• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS DI KECAMATAN GAROGA KABUPATEN TAPANULI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS DI KECAMATAN GAROGA KABUPATEN TAPANULI UTARA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPENGARUHI FERTILITAS DI KECAMATAN GAROGA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh :

VANDI AZRIAN HASIBUAN NIM : 150501008

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan, usia nikah pertama, pendapatan keluarga dan jam kerja Terhadap fertilitas di Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara.Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang mana data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung maupun kuesioner dan data sekunder diperoleh dari BPS,kantor kecamatan dan instansi lainnya.alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisi linear berganda dengan menggunakan uji asumsi klasik.hasil dari regresi menunjukkan bahwa secara simultan pendidikan, usia nikah pertama, pendapatan keluarga dan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap fertilitas.dan secara partial Variabel pendidikan berpengaruh signifikan dan berhubungan negative terhadap Fertilitas,Usia Nikah Pertama tidak berpengaruh signifikan tetapi berhubungan negatif terhadap fertilitas,Pendapatan Keluarga berpengaruh signifikan dan berngaruh positif terhadap Fertilitas danJam Kerja tidak berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap Fertilitas.

(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of education, first marriage age, family income and working hours on fertility in Garoga Subdistrict, North Tapanuli Regency. This study uses primary data and secondary data where primary data is obtained through direct interviews and questionnaires and secondary data is obtained. from BPS, sub-district offices and other agencies. the analytical tool used in this study is multiple linear analysis using classical assumption. The results of the regression indicate that simultaneous education, first marriage age, family income and working hours have a significant effect on fertility and partially the education variables have a significant effect and are negatively related to Fertility, First Marriage Age has no significant effect but negatively related to fertility, Family Income has a significant effect and has a positive effect on Fertility and Uninterrupted Working Hours h is significant and positively related to Fertility.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat berkelimpahan yang dicurahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah (skripsi) ini dengan baik dan sesuai harapan penulis mulai dari memulai hingga mengahiri tulisan ini.

Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas di Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh geklar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Strata satu (S1) Ekonomi Pembangunan,Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bnimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua ppihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak prof. Dr. Ramli, SE, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP. Selaku ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

(8)

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan yang membangun untuk penyelesaian skripsi ini.

4. Dr.,Dra. Murni Daulay, M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik yang juga turut serta memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, S.E.,M.Si. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu yang bermanfaat kepada saya.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam kelengkapan administrasi.

8. Ayah dan Ibu saya yang sangat saya cintai yang tidak henti hentinya memberikan dorongan atau motivasi selama penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat saya yaitu Viktor Parulian Siregar dan Boy Saragih yang telah menemani, membantu dan memotivasi saya dalam penyusunan Skripsi ini.

10. Teman saya terkhusus buat Sonly Surya Hati Gultom yang setia menemani saya serta memberikan kritik maupun saran yang membangun selama pengerjaan skripsi ini.

11. Kepada teman teman stambuk 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,yang telah memberi semangat dan dukungan.

(9)

12. Dan kepada semua pihak yang telah berpartisiapsi dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sebagai bahan masukan sehingga dapat berguna baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Medan, juli 2019 Penulis,

Vandi Azrian Hasibuan NIM. 150501008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

ABSTRAK………...ii

Kata Pengantar………..iv

Daftar isi ... vi

Dartar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Penelitian Terdahulu ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Teori Kependudukan ... 13

2.2 Teori Fertilitas ... 14

2.3 Teori Pendidikan ... 16

2.4 Usia Nikah Pertama... 18

2.5 Pendapatan Keluarga ... 19

2.6 Jam Kerja ... 20

2.7 Pasangan Usia Subur ... 21

2.8 Hubungan Antara Variabel Dependen Dengan Variabel Independen ... 22

2.8.1 Pengaruh Pendidikan Terhadap Fertilitas Pasangan Usia Subur . 22 2.8.2 Pengaruh Usia Nikah Pertama Terhadap Fertilitas Pasangan usia Subur ... 23

(11)

2.8.3 Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Fertilitas Pasangan Usia

Subur ... 25

2.8.4 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Fertilitas Pasangan Usia Subur ... 25

2.9 Kerangka Konseptual ... 26

2.10 Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian ... 29

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4 Populasi dan Sampel ... 30

3.5 Metode Analisis Data ... 31

3.6 Defenisi Operasioinal Variabel ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Umum Objek yang Diteliti ... 36

4.1.1 Letak Geografis ... 36

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 37

4.2 Hasil Pengilahan Data ... 41

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 41

4.2.2 Analisis Linear Berganda ... 46

4.2.3 Uji Hipotesis ... 48

4.2.4 Uji Partial (Uji t) ... 49

4.2.5 Koefisien Determinasi ... 50

4.3 Pembahasan ... 51

4.3.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Fertilitas ... 51

4.3.2 Pengaruh Usia Nikah Pertama terhadap Fertilitas ... 52

4.3.3 Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Fertilitas... 53

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kecamatan Dari Tahun

2013 Hingga 2015 ... .5

Tabel 1.2 Data Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Dari Tahun 2010 Sampai Tahun 2016………...……6

Tabel. 4.1 Tingkat Pendidikan responden………...………37

Tabel 4.2 Usia Nikah Pertama Responden……….38

Tabel 4.3 Pendapatan Keluaraga Responden……….39

Tabel 4.4 Jam Kerja Responden……….…………40

Tabel 4.5 Jumlah Anak dari Responden………..………..41

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas……….…….44

.. Tabel 4.7 Uji Autokorelasi……….………..46

Tabel 4.8 hasil uji regresi……….…….47

Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan (Uji F)……….…48

Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial (Uji t)………….………49

. Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ( )……….….……51

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27

Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas ... 45

Grafik 4.1 Grafik Histogram ... 42

Grafik 4.2 Grafik Histogram Normal P-Plot ... 43

(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap Negara didunia pastinya mengalami permasalahan ekonomi.terutama masalah ekonomi yang terjadi di Negara sedang berkebang seperti Indonesia.tidak hanya pada masalah ekonomi yang terbelenggu dalam tatanan lingkungan ekonomi dunia yang cenderung merugikan tetapi masalah yang dihadapi negara sedang berkembang meliputi permasalahan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Pertambahan jumlah penduduk yang terlalu meningkat apa lagi tidak disertai dengan pembangunan yang baik maka akan menciptakan suatu masalah baru.

Pada dasarnya aspek kependudukan merupakan hal paling penting dalam suatu pembangunan karena penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam hal ini peran penduduk sangat penting, sehingga kualitas penduduk perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang melekat, dan perwujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk mengatur kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan.Indonesia sebagai salah satu negara yang masih berada pada tahap negara berkembang dalam melaksanakan proses pembangunannya dihadapkan pada berbagai masalah yang berkaitan erat dengan masalah kependudukan.

Penduduk yang berkualitas penduduk yaitu yang meliputi jumlah, struktur komposisi dan pertumbuhan penduduk yang ideal melalui pengendalian angka kelahiran.Penduduk yang berkualitas sangat penting dalam suatu pembangunan.

menurut (Lucas, 1990) kuantitas penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk yang ideal melalui pengendalian angka kelahiran,

(16)

penurunan angka kematian, dan persebaran penduduk yang merata.Jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan tempat) karena ketiga variabel tersebut merupakan komponen- komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk.

Sebagaimana diketahui bahwasanya jumlah penduduk sangat dipengaruhi oleh fertilitas.Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi. Apabila angka fertilitas lebih besar dari angka kematian maka pertumbuhan akanmenjadi positif maka secara otomatis pertumbuhan penduduk semakin akan lebih banyak. Tingkat pertumbuhan penduduk dilihat dari tingkat fertilitasnya yang ada pada suatu negara.

Di Negara sedang berkembang jumlah penduduk yang besar secara kuantitatif tidak disertai dengan kualitas yang memadai. Ini mengakibatkan penduduk menjadi beban pembangunan disegala aspek baik pembangunan secara ekonomi dan pembangunan ekonomi secara sosial.Sedangkan di Negara maju, jumlah penduduk yang besar disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tinggi.

Salah satu negara berkembang adalah Indonesia yang dalam melaksanakan proses pembangunannya dihadapkan pada berbagai masalah yang berkaitan erat dengan masalah kependudukan. Meskipun dalam beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan mengalami banyak penurunan, namun tetap saja jumlah penduduk Indonesia tergolong tinggi.Secara nasional, pertumbuhan ekonomi diharuskan lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk.Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat tingkat fertilitas (kelahiran) yang tinggi. Pertambahan penduduk yang besar akan mempunyai dampak terhadap berbagai aspek kehidupan.

(17)

Kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat tingkat fertilitas (kelahiran) yang tinggi.Pertambahan penduduk yang besar akan mempunyai dampak terhadap berbagai aspek kehidupan. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya, dimana masyarakat Indonesia berinteraksi sedemikian rupa dengan sistem ekologi secara dinamis, sehingga pilihan pilihan bagi generasi yang akan datang masih tetap terbuka dan bertambah luas untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pembangunan yang berkelanjutan ini menuntut bahwa keputusan manusia dalam jangka pendek harus dengan risiko sekecil mungkin bagi kerusakan dimasadepan.Penduduk merupakan pelaku dalam suatu pembangunan maka diperlukan penduduk dengan kualitas yang memadai agar dapat menunjang laju pertumbuhan ekonomi.Upaya yang dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas penduduk yaitu melalui penyediaan kualitas pendidikan sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang mampu menjadi pelaku pembangunan.Memang jumlah penduduk yang banyak merupakan sumber daya yang potensial dalam pembangunan, tetapiperlu diingat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat sering kali tidak diimbangi oleh penyediaan sarana yang memadai. Akibatnya, pertambahan penduduk tidak potensial lagi bahkan menjadi beban bagi pembangunan.

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu dilihat dari besarnya kelahiran, kematian, dan migrasi. Di Indonesia, migrasi kurang mendapat perhatian, sehingga penduduk hanya dipengaruhi kelahiran dan kematian. Perkiraan proyeksi penduduk menunjukkan bahwa penduduk Indonesia masih bertambah terus.Hal itu ditimbulkan oleh tingginya perbedaan antara tingkat kelahiran kasar dan kematian kasar.Pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan melalui upaya mengendalikan tingkat kelahiran dan tingkat kematian

(18)

keluarga berencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Survei sosial Ekonomi Nasional yang dilaksanakan BPS (Badan Pusat Statistik) setiap tahun tidak hanya menyediakan data fertilitas dan keluarga berencana, tetapi juga menyediakan data-data pendukung yang dapat menjelaskan tinggi atau rendahnya fertilitas di suatu wilayah. Jumlah fertilitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk, karena apabila angka kelahiran meningkat pada suatu wilayah akan menyebabkan jumlah penduduk semakin meningkat pula. Pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan melalui upaya mengendalikan tingkat kelahiran dan tingkat kematian bayi dan anak.Penurunan tingkat kelahiran dapat dilakukan melalui gerakan keluarga berencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Maka dengan adanya peningkatan pendapatan diharapkan dapat menekan atau memperkecil tingkat fertilitas.Begitu pula yang terjadi di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba, ada beberapa faktor yang mempengaruhi angka fertilitas yaitu pendapatan keluarga, pendidikan, jam kerja dan usia nikah pertama

Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu dinamika kependudukan selain mortalitas (kematian), migrasi dan pernikahan yang memengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Menurut Bogue, 1965 fertilitas merupakan faktor yang menambah jumlah penduduk, sedangkan mortalitas merupakan faktor yang mengurangi jumlah penduduk di suatu wilayah.

Tingginya fertilitas berakibat bertambahnya penduduk secara tidak terkendali sehingga akan berdampak kepada penghambat pembangunan, seperti meningkatnya kemiskinan, kelaparan, kriminalitas, kerawanan dan kerusakan lingkungan. Dengan kondisi tersebut menekan jumlah kelahiran perlu dilanjutkan dan lebih di intersifkan lagi.Banyak orang beranggapan bahwa banyak anak akan

(19)

menyebabkan banyak pengeluaran yang akan dikeluarkan. Paradigm seperti ini seakan sudah menjadi kebiasaan dalam kalangan masyarakat.Sebenarnya paradigm yang seperti ini didukung oleh keadaan ekonomi suatu keluarga.

Tingginya fertilitas disuatu wilayah disebabkan juga oleh beberapa faktor, yaitu fertilitas cenderung dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi.Pada dasarnya tingginnya angka fertilitas disebabkan banyaknya wanita yang mengurus rumah tangga saja cenderung untuk mempunyai anak lebih banyak, sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak lebih sedikit.

Keinginan yang paling mendasar mengapa saya ingin melakukan penelitian ini adalah berawal dari rasa keingintahuan saya mengapa dikampung saya jumlah anak setiap rumah tangga bisa dikatakan melampaui jumlah rata rata atau melampaui jumlah yang di anjurkan oleh program pemerintah atau sering kita sebut sebagai program keluarga berencana (KB) yaitu dua anak.bahkan jumlah kepemilikan anak dikampung saya ada yang sampai belasan jiwa.nah,dari hal inilah keinginan saya tergerak untuk melakukan penelitian bahwasannya apa faktor faktor yang mendorong ataupun mempengaruhi orang orang di kampong saya mempunyai banyak anak.

Dari data jumlah penduduk yang saya ambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara ternyata jumlah penduduk di kecamatan garoga kadang meningkat dan kadang juga menurun.salah satu yang mempengaruhi pertambahan jumlah penduduk adalah fertilitas atau kelahiran.dari kedua fenomena pertumbuhan penduduk tersebut saya penasaran dengan faktor yang membuat kenaikan jumlah penduduk dikecamatan garoga (terutama fertilitas).

Berikut adalah tabel data jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kecamatan dari tahun 2013 hingga 2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kaupaten Tapanuli Utara:

(20)

Tabel 1.1Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kecamatan Dari Tahun 2013 Hingga 2015

Kecamatan

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan (Jiwa)

Laki-Laki Perempuan

2013 2014 2015 2013 2014 2015

Parmonangan 6639 6731 6797 6750 6832 6883

Adiankoting 7215 7312 7378 7056 7143 7204

Sipoholon 11254 11404 11509 11644 11787 11884

Tarutung 19797 20062 20246 20823 21081 21257

Siatas Barita 6477 6564 6623 6957 7044 7103

Pahae Julu 5910 5988 6041 6168 6248 6302

Pahae Jae 5258 5327 5374 5611 5682 5731

Purbatua 3570 3618 3651 3796 3844 3874

Simangumban 3665 3712 3746 3842 3892 3925

Pangaribuan 13571 13755 13879 13925 14092 14208

Garoga 8047 8154 8229 7975 8074 8141

Sipahutar 12636 12807 12925 12596 12751 12860

Siborongborong 22829 23137 23347 22591 22865 23055

Pagaran 8422 8533 8609 8589 8698 8771

Muara 6603 6690 6751 6950 7037 7096

Tapanuli Utara 141893 143794 145105 145273 147070 148294

Sumber: BPS Taput

Untuk mempermudah saya melakukan penelitian ini saya juga mengambil data jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di Kecamatan Garoga sebagai

(21)

populasi dan juga untuk mencari jumlah sampel yang akan saya teliti.Berikut adalah jumlah rumah tangga ata KK menurut kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara

Tabel 1.2 Data Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Dari Tahun 2010 Sampai Tahun 2016

Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Parmonangan 3146 3218 3242 3266 3264 3285 3309 Adiankoting 3275 3352 3376 3409 3394 3421 3444 Sipoholon 5373 5492 5532 5587 5567 5610 5652

Tarutung 9164 9371 9441 9534 9493 9562 9637

Siatas Barita 2967 3035 3056 3086 3074 3098 3120 Pahae Julu 2880 2950 2970 2999 2985 3005 3028 Pahae Jae 2600 2659 2678 2706 2696 2713 2733

Purbatua 1719 1760 1773 1791 1783 1795 1810

Simangumban 1698 1736 1749 1765 1760 1772 1787 Pangaribuan 6144 6282 6327 6391 6369 6416 6461

Garoga 3611 3691 3718 3754 3741 3768 3796

Sipahutar 5591 5718 5758 5813 5793 5835 5881 Siborongborong 9889 10111 10185 10284 10247 10322 10400

Pagaran 3778 3867 3896 3934 3915 3944 3974

Muara 3124 3196 3217 3249 3235 3259 3284

Tapanuli Utara 64959 66438 66918 67568 67316 67805 68316

Sumber: BPS Taput Dalam penelitian ini saya mengambil pasangan usia subur (suami/istri) sebagai responden yang akan saya lakukan di Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara.

(22)

Tinggi rendahnya kelahiran atau fertilitas ditentukan oleh faktor demografi misalnya Pendidikan, Usianikah pertama, Pendapatan Keluarga, dan jam kerja.Pendidikan yang dimiliki manusia juga mempengaruhi pembangunan.Pendidikan yang baik maka akan berdampak baik pula dalam pembangunan, dan sebaliknya. Andy Febrian, (2009) Mengatakan “pendidikan juga menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap angka kelahiran daripada variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi tentu saja dapat mempertimbangkan berapa keuntungan finansial yang diperoleh seorang anak dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkannya”. Penduduk yang mempunyaipendidikan yang tinggi cenderung memilih atau merencanakan angka kelahiran atau jumlah anak yang diinginkan rendah atau fertilitas rendah akan menuju norma keluarga kecil sejahtera.

Usia nikah pertama juga mempengaruhi banyak dan sedikitnya tingkat fertilitas. Usia nikah pertama dalam suatu pernikahan berarti memulai hubungan antara individu wanita dengan pria yang terikat dalam suatu perkawinan. Apabila usiaperkawinan pertama cenderung muda maka tingkat fertilitasnya akan semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin cepat usia nikah pertama, semakin besar kemungkinan mempunyai banyak anak.

Faktor yang mempengaruhi fertilitas yaitu dilihat dari pendapatan keluarga, pendapatan keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Selain pendapatan keluarga fertilitas juga dipengaruhi oleh jam kerja. Di jaman sekarang ini, kegiatan ekonomi dan pembangunan tidak hanya melibatkan laki-laki saja, tetapi peranan wanita juga semakin meningkat.Kondisi ini dapat dilihat dari meningkatnya tenaga kerja wanita dari tahun ke tahun yang semakin banyak. Peningkatan ini umumnya terjadi pada wanita usia produktif yaitu usia antara 15-64 tahun. Wanita yang mengurus rumah tangga saja cenderung untuk mempunyai anak lebih banyak, sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak

(23)

Dengan adanya beberapa alasan yang telah dijelaskan oleh penulis, menjadi keinginan kuat bagi penulis untuk mengkaji sekaligus meneliti lebih dalam lagi tentang faktor-faktor sosial ekonomi tersebut dalam kaitannya dengan fertilitas terutama yang terjadi pada pasangan usia subur.

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang diatas maka diadakan penelitian dengan judul“Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas Di Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang dan uraian yang telah diterangkan di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pendidikan berpengaruh terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara?

2. Apakah Usia nikah pertama berpengaruh terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara?

3. Apakah pendapatan keluarga berpengaruh terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara?

4. Apakah Jam kerja berpengaruh terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara?

5. Apakah pendidikan, usia nikah pertama, pendapatan keluarga dan jam kerja secara simultan berpengaruh terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara?

(24)

1.3 Penelitian Terdahulu N

0

Nama Peneliti

Judul Variabel Alat

Analisis

Kesimpulan

1 Eka Reski Lestari Syam(201 6)

Analisis Faktor yang Mempengaru hi Tenaga Kerja Wanita Dikecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

Pendidikan(X1),Usia Nikah

Pertama(X2),Pendapat an Keluarga(X3),Jam Kerja(X4)

Regresi Linear Bergand a

pendidikan, Usia Nikah Pertama, Pendapatan dan Jam Kerjaresponde n

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas pekerja wanita di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

N o

Nama Penelit

i

Judul Variabel Alat

Anali sis

Kesimpula n

2 Cahya Faktor yang Pendapatankeluarga(X1),Pendi Regre Pendapatan

(25)

(2004) mempengaruh i

fertilitas pada keluarga nelayan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan

dikanistri(X2), usiakawin pertama(X3), danlama ikutKB(X4).

si linier berga nda

keluarga, Pendidikan istri,usia kawin pertama , dan lama ikut KB

mempunyai pengaruh signifikan terhadap fertilitas

N o

Nama Penelit

i

Judul Variabel Alat

Anali sis

Kesimpula n

3 Endru S Adi(20 13)

Fakto yang mempengaruh i

fertilitas diDesa

Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten

Pendapatan,Tingkat Pendidikan,Usia kawin pertama,Lamapemakaianalat kontrasepsi,Jenisalat

KB, Curahjam kerja, Banyaknyaanggota keluarga,Jumlahsaudara kandungdari ibu dan KeinginanIbuMemiliki

Regre si linier berga nda

Pendapatan ,

Tingkat Pendidikan, Lama pemakaian alat

kontrasepsi danKeingin

(26)

Lumajan Anak an

IbuMemilik i

Anakmemp unyai pengaruh signifikan terhadap fertilitas

N o

Nama Penelit

i

Judul Variabel Alat

Anali sis

Kesimpula n

4 Nurwik a Yati(20 05)

Faktor-Faktor YangMempen garuhi

FertilitasTena ga Kerja Wanita di Kelurahan Nangkaan KecamatanKo ta

Bondowoso Kabupaten Bondowoso

Variabeldependen:

FertilitasVariabel independen:pendidikan

wanita,pendapatankeluarga,lam a kerja

Regre si linier berga nda

Pendidikan wanita, pendapatan keluarga dan lamakerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap fertilita

(27)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakulannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh usia nikah pertama terhadap terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan keluarga terhadap terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Untuk mengetahui pengaruh jam kerja terhadap terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara.

5. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan, usia nikah pertama, pendapatan keluarga dan jam kerja secara simultan terhadap terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengalaman bagi peneliti dan mengaplikasikan teori yang telah diperoleh serta mampu memadukan dengan fakta yang ada di lapangan.

2. Bagi akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, memberikan sumbangsih bagi khasanah ilmu pengetahuan serta sebagai wacana penelitian selanjutnya bagi berbagai

(28)

kalangan pada umumnya serta segenap civitas Universitas Sumatera utara pada khususnya.

3. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan sehubungan dengan penelitian ini serta dapat dijadikan sumber pengambilan keputusan serta kebijakan dalam suatu lingkup kawasan tersebut.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori kependudukan

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis indonesia selama enam bulan atau lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan adalah pelaksanaan pembangunan itu sendiri, namun demikian penduduk indonesia menurut strukturnya berbeda dengan struktur negara yang lebih maju. Struktur penduduk Indonesia dikatakan masih muda, atau sebagian besar penduduk Indonesia berusia muda.Mengingat hanya orang dewasa saja yang bisa bekerja, dan pada umumnya dalam suatu keluarga hanya ada satu yang bekerja berarti bahwa untuk setiap orang yangbekerja harus menanggung beban hidup dari anggota keluarga dari yang cukupbesar.Makin banyak orang yang harus ditanggung oleh setiap orang yang bekerjamakin rendah kesejahteraan penduduk.

Pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan dinamis Antara kekuatan kekuatan yang menambah dan kekuatan kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh empat komponen yaitu :kelahiran (fertilitas),kematian (mortalitas),migrasi masuk dan migrasi keluar.selisih Antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan alamiah (natural increase).sedangkan selisih Antara migrasi masuk dengan migrasi keluar disebut migrasi netto (net-migration).

Teori ekonomi kependudukan yang dikemukakan oleh beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang diinginkan per-keluarga diantaranya adalah berapa banyak kelahiran yang dapat dipertahankan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah cara bertingkah laku

(30)

itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitunganperhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak yang diinginkannya. Perhitunganperhitungan demikian itu tergantung pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran seorang anak, baik berupa keuangan maupun psikis.

Penduduk apabila tidak ada pembatasan,akan berkembang dan bertambah dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan antara laki–laki dan perempuan tidak bisa dihentikan dan dibatasi . Untuk hidup manusia memerlukan bahan makanan, manusia memerlukan sandang , pangan dan papan serta kebutuhan hidup yang lain sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh dan kebutuhan hidup lainnya lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk yangsangat cepat.Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk yang sangat cepat ini , maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemiskinan manusia yang ada di dunia khususnya pada negara berkembang.

Masalah kependudukan sendiri merupakan masalah lingkungan hidup yang dapat menjadi sumber timbulnya berbagai persoalan lingkungan hidup baik fisik maupun sosial, maslah kependudukan bukan merupakan masalah baru karena dalam perkembangan sejarah sejak dulu sudah banyak yang dilakukan berbagai eksperimen untuk menghitung jumlah penduduk.Dengan adanya permasalahan penduduk yang sangat rumit maka pemerintah berusaha untuk menekan jumlah dari pertambahan penduduk dengan berbagai cara misalnya dengan digalangkannya program keluarga berencana dengan penundaan umur pernikahan, semua ini adalah suatu tujuan dari pertambahan penduduk sebab dengan adanya laju pertambahan penduduk yang lambat, disisi lain laju pertambahan pendapan nasional lebih cepat maka hal ini akan mempunyai dampak positif bagi pendapatan masyarakat.

(31)

Masalah tingkat kelahiran atau pertumbuhan penduduk dengan kepadatan penduduk memang menjadi masalah bagi suatu kelompok masyarakat.Semakin padat jumlah penduduk dalam tiap-tiap kilometer, maka akanmempengaruhi tingkat kesempatan untuk berusaha, maka untuk mengatasi masalah ini diadakan penyebaran penduduk.

2.2 TEORI FERTILITAS

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil dari reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita.dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.sebaliknya ,fekunditas merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak .Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya.Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Tinggi rendahnya fertilitas dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan penduduk suatu daerah atau Negara.ukuran ukuran fertilitas yang penting untuk diuraikan, Antara lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR),angka kelahiran menurut kelompok umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) dan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR).angka kelahiran kasar adalah angka yang menggambarkan banyaknya bayi yang lahir pada tahun tertentu untuk tiap seribu penduduk.angka kelahiran menurut kelompok umur adalah angka yang menggambarkan banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu.angka kelahiran total adalah angka yang menunjukkan rata rata banyaknya anaka yang dimiliki oleh wanita selama masa usia suburnya yaitu 15- 49 tahun.

Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk.Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita

(32)

fertilitas lebih diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita.

Fertilitas merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi perubahan jumlah dan komposisi penduduk dalam suatu Negara.Masalah fertilitas dapat dipelajari dengan memperhatikan tingkah laku fertilitas seperti tingkah laku seseorang individu pada umumnya.Hal tersebut dikaitkan dengan faktor intern dari orang yang bersangkutan dan faktor ekstern meliputi lingkungan dan budaya.Fertilitas dapat diukur dari banyaknya anak yang lahir hidup yang merupakan hasil reproduksi nyata seseorang atau sekelompok orang.

Fertilitas merupakan hasil dari suatu proses perilaku yang dipengaruhi oleh anggapan atau kepercayaan yang dianut oleh masyarakat di mana perempuan tinggal. Misalnya, masyarakat yang menganut paham keluarga besar dan perempuan harus kawin muda , tingkat fertilitas umumnya tinggi. Faktor gender juga berpengaruh dimana ketika status perempuan rendah, maka tingkat fertilitas akan tinggi.

Faktor lingkungan juga mempengaruhi tingkat fertilitas. Selain adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi fertilitas yaitu tingkat mortalitas, norma tentangbesarnya keluarga, struktur sosial ekonomi dan juga norma mengenai variabel antara.

Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam bidang demografi Fertilitas ialah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah anak yang benar – benar dilahirkan dalam keadaan hidup.Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan atau kekayaan.Fertilitas disebut juga dengan natalitas yang artinya mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

(33)

Para ekonom juga melihat kemungkinan untuk menerangkan tinggi rendahnya tingkat fertilitas melalui disiplin ilmu ekonomi, yaitu dengan pendektan” The New Home Economics”.Teori ini meninggalkan pemikiran makro yang beranggapan bahwa tinggi rendahnya tingkat fertilitas suatu kelompok masyarakat ditentukan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan modernisasi.Para ekonom demografer mengetengahkan pemikiran bahwa tingkat fertilitasditentukan pada tingkat yang paling dasar, yakni keputusan pasangan suami istri dalam hal jumlah anak.Para peganut ilmu baru ini percaya bahwa teori ekonomi mikro dapat menerangkankeputusan suami istri untuk mempunyai anak atau menambah jumlah anak dengan pertimbangan kondisi ekonomi pasangan tersebut.

2.3 PENDIDIKAN

Pendidikan memberikan sumbangan secara langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional, melalui peningkatan keterampilan produktivitas kerja pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.Pendidikan diharapkan dapat menjadi sarana yang baik dalam menerapkan kebijakan dalam pemerataan pembangunan.

Makin meratanya tingkat pendidikan di setiap daerah dan strata sosial memungkinkan masalah kesenjangan sosial dapat diatasi. Masyarakat yang miskin menjadi cerdas akan dapat maju atau berkembang jika mereka memiliki akses terhadap pendidikan (pendidikan yang baik), sama dengan akses yang dimiliki oleh masyarakat yang kaya yang cerdas pula.Pada gilirannya akan memperbaiki tingkat kesejahteraan, dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang dicapai dapat diimbangi dengan terjadinya struktur masyarakat arah yang lebih baik dan sejahtera.

Kepala keluarga adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap suatu keluarga yang dalam hal ini adalah seorang bapak.Tingkat pendidikan kepala

(34)

jenjang pendidikan terakhir sekolahnya yaitu SD, pendidikan tingkat pertama,pendidikan menengah keatas dan perguruan tinggi. Para orang tua akan tergerak untuk mementingkan kualitas daripada kuantitas anak, atau memberi kesempatan kepada istri dan ibu untuk bekerja demi menunjang pemeliharaan anak.

Dengan demikian, salah satu cara untuk mendorong para keluarga agar menginginkan sedikit anak adalah dengan memperbesar kesempatan dibidang pendidikan dan membuka lapangan-lapangan pekerjaan berpenghasilan tinggi kepada kaum wanita. Penelitian mengenai kaitan pendidikan dengan wanita dengan kesuburan di beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan bahwa adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini pada tingkat kesuburan.Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan yang mengakibatkan penurunan pada fertilitas. Di beberapa negara, meluasnya kepandaian baca-tulis mengurangi anaknya kira-kira 1,5 atau kira-kira sepertiga. Ada beberapa penjelasan yang diketengahkan mengenai peran pendidikan dalam menurunkan besar keluarga.

Pendidikan dapat mempengaruhi pandangan hidup dan tata nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu saja lagi menerima tata cara bertingkah laku tradisional orang tuanya atau tokoh orang tua yang lain. Orang berpendidikan atau pandai baca-tulis lebih terbuka pada pikiranpikiran baru dan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk bertemu muka dengan “penyalur perubahan” seperti para perencana bidang kesehatan atau penasehat program keluarga berencana. Pendidikanyang makan waktu lama kemungkinan besar akan menyebabkan perkawinan tertunda dan membuka pilihan antara bekerja dan membesarkan anak. Pendidikan yang lebih tinggi mungkin pula berarti kehidupan ekonomi yang lebih terjamin, dan ini biasanya berarti keluarga yang lebih kecil.Semua penjelasan ini menolong kita memahami mengapa ada kaitan yang sangat erat antara kaitan pendidikan wanita dan besar keluarga.New household

(35)

waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi, anak menjadi lebih mahal.Sehingga hal ini dapat mengurangi angka kelahiran.Pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas daripada variabel lain. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi tentu saja dapat mempertimbangkan berapa keuntungan financial yang diperoleh seorang anak dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkannya.Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan teori fertilitas di negara-negara berkembang memberikan pemahaman bahwa seandainya harga relatif atau biaya anak-anak meningkat akibat dari, misalnya meningkatnya kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas usia minimum bagi anak- anak yang hendak bekerja, maka keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit anak-anak tambahan.

Selain itu, pendidikan merupakan salah satu faktor bahkan bagi kelompok menengah keatas pendidikan merupakan faktor kebutuhan pokok karena bagi mereka pendidikan sudah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat disampingkan, karena seorang yang memiliki pendidikan tinggi pada umumnya memiliki wawasan yang luas dan menyadari arti pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anaknya, sehingga mereka akan berusaha agar anak-anaknya memiliki pendidikan yang tinggi pula. Sedangkan bagi kelompok menengah bawah yang ratarata tingkat pendidikan kepala keluarganya rendah menganggap pendidikan bukan prioritas utama atau kebutuhan pokok, karena untuk memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) masih belum tercukupi sehingga alokasi danabagi kebutuhan pendidikan anak terganggu dan disubsitusikan untuk kebutuhan sehari-hari, karena mengingat biaya pendidikan anak mahal maka mereka membatasi untuk memiliki jumlah anak.

(36)

2.4 USIA NIKAH PERTAMA

Usia nikah pertama dalam suatu pernikahan berarti umur mulai berhubungan kelamin antara individu wanita yang terikat dalam suatu lembaga perkawinan dalam berbagai ketentuan mengenai hak dan kewajiban dari masing- masing individu. Pada masyarakat di Negara yang sedang berkembang usia perkawinan pertama cenderung muda sehingga mempunyai masa reproduksi yang panjang akibatnya nilai fertilitas yang tinggi. Dengan kata lain, semakin cepat usia nikah pertama, semakin besar kemungkinan mempunyai anak.Pengaruh usia pernikahan pertama orang tuaterhadap fertilitas di Indonesia sejalan dengan pemikiran bahwa makin muda seseorang melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya.Maka dapat diharapkan makin muda seseorang untuk melangsungkan pernikahannya makin banyak pula anak yang dilahirkan, jadi hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas negatif.

Dalam masyarakat orang yang menikah memperoleh status baru, dimana status ini merupakan status sosial yang dianggap paling penting.Usia pernikahan yang dimaksud disini adalah umur pada waktu memasuki ikatan sosial, atau dengan istilah perkawinan, usia konsumsi pernikahan. Seperti yang diketahui bahwa pada saat seseorang menikah pada usia yang relatif lebih muda, maka masa subur atau reproduksi akan lebih panjang dalam ikatan perkawinan sehingga mempengaruhi peningkatan fertilitas.

2.5 PENDAPATAN KELUARGA

Pendapatan adalah faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi suatu keputusan seseorang atau keluarga dalam merencanakn jumlah anak.

Hubungan antara fertilitas dengan penghasilan keluarga menurut Terence Hull dalam menyatakan bahwa wanita dalam kelompok berpenghasilan rendah akan cenderung mengakhiri masa reproduksinya lebih awal dibandingkan dengan wanita pada kelompok berpenghasilan sedang dan tinggi.

(37)

Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat. “New household economics” berpendapat bahwa:

1. Orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat.

2. Bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi, anak menjadi lebih mahal.

Anak dilihat dari 2 segi yaitu kegunaannya dan biaya. Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua dimasa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akanberubah.Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik.Ini berartibiayanya naik. Sedangkan kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tak tergantung dari sumbangan anak.Jadi, biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya.

Hal ini mengakibatkan permintaan terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun. Selain itu, “Easterlin” berpendapat bahwa bagi negara- negaraberpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan.Hal ini menimbulkan suatu permintaan berlebihan dan juga menimbulkan sejumlah besar orang yang benarbenar tidak menjalankan praktek-praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai berlebihan dan meluasnya praktek keluarga berencana.

(38)

Dalam masyarakat yang berpendapatan rendah (terutama pada daerah pertanian dan pesisir), anak-anak dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan sumber pendapatan yang penting bagi keluarga.Selain itu, anak dinilai sebagai investasi hari tua atau sebagai komoditas ekonomi yang dapat disimpan di kemudian hari.Hal tersebut merupakan hubungan positif antara pendapatan dengan nilai anak.Berkorelasi negatif apabila pendapatan yang tinggi akan menilai anak bukan sebagai potensi, modal atau rezeki. Mereka menilai anak sebagai beban dalam keluarga. Sehingga semakin tinggi pendapatan maka persepsi nilai anak akan berkurang sehingga fertilitas akan menurun.

2.6 JAM KERJA

Status bekerja merupakan status wanita pasangan usia muda dalam pekerjaan. Semakin banyak jam kerja seseorang maka akan semakin besar produktivitasnya dan semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka akan semakin kecil pula peluang untuk memperoleh anak. Tenaga kerja wanita bekerja membantu suami dalam memperoleh nafkah untuk tambahan biaya hidup dalam sehari-hari, sedangkansebagai ibu rumah tangga dalam keluarga yang memerankan sebagai tenaga kerja yang tidak langsung mengatur keadaan rumah dan perekonomian keluarga.23diartikan sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuhan kebutuhan yang ada.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang sangat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja. Dari segi Undang-Undang Perburuhan, jam kerja adalah jam/waktu yang dilakukan di bawah pengawasan pimpinan dari pihak kantor.

Banyaknya jumlah jam kerja tergantung dari pihak kantor yang

(39)

(empat puluh) jam dalam seminggu, 8 (delapan) jam sehari (tidak termasuk jam istirahat). Tentang jam kerja berdagang, usaha perfilman, usaha kesehatan, kebersihan, penerima tamu/receptinost, atau usaha sampingan; adalah 44 (empat puluh empat) jam dalam seminggu.

Jam kerja meliputi lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerjadengan baik selama 40 sampai 50 jam.Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien. Akhirnya produktivitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan keselamatan kerja masing-masing akan menunjang kemajuan dan mendorong kelancaran usaha baik individu ataupun kelompok.

Pekerja diperbolehkan untuk istirahat sebanyak 1 sampai 1,5 jam tiap hari kerja dalam 8 jam, pekerja memerlukan istirahat agar dapat mempertahankan tingkat kerjanya dari hari kehari. Oleh karena itu jam kerja biasa digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai produktivitas kerja. Semakin banyak jam kerja seseorang maka akan semakin besar produktivitasnya dan semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka akan semakin kecil pula peluang untuk memperoleh anak.

2.7 PASANGAN USIA SUBUR

Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan kesehatan produksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan utuk meningkatkan kualitas

(40)

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, pasangan usia subur mudah dalam memperoleh keturunan dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal,hal inilah yang menjadi masalah bagi pasangan usia subur yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan),perawatan kehamilan dan persalinan aman.dalam menyelesaikan masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan pasangan tersebut.maka dari itu petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti masyarakat luas.

Dewasa ini pemerintah melakukan program dalam penekanan angka kelahiran karna kebanyakan penduduk Indonesia melakukan pernikahan dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa keduanya memiliki keturunan yang banyak.untuk itu,perlunya penyuluhan dalam mengatasi masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada pasangan tersebut.

2.8 HUBUNGAN ANTARA VARIABEL DEPENDEN DAN VARIABEL INDEPENDEN

2.8.1 Pengaruh Pendidikan Terhadap Fertilitas Pasangan Usia Subur

Walaupun uasaha memahami hubungan Antara tingkat pendidikan dan fertilitas telah dimulai sejak maltus, namun saat ini “tabir misetri” yang menyelubungi hubungan Antara kedua variable ini belum sepenuhnya dapat diungkapkan.

Hasil hasil penelitian yang pernah dilakukan dibidang ini, yang mencakup berbagai Negara didunia, tidak menunjukkan adanya keseragaman dalam hubungan Antara pendidikan dan fertilitas.walaupun teori teori, baik yang berdasarkan teori ekonomi maupun yang didasarkan pada teori sosiologi menekankan bahwa pendidikan wanita mempunyai pengaruh positif terhadap

(41)

Hicks (1974) dalam penelitiannya didaerah pedesaan meksiko menemukan bahwa pendidikan wanita mempunyai pengaruh positif yang cukup kuat terhadap tingkat fertilitas.

Pendidikan merupakan hak asasi manusia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan baik disadari atau tidak semakin lama masyarakat tersebut akan memasuki bahtera rumah tangga. Sejalan dengan hal tersebut penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi usia kawin pertama. Hal ini menyimpulkan bahwa pendidikan yang dimiliki oleh pasangan usia subur berpengaruh terhadap tingkat fertilitas.Pendidikan bengaruh terhadap fertilitas karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akanberpengaruh terhadap keinginan orang untuk mempunyai anak. Tingkat pendidikan pasangan usia subur dianggap sebagai salah satu variabel yang penting dalam melihat variasi tingkat fertilitas.Karena variabel ini banyak berperan dalam perubahan status, sikap dan pandangan hidup mereka di dalam masyarakat.

Pendidikan istri merupakan faktor sosial paling penting dalam analisis demografi misalnya dalam usia kawin pertama, fertilitas dan mortalitas. Selain itu, pendidikan juga memberikan kesempatan yang lebih luas kepada wanita untuk lebih berperan dan ikut serta dalam kegiatan ekonomi.Sehingga faktor tersebut akhirnya mempengaruhi tingkah laku reproduksi wanita karena diharapkan pendidikan berhubungan negatif dengan fertilitas.

Faktor pendidikan terutama pendidikan wanita dapat mengontrol penggunaan kontrasepsi sehingga berpengaruh negatif terhadap preferensi fertilitas. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor pendidikan wanita mempunyai kontribusi cukup besar terhadap kesejahteraan keluarganya terutama mengenai jumlah keluarga yang ideal dua orang anak cukup, laki-laki atau perempuan sama, dan kontribusinya terhadap kualitas atau nilai anak yang diinginkan. Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa, tingkat pendidikan pasangan usia

(42)

fertilitas walaupun tidak terlalu signifikan. Agar fertilitas rendah maka tingkat pendidikan penduduk harus di tingkatkan minimal SMA atau sederajat karena pendidikan memiliki pengaruh terhadap upaya dalam menurunkan fertilitas.

2.8.2 Pengaruh Usia Nikah Pertama Terhadap Fertilitas Pasangan Usia Subur

Sejalan dengan pemikiran bahwa makin muda seseorang melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya maka dapat diharapkan makin muda seseorang melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan,jadi hubungan Antara umur perkawinan dan fertilitas negative.hipotesa mendapat dukungan dari peneliti peneliti dalam penemuan atas studi studinya.

Dalam usia kawin pertama dalam suatu pernikahan berarti umur mulai berhubungan kelamin antara individu wanita yang terikat dalam suatu lembaga perkawinan dalam berbagai ketentuan mengenai hak dan kewajiban dari masingmasing individu. Pada masyarakat di Negara yang sedang berkembang usiaperkawinan pertama cenderung muda sehingga mempunyai masa reproduksi yang panjang akibatnya nilai fertilitas yang tinggi. Dengan kata lain, semakin cepat usiakawin pertama, semakin besar kemungkinan mempunyai anak.

Usia pernikahan yang dimaksud disini adalah umur pada waktu memasuki ikatan sosial, atau dengan istilah perkawinan, usia konsumsi perkawinan (hubungan kelamin yang pertama kali dilakukan setelah menikah). Seperti yang diketahui bahwa pada saat seseorang menikah pada usia yang relatif lebih muda, maka masa subur atau reproduksi akan lebih panjang dalam ikatan perkawinan sehingga mempengaruhi peningkatan fertilitas.

Usia pernikahan pertama merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat produktifitas pada pasangan usia subur. Meningkatnya usia kawin akan dapat memberikan sumbangan pada penurunan angka kelahiran. Bagi masyarakat Indonesia, perkawinan dipandang sebagai perilaku yang bersifat universal dalam

(43)

perkawinan Indonesia adalah pelaksanaan terjadi pada usia yang masih cukup muda terutama bagi wanita di pedesaan atau pinggiran kota.

Usia pernikahan yang rendah bagi seorang wanita berarti akan memperpanjang masa untuk melahirkan. Seorang wanita mempunyai masa subur pada usia 15-49 tahun. Wanita yang menikah pada usia tua yaitu pada pertengahan atau mendekati umur 30 tahun atau lebih, cenderung mempunyai anak lebih sedikit dari wanita yang menikah pada usia muda.

Usia wanita saat perkawinan pertama dapat mempengaruhiresiko melahirkan. Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak, karena disebabkan belum matangnya rahimwanita usia muda untuk memproduksi anak atau belum siap mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia perkawinan pertama semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan.

Umur wanita ketika kawin pertama yang berarti saat dimulainya masa reproduksinya pembuahan.Hubungan antara Usia Kawin Pertama (UKP) dengan fertilitas adalah negatif. Semakin muda UKP maka akan semakin panjang masa reproduksinya atau semakin banyak anak yang dilahirkan. Hal ini berpengaruh pada tingkat fertilitas wanita dan penduduk secara umumnya.Semakin lama masa reproduksi wanita, maka kemungkinan wanita tersebut melahirkan banyak anak akansemakin besar.Dalam persoalan makro, hal iniakan menyebabkan meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk suatu daerah.

(44)

2.8.3 Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Tingkat Fertilitas Pasangan Usia Subur

Kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik.Ini berarti biayanya naik.

Sedangkan kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi, biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannyaHal ini mengakibatkan permintaan terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.

Pendapatan merupakan sesuatu yang diperoleh dari pekerjaan pokok, yang diperoleh dari pekerjaan sampingan dan yang diperoleh dari usaha subsistem dari semua anggota rumah tangga.Untuk memperoleh pendapatan/penghasilan, manusia harus bekerja dalam bentuk dan jenis apapun.Namun jika ditinjau dari pendapatan pribadi dengan pengukuran pendapatan perkapita maka dapat dikatakan bahwa pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan sesuatu kegiatan apapun termasuk pendapatan.

Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga.

2.8.4 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Tingkat Fertilitas Pasangan Usia Subur

Kerja diartikan sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuhan kebutuhan yang ada. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang sangat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja.

(45)

Oleh karena itu jam kerja biasa digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai produktivitas kerja. Semakin banyak jam kerja seseorang maka akan semakin besar produktivitasnya dan semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka akan semakin kecil pula peluang untuk memperoleh anak.

Status pernikahan mempengaruhi selisih jam kerja yang dicurahkan olah wanita belum menikah dan wanita menikah. Penelitian Marianne Feber dan Bonnie Birnbaum menemukan fakta bahwa wanita di Amerika pada rentang umur 20 tahun menginginkan karir dan anak, namun tidak ada cukup waktu tersedia untuk melakukan keduanya dalam waktu yang sama. Penelitian menunjukkan bahwa opsi memilih meningkatkan karir dan menunda menikah lebih menjanjikan masa depan kemajuan karir. Memiliki anak dianggap sebagai salah satu faktor yang dapatmenghambat karir wanita karena curahan waktu kerja di pasar menjadi terbagi dengan urusan rumah tangga.

2.9 KERANGKA KONSEPTUAL

Faktor kelahiran memegang peranan sangat penting terhadap laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk menekan angka kelahiran, salah satunya adalah program Keluarga Berencana. Program ini bisa dinyatakan berhasil karena bisa menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada era awal tahun 1990an. Selain itu pemerintah juga berusaha memberikanpendidikan-pendidikan pada penduduknya agar mau menunda untuk memiliki anak dan berusaha membatasi jumlah anak pada pasangan-pasangan usia subur.

Pendidikan pasangan usia subur dapat berpengaruh terhadap fertilitas.Faktor pendidikan ini sering dihubungkan dengan pandangan hidup wanita maupun tingkat perkembangan sosialnya.Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin luas pandangan hidupnya, begitu pula pemahaman dalam hal menghentikan kehamilan. Disamping itu pendidikan juga akan

(46)

mempunyai anak yang sedikit. Pendidikan yang tinggi juga akanberakibat lebih terbukanya aspirasi untuk menerima pembatasan keluarga. Dengan demikian pasangan usia subur yang berpendidikan cenderung memilih jumlah anak yang lebih sedikit dibandingkan pasangan usia subur yang kurang berpendidikan.

Usia nikah petama besar pengaruhnya terhadap panjangnya masa reproduksi. Umur pernikahan pertama muda memperpanjang masa reproduksinya, sedangkan sebaliknya umur perkawinan pertama lebih tua akan mempunyai masa reproduksi lebih pendek. Hal demikian akan berpengaruh terhadap panjang pendeknya masa mampu melahirkan.

Dengan demikian semakin rendah umur pernikahan pertama akan semakin panjang masa reproduksinya, sehingga akan lebih besar kesempatan untuk mendapatkan anak.

Hubungan pendapatan keluarga dengan fertilitas.keluarga yang pendapatannya rendah menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan hanya sebagai alat menjarangkan kelahiran dan bukan untuk membatasi kelahiran karena anak menurut mereka merupakan harapan bagi hidup mereka kelak di hari tua.Sedangkan wanita yang berada pada keluarga yang pendapatannya lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan untuk membatasi kelahiran supaya pendapatan yang diperoleh dapat digunakan untuk kebutuhan yang lain seperti melengkapi rumah mereka dengan fasilitas-fasilitas yang mewah atau meningkatkan investasi pada anak mereka, seperti membekali anak-anak mereka dengan kursus keterampilan, ikut asuransi kesehatan serta asuransi pendidikan.

Pendidikan, usia nikah pertama, pendapatan keluaraga dan jam kerja berpengaruh terhadap fertilitas. Hal tersebut sangat penting karena pada umumnya untuk melihat fertilitas.Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Dimana variabel pengaruhnya adalah pendidikan, usia nikah pertama, pendapatan keluaraga dan jam kerja sedangkan variabel terpengaruh

(47)

Dengan demikian, kerangka Konseptual dalam penelitian ini yaitu:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.10 HIPOTESIS

Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas, maka hipotesisdapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Diduga bahwa pendidikan berpengaruh negatif terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Diduga bahwa Usia nikah pertama berpengaruh negatif terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara . 3. Diduga bahwa Pendapatan Keluarga berpengaruh negatif terhadap fertilitas

pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara . 4. Diduga bahwa Jam kerja berpengaruh negatifterhadap fertilitas pasangan

usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara . Pendidikan

(X1)

Usia Nikah Pertama (X2)

Pendapatan Keluarga (X3)

Jam Kerja (X4)

Fertilitas (Y)

(48)

5. Diduga bahwa pendidikan, usia nikah pertama, pendapatan keluarga dan jam kerja secara parsial berpengaruh terhadap fertilitas pasangan usia subur di Kecamatan Garoga,Kabupaten Tapanuli Utara.

Gambar

Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kecamatan  Dari Tahun 2013 Hingga 2015
Tabel 1.2 Data Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan  di  Kabupaten Tapanuli Utara Dari Tahun 2010 Sampai Tahun 2016
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.2 Usia Nikah Pertama Responden  No  Usia Nikah pertama (Tahun)  Responden  (Orang)  Persentase (%)  1  15-19  6  6  2  20-24  40  41  3  25-30  51  53  Jumlah  97  100
+7

Referensi

Dokumen terkait

Should earthworks on the site expose suspected archaeological remains result in the identification of any previously unknown archaeological site, the Auckland Unitary Plan Accidental

THE HILLS SHIRE PLAN - DELIVERY PROGRAM 2013 - 2017 - YEAR 2 OF PLAN 23 Quick Facts as at 30 June 2013 • Five libraries servicing the Shire • 1,118,867 visits to the library

These include, but are not limited to:-  The objectives of the EP&A Act 1979;  Any relevant State or Regional Environmental Planning Policies, Circulars or Ministerial Directions;

a) This project will focus on using transmitter and receiver circuit in implementing the wireless signal between speakers by doing research on reference circuit. Thus,

Prinsip pengembangan kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum

[r]

[r]

Tinjauan Penelitian-Penelitian Sebelumnya Terkait Obyek Penelitian yang Sama atau Mirip atau Serupa.. Rencana Cara (Metode)

PESERTA YANG LULUS SNMPTN DALAM LAMPIRAN PENGUMUMAN INI WAJIB HADIR (TIDAK DAPAT DIWAKILKAN) PADA PENYERAHAN DOKUMEN VERIFIKASI BERKAS YANG DILAKSANAKAN TANGGAL 31

Yamashita dan Otogawa (2007) menemukan bahwa discretionary accrual negatif secara signifikan untuk tahun sebelum pengurangan tarif pajak. Hasil ini menunjukkan..

[r]