• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI COPING DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENGELOLAAN STRES AKADEMIK MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRATEGI COPING DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENGELOLAAN STRES AKADEMIK MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh : Indra Rukmana NIM: 11140700000033

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H / 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

“BEKERJALAH UNTUK AKHIRATMU SEOLAH-OLAH KAMU AKAN MATI ESOK HARI, DAN BEKERJALAH UNTUK KEHIDUPAN DUNIAMU

SEOLAH-OLAH KAMU AKAN HIDUP SELAMANYA”

(Ali Bin Abi Thalib)

“DIMANAPUN ENGKAU BERADA SELALULAH MENJADI YANG TERBAIK DAN BERIKAN YANG TERBAIK DARI YANG BISA KAU

BERIKAN”

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan selalu ada untuk saya.

Terima kasih

(6)

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta B) Januari 2019

C) Indra Rukmana

D) Pengaruh Strategi Coping dan Dukungan Sosial Terhadap Pengelolaan Stres Akademik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E) Xii + 79 Halaman + 22 lampiran

F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh strategi coping dan dukungan sosial terhadap pengelolaan stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi penelitian ini berjumlah 3728 mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, dengan sampel berjumlah 221 mahasiswa yang tersebar di 11 fakultas. Pengambilan data dengan probability sampling dan teknik simple random sampling. Validitas alat ukur diuji menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.7. Uji hipotesis penelitian dengan analisis regresi berganda dan menggunakan software SPSS.

Hasil penelitian menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel strategi coping dan dukungan sosial yang digunakan berpengaruh sebesar 16,6 % dalam mengelola stres akademik, sedangkan sisanya 83,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Hasil analisis masing-masing variabel secara terpisah menunjukan bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan dalam mengelola stres akademik yaitu maladaptive coping, reassurance of worth dan reliable alliance. Sedangkan 6 dimensi lainnya tidak signifikan dalam mengelola stres akademik mahasiswa yang mengerjakan skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi instansi untuk lebih memperhatikan faktor yang dapat mengelola stres akademik, khususnya strategi coping dan dukungan sosial.

sehingga dapat membantu mahasiswa dalam menghadapi stres akademik yang dialami

G) Bahan bacaan: 5 Buku + 36 Jurnal + 2 Skripsi

(7)

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah Islamic State University (UIN) Jakarta B) Januari 2019

C) Indra Rukmana

D) Effect of Coping Strategy and Social Support on Managing Academic Stress of Syarif Hidayatullah State Islamic University college Students.

E) Xii + 79 Pages + 22 attachment

F) This research was conducted to determine the effect of coping strategies and social support on managing academic stress of Syarif Hidayatullah State Islamic University college students. Population of study was 3728 students who were working on a thesis, with a sample of 221 students spread across 11 faculties. Data retrieval with probability sampling and simple random sampling technique. The validity of the measuring instrument was tested using confirmatory factor analysis (CFA) with Lisrel 8.7 software. Hypothesis testing with multiple regression analysis and using SPSS software.

The results of the study using multiple regression analysis showed that the coping strategy and social support variables used had an effect of 16.6% in managing academic stress, while the remaining 83.4% were influenced by other variables outside the study. The results of the analysis of each variable separately show that there are three variables that significantly influence academic stress, namely maladaptive coping, reassurance of worth and reliable alliance. While 6 other dimensions are not significant in managing academic stress students at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The author hopes that the results of this study can be used as a positive input for agencies to pay more attention to factors that can manage academic stress, especially coping strategies and social support. so that it can help students deal with academic stress experienced.

G) Literatures: 5 Book + 36 Journals + 2 Thesis

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga, para pengikutnya, dan para penerus perjuangan beliau hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Dr. Diana Mutiah, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi terima kasih atas waktu, pikiran dan ilmunya dengan penuh kesabaran membantu melancarkan proses pengerjaan skripsi ini.

3. Bambang suryadi, ph.D dan Liany Luzvinda, M.Si selaku dosen penguji, terima kasih atas kesempatan dan waktunya.

4. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu peneliti dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua orang tua peneliti Bapak Maman dan Ibu Nina beserta Beril, terima kasih atas doa restu, dukungan, motivasi, dan ocehan untuk segera menyelesaikan skripsi. Tidak akan cukup kata apapun untuk mengungkapkan betapa berharganya kalian untuk peneliti.

6. Seluruh subjek penelitian yang telah membantu dalam proses pengerjaan skripsi.

7. Untuk teman-teman dekat peneliti yang selalu membantu peneliti dalam pengerjaan skripsi.

(9)

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan mafaat kepada pembaca.

Jakarta, 16 Januari 2018

Indra Rukmana

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-11 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 7

1.2.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian... 10

1.3.1 T ujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 12-33 2.1 Stres Akademik ... 12

2.1.1 Definisi Stres Akademik ... 12

2.1.2 Dimensi Stres Akademik ... 13

2.1.3 Faktor-Faktor Stres Akademik ... 15

2.1.4 Pengukuran Stres Akademik ... 17

2.2 Strategi Coping ... 18

2.2.1 Definisi Strategi Coping ... 18

2.2.2 Dimensi Strategi Coping ... 19

2.2.3 Pengukuran Strategi Coping ... 22

2.3 Dukungan Sosial ... 24

2.3.1 Definisi Dukungan Sosial ... 24

2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial ... 25

2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial ... 27

2.4 Kerangka Berpikir ... 28

2.5 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 34-53 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34

3.2 Variabel Penelitian ... 34

3.3 Intrumen Pengumpulan Data... 37

3.3.1 Skala Pengukuran Stres Akademik ... 37

(11)

3.3.1 Skala Pengukuran Coping ... 38

3.3.1 Skala Pengukuran Dukungan Sosial ... 39

3.4 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur ... 40

3.4.1 Uji Validitas Stres Akademik ... 41

3.4.2 Uji Validitas Coping ... 43

3.4.3 Uji Dukungan Sosial ... 46

3.5 Teknik Analisis Data ... 51

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 53-65 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 53

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 54

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ... 56

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 58

4.5 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing IV ... 63

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 66-75 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Diskusi ... 66

5.3 Saran ... 72

5.3.1 Saran Teoritis ... 72

5.3.2 Saran Praktis ... 73 DAFTAR PUSTAKA ... 75-78 LAMPIRAN ... 79-100

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Stres Akademik ... 38

Tabel 3.2 Blue Print Coping ... 39

Tabel 3.3 Blue Print Dukungan Sosial ... 40

Tabel 3.4 Muatan Faktor Skala Stres Akademik ... 42

Tabel 3.5 Muatan Faktor Skala Problem Focused Coping ... 43

Tabel 3.6 Muatan Faktor Skala Emotion Focused Coping ... 44

Tabel 3.7 Muatan Faktor Skala Maladaptive Coping ... 45

Tabel 3.8 Muatan Faktor Skala Attachment ... 46

Tabel 3.9 Muatan Faktor Skala Social Integration ... 47

Tabel 3.10 Muatan Faktor Skala Reassuarance of Worth... 48

Tabel 3.11 Muatan Faktor Skala Reliable Alliance ... 49

Tabel 3.12 Muatan Faktor Skala Guidance... 49

Tabel 3.13 Muatan Faktor Skala Opportunity for Nurturance ... 50

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 53

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ... 55

Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ... 56

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ... 57

Tabel 4.5 Tabel R Square ... 59

Tabel 4.6 Tabel ANOVA ... 60

Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi ... 61

Tabel 4.8 Proporsi Varians ... 64

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 31

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 78

Lampiran 2 Kuesioner ... 80

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas CFA ... 88

Lampiran 4 Output Regresi ... 98

(15)

Individu dalam menghadapi kehidupan harus mempunyai pribadi yang kuat dan tangguh agar mampu menghadapi atau mengatasi masalah yang timbul didalam kehidupan. Jika masalah yang dihadapi tidak dapat dikontrol, maka akan menimbulkan stres (Struthers et al, 2000). Stres merupakan suatu kondisi dalam kehidupan individu yang dapat terjadi tanpa memandang ras atau latar belakang sebuah budaya (Bataineh, 2013).

Menurut Sarafino (2011) stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial individu. Individu yang mengalami stres tinggi menderita gejala psikologis seperti rendahnya harga diri, motivasi berkurang, kecemasan, depresi, dan penurunan komitmen (Nieve, 2014).

Heiman dan Kariv (dalam Legiran et al. 2015) berpendapat bahwa stres dapat terjadi di berbagai kalangan, tingkat usia dan pekerjaan, termasuk mahasiswa. Stres berpotensi memberikan tekanan pada diri mahasiswa, seperti cemas, sulit berkosentrasi, atau menghindar dari masalah (Struthers, Perry &

Menec, 2000). Stres yang berasal dari proses pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi yang dialami oleh mahasiswa disebut dengan stres akademik (Bataineh, 2013).

(16)

Menurut Gadzella dan Masten (2005), stres akademik adalah suatu keadaan dimana terdapat tuntutan akademik yang melebihi sumber daya yang tersedia disertai reaksi-reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku yang diarahkan untuk menghadapi peristiwa stres tersebut. Wilks (2008) berpendapat stres akademik adalah hasil kombinasi dari tuntutan yang berhubungan dengan akademis dan melebihi sumber daya adaptif yang tersedia untuk individu tersebut.

Menurut Wilks dan Spivey (2010) penyebab utama stres akademik yang dialami mahasiswa yaitu banyaknya tugas, tidak cukup waktu untuk menyelesaikan tugas, kesulitan keuangan, dan tekanan untuk berprestasi tinggi.

Menurut Towben dan Cohen (dalam Hamaideh, 2011), stres akademik di kalangan mahasiswa telah menjadi topik yang menarik bagi peneliti selama bertahun-tahun. Berdasarkan survey American College Health Association pada tahun 2006, salah satu hambatan mahasiswa dalam mencapai performa akademik yaitu stres akademik. Dari 97,357 mahasiswa yang mengikuti survey, 32 persen stres akademik mengakibatkan gagal ujian, mengulang mata kuliah ataupun kuliah yang tidak selesai (drop out) (Kadapatti & Vijayalaxmi, 2012).

Menurut Agolla dan Ongori (2009) dalam penelitiannya di Universitas Bostwana juga menemukan efek stres terhadap mahasiswa, yaitu diantaranya mahasiswa mengalami masalah pencernaan dengan presentase 88%, 75%

mengalami kecemasan di rumah dan di kampus, 77% mengalami ketegangan atau sakit kepala, 85% tidak dapat berhenti berfikir mengenai permasalahan mereka atau tidak dapat merasa tenang, 88% memiliki masalah dalam berkonsentrasi.

(17)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Susi Purwanti (2012) terhadap mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia memiliki tingkat stres akademik dengan hasil 12,5% tergolong normal, 30,8% tergolong ringan, 43,3% tergolong sedang, 11,5% tergolong berat, dan 19% sangat berat.

Berdasarkan College Health Assessment (2013), melaporkan bahwa hampir setengah (46,3%) dari semua mahasiswa yang disurvei mengalami stres akademik yang mengakibatkan trauma dan kewalahan dalam hal tanggung jawab akademis mereka. Felsten dan Wilcox (1992), mengungkapkan bahwa stres akademik yang dialami mahasiswa berdampak pada kesehatan mental, fisik, dan kemampuan mereka untuk melakukan tugas perkuliahan secara efektif.

Mahasiswa yang mengalami stres perlu penanganan secepatnya, sebab mahasiswa yang mengalami stres akan berdampak pada kelulusan mahasiswa yang tidak tepat waktu. Stres akademik dapat menimbulkan konsekuensi positif dan negatif pada kemampuan mahasiswa untuk melakukan kemajuan atau keberhasilan diperguruan tinggi jika tidak dikelola dengan baik (Bataineh, 2013).

Dalam menghadapi perkuliahan, mahasiswa harus mampu untuk mengatur waktu, merencanakan kegiatan dan mengukur kemampuan dirinya agar tidak mengalami stres akademik (Womble, 2003, dalam Venna & Shanstri, 2016).

Salah satu tuntutan yang harus dijalankan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi yaitu tugas akhir atau skripsi.

Semua mahasiswa wajib mengerjakan dan menyelesaikan skripsi karena sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Dalam proses mengerjakan skripsi mahasiswa dihadapkan dengan tuntutan yang memicu

(18)

timbulnya permasalahan yang mengakibatkan stres. Kadar kesulitan yang dialami mahasiswa beragam, tergantung kemampuan dan kemauannya, namun apabila beban itu dirasa terlalu berat, tentu akan berdampak terhadap kondisi psikologis mahasiswa tersebut dan dapat menyebabkan stres bahkan depresi. Dalam Putri (2013) berbagai beban yang dirasa terlalu berat dapat menimbulkan stres, rendah diri, frustasi, kehilangan motivasi, menunda bahkan memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsi.

Dalam hal ini fokus permasalahan tertuju kepada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi dan melihat apakah mahasiswa mengalami tekanan dalam menyelesaikannya. Studi pendahuluan mengenai stres akademik yang dilakukan peneliti pada tanggal 22 November 2017 dengan 20 mahasiswa psikologi UIN Jakarta yang sedang mengerjakan skripsi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal yang menjadi pemicu stres dalam penyusunan skripsi. Sebagian mahasiswa yang diwawancara mengaku mereka mengalami stres dalam masa penyusunan skripsi.

Hasil yang diperoleh menyebutkan faktor-faktor yang memicu stres akademik dalam penyusunan skripsi disebabkan oleh kesulitan mahasiswa dalam mencari literatur, mendapatkan tekanan dari orangtua, masalah yang ditemui dalam proses penyusunan data, revisi yang dikejar waktu, masalah keuangan, serta target-target yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi.

Mahasiswa mencoba untuk mengontrol dan mengurangi tingkat stres mereka melalui banyak strategi seperti menghindar, mencari dukungan sosial dan penilaian yang positif, Mattlin dan Kessler (dalam Hamaideh, 2011). Perlu adanya

(19)

strategi coping yang di lakukan mahasiswa untuk bisa mengatasi stres yang di alami, maka dalam hal ini faktor utama yang digunakan peneliti untuk menjadi faktor yang dapat mengelola stres akademik adalah strategi coping. Seperti yang di ungkapkan Park dan Adler (dalam Struthers et al, 2000) semakin banyak mahasiswa melakukan strategi coping, semakin sedikit kerusakan psikologis yang mereka alami karena stres.

Menurut Hill (2014), pendekatan mahasiswa untuk coping stres penting untuk menentukan tingkat dan jumlah stres yang dialami. Coping stres sering menjadi faktor penentu dalam bagaimana mahasiswa dipengaruhi oleh stres.

Dalam penelitian Smith dan Renk (2007) hasil mengenai strategi coping terkait stres akademik bisa sangat membantu mahasiswa dalam mencapai pengalaman akademis yang memuaskan.

Lazarus dan Folkman (1984) mengungkapkan bahwa strategi coping adalah upaya terus-menerus mengubah kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya individu tersebut. Stres dapat memiliki efek yang sangat besar pada kehidupan individu, cara strategi coping dapat meningkatkan atau mengurangi pengalaman stres, maka dalam menghadapi stres akademik, mahasiswa harus memilih mana cara yang terbaik dan juga membantu dalam penyelesaian masalah ( Hill 2014).

Faktor selanjutnya yang digunakan peneliti yaitu dukungan sosial.

penelitian mengungkapkan bahwa orang yang memiliki tingkat dukungan sosial tinggi merasa kurang tertekan dari pada orang yang memiliki tingkat dukungan

(20)

sosial rendah sehingga dukungan sosial secara signifikan dapat memprediksi kemampuan individu untuk mengatasi stres (Wang & Dai, 2011). Misra, Crist dan Burant (2003) mengungkapkan dukungan sosial menyediakan sumber daya yang kuat bagi mahasiswa dalam mengalami perubahan kehidupan yang penuh stres.

Penelitian yang dilakukan Wilks (2008) mengungkapkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh terhadap stres akademik yang dialami oleh mahasiswa.

Negga, Applewhite dan Livingston (2007) menunjukkan bahwa ketika tingkat dukungan sosial tinggi maka tingkat stres akademik akan merendah dan sebaliknya.

MacGeorge, Santer dan Gilihan (2005) meneliti pengaruh dari adanya informasi, perilaku komunikatif yang berasal dari keluarga dan teman-teman serta hubungannya dengan stres akademik dan kesehatan jiwa mahasiswa, bahwa semakin tinggi dukungan informasi yang diberikan, maka stres akademik dan depresi yang dialami semakin menurun.

Menurut Uchino (dalam Sarafino, 2011) dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang tersedia untuk individu dari orang lain atau kelompok. Dengan dukungan sosial mahasiswa akan lebih terpacu untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya yaitu skripsi dan diharapkan mahasiswa mampu untuk bertahan untuk menyelesaikan studi dan melawan berbagai hambatan yang terjadi.

Dari penjelasan diatas, stres yang dialami oleh mahasiswa adalah merupakan konsekuesi yang wajar dari sistem pendidikan di perguruan tinggi.

Permasalahan muncul ketika dampak negatif mulai dirasakan oleh mahasiswa.

(21)

Tidak semua individu akan sama dalam menanggapi tekanan dan dampak negatif yang akan muncul, maka perlu adanya strategi coping yang dilakukan oleh masing-masing individu dan dukungan sosial yang akan membantu individu dalam bertahan untuk menghadapi tekanan yang terjadi.

Dari fenomena dan penelitian-penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, tingkat stres akademik yang dialami oleh mahasiswa berbeda mengenai hasil dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan, maka peneliti ingin mengetahui stres akademik yang dialami oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan bagaimana pengaruh strategi coping dan dukungan sosial dalam pengelolaan stres akademik terutama yang berkaitan dengan proses menyelesaikan skripsi. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peneliti merumuskan penelitian dengan judul: “Pengaruh Strategi Coping dan Dukungan Sosial Terhadap Pengelolaan Stres Akademik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti membatasi ruang lingkup masalah penelitian ini pada pengaruh variabel strategi coping dan dukungan sosial dalam mengelola stres akademik. Adapun batasan yang berkenaan dengan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Stres akademik dalam penelitian ini adalah respon psikologis terhadap tuntutan akademik dalam mengerjakan skripsi yang dinilai membebani dan

(22)

melebihi kemampuan individu. Diukur dalam lima dimensi yaitu frustration, conflicts, pressure, changes dan self imposed.

2. Strategi coping dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya individu untuk mengelola tuntutan akademik dan beradaptasi dalam kondisi dan situasi sulit yang dinilai membebani, dalam hal ini adalah tuntutan dalam mengerjakan skripsi. Pengukuran dilakukan dalam tiga dimensi strategi coping, yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan maladaptive coping.

3. Dukungan sosial dalam penelitian ini adalah hubungan yang terbentuk dari individu dengan perasaan dicintai, dihargai, disayangi untuk memberikan bantuan dari individu yang mengalami tekanan dan mengalami situasi sulit dalam mengerjakan skripsi. Pengukuran dilakukan dalam enam dimensi yaitu attachment, social integration, reassurance of worth, realible alliance dan opportunity for nurturance.

4. Mahasiswa dalam penelitian ini dibatasi pada mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 9, 11 dan 13 yang terdiri dari 11 fakultas dan sedang mengerjakan skripsi.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi coping dan dukungan sosial dalam mengelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

(23)

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan problem focused coping pada strategi coping dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotion focused coping pada strategi coping dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan maladaptive coping pada strategi coping dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan attachment pada dukungan sosial dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan sosial integration pada dukungan sosial dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan reassurance of worth pada dukungan sosial dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan reliable alliance pada dukungan sosial dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

(24)

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan guidance pada dukungan sosial dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

10. Apakah ada pengaruh yang signifikan opportunity for nurturance pada dukungan sosial dalam megelola stres akademik dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa UIN Jakarta?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh strategi coping dan dukungan sosial dalam megelola stres akademik mahasiswa yang mengerjakan skripsi.

2. Untuk mengetahui pengaruh strategi coping yang memiliki dimensi yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan maladaptive coping dalam megelola stres akademik mahasiswa yang mengerjakan skripsi.

3. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dengan dimensi yang terdiri dari attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance dan opportunity for nurturance dalam megelola stres akademik mahasiswa yang mengerjakan skripsi.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini di harapkan mampu menambah sumbangsih ilmu pengetahuan tentang mengelola stres akademik yang di pengaruhi

(25)

strategi coping dan dukungan sosial. Sehingga hasil penelitian dapat menjadi referensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat membantu mengetahui dan menjadi bahan pertimbangan hal yang dapat mengelola terjadinya stres akademik mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Sehingga akan menjadi acuan untuk menekan terjadinya stres akademik dikalangan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi.

(26)

2.1 Stres Akademik

2.1.1 Definisi Stres Akademik

Stres akademik menurut Wilks dan Spivey (2010) adalah respon tubuh terhadap tuntutan perubahan yang berupa frustasi, konflik, tekanan maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan akademik. Carveth, Gesse dan Moss (1996) menambahkan bahwa stres akademik sering berkaitan dengan persepsi mahasiswa terkait dengan tuntutan tugas yang ekstensif dan waktu yang tidak cukup untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Gadzella dan Masten (2005) mengemukakan stres akademik merupakan situasi yang berupa rangsangan atau stimulus terhadap tuntutan akademik dan melebihi sumber daya yang tersedia disertai dengan reaksi sebagai respon dari stimulus yang muncul. Sedangkan menurut Struthers, Perry dan Menec (2000) stres akademik adalah stres yang dialami oleh mahasiswa yang berhubungan dengan kondisi psikis mereka dan menunjukkan seberapa khawatir dan perasaan tertekan mereka tentang performa mereka selama masa perkuliahan.

Stres akademik adalah hasil dari kombinasi berbagai hal yang berhubungan dengan tuntutan akademik yang melebihi kapasitas adaptasi individu (Wilks, 2008). Masten (dalam Wilks, 2008) berpendapat stres akademik dapat dilihat sebagai resiko yang mengarah pada bahaya individu atau lingkungan yang meningkatkan peristiwa yang negatif. Menurut Gupta dan Khan (1987) stres

(27)

dengan kegagalan akademik, ketakutan, dan kesadaran akan memperoleh kegagalan akademik.

Dapat disimpulkan bahwa stres akademik adalah respon psikis terhadap tuntutan perubahan yang berupa konflik, frustasi, tekanan maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan akademik yang melebihi sumber daya yang tersedia.

Dari beberapa definisi di atas maka peneliti menggunakan definisi dari Gadzella dan Masten (2005) karena memiliki ruang lingkup yang luas menggambarkan stres akademik dengan definisi berupa rangsangan atau stimulus terhadap tuntutan akademik dan melebihi sumber daya yang tersedia disertai dengan reaksi sebagai respon dari stimulus yang muncul.

2.1.2 Dimensi Stres Akademik

Menurut Gadzella dan Masten (2005), pengalaman individu atas peristiwa atau situasi (stimulus) akademik yang menuntut penyesuaian diri di luar hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari terdiri dari lima dimensi sebagai berikut:

1. Frustations (frustasi), yang berkaitan dengan keterlambatan dalam mencapai tujuan, kesulitan sehari-hari, kekurangan sumber daya, kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan, tidak diterima secara sosial, kekecewaan dalam menjalani hubungan, dan melewatkan kesempatan.

2. Conflicts (konflik), berkaitan dengan pemilihan dua atau lebih alternatif yang di inginkan, dua atau lebih alternatif yang diinginkan, dan antara alternatif yang diinginkan dan tidak diinginkan.

(28)

3. Pressures (tekanan), berkaitan dengan kompetisi, deadline, beban kerja yang berlebihan

4. Changes (perubahan), berkaitan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, banyaknya perubahan dalam waktu yang bersamaan, serta kehidupan dan tujuan yang terganggu.

5. Self-imposed (pemaksaan diri), berkaitan dengan keinginan seseorang untuk berkompetisi, disukai oleh semua orang, mengkhawatirkan segala hal, prokrastinasi, mempunyai solusi terhadap masalah, dan kecemasan dalam menghadapi ujian.

Sun, Dunne dan Hou (dalam Thanh et al, 2015), menjelaskan stres akademik yang terdiri dari lima dimensi, yaitu:

1. Including pressure to study (tekanan untuk belajar), berkaitan dengan tenkanan yang dirasakan dari pendidikan, masa depan, pekerjaan, dari orang tua, dan lingkungan sekolah.

2. Worry about grades (khawatir tentang nilai), berhubungan dengan kecemasan pribadi tentang kinerja disekolah.

3. Self expectation stress (stres harapan diri), adalah persepsi stres yang dirasakan dari kegagalan seseorang untuk memenuhi tujuan pendidikan.

4. Workload (beban kerja), mengacu pada stres karena waktu belajar yang berlebihan, pekerjaan rumah dan beban penilaian.

5. Study despondency (keputusasaan belajar), mengacu pada kurangnya kepercayaan diri dan konsentrasi di kelas dan ketidakpuasan dalam kinerja akademis secara keseluruhan.

(29)

Dalam beberapa dimensi yang dijelaskan diatas, peneliti menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Gadzella dan Masten (2005) yang terdiri dari lima dimensi yaitu frustration, conflicts, pressure, changes dan self imposed, karena sejalan dengan definisi yang diambil oleh peneliti dalam menjelaskan stres akademik.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan stres akademik. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Stressor utama (life stress)

Penelitian yang dilakukan oleh Misra, Crist dan Burant. (2003) juga menyatakan faktor lain mengenai stres akademik yaitu, stres kehidupan atau yang disebut sebagai stressor utama dapat memprediksi terjadinya stres akademik dan reaksi terhadap stressor tersebut. Hal ini terjadi karena individu dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang ditemuinya yang memicu terjadinya stres akademik.

2. Studi yang dilakukan oleh Agolla dan Ongori (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres akademik, diantaranya:

a. Performa akademik yang buruk secara terus menerus b. Perlakuan tidak baik oleh teman

c. Beban akademik yang terlalu berat

d. Sumber yang tidak memadai untuk mengerjakan tugas e. Ketidakpastian untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus f. Kompetisi dengan teman

(30)

g. Tidak menghadiri perkuliahan h. Konflik dengan teman dan dosen i. Motivasi yang rendah

Selain faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stres akademik, terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang individu dalam menghadapi peristiwa yang menyebabkan stres. diantaranya:

1. Dukungan sosial

Penelitian yang dilakukan oleh Wilks (2008) menunjukkan dukungan sosial memiliki hubungan yang negatif terhadap stress akademik, yakni semakin tinggi dukungan sosial yang individu terima maka semakin rendah stres akademik pada individu. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa dukungan sosial dalam stres akademik memainkan peran protektif dengan ketahanan di tengah lingkungan stres akademik.

2. Strategi Coping

Seperti yang diungkapkan oleh Curtis Hill (2014), pendekatan mahasiswa untuk coping stres penting untuk menentukan keberhasilan sebagai tingkat dan jumlah stres yang dialami, coping stres penting, dan sering menjadi faktor penentu dalam bagaimana siswa dipengaruhi oleh stres.

3. Sense of humor

Dalam penelitian Martin dan Lefcourt (dalam Kuiper, 2012), menunjukkan bahwa individu dengan level humor yang tinggi dapat lebih tahan terhadap dampak negatif dari stressor dalam kehidupan mereka dibandingkan dengan individu yang level humornya rendah.

(31)

Dari penjelasan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi stres akademik, penelitian ini fokus untuk meneliti hal yang dapat menunjang individu dalam menghadapi stres akademik, diantaranya yaitu strategi coping dan dukungan sosial.

2.1.4 Pengukuran Stres Akademik

Stres akademik dapat diukur dengan Gadzella’s Student-Life Stress Inventory (1994) yang terdiri dari 51 item dalam format respon berupa skala Likert yang berkisar antara 1 (tidak pernah) hingga 5 (hampir sepanjang waktu). Skala ini disusun untuk mengukur lima kategori dari stressor akademik diukur dengan subskala frustasions, conflicts, pressures, changes, self imposed (Gadzella &

Masten, 2005).

Instrumen pengukuran stres akademik lainnya yaitu Academic Stress Scale (ASS) yang disusun oleh Kohn dan Frazer 1986, (dalam Wilks & Spivey, 2010).

ASS terdiri dari 35 item. ASS mengukur kekhawatiran akademik dengan tiga subskala yakni fisik, psikologis dan psikososial. Respon item menggunakan format likert yang menggunakan 10 poin mulai dari 0 (not stressful) hingga 9 (extremely stressful). Respon item dijumlahkan lalu dihitung rata-ratanya, berkisar dari 0 sampai 9, dengan rata-rata yang lebih tinggi menunjukkan stres akademik yang lebih besar.

Penelitian ini menggunakan Student-Life Stress Inventory disusun oleh Gadzella (1994) dan telah dimodifikasi. Dalam penelitian ini skala yang diambil hanya dari kategori stressor akademik saja (yaitu frustasions, conflicts, pressures, changes, self imposed). Terdapat beberapa alasan dalam memilih inventori ini.

(32)

Alasan pertama yaitu inventori ini biasa digunakan pada mahasiswa. Inventori ini juga dapat mencerminkan kehidupan mahasiswa di dalam dan di luar kampus.

Selain itu, inventori ini mempunyai lingkup yang lebih luas dalam mengukur stres akademik.

2.2 Strategi Coping

2.2.1 Definisi Strategi Coping

Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan strategi coping sebagai usaha mengubah kognitif dan perilaku secara terus-menerus untuk mengelola tuntutan eksternal dan/atau internal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya individu tersebut. Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan strategi coping sebagai proses dimana individu mencoba mengelola perbedaan antara tuntutan dan sumber daya yang mereka nilai sebagai situasi yang stressful. Kata mengelola dalam definisi ini menunjukkan bahwa usaha coping yang dilakukan bervariasi, tidak harus langsung menuju kepada pemecahan masalah.

Nieve (2014) menjelaskan strategi coping adalah kewaspadaan, perhatian, dan pemantauan seseorang yang mengacu pada upaya kognitif untuk menganalisis atau mengubah pemikiran seseorang tentang masalah. Strategi coping dapat digambarkan sebagai upaya kognitif dan perilaku yang digunakan individu untuk mengelola tuntutan spesifik atau stressor yang melebihi sumber daya tersedia Dressler (1991). Menurut Bahramizade dan Besharat, 2010 (dalam Nieve, 2014) strategi coping adalah upaya seseorang yang tekun dalam menyelesaikan dan mengelola stressor.

(33)

Dapat disimpulkan bahwa strategi coping adalah upaya mengelola tuntutan eksternal atau internal yang membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki.

Penelitian ini menggunakan definisi coping dari Lazarus dan Folkman (1984) karena secara lebih spesifik menjelaskan adanya proses pada kognitif dan perilaku, juga adanya batasan dalam definisinya mengenai strategi coping berfokus pada tuntutan yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya seseorang. Segala bentuk tingkah laku maupun pemikiran yang tidak membutuhkan usaha lebih tidak dapat digolongkan sebagai coping.

2.2.2 Dimensi Strategi Coping

Carver et.al (1989) mengembangkan multidimensional coping inventory untuk menilai berbagai cara individu dalam merespons stres yang dibagi atas tiga dimensi yang diadaptasi dari Lazarus dan Folkman (1984) , yaitu problem focused coping, emotion focused coping dan maladaptive coping yang terbagi atas tiga belas subdimensi.

Problem focused coping, merupakan upaya untuk memecahkan masalah atau usaha untuk melakukan tindakan langsung pada sumber stres dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah atau mengurangi sumber stres. Hal ini dilakukan jika individu merasa bahwa sesuatu yang konstruktif dapat dilakukan terhadap situasi tersebut, atau individu tersebut yakin bahwa sumber daya yang dimilikinya dapat mengubah situasi. Coping ini terdiri atas lima subdimensi, yaitu:

a. Active coping, pengambilan langkah aktif yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stressor ataupun memperbaiki dampak stres.

(34)

b. Planning, yakni memikirkan bagaimana cara menghadapi stressor yang ada.

Aktivitas ini meliputi pencetusan strategi tindakan yang akan digunakan dan bagaimana cara yang terbaik dalam menghadapi masalah.

c. Suppresion of competing activities, yakni mengurangi aktivitas lain, sehingga dapat lebih fokus dan dalam menghadapi masalah atau tantangan yang dihadapi.

d. Restraint coping atau pengendalian, merupakan bentuk coping menunggu adanya kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan diri, dan bertindak dengan pemikiran yang matang.

e. Seeking of instrumental social support merupakan bagian dari penyelesaian masalah yang bersifat instrumental seperti mencari saran, bantuan serta informasi yang dapat membantunya menyelesaikan masalah.

Emotion focused coping, merupakan usaha untuk mengurangi atau mengelola tekanan emosional yang diasosiasikan dengan situasi, bertujuan untuk mengurangi atau mengatur emosi negatif yang ditimbulkan oleh situasi yang menekan. Emotion focused coping cenderung ada ketika individu tidak dapat mengubah situasi yang menekan dan hanya dapat menerima situasi tersebut karena sumber daya yang dimilikinya tidak sekuat untuk menghadapi tuntutan situasi. Coping ini terdiri atas lima subdimensi, yaitu:

a. Seeking social support for emotional reasons, merupakan coping dengan mencari dukungan sosial seperti dukungan moral, simpati dimengerti atau sikap orang lain yang memahami masalahnya.

(35)

b. Positive reinterpretation and growth, merupakan usaha mengatasi emosi negatif yang dialaminya dengan cara mencoba untuk mencari sisi positif atau hikmah dari pengalamannya.

c. Denial, yakni menolak untuk percaya bahwa stressor yang dihadapi benar-benar ada atau bertindak seolah-olah stressor tidak nyata.

d. Acceptance merupakan kebalikan dari denial, dimana seseorang dapat menerima dapat menerima kenyataan dari situasi yang penuh stress.

e. Turning religion merupakan coping merupakan pengembalian masalah pada agama guna meminta pertolongan pada Tuhan. McCrae and Costa (dalam Carver et.al, 1989) menjelaskan bahwa coping ini cukup penting untuk banyak orang. Ini dikarenakan agama dianggap mampu menyediakan dukungan sosial.

Maladaptive coping adalah pengurangan usaha untuk mengatasi masalah dan pengalihan pada suatu kegiatan. coping ini berpotensi mengahambat pengunaan active coping. Coping ini bisa menjadi tidak berfungsi apabila digunakan dengan waktu yang lama. Coping ini terdiri atas tiga subdimensi, yaitu:

a. Focussing on and venting of emotions, merupakan coping yang cenderung fokus pada stress atau kesusahan yang dialami untuk memberi ruang perasaan itu. Fokus pada stress dapat mengalihkan individu untuk melakukan active coping.

b. Behavioral disengagement, yaitu pengurangan usaha dari individu untuk mengatasi sumber stres, bahkan sampai menyerah dalam mencapai tujuan karena dihambat oleh sumber stress. Coping ini direfleksikan pada perilaku helplessness (ketidak berdayaan).

(36)

c. Mental disengagement, merupakan variasi dari behavioural disengagement.

Coping ini menggunakan aktifitas alternatif untuk mengatasi stres. Contohnya, seperti melamun, dengan tidur dan menononton televisi.

2.2.3 Pengukuran Strategi Coping

Pengukuran coping dapat menggunakan alat ukur yang bernama ways of coping questionare (WoCQ). Skala ini dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (1986).

WoCQ terdiri atas 66 item yang mengukur delapan subdimensi, yaitu confrontive coping, distancing, self-controlling, s`eeking social support, accepting responsibility, escape-avoidance, planful problem-solving dan positive reappraisal dengan bentuk respon menggunakan skala likert.

Selain WoCQ yang dibuat oleh Lazarus dan Folkman, Carver et.al (1989) juga mengembangkan alat ukur coping yang di adaptasi dari Lazarus dan Folkman yang disebut dengan COPE inventory. COPE inventory pertama kali dipakai oleh Carver et.al pada tahun 1989. Alat ukur ini terdiri atas 52 item yang mengukur 3 dimensi, yaitu problem-focused coping, emotion-focused coping dan maladaptive coping dengan 13 subdimensi active coping, planning, suppression of competing activities, restraint coping, positive reinterpretation & growth, seeking of emotional social support, positive reinterpretation, acceptance, denial, turning to religion, focus on and venting of emotions, behavioral disengagement dan mental disengagement dengan bentuk respon menggunakan skala likert. Seiring dengan waktu COPE inventory mengalami perkembangan.

Dikarenakan COPE inventory berjumlah 60 item, tentu dalam pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama. Berangkat dari persoalan ini

(37)

Carver (1997) membuat alat ukur COPE yang lebih ringkas atau disebut dengan Brief COPE. Brief COPE sedikit berbeda dengan COPE inventory, karena pada Brief COPE satu subdimensi diukur dengan dua item dimana pada COPE inventory satu subdimensi diukur menggunakan empat item. Selain itu ada tiga subdimensi yang dirubah namanya yaitu positive reinterpretation and growth menjadi positive reframing, focus on and venting of emotions menjadi venting dan mental disengagement menjadi self distraction. Restraint dan suppression of competing activities dihilangkan karena pada penelitian sebelumnya tidak berpengaruh signifikan (Carver, 1997). Sehingga pada saat ini Brief COPE mengukur tiga dimensi, yaitu problem-focused coping, emotion-focused coping dan maladaptive coping. Dengan 14 subdimensi self-distraction, active coping, denial, substance use, use of emotional support, use of instrumental support, behavioral disengagement, venting, positive reframing, planning, humor, acceptance, religion dan self-blame dengan jumlah item 28.

Pada penelitian ini penulis menggunakan alat ukur Brief COPE yang diadaptasi dari instrument bakunya yang berbahasa Inggris kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Selain itu alat ukur ini lebih baru dibandingkan COPE inventory dan jumlah item yang lebih ringkas sehingga tidak menghabiskan banyak waktu dalam pengerjaannya.

2.3 Dukungan Sosial

2.3.1 Defnisi Dukungan Sosial

Weiss (1974) menjelaskan dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan

(38)

dihargai, disayang, untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya. Sarafino (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada pemberian kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya. Selain itu, Ritter (1998) secara umum mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada bantuan emosional, instrumental dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang.

Menurut Rietschlin (1998) dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi dari orang lain yang mencintai dan peduli, menghargai dan bernilai, dan bagian dari jaringan komunikasi serta menjadi kewajiban bersama dari orang tua, pasangan, orang-orang yang berkepentingan, teman-teman, lingkungan sosial, dan komunitas tertentu.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas peneliti merangkum dan merumuskan definisi dukungan sosial sebagai penerimaan dari orang atau kelompok terhadap individu , yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong, sehingga menimbulkan perasaan bahwa ia menjadi bagian di lingkungan sosialnya.

Dari beberapa definisi di atas maka peneliti akan menggunakan definisi dari Weiss (1974) yang menyatakan dukungan sosial sebagai proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan dihargai, disayang, untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya.

(39)

2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial

Weiss (1974) mengembangkan The Provisions Scale untuk mengukur ketersediaan dukungan sosial yang diperoleh dari hubungan individu dengan orang lain. Terdapat enam dimensi di dalamnya, yaitu:

1. Attachment (kelekatan)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh kelekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia.

Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau anggota keluarga atau teman dekat atau sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang dekat.

2. Social Integration (integrasi sosial)

Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama dan bisa menghilangkan perasaan kecemasan walaupun hanya sesaat.

3. Reassurance of Worth

Pada dukungan sosial jenis ini seseorang mendapat pengakuan atas kemampuan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga/instansi atau sekolah/organisasi.

(40)

4. Reliabel Alliance

Dalam dukungan sosial jenis ini, seseorang mendapat dukungan sosial berupa bahwa nanti akan ada yang bisa diandalkan baik itu diri sendiri atau teman sebaya yang akan menolong ketika ada kesulitan.

5. Guidance

Dukungan sosial Jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial yang memungkinkan orang mendapatkan informasi, saran atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi.

6. Opportunity for Nurturance

Suatu aspek paling penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan oleh orang lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Weiss (1974) dengan komponen dukungan sosial yaitu memperoleh kelekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima, lalu memperoleh perasaan memiliki dalam suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama, mendapat pengakuan atas kemampuan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain, mendapat dukungan sosial, mendapatkan informasi, saran atau nasehat diperlukan dalam memenuhi keebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi, dan perasaan dibutuhkan oleh orang lain.

(41)

2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial

Terdapat beberapa instrument untuk mengukur dukungan sosial, antara lain:

1. Social Support Questionnaire (SSQ). Alat ukur ini dikembangkan oleh Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham R. B. (1983). Alat ukur ini terdiri dari 27 item dengan lima poin skala likert. Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan dukungan sosial dan selanjutnya mengevaluasi kepuasan dukungan sosial yang diterima.

2. Index of Social Support Scale. Alat ukur ini dikembangkan oleh (Yang &

Clum, 1994). Alat dirancang untuk menilai kualitas dan kuantitas kontak sosial mahasiswa yang terdiri dari 40 item dengan skala ranking dan mencakup empat aspek yaitu, contact with own culture, contact with local community, contact with new friend, contact with religious place.

3. Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang dikembangkan oleh Dunkel Schetter, Folkman dan Lazarus (1987). Alat ukur ini terdiri dari 40 item yang mengukur empat aspek yaitu, tangible support, belonging support, self-esteem support dan appraisal support.

4. The Social Provision Scale. Alat ukur ini dikembangkan oleh Weiss (1974) Alat ukur ini berjumlah 24 item yang terdiri dari enam aspek yang mengukur dukungan social dan keberadaannya saling berkaitan yaitu, attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance dan opportunity for nurturance.

Pengukuran dukungan social dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Weiss (1974) yaitu The Social Provision Scale yang

(42)

mengemukakan adanya enam komponen dukungan sosial dan memiliki 24 item dengan format respon menggunakan skala likert yang berkisar 1 (sangat tidak setuju) hingga 4 (sangat setuju). Peneliti memilih untuk menggunakan alat ukur ini karena dimensi yang sejalan dengan teori dukungan sosial yang digunakan pada penelitian ini.

2.4 Kerangka Berfikir

Stres akademik adalah situasi pengalaman stres individu yang berupa rangsangan atau stimulus terhadap tuntutan akademik yang melebihi sumber daya yang tersedia. Penelitian ini mengungkapkan stres akademik sebagai stimulus dimana pengalaman stres akademik dalam penelitian ini berasal dari lima aspek penyebab terjadinya stres yaitu frustration (frustasi), conflicts (konflik), pressure, (tekanan) changes (perubahan) dan self imposed (keinginan diri).

Stres akademik tidak selalu menjadi hal yang buruk karena ketika individu dapat menjadikan pengalaman stresnya sebagai kekuatan hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Namun dari studi pendahuluan ysng dilakukan peneliti dari 20 individu hanya sebagian yang menjadikan pengalaman stres yang dialami menjadi kekuatan dalam menghadapi stres akademik. Sehingga penelitian ini perlu dlakukan untuk menentukan apa saja faktor-faktor yang dapat membantu individu dalam menghadapi stres akademik.

Dalam penelitian ini telah dikemukakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan stres akademik dan faktor-faktor yang dapat menjadi penguat dalam megelola stres akademik. Dalam penelitian ini menggunakan faktor yang dapat membantu individu dalam mengelola stres akademik.

(43)

Faktor pertama yang digunakan peneliti adalah strategi coping yaitu usaha untuk mengelola tuntutan yang membebani atau melebihi sumber daya individu tersebut dan faktor strategi coping memliki hubungan yang negatif terhadap stres akademik yaitu semakin tinggi strategi coping yang dilakukan individu maka semakin rendah stres akademik yang di alami individu dan berlaku sebaliknya.

Strategi coping dalam penelitian ini terdiri dari tiga dimensi, yang pertama adalah problem focused coping yaitu tindakan untuk mengatasi sumber stres dengan fokus terhadap masalah. Yang kedua adalah emotion focused coping merupakan usaha untuk mengurangi atau mengelola tekanan emosional yang diasosiasikan dengan situasi. Dan yang ketiga yaitu maladaptive coping adalah pengurangan usaha untuk mengatasi masalah dan pengalihan pada suatu kegiatan.

Variabel selanjutnya dalan penelitian ini adalah dukungan sosial, dalam penelitian mengungkapkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh terhadap stres akademik yang dialami oleh mahasiswa. Hubungan dukungan sosial dengan stres akademik adalah hubungan yang negatif, artinya ketika individu memperoleh dukungan sosial yang tinggi maka stres akademiknya semakin rendah dan berlaku sebaliknya.

Dukungan sosial dalam penelitian ini terdiri dari enam aspek. Aspek pertama adalah attachment dimana individu memiliki kelekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman pada dirinya. Hubungan yang muncul antara stres akademik dan attachment merupakan hubungan yang negatif. Oleh karena itu ketika individu berada pada situasi stres namun individu merasa memiliki rasa

(44)

aman dan terlindungi yang kuat berasal dari kelekatan orang terdekat hal ini akan membantu mereduksi sehingga stres akademiknya menjadi rendah.

Aspek yang kedua social integration yakni dimana seseorang memiliki sebuah kelompok yang menjadikan tempat berbagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang rekreatif secara bersama. Ketika individu memiliki kelompok dengan tujuan yang rekreatif maka dalam menghadapi situasi stres akademik yang muncul individu akan kembali ke kelompok rekreatifnya untuk mendapatkan dukungan dalam menghadapi situasi stres akademik yang menghampirinya. Sehingga semakin tinggi dukungan dari kelompok maka semakin rendah stres akademiknya.

Selanjutnya aspek ketiga reassurance of worth dimana individu mendapatkan pengakuan atas kemampuan yang dimilikinya. Ketika individu individu mendapat pengakuan atas kemampuan individu dalam bidang akademik, hal ini dapat menjadi sebuah penguataan diri individu saat berada pada situasi stres sehingga stres akademik individu menjadi rendah. Lalu aspek keempat adalah reliable alliance dalam hal ini individu memiliki hubungan yang dapat diandalkan ketika individu membutuhkan bantuan pada saat situasi stres akademik hadir. Individu akan merasa lebih tenang pada saat situasi stres mereka memiliki orang-orang disekeliling mereka yang dapat membantu mereka mengurangi situasi stress akademik yang sedang mereka hadapi.

Kemudian aspek kelima adalah guidance hubungan sosial ini diharapkan seseorang mendapatkan saran, nasihat serta informasi dalam mengatasi stres akademik, dan yang terkhir adalah opportunity for nurturance yaitu dimana

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dijelaskan bahwa setiap penambahan jarak sarad lateral sebesar 1 m akan meningkatkan biaya penyaradan dalam setiap tripnya sebesar Rp 13,40 I m3

Nor, dan Nor +. Terdapat beberapa pepohonan pada daerah Line 1 yang pada jam tertentu akan memberi naungan pada lokasi Line 1. Intensitas cahaya tersebut tidak

Secara keseluruhan pada domain environment dapat dikatakan Akparyo belum siap untuk mengimplementasikan Sistem Informasi Akademik dengan memiliki nilai

Segmentasi atau pengelompokan tersebut telah dilakukan oleh tim pemenangan pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana sebelum melakukan strategi marketing

Kemudian data tersebut dapat diklasifikasikan dan ditentukan bagaimana hubungan status gizi dengan hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 5 Banda Aceh menggunakan

Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) serta Multiple Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis

Skala komitmen organisasi dalam penelitian ini juga layak untuk dijadikan acuan digunakan atau diterapkan dalam mengekspresikan komitmen pada perawat, karena hasil

Jika ternyata suatu item memiliki kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada banyak item lain, maka berarti bahwa item tersebut