• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISA COST-VOLUME-PROFIT DALAM PERENCANAAN SISA HASIL USAHA ATAS PRODUKSI KANTONG SEMEN PADA UNIT KOPERASI PT. SEMEN TONASA DARMIATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISA COST-VOLUME-PROFIT DALAM PERENCANAAN SISA HASIL USAHA ATAS PRODUKSI KANTONG SEMEN PADA UNIT KOPERASI PT. SEMEN TONASA DARMIATI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL USAHA ATAS PRODUKSI KANTONG SEMEN PADA UNIT KOPERASI PT. SEMEN TONASA

DARMIATI 105730 2052 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(2)

ii

HASIL USAHA ATAS PRODUKSI KANTONG SEMEN PADA UNIT KOPERASI PT. SEMEN TONASA

DARMIATI 105730 2052 10

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(3)

iii

PERENCANAAN SISA HASIL USAHA ATAS PRODUKSI KANTONG SEMEN PADA UNIT KOPERASI PT. SEMEN TONASA

Nama Mahasiswa : DARMIATI No. Stambuk/Nirm : 10573 2052 10

Fakultas/jurusan : EKONOMI/AKUNTANSI

Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi ini telah diperiksa dan diujikan oleh tim penguji pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2014

Makassar, Agustus 2014 Menyetujui

Pembimbing I

Hj. Lilly Ibrahim, SE.,M.Si.

Pembimbing II

Abd. Salam HB, SE.,M.Si.Ak

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. Mahmud Nuhung, SE.,M.Si

Ketua Jurusan Akuntansi

Ismail Badollahi, S.E., M.Si., Ak.

(4)

iv

Ekonomi dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor dan telah dipertahankan di depan penguji pada hari rabu tanggal 20 bulan Agustus tahun 2014, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Dzulqaidah 1435 H Agustus 2014 M

Panitia Ujian:

1. Pengawas Umum : Dr. H. IrwanAkib, M.Pd. (....………….) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Dr. Mahmud Nuhung, SE.,M.Si. (……….)

(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM. (……….) (Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

dan Bisnis)

4. Penguji : a) Dr. Hj. Euis Eka Pramiarsih M. (……….) b) Hj. Lilly Ibrahim, SE.,M.Si. (……….) c) Ismail Rasulong, SE.,MM. (……….) d) Jamaluddin M,SE,.M.Si. (……….)

(5)

v

Puji syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan karunia-Nya serta kerja keras penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISA COST-VOLUME- PROFIT DALAM PERENCANAAN SISA HASIL USAHA ATAS PRODUKSI KANTONG SEMEN PADA UNIT KOPERASI PT. SEMEN TONASA”. Tugas skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak akan terwujud tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak yang senantiasa memberikan dorongan, bantuan, petunjuk dan bimbingan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turut ikhlas membantu.

Penghargaan yang tertinggi dan ucapan terima kasih yang tulus ikhlas penulis ucapkan kepada Ayahanda Mani’ dan Ibunda Jumaiyah yang telah menjadi pelita bagi kehidupan penulis dan yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, membiayai, dan memberikan semangat serta selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudaraku yang selalu mencurahkan kasih sayang dan memberikan dorongan, nasihat, serta doa restu agar penulis dapat

(6)

vi

1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung. M.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Hj. Lilly Ibrahim, SE, M.Si. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya disela-sela kesibukan beliau untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai tahap penyelesaian.

5. Bapak Abd. Salam, SE. M.Si.Ak. selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan di dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepala Pimpinan Koperasi Karyawan PT. Semen Tonasa yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Seseorang yang telah mengajarkan makna cinta, yang membimbingku di jalan cinta, yang hidup karena, dalam dan untuk cinta “Kak Rizal” yang kini telah menjadi imam dalam hidupku.

8. Saudaraku tercinta, sepupu, om dan tanteku yang memberi bantuan baik moril maupun materil, serta semua keluarga yang selalu membantu dan mendoakan penulis selama ini.

9. Orang-orang yang senatiasa berbagi canda tawa bersamaku Linda, si kecil Aflah, Nurma, Anna, Rahma, Naya, serta sahabat-sahabatku yang tidak

(7)

vii ini.

Semoga bantuan yang diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis berharap karya ini bermanfaat bagi orang lain terkhusus bagi penulis pribadi.

BillihiFisabililhaq, FastabikulKhaerat

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, Agustus 2014

Penulis

(8)

viii

mengetahui break even (titik impas) perusahaan yang dipimpinnya.

Dengan mengetahui break even manajer perusahaan juga dapat menargetkan atau merencanakan jumlah penjualan produk agar memperoleh keuntungan tertentu. Selain itu break even juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga untuk mengetahui efek dari perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan (CVP) terhadap keuntungan yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT Kopkar Semen tonasa diperoleh Berdasarkan data yang telah diolah didapatkan BEP sebesar 814.318 unit kantong dan BEP Rupiah 13.721.906.050,8. Dari hasil perhitungan CVP diketahui bahwa apabila perusahaan ingin memperoleh laba sebesar Rp 54.761.478.642 maka maka perusahaan harus mampu menjual produknya sebesar 3.936.532,8 kantong pada tahun 2013. Diperoleh Margin of safety (MOS) sebesar 78,6% dari penjualan yang direncanakan sebesar 3.936.532,8 kantong. Jika perusahaan menurunkan penjualanmelebihi batas angka tersebut, maka perusahaan akan mengalami kerugian

Kata Kunci: Break Even Point (BEP), Biaya Volume Laba (CVP), Margin Of Safety (MOS)

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengertian Biaya ... ... 5

B. Klasifikasi Biaya ... ... 6

C. Biaya Produksi ... 12

D. Analisa Cost-Volume-Profit ... . 15

E. Perencanaan Laba Dengan Metode Mark Up ... . 31

F. Kerangka Fikir ... 34

G. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Objek Kajian ... 37

C. Jenis dan Sumber Data ... 37

(10)

x

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41

A. Sejarah Kopkar PT. Semen Tonasa ... 41

B. Visi dan Misi Kopkar PT. Semen Tonasa ... 44

C. Struktur Organisasi Kopkar PT. Semen Tonasa ... 44

D. Job Description Kopkar PT. Semen Tonasa ... 46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Anggaran Produksi ... 51

B. Bahan Baku Pembuatan Kantong Semen ... 53

C. Biaya Produksi Pembuatan Kantong Semen ... 54

D. Analisis Perencanaan Laba (CVP) Pembuatan Kantong Semen .. 59

E. Pencapaian Keuntungan ... 64

F. Pengelompokkan Biaya ... 65

G. Pencapaian Keuntungan Menggunakan Metode Mark Up ... 66

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(11)

xi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kopkar PT. Semen Tonasa ... 49 Gambar 5.1 Semen Portland Type I Kopkar PT. Semen Tonasa ... 56

(12)

xii

Tabel. 2.2 Biaya Variabel ... 9

Tabel. 2.3 Biaya Campuran ... 11

Tabel. 5.1 Anggaran Produksi ... 52

Tabel. 5.2 Biaya Bahan Baku ... 55

Tabel. 5.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 56

Tabel. 5.4 BOP ... 57

Tabel. 5.5 Biaya Pengeluaran ... 58

Tabel. 5.6 Data Penjualan Kantong Semen ... 59

Tabel. 5.7 Pengelompokan Biaya ... 65

(13)

xiii

Grafik. 2.2 Biaya Variabel ... 10

Grafik. 2.3 Biaya Campuran ... 12

Grafik. 2.4 BEP ... 22

Grafik. 2.5 CVP (Biaya Volume Laba) ... 29

Grafik. 5.1 Anggaran Produksi ... 51

Grafik. 5.2 Biaya Bahan Baku ... 55

Grafik. 5.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 56

Grafik. 5.4 BOP ... 57

Grafik. 5.5 Biaya Pengeluaran ... 59

Grafik. 5.6 Data Penjualan Kantong Semen ... 60

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi bisnis saat ini memaksa para pengusaha dan manajer suatu perusahaan untuk memutar otak dan melakukan segala cara untuk mengendalikan usaha ataupun bisnisnya agar berjalan efektif dan efisien. Manajer perusahaan dituntut lebih prosfesional dalam melakukan kegiatan atau bisnisnya. Berhasil tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajer dalam mengelola perusahaan yang dipimpinnya tersebut. Manajer juga dituntut untuk dapat melihat kemungkinan yang akan terjadi serta peluang yang ada dimasa yang akan datang, jangka pendek maupun jangka panjang.

Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba perusahaan akan menjadi indikator sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya, dan volume penjualan.

Ketiga faktor tersebut saling berkaitan, dan memegang peranan yang sangat penting dalam mengambil keputusan dan perumusan kebijakan perusahaan masa yang akan datang.

Dalam mengelola perusahaan sehari-hari manajer sering dihadapkan pada berbagai masalah pengambilan keputusan. Semua bentuk pengambilan keputusan untuk merencanakan operasinya dengan baik atau bahkan tidak meneruskan operasinya. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi dalam

(15)

pengambilan keputusan tersebut adalah faktor biaya. Biaya tetap yang selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Biaya variabel merupakan biaya yang dipengaruhi oleh perubahan volume produksi atau penjualan. Biaya yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen disebut sebagai biaya relevan. Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya yang terjadi dimasa yang akan datang dan berbeda diantara alternatif yang sedang dipertimbangkan di dalam suatu keputusan.

Selain dari itu, sangat penting juga bagi seorang manajer untuk mengetahui break even (titik impas) perusahaan yang dipimpinnya. Dengan mengetahui break even manajer perusahaan juga dapat menargetkan atau merencanakan jumlah penjualan produk agar memperoleh keuntungan tertentu.

Selain itu break even juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga untuk mengetahui efek dari perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas tentang pentingnnya mengetahui biaya, volume penjualan dan harga jual guna menentukan tingkat laba yang ingin dicapai perusahaan, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi dengan mengadakan penelitian dengan judul : “Analisa Cost-Volume-Profit Dalam Perencanaan Sisa Hasil Usaha Atas Produksi Kantong Semen Pada Unit Koperasi PT.

Semen Tonasa”.

(16)

Analisis ini merupakan salah satu alat yang menyediakan informasi bagi manajer suatu perusahaan mengenai hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan volume penjualan.

Analisa cost-volume-profit menekankan pada keterkaitan biaya, kuantitas yang dijual dan harga sehingga semua informasi keuangan perusahaan ada di dalamnya. Analisis cost-volume-profit berfokus pada faktor-faktor yang berdampak pada perubahan dalam komponen laba. Apabila manajemen ingin mengetahui analisis CVP dalam hubungannya dengan unit penjualan, maka manajemen perlu menentukan komponen biaya tetap dan biaya variabel serta pendapatan dalam hubungannya dengan unit penjualan. Biaya yang dimaksud dalam CVP berfokus pada biaya yang terjadi di perusahaan secara keseluruhan yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik membahas masalah yang berkaitan dengan cost-volume-profit dalam perencanaan laba atas produksi kantong semen pada Unit Koperasi PT. Semen Tonasa, sehingga dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Apakah PT. Semen Tonasa dalam produksi dan penjualan kantong semen sudah menggunakan analisis cost-volume-profit sehingga tercapai titik impas/BEP.

2. Apakah metode cost-volume-profit yang digunakan PT. Semen Tonasa dalam penentuan laba sudah sesuai dengan teori akuntansi.

(17)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui cost-volume-profit yang digunakan sebagai alat pengambil keputusan dalam produksi dan penjualan kantong semen untuk mencapai titik impas/BEP.

2. Untuk mengetahui metode cost-volume-profit yang digunakan PT. Semen Tonasa dalam penentuan laba sudah sesuai dengan teori akuntansi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dari hasil penelitian ini sedikit banyak bisa memberikan kontribusi pemikiran serta informasi yang diperlukan oleh manajemen untuk selanjutnya dapat membantu dalam perencanaan laba di masa yang akan datang.

2. Bagi penulis

Sebagai wadah yang tepat dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah, terutama kaitanya dengan cost-volume-profit sekaligus memenuhi salah salah satu tugas akhir berupa proposal penelitian.

3. Bagi pihak lain

Sebagai tambahan pengetahuan terutama dalam bidang perencanaan laba serta referensi untuk teman-teman yang melakukan penelitian yang sama.

(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Biaya

Dalam aktifitas usaha atau bisnis semua diukur dengan satuan yang lazim disebut biaya. Aktifitas itu merupakan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan materi untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni berupa laba. Oleh sebab itu, setiap aktifitas harus diperhitungkan secara benefit cost ratio (perhitungn keuntungan dan pengorbanan).

Untuk memproduksi atau menghasilkan suatu barang/jasa maka perlu diketahui besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Setiap pengorbanan biaya tentunya diharapkan akan menghasilkan revenue yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dimasa yang akan datang.

Ada beberapa pengertian yang berbeda yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi tentang biaya, tetapi memiliki makna yang sama, sebagai berikut :

Oleh Badric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto (2013:36) mengemukakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat sekarang atau masa yang akan datang.

Menurut Hendra (2009:110) biaya adalah pengorbanan atau pengeluaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau perorangan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat lebih dari aktifitas yang dilakukan tersebut.

(19)

Sedangkan Mursydi (2007:14) menyebutkan bahwa biaya dapat diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan baik yang dapat dibebankan saat ini maupun pada saat yang akan datang.

Dari defenisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan atau pengeluaran sumber ekonomi yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang dapat diukur dalam satuan uang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari dikeluarkannya biaya adalah untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang.

B. Klasifikasi Biaya

Pada umumnya pola perilaku biaya adalah suatu yang menggambarkan bagaimana jumlah biaya bervariasi atas perubahan kegiatan usaha (business activity). Aktivitas bisnis perusahaan dapat konstan, meningkat atau menurun.

Ada biaya yang konsisten mengikuti perubahan aktivitas bisnis ini. Saat aktivitas bisnis konstan, biaya tidak berubah; saat aktivitas bisnis meningkat, biaya akan meningkat; dan saat aktivitas bisnis menurun, biaya juga akan menurun. Namun, ada pula biaya yang tetap konstan meski aktivitas bisnis berubah-ubah.

Berdasarkan perilakunya, Badric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto (2013:73) membagi biaya menjadi tiga golongan, yaitu :

(20)

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dan tidak terpengaruh oleh tingkat aktivitas dalam kisaran relevan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa :

a. Jumlah biaya tetap total tidak berubah dalam kisaran relevan tertentu meski tingkat aktivitas berubah;

b. Biaya tetap per unit berubah dengan berubahnya tingkat aktivitas

Berikut contoh biaya tetap baik untuk perusahaan jasa, dagang, maupun manufaktur : biaya gaji pokok pegawai, biaya penyusutan, biaya gaji mandor pabrik, biaya bunga, biaya sewa.

Contoh ilustrasinya sebagai berikut : PT. Rizmy memberikan gaji sebesar Rp 1.800.000 per bulan kepada pengawas produksi tanpa mempertimbangkan jumlah produksi bulanannya. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah gaji pengawas produksi akan tetap sebesar Rp 1.800.000 meski PT. Rizmy memproduksi 100 unit kulkas, 200 unit kulkas atau bahkan 300 unit kulkas.

Sebaliknya perubahan jumlah produk (perubahan tingkat aktivitas) akan menyebabkan perubahan biaya tetap per unit bilamana jumlah produksi kulkas 100 maka gaji pengawas produksi Rp 11.800 per unit, apabila jumlah produksi 200 maka gaji pengawas produksi Rp 9.000 per unit dan jika produksi 300 maka gaji mandor Rp 6.000 per unit, semakin tinggi tingkat aktivitas maka semakin rendah biaya tetap per unit. Sebaliknya semakin rendah tingkat aktivitas maka semakin tinggi biaya tetap per unit.

(21)

Tabel 2.1 Daftar Biaya Tetap

Unit Produksi Total By. Tetap Biaya Gaji per Unit

100 Rp 1.800.000 Rp 18.000

200 Rp 1.800.000 Rp 9.000

300 Rp 1.800.000 Rp 6.000

Gambar 2.1 Grafik Biaya Tetap

Biaya Tetap

2,400,000 1,800,000

1,200,000

600,000

100 200 300 400

Unit Produksi

 Sumber : Diolah Penulis, 2014

2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume aktivitas dan volume produksi, sementara jumlah biaya per unitnya tidak berubah. Berdasarkan definisi diatas dapat dinyatakan bahwa :

a. Biaya variabel total berubah proporsional dengan perubahan aktivitas;

b. Biaya variabel per unit tidak berubah walaupun aktivitas berubah.

Pada perusahaan jasa, biaya variabelnya yaitu biaya perlengkapan dan biaya perjalanan. Pada perusahaan dagang yaitu biaya persediaan, harga pokok

(22)

penjualan, biaya pengiriman, biaya komisi penjualan. Sedangkan pada perusahaan manufaktur, yaitu biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, biaya pemakaian listrik, dan biaya bahan bakar mesin.

Contoh ilustrasinya sebagai berikut : PT. Rizmy memproduksi kulkas dengan bahan baku lempengan seng. Biaya bahan baku lempengan seng adalah biaya variabel. Pada setiap 1 unit kulkas membutuhkan 4 meter lempengan seng dengan biaya per meter Rp 20.000. PT. Rizmy meproduksi 100 kulkas maka lempengan seng yang di butuhkan adalah 400 meter. Total biaya bahan baku Rp 8.000.000 (400 meter x Rp. 20.000). Jika PT. Rizmy memproduksi kulkas 200 unit maka total biaya Rp 16.000.000 dan jika memproduksi 300 unit kulkas maka total biaya Rp 24.000.000, dari ilustrasi di atas terlihat sangat jelas bahwa setiap perubahan aktivitas (Jumlah Produksi) diikuti oleh perubahan total biaya bahan baku. Di sisi lain perubahan aktivitas (Jumlah Produksi) tidak diikuti perubahan biaya variabel per unit adalah Rp 20.000 .

Tabel 2.2 Daftar Biaya Variabel

Unit Bahan Baku Pembetuk By Bahan Baku Total Produksi 1 Unit Produk (Meter) Per Meter Biaya Variabel

100 4 Rp 20.000 Rp 8.000.000

200 4 Rp 20.000 Rp 16.000.000

300 4 Rp 20.000 Rp 24.000.000

(23)

Gambar 2.2 Grafik Biaya Variabel

Biaya Bahan Baku

24,000,000

20,000,000

16,000,000

12,000,000

8,000,000

4,000,000

50 100 150 200 250 300

Unit Produksi

 Sumber : Diolah Penulis, 2014 3. Biaya Campuran (Mixed Cost)

Adalah biaya yang memiliki karakteristik biaya tetap sekaligus biaya variabel. Sebagian dari biaya campuran berubah mengikuti perubahan aktivitas secara proposional. Sementara sebagian lainnya tidak berubah meski tingkat aktivitas berubah. Contoh biaya campuran biaya pegawai penjualan dan biaya listrik.

Ilustrasinya sebagai berikut : Rizal adalah pegawai penjualan pada PT.

Rizmy, ia mempunyai gaji pokok bulanan Rp 4.500.000 di tambah 0,5 % dari omset yang dihasilkan, pada bulan tertentu, Rizal berhasil menghasilkan omset sebesar Rp 550.000.000. Oleh karena itu penghasilan Rizal pada bulan tersebut Rp 7.250.000 (Rp 4.500.000 + (0.5 % x Rp 550.000.000). Bulan berikutnya Rizal berhasil menghasilkan omset Rp 600.000.000 maka penghasilan Rizal pada bulan tersebut Rp 7.500.000 (Rp 4.500.000 + (0.5 % x Rp 600.000.000). Jika Rizal

(24)

berhasil menghasilkan omset Rp 1.000.000.000 maka penghasilan Rizal pada bulan tersebut Rp 9.500.000 (Rp 4.500.000 + (0.5 % x Rp 1.000.000.000).

Berapapun omset yang dihasilkan, Rizal tetap mendapatkan gaji pokok Rp 4.500.000, jumlah tersebut masuk dalam kategori biaya yang tetap. Sedangkan bonus 0.5 % dari penjualan atau omset adalah biaya variabel.

Tabel 2.3

Daftar Biaya Campuran

Penjualan (Rp) By. Variabel (Bonus 0,5 % dr penjualan)

By. Tetap

(Gaji Pokok) Total Biaya Rp 550.000.000 Rp 2.750.000 Rp 4.500.000 Rp 7.250.000 Rp 600.000.000 Rp 3.000.000 Rp 4.500.000 Rp 7.500.000 Rp 1.000.000.000 Rp 5.000.000 Rp 4.500.000 Rp 9.500.000

Gambar 2.3 Grafik Biaya Campuran

 Sumber : Diolah Penulis, 2014 Rp0 Rp2.000.000 Rp4.000.000 Rp6.000.000 Rp8.000.000 Rp10.000.000 Rp12.000.000

By. Variabel By. Tetap Total Biaya

(25)

C. Biaya Produksi

1. Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan (revenue) di periode mana produk itu dijual. Sebelum laku dijual, biaya produksi diperlakukan sebagai persediaan (inventories). Biaya ini terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Sebelum membicarakan masalah biaya produksi maka terlebih dahulu perlu dikemukakan pengertian tentang produksi itu sendiri. Secara umum pengertian produksi adalah kegiatan suatu organisasi atau perusahaan untuk memproses dan merubah bahan baku (raw material) menjadi barang jadi (Finished goods) melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas produksi

lainnya.

Menurut Sutrisno (2001 : 3) : “ Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai.”

Selanjutnya Harnanto dan Zulkifli (2003 : 16) mengatakan bahwa : ”Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.”

Biaya produksi menentukan harga pokok yang melekat pada produk yang dihasilkan perusahaan. Selama suatu produk masih belum terjual maka pembebanan biaya tersebut dalam periode tertentu akan tertunda dan diperlukan sebagai aktiva dalam bentuk persediaan. Berbeda sifat dengan biaya periode yang akan dibebankan pada periode terjadinya biaya tersebut tanpa melihat apakah ada

(26)

penjualan atau tidak dan ditunda pada periode berikutnya. Biaya periode merupakan biaya non produksi dan meliputi biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

Ahmad (2007 : 34) mengemukakan bahwa : ” Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang ”. Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai biaya bahan langsung. Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Sedangkan biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan selain fungsi produksi yaitu, pengembangan, distribusi, layanan pelanggan dan administrasi umum.

Selanjutnya menurut Garrison, dkk (2006 : 51) ”Biaya produksi dibagi ke dalam tiga kategori besar, yaitu: bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead)”.

2. Jenis-Jenis Biaya Produksi

Hariadi (2002 : 47) mengemukakan bahwa jenis-jenis biaya produksi dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Biaya bahan baku

2. Biaya tenaga kerja langsung 3. Biaya overhead pabrik.

Untuk lebih jelasnya ketiga unsur biaya produksi yang disebutkan di atas dapat diuraikan satu persatu berikut ini :

(27)

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku merupakan bagian penting dalam proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Tanpa bahan baku, jelas tidak akan ada barang jadi. Bahan baku bisa sama sekali masih mentah dari alam atau sudah diproses sebelumnya oleh pabrik lain sebelum diproses lebih lanjut di dalam perusahaan. Biaya bahan sebenarnya terdiri atas bahan baku itu sendiri dan ada bahan penolong. Bahan baku merupakan komponen utama dalam barang jadi dan nilainya sangat material.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja dalam pabrik yang terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.

Keterlibatan tenaga kerja ini secara langsung terlihat atas kemampuannya mempengaruhi secara langsung, baik kuantitas atau kualitas barang jadi yang dihasilkan. Di lain pihak terdapat juga tenaga kerja tak langsung dalam pabrik yang sifatnya sekedar membantu pekerjaan tenaga kerja utama.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan berkaitan dengan proses produksi, diluar biaya bahan dan tenaga kerja langsung, adalah biaya overhead pabrik. Yang termasuk dalam kelompok biaya ini meliputi antara lain bahan penolong, tenaga kerja tak langsung, biaya listrik, penyusutan pabrik atau mesin, reparasi mesin dan biaya pemeliharaan gedung serta bahan bakar mesin. Biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga

(28)

sebagai biaya konversi karena kedua jenis biaya ini berfungsi mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi.

D. Analisa Cost-Volume-Profit

1. Pengertian Analisa Cost-Volume-Profit

Analisa cost-volume-profit merupakan analisa yang berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam beberapa literaturnya para ahli ekonomi memberi pengertian tentang analisis cost-volume-profit.

Menurut William K Carter (2009 : 283) Analisis cost-volume-profit adalah merupakan alat yang menyediakan informasi bagi manajemen mengenai hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan volume penjualan.

Menurut Badric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto (2013 : 317) Analisis cost-volume-profit adalah alat yang berguna untuk perencanaan dan pembuatan keputusan. Analisis ini menekankan pada hubungan antara biaya, volume (kuantitas penjualan), dan harga jual.

Sedangkan menurut Abdul Halim (2007 : 405) Analisis cost-volume- profit adalah teknik analisa yang menggunakan tingkat variabilitas biaya untuk

mengukur pengaruh perubahan volume terhadap laba. Analisis ini mengasumsikan bahwa aktiva tetap perusahan dalam jangka pendek tidak berubah, sehingga tingkat biaya tetap juga tidak berubah selama periode yang dianalisis.

(29)

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa analisa cost-volume-profit adalah teknik atau metode analisa yang digunakan untuk memahami hubungan antara biaya, volume (kuantitas penjualan) dan harga jual yang dapat dijadikan sebagai alat perencanaan dan pengambilan keputusan.

Analisa cost-volume-profit dapat diterapkan dalam beberapa hal sehingga membantu manajemen dalam menjawab beberapa pertanyaan antara lain :

1. Pada tingkat penjualan berapa akan mengalami rugi atau laba?

2. Berapa tambahan volume penjualan yang dibutuhkan untuk menutup tambahan biaya akibat expansi?

3. Berapa laba dari produk x jika harganya diturunkan y rupiah?

4. Berapa penjualan yang harus terealisasi agar memperoleh laba yang diinginkan?

5. Apa pengaruh penurunan volume penjualan sejumlah 15%?

6. Berapa penjualan minimal yang harus diperoleh agar perusahaan bisa mempertahankan hidupnya?

2. Metode Analisa Cost-Volume-Profit

Dalam melakukan analisa cost-volume-profit ada beberapa metode yang perhitungan yang sering diterapkan diantaranya : analisis break even point, contribusi margin dan ratio contribusi margin, margin pengaman, target laba dan pendapatan penjualan, grafik biaya-volume-laba, operation laverage, dan bauran penjualan, berikut uraiannya :

(30)

a. Analisis Break Even Point

Ada banyak para ahli berpendapat tentang pengertian break even atau titik impas, meskipun pendapat para ahli berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki konsep dasar yang sama. Berikut ini beberapa definisi break even menurut pakar- pakar ekonomi dalam literaturnya.

Menurut William K Carter (2009 : 283) mendefinisikan break even dalam buku terjemahan “Akuntansi Biaya” sebagai berikut : “Titik impas (break even point) adalah titik dimana besarnya biaya dan pendapatan adalah sama, tidak ada

laba maupun rugi pada titik impas”.

Menurut Abdul Halim (2007 : 406) mendefinisikan break even dalam buku “Dasar-Dasar Akuntansi Biaya” sebagai berikut :“Break even adalah titik pada saat pendapatan penjualan cukup untuk menutup semua biaya produksi dan penjualan tetapi tidak ada laba yang diperoleh”.

Sedangkan menurut Baldric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto mendefinisikan dalam buku “Akuntansi Manajemen” (2013:318) “Break even point adalah keadaan yang menunjukan bahwa jumlah pendapatan yang diterima perusahaan (pendapatan nol) sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan (biaya total).

Dari pengertian yang dikemukakan para ahli ekonomi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa break even point adalah suatu keadaan atau titik dimana dalam satu periode kerja perusahaan tidak memperoleh laba ataupun tidak mengalami kerugian, dimana laba adalah nol. Analisis break even point

(31)

digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk untuk menutup semua biaya yang terjadi dalam satu periode kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian.

Dengan mengetahui titik impas (break even point), pimpinan atau manajemen dari suatu perusahaan dapat menentukan tingkat penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan dapat dijadikan dasar perencanaan laba di masa depan. Dengan mengetahui titik impas ini, pimpinan atau manajemen juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinnya.

Ada beberapa asumsi dalam analisis break even yang tercermin dalam anggaran perusahaan masa yang akan datang. Menurut Henry Simamora (1999:160) dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” asumsi-asumsi penting tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Seluruh jenis biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap atau biaya variabel. Apabila ada biaya campuran, maka biaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

b. Fungsi biaya total terbentuk garis lurus. Sudah pasti asumsi ini menganggap hanya benar apabila perusahaan berproduksi dalam kisar relevan (relevant range).

(32)

c. Fungsi pendapatan total juga berbentuk garis lurus. Garis ini diharapkan bahwa harga jual per unit adalah konstan untuk seluruh volume penjualan yang mungkin.

d. Analisis terbatas pada satu jenis produk. Apabila perusahaan menjual lebih dari satu produk maka dianggap bahwa kombinasi penjualan adalah konstan.

e. Persediaan awal sama dengan persediaan akhir. Asumsi ini berarti bahwa seluruh pengeluaran ditahun tertentu untuk memperoleh atau memproduksi barang dilaporkan sebagai biaya yang ditandingkan dengan pendapatan di laporan rugi-laba tahun tersebut.

Analisis break even adalah analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan antara biaya, volume dan penjualan agar perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi. Alat analisis yang dapat digunakan dalam mencari tingkat break even adalah :

1) Mathematical Aprroach

a) Perhitungan break even atas dasar unit dapat diasumsikan sebagai berikut : Sebuah perusahaan berproduksi dengan biaya variabel sebesar Rp 20.000 perunit, harga jual per unit Rp 40.000, kapasitas produksi 1000 unit, biaya tetap sebesar Rp 10.000.000

Penyelesaian :

Penjualan (Rp 40.000 x 1000 unit) Rp 40.000.000 Biaya Variabel (Rp 20.000 x 1000) Rp 20.000.000

Margin Kontribusi Rp 20.000.000

(33)

Biaya Tetap Rp 10.000.000

Laba Sebelum Pajak Rp 10.000.000

Berdasarkan data diatas, maka titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut :

0 = (Harga Jual x Unit) - (Biaya Variable x Unit) - Biaya Tetap 0 = (Rp40.000 x Unit) - (Rp 20.000 x Unit) - Rp 10.000.000 0 = Rp 20.000 x Unit - Rp 10.000.000

Rp 20.000 x Unit = Rp. 10.000.000 Unit = 500

Dari uraian dan penyelesaian diatas maka perusahaan harus dapat menjual 500 unit produk untuk menutup semua biaya tetap dan biaya variabel. Kita dapat melakukan cros cek atas penyelesaian di atas sebagai berikut :

Penjualan (Rp 40.000 x 500 unit) Rp 20.000.000 Biaya Variabel (Rp 20.000 x 500) Rp 10.000.000

Margin Kontribusi Rp 10.000.000

Biaya Tetap Rp 10.000.000

Laba Sebelum Pajak Rp 0

b) Perhitungan brek even atas dasar sales dalam rupiah. Untuk menghitung brek even dalam rupiah, biaya variabel perlu dinyatakan dalam persentase penjualan bukan dalam jumlah per unit penjualan, perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut :

(34)

Sebuah perusahaan berproduksi dengan biaya variabel sebesar Rp 20.000 perunit, harga jual per unit Rp 40.000, kapasitas produksi 1000 unit, biaya tetap sebesar Rp 10.000.000.

Penyelesaian :

Penjualan Rp 40.000.000 (100%)

Biaya Variabel (Rp 20.000 x 1000) (Rp 20.000.000) (50%)

Margin Kontribusi Rp 20.000.000 (50%)

Biaya Tetap (Rp 10.000.000)

Laba Sebelum Pajak Rp 10.000.000

Berdasarkan data diatas maka titik impas dalam rupiah dapat dihitung sebagai berikut :

Laba Operasi = Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap

0 = Penjualan - (Rasio Biaya Variabel x Penjualan) -Biaya Tetap 0 = Penjualan - (1 - 0,5) - Rp 10.000.000

Penjualan (0,5) = Rp 10.000.000 Penjualan = Rp 10.000.000

Penjualan = Rp 20.000.000 2) Graphical Approach

Secara grafik Break Even Point ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost :

(35)

Gambar 2.4 Grafik Break Even Point

 Sumber : Diolah Penulis, 2014

Dalam analisa break even, biaya-biaya dan harga jual haruslah konstan, karena naik turunnya biaya dan harga jual akan mempengaruhi titik break even.

Syafaruddin Alwi (1994 : 274) menyatakan dalam bukunya “Alat-Alat Analisa Dalam Pembelanjaan” beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi perubahan break even, yaitu :

a. Perubahan dalam Fixed Cost (Biaya Tetap)

Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi. Perubahan fixed cost dalam grafik dapat ditandai dengan naik atau turunnya garis total cost, tetapi perubahan ini tidak mempengaruhi miringnya garis tersebut. Bila fixed cost naik, maka break even point akan bergeser ke atas dan sebaliknya bila fixed cost turun maka break even point akan bergeser ke bawah.

b. Perubahan pada variable cost ratio atau biaya variabel per unit Break Even

Point Rp0

Rp5.000.000 Rp10.000.000 Rp15.000.000 Rp20.000.000 Rp25.000.000 Rp30.000.000 Rp35.000.000 Rp40.000.000 Rp45.000.000

0 250 500 750 1000

Penjualan dan Total biaya Biaya Tetap Biaya Variabel

(36)

Perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total biaya.

Naiknya biaya variabel per unit akan menggeser break even pointkeatas.

c. Perubahan dalam sales prices per unit

Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue. Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap akan menggeser break even point kebawah, dan sebaliknya.

d. Terjadinya perubahan dalam sales mix

Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk, maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk yang lain (sales mix) haruslah tetap.

b. Contribution Margin dan Ratio Contribution Margin

Contribution margin/margin kontribusi merupakan pendapatan penjualan

dikurangi dengan biaya variabel total. Pada titik impas, besarnya margin kontribusi sama dengan besarnya biaya tetap. Apabila margin kontribusi per unit diganti dengan harga jual per unit dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan diperoleh jumlah unit, maka akan diperoleh persamaan impas sebagai berikut :

Jumlah Unit = Biaya tetap total

Harga jual per unit - Biaya variabel per unit

Jumlah Unit = Biaya tetap total Margin kontribusi per unit

(37)

Dengan menggunakan PT. Rizmy sebagai ilustrasi dapat dilihat bahwa margin kontribusi per unit dapat dihitung melalui dua cara. Cara pertama dengan membagi margin kontribusi total dengan jumlah unit yang dijual, sehingga diperoleh margin kontribusi per unit sebesar Rp 20.000 (Rp 20.000.000/1.000).

Cara kedua adalah mengurangi harga jual per unit dengan biaya variabel per unit, sehingga diperoleh margin kontri busi per unit sebesar Rp 20. 000 (Rp 40.000 - Rp 20.000) dengan cara tersebut akan diperoleh hasil margin kontribusi per unit yang sama, yaitu sebesar Rp 20.000.

Untuk menghitung jumlah unit titik impas, persamaan impas adalah :

Jumlah Unit = Rp10.000.000 Rp40.000 - Rp20.000

= 500 unit

Hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas sama dengan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan laporan laba rugi. Ratio Contribusion Margin atau disebut juga Ratio Profit-Volume, merupakan

hubungan antara kontribusi margin dengan penjualan. Meskipun demikian, rasio profit-volume merupakan istilah yang keliru, karena rasio ini tidak ditetapkan

dengan membagi profit dengan penjualan.

Rasio Kontribusi Margin dihitung sebagai berikut :

Ratio Contribusi Margin = Total penjualan - Biaya Variabel Total penjualan

= Rp10.000.000 Rp20.000

(38)

= Rp 20.000.000 Rp 40.000.000

= 50 %

Dengan menggunakan ratio contribution margin sebesar 50 %, titik break even dapat dihitung sebagai berikut :

Volume Penjualan Break Even = Biaya tetap Ratio Contribusi Margin

= Rp10.000.000 50%

= Rp 20.000.000

c. Margin Pengaman (Margin Of Safety)

Dalam mengevaluasi resiko dalam pengoperasian suatu usaha, para manajer dapat memakai beberapa indikator. Salah satu indikator yang paling penting adalah margin pengamanan. Margin pengamanan penjualan adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan atas volume penjualan impas. Dengan ini maka perusahaan dapat menentukan seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Berikut beberapa pengertian tentang margin of safety.

Baldric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto (2013:338) Margin of safety adalah unit penjualan atau yang diharapkan dijual di atas volume titik impas, selain itu margin of safety juga dapat

= Rp 40.000.000 - Rp 20.000.000 Rp 40.000.000

(39)

didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh perusahaan di atas volume impas.

Sebagai contoh : Apabila volume impas suatu perusahaan 150 unit dan saat ini perusahaan berhasil menjual sebanyak 350 unit, maka margin of safety 200 unit (350 unit-150 unit). Jika dalam rupiah dapat juga digambarkan sebagai berikut: jika penjualan sebesar Rp 500.000.000 dan titik impas sebesar Rp 200.000.000, maka margin of safety Rp 300.000.000.

Rumus yang digunakan adalah :

Margin Pengamanan Penjualan = Total Penjualan - Penjualan Impas Keterangan :

Total Penjualan : Jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu

Penjualan impas : Jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi

Contoh kasus :

PT. Bahagia Selalu berproduksi dengan biaya variabel per unit Rp 1.500, dimana kapasitas produksi 21.850 unit, biaya tetap Rp 11.200.000, dan perusahan menjual hasil produksinya Rp 2.500 per unit, dengan kenaikan laba yang direncanakan 25 %, maka margin of safety dihitung sebagai berikut:

Penyelesaian :

Penjualan Rp 54.625.000 ( 100%)\

Biaya Variabel (Rp 20.000 x 1.000) (Rp 32.775.000) (60%)

(40)

Margin Kontribusi Rp 21.850.000 (40%)

Biaya Tetap (Rp 11.200.000)

Laba Sebelum Pajak Rp 10.650.000

Berdasarkan data diatas maka titik impas dalam rupiah dapat dihitung sebagai berikut :

Laba Operasi = Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap

0 = Penjualan - (Rasio Biaya Variabel x Penjualan) - Biaya Tetap 0 = Penjualan - (1 - 0,4) - Rp 11.200.000

Penjualan (0,6) = Rp 11.200.000 Penjualan = Rp 11.200.000 Penjualan = Rp 28.000.000

MOS = Total Penjualan - Penjualan Impas

= (Rp 2.500 x 21.850)- (Rp 28.000.000) = Rp 54.625.000- Rp 28.000.0000 = Rp 26.625.000

MOS = Total penjualan - Penjualan Impas Total penjualan

= Rp 54.625.000 - Rp 28.000.000 Rp 54.625.000

= Rp 26.625.000 Rp 54.625.000

= 48,74%

d. Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal mungkin, dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba yang

(41)

direncanakan, perusahaan perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui agar perusahaan dapat mengambil keputusan tentang berapa laba yang akan direncanakan. Sebagai ilustrasi, jika muncul pertanyaaan berapakah pendapatan PT. Rizmy agar perusahaan dapat memperoleh laba Rp 50.000.000?, untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan menambahkan target laba operasi sebesar Rp 50.000.000 pada biaya tetap sebesar Rp 10.000.000 dan selanjutnya jumlah tersebut dibagi dengan ratio margin kontribusi, maka perhitungannya akan tampak sebagai berikut :

Penjualan = Biaya Tetap + Target Laba 50%

= Rp 10.000.000 + Rp 50.000.000 50%

= Rp 120.000.000

Jadi, untuk mencapai laba operasi sebesar Rp 50.000.000 maka perusahaan harus melakukan penjualan senilai Rp 120.000.000.

e. Grafik Cost-Volume-Profit

Pemahaman tentang cost-volume-profit dapat dilihat juga dalam bentuk grafik. Penyajian dalam bentuk grafik dapat dapat membantu melihat perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Grafik juga dapat membantu dengan cepat memahami dampak peningkatan atau penurunan penjualan terhadap titik impas dan laba. Grafik biaya-volume-laba dapat dilihat dibawah ini :

(42)

Gambar 2.5

Grafik Biaya-Volume-Laba

Unit Dijual

 Sumber : Diolah Penulis, 2014

f. Pengungkit Operasi (Operating Leverage)

Operating Leverage menurut Grisson, Noren, Brewer (2006 : 343) adalah

suatu ukuran tentang seberapa sensitive laba bersih terhadap perubahan penjualan.

“ jika operating leverage tinggi peningkatan persentase yang kecil dalam penjulan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam persentase yang jauh lebih besar.

Sedangkan menurut Baldric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto (2013 : 338) operating leverage adalah

450

400

350

Laba (Rp 100)

300

250

200

Titik

impas VC :

150 (20,Rp 200) (Rp 200 ,

Rp 5 / unit

100

Rugi FC :

50 (Rp 100)

0

5 10 15 20 25 30 35 40 45

(43)

penggunaan biaya tetap untuk meningkatkan persentase laba yang besar sebagai akibat terjadinya perubahan aktifitas penjualan. Semakin tinggi tingkat operating leverage semakin besar dampak perubahan tingkat aktifitas penjualan terhadap

laba, sehingga bauran biaya yang dipilih perusahaan akan memiliki pengaruh yang penting terhadap resiko operasi dan tingkat laba.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa operating leverage berhubungan dengan bauran relatif biaya tetap dan biaya variabel dalam satu organisasi. Pada dasarnyaleverage melipatgandakan usaha yang dilakukan untuk menciptakan hasil yang lebih banyak. Apabila biaya variabel turun, maka margin kontribusi per unit akan naik dan selanjutnya akan mengakibatkan kontribusi masing-masing unit akan semakin besar. Dalam kasus tertentu, fluktuasi penjualan akan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas. Oleh karena itu, perusahan yang memiliki biaya variabel lebih rendah dengan meningkatkan biaya tetap akan dapat memperoleh kenaikan laba yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki proporsi biaya tetap yang lebih rendah.

g. Bauran Penjualan (Sales Mix)

Menurut Garisson, Noreen, Brewer (2006 : 355) bauran penjualan (salex mix) adalah proporsi relatif dimana produk usaha dijual. Bauran penjualan

dihitung dengan menyajikan penjualan untuk setiap produk sebagai persentase total penjualannya. Kebanyakan perusahaan memiliki multi produk dan sering kali produk tersebut tidak menghasilkan laba yang sama sehingga terkadang

(44)

perusahaan menciptakan kombinasi atau bauran yang dapat menghasilkan laba terbesar.

Barang yang memilik margin tinggi akan mengakibatkan laba yang besar jika proporsinya relative besar dalam total penjualan, sebaliknya jika barang yang memilik margin rendah memilik proporsi besar dalam total penjualan maka laba akan kecil. Perubahan dari bauran penjualan dapat mempengaruhi titik impas, margin safety, dan faktor lain.

E. Perencanaan Laba dengan Metode Mark Up 1. Pengertian Metode Mark Up

Menurut Swastha dan Irawan (2005:256) ”jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual”. Mark up dapat ditentukan dari biaya produksi dan harga jualnya. Jika dari biaya

produksi maka persentase mark up tersebut harus dikalikan dengan biaya produksi, kemudian ditambahkan pada biaya produksi sehingga menghasilkan harga mark up dan apabila ditentukan dari harga jualnya, lebih kompleks karena tidak dikalikan dengan biayanya, tetapi harga jual ditentukan dari biaya dibagi dengan satu dikurangi persentase mark up. Salah satu alasan menggunakan mark up adalah karena kurangnya kepastian mengenai biaya dari pada permintaan.

2. Perhitungan dengan metode Mark Up a. Biaya Produksi penuh ditambah mark up

Dalam metode ini, perusahaan menentukan biaya produksi penuh (total biaya produksi tetap dan variabel) dan menambahkan persentase mark up untuk

(45)

menutup biaya operasi lain ditambah laba. Persentase mark up dapat ditentukan oleh praktik industri, pertimbangan, atau tingkat laba yang diharapkan .

Contoh :

Suatu perusahaan memiliki biaya per unit sbb : Biaya produksi :

Bahan baku $ 40

Tenaga kerja $ 50

Biaya tingkat batch $ 20 Overhead pabrik lainnya $ 40 Total Biaya produksi $ 150

Tentukan harga produk, dengan tarif mark up sebesar 40 persen.

Jawab :

Harga berdasarkan biaya produksi penuh = $ 150 x 140% = $ 210

b. Biaya selama Siklus Hidup ditambah mark Up

Pendekatan siklus hidup untuk penetapan harga menggunakan biaya siklus hidup penuh bukan hanya biaya produksi.

Contoh :

Selain biaya produksi sebesar $ 150 per unit, sebelumnya perusahaan telah mengeluarkan biaya penjualan dan administrasi sebesar $ 25 per unit sehingga total biaya selama siklus hidup adalah sebesar $ 175. Perusahan menggunakan tarif mark up sebesar 25% berdasarkan biaya selama siklus hidup.

Tentukan harga produk ! Jawab :

(46)

Harga produk = Total biaya selama siklus hidup x mark up Harga produk = $175 x 125% = $ 218,75

Keuntungan dari pendekatan siklus hidup adalah bahwa semua biaya diikutsertakan sehingga persentase mark up dapat secara langsung ditetapkan pada tingkat laba yang diinginkan. Baik pendekatan biaya produksi penuh maupun pendekatan biaya selama siklus hidup umumnya digunakan menurut survei yang akhir-akhir ini sering diadakan.

c. Biaya Produksi Penuh dan Persentase Margin Kotor yang Diinginkan Dalam variasi ini, harga ditentukan sedemikian rupa sehingga dicapai suatu persentase margin kotor yang diinginkan.

Contoh :

Melanjutkan soal di atas, margin kotor yang diinginkan adalah sebesar 30 % dari penjualan. Tentukan harga produk!

Jawab :

Harga = Biaya produksi penuh (1 – Persentase margin kotor yang diinginkan)

= $ 150

= $ 214,29 (1-0,3)

d. Tingkat Imbal Hasil Aktiva yang Diinginkan

Penetapan harga lainnya yang umum digunakan adalah dengan menetapkan harga untuk mencapai tingkat imbal hasil atas aktiva yang diinginkan.

(47)

Contoh :

Asumsi bahwa informasi yang sama digunakan dan perusahaan memiliki aktiva (asset) sebesar $ 3,5 juta yang diperuntukan bagi produksi produk, dan mengharapkan imbalan hasil aktiva (return on aset) sebelum pajak sebesar 10 %.

Penjualan diharapkan sebesar 10.000 unit. Dengan menggunkana pendekatan biaya selama siklus hidup (pendekatan biaya produksi penuh dapat digunakan dengan cara sama), persentase mark up sebesar 20%.

Tarif mark up = imbalan hasil sebelum pajak yang diinginkan x Biaya sepanjang siklus hidup dari penjualan yang diharapkan

= $ 3.500.000 x 10% = 20%

= 10.000 x $ 175

Dan, kemudian harganya akan menjadi sebesar $ 210 : Harga = Biaya selama siklus hidup x 120%

= $ 175 x 120 %

= $ 210

F. Kerangka Fikir

Kerangka fikir merupakan panduan dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti untuk memecahkan masalah penelitian.

Analisa cost-volume-profit adalah merupakan alat atau metode yang digunakan untuk memahami hubungan antara biaya produksi, volume penjualan, dan harga jual. Ketiga komponen tersebut hanya dapat diperoleh pada laporan keuangan di perusahaan berupa laporan laba rugi. Laporan laba rugi yang dibutuhkan adalah berupa laporan yang terpisah dengan jelas antara biaya tetap dan biaya variabel.

(48)

Analisa cost-volume-profit mengunakan beberapa metode perhitungan diantaranya : analisis break even point, margin kontribusi, rasio margin kontribusi, analisis target laba, margin pengaman, grafik biaya-volume-laba, dan operation laverage.

Unit Koperasi PT. Semen Tonasa merupakan unit pengantongan untuk hasil produksi semen yang dihasilkan oleh PT. Semen Tonasa, perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi semen. Dalam memenuhi kegiatan pengantongan semen Unit Koperasi PT. Semen Tonasa diharapkan untuk mengevaluasi sampai sejauhmana menganalisa cost-volume-profit dalam perencanaan laba produksi kantong semennya. Diharapkan agar perusahaan mampu menganalisa mulai biaya pembuatan kantong semen, jumlah kantong semen yang harus diproduksi serta berapa harga jual, agar perusahan bisa menentukan tingkat laba yang diinginkan.

Analisa ini diharapkan menciptakan efisiensi dan evektivitas guna meningkatkan laba atau paling tidak perusahaan tidak mengalami penurunan laba akibat dari ketidakefisienan dalam hal memproduksi kantong semen tersebut.

Kerangka fikir digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut :

(49)

Gambar 1.1 Gambar Kerangka Fikir

G. Hipotesis

Berdasarkan dengan masalah pokok diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah :

1. Diduga bahwa dengan menggunakan metode cost-volume-profit dalam produksi dan penjualan kantong semen BEP dapat tercapai.

2. Diduga bahwa metode cost-volume-profit yang digunakan PT. Semen Tonasa dalam penentuan laba sudah sesuai dengan teori akuntansi.

Unit Koperasi PT. Semen Tonasa

Perencanaan Sisa Hasil Usaha Unit Koperasi PT. Semen Tonasa

Analisa Cost-Volume-Profit

Laporan Keuangan (Laba/Rugi)

(50)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka penulis memilih obyek penelitian pada PT. Semen Tonasa dan waktu penelitian dilakukan selama dua bulan lamanya, mulai dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2014.

B. Objek Kajian

Objek kajian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun objek yang penulis teliti adalah “Analisa Cost-Volume- Profit dalam Perencanaan Sisa Hasil Usaha atas Produksi Kantong Semen pada Unit Koperasi PT. Semen Tonasa”.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil perusahaan baik dalam bentuk informasi secara lisan maupun secara tertulis.

b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti dalam bentuk angka-angka dan dapat digunakan untuk pembahasan lebih lanjut.

2. Sumber data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan pengamatan serta wawancara secara langsung dengan Pimpinan

(51)

Perusahaan PT. Semen Tonasa dan sejumlah personil sehubungan dengan data yang dibutuhkan dalam penyusunan karya tulis ini.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen-dokumen serta sumber lainnya berupa informasi lainnya terutama mengenai prosedur cost-volume-profit dalam perencanaan sisa hasil usaha atas produksi kantong semen pada unit Koperasi PT. Semen Tonasa.

D. Metode Pengumpulan Data

Didalam penulisan ini, penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan metode pustaka pengumpulan data, sebagai berikut :

1. Penelitian pustaka (library research) adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan pada berbagai pustaka dengan membaca atau mempelajari buku-buku lainnya yang erat hubungannya dengan pembahasan karya tulis ini dapat mendukung pokok pembahasan.

2. Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang sehubungan dengan penulisan ini. Untuk perbandingan hal tersebut maka penulis mengadakan :

a. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dalam proses kegiatan pengolahan data volume-cost-profit pembukuan/pencatatan pada PT. Semen Tonasa.

(52)

b. Wawancara

Teknik interview dilakukan dengan jalan wawancara secara langsung dengan pimpinan perusahaan, kepala bagian pembukuan dan keuangan atau sejumlah personil yang berhubungan dengan PT. Semen Tonasa.

E. Metode Analisis

Untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode analisis, sebagai berikut :

1. Analisis deskriptif yaitu menjelaskan analisa cost-volume-profit dalam perencanaan sisa hasil usaha atas produksi kantong semen pada unit koperasi PT. Semen Tonasa.

2. Metode analisis komparatif, yaitu membandingkan metode analisa cost- volume-profit dalam perencanaan sisa hasil usaha atas produksi kantong

semen pada unit koperasi PT. Semen Tonasa pada perusahaan yang dapat disesuaikan dengan teori.

F. Definisi Operasional

Berdasarkan pokok permasalahan dan tujuan penelitian, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Analisa biaya-volume-laba (cost-volume-profit) adalah suatu teknik analisis untuk mengkaji hubungan antara biaya-biaya, volume penjualan, dan laba yang direncanakan.

(53)

2. Perencanaan laba pada dasarnya adalah perencanaan yang harus dilakukan untuk mencapai laba dengan menggunakan analisis biaya-volume-laba (cost- volume-profit analysis) dan digunakan untuk menghadapi perubahan yang

mungkin terjadi atas harga jual satuan, biaya tetap, biaya variabel atas perubahan volume penjualan dan komposisi produk yang dijual.

3. Analisis break even point dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan didalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian, dengan kata lain keadaan tersebut keuntungan dan kerugian adalah sama dengan nol.

4. Contribution margin merupakan selisih antara penjualan dengan biaya variabel pada tingkat kegiatan tertentu. Selisih tersebut dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap secara keseluruhan dan sisanya merupakan laba.

5. Margin of safety merupakan angka yang menunjukkan antara penjualan yang direncanakan dengan penjualan pada break even.

6. Operating laverage merupakan ukuran besaran biaya tetap yang digunakan dalam organisasi. Semakin besar biaya tetap, semakin besar pula operating laverage yang tersedia dan semakin besar kepekaan penghasilan netto terhadap perubahan penjualan.

(54)

41 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Kopkar PT. Semen Tonasa

Koperasi Karyawan Semen Tonasa didirikan pada tanggal 5 September 1987 sesuai pengesahan Badan Hukum no. 4815/BH/IV/1988 tanggal 30 April 1988. Hingga tahun 2012, Kopkar PT. Semen Tonasa memiliki jumlah keanggotaan 1.964 orang yang berasal dari Karyawan PT. Semen Tonasa, Kopkar Semen Tonasa, PT. Prima Karya Manunggal, YKST Pendidikan, Pensiunan PT.

Semen Tonasa, PT. Biringkassi Raya, PT. Topabiring, PT. Tonasa Lines dan Dana Pensiun Semen Tonasa. Ketua Kopkar Semen Tonasa, Abdul Rachmat Noer menyampaikan bahwa Kopkar PT. Semen Tonasa bercita-cita menjadi Koperasi terbaik di Indonesia dan dapat menjadi soko guru bisnis di PT. Semen Tonasa.

Koperasi Karyawan PT. Semen Tonasa kembali menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan sebagai pertanggungjawaban Pengurus dan Badan Pengawas Kopkar PT. Semen Tonasa untuk tahun buku 2012. RAT berlangsung di Auditorium Kantor Pusat PT. Semen Tonasa dan dihadiri oleh Kepala Dinas Koperasi, perindustrian dan perdagangan Kabupaten Pangkep, Ketua Dekopinda Kabupaten Pangkep, Direksi PT. Semen Tonasa, serta perwakilan anggota Kopkar PT. Semen Tonasa. RAT kali ini mengambil tema “Sejahtera Bersama Koperasiku”. Kinerja Kopkar PT. Semen Tonasa sebagaimana laporan yang disampaikan oleh Ketua Kopkar PT. Semen Tonasa, untuk tahun buku 2012 Kopkar PT. Semen Tonasa memperoleh pendapatan sebesar 84,57% dari rencana.

Realisasi pendapatan tahun 2012 yang diperoleh masih lebih tinggi 23,10% dari

(55)

realisasi tahun 2011. Sedangkan sisa hasil usaha yang diperoleh untuk tahun buku 2012 sebesar 99,80% dari rencana dan mengalami pertumbuhan dari tahun 2011 sebesar 123,09%.

Selain dari sisi finansial, untuk mendukung kegiatan usaha PT. Semen Tonasa terutama di bidang transportasi semen, Kopkar PT. Semen Tonasa merealisasikan beberapa inisiatif dalam bentuk investasi diantaranya menambah 4 unit truck angkutan semen bag, merenovasi SPBU dan menambah 2 unit forklip.

Diharapkan dengan adanya penambahan armada ini, Kopkar PT. Semen Tonasa dapat lebih memaksimalkan perannya sebagai mitra kerja PT. Semen Tonasa dalam mendistribusikan semen. Pada acara pembukaan RAT, Direktur Produksi Semen Tonasa selaku pembina Kopkar Semen Tonasa menyampaikan bahwa Koperasi karyawan dibentuk untuk memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat di sekitar perusahaan sehingga dalam mengambil kebijakan, Kopkar Semen Tonasa selalu berlandaskan pada asas ekonomi kerakyatan. Untuk tahun buku 2013, berbagai terobosan perlu dilakukan pengurus terutama dalam meningkatkan kinerja unit usaha.

Selain itu, inovasi dan improvement unit usaha angkutan semen juga harus dilakukan dengan menambah jumlah armada angkutan semen bag, semen curah maupun angkutan lainnya. Sesuai harapan dari Pembina Kopkar Semen Tonasa ini dalam menutup sambutannya, bahwa kesejahteraan dan kesuksesan yang dicapai PT. Semen Tonasa akan menjadi peluang kesuksesan Koperasi.

Kesuksesan Koperasi akan memberikan kesejahteraan kepada anggotanya dan kesejahteraan anggotanya akan memberikan kesejahteraan kepada keluarga dan

(56)

masyarakat sekitar. Untuk mencapai target tahun 2013, Kopkar Semen Tonasa mengambil beberapa kebijakan atau inisiatif strategis diantaranya menjajaki kerjasama dengan perusahaan retail untuk unit usaha swalayan, merestrukturisasi layanan kredit anggota untuk unit usaha simpan pinjam, mengusulkan fee program pasti pas untuk unit usaha SPBU, meningkatkan volume penjualan semen melalui kemitraan dengan tukang dan melakukan penambahan armada angkutan zak mobil kapsul untuk unit usaha distribusi dan penjualan semen serta merealisasikan kontrak pembelian mesin pasted baru untuk unit usaha pabrik kantong semen.

PT. Semen Tonasa merupakan perusahaan persemenan terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang terletak di Biring Ere Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan dan telah berdiri sejak tahun 1968. Saat ini, PT. Semen Tonasa memiliki empat unit pabrik dengan kapasitas terpasang sebesar 6.000.000 ton semen per tahun. Komposisi pemegang saham PT. Semen Tonasa terdiri dari PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 99,9998% dan Koperasi Karyawan Semen Tonasa sebesar 0,0002%. PT. Semen Tonasa memproduksi semen yang dibuat dalam beberapa jenis sesuai kebutuhan pelanggan dengan merk dagang

“Semen Tonasa”. Saat ini, perusahaan memperoduksi jenis PCC (Portland Composite Cement), OPC (Ordinary Portland Cement) atau tipe lain sesuai permintaan pelanggan.

(57)

B. Visi dan Misi Kopkar PT. Semen Tonasa

Untuk menetapkan arah perkembangan Koperasi, maka pengurus dan pengawas Kopkar Semen tonasa telah menetapkan Visi, Misi yang akan dilakukan oleh pengurus sebagai berikut :

1. Visi Kopkar PT. Semen Tonasa

Menjadi Koperasi yang terbaik dan terkenal khususnya di Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya.

2. Misi Kopkar PT. Semen Tonasa

a. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya melalui peningkatan dan pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki.

b. Menjadi mitra strategis PT. semen Tonasa dan perusahaan afiliasinya untuk mensukseskan program-program perusahaan melalui peningkatan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Koperasi, khususnya yang berkaitan langsung dengan kelancaran kegiatan perusahaan

C. Struktur Orgasisasi Kopkar PT. Semen Tonasa

Setiap organisasi menganut cara pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Cara pembagian tugas,wewenang dan tanggung jawab diperlihatkan dalam suatu bentuk tertentu berupa bagan atau skema struktur organisasi yang bersangkutan. Adapun struktur organisasi pada Kopkar Semen Tonasa adalah sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas pelayanan hanya akan didapatkan apabila memenuhi seluruh item/syarat-syarat yang dibutuhkan dalam memperlancar kegiatan pelayanan kepada masyarakat, seperti

[r]

Manfaat – manfaat yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan penelitian serta manfaat dari hasil penelitian tentang korelasi antara sibling rivalry yang ada didalam

HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TARUNG DERAJAT DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika perusahaan Saudara Lulus pada tahap klarifikasi & Negosiasi Teknis dan Harga maka kelompok kerja akan melanjutkan dengan pembuktian kualifikasi. Dokumen yang di butuhkan

 Tanda pada sudut kiri masing-masing file adalah untuk menghapus file jika terjadi kesalahan dalam upload file, namun hanya proposal dengan status New yang

Dalam rangka keterbukaan informasi yang wajib dipenuhi oleh Perseroan sebagaimana PERATURAN IX.E.2, maka keterbukaan informasi ini disampaikan kepada para pemegang

perusahaan), tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian.. besar karyawan bagian pemasaran Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri