• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 3 BOLO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 3 BOLO SKRIPSI"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 3 BOLO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Vila Handayani NIM 10536 11208 16

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2021

(2)
(3)
(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vila Handayani

NIM : 10536 11208 16

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Problem Posing pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan didepan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciptaan orang lain dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2021 Yang membuat Pernyataan

Vila Handayani

(5)

v

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vila Handayani

NIM : 10536 11208 16

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Problem Posing pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2021 Yang membuat Perjanjian

Vila Handayani

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Apa yang benar-benar diperhitungkan adalah akhir yang baik,

Bukan awal yang buruk…”

(Ibnu Taimiyah)

Kupersembahkan karya ini buat ;

Kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku dan

seluruh keluargaku, atas keihklasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(7)

vii

Vila Handayani. 2021. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Problem Posing pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo. Skripsi.Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Andi Alim Syahri dan pembimbing II Sitti Rahma Tahir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang partisipannya adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo, sebanyak 20 siswa. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi, tes tertulis, dan angket respon siswa.

Hasil penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika adalah sebagai berikut: guru mengajarkan materi pembelajan matematika smp kelas VIII-A sesuai dengan tujuan pembelajaran pada kurikulum yang berlaku, memberikan contoh membuat soal dari informasi yang telah diberikan, meminta siswa untuk membuat soal dan jawaban berdasarkan pada informasi yang telah diberikan, memberikan kesempatan atau menunjuk siswa untuk mengemukakan atau mempresentasikan soal beserta jawaban yang dimilikinya didepan kelas, selain itu rata-rata persentase pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus 1 sebesar 83,00% menjadi 94,00%. (2) Rata-rata persentase pemahaman konsep matematika berdasarkan anslisis hasil tes siklus 1 dan tes siklus 2 persentase pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan 23,55% yaitu pada siklus 1 sebesar 63,75% dan meningkat menjadi 87,30% pada siklus 2 tergolong dam kategori tinggi dan seluruh indikator pemahaman konsep mengalami peningkatan serta tergolong dalam kategori tinggi, Selain itu. Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus 1 sebesar 45% menjadi 85%

pada siklus 2. (3) Rata-rata persentase hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran problem posing pada materi faktorisasi suku aljabar adalah sebesar 89,50% tergolong dalam kategori tinggi.

Kata Kunci: Problem posing, pemahaman konsep matematika

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Problem Posing pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 3 Bolo”.Salawat serta salam juga semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, kepada sahabat, keluarga, serta umat yang istiqamah dijalannya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada saudara dan keluargaku yang tak hentinya memberikan motivasi.

Terima kasih penulis ucapkan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kepada bapak Andi Alim Syahri, S.Pd.,M.Pd, pembimbing I dan ibu Sitti Rahma Tahir, S.Pd,. M.Pd, pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada ibu Sri Satriani, S.Pd,. M.Pd,

(9)

ix instrumen penelitian.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr.

H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Muhklis, S.Pd,. M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika serta seluruh bapak/ibu dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesa-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, Guru, Staf SMP Negeri 3 Bolo dan bapak Zainal Arifin S.Pd., selaku guru Matematika di sekolah yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat seperjuanganku yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2016 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi warna dalam hidup saya, siswa/i SMP Negeri 3 Bolo atas partisipasi dan kesediaannya membantu selama proses penelitian serta semua pihak yang tidak sempat dituliskan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat menyempurnakan

(10)

x

skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar , Agustus 2021

Vila Handayani

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Istilah ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

B. Kerangka Pikir ... 23

C. Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Subjek Penelitian ... 26

C. Desain Penelitian ... 26

(12)

xii

D. Prosedur Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 32

H. Indikator Keberhasilan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(13)

xiii

Tabel 3.1 Kriteria Hasil Persentase Skor Observasi ... 33

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 33

Tabel 3.3 Kriteria Persentase Hasil Tes ... 34

Tabel 3.4 Kriteria Angket Respon Siswa ... 36

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran... 37

Table 4.2. Analisis Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Siklus 1 ... 45

Table 4.3. Persentase Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Tes Siklus 1 . 46 Table 4.4. Analisis Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Siklus 2 ... 55

Table 4.5. Persentase Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Tes Siklus 2 . 56 4.6 Tabel Angket Respon Setiap Siswa ... 58

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 25 Gambar 3.1. Model Tindakan Kelas Spiral Menurut Kemmis Dan Mc Taggart….26 Gambar 4.1. Diagram Persentase Indikator Pemahaman Konsep Matematika Siswa ... 62

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran matematika berperan penting dalam semua aspek kehidupan, sehingga matematika tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran. Jihad(2010:

12) perpendapat, inti dari keseluruhan proses pendidikan adalah belajar, dan pengajar berperan sebagai peran utama. Suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pengajar dan peserta didik berdasarkan keterkaitan yang terjadi dalam lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan suatu pembelajaran. Selain itu, pembelajaan adalah upaya sistematis, dalam pembelajaran semacam ini guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar berinteraksi yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku siswa untuk mengikuti pembelajaran agar tujuan yang diingin dapat tercapai.

Matematika adalah mata pelajaran yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan peserta didik. Menurut Jihad (2010: 152), matematika diartikan sebagai analisis hubungan dan pola, cara atau cara berpikir, bahasa, seniserta alat. Oleh karena itu, matematika bukanlah ilmu yang terisolasi, melainkan untuk membantu orang memahami serta mengendalikan masalah ekonomi, alam dan sosial.

Suherman et al. (2003: 60) mengemukakan bahwa khusus untuk peserta didik, matematika dibutuhkan agar dapat mengerti bidang keilmuan lain (seperti ekonomi, farmasi, geografi, fisika, arsitektur, kimia). Peran matematika sangat

(16)

2

penting sehingga pada semua tahapan pendidikan dimulai dari pendidikan sebelum sekolah, pendidikan sekolah dasar sampai pendidikan sekolah tinggi, dengan menyesuaikan dengan perkembangan kognisi, emosi serta psikomotorik peserta didik dalam pelaksanaan matematika.

Menurut pendapat masyarakat, pelajaran matematika merupankan salah satu pelajaran yang dianggap sulit pada tahap pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Ini karena matematika berkaitan dengan ide dan konsep abstrak. Sebagaimana yang dikatakan Hudoyo, pelajaran matematika berhubungan dengan konsep abstrak serta hierarki dan penalaran deduktif. Konsep matematika disusun dalam beberapa tingkatan, oleh karna itu tidak boleh melewatkan tahapan atau langkah konseptual apapun saat mempelajari matematika. Agar pembelajaran matematika dapat terlaksana dengan baik maka, matematika harus dipelajari dengan teratur serta sistematis, dan disajikan dalam bentuk yang jelas serta disesuaikan berdasarkan prasyarat peserta didik dan perkembangan intelektual.

Karena konsep dalam pembelajaran matematika saling berhubungan, siswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk melihat bagaimana materi yang satu saling terkait dengan materi lain. Tujuannya agar peserta didik memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi matematika. Misalkan, apabila seorang peserta didik ingin memahami konsep integral (anti turunan), ia harus terlebih dahulu mampu memahami konsep turunan suatu fungsi.

Sesuai dengan Departemen Pendidikan (Permendiknas 2006 No. 22) tujuan pembelajaran matematika adalah sangat mungkin untuk memahami pentingnya memahami konsep matematika, yaitu siswa memiliki kemampuan memahami

(17)

konsep matematika, menjelaskan hubungan antar konsep. dan menerapkan konsep. Atau algoritme memecahkan masalah dengan cara yang fleksibel, efesien, akurat, serta tepat. Berdasakan tujuan pembelajaran matematika di atas, diharapkan peserta didik mampu memahami konsep matematika serta dapat memanfaatkan pengetahuan untuk memecahkan permasalahan matematika. Oleh sebab itu, dapat memahami konsep adalah bagian terpenting pada proses belajar mengajar matematika. Sesuai dengan dikemukakan Zulkardi (2003: 7),

"Matematika menekankan konsep ini". Yang memiliki arti ketika belajar matematika, peserta didik mampu memahami konsep matematika dahulu sehinggamampu memecahkan masalah serta mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, hendaknya siswa ditanamkan pemahaman konsep saat anak masih duduk di bangku sekolah dasar atau dari kecil. Mereka perlu memahami pengertian, memahami bagaimana cara menyelesaikan masalah, dan mengoperasikan matematika dengan benar. Karena merupakan syarat agar dapat mempelajari matematika pada tapan pendidikan tinggi. Pembelajaran matematika amat bergantung pada pendekatan serta strategi yang digunakan dalam pembelajaran matematika itu sendiri, menurut Slameto (2003 : 76). Jika dapat menggunakan pendekatan serta strategi pembelajaran yang benar, maka dapat mencapai pembelajaran yang efektif. Oleh sebab itu, dalam menjalankan tugasnyaguru dituntut profesional. Guru profesional merupakan guru yang memikirkan kemana akan membawa siswa serta bagaimana membimbing siswa

(18)

4

agar mencapai hasil yang ideal dengan berbagai inovasi pembelajaran. Selain itu, kurangnya pemahaman konseptual siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Pendekatan yang dapat diterapkan dalam belajar mengajaragar dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik salah satunya adalah pendekatan problem posing. Suatu bentuk pembelajaran yang menuntut siswa untuk menulis pertanyaannya secara mandiri atau membagi pertanyaan sehingga memebentuk beberapa pertanyaan sederhana yang melibatkan pemecahan masalah adalah problem posing (Herdian, 2009 :1). Problem posing adalah salah satu belajar mengajar matematik yang menitik beratkan pada cara pemecahan masalah, serta mampu mengembangkan kemampuan berpikir matematis. Silver berpendapat bahwa aktivitas problem posing dapat bermanfaat bagi anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan serta pemahaman tentang beberapa konsep pentingdalam matematika (English, Lyn D, 1997). (Haerul Syam, 2008) berpendapat bahwa pendekatan problem posing juga dapat meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik, membuat mereka menjadi kreatif dan pada akhirnya mengharapkan mereka untuk berpikir kritis serta logis. Suyitno dalam Herdian (2009 : 2), menyatakan bahwa kelebihan problem posing ada 3 yaitu:

1. Dapat memperkaya serta memperkuat konsep-konsep dasar yang diterima.

2. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar.

3. Berorientasi pada pembelajaran yang didasarkan padapenyelidikan serta dapat memecahkan masalah.

(19)

Berdasarkan observasi di SMP Negeri 3 Bolo pada kelas VIII-A, masih terdapat peserta didik yang mengalami kesulitam untuk memehami beberapa konsep matematika yang diajarkan, dapat dilihat sebagai berikut:

1. Terdapat peserta didik yang tidak bisa mengklasifikasikan beberapa objek berdasarkan sifat-sifat pada pengurangan serta penjumlahan aljabar.

2. Sulit bagi beberapa siswa untuk memilih serta menggunakan prosedur tertentu.

3. Terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menjumlahkan serta mengurangi bentuk aljabar karena tidak menguasai konsep.

4. Masih kesulitan bagi siswa untuk mengerjakan soal mengenai penerapan aljabar.

Berdasarkan hasil observasi, metode ceramah digunakan untuk pembelajaran, sehingga aktivitas belajar siswa berkurang. Siswa tidak dilatih untuk mengajukan pertanyaan dan diskusi kelompok sendiri. Dan guru belum menerapkan pendekatan problem posing pada proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Problem Posing pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo”

(20)

6

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dapat diidentifikasikan beberapa masalah sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, sebagai berikut :

a. Peserta didik kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo masih kurang memahami konsep matematika.

b. Saat diajarkan oleh pengajar, peserta didik masih mengalami kesulitan untuk mengerti materi matematika.

c. Saat diberikan soal yang bervariasi siswa silit untuk memecahkannya d. Siswa kurang termotivasi serta berpartisipasi dalam mengikuti

pembelajaran matematika.

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Agar sasaran penelitian dapat tercapai maka dalam mengatasi masalah yang dikemukakan di atas dilakukan tindakan berupa penerapan pendekatan problem posing pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah dengan pendekatan Problem Posing dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo?”

(21)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini bertujuan:

“Untuk mengetahui apakah dengan pendekatan problem posing dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo.”

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Membantu dan mempermudah siswa-siswi VIII-A SMP Negeri 3 Bolo dalam memahami konsep matematika. Serta membantu siswa lebih aktif, minat belajar siswa bertambah, dan dapat membantu siswa untuk melihat masalah yang ada dan baru diterima sehingga siswa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih baik.

2. Bagi Guru

Memberikan gambaran kepada guru mengenai pendekatan problem posing. Membantu memilih alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menanamkan pemahaman konsep yang akurat dan efektif.

3. Bagi Sekolah

Memberikan nasehat untuk meningkatkan pembelajaran sehingga dapat mendukung pencapaian target kurikulum dan daya serap sesuai dengan yang diharapkan.

4. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman yang berharga, jika berpartisipasi langsung sebagai pendidik dapat dijadikan sebagai bekal kedepannya sehingga dapat lebih

(22)

8

mengoptimalkan aplikasinya dimasa yang akan datang sebagai bahan referensi dan membandingkannya dengan peneliti maupun pihak yang akan mengkaji isu- isu terkait dalam penelitian ini.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran dan mewujudkan pengertian dan pandangan yang berkaitan terhadap judul skripsi yang diusulkan, maka akan disertakan definisi-definisi istilah sebagai berikut :

1. Pemahaman konsep matematika

Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan untuk menguasi serta menangkap mengenai fakta-fakta yang mempunyai hubungan dengan makna tertentu. Pemahaman konsep amatlah penting bagi siswa karena dengan memahami kosep yang benar maka siswa dapat menyimpan, menyerap, serta menguasai materi yang dipelajari dalam waktu yang lama. Adapun indikator pemahaman konsep yang diamati yaitu : (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) mengklasifikasi beberapa objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (3) mengidentifikasi serta membuat contoh dan bukan contoh dari bentuk aljabar, (4) mengguanakan, memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

2. Hasil belajar matematika

Hasil belajar matematika merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran matematika yang diukur dalam bentuk nilai.

Indikator pencapainan prestasi belajar secara individu siswa di ukur melalui tes

(23)

tertulis yang tentang materi matematika yang diberikan kepada siswa dengan KKM ≥ 73.

3. Pendekatan problem posing

Pendekatan problem posing merupakan pendekatan yang menekankan pada pengajuan atau perumusan masalah oleh siswa berdasarakan informasi yang ada. Pembelajaran yang dilakukan pada pendekatan ini adalah dimana siswa diberikan tugas agar membuat pertanyaan serta jawaban sesuai pada informasi yang diterima.

(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matemaika

Belajar berarti perubahan persepsi serta tingkah laku, termasuk juga perbaikan tingkah laku. Menurut penelitian Djamarah dan Zain (2010) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman serta latihan.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2008) belajar adalah tahapan perubahan tingah laku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.

Perubahan ini bersifat positif karena bergerak ke-arah yang lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Oleh karena itu disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku secara sadar dan berkesinambungan, yang merupakan hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Tentunya belajartidak terpisahkan dengan pembelajaran. Pembelajaran merupakan deretan peristiwa yang mempengaruhi peserta didik, dan agar mudah berlangsungnya proses pembelajaran, menurut penelitian Gagne dan Briggs (Tengku Zahara Djaafar, 2001: 2). Selain itu, Mohammad Uzer Usman (2006:4) mengemukakan pembelajaran adalah proses yang meliputi rangkaian interaksi pengajar dan peserta diddk, yaitu keterkaitan yang terjadi dalam lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuannya.Menurut Erman Suherman (2003:26),belajar merupakan proses terbentuknya peserta didik itu sendiri, yang mengarah pada perkembangan manusia yang serba bisa.

(25)

Dapat ditarik kesimpulan berdasarkan uraian diatas, bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pengajar, serta sumber belajar yang membantu peserta didik belajar dengan baik. Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan serta tata cara penghitungan yang digunakan dalam menyelesaikan soal bilangan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan R.E. Reis, dkk. (1998: 2), bahwa

“mathematics is a study patterns andrelationship”. Akan tetapi selama ini matematika yang diajakan kepada peserta didik merupakan matematika sekolah.

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, menurut Erman Suherman, dkk. (2003: 55).

Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 346), tujuan pembelajaran matematika sekolah menengah adalah agar siswa memiliki kemampuan :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan hubungan antar konsep, dan menerapkan konsep atau algoritme dalam menyelesaikan masalah secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat.

2. Penalaran tentang pola dan atribut, dan melakukan operasi matematika saat menggeneralisasi, mengumpulkan informasi, atau menerangkan ide serta pernyataan matematika.

3. Pemecahan masalah, meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, memecahkan model dan menginterpretasikan pemecahan masalah yang diperoleh.

(26)

12

4. Mengkomunikasikan ide dengan tabe, grafik, simbol serta media lain untuk memperjelas situasi.

5. Terdapat sikap menghargai fungsi matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, peduli serta tertarik untuk belajar, dan memiliki ketahanan dan rasa .percaya diri dalam menyelesaikan pemecahan masalah.

Sesuai dengan tujuan tersebut, terlihat dalam proses belajar mengajar matematika, peserta didik tidak hanya mengingat fakta dan teori, tetapi juga mengabdikan diri untuk memahami konsep matematika berdasarkan logika, rasionalitas dan berpikir sistematis. Sesuai dengan kurikulum dan mentalitas siswa, guru harus dapat mengusulkan metode dan pendekatan pembelajaran yang efisien dan efektif untuk mengembangkan kreativitas serta kemampuan siswa.

2. Pemahaman Konsep Matematika

Comprehension atau pemahaman adalah kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan, mengeksekusi gagasan tanpa harus dikaitkan dengan gagasan lain, serta tanpa harus mempelajari gagasan secara mendalam (Rosyada, 2004).

Pemahaman juga dijelaskan sebagai kemampuan menggunakan kata-kata untuk menjelaskan hal-hal yang berbeda dari buku teks, kemampuan menjelaskan atau kemampuan menarik kesimpulan.

Menurut Hamalik “Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan- hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis”.

Sejalan dengan itu, pemahaman mengacu pada tingkat kepandaian untuk mengharapkan dapat mencerna konsep, situasi, dan fakta yang mereka ketahui.

Pada kasus ini, peserta didik tidak sekadar menghafal secara verbal, tetapi juga

(27)

memahami konsep atau fakta dari pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu operasionalnya dapat dapat dibedakan, diubah, disiapkan, disajikan, diatur, dijelaskan, diperagakan, dicontohkan, diperkirakan, ditentukan dan disimpulkan (Purwanto, 2010).

Akan lebih mudah bagi peserta didik untuk memahami materi selanjutnya apabila peserta didik telah menguasai materi prasyarat, oleh karena itu materi prasyarat sangatlah penting. Siswa yang mampu menguasai konsep serta dapat menemukan dan mempelajari masalah baru serta masalah yang berubah, menurut Bell (1981: 117). Selain itu, apabila anak memahami suatu konsep, mereka akan mampu mendorong perkembangan objek tersebut dalam berbagai situasi lain yang tidak digunakan dalam situasi pembelajaran tersebut (S.Nasution, 2005: 164).

Peserta didik terbiasa mendapatkan pemahaman berdasarkan pengalamannya.

Siswa terbiasa menggunakan pengalaman untuk memahami sekumpulan atribut yang terdapat maupun tidak terdapat oleh suatu benda. Dengan mengamati contoh serta bukan contoh peserta didik diharapkan mampu memahami konsep (Erman Suherman et al., 2003: 57).Pada saat yang sama, Orlich C. Donald et al. (2007:

151) menyatakan bahwa konsep yang diajarkan di kelas adalah memperkenalkan fakta atau contoh yang terikat dengan konsep yang akan dipelajari serta memberikan peserta didik kesempatanagar dapat menemukan konsep tersebut.

Agar dapat mengetahui kemampuan pemahaman konsep peserta didik diperlukan suatu indikator. indikator ini berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Wardhani (2008) indikator pemahaman konsep, yaitu:

(28)

14

1. Menyatakan kembali suatu konsep

2. Klasifikasikan objek berdasarkan sifat tertentu sesuai konsepnya.

3. Memberi contoh serta bukan contoh dari sebuah konsep.

4. Mengusulkan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. Merumuskan syarat cukup atau syarat perlu dari sebuah konsep.

6. Memanfaatkan, menggunakan serta memilih prosedur tertentu 7. Menerapkan algoritma atau konsep untuk memecahkan masalah.

Menurut Jihad dan Haris (2010) indikator pemahaman konsep, yaitu:

1. Nyatakan ulang suatu konsep

2. Klasifikasikan objek berdasarkan sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

3. Memberi contoh serta bukan contoh dari sebuah konsep.

4. Megusulkan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. Merumuskan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah.

Adapun indikator siswa yang memahami konsep matematik menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/Kep/PP/2004 tentang rapor :

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi objek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).

3. Memberi contoh dan noncontoh dari konsep

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

(29)

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil indikator pemahaman konsep matematis yaitu :

1. Menyatakan kembalisuatu konsep

Menyatakan kembali suatu konsep merupakan kemampuan siswa untuk menafsirkan kembali suatu konsep baik tulisan maupun lisan mengenai suatu materi yang dijelaskan.

2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsep Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya merupakan kemampuan siswa mengelompokan beberapa objek menurut jenisnya sesuai dengan sifat-sifat yang adadi dalam materi.

3. Memberikan contoh serta bukan contoh darikonsep.

Memberikan contoh serta bukan contoh dari konsep merupakan kemampuan peserta didik memisahkan contoh dari sebuah materiserta bukan contoh dari sebuah materi.

4. Menggunakan, memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur materi yang diajarkan.

(30)

16

5. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah prosedur adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan Problem Posing

Problem posing adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme. Inti teori tersebut adalah bahwa siswa sebagai peserta didik tidak sekadar memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengkontruksi pengetahuan secara pribadi dan aktif (Yaya S. Kusumah, 2004: 8). Dapat dikatakan bahwa problem posing merupakan bagian terpenting dari matematika. Hal tersebut berdasarkan pada pandangan Silver, Edward A et al. (1996: 293), yang menunjukkan bahwa

"masalah terletak pada sifat matematika dan pemikiran matematis".

Suryanto (Nursalam,2008) berpendapat bahwa problem posing adalah istilah dalam bahasa inggris yang artinya "merumuskan masalah (soal)" atau

"membuat masalah (soal)". Problem posing merupakan salah satu bentuk belajat mengajar matematika, dengan menekankan cara pemecahan masalah, juga mengembangkan keterampilan menggunakan mode berpikir matematis. Adapun pendapat Herdian (2009: 1), problem posing adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik menulis pertanyaan, menyusun pertanyaan serta memecahkan sebuah soal menjadi beberapa pertayaan yang lebih sederhana yang melibatkan pemecahan masalah.

Terdapat tiga definisi tentang problem posing dalam proses pembelajaran matematika menurut YayaS.Kusumah (2004: 9), yaitu:

(31)

1. Perumusan masalah matematika sederhana atau pengungkapan kembali masalah dikemukakan agar dapat menjawab masalah yang kompleks.

2. Mencarialternatif pemecahan yang relevan untuk menyelaisaikan rumusan masalah yang berkaitan dengan kondisi masalah yang dihadapi.

3. Rumusan masalah matematika sesuai dengan kondisi yang diberikan, baik itu disampaikan sebelum, selama, atau setelah kegiatan pemecahan masalah.

Berkaitan akan hal tersebut, Silver, Edward A dan Jinfa, Cai (1996: 523) berpendapat, terdapat tiga bentuk pengajuan soal yang diterapkan pada kegiatan kognitif matematika yang berbeda, yaitu:

1. Pre solution posing

Pre solution posing yaitu apabila peserta didik mebuat sebuah soal dari kondisi yang ada.

2. Within solution posing

Within solution posing yaitu, apabila peserta didik dapat menyusun kembali masalah tersebut sebagai sub-masalah baru, urutan penyelesaian dari sub- urutan tersebut sama dengan penyelesaian sebelumnya.

3. Post solution posing

Post solution posing yaitu apabila peserta didik telah merubah tujuan atau kondisi dari masalah yang telah selesai untuk memunculkan masalah baru.

(32)

18

Terdapat tiga kemungkinan respon siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru menurut Silver dan Cai (1996: 525), yaitu:

1. Pertanyaan matematika

Respon siswa berupa soal matematika yang diajukan mengandung masalah matematik yang berkaitan dengan keadaan yang diberikan.

Pertanyaan yang muncul bisa diselesaikan, tapi mungkin tidak bisa diselesaikan.

2. Pertanyaan non-matematika

Pertanyaan non-matematika tidak mengandung masalah matematika, juga tidak terkait dengan informasi yang terkandung dalam situasi tertentu.

3. Pernyataan

Apabila respon yang diberikan berupa pernyataan, berarti respon tersebut tidak mengandung soal matematika atau non-matematika.

Menurut Silver, Brown and Walter (English, Lyn D, 1997), keunggulan pendekatan problem posing adalah:

1. Membantu mengembangkan ilmu pengetahuan serta pemahaman siswa tentang konsep penting matematika.

2. Mendorong siswa untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab dalam pembelajaran mereka.

3. Meningkatkan rasa ingin tahu siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan problem posing adalah salah satu jenis belajar mengajar yang lebih menitik beratkan terhadap penemuan masalah yang lebih kompleks berupa

(33)

pertanyaan yang dikejakan peserta didik sendiri. Selama pembelajaran, peserta didik akan diinstruksikan agar mempelajari kondisi masalah yang diberikan, dalam berbagai bentuk misalnya diagram, gambar, benda buatan manusia. Sesuai dengan keadaan yang diberikan kepada peserta didik, guru melatih serta membimbing peserta didik untuk memecahkan masalah dari berbagai contoh.

Adapun langkah-langkah pendekatan problem posing menurut Amri (2013:13) adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan materi pelajaran.

2. Memberikan latihan soal secukupnya

3. Peserta didik mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikannya. Inidilakukan bersama kelompok.

4. Pertemuan setelahnya pengajar meminta peserta didik maju kedepan kelas untuk menyajikan soal temuannya.

5. Pengajar memberikan tugas rumah secara individual.

Sedangkan langkah-langkah pendekatan problem posing menurut Saminanto (Maulina, 2013 : 2021) adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan materi pembelajaran . 2. Guru memberikan latihan soal.

3. siswa diminta mengajukan soal

4. Secara acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuanya di depan kelas.

5. Guru memberi tugas rumah secara individu.

(34)

20

Adapun Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Posing menurut Nyimas Aisyah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pendekatan Problem Posing

Tahapan Aktivitas Guru dan Siswa

a. Pendahuluan

⮚ Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

⮚ Mengarahkan siswa pada pembuatan masalah

⮚ Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka

b. Pengembangan

⮚ Memberikan informasi tentang konsep yang dipelajari

⮚ Memberikan contoh soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dan cara membuat soal yang identik berdasarkan soal yang ada

c. Penerapan

⮚ Menguji pemahaman siswa atas konsep yang diajarkan dengan beberapa soal

⮚ Mengarahkan siswa mengerjakan soal tersebut Untuk membuat soal-soal yang identik berdasarkan soal-soal yang dibuat siswa

⮚ Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

d. Penutup

⮚ Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah

⮚ Menyimpulkan hasil pembelajaran Sumber: Nyimas Aisyah (Jurnal Forum MIPA UNSRI)

Berdasarakan pendapat beberapa ahli tentang langkah-langkah pembelajaran pendekatan problem posing maka dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada pendapat Nyimas Aisyah yaitu langkah-langakah pembelajaran dengan pendekatan problem posing terdapat empat tahapan:pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.

Dalam setiap pelajaran pasti ada kelebihan atau keunggulan, dan kekurangan atau kelemahan. Menurut Rahayuningsih (Sutisna, 2002:18), keunggulan dan kelemahan dalam pendekatan problem posing antara lain:

a. Keunggulan problem posing adalah sebagai berikut:

(35)

1) Kegiatan pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi menuntut siswa untuk berpartisipasi secara aktif.

2) Siswa lebih tertarik dalam belajar matematika, dan karena mereka bertanya sendiri, mereka lebih mudah untuk memahami masalah.

3) Mendorong semua siswa untuk berpartisipasi aktif dalam membuat soal.

4) Dengan membuat soal akan mempengaruhi keahlian siswa dalam memecahkan masalah

5) Membantu peserta didik memperhitugkan masalah yang ada danbaru diterima, sehingga memperoleh pemahaman yang makin dalam dan makin bagus, serta memikat peserta didik agar mengemukakan gagasan kreatif dari ilmu yang telah dipelajari serta memperluas pengetahuannya, peserta didikjuga dapat mengerti soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.

b. kelemahan problem posing sebagai berikut:

1) Pengajar akan lebih mempersiapkan materi yang disampaikan.

2) Materi yang disampaikan sedikit dikarenakan waktu lebih banyak digunakan untuk membuat soal dan penyelsainnya.

Berdasarkan problem posing di atas, dapat disimpulkan oleh penulis bahwa problem posing adalah suatu pendekatan dimana siswa diajar mengajukan pertanyaan dengan bahasa, kemampuan dan pemahaman siswa itu sendiri, berdasarkan penjelasan atau fakta yang diberikan. Saat pembelajaran menggunakan problem posing ini, siswa dituntut untuk membuat/mengajukan pertanyaan sekreatif mungkin, agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan guru dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

(36)

22

4. Kaitan antara Pendekatan Problem Posing dengan Pemahaman Konsep Matematika

Untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematika problem posing merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang data diterapkan.

Pembelajaran dengan pendekatan problem posingmerupakan pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk membentuk / mengajukan pertanyaan berdasarkan informasi atau kondisi yang diberikan. Informasi akan diproses di dalam pikiran dan setelah dipahami, siswa akan dapat mengajukan pertanyaan. Dengan adanya tugas penyerahan atau pengajuansoal (problem posing) akan mengarah pada pembentukan pemahaman konsep yang lebih kokoh pada siswa mengenai materi yang telah diberikan. Kegiatan ini akan membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam membentuk pengetahuannya dan pada akhirnya pemahamannya akan konsep matematika semakin baik.

5. Materi Fatorisasi Suku Aljabar a. Definisi Faktorisasi

Faktorosasi aljabaradalah merubahbentuk penjumlahan suku-suku aljabar kedalam bentuk perkalian faktor-faktornya.

b. Bentuk-bentuk Faktorisasi Suku Aljabar

 Distributif

ab + ac = a (b + c)

ab – ac = a (b – c), dengan a merupakan faktor suku aljabar yang sama.

(37)

 Selisih Dua Kuadrat a2 – b2 = (a + b) (a – b)

 Kuadrat Sempurna a2 + 2ab + b2 = (a + b)2 a2 – 2ab + b2 = (a – b)2

 Bentuk ax2 + bx + c, dengan a = 1

ax2 + bx + c = (x + p) (x + q), dengan syarat : pq = c dan p + q = b

 Bentuk ax2 + bx + c, dengan a  1 ax2 + bx + c = ( )( )

dengan syarat : pq = ac dan p + q = b

 Menyederhanakan Pecahan Aljabar

B. Kerangka Pikir

Saat mempelajari matematika, sangat penting bagi siswa untuk memahami konsep-konsep matematika. Karena konsep matematika saling terkait, sehingga harus dipelajarinya secara berurut dan berkesinambungan. Apabila peserta didik mampu memahami konsep dasar matematika, maka akan lebih mudah untuk mempelajari konsep matematika selanjutnya yang lebih rumit.

Namun demikian, sebagian besar pserta didik masih sering mengalami kesusahan dalam memahami materi yang diajarkan. Terlebih jika siswa dibeikan sedikit soal yang bervariasi serta membutuhkan penalaran yang lebih. Hanya sedikit peserta didik yang dapat menjawab dengan benar, dan meskipun demikian siswa tersebut dianggap lebih pintar dari siswa lain di kelas.

(38)

24

Meningkatkan pemahamana konsep tentunnya tidak lepas dari kemampuan guru dan siswa dalam berinteraksi pada setiap mata pelajaran yang diajarkan serta yang diterima oleh siswa. Dalam proses interaksi tersebut sekirannya memperhatikan strategi belajar mengajar yang digunkan sehingga motivasi dan keaktifan belajar siswa dapat menjadi lebih baik yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa itu sendiri.

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah di atas adalaha dengan menerapkan pendekatan problem posing dimana, pendekatan problem posing merupakan suatu pembelajaran dimana siswa diminta untuk mengajukan masalah (problem) berdasarkan situasi yang diberikan. Dalam hal ini di butuhkan kemampuan siswa menggali masalah lalu membuat peratanyaan terhadap materi dan siswa lainnya akan menjawab masalah yang diajukan. Dengan adanya pendekatan problem posing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

(39)

Gambar 2.1: Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesa tindakan penelitian ini adalah: “Jika pendekatan problem posing diterapkan dalam pembelajaran matematika maka pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo dapat meningkat.”

(40)

26 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang akan dilakukan minimal 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yang meliputi: Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Untuk dapat meningkatkan kemapuan pemahaman konsep dan hasil belajar matematika peserta dididk, maka tindakan yang diberikan adalah pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan problem posing.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Bolo yang terdiri dari 20 siswa yaitu 11 perempuan dan 9 laki-laki, semester genap tahun ajaran 2020/2021. Dimana SMP Negeri 3 Bolo bertempat di Jln. Lintas Donggo, Desa Rada, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

C. Desain Penelitian

Desain tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini merupakan model tindakan kelas spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Krisyanto, (2011). Berikut diagramnya :

(41)

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi'uddin, 1996), penelitian tindakan dapat dipandang sebagai siklus spiral dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, kemudian dilanjutkan ke siklus spiral berikutnya.

Dengan cara ini, peneliti dapat mengembangkan rencana tindakan berdasarkanobservasi awal sehingga peneliti dapat segera melaksankan tahapan tindakan. Namun terdapat beberapa peneliti yang sudah mempunyai sekumpulan data, sehingga mereka memulai kegiatan pertama kali dari kegiatan refleksi.

Namun peneliti memulai penelitian pendahuluan dari tahap refleksi awal sebagai dasar untuk merumuskan masalah penelitian. Berikutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Untuk penelitian ini, peneliti berada langsung pada tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

D. Prosedur Penelitian

Rencana penelitian dilakukan selama dua siklus, namun siklus akan berlanjut apabila indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tidak mendapatkan hasil yang cukup. Namun apabila hasil penelitian yang didapat mencukupi indikator keberhasilan penelitian maka siklus akan dapat dihentikan. Setiap siklus

(42)

28

meliputi empat bagian tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Adapuntahapan-tahapan dalam setiap siklus diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Adapun beberapa tugas yang dilaksanakan tahap perencanaan yaitu:

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan pendekatn yang akan digunakan dan materi yang diajarkan.

2) Menyiapkan tes untuk diujikan pada akhir siklus.

3) Siapkan tabel observasi untuk melihat dan menggunakan pendekatan problem posing.

b. Tahap Pelaksanaan

Selesai tahapan perencanaan disusun, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau implementasi. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini berpedoman pada rancangan RPP dan disusun berdasarkan tindakan yang akan dilakukan yaitu pendekatan problem posing.

c. Tahap Observasi

Saat tindakan dilakukan maka tahapan observasi atau observasi dilakukan secara bersamaan. Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran.

Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini adalah melihatsertamenulis segala keadaan yang perlu dan berlangsung selama pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini yang melakukan observasi adalah observer dan peneliti merupakan gurunya.

(43)

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan tahapan refleksi untuk menelaah secara keseluruhan semua tindakan yang dilakukan sesuai temuan dari data yang didapatkan. Penyelesaianmasalah yang dicari pada tahap ini adalah memperbaiki setiap indikator kegiatan dan menyiapkan bahan ajar dengan tepat. Pada tahap ini ketuntasan hasil belajar secara klasikal ≤75%, serta indikator pemahaman konsep matematika siswa sudah cukup. Hasil yang direfleksikan dapat digunakan sebagai penentu untuk memberikan langkah-langkah yang lebih tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut pada Siklus II.

2. SIKLUS II

a. Tahap Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu:

1)Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) berdasarkan kelebihan dan kekurangan siklus pertama.

2) Menyiapakan tes akan diujikan pada akhir siklus.

3) Menyiapkan rancangan observasi untukmengetahui peningkatan kemapuan pemahaman konsep dari siklus sebelumya.

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP pada tahap perencanaan, dimana tindakan telah disusun dan dikoreksi dari tindakan sebelumnya pada siklus pertama dengan melibatkan tindakan yang akan dilakukan yaitu pendekatan problem posing.

(44)

30

c. Tahap observasi

Saat melakukan suatu tindakan, tahapan observasi atau pengamatan dilakukan secara bersamaan. Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini yaitu mengamati serta mencatat segala keadaan yang dibutuhkan yang berlangsung selama pelaksanaan tindakan sebagai catatan di lapangan dan yang bertindak untuk melakukan observasi merupakan observer serta guru merupakan penelitinya.

d. Tahap refleksi

Tahapan Refleksi yaitu peneliti akan melakukan aktivitas refleksi untuk menganalisis secara keseluruhan terhadap seluruh tindakan yang diambil berdasarkan data yang didapat. Peningkatan hasil diperoleh pada siklus ini diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian yaitu ketuntasan hasil belajar klasikal ≥75% serta indikator kemampuan pemahaman konsep dan angket respon siswa tergolong dalam kategori tinggi.

Selain itu, nilai aktivitas guru dan siswa juga diharapkan berada pada kategori baik sehingga penelitian dapat dihentikan pada tahap siklus II. Namun jika belum mencapai ketuntasan pembelajaran klasikal maka siklus akan berlanjut ke siklus berikutnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka penelitian ini adalah:

(45)

1. Lembar Pengamatan (observasi)

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman bagi peneliti dan pengamat untuk mengamati kemajuan siswa di dalam kelas. Lembar observasi disusun berdasarkan pendekatan problem posing yang diusulkan sesuai berdasarkan langkah-langkah pembelajaran problem posing.

2. Tes

Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika. Format soal tes adalah berupa soal esai. Pertanyaan dibuat sesuai dengan indikator pemahaman konsep matematika. Pertanyaandibuat agar dapat menilai setiap indikator pemahaman konsep.

3. Angket Respon Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing.

Angket ini terdiri dari 2 alternatif jawaban yaitu, setuju (S), dan tidak setuju (TS).

F. Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi

Mengumpulkan data observasiyang didasarkan pada lembar observasi yang telah dirancang. Melakukan observasi yaitu untuk mengetahui semua kegiatan peserta didik di dalam kelas selama prosedur pembelajaran terjadi. Observer mencatat semua aktivitas yang berlangsung selama pembelajaran pada lembar keterlaksanaan pembelajaran peserta didik yang telah disiapkan.

(46)

32

2) Tes

Tes pada penelitian inidilakukan pada setiap akhir siklus, meliputi pengujian siklus I dan pengujian siklus selanjutnya.

2) Angket Respon Siswa

Angket respon siswa pada penelitian ini akan diberikan pada akhir siklus G. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, langkah pertama yang harus dilakukan adalah merangkum, memusatkan data pada hal penting serta menghilangkan data tidak berpola berdasarkan data yang diamati. Adapun proses analisis data pada penelitian ini yaitu:

1. Analisis Data Observasi

Datayang diperoleh dari hasil observasi mengenai terlaksananya pembelajaran matematika melalui pendekatan problem posing berdasarkan lembar observasi adalaha data observasi. Pada setiap pertemuan, peneliti mengamati terlaksananya kegiatan belajar mengajar matematika menggunakan pendekatan problem posing. Data tersebut akan dianalisis, untuk jawaban "ya", skornya adalah 1 (satu), dan untuk skor "0 (nol)", jawabannya adalah "tidak". Cara menghitung skor persentase yaitu:

= Keterangan :

= Rata-rata persentase skor observasisetiap pertemuan

(47)

a = Total skor yang diperoleh setiap pertemuan b = Total skor maksimal setiap pertemuan

Setelahnya akan dihitung rata-rata persentase skor observasi setiap siklus setelah itu dikelompokanberdasarkan kriteria hasil persentase skor observasi yaitu seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Hasil Persentase Skor Observasi

Rentang Skor Kriteria

0 %≤ ≤33,33 % Rendah

33,34 % ≤ ≤66,67 % Sedang 66,68 % ≤ ≤100 % Tinggi = rata-rata persentase skor observasi setiap siklus Sumber: Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin A.J, 2004: 18-19 2. Analisis Data Hasil Tes

Untuk mengalisis hasil tes pada siklus pertama dilakukan langkah- langkah berikut:

a. Tes hasil pemahaman konsep matematika

Tes hasil pemahaman konsep matematika yaitu dengan menggunakan kriteria penskoran untuk tes pemahaman konsep. Adapun kriteria penskorannya adalah pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

Skor Kriteria Penskoran

0 Tidak ada jawaban

1 Tidak menunjukan pemahaman tentang konsep serta prinsip terhadap soal matematika

2 Pemahaman konsep dan prinsip soal matematika sangat terbatas, dan kebanyakan jawaban mengandung perhitungan yang salah

(48)

34

3 Pemahaman konsep dan prinsip soal matematika kurang lengkap, serta jawabannya mengandung perhitungan yang salah

4 Pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir selesai, penggunaan istilah sertasimbol matematika hampir benar, penggunaan algoritma sudah lengkap, dan perhitungan secara umum benar tetapi mengandung sedikit kesalahan

5 Memahami konsep dan prinsip pada soal matematika secara lengkap, menggunakan istilah dan simbol secara tepat, dan menggunaan algoritma secara lengkap dan benar, serta perhitungan yang benar.

Sumber: Toha, 2011 :14

b. Rumus berikut digunakan untuk mengitung rata-rata pencapaian peserta didik pada setiap indikator pemahaman konsep :

c. Rumus berikut digunakan untuk menghitung persentase pencapaian seluruh siswa untuk setiap indikator pemahaman konsep:

=

d. Untuk menghitung rata-rata persentase pemahaman konsep siswa digunakan rumus sebagai berikut :

Z =

Kriteria persentase rata-rata hasil tes siswa ditentukan setelah memperoleh rata-rata persentase pemahaman konsep peserta didik. Tabel kriteria persentase rata-rata hasil tes adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Kriteria Persentase Hasil Tes

Rentang Skor Kriteria

0% ≤ Z ≤33,33% Rendah 33,34% ≤ Z ≤66,67 % Sedang 66,68 % ≤ Z ≤100 % Tinggi

(49)

Sumber: Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin A.J, 2004: 18-19 e. Penilaian untuk ketuntasan belajar

Pada penelitian ini ketuntasan belajar dibagi menjadi dua kategori yaitu ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal. Ketuntasan individu diperoleh dari KKM untuk pembelajaran matematika yang ditentukan oleh sekolah yaitu 73. Jika seorang siswa memiliki skor minimal 73 dan skor melebihi 73, mereka dianggap tuntas secara individu. Sedangkan ketuntasan pembelajaran klasikal menilai tahap keberhasilan belajar siswa secara keseluruhan.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal adalah sebagai berikut:

P =

Sumber: Agung Purwoko, 2001 :130 Keterangan :

P = Persentase Ketuntasan

Jika persentase siswa yang tuntas belajar atau siswa dengan skor lebih besar atau sama dengan 75% dari jumlah siswa, hal tersebut menandakan ketuntasan belajar klasikal berhasil. Untuk perencanaan pada tahap selanjutanya serta pada pertemuan dan siklus selanjutnya dapat digunakan berdasarakan dari hasil analisisnya.

3. Analisis Data Angket Respon Siswa

Dalam menganalisis data respon siswa, peneliti menggunakan persentase.

Untuk memperoleh respon pribadi siswa dihitung dengan cara menghitung

(50)

36

jawaban setiap siswa dan kemudian diubah dalam bentuk persentase, sedangkan untuk memperoleh respon siswa secara keseluruhan caranya adalah dengan menghitung rata-rata jawaban seluruh siswa kemudian diubah kedalam bentuk persentase. Setelah rata-rata persentase didapatkemudian mencocokan dalam kriteria pedoman penilaian. Adapun tabel kriteria angket respon siswa sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Angket Respon Siswa

Rentang Skor Kriteria

0% ≤AR ≤ 33,33% Rendah

33,34% ≤AR ≤66,67 % Sedang 66,68 % ≤ AR ≤ 100 % Tinggi

Sumber: Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin A.J, 2004: 18-19 H. Indikator Keberhasilan

1. Terdapat peningkatan nilai persentase rata-rata pemahaman konsep peserta didik dari siklus 1 ke siklus selanjutnya dan tergolong dalam kategori tinggi yaitu skor dimulai dari 66,68%, berdasarkan padaskor tes akhir siklus yang diberikan.

2. Persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal Mencapai 75%

dari jumlah keseluruhan siswa yang telah lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai ≥73.

3. Respon siswa dikatakan efektif apabila persentase respon siswa mencapai kriteria tinggi.

(51)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 1 februari sampai dengan tanggal 18 0ktober 2021. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setipa siklus dilakukan dalam 2 kali pertemuan,pertemuan pertama dialokasikan waktunya 2x40 menit dan pertemuan kedua 3x40 menit.

Tabel berikut menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajaran matematika pada kegiatan penelitian VIII A SMP Negeri 3 Bolo.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran

Siklus Hari/Tanggal Pukul Materi Pembelajaran

1

Selasa,

2 februari 2021 07.30 – 08.50

Pengertian faktorisasi dan Bentuk aljabar yaitu, bentuk distributif, bentuk selisih dua kuadrat, dan bentuk kuadrat sempurna.

Rabu,

3 februari 2021 07.30 – 08.50

Bentuk aljabar yaitu, bentuk dan , Menyederhanakan pecahan aljabar

Rabu,

3 februari 2021 08.50 – 09.30 Tes Siklus 1

2

Selasa,

9 februari 2021 07.30 – 08.50

Pengertian faktorisasi dan Bentuk aljabar yaitu, bentuk distributif, bentuk selisih dua kuadrat, dan bentuk kuadrat sempurna

Rabu,

10 februari 2021 07.30 – 08.50

Bentuk aljabar yaitu, bentuk dan , Menyederhanakan pecahan aljabar Rabu,

10 februari 2021 08.50 – 09.30 Tes Siklus 2

(52)

38

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus pertama dan kedua meliputi empat tahapan antara lain perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Berikut merupakan uraian penelitian tindakan kelas melalui penerapan pendekatan problem posing yang dilaksanakan pada setiap siklus:

1) Siklus 1

Pembelajaran pada siklus I dilakukan dalam dua pertemuan, dan tes dilakukan pada akhir siklus. Materi pembelajaran yang disiapkan pada siklus I antara lain pengertian faktorisasi serta bentuk aljabar yaitu, bentuk distributif, bentuk selisih dua kuadrat, dan bentuk kuadrat sempurna, bentuk dan , Menyederhanakan pecahan aljabar. Adapun tahapan yang dilaksanakan pada siklus pertamaantara lain:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti akan menyusun rencana yang dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas. Rencana tindakan yang disiapkan untuk pertemuan ini adalah:

1) Melaksanakan observasi awal pada kelas tempat penelitian.

2) Mengadakan sosialisasi rencana dan maksud penelitian untuk memaksimalkan hasil dan keterlibatan guru dan siswa.

3) Menelaah kurikulum SMP kelas VIII pada mata pembelajaran matematika.

(53)

4) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan dengan menggunakan pendekatan problem posing.

5) Penyusunan lembar kerja siswa (LKS) dengan materi pembelajaran faktorisasi suku aljabar dengan sub materi berdasarkanjadwal pembelajaran pada tabel 4.1.

6) Soal tes siklus disusun berupa soal esaiyang terdiri dari 5 soal dengan materi pembelajaran faktorisasi suku aljabar.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan Pertama

Pada tanggal 2 Februari 2021 pertemuan pertama dilaksanakan dengan materi pembelajaran pengertian faktorisasi suku aljabar dan bentuk aljabar distributif, bentuk selisih dua kuadrat, dan bentuk kuadrat sempurna. Proses pembelajaran dilaksanakan selama jam pelajaran 1-2, dimulai dari pukul 07.30 - 08.50 akan tetapi masih ada siswa yang terlambat sehingga pembelajaran terhambat dan masih ada siswa yang sibuk dengan kegiatan yang lain, Setelah guru menasihatinya, siswa menjadi tenang dan mengikuti proses pembelajaran.

Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberitahukan pendekatan yang digunakan pada proses pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan problem posing.

Adapun Situasi pembelajaran dari pertemuan pertama yaitu sebagai berikut:

(54)

40

a) Presentasi kelas

Guru menyampaikan materi mengenai pengertian faktorisasi suku aljabar dan bentuk distributif secara singkat serta memberikan contoh mengenai materi tersebut.

b) Kerja Kelompok

Kelompok dibagi menjadi 5 bagian yang terdiri dari 4 orang peserta didik.

Siswa mengerjaagkan LKS 1 dengan cara berdiskusi. Siswa diberikan waktu selama 15 menit untuk menanyakan apa yang tidak dipahami siswa setelah itu siswa diberikan waktu 20 menit untuk mendiskusikan soal pada LKS yang telah diberikan. Pada saat mengerjakan LKS terutama pada saat pembuatan soal beserta jawabanya ada beberapa kelompok masih kesulitan membuat soalnya sehingga diberikan waktu tambahan. Selain itu guru berkeliling dan memantau kelompok, terdapat beberapa siswa di kelompok yang tidak berdiskusi dengan teman kelompoknya dan juga ada yang mengerjakan hal yang lain yang tidak sesuai dengan LKS.

Setelah menyelesaikan LKS 1, beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, selanjutnya tiap kelompok diminta untuk menulis soal yang telah dibuat di LKS 1, dimulai dari kelompok A setelah itu disuruh kepada anggota kelompok B untuk menjawab di depan kelas, lalu kelompok B menulis soalnya dipapan tulis setelah itu kelompok C menjawabnya, dan kemudian kelompok C menulis soal kelompok D menjawab, dan kelompok D menulis soal

(55)

kelompok E yang menjawabnya, dan kelompok E menulis soal kelompok A yang menjawab.

c) Penghargaan kelompok

Kelompok yang diberikan penghargaan yaitu kelompok A dan B dimana kelompok ini berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan berhasil mendemonstrasikan hasil diskusi kelompok serta mampu menjawab pertanyaan kelompok lain.

Setelah pembelajaran selesai guru menyuruh salah satu siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dan menutup pembelajaran serta memberikan informasi ke siswa bahwa besok akan diadakan tes tapi pada jam pelajaran ke 3.

2) Pertemuan Kedua

Pada tanggal 3 februari 2021 pertemuan kedua dilakukan dengan materi pembelajaran bentuk aljabar, bentuk dan , Menyederhanakan pecahan aljabar. Proses pembelajaran dilakukan selama jam pelajaran ke 1 dan 2 yang diawali pada pukul 07.30 – 08.50 akan tetapi siswa belum menyapu ruang kelas dan masih ada siswa yang terlambat sehingga pembelajaran terhambat setelah itu guru masuk dalam kelas dan beberapa siswa masih asik dengan kegiatannya masing-masing dan tidak menghiraukan guru, setelah guru menegurnya siswa menjadi tenang.

Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberitahukan pendekatan yang digunakan pada proses pembelajaran yang

(56)

42

digunakan yaitu pendekatan problem posing. Serta mengingatkan kembali bahwa akan dilaksanakan tes pada jam pelajaran 3.

Adapun situasi pembelajaran dari pertemuan kedua yaitu sebagai berikut:

a) Presentasi kelas

Guru menjelaskan materi mengenai bentuk dan , Menyederhanakan pecahan aljabar secara singkat dan memberikan contoh soal.

b) Kerja Kelompok

Siswa diminta untuk membentuk kelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama, lalu guru membagikan LKS 2 dan siswa diminta untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan bersama anggota kelompoknya. Pada pertemuan ini siswa lebih tenang. Hal ini disebabkan guru meminta serta mengingatkan siswa agarberdiskusi dan bekerja sama dengan teman kelompoknya. Meski ada sebagian peserta didik yang tidak siap dan kurang bersemangat, beberapa siswa juga berbicara dengan siswa lain di luar materi yang diajarkan.

Ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS 2 masih ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya kepada guru dan bertanya pada kelompok lain, sehingga membuat diskusi kelompok lain terganggu. Setelah itu guru menghampiri kelompoknya, menanyakan kesulitan yang mereka hadapi, dan meminta kelompok untuk berdiskusi kembali dengan teman-temannya. Setelah 20 menit siswa dipersilahkan untuk presentasi terlebih dahulu namun urutannya

Referensi

Dokumen terkait

Dengan bertambahnya jumlah cabang restoran dapur sunda membuktikan bahwa restoran ini sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Semakin berkembangnya sebuah usaha maka

itu, spora tumbuh dengan ukuran yang lebih panjang karena akan berfungsi. sebagai

Sebagaimana penjelasan pada ayat (1), Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang dilaksanakan oleh masyarakat baik secara kelompok maupun perseorangan maupun kelompok yang

Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengenalan suara, dengan judul Penerapan Model Codebook untuk Transkripsi Suara ke Teks dengan Ekstraksi Ciri

Sedangkan pada kategori bahwa transportasi yang mudah menjangkau lokasi, sebanyak 63 responden menyatakan bahwa transportasi yang mudah untuk menjangkau lokasi

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi ekonomi makro sektor perikanan di Kota Padang, menganalisis potensi keberlanjutan dan bentuk pengelolaan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini ialah simpanan karbon, dengan judul Model Dinamika Simpanan Karbon dari Perubahan

Berdasarkan evaluasi administrasi, teknis, harga dan kualifikasi pada Paket Pengadaan dibawah ini maka ULP-Pokja Pengadaan Barang/Jasa menyusun calon pemenang sebagai