• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Antipiretik Bawang Merah (Allium cepa L. cv. Group Aggregatum) Dibandingkan dengan Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) Terahdap Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Vaksin DPT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Antipiretik Bawang Merah (Allium cepa L. cv. Group Aggregatum) Dibandingkan dengan Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) Terahdap Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Vaksin DPT."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEK ANTIPIRETIK BAWANG MERAH (Allium cepa L. cv. group Aggregatum.) DIBANDINGKAN DENGAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) TERHADAP MENCIT

SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI VAKSIN DPT

Yossie G.E.S., 1310048 Pembimbing 1: Sri .N. Saanin, dr., M.Kes.

Pembimbing 2 : Dr. Diana .K. Jasaputra, dr., M.Kes.

Demam merupakan gejala penyakit yang sering ditemukan dan dialami di masyarakat. Efek negatif demam antara lain dehidrasi, kekurangan oksigen, dan kerusakan saraf. Masyarakat berupaya menurunkan demam dengan menggunakan bawang merah dan sambiloto. Bawang merah dan sambiloto dipercaya efektif sebagai obat tradisional dalam menangani demam di masyarakat umum.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antipiretik air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group Aggregatum) dan infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) lalu membandingkan efektivitasnya terhadap acetaminophen.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan hewan coba mencit Swiss Webster sebanyak 28 ekor dibagi secara acak menjadi empat kelompok yaitu bawang merah, sambiloto, acetaminophen, dan aquades. Mencit diukur suhu awalnya dan dibuat demam dengan menginjeksikan vaksin DPT secara IM. Setelah 30 menit mencit diberi perlakuan sesuai kelompok dan diukur suhu rektumnya setiap 15 menit selama 2 jam dalam derajat Celcius. Analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut LSD, dengan α = 0,05.

Mencit yang diberikan bawang merah dan sambiloto memberikan rata-rata penurunan suhu berturut-turut 2,7°C dan 2,67°C yang berbeda bermakna dengan aquades (1,61°C) dengan nilai p < 0,05. Sambiloto memiliki efek antipiretik yang lebih baik dengan bawang merah.

Simpulan penelitian ini adalah bawang merah dan sambiloto memiliki efek antipiretik, dan potensi sambiloto lebih baik.

Kata kunci : bawang merah, sambiloto, antipiretik

(2)

v ABSTRACT

COMPARISON OF ANTIPYRETIC EFFECT BETWEEN ONION (Allium cepa L. cv. group Aggregatum) AND BITTER (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees)IN DPT VACCINE INDUCED SWISS WEBSTER

MICE

Yossie G.E.S., 1310048 1st tutor: Sri .N. Saanin, dr., M.Kes.

2st tutor: Dr. Diana .K. Jasaputra, dr., M.Kes.

Fever is a symptom of a disease that is often found in community. Negative effects from fever include dehydration, lack of oxygen, and nerve damage. Onion and bitter believed to be effective as a traditional medicine in dealing with fever in the general population.

The purpose of this study was to determine the antipyretic effect of the juice of onion (Allium cepa L. cv. Group Aggregatum) and infuse bitter (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) and then compare its effectiveness against acetaminophen.

This study was a laboratory experimental research with experimental animals as much as 28 Swiss Webster mice were divided randomly into four groups: onions, bitter, acetaminophen, and aquades. Mice were initially measured temperature and fever created by injecting IM DPT vaccine. After 30 minutes the mice were given the appropriate treatment groups and the rectum temperature were measured every 15 minutes for 2 hours in degrees Celsius. Analysis using one-way ANOVA with LSD a further test, with α = 0.05.

The temperature of mice given onion syrup and bitter syrup was decreased 2.7°C and 2.67°C, where were significantly different to aquades (1.61°C) with value of p < 0.05. Bitter has antipyretic effect better than onion.

The conclusions of this study was onion and bitter had antipyretic effect, and bitter’s potential was more good.

Keywords: onion, bitter, antipyretic

(3)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN MAHASISWA ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Keseimbangan Suhu ... 6

2.1.1 Mekanisme Pertukaran Panas ... 7

(4)

ix

2.1.2 Regulasi Suhu oleh Hipotalamus ... 8

2.2 Cara Pengukuran Suhu ... 9

2.3 Demam ... 10

2.4 Acetaminophen ... 11

2.5 Bawang Merah ... 12

2.5.1 Taksonomi Bawang Merah ... 12

2.5.2 Morfologi ... 14

2.5.3 Kandungan Kimia ... 17

2.5.4 Khasiat Bawang Merah ... 18

2.6 Sambiloto ... 19

2.6.1 Taksonomi Sambiloto ... 19

2.6.2 Morfologi ... 20

2.6.3 Kandungan Kimia ... 21

2.6.4 Khasiat Sambiloto ... 21

2.7 Infusa ... 22

2.8 Vaksin DPT ...22

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat dan Bahan ... 23

3.1.1 Alat ... 23

3.1.2 Bahan... 23

3.2 Jumlah Sampel ... 24

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.4 Desain Penelitian ... 24

3.5 Analisis Data ... 24

3.6 Identifikasi Variabel ... 25

(5)

x

3.6.1 Variabel Bebas ... 25

3.6.2 Variabel Terikat ... 25

3.6.3 Variabel Terkendali ... 25

3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

3.8 Prosedur Kerja ... 26

3.8.1 Tahapan Persiapan ... 26

3.8.2 Tahap Perlakuan ... 26

3.9 Aspek Etik Penelitian ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.2 Pembahasan ... 32

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Simpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

RIWAYAT HIDUP ... 46

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Suhu mencit sebelum induksi demam ... 29 Tabel 4.2 Suhu mencit setelah induksi demam ... 30 Tabel 4.3 Suhu mencit setelah pemberian bahan uji ... 30 Tabel 4.4 Perubahan suhu total berbagai kelompok perlakuan

setelah 120 menit ... 31 Tabel 4.5 Hasil uji lanjut perbedaan suhu pada tiap kelompok perlakuan... 32

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Mekanisme Perpindahan Panas ... 8

Gambar 2.2 Patogenesis Demam ... 11

Gambar 2.3 Bunga Bawang Merah ... 16

Gambar 2.4 Potongan Membujur dan Melintang Bawang Merah ... 17

Gambar 2.5 Benih bawang merah yang telah siap ditanam ... 17

Gambar 2.6 Daun sambiloto ... 20

Gambar 3.1 Alur Penelitian... 28

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Uji Normalitas ... 40

Lampiran 2 Data Hasil Pengolahan SPSS Suhu Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 41

Lampiran 3 Perhitungan Dosis ... 43

Lampiran 4 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 44

Lampiran 5 Determinasi ... 45

Lampiran 6 Dokumentasi ... 47

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran suhu tubuh merupakan salah satu cara yang umum dilakukan

untuk mengetahui kesehatan seseorang. Peningkatan suhu tubuh di atas normal

yang disebut demam, adalah suatu tanda adanya penyakit dan merupakan bagian

dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi (Bartfai & Conti, 2010).

Beberapa penyebab demam antara lain penyakit yang disebabkan oleh infeksi

virus maupun bakteri. Selain infeksi, demam dapat disebabkan oleh zat kimia,

tumor otak, dan keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan heat stroke

(Ganong, 2003).

Efek negatif demam dapat berupa dehidrasi, kekurangan oksigen, rasa tidak

nyaman (sakit kepala), nafsu makan menurun, lemas, dan nyeri otot (Arifianto &

Hariadi, 2007). Dampak berbahaya dari suhu yang tinggi adalah malfungsi syaraf,

denaturasi protein tubuh yang irreversible, bahkan kematian (Sherwood, 2001).

Penggunaan antipiretik dapat memberikan rasa nyaman pada pasien yang

mengalami demam. Antipiretik yang dianjurkan serta sering digunakan adalah

parasetamol atau ibuprofen (Kids, 2010). Meskipun relatif aman, acetaminophen

(parasetamol) tetap memiliki efek samping berupa hepatotoksik, nekrosis hepar

yang fatal, nekrosis tubuler ginjal dan koma hipoglikemik pada penggunaan

jangka panjang atau dalam dosis yang berlebihan (DiPiro et al., 2008).

Berbagai cara dapat dilakukan sebagai alternatif untuk mengurangi demam,

salah satunya adalah dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai obat-obatan

tradisional. Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman

tumbuhannya. Pada masyarakat luas, beberapa tumbuhan dipercaya dan telah

digunakan sebagai obat tradisional untuk mengurangi demam. Obat tradisional

mulai menjadi pilihan karena harganya yang murah, mudah didapat, bahkan dapat

ditanam sendiri, serta efek samping yang kecil sehingga aman digunakan

(Susanty, 2003).

(10)

2

Bawang merah dan sambiloto merupakan rempah-rempah yang sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bawang merah sebagai bahan bumbu

dapur dan penyedap berbagai masakan. Umbi bawang merah mengandung zat gizi

dan zat fitokimia. Senyawa fitokimia memiliki efek farmakologis dalam

penyembuhan penyakit, antara lain flavonoid yang memiliki efek antiinflamasi

dan antipiretik (Jaelani, 2007). Sambiloto yang mengandung senyawa flavonoid

juga digunakan sebagai obat tradisional antipiretik (Setoaji & Prambudi Arie,

2004).

Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian untuk membandingkan efek

antipiretik bawang merah (Allium cepa L. cv group Aggregatum) dan sambiloto

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) yang menggunakan mencit

sebagai hewan coba.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui :

a. Apakah efek air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group

Aggregatum) terhadap penurunan suhu tubuh pada mencit Swiss Webster

yang mengalami demam

b. Apakah efek air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group

Aggregatum) dibandingkan dengan acetaminophen terhadap penurunan

suhu tubuh pada mencit Swiss Webster yang mengalami demam

c. Apakah efek infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich

ex Nees) terhadap penurunan suhu tubuh pada mencit Swiss Webster yang

mengalami demam

d. Apakah efek infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich

ex Nees) dibandingkan dengan acetaminophen terhadap penurunan suhu

tubuh pada mencit Swiss Webster yang mengalami demam

e. Apakah efek air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group

Aggregatum) sama apabila dibandingkan dengan infusa sambiloto

(11)

3

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) terhadap penurunan

suhu tubuh pada mencit Swiss Webster yang mengalami demam

1.3 Maksud dan Tujuan

a. Mengetahui efek antipiretik air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv.

group Aggregatum) terhadap penurunan suhu tubuh pada mencit Swiss

Webster yang mengalami demam

b. Membandingkan efek antipiretik air perasan bawang merah (Allium cepa

L. cv. group Aggregatum) dengan acetaminophen terhadap penurunan

suhu tubuh pada mencit Swiss Webster yang mengalami demam

c. Mengetahui efek antipiretik infusa sambiloto (Andrographis paniculata

(Burm.f.) Wallich ex Nees) terhadap penurunan suhu tubuh pada mencit

Swiss Webster yang mengalami demam

d. Membandingkan efek antipiretik infusa sambiloto (Andrographis

paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) dengan acetaminophen terhadap

penurunan suhu tubuh pada mencit Swiss Webster yang mengalami

demam

e. Membandingkan efek antipiretik antara air perasan bawang merah (Allium

cepa L. cv. group Aggregatum) dengan infusa sambiloto (Andrographis

paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) terhadap penurunan suhu tubuh

pada mencit Swiss Webster yang mengalami demam

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan atau ilmu terapi

alternatif sebagai antipiretik dan dapat menjadi salah satu dasar mengembangkan

pengobatan alternatif dalam pelayanan kesehatan dan diharapkan dapat menjadi

salah satu dasar bagi penelitian selanjutnya

(12)

4

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai obat alternatif alami

untuk menurunkan suhu tubuh pada masyarakat yang mengalami demam dan

penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

bahan-bahan alami yang memiliki banyak khasiat, murah, dan mudah didapat.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas 37,2°C, dapat disebabkan oleh

substansi toksik yang disebut pirogen, yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu

atau gangguan fungsi otak terganggu (Hall, Guyton and Hall Textbook of Medical

Physiology Thirteenth Edition, 2016).

Pirogen dihasilkan dari toksin bakteri atau dilepaskan dari jaringan tubuh yang

mengalami degenerasi saat kondisi sakit. Pirogen menyebabkan set point pusat

pengaturan suhu di hipotalamus meningkat, sehingga semua mekanisme untuk

meningkatkan suhu tubuh berjalan. Dalam beberapa jam, suhu tubuh mencapai set

point yang baru (Hall, Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology

Thirteenth Edition, 2016).

Bawang merah mengandung flavonoid (kaemferol, kuersetin) dan minyak atsiri

yang memiliki efek antiinflamasi dan juga memiliki efek antipiretik.

Flavonoid dan minyak atsiri bekerja sebagai inhibitor siklooksigenase (COX).

Enzim siklooksigenase berfungsi memicu pembentukan prostaglandin.

Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh.

Apabila prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang

mengakibatkan demam (Suwertayasa, Widdhi, & Hosea, 2013).

Sambiloto merupakan tanaman yang mengandung andrographolid dan

flavonoid yang memiliki efek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi serta telah

teruji dalam menurunkan suhu tubuh rektal tikus (Suebsasana, et al., 2009).

Andrographolid dan flavonoid bekerja dengan menghambat pembentukan

prostaglandin sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Suebsasana, et al., 2009). S

(13)

5

Acetaminophen merupakan salah satu obat yang bekerja dalam siklus

peroksidase dengan menghambat pembentukan ko-substrat sehingga sedikit yang

dapat diangkut ke siklus siklooksigenase. Pada akhirnya perubahan asam

arakidonat menjadi prostaglandin menjadi terhambat dan suhu tubuh dapat

menurun (Anderson, 2008).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

a. Air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group Aggregatum)

menurunkan suhu tubuh mencit Swiss Webster yang demam

b. Air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group Aggregatum)

memiliki efek antipiretik sebanding dengan acetaminophen terhadap

penurunan suhu tubuh pada mencit Swiss Webster yang mengalami

demam;

c. Infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees)

menurunkan suhu tubuh mencit Swiss Webster yang demam

d. Infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees)

memiliki efek antipiretik sebanding dengan acetaminophen terhadap

penurunan suhu tubuh pada mencit Swiss Webster yang mengalami

demam

e. Air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group Aggregatum) dan

infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees)

memiliki efek antipiretik yang sama terhadap penurunan suhu tubuh pada

mencit Swiss Webster yang mengalami demam

(14)
(15)

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan umum :

a. Air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group Aggregatum) menurunkan suhu tubuh mencit Swiss Webster yang demam.

b. Air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group Aggregatum) memiliki efek antipiretik yang lebih baik dibandingkan dengan acetaminophen dalam menurunkan suhu tubuh mencit Swiss Webster yang

demam.

c. Infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) menurunkan suhu tubuh mencit Swiss Webster yang demam.

d. Infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) memiliki efek antipiretik yang lebih baik dibandingkan dengan acetaminophen dalam menurunkan suhu tubuh mencit Swiss Webster yang

demam.

e. Air perasan bawang merah (Allium cepa L. cv. group Aggregatum) dan infusa sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees) memiliki efek antipiretik yang sama dalam menurunkan suhu tubuh mencit Swiss Webster yang demam..

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan

penelitian-penelitian lain seperti : a. Uji toksisitas

b. Penentuan dosis lethal

(16)

PERBANDINGAN EFEK ANTIPIRETIK BAWANG

MERAH (Allium cepa L. cv. group Aggregatum)

DIBANDINGKAN DENGAN SAMBILOTO

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Wallich ex Nees)

TERHADAP MENCIT SWISS WEBSTER YANG

DIINDUKSI VAKSIN DPT

KARYA TULIS ILMIAH

Penelitian ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

YOSSIE GUVENTRI EKA SUPRANA

1310048

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(17)

vi

Banyak pihak telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril dan

materiil dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini sehingga saya dapat

mengerjakannya dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, saya mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Utama. Terima

kasih atas bimbingan, perhatian, kesabaran, saran, dukungan, dan bersedia

meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membantu selama pembuatan

Karya Tulis Ilmiah ini.

1. Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing

Pendamping, yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan

pikirannya serta memberikan bantuan bimbingan, saran, moral, dan

dukungan untuk menyelesaikan Kaya Tulis Ilmiah ini.

2. Grace Puspasari, dr., M.Gizi., selaku Dosen Wali yang telah memberikan

bimbingan dan arahan;

3. Orang tua, saudara-saudari, serta semua keluarga tercinta, terima kasih

atas doa dan restunya;

4. Teman-teman terbaik, Aldy, Ameldo, Andrew, Anthony, Fakhri, Yalsin,

Yeremia, terimakasih telah meluangkan waktu dan tenaganya demi

pembuatan KTI ini;

5. Partner dan sahabat terbaik Daniel, Sheila Tamara Wisesa, Alfred Tri

Susanto, dan The Circle, terima kasih untuk dukungan moral, semangat,

(18)

vii

6. Keluarga TBM Galenus yang telah memberikan dukungan dan perhatian

agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan sebelum waktunya.

7. Semua pihak yang sudah turut mendukung dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, kiranya Allah Bapa

membalas kebaikan Anda sekalian.

Penulis menyadari akan keterbatasannya dan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis selalu menerima apabila ada

kritik dan saran. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu kedokteran dan masyarakat umum. Amin.

Bandung, Oktober 2016

(19)

39

DAFTAR PUSTAKA

AAK. (t.thn.). Pedoman Bertanam Bawang. Yogyakarta: Kanisius.

Anderson, B. J. (2008). Paracetamol (Acetaminophen): mechanisms of action. Pediatric Anesthesia, 915-921.

Bickley, L. S. (2013). Bates' Guide to Physical Examination and History Taking Eleventh Edition. Wolters Kluwer Health.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.

de Padua, L., Bunyapraphatsara, N., & Lemmens, R. (2003). Plant Resources of South - East Asia No 12 (1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Leiden: Backhuys Publishers.

Departemen Kesehatan Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

E. P., I., & Mardianto, L. (t.thn.). Khasiat dan Manfaat Sambiloto : Raja Pahit Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka.

E.P, I. P., & Marianto, SP, L. A. (2003). Khasiat & Manfaat Sambiloto: Raja Pahit Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka.

Ganong, W. F. (2003). Review of Medical Physiology. Mc Graw Hill.

Hall, J. (2016). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology Thirteenth Edition. Elsevier.

Harper, D. H. (2012). Harper's Illustrated Biochemistry, Twenty-Ninth Edition. United States: McGraw-Hill Companies.

Jaelani, S.Si. (2007). Khasiat Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.

JI, I., & M, K. (2006). US honeys varying in glucose and fructose content elicit similar glycemic indexes. Journal of American Dietetic Association, 1260-2.

John E. Hall, P. (2016). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (13th ed.). United States: Elsevier.

Katzung, B. (2002). Obat-Obat Antiinflamasi Nonsteroid, Obat-Obat Reumatik Pemodifikasi-Penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obat-Obat untuk Pirai. Dalam B. Katzung, Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Kim E. Barrett, P., Susan M. Barman, P., Scott Boitano, P., & Heddwen L. Brooks, P. (2010). Ganong's Review of Medical Physiology (23th ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies.

Markum, A. H. (1997). Imunisasi. Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2012). Biokimia Harper (27th ed.). Jakarta: McGraw-Hill Education (Asia) and EGC Medical Publisher. Pakarti, C. E. (2005). Uji Efek Antipiretik Perasan Bawang Merah (Allium cepa

var. ascalonicum) pada Tikus Putih (Strain Winstar).

Peterson, L. R., & Peterson, M. J. (1959). SHORT-TERM RETENTION OF INDIVIDUAL VERBAL ITEMS. Indiana University.

Pitojo, S. (2003). Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.

(20)

40

Prisilla, J. (2013). Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Sambiloto

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Ekstrak Alang-Alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) pada Mencit Swiss Webster Jantan. Rahayu, E., & V. A., N. (2004). Bawang Merah. Jakarta: PT Penebar Swadaya. RI, D. K. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Jakarta: Bakti

Husada.

Sherwood, L. (2012). Fundamentals of Human Physiology Fourth Edition. Yolanda Cossio.

Siemonsma, J., & Piluek, K. (1994). Plant Resources of South - East Asia No. 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Suebsasana, S., Pongnaratorn, P., Sattayasai, J., Arkaravichien, T., Tiamkao, S., & Aromdee C. (2009). Analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and toxic effects of androggrapholide derivates in experimental animals. Arch Pharm Res, 32 : 1191-200.

Suwertayasa, I., Widdhi, B., & Hosea, J. (2013). Uji Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana camara L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi.

Tusilawati, B. (2010). 15 Herbal Paling Ampuh. Yogyakarta: Aulia Publishing. Utami, d. P. (2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Utami, d. P., Mardiana, L., & T. P. (2013). Umbi Ajaib : Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wijayakusuma, P. H. (2008). Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.

Wilmana, P., & Gan, S. (2007). Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam S. Gan, Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.

Wiryawan, I. A., Kusumawati, N. P., & Artawan, N. P. (2014). EFEK EKSTRAK BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum L.).

Gambar

Tabel 4.5 Hasil uji lanjut perbedaan suhu pada tiap kelompok perlakuan............ 32
Gambar 2.1 Mekanisme Perpindahan Panas ........................................................

Referensi

Dokumen terkait

ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees) tidak memiliki efek analgesik yang lebih poten dibandingkan pemberian ekstrak etanol buah mengkudu

Selain penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Adelaide Adiwana dengan judul “Efek Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) terhadap

PERSENTASE BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM, DAN LEMAK ABDOMEN BROILER YANG DIBERI.. IMBUHAN TEPUNG DAUN SAMBILOTO (Andrographis

Berdasarkan hasil percobaan untuk mengetahui uji toksisitas akut ekstrak etanol sambiloto ( Andrographis paniculata Nees ) pada mencit, dapat disimpulkan bahwa

EFEKTIVITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI.. Aeromonas hydrophila GPl-04 SECARA

Data dari hasil pengujian daun sambiloto ( Andrographis paniculata Nees) terhadap diameter zona hambat pertumbuan bakteri Staphylococus aureus dianalisa secara statistik

Ekstrak kering herba sambiloto ( Andrographis paniculata Nees.) yang diperoleh berupa serbuk kering, yang berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau dan rasanya

Ekstrak kering herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) yang diperoleh berupa serbuk kering, yang berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau dan rasanya