TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh
PRINANDA GUSTARINA RIDWAN
1201110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCA SARJANA
KEMAMPUAN BICARA DAN BAHASA
UNTUK ANAK TUNA RUNGU
Oleh
Prinanda Gustarina Ridwan
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Prinanda Gustarina Ridwan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
PROGRAM INTERVENSI DINI BAGI ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BICARA DAN BAHASA UNTUK ANAK TUNARUNGU
DISETUJUI dan DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Dr. Permanarian Somad, M.Pd. NIP. 19540408 198103 1 002
Pembimbing II
Dr. Hidayat, Dipl. S.Ed. M.Si. NIP. 19570711 198503 1 003
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
UCAPAN TERIMAKASIH ...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GRAFIK ...xii
DAFTARGAMBAR ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ...6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...7
1. Tujuan Penelitian ...7
2. Kegunaan Penelitian ...8
BAB II LANDASAN TEORI ...9
A. Deskripsi Teori ...9
1. Konsep Dasar Intervensi Dini ...9
2. Orangtua dan Intervensi Dini ...12
3. Konsep Ketunarunguan ...14
a. Pengertian Tunarungu ...14
b. Perkembangan Bicara dan Bahasa anak Tunarungu ...15
c. Pemerolehan Bahasa anak Tunarungu ...17
d. Bicara dan Bahasa Sebagai Dampak Ketunarunguan ...22
4. Konsep Usia Dini ...24
5. Konsep Berkaitan Dengan Program ...26
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
9. Hipotesis Penelitian ...31
BAB III METODE PENELITIAN ...33
A. Pendekatan Penelitian ...33
B. Desain Penelitian ...33
C. Prosedur Penelitian ...36
1. Prosedur Tahap 1 ...36
a. Lokasi Penelitian ...36
b. Informan penelitian ...36
c. Proses Penelitian Tahap 1 ...39
d. Teknik Pengumpulan Data ...40
e. Teknik Analisis Data...42
2. Prosedur Tahap 2 ...43
a. Prosedur Pelaksanaan Tahap 2 ...46
1. Menentukan Baseline ...46
2. Menentukan Intervensi ...46
b. Teknik Pengumpulan Data ...47
c. Teknik Pengolahan Data ...48
D. Penjelasakan Istilah ...49
1. Definisi Konsep Variabel ...49
a. Variabel Bebas ...49
b. Variabel Terikat ...50
2. Definisi Operasional Variabel ...52
a. Variabel Bebas ...52
b. Variabel Terikat ...55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...57
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
a. Deskripsi orangtua ...60
3. Upaya Yang Dilakukan Orangtua Dalam Mengembangkan Kemampuan Bicara Dan Bahasa Anak ...63
a. Pemahaman tentang kemampuan bicara dan bahasa ... ...66
b. Sikap dan perlakuan orangtua ... ... ...69
4. Pengembangan Kemampuan Bicara dan Bahasa di Sekolah ...74
B. Pembahasan ...76
1. Rumusan Program Pelatihan Orangtua ... 88
2. Rumusan Materi Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak Tunarungu ... 90
3. Pelaksanaan Program Pelatihan ... 94
4. Pelatihan Teori ... 94
a. PelatihanPraktekIntervensi... 94
b. Refleksi ... 95
c. Evaluasi dan Tindak Lanjut ... 95
5. Hasil Program Pelatihan Orangtua... 96
a. Kemampuan Orangtua Dalam Pemahaman Ketunarunguan... 96
1) Hasil baseline 1 (A1) ... 96
2) Hasil intervensi (B) ... 99
3) Hasil baseline 2 (A2) ... 100
4) Perolehan data kemampuan orangtua ... 101
a) Analisis Data ... 102
(1) Analisis dalam kondisi ... 103
(2) Panjang kondisi ... 103
(3) Estimasi kecenderungan arah ... 103
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
(7) Perubahan level ... 109
b) Analisis antar kondisi ... 112
(1) Jumlah variabel yang diubah ... 112
(2) Perubahan kecenderungan dan efeknya ... 112
(3) Perubahan kecenderungan stabilitas ... 113
(4) Perubahan level ... 114
(5) Presentasi data overlap ... 114
b. Kemampuan Orangtua Dalam Pengembangan Kemampuan Bicara dan bahasa ... 118
1) Hasil baseline 1 (A1) ... 118
2) Hasil intervensi (B) ... 119
3) Hasil baseline 2 (A2) ... 121
4) Perolehan data subjek ... 122
a) Analisis Data... 123
(1) Analisis dalam kondisi ... 123
(2) Panjang kondisi ... 123
(3) Estimasi kecenderungan arah ... 123
(4) Kecenderungan Stabilitas ... 125
(5) Jejak Data ... 129
(6) Level stabilitas dan rentang ... 130
(7) Perubahan level ... 130
b) Analisis antar kondisi ... 132
(1) Jumlah variabel yang diubah ... 133
(2) Perubahan kecenderungan dan efeknya... 133
(3) Perubahan kecenderungan stabilitas ... 134
Prinanda Gustarina Ridwan 2014
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 143
A. Kesimpulan ... 143
B. Rekomendasi ... 147
DAFTAR PUSTAKA ... 148
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 153
ABSTRAK
PROGRAM INTERVENSI DINI BAGI ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DAN BAHASA UNTUK
ANAK TUNARUNGU
Prinanda Gustarina Ridwan/1201110
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu yang kurang baik dalam memahami dan mengungkapkan keinginan melalui bicara dan bahasa. Hal ini dikarenakan anak tunarungu tidak memiliki pengalaman dalam berbicara dan bahasa sehingga pemahaman anak tunarungu harus ditingkatkan agar dapat berkembang secara optimal.
Peran orangtua sangat penting dalam melakukan intervensi dini anaknya. Kebanyakan orangtua tidak paham, kurang pengetahuan yang cukup dalam mengintervensi dini anaknya, sehingga diperlukan suatu program pelatihan yang dapat dilakukan oleh orangtua agar dapat meningkatkan pemahaman, kemampuan orangtua dalam memberikan intervensi dini kepada anak tunarungu. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan sebuah program pelatihan orangtua untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam memberikan intervensi dini pada anak tunarungu.
Subjek penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak tunarungu usia 5-6 tahun, belum memiliki pengetahuan, pemahaman tentang ketunarunguan dan kemampuan intervensi bicara dan bahasa. Metode yang digunakan adalah mix methode dengan desain exploratory mixed methods research design menggunakan tahapan kualitatif, kuantitatif.
ABSTRACT
EARLY INTERVENTION PROGRAM TO INCREASE SPEECH
AND LANGUAGE SKILL OF HEARING IMPAIRMENT
CHILDREN
By : Prinanda Gustarina Ridwan (1201110)
The lack of Speech and language skill of hearing impairment children to get something and hard to express the desire, so it should be given intervention in speech
and language for an early age is the background of the research. It’s because the
hearing impairment children do not have experience in both of speech and language understanding that make increasing of it are needed to develop optimally. Why is it important and should be increased? Because speech and language closely related to language comprehension that becomes the basic for further mastering capabilities.
Parents are the main role for the successfull early intervention program of
their childs. Many of them don’t understand and lack of cognition to doing early
intervention for speech and language skill to their childs, so it takes such kind of training program for parents to help out them to understand and do the early intervention program for their hearing impairment children. This study aims to formulate a parent training program to increase the understanding and skill to providing intervention to hearing impairment children.
The subjects of the research is parents of aged five to six years old hearing
impairment children who haven’t had cognition and understanding of the child's hearing loss and intervention capabilities in terms of speech and language that need assistance in dealing with. The method used is a mix of methods to design exploratory mixed methods research design using qualitative stage, quantitative.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak
pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7).
Perkembangan adalah hal yang sangat penting yang dialami oleh setiap
individu. Namun, setiap individu memiliki perbedaan dalam proses
perkembangannya. Setiap individu berkembang berdasarkan tahapan
perkembangannya masing- masing. Salah satu perkembangan yang terjadi
pada setiap individu adalah perkembangan bicara dan bahasa.
Bagi seorang anak, belajar bicara dan bahasa merupakan tugas
perkembangan yang utama. Dalam kebanyakan permasalahan perkembangan
anak, terlambat dalam kemampuan bicara dan bahasa merupakan indikator
awal bahwa anak tersebut telah mengalami hambatan perkembangan pada
kemampuan akademik ataupun keterampilan sosial dalam kehidupan
selanjutnya.
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan pendengaran
karena diakibatkan kerusakan pada organ pendengarannya. Sehingga anak
tunarungu kesulitan dalam berbahasa. Menurut Permanarian Somad (1996)
bahwa :
Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari- hari yang membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa anak tunarungu adalah anak
yang memiliki hambatan dalam pendengaran sehingga berdampak pada
dengan pendapat Friend, M dalam Rahardja (42: 2006) mengungkapkan
bahwa :
Tunarungu (hearing impairment) merupakan kelainan pada pendengaran, apakah menetap atau tidak tetap, yang secara merugikan berpengaruh terhadap kinerja pendidikan anak, dalam kasus yang paling rendah dikarenakan anak memiliki kelainan dalam melakukan proses informasi linguistik melalui pendengaran.
Berdasarkan pengertian dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu
adalah anak yang memiliki hambatan pendengaran yang mengakibatkan anak
tunarungu kesulitan dalam menerima informasi melalui bahasa yang
diperlukan dalam kehidupan sehari- hari.
Tahapan- tahapan perkembangan bahasa yang dilalui oleh anak
tunarungu sama dengan tahapan perkembangan bicara dan bahasa anak pada
umumnya. Hanya saja setelah fase meraban (babbling), anak tunarungu tidak mengalami perkembangan secara optimal. Sehingga proses penerimaan bicara
dan bahasa anak tunarungu terganggu karena tidak ada stimulus yang masuk
ke dalam area bahasa anak dan menyebabkan anak tunarungu tidak memiliki
pengalaman bahasa yang baik. Oleh karena itu anak tunarungu tidak mampu
berbicara dan berbahasa dengan baik.
Dampak yang ditimbulkan dari hambatan pendengaran pada anak
tunarungu mempengaruhi pada perkembangan kognitif, perkembangan bicara
dan bahasa, perkembangan sosial emosi, dan prestasi akademik. Dampak
yang ditimbulkan anak tunarungu dalam perkembangan bicara dan bahasa
adalah kesulitan berbicara, kesulitan berbahasa yang ditandai dengan
kesulitan dalam keterampilan menggunakan lambang, mengucapkan lambang
serta mengadakan penggabungan dari lambang- lambang tersebut, kesulitan
dalam mengungkapkan perasaan, ide, gagasan, kesulitan dalam
berkomunikasi dengan lawan bicara.
Pernyataan di atas menegaskan bahwa kemampuan intelegensi anak
tunarungu sama dengan kemampuan anak pada umumnya tetapi karena anak
tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan bicara dan bahasa
mengakibatkan anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam memperoleh
informasi yang diterimanya. Sejalan dengan pendapat di atas bahwa
perkembangan kognitif anak tunarungu dipengaruhi oleh perkembangan
bicara dan bahasa. Dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki
oleh anak tunarungu dalam perkembangan kognitif lebih kepada fungsi
perkembanga bahasa. Kesulitan lainnya yang muncul sebagai akibat dari
ketunarunguan adalah berhubungan dengan bicara, membaca, menulis, tetapi
tidak berhubungan dengan tingkat intelegensi (Rahardja, 2006).
Perkembangan sosial dan emosi akan sangat bergantung kepada
kemampuan bicara dan bahasa. Interaksi bahasa dan respon yang kurang
mengakibatkan anak tunarungu tidak mampu bersosialisasi dengan teman
lainnya. Hal lain akan berdampak pada segi emosinya. Kekurang pahaman
akan bahasa verbal maupun non verbal menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif dan memicu pada tekanan emosi. Tekanan
emosi ini akan menghambat pada perkembangan pribadinya. Emosi anak
tunarungu dikarenakan kemiskinan bahasa, kesulitan mengungkapkan
keinginan melalui bicara dipengaruhi oleh sedikitnya stimulus lingkungan
yang diterima oleh anak tunarungu.
Dalam prestasi akademik, anak tunarungu mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran bahasa lisan dan tulisan. Dalam bidang akademik,
membaca merupakan yang paling rendah prestasinya hal ini dikarenakan
melihat dampak dari ketunarunguan. Hilangnya pendengaran, apakah ringan
atau berat, menimbulkan dampak yang rendah bagi kemampuan bahasa anak
tunarungu yang paling jelas terlihat dalam pemaknaan bahasa yang
Anak tunarungu sangat perlu untuk mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa sejak dini.Kemampuan bicara dan bahasa yang minim
menyebabkan anak tunarungu terlihat seperti anak keterbelakangan. Dari
dampak yang ditimbulkan tersebut, menyebabkan anak tunarungumengalami
kesulitan- kesulitan secara komprehensif dan kompleks dalam kehidupan
anak tunarungu itu sendiri.
Dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki
anak tunarungu diatas, sebenarnya anak tunarungu memiliki potensi dalam
kemampuan bicara dan bahasa. Tetapi karena hambatan yang muncul pada
anak tunarungu, mengakibatkan potensi yang seharusnya terlihat pada anak
tunarungu menjadi tidak nampak. Jika hambatan dapat diminimalisir sedini
mungkin, maka kemampuan pada anak tunarungu itu dapat berkembang
secara optimal.
Untuk itulah diperlukan suatu intervensi dini pada anak tunarungu
dalam bicara dan bahasa. Intervensi kepada anak tunarungu harus diberikan
sedini mungkin untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada
anak tunarungu dan meminimalisir hambatan yang dimilikinya. Hasil akan
tercapai dengan baik apabila anak tunarungu diberikan intervensi khususnya
bicara dan bahasa sedini mungkin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orangtua yang
memiliki anak tunarungu, penanganan pertama yang dilakukan oleh orangtua
ketika mengetahui anaknya tunarungu adalah datang ke dokter lalu diadakan
pemeriksaan melalui medis saja. Setelah anaknya didiagnosa mengalami
ketunarunguan, orangtua tidak melakukan apa- apa agar anaknya mau
mengeluarkan suara (berbicara) dan berbahasa. Orangtua belum
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anaknya sejak didiagnosa
mengalami ketunarunguan. Anak tunarungu hanya diberikan obat- obatan
secara medis saja, melakukan berbagai tes dan tidak melakukan penanganan
kepada anaknya yang tunarungu agar mampu berbicara dan berbahasa.
anaknya hanya sebatas pada bahasa yang umum sehari- hari (seperti: makan,
minum yang diisyaratkan) selebihnya hanya mendiamkan anaknya saja (tidak
diberikan stimulus yang sering) tanpa diajak untuk berbicara dan berbahasa.
Pemahaman orangtua yang baik dalam pengetahuan, memahami,
memberdayakan, dan mengajarkan anak tunarungu dalam kemampuan bicara
dan bahasa secara benar akan membuat potensi yang dimiliki anak tunarungu
tidak hilang dan dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan
perkembangan yang seharusnya dilalui anak khususnya dalam perkembangan
bicara dan bahasa. Untuk mengakomodir pemahamanan terhadap anak
tunarungu, orangtua harus terlibat secara aktif dalam suatu pembelajaran yang
berkaitan dengan kemampuan bicara dan bahasa bagi anak tunarungu.
Intervensi dini dengan melibatkan orangtua sangat penting dilakukan
karena orangtua merupakan orang yang paling mengetahui anaknya secara
mendalam dan kesempatan anak dalam melakukan aktivitas/ pemberian
layanan di rumah lebih banyak dibanding di sekolah serta untuk mendapatkan
hasil perkembangan khususnya bicara dan bahasa secara maksimal. Betapa
pentingnya mendeteksi atau mengetahui adanya hambatan sedini mungkin
dan bahwa kemudian hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan program
intervensi dini guna mencegah terjadinya dampak yang kurang baik terhadap
seluruh perkembangan anak. Intervensi dini pada anak harus melibatkan
peran orangtua di dalam penanganannya. Peran orangtua sangat
mempengaruhi kemampuan anak dalam perkembangan selanjutnya. Pengaruh
timbal balik yang diberikan oleh orangtua dan anak melampaui interaksi
spesifik memiliki pengaruh yang cukup tinggi (Santrock, 2007: 158).
Orangtua merupakan faktor pendukung dan penentu dalam kemajuan
perkembangan anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama
dan utama yang diselenggarakan dan ditangani langsung oleh orangtua.
Keluarga, khususnya orangtua, sebagai pendidik harus memiliki pemahaman
Anak- anak memerlukan pembelajaran sedini mungkin dalam aspek
bicara dan bahasa karena bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa, anak akan sulit
untuk bisa bertahan di lingkungan tempat dia berada. Pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah dalam bahasa bagi anak tunarungu adalah belajar
berbahasa saja. Pembelajaran yang dilakukan sekolah belum memberdayakan
orangtua dalam penanganannya. Orangtua tua hanya berperan sebagai
fasilitator (mengantarkan/ menjemput anak ke sekolah saja) tidak terlibat
dalam pembelajaran. Pembelajaran ini belum sepenuhnya dapat
mengakomodasi anak tunarungu dalam pembelajaran berbahasa. Di rumah
pun orangtua kurang bisa belajar bersama dengan anak karena orangtua yang
memiliki keterbatasan dalam memahami keinginan dan maksud yang
diutarakan oleh anak, keterbatasan dalam mengajarkan berbahasa kepada
anak, dan orangtua hanya puas dengan hasil yang diperoleh oleh anak padahal
potensi yang dimiliki anak lebih dari kemampuannya yang sekarang.
Berdasarkan pernyataan di atas, perlu adanya suatu program
intervensi dini yang sesuai dalam kemampuan bahasa anak tunarungu agar
orangtua dapat mengajarkannya sendiri dan dilakukan dengan mudah, murah,
tepat guna dan hasil akhirnya anak tunarungu memiliki kecakapan dan
kemampuan bahasa yang baik serta perkembangan yang optimal di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba meneliti tentang
program intervensi dini bagi orangtua dalam mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa pada anak tunarungu. Diharapkan, penelitian ini dapat
memberikan pemahaman kepada orangtua tentang apa yang seharusnya
dilakukan orangtua dalam memberikan intervensi dini kepada anak
tunarungu, memberdayakan orangtua dalam melakukan intervensi dini
kepada anak tunarungu dan membantu anak tunarungu dalam
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa serta guru dapat
memberikan layanan/ program yang tepat bagi anak tunarungu sesuai dengan
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Fokus penelitian ini adalah program intervensi dini kepada orangtua
yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara
dan bahasa. Dari uraian yang telah disebutkan bahwa intervensi dini yang
dilakukan saat ini belum memberdayakan dan melibatkan orangtua, sehingga
pembelajaran yang dilakukan belum sepenuhnya dapat mengakomodasi
kebutuhan anak dalam hal bicara dan bahasa. Penelitian ini ingin mencoba
merumuskan program intervensi dini orangtua yang memiliki anak tunarungu
dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Pertanyaan yang
ingin dijawab dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu yang
dikuasai saat ini ?
2. Apa yang dilakukan orangtua dalam mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa anak nya saat ini di rumah ?
3. Apa yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan bicara
dan bahasa pada anak tunarungu saat ini di sekolah ?
4. Bagaimana rumusan program intervensi dini untuk mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasa pada anak tunarungu yang akan
dijalankan oleh orangtua?
5. Apakah program intervensi dini dapat meningkatkan kemampuan
orangtua dalam pemahaman ketunarunguan dan mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasa kepada anak tunarungu ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan program
intervensi dini untuk membantu orangtua yang memiliki anak
dikembangkan berdasarkan data empirik yang diperoleh dari studi
pendahuluan terhadap orangtua yang sudah berhasil dalam
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa kepada anak
tunarungu dan teori yang mendukung dalam pengembangan
intervensi dini tersebut. Jadi, hasil dari penelitian ini adalah sebuah
program intervensi dini orangtua yang memiliki anak tunarungu
dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebuah program
pelatihan bagi orangtua dalam intervensi dini anak tunarungu
untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :
a. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap disiplin ilmu pendidikan
kebutuhan khusus dan mendorong peneliti lainnya untuk
mengadakan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut.
b. Secara Praktis
1). Bagi Orangtua
a) Melatih orangtua dalam menangani anak tunarungu
untuk mengembangkan kemampuan bicara dan
b) Memberikan pemahaman kepada orangtua tentang
ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara
dan bahasa anak tunarungu.
c) Meningkatkan kemampuan orangtua dalam
memberikan intervensi anaknya
2) Bagi Guru
a) Sebagai bahan acuan dan motivasi dalam
pembelajaran bicara dan bahasa yang dilakukan di
sekolah.
b) Mengajarkan guru membuat program yang sesuai
dengan kebutuhan anak tunarungu dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan Research And Development (R & D) dengan Exploratory Mixed Method Research Design. Penelitian ini harus menangani dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif, dan oleh karenanya desain penelitian yang hanya menggunakan
metode kualitatif saja atau metode kuantitatif saja untuk penelitian ini tidak
akan memadai; penelitian ini harus menggunakan desain yang
mengkombinasikan kedua metode tersebut – yang disebut mixed methods research design. Mixed methods research design adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan "mencampur" metode penelitian kuantitatif
dan kualitatif dalam satu kajian untuk memahami sebuah masalah penelitian
(Creswell, 2010).
Asumsi dasarnya adalah bahwa penggunaan metode kualitatif dan
metode kuantitatif, yang dikombinasikan, memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang masalah penelitian dan pertanyaan penelitian daripada hanya
menggunakan salah satu metode saja.
B. Desain Penelitian
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka desain penelitian yang digunakan
oleh peneliti adalah exploratory mixed methods research design. Pada umumnya desain ini diaplikasikan untuk mengeksplorasi suatu fenomena,
mengidentifikasi tema-tema, merancang suatu instrumen, dan selanjutnya
3430
instrumen, variabel, dan alat ukur untuk populasi yang sedang dikajinya, atau
peneliti tidak mengetahui keberadaannya (Creswell, 2010).
Secara visual, bagan desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut ini :
Membangun
Gambar 3.1. Mixed Methods Research Design
(Diadaptasikan Dari Creswell, 2010)
Keterangan:
1. Tanda panah menunjukkan urutan pengumpulan data. Pengumpulan data
kuantitatif dilakukan setelah diperoleh data kualitatif.
2. Huruf kapital menunjukkan prioritas data. QUAL menunjukkan bahwa data
kualitatif lebih diprioritaskan daripada data kuantitatif (quan).
Seperti yang telah diuraikan diatas penelitian dilakukan dengan
melakukan dua tahap, dengan pola penelitian kualitatif yang dilanjutkan
dengan penelitian kuantitatif (Eksploratory Reseach Design).
Gambar 3.2 Desain Alur Penelitian
QUAL
(Data dan Hasil)
quan
3530
PROGRAM YANG SUDAH DI VALIDASI
PROGRAM INTERVENSI DINI ANAK TUNARUNGU USIA 5-6 TAHUN
DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUANBICARA DAN BAHASA
3630 C. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini menggunakan tahapan kualitatif
dan kunatitatif. Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan,
peneliti membagi dalam dua tahap, yakni tahap satu (kualitatif) dan tahap dua
(kuantitatif).
1. Prosedur Penelitian Tahap 1
Dalam tahap satu, prosedur penelitian bersifat kualitatif yaitu
penyajian data berupa hasil narasi, deskripsi yang didapat dari hasil
asesmen, observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan
berkenaan dengan kondisi objektif pada anak tunarungu dan orangtua
dalam kemampuan bicara dan bahasa, menggali informasi dan data dari
orangtua, anak, dan guru tentang kemampuan bicara dan bahasa anak
tunarungu, penyusunan program, analisis konsep dan studi literatur serta
validasi data.
a. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian tahap satu, lokasi penelitian ini
dilaksanakan di rumah daerah Lembang dan di SLB YPLAB jalan
Barulaksana no. 183 Lembang Kabupaten Bandung Barat.
b. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif, subjek dalam penelitian dinamakan
informan, partisipan atau sumber. Menurut Buhran Bungin,
informan penelitian adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi ataupun fakta objek penelitian
(Sugiono, 2008:128). Dalam penelitian ini yang dijadikan informan
adalah sebagai berikut :
3730
Orangtua adalah orang yang terdekat dengan anak,
sehingga orangtua sangat mengetahui perkembangan anak
mulai dari lahir hingga saat ini serta memahami anaknya
dengan pasti. Oleh karena itu orangtua dijadikan informan
dalam penelitian ini. Adapun gambaran orangtua yang
menjadi subjek penelitian antara lain :
a). Keluarga yang kemampuan bicara dan bahasa anaknya
sudah baik :
Nama : Sf
Tempat tanggal lahir : Bandung, 8 Desember 2009
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :Kampung Cibedug RT 03/ RW 02
Lembang
Karakteristik :
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti
melihat bahwa kemampuan bicara dan bahasa Sf sudah
baik dibandingkan dengan teman- teman lainnya yang
usianya sama. Sf sudah mampu berbahasa dengan baik.
Hal ini terlihat dari kemampuan pengenalan huruf
sampai kata sudah mampu. Sf sudah mmapu
mengekspresikan maksud yang diinginkannya kepada
orangtuanya dengan menggunakan isyarat, sudah
mampu berkomunikasi dan bisa dimengerti bahasanya.
Dilihat dari latar belakang keluarga, Sf merupakan
anak tunggal. Sf diketahui mengalami ketunarunguan
3830
tidak bereaksi, anteng lalu orangtua Sf langsung
memeriksakan anaknya ke dokter. Orangtua Sf sangat
ingin anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sehingga orangtuanya memberikan pembelajaran
bahasa dimulai dari Sf didiagnosa mengalami
ketunarunguan. Hal- hal yang dilakukan orangtua agar
Sf berbahasa adalah sering diajak ngobrol ketika
digendong, diberikan stimulus seperti digelitik- gelitik
supaya Sf dapat berekspresi, latihan bermain sambil
membubling dan sampai di sekolah Sf diajarkan bahasa
isyarat oleh guru dan sangat cepat dalam menangkap
pembelajaran yang baru dibanding dengan teman/ siswa
yang sudah lama di sekolah.
b). Orangtua yang kemampuan bicara dan bahasa anaknya
belum baik :
Nama : Nc
Tempat tanggal lahir : Bandung, 24 September 2009
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cihideng RT 01/ RW 02 Lembang
Karakteristik :
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti
melihat bahwa kemampuan bicara dan bahasa masih
sangat kurang. Nc sudah mampu mengenal huruf. jika
ditanya kata, Nc akan kebingungan dalam
3930
Dilihat dari latar belakang, Nc merupakan anak
pertama. Nc diketahui mengalami ketunarunguan sejak
usia 20 bulan. Orangtua Nc melihat keganjilan anaknya
jika dipanggil diam saja (responnya lama). Kemudian
orangtua Nc memriksakan anaknya ke dokter dan dari
hasil pemeriksaan tersebut Nc mengalami
ketunarunguan. Yang pertama dilakukan oleh orangtua
ketika mengetahui anaknya mengalami ketunarunguan
dengan membiarkannya tumbuh dan berkembang apa
adanya saja, tanpa adanya stimulus bahasa yang
diberikan kepada anaknya. Nc hanya disuruh menonton
televisi tanpa diajak ngobrol, sehingga Nc memiliki
sedikit kosakata dan jika ingin memahami sesuatu
memerlukan waktu yang cukup lama. Pembelajaran di
sekolahpun masih sangat terbatas. Nc masih diberi
pembelajaran membaca (dan isyarat) huruf. Dalam
menangkap pelajaran, Nc masih sangat lama dan
memerlukan bimbingan yang khusus.
2) Guru
Guru mampu memberikan informasi seputar anak
tunarungu berkenaan dengan kemampuan bicara dan bahasa
anak saat ini di sekolah, pembelajaran yang dlakukan oleh
guru, metode yang diajarkan kepada anak tunarungu, dan lain-
lain.
4030 1) Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat kondisi
nyata di lapangan mendapatkan informasi tentang berbagai hal
terkait dengan kemampuan bicara dan bahasa, proses intervensi
dini yang dilakukan oleh orangtua dan guru baik di rumah
maupun di sekolah.
2) Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat keseharian anak,
melihat sejauh mana kemampuan bicara dan bahasa anak, hal-
hal yang dilakukan oleh orangtuadan guru dalam memberikan
intervensi kepada anak.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada orangtua, guru dan
orang- orang yang terkait dengan anak dalam hal kemampuan
bicara dan bahasa anak tunarungu.
d. Teknik Pengumpulan Data
Penumpulan data kualitatif berupa data deskriptif tentang
kondisi objektif dalam pelaksanaan program intervensi dini yang
dilakukan oleh orangtua kepada anak tunarungu usia 5-6 tahun
dalam mengembangkan kemampuan bahasa, hal- hal apa saja yang
terkait dengan kemampuan bahasa anak tunarungu, hal- hal apa
saja yang dibutuhkan dalam program intervensi dini yang
dilakukan oleh orangtua kepada anak tunarungu usia 5-6 tahun
dalam kemampuan bahasa, analisis konsep rumusan program dan
validasi program.
4130
Pada penelitian metode campuran (mixs method) dengan model Exploratory Mixed Methods Research Design pada aspek kualitatif sebagai metode primer yang menjadi instrumen
adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2008:306) bahwa
peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data,menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.
Adapun yang menjadi acuan peneliti sebagai humant
instrumen terlebih dahulu membuat pedoman wawancara,
pedoman observasi, pedoman dokumentasi dan pedoman
validasi.
Pada aspek kuantitatif instrumen yang dipergunakan
adalah wawancara. Pelaksanaan wawancara dilakukan pada
tahap uji coba hasil program melalui metode eksperimen pada
orangtua dengan mengacu pada pedoman uji coba yang telah
dibuat.
2) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dibuat sebagai panduan
pengumpulan data saat melakukan wawancara. Pedoman
wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan seputar
kemampuan bahasa anak tunarungu yang sudah dicapai saat
ini, sikap dan perlakuan orangtua dalam memahami hakekat
ketunarungua serta keterlibatan dan peran serta orangtua dalam
mengembangkan kemampuan bahasa anak tunarungu saat ini
4230
bahasa anak tunarungu di sekolah, dan upaya yang dilakukan
oleh dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa.
Pertanyaan disusun serinci mungkin yang diawali dengan
pembuatan kisi-kisi, sehingga dapat menjawab pertanyaan
penelitian yang ada.
3) Pedoman Observasi
Sama halnya dengan pedoman wawancara, pedoman
observasi dibuat sebagai panduan saat melakukan observasi, di
dalamnya peneliti menyusun hal-hal apa saja yang akan
diobservasi. Dalam penelitian ini, hal- hal yang diobservasi
seputar kemampuan bicara dan bahasa anak di rumah, di
sekolah, orangtua mengembangkan kemampuan bicara dan
bahasa untuk anak tunarungu di rumah, guru mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu di sekolah.
4) Pedoman Validasi
Untuk menghasilkan sebuah program yang bermutu dan
berguna, tentunya program tersebut harus divalidasi terlebih
dahulu dan cara yang akan dilakukan adalah melalui expert
judgment. Expert judgment terdiri dari dosen ahli yang berkompeten dalam bidang intervensi dini dan ahli dalam
bidang ketunarunguan dan guru yang mengajar anak
tunarungu. Proses validasi hasil program ini tentunya
memerlukan pedoman validasi yang akan berguna sebagai
guide dalam proses validasi tersebut untuk menghasilkan program yang baik.
4330
Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
mengacu pada proses analisis data yang disampaikan oleh Miles & Huberman dalam Sugiyono (2013:91) yaitu: ”aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/ verifikasion. 1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi
direduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu isi dari data,
kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan
analisis konten, dan diorganisasi sedemikian rupa dengan
menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori
yang ditemukan. Kemudian dilakukan analisis komparatif
dengan melakukan crosscheck atau cek silang di antara kedua
data tersebut. Setiap sumber data di crosscheck dengan sumber
data lainnya. Dengan demikian, validitas data yang ada dapat
dipertanggung jawabkan.
2) Penyajian Data
Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
3) Menarik kesimpulan dan verifikasi
Sejak awal pengumpulan data, peneliti mulai mencari
arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
4430
proposisi. Setelah didapat kesimpulan-kesimpulan sementara,
kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya
bukti-bukti dari data. Kesimpulan diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data
diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni
sebagai validitas dari data itu sendiri.
2. Prosedur Tahap 2
Pada tahap dua, penyajian data yang disajikan dalam bentuk
statistika deskriptif. Dalam tahap ini orangtua melakukan pelatihan
menggunakan program yang telah dibuat. Program tersebut dihitung untuk
melihat peningkatan orangtuadalam pemahaman ketunarunguan dan
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Selanjutnya untuk
mengetahui peningkatan kemampuan orangtua dalam melakukan
intervensi dini kepada anak tunarungu, maka peneliti melakukan
pengujian menggunakan metode eksperimen dengan desain rancangan
SSR (Single Subject Research). “Penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan/ treatment
yang diberikan kepada subjek secara berulang- ulang dalam waktu tertentu ” (Sunanto, 2006). Adapun desain SSR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan kondisi, yaitu: pada
kondisi baseline (A1) kemudian pada kondisi intervensi (B) dan
pengukuran kembali pada kondisi baseline (A2). Desain A-B-A ini dipilih
karena dapat menunjukan apakah terdapat hubungan antara variable
terikat dan variable bebas.
A-1 (baseline 1) merupakan suatu kondisi awal kemampuan
4530
pengembangan kemampuan bicara dan bahasa. Pada kondisi ini, untuk
mengetahui sejauh mana orangtua paham hakekat ketunarunguan dan
sejauh mana dapat melakukan pengembangan kemampuan bicara dan
bahasa anaknya yang tunarungu (orangtua mampu melatih anak dalam
memahami kata), sebelum dilakukan intervensi adalah memberikan 10
pertanyaan mengenai pengetahuan dan pemahaman orangtua tentang
ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak
tunarungu. Kemudian dihitung menggunakan persentasi hasil, data skor
selanjutnya dimasukkan ke dalam pencatatan data.
B (intervensi) adalah untuk mengetahui data kemampuan orangtua
dalam melakukan intervensi dini kepada anak. Pada tahap ini subjek diberi
perlakuan dengan cara melakukan program pelatihan orangtua dalam
intervensi dini anaknya yaitu dengan memberikan pemahaman orangtua
tentang ketunarunguan dan pengembangan bicara dan bahasa. Pada tahap
intervensi, orangtua melakukan pelatihan berupa teori dengan materi
seputar pengetahuan orangtua tentang ketunarunguan, pemahaman
orangtua dalam menangani anak,pengembangan kemampuan bicara dan
bahasa ( kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini dalam
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak). Intervensi
diberikan empat kali hingga terjadi perubahan dalam pemahaman orangtua
tentang ketunarunguan, orangtua dalam menangani anak, dan
pengembangan kemampuan bicara dan bahasa (kemampuan orangtua
dalam melakukan intervensi dini kepada anak ). Proses intervensi setiap
sesi dilakukan seminggu dua kali dengan waktu dua jam pada setiap
sesinya.
A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline 1 sebagai
4630
tidak. Hasil evaluasi dapat menunjukan apakah intervensi yang diberikan
memberikan pengaruh positif pada subjek dengan membandingkan
kondisi subjek pada baseline-1 dan baseline-2.
Pelaksanaannya wawancara dengan orangtua seputar ketunarunguan
dan kemampuan orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan
bahasa anak tunarungu (kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi
dini).
Secara visual desain A-B-A digambarkan dalam garafik sebagai
berikut :
Gambar 3.1. Desain A-B-A
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara
dan hasilnya dalam bentuk persentasi. Bentuk wawabcara berupa
pertanyaan- pertanyaan seputar pengetahuan orangtua tentang
ketunarunguan, pengembangan kemampuan bicara dan bahasa
(pemahaman orangtua dalam menangani anak, kemampuan orangtua
dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu). Kemudian
setelah data terkumpul akan dianalisis ke dalam statistik deskriptif. Single
4730
Subject Research (SSR) mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah
laku subjek secara individual.
a. Prosuder Pelaksanaan Tahap 2
1) Menentukan Baseline
Pada fase ini, orangtua diberikan pertanyaan seputar
pengetahuan tentang ketunarunguan dan pengembangan kemampuan
bicara dan bahasa (pemahaman dalam menangani anak dan
kemampuan dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu).
Untuk menentukan hasil dilihat dari orangtua mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan. Kriteria penilaian menggunakan penskoran
secara persentasi. Besarnya persentasi dapat dihitung dengan menilai
jumlah jawaban benar dari setiap soal yang diberikan dikali penilaian
dibagi jumlah seluruh soal dikali 100.
2) Prosedur Intervensi
Pada fase ini orangtua mulai diberikan perlakuan yaitu dengan
program pelatihan seputar ketunarunguan, pengembangan kemampuan
bicara dan bahasa (pemahaman dalam menangani anak dan
kemampuan dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu)
melalui program pelatihan intervensi dini. Pembelajaran dimulai dari
memberikan pengetahuan tentang hakekat ketunarunguan dan
pengembangan kemampuan bicara dan bahasa (pemahaman dalam
menangani anak dan kemampuan dalam melakukan intervensi dini).
4830
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat
memperlihatkan ada tidaknya peningkatan kemampuan orangtua dalam
pemahaman orangtua dalam menangani anak, kemampuan orangtua dalam
melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu dalam mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu. Dalam hal ini, peneliti
ingin mengetahui peningkatan orangtua dalam memahami hakekat
ketunarunguan dan pengembangan intervensi dini dalam kemampuan
bicara dan bahasa anak tunarungu. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tes lisan dan tulisan.
Untuk mendapatkan data, maka dilakukan pengamatan pada
tahap baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) sebanyak 8
sesi. Penelitian ini dilakukan setiap hari. Pengumpulan data ini dilakukan
pada tanggal 16 Mei 2014 sampai dengan 13 Juni 2014. Adapun banyak
sesi dalam pengumpulan data sebagai berikut: tahap baseline 1 (A1) 2
sesi, tahap intervensi (B) sebanyak 4 sesi dan pada tahap baseline 2 (A2)
sebanyak 2 sesi. Dalam pengumpulan data tersebut, terdapat beberapa
langkah seperti menyiapkan kamera, pertanyaan seputar ketunarunguan
dengan rentang nilai dari 2 sampai dengan 0 dan instrumen pengembangan
kemampuan bicara dan bahasa dengan rentang nilai dari 2 sampai dengan
0 yang digunakan pada tahap baseline (A1), intervensi dan baseline (A2).
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat
memperlihatkan ada tidaknya peningkatan pemahaman orangtua tentang
ketunarunguan dan pengembangan bicara dan bahasa sebelum dan setelah
intervensi menggunakan program pelatihan yang telah dibuat.
4930
Setelah semua data terkumpul melalui format pencatatan
kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan
tujuan memperoleh gambaran secara jelas mengenai hasil intervensi
dalam jangka waktu tertentu. Analisis data dilakukan dengan satu subjek.
Penggunaan analisis dengan grafik diharapkan akan lebih
memperjelas gambaran stabilitas perkembangan kemampuan memaknai
kata pada aspek mengucapkan kata dan menunjukan gambar
menggunakan teknik meraban dari pelaksanaan sebelum diberi perlakuan
maupun setelah diberi perlakuan.
Desain subjek tunggal ini menggunkan tipe garis yang sederhana
(type simple line graph). Menurut Sunanto (2006:30) komponen- komponen yang penting dalam membuat grafik diantaranya :
1) Absis , adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang
menunjukkan satuan untuk waktu (mis. Sesi, hari dan tanggal)
2) Ordinat, adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertikal yang
menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (mis.
Persen, frekuensi, dan durasi)
3) Titik awal, merupakan pertemuan antara sumbu Xan sumbu Y sebagai
titik awal skala.
4) Skala, garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang
menunjukkan ukuran
5) Tabel kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi
eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.
6) Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menujukkan adanya
perubahan dari kondisi lainnya.
7) Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera
5030
Adapun langkah- langkah yang dapat diambil dalam menganalisis
data ialah sebagai berikut :
1) Menskor hasil pengukuran baseline A-1 dari setiap subjek pada tiap
sesi.
2) Menskor hasil pengukuran pada fase intervensi dari subjek pada tiap
sesi.
3) Menskor hasil pengukuran pada fase baseline A-2 dari setiap subjek
pada setiap sesi.
4) Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1, kondisi intervensi dan baseline-2.
5) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi
dan baseline-2.
6) Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat
secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
7) Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
D. Penjelasan Istilah
1. Definisi Konsep Variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program intervensi
dini. Program adalah (1) rancangan mengenai asas- asas serta usaha-
usaha yang akan dijalankan, (2) penyusunan bahan berprogram yang
tersusun berupa keterangan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).
Intervensi dini merupakan suatu kegiatan edukatif dengan
memberikan pengaruh dan layanan – layanan khusus (melibatkan
semua pihak) pada anak yang mengalami masalah, sesuai kebutuhan
5130
Intervensi dini adalah suatu proses memberikan intervensi dan
layanan pendukungan oleh seorang ahli kepada seseorang yang
membutuhkan yang memiliki masalah baik dalam tahap awal
perkembangan ataupun dalam kehidupannya.
(http://www.responseability.org).
Intervensi dini adalah suatu kegiatan mengobservasi,
mengamati perkembangan anak usia dini sehingga dapat
mengoptimalkan kemampuannya sesuai kebutuhannya. (Umar Djani :
tanpa tahun).
Greco&Leonard dalam Sunardi (2007) menyatakan bahwa
intervensi dini merupakan program yang sengaja didesain untuk
mengoptimalkan pengalaman belajar anak selama periode
perkembangan yang paling krusial, yaitu pada masa awal
perkembangan.
Intervensi dini adalah suatu pelayanan yang diberikan kepada
anak dengan sasaran anak balita, batita dan pra sekolah untuk
menangani hambatan yang dimiliki oleh anak sehingga perkembangan
anak menjadi optimal. (Rochyadi, E. 2013).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan program intervensi dini
adalah suatu rancangan yang dibuat sedemikian rupa dalam
memberikan layanan kepada anak- anak berusia dini (batita, balita dan
pra sekolah) untuk mengatasi masalah perkembangan yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak dan disusun berdasarkan
kebutuhannya sehingga perkembangan anak menjadi optimal.
5230
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan bicara
dan bahasa. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989) kemampuan
berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan
sesuatu. Kemampuan sendiri mempunyai arti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan, kekayaan. Sedangkan kemampuan menurut
bahasa berarti kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang
memadai dilihat dari sistem bahasa, antara lain mencakup sopan
santun, memahami giliran dalam bercakap-cakap.
Bicara yaitu bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau
sejumlah kata untuk menyampaikan maksud dan dilakukan secara
langsung berhadapan. (Hurlock: 1993). Bicara sebagai penghasil
ujaran atau bicara adalah bentuk ekspresi berbahasa yang
menggunakan artikulasi atau kata- kata yang digunakan untuk
menyampaikan isi hati atau maksud yang terkandung didalamnya
(Sadja`ah: 2005).
Menurut H. Douglas (Sadjaah : 2005) bahasa adalah
seperangkat lambang- lambang manasuka atau simbol- simbol yang
arbiter. Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan
manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya
(Depdiknas, 2005: 3). Sementara itu menurut Harun Rasyid, Mansyur
& Suratno (Wiguna, 2011) bahasa merupakan struktur dan makna
yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan
suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus besar Bahasa
Indonesia (1989) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk
5330
baik. Bahasa dapat diekspresikan melalui sistem tulisan, isyarat atau
tanda lain sebagai pemaknaan bahasa tulisan dari pengenalan dan
pemaknaan bunyi vokal (yang diujarkan) (Sadjaah: 2005).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
bicara dan bahasa merupakan suatu kemampuan/ kesiapan seseorang
dalam menggunakan organ artikulasinya melalui kegiatan berbicara
sehingga dapat mengekspresikan ucapan, pikiran dan perasaan melalui
bunyi yang arbiter untuk menyampaikan makna kepada orang lain dan
diekspresikan melalui sistem tulisan, isyarat atau tanda lainnya sebagai
arti dari bahasa itu sendiri.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas, adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono,2008:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas adalah program intervensi dini.
Program intervensi dini yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah suatu program pelatihan yang ditujukan kepada orangtua
yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkankan
kemampuan bicara dan bahasa anaknya yang berusia 5-6 tahun.
Program intervensi dini dalam penelitian ini terdiri dari (1)
pemahaman orangtua tentang ketunarunguan dan (2)
pengembangan bicara dan bahasa anak tunarungu.
Intervensi dini yang dimaksud dalam program ini berupa
sebuah pelatihan kepada orangtua yang anaknya mengalami
5430
yang berkaitan dengan kemampuan bicara dan bahasa anak
tunarungu, antara lain :(1). Pengenalan suku kata, (3). Pengenalan
kata, dan (4). pemaknaan kata.
Adapun pelaksanaan program pelatihan intervensi dini bagi
orangtua adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan kepada orangtua tentang program yang akan
dilakukan bersama- sama dengan peneliti. Program pelatihan ini
dibagi menjadi dua tahap yaitu pelatihan teori dan pelatihan
praktek intervensi dini.
2. Setelah menjelaskan program pelatihan, orangtua bersama-
sama dengan peneliti melakukan pelatihan tahap awal yaitu
pelatihan teori.
Pelatihan teori bertujuan agar orangtua memahami dan memiliki
pengetahuan tentang perkembangan anak, hakekat
ketunarunguan dan dampak dari ketunarunguan.
3. Pelatihan teori ini berisi materi tentang hakekat ketunarunguan
yaitu mengenai perkembangan bicara dan bahasa, dampak dari
hambatan bicara dan bahasa, kemampuan bicara dan bahasa
Teknik pengajaran berupa ceramah, diskusi, sharing, tanya jawab seputar materi yang diberikan.
4. Setelah pelatihan teori seputar ketunarunguan selesai,
selanjutnya melakukan praktek intervensi dini. Pengembangan
kemampuan bicara dan bahasa, orangtua diberikan latihan-
latihan seputar intervensi dini anak. Selanjutnya orangtua
diberikan contoh teknik pengajaran berupa bermain peran,
5530
Praktek intervensi dini aplikasi dari pelatihan teori yang telah
disampaikan pada sesi sebelumnya. Secara teknis praktek
intervensi dini melakukan kegiatan dengan cara bermain peran
dan modelling. Orangtua dan peneliti berperan sebagai anak dan orangtua (bisa juga dipraktekkan langsung kepada anak),
bagaimana yang seharusnya dilakukan dalam memberikan
intervensi dini bicara dan bahasa kepada anak. Teknik yang
diberikan bermain peran, modelling agar dapat membantu dan mempermudah orangtua dalam melakukan praktek tersebut
sendiri di rumah.
5. Setelah sesi pelatihan teori dan praktek intervensi dini selesai.
Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi dengan mencatat
kegiatan yang sudah dilakukan, mencatat kegiatan yang akan
dilakukan berikutnya, dan merencanakan jadwal kunjungan
berikutnya.
6. Setelah semua sesi diikuti oleh orangtua, selanjutnya peneliti
mengadakan evaluasi/ tindak lanjut. Evaluasi/ tindak lanjut ini
bertujuan apakah orangtua melakukan program pelatihan yang
telah diberikan selama ini (dengan membaca materi yang
diberikan, melakukan kegiatan intervensi dini kepada anaknya)
sehingga tujuan dari program akan tercapai. Evaluasi dilakukan
seminggu dua kali.
7. Penilaian dalam pelatihan teori yaitu orangtua dan peneliti
melakukan wawancara seputar teori ketunarunguan dan
intervensi dini (materi). Penilaian berupa sejauh mana orangtua
memahami isi materi, jawaban yang disampaikan sesuai dengan
5630
kriteria penilaian yaitu nilai 2 jika orangtua mampu menjawab
pertanyaan ( > 50% yang artinya orangtua sudah memahami isi
materi), nilai 1 jika orangtua mampu menjawab pertanyaan ( <
50% yang artinya orangtua masih ragu- ragu, belum jelas, belum
memahami isi materi), dan nilai 0 jika orangtua tidak mampu
menjawab pertanyaan (artinya orangtua belum memahami isi
materi dan memerlukan pelatihan ulang seputar materi yang
disampaikan).
8. Penilaian dalam praktek intervensi dini yaitu orangtua mampu
melakukan langkah- langkah mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa dimulai dari meraban sampai pembentukan
kata bermakna (dimulai dari suku kata – kata – makna kata –
frase yang diperluas). Penilaiannya nilai 2 jika mampu
melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai
dengan urutan langkah dan secara mandiri, nilai 1 jika mampu
melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa sesuai
dengan urutan langkah dan masih dibantu, dan nilai 0 jika tidak
mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan
bahasa sesuai dengan urutan langkah.
Adapun langkah- langkah pengembangan program intervensi dini
terlampir (dalam lampiran instrumen program pelatihan untuk
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa).
b. Variabel Terikat
5730
2008 : 39). Dalam hal ini variabel terikat adalah kemampuan bicara
dan bahasa.
Kemampuan bicara dan bahasa dalam penelitian ini adalah
kemampuan orangtua untuk melatih anaknya yang tunarungu
mengucapkan kata sederhana, kemudian mengekspresikannya lalu
memaknai kata tersebut secara tepat. Kemampuan bicara dan
bahasa dimulai dari meraban (pengenaalan suku kata – makna kata).
Kemampuan bicara dan bahasa dalam penelitian ini lebih
ditekankan kepada kemampuan bahasa anak tunarungu saja tidak
kepada kemampuan bicaranya.
Jadi kemampuan bicara dan bahasa yang dimaksud adalam
penelitian ini adalah cara orangtua untuk melakukan intervensi dini
dalam hal kemampuan bicara dan bahasa dimulai dari meraban
(pengenalan suku kata – makna kata) agar anak tunarungu mampu
memahami kata dengan benar dan akhirnya anak tunarungu mampu
mengungkapkan keinginannya dengan baik. Kata- kata yang
dilatihkan dimulai dari kata benda, kata kerja dan kata sifat. Kata-
kata tersebut dibuat masing- masing 10 buah kata. Sebagai contoh : ketika haus, secara otomatis akan mengucapkan kata “mi- num” kemudian kata mi-num diekspresikan dengan cara memegang leher
atau mengambil gambar gelas, mengambil/ menunjuk gelas, dsb.
Untuk menentukan penilaian, terlebih dahulu harus
membuat kriteria penilaian. Kriteria penilaian disusun berdasarkan
program yang telah dibuat. Adapun kriteria penilaian dibagi
menjadi dua bagian. Yang pertama penilaian tentang pemahaman
orangtua tentang ketunarunguan. Penilaian yang dilakukan dengan
5830
diberi nilai 2 jika orangtua menjawab pertanyaan > 50% yang
artinya orangtua sudah memahami hakekat tunarungu, nilai 1 jika
orangtua menjawab pertanyaan < 50% yang artinya orangtua masih
ragu- ragu atau belum terlalu paham tentang hakekat
ketunarunguan, nilai 0 jika orangtua tidak menjawab pertanyaan
yang artinya orangtua belum memahami hakekat ketunarunguan.
Penilaian kedua yaitu pengembangan bicara dan bahasa.
Pengembangan bicara dan bahasa yaitu berupa praktek intervensi
dini. Penilaiannya orangtua mampu melakukan langkah- langkah
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa dimulai dari
meraban sampai pembentukan kata bermakna (dimulai dari suku
kata – kata – makna kata – frase yang diperluas). Penilaiannya nilai
2 jika mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan
bahasa sesuai dengan urutan langkah dan secara mandiri, nilai 1 jika
mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa
sesuai dengan urutan langkah dan masih dibantu, dan nilai 0 jika
tidak mampu melakukan pengembangan kemampuan bicara dan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian dalam penulisan tesis.
Uraian yang akan dikemukakan pada bab ini meliputi dua bagian kesimpulan dan
rekomendasi.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan keseluruhan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu usia 5-6 tahun beragam ada
yang kemampuan bicara dan bahasanya baik dan kurang baik.
Kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu dikatakan baik terlihat dari
mampu memahami bahasa, perbendaharaan kata sudah banyak, bahasa
mudah dipahami, dapat berkomunikasi secara interaktif, mampu
memahami kata kata yang abstrak, sedangkan dikatakan anak tunarungu
memiliki kemampuan bicara dan bahasa yang kurang baik terlihat dari
kesulitan dalam memahami bahasa, perbendaharaan kata masih sedikit,
kesulitan ketika diajak berbicara, kesulitan dalam merangkai suku kata
menjadi kata yang bermakna. Dampak dari kemampuan bicara dan bahasa
yang baik adalah anak tunarungu mampu berkomunikasi dua arah,
komunikatif, dan muncul rasa percaya diri. Untuk anak tunarungu yang
kemampuan bicara dan bahasanya kurang baik akan mengakibatkan
kesulitan dalam memahami maksud dan akhirnya kesulitan dalam
melakukan komunikasi dengan orang lain dan tidak memiliki kepercayaan
144
2. Kemampuan orangtua mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa
anak tunarungu selanjutnya. Pemahaman orangrtua yang baik akan
mempengaruhi kemampuan bicara dan bahasa sehingga hasilnya
kemampuan anak tunarungu menjadi baik begitupun sebaliknya. Upaya
yang dilakukan orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan
bahasa anaknya yang tunarungu berbeda- beda sehingga hasil kemampuan
anaknyapun beragam. Adapun upaya yang dilakukan dalam
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa oleh orangtua yang
kemampuan bicara dan bahasa anaknya sudah baik adalah dengan
memberikan stimulasi sejak dini, memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang tahapan perkembangan anak dan cara untuk memberikan
intervensi, memberikan perlakuan, sikap dan kasih sayang yang baik
kepada anaknya. Berbeda dengan orangtua yang kemampuan bicara dan
bahasa anaknya yang kurang baik. upaya yang dilakukan oleh orangtua
belum maksimal. Orangtua hanya memberikan stimulasi yang seadanya
kepada anaknya yang tunarungu karena pemahaman yang kurang tentang
pentingnya memberikan intervensi sejak dini, pengetahuan yang kurang
tentang ketunarunguan dan sikap, perlakuan orangtua yang cenderung
cuek dengan kondisi anaknya sehingga hanya menerima kondisi anaknya
dengan pasrah dan tidak banyak upaya yang dilakukan oleh orangtua agar
kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu bisa berkembang baik.
Pemahaman orangtua mengenai hakekat ketunarunguan dan
pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu akan
berdampak pada kemampuan orangtua melakukan intervensi dini kepada
anak. Pemahaman orangtua yang baik akan mengubah sikap, perlakuan
sehingga pola asuh dalam memberikan layanan kepada anak di rumah
145
bahasa dapat meningkatkan keterampilan orangtua dalam memberikan
intervensi sehingga berpengaruh besar terhadap hasil kemampuan bicara
dan bahasa anak tunarungu.
3. Pengembangan kemampuan bicara dan bahasa yang guru lakukan di
sekolah adalah dengan memberikan banyak metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran bahasa. Metode yang digunakan seperti
menggunakan bahasa isyarat, kartu kata, kartu gambar, buku cerita untuk
memudahkan anak belajar memahami bahasa. Sehingga anak tunarungu
cenderung akan mampu menyadari bunyi- bunyi yang ada di sekitar,
memahami kata- kata yang sulit dimengerti dan mampu berkomunikasi
dengan baik.
4. Program pelatihan intervensi dini ini dirumuskan berdasarkan dua kondisi
objektif anak dan orangtua yang memiliki kemampuan bicara dan bahasa
baik dan kurang baik. Kondisi objektif dilihat dari 1) kemampuan bicara
dan bahasa anak tunarungu, 2) kemampuan orangtua dalam
mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu, 3)
pengembangan kemampuan bicara dan bahasa yang dilakukan di sekolah
oleh guru. Kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu dan
kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini dengan kriteria
baik dijadikan sebagai rujukan dalam perumusan program pelatihan
intervensi dini ini. Dengan mengikuti modeling dari orangtua yang
berhasil dalam meningkatkan kemampuan bahasa anaknya, orangtua
lainpun bisa meniru, mengaplikasikan kepada anaknya dan disesuaikan
146
maka hasil penelitian ini berupa sebuah program pelatihan intervensi dini
ditujukan bagi orangtua yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
kurang dalam memberikan intervensi dini kepada anaknya dan
mengakibatkan anak tunarungu memiliki kemampuan bicara dan bahasa
yang kurang baik sehingga kemampuan orangtua dalam pengetahuan,
pemahaman dan cara memberikan intervensi dini kepada anak menjadi
baik. Oleh karena itu program pelatihan intervensi dini bagi orangtua
cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan orangtua dalam
mengintervensi dini anak sekaligus mampu meningkatkan kemampuan
bicara dan bahasa anak tunarungu. Semakin dini intervensi diberikan,
maka akan semakin baik pula kemampuan bicara dan bahasa anak
tunarungu karena program pelatihan (memahami hakekat ketunarunguan
dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu) yang
telah dijalankan oleh orangtua. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
orangtua yang memiliki pemahaman yang baik tentang ketunarunguan dan
mampu mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa dapat
meningkatkan kemampuan anaknya dalam aspek bicara dan bahasa.
Adapun program terlampir.
5. Program pelatihan intervensi dini yang dijalankan oleh orangtua berupa
pemahaman tentang hakekat ketunarunguan dan pengembangan
kemampuan bicara dan bahasa mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dengan cara membandingkan kemampuan orangtua sebelum dan
setelah diberikan perlakuan menggunakan program pelatihan intervensi
dini ini. Hasilnya terlihat dari mean level persentase pada fase baseline 1
(A-1) sebesar 30 %, intervensi (B) sebesar 75 % dan fase baseline 2 (A-2)