupakan pemimpin dalam organisasi Pemerintah Kecamatan. Dengan demikian, camat dituntut memiliki gaya kepemimpinan dalam membawa dan mempengaruhi bawahannya agar

Alkalimetri adalah analisis yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar dan bentuk titrasi berdasarkan reaksi netralisasi antara zat titran dan zat yang akan

Tingginya laju pembentukan H 2 S terlarut pada reaktor pH asam, dipengaruhi pada penelitian ini substrat yang digunakan kandungan organiknya sangat tinggi, dimana senyawa

Bentuk Wujud campur kode pada film yo wis ben 2 dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia Bentuk campur kode yang terdapat pada film yo wis ben 2 yang di sutradarai oleh

Permasalahan utama adalah kelemahan-kelemahan yang ada, baik dari intern maupun ekstern, yang dimaksud dengan kelemahan intern yaitu kelemahan yang timbul dari dalam perusahaan

Beberapa jenis batu kapur dengan kandungan tanah liat menghasilkan kapur mentah dengan sifat-sifat hidrolis (mengeras jika tercampur air), dan ternyata lebih awet. Johnson