• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA PUTAT TANGGULANGIN SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA PUTAT TANGGULANGIN SIDOARJO"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA

PUTAT TANGGULANGIN SIDOARJO

\

Oleh :

SYLVIA PUTRI R.

1901037

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2022

(2)

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA PUTAT TANGGULANGIN SIDOARJO

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh :

SYLVIA PUTRI R.

1901037

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2022

ii

(3)

Nama : Sylvia Putri R.

NIM : 1901037

Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 23 Januari 2001

Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “ STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA PUTAT TANGGULANGIN SIDOARJO”

adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, 30 Juni 2022 Yang Menyatakan,

SYLVIA PUTRI R.

1901037

Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns.,M.Kes Meli Diana, S.Kep.,Ns.,M.Kes NIDN.0725027901 NIDN. 0724098402

iii

(4)

Nama : Sylvia Putri R.

Judul : Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Penderita Tuberkulosis Paru dengan Pendekatan Keluarga Binaan di Desa Putat Tanggulangin Sidoarjo.

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 04 Juli 2022

Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns.,M.Kes Meli Diana, S.Kep.,Ns.,M.Kes NIDN. 0725027901 NIDN. 0724098402

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes NIDN. 0703087801

iv

(5)

Telah di uji dan di setujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Tanggal: 04 Juli 2022

Tim penguji Tanda Tangan

Ketua : Agus Sulistyowati, S.Kep. M.Kes ...

Anggota : 1. Meli Diana, S.Kep., Ns.,M.Kes ...

2. Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns.,M.Kes ...

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep. M.Kes NIDN. 0703087801

v

(6)

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA PUTAT TANGGULANGIN SIDOARJO” ini dengan tepat waktu.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.

2. Orang tua yang memberikan yang telah memberikan dukungan dan doa dalam menjalani studi ini.

3. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

4. Riesmiyatiningdyah,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 1 pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Meli Diana, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 2 dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Kepada responden yang sudah mau meluangkan waktunya dan mau mengikuti kegiatan dengan baik.

Sidoarjo, 04 Juli 2022

Sylvia Putri R

vi

(7)

SURAT PERNYATAAN...iii

LEMBAR PERSETUJUAN...iv

HALAMAN PENGESAHAN...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...x

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan...3

1.3.1 Tujuan Umum...3

1.3.2 Tujuan Khusus...3

1.4 Manfaat Penulisan...4

1.5 Metode Penulisan...5

1.5.1 Metode...5

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data...5

1.5.3 Sumber Data...6

1.5.4 Studi Kepustakaan...6

1.5.5 Sistematika Penulisan...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...8

2.1 Konsep Penyakit...8

2.1.1 Pengertian Penyakit...8

2.1.2 Etiologi...8

2.1.3 Klasifikasi Penyakit...9

2.1.4 Manifestasi Klinis...9

2.1.5 Patofisiologi...10

2.1.6 Komplikasi...11

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang...12

2.1.8 Penatalaksanaan...12

2.2 Konsep Dasar Lansia...13

2.2.1 Pengertian Lansia...13

2.2.2 Klasifikasi Lansia...13

2.2.3 Ciri-Ciri Lansia...14

2.2.4 Perubahan perubahan yang terjadi pada lansia...15

2.2.5 Tipe – Tipe Lansia...21

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Lansia...23

2.3.1 Pengkajian...23

2.3.2 Pemeriksaan Fisik...25

2.3.3 Intervensi Keperawatan...32

2.3.4 Implementasi Keperawatan...34

2.3.5 Evaluasi Keperawatan...34

2.3.6 Pathway TBC...36

BAB III TINJAUAN KASUS...36

3.1 Asuhan Keperawatan...36

3.1.1 Pengkajian...36

vii

(8)

3.1.5 Implementasi Keperawatan...50

3.1.6 Catatan Perkembangan...53

3.1.7 Evaluasi Keperawatan...54

BAB IV PEMBAHASAN...57

4.1 Pengkajian...57

4.1.1 Identitas Klien...57

4.1.2 Keluhan Utama...57

4.1.3 Riwayat Kesehatan saat ini...58

4.1.4 Riwayat Kesehatan Sebelumnya...59

4.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga...59

4.1.6 Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan...59

4.1.7 Riwayat Nutrisi dan Cairan...60

4.1.8 Pemeriksaan Kognitif, Fungsional, dan Sosial...60

4.1.9 Pemeriksaan Fisik...61

4.2 Diagnosa Keperawatan...66

4.3 Intervensi Keperawatan...67

4.4 Implementasi Keperawatan...68

4.5 Evaluasi Keperawatan...70

BAB V PENUTUP...72

5.1 Simpulan...72

5.2 Saran...73

DAFTAR PUSTAKA...75

LAMPIRAN...80

viii

(9)

Tabel 2.1 Fungsi Kognitif...24

Tabel 2.2 Indeks KATZ...25

Tabel 2.3 Intervensi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas...32

Tabel 2. 4 Intervensi Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit...33

Tabel 2. 5 Intervensi Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ...34

YTabel 3. 1 Identitas pasien... ...37

Tabel 3. 2 Riwayat Kesehatan...37

Tabel 3. 3 Riwayat Psikososial...39

Tabel 3. 4 Riwayat Nutrisi dan Cairan...40

Tabel 3. 5 Identifikasi Kemampuan Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari...40

Tabel 3. 6 Hasil pemeriksaan fisik...41

Tabel 3. 7 Analisa Data...44

Tabel 3. 8 Diagnosa Keperawatan...48

Tabel 3. 9 Intervensi...49

Tabel 3. 10 Implementasi...49

Tabel 3. 11 Catatan Perkembangan...52

Tabel 3. 12 Evaluasi...56

ix

(10)

Gambar 2. 1 Pathway Tuberkulosis Paru...36 Gambar 3.1 Genogra

...39

x

(11)

Lampiran 1 Inform Consent...78 Lampiran 2 Dokumentasi...95

xi

(12)

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama bagi kesehatan, menjadi ancaman serius di kalangan masyarakat seluruh dunia.

Pengendalian dari penyakit ini dipengaruhi dengan peningkatan penyakit yang dapat menurunkan daya tahan tubuh misalnya DM dan HIV. Kemiskinan dan pengetahuan yang sangat minim tentang tanda dan gejala serta risiko menularnya berbagai macam penyakit juga dianggap factor penting yang dapat meningkatkan resiko dari paparan penyakit seperti Tuberkulosis paru. (Rathauser et al, 2019 dalam Niswah et al., 2021). Fenomena yang terjadi di Desa Putat Tanggulangin, Sidoarjo yaitu lansia penderita TBC tidak patuh dalam pengobatan yang dijalani, seperti menyepelekan mengkonsumsi obat selama 6-8 bulan. Karena biasanya penderita hanya rutin minum obat dalam waktu 2 minggu saja, setelah 2 minggu minum obat biasanya penderita merasakan kondisi kesehatannya sudah membaik, dan mereka memutuskan untuk berhenti minum obat, karena merasa tidak suka minum obat terus-menerus. Selain itu lansia penderita TBC hidup seorang diri dan tidak ada yang mengingatkan untuk meminum obat secara rutin. Kondisi rumah lansia penderita TBC terlihat kumuh, ventilasi kurang sehingga cahaya matahari tidak masuk secara baik.

Jumlah kasus baru Tuberkulosis di Indonesia meningkat sebanyak 845.000 kasus pada tahun 2020. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki 1,4 lebih besar dibandingkan perempuan (Kemenkes, 2017 dalam Niswah et al., 2021)

1

(13)

Kasus Tuberkulosis paru di Jawa Timur sebanyak 56.445 penduduk (Kemenkes, RI 2019 dalam Niswah et al., 2021). Pada tahun 2020 penderita tuberkulosis paru di Kabupaten Sidoarjo sebanyak 5.694 kasus baru TBC. Dari jumlah tersebut hanya 44,2% atau sekitar 2.516 orang yang tercover pengobatan tuberkulosis paru dan ditangani fasilitas kesehatan (Eunike, 2020). Menurut data dari kader posyandu lansia kasus tuberkulosis paru yang diderita oleh lansia di Desa Putat sebanyak 15 orang dari 95 orang. Data yang diambil pada Oktober 2021.

Penularan penyakit tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri mycrobacterium Tuberkulosis yang melalui udara yang dapat menyerang saluran pernapasan dan paru-paru. Pada saat penderita batuk dan bersin, kuman tuberkulosis paru dan BTA positif yang berbentuk droplet sangat kecil ini akan berterbangan ke udara. Droplet yang sangat kecil kemudian mengering dengan cepat menjadi yang mengandung kuman akan terhirup oleh orang lain. Apabila droplet ini telah terhirup dan bersarang di dalam paru-paru seseorang, maka kuman ini akan berkembang biak. Kemudian akan terjadi infeksi dari penderita ke calon penderita lain (Naga,2012 dalam Niswah et al., 2021). Apabila tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi yaitu hemoptisis berat, kolaps, dan pneumotorak, serta juga menyebabkan penyebaran infeksi ke orang lain (Wahid&Suprapto,2013 dalam Niswah et al., 2021).

Tindakan penatalaksanaan perlu dilakukan pencegahan dan penanggulangan Tuberkulosis paru dengan cara mengatur manajemen kesehatan keluarga dalam mengelola Tuberkulosis paru dengan cara pemberian edukasi kepada keluarga.

Peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga pada Tuberkulosis paru. Perawat secara promotif dapat

(14)

meningkatkan pengetahuan pada penderita tuberkulosis paru dengan cara melakukan penyuluhan tentang pencegahan penyakit tersebut. Peran perawat secara preventif harus mengajarkan tentang cara membuang dahak dengan benar agar tidak tertular oleh orang lain, perawat juga dapat mengajarkan klien melakukan batuk efektif dengan benar agar klien dapat mengeluarkan dahak yang susah dikeluarkan di bronkusnya. Peran perawat secara kuratif menganjurkan pasien minum obat yang sudah di resepkan oleh dokter selama 6-8 bulan tanpa putus, pasien dapat rawat jalan dengan metode ini. Peran perawat secara rehabilitatif menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan rutin kondisi di rumah sakit dan menjalankan pengobatan selama 6-8 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan rumusan masalah “ Bagaimanakah Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Penderita Tuberkulosis Paru dengan Pendekatan Keluarga Binaan di Desa Putat Tanggulangin Sidoarjo ? ”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Penderita Tuberkulosis Paru dengan Pendekatan Keluarga Binaan di Desa Putat Tanggulangin Sidoarjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji Lansia dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru di Desa Putat Tanggulangin

(15)

1.3.2.2 Merumuskan Diagnosis Keperawatan Pada Lansia Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru di Desa Putat Tanggulangin

1.3.2.3 Merencanakan Tindakan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru di Desa Putat Tanggulangin

1.3.2.4 Melaksanakan rencana tindakan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru di Desa Putat Tanggulangin

1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru di Desa Putat Tanggulangin

1.4 Manfaat Penulisan

Terkait dengan tujuan, maka tugas terakhir ini dapat memberi manfaat : 1.4.1 Akademis, hasil penelitian ini merupakan sumbangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal asuhan keperawatan Pada Lansia dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru

1.4.2 Secara praktis, tugas ini akan bermanfaat bagi : 1.4.2.1 Bagi pelayanan kesehatan

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan Kesehatan agar dapat melakukan asuhan keperawatan Pada Lansia dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru

1.4.2.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan Pada Lansia dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru

(16)

1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan Pada Lansia dengan Tuberkulosis Paru

1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang dapat menjabarkan gejala yang terjadi pada saat ini yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara

Dapat diperoleh melalui komunikasi antar klien maupun tim kesehatan yang lain.

1.5.2.2 Observasi

Data diperoleh melalui pengamatan secara langsung kepada klien.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menegakkan diagnosa dan tindakan selanjutnya.

(17)

1.5.3 Sumber Data 1.5.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien.

1.5.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang di dapat dari keluarga pasien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan permasalahan apa saja yang dapat muncul dan dibahas.

1.5.5 Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dipahami studi kasus dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1.5.5.1 Bagian awal, meliputi halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

1.5.5.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut ini :

Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, sistematika penulisan studi kasus.

Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan pada lansia dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis paru serta kerangka masalah.

Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

(18)

Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

Bab 5 : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

1.5.5.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(19)

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan keperawatan Lansia dengan Tuberkulosis Paru di Desa Putat Tanggulangin Sidoarjo. Konsep penyakit akan di uraikan definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah – masalah yang muncul pada penyakit Tuberkulosis paru dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian , diagnose,perencanaan,pelaksanaan,evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Pengertian Penyakit

Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat menurunkan daya tahan tubuh dan dapat menular secara cepat yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis, bakteri ini merupakan sejenis kuman yang

berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Kuman ini berstruktur atas lipid (lemak) dan membuat kuman lebih tahan lama terhadap berbagai gangguan fisik, kimia, dan juga asam (Muhammad, 2012).

2.1.2 Etiologi

Penyakit Tuberkulosis terjadi karena infeksi bakteri mycrobacterium Tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang lurus tidak terdapat sel. Bakteri ini berukuran lebar 0,3-0,6 mm dan panjang 1,4 mm. Bakteri ini bersifat aerob, hidup berpasang atau berkelompok, tahan asam, dapat hidup bertahan selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun, dapat bertahan hidup lama pada udara kering, dingin, dan lembab, mudah mati terkena sinar

8

(20)

matahari dengan sinar ultraviolet dan dapat tahan hidup pada suhu 60 derajat penularan Tuberkulosis dapat terjadi dikarenakan bakteri pada penderita dibatukkan atau dibersinkan kemudian menjadi percikan atau cairan dalam udara (Depkes RI, 2013 dalam Niswah et al., 2021).

2.1.3 Klasifikasi Penyakit

Menurut (Kemenkes RI, 2014 dalam Niswah et al., 2021) klasifikasi pasien Tuberkulosis berdasarkan hasil uji kepekaan dari Mycrobacterium Tuberkulosis terhadap OAT dapat di klasifikasikan meliputi:

2.1.3.1 Mono Resistant (TB MR): Resisten terhadap salah satu jenis OAT ini pertama saja.

2.1.3.2 Poli resistan (TB PR): resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT ini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.

2.1.3.3 Multi Drug Resistent (TB MDR): Resisten Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.

2.1.3.4 Extensive Drug Resistent (TB XDR): yaitu TB MDR yang sekaligus juga resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu OAT ini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan Amiksin).

2.1.3.5 Resistent Rifampisin (TB RR): Resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotype atau metode fenotipe.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Tuberkulosis yaitu penyakit yang memiliki kemiripan dengan penyakit lain yang tanda dan gejala umumnya sama seperti lesu dan demam. Pada

(21)

penderita gejala yang dirasakan tidak jelas sehingga sering diabaikan.

Menurut (Padila & Kep, 2013) gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, tanda dan gejala respiratorik dan sistematik:

2.1.4.1 Gejala respiratorik 1) Batuk

Gejala ini muncul lebih awal. Pada saat awal muncul bersifat tidak produktif namun kemudian berdahak sampai terdapat darah jika ada jaringan yang rusak.

2) Sesak nafas

Gejala ini ditandai jika ada parenkim paru yang rusak sudah luas atau karena penyakit yang menyertai misalnya efusi pleura, pneumotorak, dan anemia.

3) Nyeri dada

Gejala ini muncul jika sistem persarafan di pleura terkena.

4) Demam

Demam yaitu gejala yang sering terjadi biasanya muncul tidak menentu.

2.1.4.2 Gejala sistematik, meliputi:

1) Gejala sistematik lain

Gejala sistematik lain yaitu anoreksia,penurunan berat badan serta malaise.

2.1.5 Patofisiologi

Ketika seseorang penderita TB paru batuk atau bersin maka secara tidak sengaja keluarlah percikan atau cairan dan jatuh. Akibat terkena sinar matahari, maka percikan nuclei menguap. Menguapnya percikan bakteri ini ke udara dibantu dengan pergerakan angin dan membuat bakteri yang

(22)

terdapat dalam percikan nuclei bertebaran di udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu dapat terkena infeksi Tuberkulosis. Bakteri yang terhirup akan melewati pertahanan mukolisier saluran pernafasan dan masuk hingga ke alveoli. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitive terhadap tes tuberculin atau tes montoux. Jika daya tahan tubuh kuat, maka infeksi tidak akan berkembang (Djojodibroto, 2014).

2.1.6 Komplikasi

Menurut (Muhammad, 2012) penyakit Tuberkulosis paru jika tidak dilakukan tindakan dengan cepat akan menimbulkan komplikasi yaitu:

2.1.6.1 Komplikasi dini

1) Pleuritis: Peradangan kedua lapisan pleura

2) Efusi pleura: memecahkan kavitas TB dan keluarnya udara atau cairan masuk kedalam anatara paru dan dinding paru.

3) Enfisema: pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas pleural cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada organ dengan usia lebih lanjut.

4) Laryngitis yaitu peradangan yang terjadi pada laring.

5) Menjalar ke organ lain sperti usus, tulang,dan otak.

2.1.6.2 Komplikasi lanjut 1) Nafas atau SPOT

2) Rusaknya parenkim berat seperti fibrosis paru,kor pulmonal disebabkan oleh tekanan balik akibat kerusakan paru.

3) Amilodosis 4) Karsinoma paru

(23)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

2.1.7.1 Basil tahan asam (BTA) melihat adanya mikroba Tuberkulosis, saat dilakukan pewarnaan bakteri tidak mengalami perubahan warna alkohol asam.

2.1.7.2 Skin test (PPD, Mantoux,Tine,Vollmer patch): reaksi positif menunjukkan infeksi lama dan antibody tetapi tidak memperlihatkan penyakit yang sedang aktif.

2.1.7.3 Foto rontgen dada (chest x ray) dapat memperlihatkan penyusupan kecil pada luka awal di bagian paru bagian atas. Perubahan menunjukkan TB yang lebih berat, dapat meliputi area berlubang dan fibrosa.

2.1.7.4 CT scan ini dilakukan untuk menemukan kasus TB yang ada dengan hasil kultur sputum. Ditunjukkan dengan menunjukkan gambaran garis-garis fibrotic ireguler, pita parenkimal, bronkhietasis, perubahan kelengkungan berkas brokhovaskular dan kerusakan paru. (Depkes, 2011 dalam Niswah et al., 2021).

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilberikan menurut (Sumantri et al., 2015) meliputi metode preventif dan kuratif. Cara-caranya sebagai berikut:

2.1.8.1 Penyuluhan

Penyuluhan yang dilakukan mengenai penyakit TB paru, penyebab, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan.

(24)

2.1.8.2 Pencegahan

Pencegahannya yaitu tidak merokok dan minum alkohol, olahraga secara teratur, makan-makanan yang sehat dan istirahat yang cukup, menjaga kebersihan mulut dan mengetahui cara batuk yang benar.

2.1.8.3 Pemberian obat-obatan 2.1.8.4 Fisioterapi dan rehabilitasi

Tindakannya yaitu mengatur posisi kepala atau dada lebih rendah, perkusi dada, dan vibrasi, serta diakhiri dengan metode batuk efektif.

2.1.8.5 Konsultasi secara teratur

Tujuannya untuk memahami dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kesehatan yang dialami oleh klien.

2.2 Konsep Dasar Lansia 2.2.1 Pengertian Lansia

Lansia adalah seorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun (WHO, 2013 dalam Niswah et al., 2021). Lansia adalah seseorang yang berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari (Rahmawati & Sulistyaningsih, 2017).

2.2.2 Klasifikasi Lansia

Menurut (Depkes RI, 2013 dalam Niswah et al., 2021) klasifikasi lansia terdiri dari:

2.2.2.1 Pra lansia ialan lansia yang berusia 45-59 tahun 2.2.2.2 Lansia ialah yang berusia 60 tahun atau lebih

(25)

2.2.2.3 Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

2.2.2.4 Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

2.2.2.5 Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

2.2.3 Ciri-Ciri Lansia

Menurut (Sari et al., 2021), Ciri – ciri lansia adalah sebagai berikut : 2.2.3.1 Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian bersumber dari faktor fisik dan psikologis, sehingga motivasi memegang peranan penting dalam kemunduran lansia. Misalnya lansia kurang termotivasi untuk melakukan aktivitas yang akan mempercepat proses degenerasi fisik, tetapi ada juga lansia yang motivasinya tinggi, dan waktu menua lansia akan lebih lama.

2.2.3.2 Lansia memiliki status kelompok minoritas

Keadaan ini merupakan akibat dari sikap masyarakat yang tidak menyenangkan terhadap orang yang lebih tua dan diperkuat dengan pendapat yang kurang baik, misalnya orang tua lebih mau mempertahankan pendapatnya, sikap sosial masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga orang tua yang toleran terhadap orang lain sehingga sikap sosial masyarakat itu positif.

2.2.3.3 Menua membutuhkan perubahan peran

(26)

Perubahan peran yang dialami oleh lansia seharusnya di lakukan sesuai keinginan sendiri bukan dari tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia di lingkungan masyarakat menjadi ketua RW, sebaiknya masyarakat sekitar tidak melihat dari usianya.

2.2.3.4 Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk pada lansia membuat mereka cenderung menjadi apa yang terlihat di sekitar mereka, sehingga lansia mencontoh bentuk perilaku yang buruk. Akibatnya membuat penyesuain diri menjadi buruk.

2.2.4 Perubahan perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut (Azizah, 2011) ada beberapa perubahan yang terjadi pada lansia:

2.2.4.1 Perubahan Fisik

Perubahan fisik pada lansia terdiri dari yaitu :

1) Perubahan pada sel : menurunnya jumlah sel dan sedikit, sel berukuran lebih besar, menurunnya jumlah cairan tubuh dan cairan yang berada dalam sel tubuh, menurunya perbandingan protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel menurun, tergangguya, mekansme perbaikan sel, otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20% .

2) Perubahan pada sistem kardiovaskuler : elastis menurunnya dinding aorta, katup jantung menjadi tebal dan kaku, menurunnya jantung untuk memompa darah 1% setiap tahun setelah umur 20 tahun kemudian menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, berkurangnya efektifitas pembuluh darah prifer untuk oksgenasi, perubahan dari tidur ke posisi duduk atau duduk ke berdiri

(27)

dapat menimbulkan tekanan darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi akibat dari resistensi pembuluh darah yang meningkat sistol normal ±170 mmH, diastole ±90 mmHg.

3) Perubahan pada sistem pernafasan : Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia berkurang, paru-paru kehilangan elastisitas: peningkatan kapasitas pernapasan, inspirasi lebih kuat, kapasitas pernapasan maksimum berkurang, kedalaman pernapasan berkurang, alveoli lebih dari diawetkan, jumlah oksigen di arteri berkurang menjadi 75 mmHg, CO2 dalam artiri tetap tidak berubah, kemampuan batuk menurun, dan kekuatan otot-otot pernapasan menurun seiring bertambahnya usia.

4) Perubahan pada sistem persarafan : 10-20% pengurangan berat otak (pengurangan sel saraf otak per orang per hari), pengurangan cepat dalam koneksi saraf, memperlambat reaksi dan waktu reaksi, terutama di bawah stres, atrofi, saraf sensorik: kehilangan penglihatan, gangguan pendengaran, neurotrofi , bau dan rasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, kurang tahan terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan.

5) Perubahan pada sistem gastroinstetinal/pencernaan : kehilangan gigi;

penyebab utama yaitu infeksi pada gusi, penyebab lain yaitu kesehatan gigi buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menuru: adanya iritasi yang kronis dan selaput lendir , atrofi indra pengecap (±80%), sensivitas di indra pengecap terutama rasa manis dan asin hilang, sehinga sensivitas safar pengecap tentang rasa asin, asam, asin dan pahit, lambung:

(28)

menurunnya nafsu makan, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah (daya absopsi terganggu, liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnnya aliran darah.

6) Perubahan pada sistem genitourinaria sebagai berikut:

(1) Ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin dan darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh nefron tepatnya di glomerulus.

Kemudian mengecil dan nefron akibat terjadi atrofi, aliran di darah ke ginjal menurun 50% sehingga fungsi nefron untuk menyaring darah dan urin berkurang akibat kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, menurunnya berat urine, menurun proteinuria (biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

(2) Perubahan pada vesika urinaria (kandung kemih) otot pada kandung kemih melemah, kapasistasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan peningkatan frekuensi urin. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami pria usia diatas 65 tahun.

7) Perubahan pada sistem endokrin: Penurunan produksi hampir semua hormon, fungsi dan sekresi pathyroid tetap tidak berubah, ada hormon pertumbuhan hipofisis tetapi lemah dan hanya di pembuluh darah, penurunan produksi CTH, TSH, FSH dan LH, penurunan aktivitas tiroid, penurunan BMR (laju metabolisme basal). dan mengurangi kapasitas

(29)

pertukaran massa, mengurangi produksi alosetron, mengurangi sekresi hormon seks, seperti: progesteron, estrogen dan estosterone.

8) Perubahan pada sistem indera yaitu :

(1) Perubahan pada sistem pendengaran : Presbikusis (gangguan pendengaran) Kehilangan kemampuan atau pendengaran di telinga bagian dalam, terutama setelah kata-kata keras, kacau, sulit dimengerti, 50% terjadi pada orang di atas 65 tahun, sklerosis telinga karena atrofi gendang telinga, akumulasi Sirumen mungkin karena peningkatan dan pengerasan keratin, gangguan pendengaran terjadi karena lansia merasa stres.

(2) Perubahan pada sistem penglihatan: Kekakuan spingterpupil dan hilangnya respons terhadap cahaya karena lebih banyak spheroid (bola) terbentuk, lensa menjadi lebih gelap (opacity lensa) pada katarak, menyebabkan gangguan penglihatan yang signifikan, peningkatan ambang batas, persepsi cahaya, adaptasi gelap, lebih lambat dan lebih sulit untuk melihat dalam gelap. Cahaya redup, hilangnya akumodasi, berkurangnya bidang visual, berkurangnya bidang visual, berkurangnya kemampuan untuk membedakan biru/hijau dalam skala.

(3) Perabaan : indera pada perabaan memberikan pesan yang paling penting yang paling mudah unuk menterjemahkan. Bila indera lain hilang, indera perabaan dapat membantu.

(4) Pengecap dan penghidu : empat rasa dasar yaitu manis, asam, manis, dan pahit. Di antara semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia.

Maka jelas bagi kita mengapa mereka senang membubuhkan gula secara

(30)

berlebihan. Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu harus di anjurkan penggunaan rempah, bawang merah, bawang putih, dan lemon untuk mengurangi garam dalam menyedapkan makanan.

9) Perubahan pada sistem intergumen: Penyusutan atau kerutan pada kulit akibat hilangnya jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik (akibat hilangnya proses karatinasi dan perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis), hiperpigmentasi akibat produksi melanin yang tidak merata pada permukaan kulit. , sehingga muncul bintik hitam atau flek. Perubahan di sekitar mata, tumbuhnya garis-garis halus di sekitar mata akibat penipisan lapisan kulit, berkurangnya respons terhadap trauma, berkurangnya mekanisme proteksi kulit: berkurangnya produksi serum, berkurangnya produksi vitamin D, berkurangnya pigmentasi kulit, penipisan dan uban pada kulit, kulit kepala dan rambut, bulu hidung dan telinga menebal, pertumbuhan kaku melambat, kuku menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh menjadi tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, dan kuku menjadi lebih pucat.

10) Perubahan pada sistem muskuloskoletal : Tulang kehilangan densitas menjadi lebih rapuh, dan osteoporosis, kyphosis, mobilitas terbatas di punggung bawah, lutut dan pergelangan tangan, gaya berjalan terganggu, koneksi terganggu, penipisan dan pemendekan discus intervetebrols (penurunan tinggi badan), sendi pembesaran dan kekakuan, kontraksi dan pengerasan tendon, atrofi serat otot, kontraksi serat otot memperlambat gerakan, kram otot dan tremor, otot polos tidak berpengaruh.

(31)

11) Perubahan pada sistem reproduksi : Wanita: Kontraksi vagina, atrofi ovarium, atrofi uterus, atrofi payudara, atrofi vulva, pengurangan mukosa vagina, permukaan halus, perubahan warna sekret yang bersifat basa. Pria: Testis masih bisa menghasilkan sperma, meskipun ada penurunan bertahap, tetapi libido terus berlanjut hingga usia 70 tahun, asalkan kondisi fisiknya baik, yaitu mengatakan bahwa kehidupan seks dapat berlanjut hingga usia tua dan hubungan seksual yang teratur membantu menjaga kinerja seksual. Khawatir, karena ini adalah proses alami, hingga ±75% pria di atas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.

12) Perubahan pada sistem pengukuran suhu tubuh : pada pengukuran pada suhu tubuh, hipotalamus di anggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi sebagai faktor yang memengaruhinya sebagai berikut temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35̊C Karena penurunan metabolisme dalam kondisi ini, lansia merasa kedinginan, menggigil, terlihat pucat dan gelisah, dan memiliki refleks terbatas yang tidak dapat menghasilkan banyak panas, akibatnya dapat mengurangi aktivitas otot.

13) Perubahan Sosial (psikososial)

Nilai seseorang selalu di ukur melalui produktivitas dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun (purnatugas), seorang akan mengalami kehilangan, antar lain: kerugian finansial (penurunan pendapatan), kehilangan status (sebelumnya memegang posisi atau jabatan yang cukup tinggi, utuh, dengan segala fasilitasnya), kehilangan teman, kehilangan pekerjaan atau aktivitas dan perasaan atau kesadaran akan

(32)

kematian, perubahan gaya hidup, kapasitas keuangan karena PHK, peningkatan biaya hidup dengan kesulitan pendapatan, peningkatan biaya pengobatan, penyakit kronis dan cacat, kesepian karena isolasi dari lingkungan sosial, gangguan sensorik, kebutaan dan tuli muncul, kehilangan berbagai bentuk, adalah hilangnya hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan daya tanggap fisik.

14) Perubahan Psikologis (mental)

Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu, yang perlu di mengerti adalah sifat umum adalah sikap umum yang di temukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sebisa mungkin dihemat, mengharapkan tetap di beri peranan dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa, jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi faktor psikologis yaitu perubahan fisik terutama organ-organ tubuh dan melemahnya anggota tubuh, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan.

15) Perubahan Spritual

Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaan. Hal ini dilihat dalam proses pikir dan bertindak sehari-hati, agama atau kepercayaan semakin terintegrasi pada kehidupannya.

2.2.5 Tipe – Tipe Lansia

(33)

Menurut (Nugroho, 2000) tipe lansia tergantung dari karakter, ekonomi, kondisi fisik, mental, pengalaman hidup, sosial, dan lingkungannya. Tipe-tipe lansia bisa dijabarkan sebagai berikut:

2.2.5.1 Tipe Arif Bijaksana

Tipe ini di dasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki banyak pengalaman, kaya dengan hikmah, dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragamn zaman dengan kesibukan yang ada, memiliki hati yang lapang, sederhana, dermawan dan dapat menjadi panutan.

2.2.5.2 Tipe Mandiri

Tipe mandiri yaitu mengganti aktivitas yang hilang menggunakan yang baru, berhati-hati dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan sahabt dan memenuhi undangan.

2.2.5.3 Tipe Pasrah

Tipe pasrah artinya menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan spiritual dan melaksanakan pekerjaan apa saja.

2.2.5.4 Tipe Tidak Puas

Tipe tidak puas terjadi karena permasalahan di dalam diri menentang proses penuaan akibatnya menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, dan banyak menuntut.

2.2.5.5 Tipe Bingung

Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, tak acuh.

(34)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Lansia 2.3.1 Pengkajian

2.3.1.1 Identitas

Penyakit Tuberkulosis paru bisa menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki- laki dan perempuan. Apalagi lansia umur 60 tahun keatas juga rentan terhadap infeksi yang disebabkan karena penurunan fungsi organ. Penyakit ini umumnya banyak dilihat pada pasien yang tinggal di wilayah dengan kepadatan tinggi, sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim (Wahid & Suprapto, 2013).

2.3.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang

1) Meliputi keluhan atau gangguan sehubungan dengan penyakit yang dirasakan saat ini. Dengan adanya sesak nafas,batuk,nyeri dada,keringat malam,nafsu makan menurun dan suhu tubuh meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan (WHO, 2017 dalam Niswah et al., 2021).

2) Keluhan Utama

Pasien TB paru biasanya mengeluhkan batuk yang terus-menerus disertai darah maupun tidak, terkadang mengalami demam yang timbul pada siang dan malam, nyeri dada, pusing, penurunan berat badan, dan sesak nafas (Depkes RI, 2014 dalam Niswah et al., 2021).

2.3.1.3 Riwayat penyakit dahulu

(35)

Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan TB paru antara lain ISPA, efusi pleura serta TB paru yang aktif kembali (Depkes RI, 2011 dalam Niswah et al., 2021).

2.3.1.4 Riwayat penyakit keluarga

Penderita dengan BTA positif menimbulkan risiko untuk menularkan pada orang di sekitarnya terutama anggota keluarganya (Sitorus et al., 2018).

2.3.1.5 Sumber/sistem pendukung

Sumber/sistem pendukung bagi penderita TB yaitu keluarganya, selain keluarga sumber pendukung lainnya yaitu dokter atau tempat kesehatan untuk mengecek kesehatan bagi penderita TB.

2.3.1.6 Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan pada TB paru biasanya merokok, minuman beralkohol, tidak memcuci tangan, meludah atau membuang dahak di sembarang tempat dan tidak menutup mulut saat batuk atau bersin (MUTTAQIN, 2008).

2.3.1.7 Obat-obatan

Biasanya penderita TBC mengkonsumsi obat isoniazid atau INH (Nydrazid, rifampisin, pirazinamida, dan etambutol setiap hari selama 8 minggu dan berlanjut selama 4 sampai 7 bulan (Deck&Winston, 2011 dalam Niswah et al., 2021).

2.3.1.8 Nutrisi

Pada penderita TB paru mengalami penurunan nafsu makan, sehingga menimbulkan berat badan menurun. Dilihat dari turgor kulit yang buruk, kering/bersisik, kehilangan otot/lemak subkutan (Doenges et al., 2012)

(36)

2.3.1.9 Fungsi Kognitif

Tabel 2. 1 Fungsi Kognitif

No Benar Salah Pertanyaan

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apa sekarang?

3. Apa nama tempat ini?

4. Dimana alamat anda?

5. Berapa umur anda?

6. Kapan anda lahir?

7. Siapa presiden Indonesia sekarang?

8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

9. Siapa nama ibu anda?

10. Mengurutkan angka dari 10 ke bawah

Jumlah

Instruksi :

1.ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar dan catat semua jawaban 2.Catat jumlah kesalahn total berdasarkan 10 pertanyaan 3.Lingkari huruf di bawah sesuai dengan kondisi klien Interpretasi Hasil

A. Salah 0-3 : Fungi intelektual utuh B. Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan

(37)

C. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang D. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat 2.3.1.9 Tingkat Kemandirian

Indeks KATZ (Indeks Kemandirian Pada Aktifitas Kehidupan Sehari-hari) Tabel 2. 2 Indeks KATZ

Skore Kriteria

A Mandiri dalam makan,kontienensia (BAK/BAB), menggunakan pakaian ,pergi ke toilet,berpindah dan mandi

B Mandiri,semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain

D Mandiri, kecuali mandi ,berpakaian dan satu fungsi yang lain

E Mandiri, kecuali mandi ,berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain F Mandiri, kecuali, mandi, berpakaian, ke toilet,berpindah dan satu

fungsi lainnya

G Ketergantungan untuk semua fungsi

H Lain-lain : ketergantungan pada sedikitnya 2 fungsi tapi tidak diklarifikasikan sebagai C,D, A atau F

2.3.2 Pemeriksaan Fisik 2.3.2.1 Keadaan Umum

Pada klien TB paru yaitu melakukan dengan menilai keadaan fisik bagian tubuh. Kondisi tanda-tanda vital pada klien TB paru didapatkan meningkatnya frekuensi napas, meningkatnya denyut nadi dan meningkatnya suhu tubuh (PDPI, 2011).

2.3.2.2 Pernafasan

(38)

1) Inspeksi: biasanya bentuk dada pada pasien TB asimetris, irama nafas tidak teratur dengan jenis kussmaul, adanya retraksi otot bantu nafas intercostae, terdapat batuk dengan sputum.

2) Palpasi: biasanya penderita TB paru vocal fremitus tidak sama antara kanan dan kiri

3) Perkusi: suara resonan

4) Auskultasi: suara nafas ronchi (Somantri, 2009).

2.3.2.3 Kardiovaskuler

1) Inspeksi: tidak terdapat nyeri dada, gerakan dinding pada dada normal, CRT>3 detik

2) Palpasi: tidak ada nyeri tekan 3) Perkusi: pekak

4) Auskultasi: bunyi jantung normal (Muhammad, 2012).

2.3.2.4 Sistem syaraf

Pada pasien TB paru biasanya kesadaran composmentis, orientasi baik, tidak ada kejang, tidak ada nyeri kepala, ada gangguan pola tidur karena adanya sesak nafas dan biasanya demam yang tidak menentu, tidak ada kelainan pada nervus cranialis. Pada pemeriksaan mata biasanya pupil isokor, lebih sensitif terhadap perubahan suhu (Azizah, 2011). Perubahan fisiologis pada sistem persyarafan lansia yaitu otak menurun 10-20%, lambat dalam merespon sesuatu.

2.3.2.5 Perkemihan

Pada sistem perkemihan penderita TB paru biasanya bentuk alat kelamin normal, frekuensi berkemih teratur, urine berwarna kekuningan pekat

(39)

dikarenakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekresi meminum OAT terutama rimfapisin (Kemenkes, 2014 dalam Niswah et al., 2021).

Perubahan fisiologis pada sistem perkemihan lansia yaitu atrofi nefron, aliran darah ke ginjal menurun 50% sehingga fungsi tubulus berkurang akibat konsentrasi urine berkurang, BJ urin menurun, BUN mengalami peningkatan sampai 21%, nilai pada glukosa meningkat.

2.3.2.6 Gastrointestinal

Inspeksi: bentuk bibir normal, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi, dan nyeri telan

Palpasi: tidak ada nyeri tekan Perkusi: thimpany

Auskultasi: peristaltic usus normal (Muhammad, 2012).

Biasanya pada penderita TB paru tidak terdapat masalah di sistem gastrointestinal, timbulnya masalah di gastrointestinal dipengaruhi oleh faktor fisiologis akibat proses degenerasi.

2.3.2.7 Muskuloskeletal dan Intergumen

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak, gejala yang timbul meliputi kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, jadwal olahraga menjadi tidak menentu, adanya nyeri tekan pada sendi dan tulang akibat dari komplikasi, infeksi TB pada tulang (Ningsih et al., 2021).

2.3.2.8 Sistem Pancaindera

1) Mata: pada pemeriksaan mata biasanya penderita TB paru palpebra simetris, sklera putih, konjungtiva anemis. Lansia dengan TB paru

(40)

mengalami perubahan penglihatan dan ditemukan adanya pandangan ganda atau kabur (Yusuf et al., 2021).

2) Telinga: bentuk telinga simetris, ketajaman pendengaran menurun.

3) Hidung: hidung normal tidak ada epistaksis, ketajaman penciuman normal, adanya pernafasan cuping hidung

2.3.2.9 Sistem Endokrin

Pada penderita TB paru tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar thyroid (Lemone et al., 2016).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas dan singkat tentang kesehatan klien dan masalah yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan dibuat berdasarkan masalah yang teridentifikasi. Diagnosa keperawatan akan memberikan wawasan tentang masalah dan kondisi kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin (potensial). ( Iqbal dkk, 2011 dalam Amaliyyah, 2021)

Menurut SDKI ( 2016) diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada pasien tuberculosois paru adalah :

2.3.3.1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Hipersekresi jalan nafas Gejala dan tanda mayor :

1) Subjektif (tidak tersedia) 2) Objektif

(41)

(1) Batuk tidak efektif (2) Tidak mampu batuk (3) Sputum berlebih

(4) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering (5) Mekonium di jalan napas

Gejala dan Tanda Minor : 1) Subjektif

(1) Dispnea (2) Sulit bicara (3) Ortopnea 2) Objektif

(1) Gelisah (2) Sianosis

(3) Bunyi napas menurun (4) Frekuensi napas berubah (5) Pola napas berubah

2.3.3.2 Hipertermi b.d proses penyakit Gejala dan tanda mayor :

1) Subjektif (tidak tersedia) 2) Objektif

(1) Suhu tubuh diatas nilai normal Gejala dan Tanda Minor :

1) Subjektif

(42)

(tidak tersedia) 2) Objektif

(1) Kulit merah (2) Kejang (3) Takikardi (4) Takipnea

(5) Kulit terasa hangat

2.3.3.3 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien Gejala dan tanda mayor :

1) Subjektif (tidak tersedia) 2) Objektif

(1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal Gejala dan Tanda Minor :

1) Subjektif

(1) Cepat kenyang setelah makan (2) Kram/nyeri abdomen

(3) Nafsu makan menurun 2) Objektif

(1) Bising usus hiperaktif (2) Otot pengunyah lemah (3) Otot menelah lemah (4) Membran mukosa pucat (5) Sariawan

(43)

(6) Serum albumin turun (7) Rambut rontok berlebihan (8) Diare

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 2. 3 Intervensi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas

Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil

Intervensi Bersihan jalan

napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 kali kunjungan maka diharapkan jalan nafas

meningkat dengan kriteria hasil:

1. Batuk efektif meningkat 2. Produksi

sputum menurun 3. Mengi,

wheezing, menurun

1. Identifikasi kemampuan batuk 2. Monitor tanda dan

gejala infeksi saluran napas 3. Atur posisi semi

Fowler dan Fowler

4. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 5. Anjurkan tarik

napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu 6. Anjurkan batuk

dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3

7. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran

Tabel 2. 4 Intervensi Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intervensi

(44)

Hipertermi b.d proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali kunjungan maka diharapkan

termoregulasi membaik dengan kriteria hasil:

1. Menggigil menurun 2. Suhu tubuh

membaik 3. Suhu kulit

membaik

1. Identifikasi penyebab hipertermia 2. Monitor suhu

tubuh 3. Sediakan

lingkungan yang dingin

4. Longgarkan atau lepaskan pakaian 5. Basahi dan kapasi

permukaan tubuh 6. Anjurkan tirah

baring 7. Kolaborasi

pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Tabel 2. 5 Intervensi Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Defisit nutrisi b.d

nafsu makan menurun

Stelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali

kunjungan diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria hasil:

1. Berat badan membaik 2. Indeks massa

tubuh (IMT) membaik

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien 3. Berikan makanan tinggi

serat untuk mencegah konstipasi

4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 5. Anjurkan pasien makan dalam porsi sedikit tapi sering

6. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

2.3.4 Implementasi Keperawatan

(45)

Implementasi keperawatan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien berpindah dari suatu masalah kesehatan ke kesehatannya yang lebih sehat dengan menggambarkan standar hasil yang diinginkan. (Potter & Perry, 2009).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015). Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan dan digunakan untuk mengukur apakah rencana perawatan berhasil memenuhi kebutuhan klien, dan jika masalah tidak dapat diselesaikan atau muncul masalah baru, perawat harus bekerja sama untuk mengatasi masalah yang muncul.

(46)

Gambar 2. 1 Pathway Tuberkulosis Paru (Muhammad, 2012)

(47)

Bab 3 berisikan tentang tinjauan kasus, dimana dalam tinjauan kasus ini akan dipaparkan tentang hasil proses keperawatan. Proses keperawatan yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi,

3.1 Asuhan Keperawatan 3.1.1 Pengkajian

Tabel 3. 1 Identitas Pasien

Identitas Tn.K Tn.A

Umur 65 Tahun 63 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

Agama Islam Islam

Pendidikan Terakhir SD SD

Pekerjaan Wirausaha Tidak bekerja

Alamat Putat RT 06 RW 05

Tanggulangin Sidoarjo

Putat RT 05 RW 05 Tanggulangin Sidoarjo

Tabel 3. 2 Riwayat Kesehatan pada Tn.K dan Tn.A

Riwayat Kesehatan Tn.K Tn.A

Keluhan Utama Tn.K mengatakan batuk pada 1 bulan yang lalu disertai sesak nafas dan mual

Tn.A mengatakan batuk dan sesak nafas sejak 3 tahun yang lalu

Riwayat Kesehatan saat ini

Tn.K mengatakan batuk disertai darah sejak 1 bulan yang lalu serta keringat dingin, badan terasa lemas, dan nafsu makan menurun serta mual. Pada saat pengkajian pada tanggal 12 Mei 2022 Tn.K masih mengeluh batuk dan nyeri dada sebelah kanan, sesaknya bertambah saat dibuat baring dan sedikit berkurang saat

Tn.A mengatakan mengalami batuk dan sesak nafas sejak 3 tahun yang lalu dan terakhir kontrol ke dokter tahun 2019.

Pada saat pengkajian pada tanggal 12 Mei 2022 Tn.A mengatakan masih mengeluh sesak nafas, nyeri dada dan batuk, tetapi dahak susah dikeluarkan, Tn.A hanya mengkonsumsi obat dari apotek dan hanya minum

36

(48)

duduk. Tn.K mengatakan masih sering mual dan nafsu makan menurun. Tn.K rutin minum obat rimfapicin. Tn.K tampak sesak, dan adanya sputum berlebih berwarna hijau kekuningan

sirup untuk batuk. Tn.A juga mengatakan tidak nafsu makan. Tn.A tampak sesak nafas dan tidak mampu batuk, adanya sputum berlebih

Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Tn.K mengatakan riwayat penyakit yang lalu tidak ada, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat operasi, dan tidak ada riwayat jatuh

Tn.A mengatakan

mempunyai riwayat

hipertensi, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat operasi. Tn.A mengatakan ada riwayat jatuh karena mengalami kecelakaan

Riwayat Kesehatan Keluarga

Tn.K mengatakan keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang dialami oleh klien dan Tn.K juga mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun misalnya DM, dan hipertensi

Tn.A mengatakan keluarga tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita oleh klien dan tidak ada yang menderita penyakit menurun misalnya DM, dan hipertensi

Perilaku yang mempengaruhi

kesehatan

Tn.K mengatakan masih sering merokok dan minum kopi. Tn.K juga mengatakan saat batuk di depan orang

tidak menutup dan

membuang dahak

sembarangan

Tn.A mengatakan sering merokok dan tidak mau memeriksakan kondisinya

Pengetahuan Klien tentang Penyakitnya

Tn.K mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakitnya dan cara penularannya, Tn.K tampak bingung saat ditanyai tentang penyakitnya

Tn.A mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakitnya dan cara penularannya. Tn.A dan keluarga selalu bertanya mengenai penyakit yang

dialami apa dapat

disembuhkan, Tn.A tampak bingung saat ditanyai mengenai penyakitnya dan cara perawatannya

Genogram

1. Tn.K

(49)

2. Tn.A

Keterangan:

Laki-laki Perempuan Tinggal serumah

Pasien Meninggal

Gambar 3. 1 Genogram pada Tn.K dan Tn.A dengan Tuberkulosis paru

Tabel 3. 3 Riwayat Psikososial pada Tn.K dan Tn.A

Riwayat Psikososial Tn.K Tn.A

Kondisi Tempat Tinggal Klien

Lingkungan rumah Tn.K bersih dan layak, terdapat ventilasi, derajat privasi setiap kamar memiliki pintu, sirkulasi udara lancar

Lingkungan rumah Tn.A bersih namun kurang ventilasi ruangan karena rumah berdempet dengan tetangga, derajat privasi setiap kamar memiliki pintu, sirkulasi udara

(50)

lancar Hubungan/Dukungan

Keluarga Tn.K mengatakan selalu

mendapat dukungan

keluarga dengan

mengingatkan untuk minum obat rimfapicin secara teratur

Tn.A saat sakit

keluarganya sedikit lalai dalam menangani penyakit Tn.A seperti jarang mengingatkan untuk minum obat

Kemampuan Klien dalam

Melaksanakan Perannya Tn.K mengatakan mampu

dalam melaksanakan

perannya sebagai ayah dan suami

Tn.A mengatakan mampu dalam melaksanakan perannya sebagai ayah dan suami

Harapan Klien terhadap Penyakitnya

Tn.K mengatakan berharap cepat sembuh dan tidak sesak nafas lagi

Tn.A mengatakan ingin cepat sembuh dan sesaknya berkurang

Hubungan Klien dengan Masyarakat di Sekitarnya

Tn.K mengatakan hubungan dengan masyarakat di sekitar baik

Tn.A mengatakan

hubungan dengan

masyarakat di sekitar baik

Tabel 3. 4 Riwayat Nutrisi dan Cairan pada Tn.K dan Tn.A

Riwayat Nutrisi dan Cairan

Tn.K Tn.A

Nafsu makan Nafsu makan Tn.K menurun Tn.A mengatakan tidak nafsu makan

Frekuensi makan 2x sehari 3-4 sendok makan 3x sehari ¼ porsi

Menu makan Nasi, tahu, tempe, dan sayur Nasi, tahu, tempe, ikan mujaer

Pantangan makan Tidak ada pantangan makan Tidak ada pantangan makan

Jumlah konsumsi cairan perhari

Air putih 1200 cc Air putih 1500 cc

Tabel 3. 5 Identifikasi Kemampuan dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari

Skore Kriteria

Indeks Katz Tn.K Tn.A

(A) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK/BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi

Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK/BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi

Barthel Indeks 130 : Mandiri 130 : Mandiri

SPMSQ Salah: 4 Kerusakan Salah: 4 Kerusakan

(51)

Intelektual Ringan Intelektual Ringan

Tabel 3. 6 Pemeriksaan Fisik pada Tn.K dan Tn.A dengan Tuberkulosis paru

Pemeriksaan Fisik Tn.K Tn.A

Keadaan Umum Cukup Cukup

Tanda Vital Tensi : 145/90 mmHg Suhu : 36,5˚C

Nadi : 88x/ menit Respirasi : 24x/menit

Tensi : 150/90 mmHg Suhu : 36˚C

Nadi : 90x/menit Respirasi : 24x/menit Masalah Keperawatan Tidak ada masalah

Keperawatan Tidak ada masalah

Keperawatan Sistem Respirasi (B1) Pada pemeriksaan sistem

pernafasan Tn.K bentuk dadanya simetris, susunan ruas tulang belakang normal, irama nafas tidak teratur, jenisnya takipnea, tidak ada retraksi otot bantu nafas, perkusi thorax sonor, tidak ada alat bantu nafas, vocal fremitus tidak sama kanan kiri, suara nafas vesikuler, adanya nyeri dada saat bernapas, adanya batuk dan

produksi sputum

berwarna hijau

kekuningan

Pada pemeriksaan sistem pernafasan Tn.A bentuk dadanya simetris, susunan ruas tulang belakang normal, irama nafas tidak teratur, jenisnya takipnea, tidak ada retraksi otot bantu nafas, perkusi thorax sonor, tidak ada alat bantu nafas, vocal fremitus tidak sama kanan kiri, terdapat ronchi di lobus paru sebelah kanan, adanya nyeri dada saat bernapas, adanya batuk dan

produksi sputum

berwarna hijau Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas

Tidak Efektif

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Sistem Kardiovaskular (B2)

Pada pemeriksaan

kardiovaskular adanya nyeri dada, irama jantung teratur, ictus cordis kuat, bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis dan clubbing finger, tidak ada pembesaran JVP

Pada pemeriksaan

kardiovaskular adanya nyeri dada, irama jantung teratur, ictus cordis kuat, bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis dan clubbing finger, tidak ada pembesaran JVP

Masalah Keperawatan Tidak ada masalah

keperawatan Tidak ada masalah

keperawatan

(52)

Sistem Persyarafan (B3)

Pada pemeriksaan

persyarafan kesadaran Tn.K composmentis, orientasi baik dapat mengenal tempat, waktu, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk dan brudzinsky, tidak ada nyeri kepala dan pusing, kebiasaan istirahat/tidur siang biasanya 1 jam/hari dan tidur malam 6 jam/hari, tidak ada kelainan nervus cranial, pupil isokor, reflek cahaya normal mengecil saat terkena cahaya

Pada pemeriksaan

persyarafan kesadaran Tn.A composmentis, orientasi baik dapat mengenal tempat, waktu, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk dan brudzinsky, tidak ada nyeri kepala dan pusing, kebiasaan istirahat/tidur siang biasanya 2 jam/hari dan tidur malam 5 jam/hari, tidak ada kelainan nervus cranial, pupil isokor, reflek cahaya normal mengecil saat terkena cahaya Masalah Keperawatan Tidak ada masalah

keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

Sistem Genetourinaria (B4)

Pada pemeriksaan

genetourinaria frekuensi berkemih teratur 3-4x/hr, bau khas urine dan berwarna kekuningan pekat, tempat yang biasa digunakan kamar mandi, tidak ada alat bantu yang digunakan

Pada pemeriksaan

genetourinaria frekuensi berkemih teratur 5x/hr, bau khas urine dan berwarna kuning pekat, tempat yang biasa digunakan kamar mandi, tidak ada alat bantu yang digunakan

Masalah Keperawatan Tidak ada masalah keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

Sistem Pencernaan (B5)

Pada pemeriksaan

pencernaan tidak ada masalah eliminasi alvi, kebersihan mulut bersih, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, kebiasaan gosok gigi 2x sehari, tidak ada kesulitan menelan,

kemerahan, dan

pembesaran tonsil, tidak ada nyeri abdomen, asites dan nyeri tekan pada pemeriksaan abdomen, kebiasaan BAB 1x sehari konsistensinya padat berwarna kecoklatan dan bau khas feses, peristaltic

Pada pemeriksaan

pencernaan tidak ada masalah eliminasi alvi, kebersihan mulut bersih, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, kebiasaan gosok gigi 2x sehari, tidak ada kesulitan menelan,

kemerahan, dan

pembesaran tonsil, tidak ada nyeri abdomen, asites dan nyeri tekan pada pemeriksaan abdomen, kebiasaan BAB 1x sehari konsistensinya padat berwarna kecoklatan dan bau khas feses, peristaltic

(53)

usus 16x/menit. Tinggi badan Tn.K 165 cm dan berat badannya sekarang 33 kg, berat badan yang lalu 68 kg, BBI 58,5 kg, IMT 12,8. Klien tampak kurus

usus 20x/menit. Tinggi badan Tn.A 160 cm dan berat badannya sekarang 40 kg, berat badan yang lalu 60 kg, BBI 54 kg, IMT 15,6. Klien tampak kurus

Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi Defisit Nutrisi Sistem

Muskuloskeletal dan Intergumen (B6)

Pada pemeriksaan

muskuloskeletal dan intergumen tidak ada fraktur,dislokasi, dan luka pada Tn.K.

Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) bebas, akral hangat, turgor elastis, CRT>3 detik, tidak ada edema, kebersihan kulit bersih, kemampuan melakukan ADL secara mandiri

Pada pemeriksaan

muskuloskeletal dan intergumen tidak ada fraktur,dislokasi, dan luka pada Tn.A.

Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) bebas, akral hangat, turgor elastis, CRT>3 detik, tidak ada edema, kebersihan kulit bersih, kemampuan melakukan ADL secara mandiri Masalah Keperawatan Tidak ada masalah

keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

Sistem Penginderaan (B7)

Pada pemeriksaan mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda, sklera putih, palpebra normal, ketajaman penglihatan normal, tidak ada alat bantu yang

digunakan. Pada

pemeriksaan hidung normal, mukosa hidung lembab, tidak ada sekret, ketajaman penciuman

normal. Pada

pemeriksaan telinga bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada keluhan, ketajaman pendengaran normal, tidak ada alat bantu yang

digunakan. Pada

pemeriksaan perasa dan peraba normal klien dapat merasakan manis, pahit, asam, dan asin

Pada pemeriksaan mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva merah muda, sklera putih, palpebra normal, ketajaman penglihatan normal, tidak ada alat bantu yang

digunakan. Pada

pemeriksaan hidung normal, mukosa hidung lembab, tidak ada sekret, ketajaman penciuman

normal. Pada

pemeriksaan telinga bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada keluhan, ketajaman pendengaran berkurang, tidak ada alat bantu yang

digunakan. Pada

pemeriksaan perasa dan peraba normal klien dapat merasakan manis, pahit, asam, dan asin Masalah Keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah

(54)

keperawatan keperawatan Sistem Endokrin dan

Kelenjar Limfe (B8) Pada pemeriksaan ini tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfe, dan parotis. Tidak ada luka gangrene

Pada pemeriksaan ini tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfe, dan parotis. Tidak ada luka gangrene

Masalah Keperawatan Tidak ada masalah keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

3.1.2 Analisa Data

Tabel 3. 7 Analisa Data pada Tn.K dan Tn.A dengan Tuberkulosis paru

No Data Etiologi Masalah

Tn.K 1. Data Subyektif:

Tn.K mengatakan masih mengeluh batuk dan nyeri dada, sesaknya bertambah saat dibuat baring dan sedikit berkurang saat duduk. Tn.K juga mengatakan masih sering mual dan nafsu makan menurun

Data Objektif:

- Tn.K tampak sesak

- Adanya sputum

berlebih - Batuk +

- Sputum warna hijau kekuningan

- RR: 24x/menit - Suara nafas vesikuler - Irama nafas tidak

teratur

- Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas

- Vocal fremitus tidak sama kanan kiri

Masuknya bakteri mycobacterium Tuberkulosis

Menyebar ke

organ paru

Menempel di paru Hipersekresi

lendir dan

inflamasi

Fungsi silia menurun

Produksi sekret meningkat

Sputum kental Batuk berdahak Bersihan Jalan napas tidak efektif

Bersihan Jalan napas tidak efektif

2. Data Subyektif:

Tn.K mengatakan tidak nafsu makan dan sering mual

Data Obyektif:

- Tn.K tampak kurus - Tn.K hanya makan 3-4

sendok makan - BB saat ini 33 kg

TBC primer

Meluas terjadi hematogen

Asam lambung meningkat

Defisit Nutrisi

(55)

- BB sebelum sakit: 68 kg

- BBI: 58,5 kg

Mual, muntah Anoreksia Defisit nutrisi 3. Data Subyektif:

Tn.K mengatakan tidak

mengetahui penyebab

penyakitnya dan cara penularannya

Data Objektif:

- Tn.K tampak bingung saat ditanyai tentang penyakitnya

TBC paru Batuk

Kuman keluar penyebaran

infeksi

Kurang terpapar informasi

Defisit pengetahuan

Defisit Pengetahuan

Tn.A 1. Data Subyektif:

Tn.A mengatakan sesak nafas, nyeri dada dan batuk tetapi dahak susah dikeluarkan Data Objektif:

- Tn.A tampak tidak mampu batuk

- Tn.A tampak sesak nafas

- Adanya sputum

berlebih

- Sputum berwarna hijau - Terdapat suara nafas tambahan ronci di lobus paru sebelah kanan

- RR: 24x/menit

- Irama nafas tidak teratur

- Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas

- Vocal fremitus tidak sama kanan kiri

TBC paru

Massa di bronkus Sekret atau mukus tertahan di saluran nafas

Suara vesikuler menurun

Bersihan Jalan napas tidak efektif

Bersihan Jalan napas tidak efektif

2. Data Subyektif:

Tn.A mengatakan tidak nafsu makan

Data Objektif:

- Tn.A tampak kurus

TBC primer Meluas terjadi hematogen

Defisit Nutrisi

(56)

- Tn.A makan hanya ¼ porsi

- BB saat ini: 40 kg - BB sebelum sakit: 60

kg

- BBI: 54 kg

Asam lambung meningkat

Mual, muntah

Anoreksia Defisit nutrisi 3. Data Subyektif:

Tn.A mengatakan tidak

mengetahui penyebab

penyakitnya dan cara penularannya

Data Objektif:

- Tn.A dan keluarga selalu bertanya mengenai penyakit yang dialami apa dapat disembuhkan

- Tn.A tampak bingung saat ditanyai mengenai penyakitnya dan cara perawatannya

- Tn.A tidak mau memeriksakan

kondisinya dan hanya minum obat dari apotek

TBC paru Batuk

Kuman keluar penyebaran

infeksi

Kurang terpapar informasi

Defisit pengetahuan

Defisit Pengetahuan

4. Data Subyektif:

Tn.A mengatakan tidak mau memeriksakan kondisinya dan hanya konsumsi obat dari apotek

Data Objektif:

- Tn.A tampak

mengkonsumsi obat dari apotek dan tidak mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter - Tn.A juga masih sering

merokok

TBC paru

Pengobatan OAT Jangka waktu lama

Efek samping Kurangnya melakukan pengobatan Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan

3.1.3 Diagnosa Keperawatan

Tabel 3. 8 Diagnosa Keperawatan pada Tn.K dan Tn.A pada Tuberkulosis paru

Referensi

Dokumen terkait

Pada klien 2 diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan seperti

T diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuluskeletal kronis dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan, diharapkan klien mampu menurunkan

Beberapa obat statin yang diberikan oleh dokter antara lain : simvastatin, atorvastatin atau rosuvastatin. Namun ada sebagian orang yang intoleran terhadap statin

yakni diagnosa manajemen kesehatan tidak efektif berkaitan dengan ketidakefektifan pola perawatan kesehatan karena ketika dilaksanakan pengkajian tampak keluarga dari klien

C, penulis menemukan fokus diagnosa keperawatan yaitu nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis dibuktikan dengan keluhan nyeri pada kedua lutut

Pada tinjauan pustaka sama dengan tinjauan kasus, untuk mencapai kriteria hasil maka kita harus melaksanakan intervensi yang sudah dibuat yaitu:1.Mengidentifikasi

Diagnosa keperawatan muncul berdasarkan tinjauan kasus pada kedua pasien dengan diagnosa yang sama pada SDKI Prioritas diagnosa keperawatan pada kedua klien

Metode : Penulisan karya ilmiah akhir ners ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada