• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN LITERASI INFORMASI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI MENGGUNAKAN METODE THE BIG 6 DI UNIVERSITAS MEDAN AREA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN LITERASI INFORMASI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI MENGGUNAKAN METODE THE BIG 6 DI UNIVERSITAS MEDAN AREA SKRIPSI"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN LITERASI INFORMASI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI MENGGUNAKAN METODE THE BIG 6 DI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

SKRIPSI

ILYAS ANSHORI NIM : 150709016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu klasifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, 17 Maret 2021 Penulis

Ilyas Ansyori 150709016

(5)

ABSTRAK

Anshori, Ilyas. 2021. Analisis Pelaksanaan Literasi Informasi Jurusan Psikologi Menggunakan Metode The Big 6 di Universitas Medan Area. Medan:

Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan literasi informasi mahasiswa Program Studi Ilmu Psikologi Universitas Medan Area..

Dan penelitian ini dilakukan dengan dari beberapa indikator yaitu: Perumusan Masalah, Strategi Mencari Informasi, Lokasi dan Akses, Pemanfaatan Informasi, Sintesis, dan Evaluasi. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini berjumlah 384 orang dengan sampel penelitian 79 orang. Teknik yang digunakan untuk mengukur sampel yaitu teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Dan teknik pengumpulan data melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan literasi informasi jurusan psikologi di Perpustakaan Universitas Medan Area yang ditinjau dari Perumusan Masalah bahwa hampir setengahnya atau 79% mendapatkan respon positif dari pengguna. Melalui Strategi Mencari Informasi bahwa 91%

mendapatkan respon positif dari pengguna, Melalui Lokasi dan Akses bahwa lebih dari setengah atau 73% mendapatkan respon positif dari pengguna, Melalui Pemanfaatan Informasi bahwa 80% mendapatkan respon positif dari pengguna, Melalui Sintesis bahwa 83% mendapatkan respon positif dari pengguna, dan Melalui Evaluasi bahwa 76% mendapatkan respon positif dari pengguna.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan literasi informasi Jurusan Psikologi di Perpustakaan Universitas Medan Area mendapatkan respon positif dari pengguna.

Kata Kunci: Analisis, Literasi Informasi

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Penelitian ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 5

2.1 Literasi ... 5

2.1.1 Literasi Informasi... 5

2.2 Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi ... 8

2.2.1 Tujuan Literasi Informasi... 8

2.2.2 Manfaat Literasi Informasi... 9

2.3 Keterampilan Literasi Informasi ... 11

2.4 Model Literasi Informasi ... 13

2.4.1 Seven Pillars... 15

2.4.2 Empowering 8 ... 16

2.4.3 UNESCO... 18

2.4.4 The Big6... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Metode Penelitian ... 25

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 25

3.3.1 Populasi... 25

3.3.2 Sampel... 26

3.4 Data dan Sumber Data ... 27

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 28

3.6 Teknik Analisis Data... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Sejarah Perpustakaan ... 31

4.2 Analisis Deskriptif ... 32

4.2.1 Perumusan Masalah ... 33

4.2.2 Strategi Mencari Informasi ... 35

4.2.3 Lokasi dan Akses ... 38

4.2.4 Pemanfaatan Informasi ... 39

4.2.5 Sintesis ... 41

4.2.6 Evaluasi... 42

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN...

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Big6 ... 22

Tabel 4.1 Menentukan Topik Suatu Permasalahan... 33

Tabel 4.2 Mengidentifikasikan Kebutuhan Informasi ... 34

Tabel 4.3 Membatasi Kebutuhan Informasi Berdasarkan Keyword ... 34

Tabel 4.4 Menetukan Informasi dan Format Fisik... 35

Tabel 4.5 Memilih Sumber Informasi... 36

Tabel 4.6 Strategi Penentuan Informasi ... 37

Tabel 4.7 Alat Pencarian Informasi ... 38

Tabel 4.8 Menentukan Lokasi Informasi Yang Dibutuhkan... 38

Tabel 4.9 Memanfaatkan dan Mengeliminasi Informasi ... 39

Tabel 4.10 Melakukan Ekstraksi Informasi ... 40

Tabel 4.11 Penyatuan Informasi Dari Berbagai Sumber ... 41

Tabel 4.12 Menyajikan Informasi ... 41

Tabel 4.13 Keberhasilan Dalam Memecahkan Suatu Masalah... 42

Tabel 4.14 Kebijakan Penagihan Yang Dilakukan Oleh Perpustakaa Memeriksa Kembali Informasi... 43

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di era global saat ini informasi sangat dibutuhkan sebagai penunjang kegiatan dalam pendidikan agar lebih efektif dan efisien serta memegang peran penting dalam setiap aspek kehidupan. Kemampuan untuk mendapatkan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi tidak muncul dengan sendirinya, sehingga kemampuan untuk mendapatkan informasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Tingkat kemampuan yang berbeda inilah yang menentukan seberapa baik hasil dari analisis informasi yang ditemukan atau produk informasi yang dihasilkan.

Di sisi lain, ledakan informasi yaitu dimana keadaan informasi berkembang dan tersebar secara luas di luar pelaksanaan dan keterbatasan manusia untuk mengakses informasi tersebut, baik karena media akses informasi yang berkembang tiap harinya, keterbatasan bahasa yang dimengerti, atau mungkin informasi tersebut memang bukan informasi yang dibutuhkan. Informasi yang mengalami perkembangan tiap menitnya menuntut seorang untuk memiliki pelaksanaan mengelola informasi seperti mencari, memilih, menggunakan, mengevaluasi dan menyebarluaskan informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah. pelaksanaan seperti itu disebut dengan literasi informasi. Untuk mengatasi hal ini, setiap manusia membutuhkan pelaksanaan literasi informasi atau sering disebutkan dengan istilah literacy information.

(10)

Menurut (Hasugian, 2008 : 35) Literasi informasi adalah pelaksanaan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.

Bagi peneliti, literasi informasi merupakan pelaksanaan yang menghantarkan seorang individu mandiri dalam memenuhi kebutuhan informasinya dengan pelaksanaan meyadari kebutuhan informasinya, mencari informasi dengan berbagai media, baik melalui media tercetak maupun media elektronik, memilih dan memilah informasi yang didapatkan sesuai kebutuhan, menilai kebenaran atau keilmiahan informasi, keberlakuan informasi, keterampilan evaluasi informasi dan merangkum, menghasilkan informasi baru hasil dari kegiatan literasi informasi.

Mahasiswa yang terdiri dari berbagai kalangan tentunya memiliki kebutuhan informasi yang berbeda, seperti halnya mahasiswa jurusan ilmu non pendidikan dan jurusan ilmu pendidikan, walaupun mereka berasal dari bidang ilmu yang sama tetapi tetap kebutuhan informasi mereka berbeda. Mahasiswa ilmu pendidikan kelak akan dituntut untuk mampu menyampaikan kembali dan membawa informasi yang telah mereka dapatkan kepada siswa secara lisan maupun tertulis, sementara itu mahasiswa ilmu non pendidikan tidak di tuntut untuk mampu mengomunikasikan kembali informasi yang mereka dapatkan kepada siswa-siswa. Mereka juga menggunakan sistem perkuliahan yang berbeda.

Universitas Medan Area (UMA) merupakan salah satu universitas yang membuka program studi (prodi) Ilmu Psikologi di kota Medan. Pada hakekatnya program pendidikan Psikologi merupakan pendidikan sarjana (strata satu) dengan masa studi 4 sampai 5 tahun (8 sampai 9 semester) atau sampai pada penyelesaian karya ilmiah berupa skripsi. Kurikulum pada program pendidikan psikologi

(11)

berlaku sistem kurikulum nasional, lokal dan hasil kolokium Fakultas Psikologi se-Indonesia yang berjumlah 147 sampai 155 sks. Dengan pertimbangan ini, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil mahasiswa Program Studi Psikologi UMA, Medan angkatan 2016/2017 karena angkatan tersebut mulai mempersiapkan berbagai laporan Praktik Kerja Lapangan dan KKN sebelum masuk tugas akhir skripsi.

Untuk dapat mengukur tingkat literasi informasi seseorang dibutuhkan suatu alat, alat yang biasa digunakan adalah suatu standar literasi informasi yang telah diakui oleh banyak orang. Ada berbagai model literasi informasi yang dapat dijadikan sebagai alat ukur tingkat literasi informasi seseorang. Misalnya model The Big 6, Empowering 8™ , PLUS Model, 7 Pillars, Tujuh Langkah Knowledge Management. Salah satu model yang digunakan peneliti adalah The Big 6 untuk mengukur tingkat literasi informasi mahasiswa Ilmu Psikologi di Universitas Medan Area (UMA).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pelaksanaan Literasi Informasi Jurusan Psikologi di Universitas Medan Area”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaa Literasi Informasi Progra Studi Psikologi di Universitas Medan Area dengan menggunakan model The Big 6.

(12)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan literasi informasi mahasiswa Program Studi Ilmu Psikologi Universitas Medan Area.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan di bidang ilmu perpustakaan khususnya pelaksanaan literasi informasi,

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk meneliti topik yang sama dengan aspek yang berbeda,

3. Bagi Perpustakaan Universitas Medan Area, sebagai bahan masukan untuk memberikan pendidikan kepada pengguna perpustakaan khususnya mahasiswa ilmu psikologi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tentang pelaksanaan literasi informasi Perpustakaan Universitas Medan Area menggunakan metode literasi The Big 6 meliputi; Perumusan Masalah, Strategi Mencari Informasi, Lokasi dan Akses, Pemanfaatan Informasi, Sintesis, dan Evaluasi. Penelitian ini dilakukan pada 21 Oktober 2019.

(13)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR 2.1 Literasi

Literasi dalam definisi yang sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Akan tetapi dengan perubahan zaman, makna literasi telah cukup banyak berubah menjadi lebih kompleks dan dinamis, khususnya pada hal tertentu. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016), terdapat beberapa definisi dari literasi, di antara adalah kemampuan menulis dan membaca;

pengetahuan dalam suatu bidang atau aktifitas; dan kemampuan terhadap indibvidu untuk mengolah informasi dan pengetahuan.

Unesco (2006) juga menjelaskan bahwa, terlepas dari konsep konvensional yang berupa kemampuan baca tulis, saat ini literasi lebih diketahuai sebagai bentuk pengidentifikasian, pemahaman, interpretasi, penciptaan dan komunikasi dalam dunia digital dan pertumbuhan dunia yang pesat.

Berdasarkan pendapat para ahli yang sudah dipaparkan diatas bahwa literasi dapat dimengerti tidak hnya dalam batasan membaca dan menulis, namun terdapat lebih banyak pemahaman terkait literasi yang mencakup bidang lain seperti matematika, sains dan lainnya.

2.1.1 Literasi Informasi

Berdasarkan sejarahnya, istilah literasi informasi dilaporkan pertama kali muncul pada tahun 1974 pada tulisan Paul G. Zurkowski, yang dituliskan pada National Commission on Libraries and Information Science. Pada tulisannya,

(14)

Zurkowski mendeskripsikan istilah teknik dan skill yang diketahui sebagai terliterasi informasi untuk memanfaatkan berbagai alat informasi serta sumber utama dalam mencetak solusi informasi untuk masalah (Naik & Padmini, 2014)

Literasi informasi adalah konsep yang cukup awam khususnya untuk di lingkup pendidikan dan akademik, karena istilah tersebut selalu terkait dengan tinjauan pustaka untuk kebutuhan penelitian dan anotasi bibilografi, serta juga berbagai hal lain mulai dari kebutuhan untuk menyelesaikan tugas terkait akademik hingga penggunaan dan kebutuhan informasi dalam setiap aspek kehidupan (Hisle & Webb, 2017).

Jika ditinjau berdasarkan definisinya, makna dan ruang lingkup dari konsep literasi informasi telah banyak dirumuskan oleh berbagai lembaga internasional seperti IFLA, ALA UNESCO dan CILIP. IFLA (n.d) menjelaskan bawhwa literasi informasi adalah adopsi perilaku informasi mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi dan melalui saluran atau media apa pun dan mengarah pada penggunaan informasi secara bijak dan etis dalam masyarakat (sumber: https://www.ifla.org/information-literacy). Secara sederhana, ALA (2000) juga menjelaskan bahwa literasi infomrasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mencari, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi dalam memecahkan berbagai masalah secara efektif.

Definisi lain dari Unesco (n.d) yang menyatakan bahwa liteasi informasi adalah kemampuan untuk memahami kebutuhan informasi, mengindentifikasi sumber informasi, menemukan dan mengakses infomrasi secara efisin dan efketif,

(15)

mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi yang telah ada. Pada tahun 2018, CILIP juga menjelaskan:

“Information literacy is the ability to think critically and make balanced judgements about any information we find and use. It empowers us as citizens to reach and express informed views and to engage fully with society (sumber:https://infolit.org.uk).”

Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, definisi tersebut menjelaskan bahwa literasi informasi adalah kemampuan untuk berpikir secara kritis dan membuat penilaian yang seimbang mengenai berbagai informasi yang ditemukan dan digunakan. Hal itu dapat memberdayakan masyarakat untuk menggapai dan mengekspresikan pandangan berdasarkan pada informasi yang ada dan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bersosial.

Okon, Etuk & Akpan (2014) menjelaskan bahwa konsep kompetensi literasi informasi berarti terkait dengan individu yang mampu mengenali dan memahami kebutuhan informasinya, dan mengetahui bagaimana cara menemukan dan mengkomunikasikan informasi tersebut secara efektif, sehingga mampu menyelesaikan suatu masalah ataupun membuat keputusan. Selain itu juga ditegaskan bahwa sesorang yang memiliki kompetensi literasi informasi dimungkinkan untuk memiliki kemampuan untuk memahami, menggunakan dan mengevaluasi secara kritis berbagai sumber informasi, seperti pada internet, buku

dan dokumen.

(16)

2.2 Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi 2.2.1 Tujuan Literasi Informasi

Kemampuan literasi informasi dapat bermanfaat bagi setiap orang, khususnya bagi pelajar. Agar dapat sukses secara akademik dan karir kedepannya, setiap pelajar, siswa atau mahasiswa, dituntut untuk menguasai kemampuan literasi informasi. Terkait hal tersebut, guru ataupun dosen juga membutuhkan kemampuan literasi informasi untuk mendukung pekerjaan akademik mereka secara efektif dan efisien. Sehingga, pada dasarnya setiap orang dikehidupan social membutuhkan kemampuan literasi informasi (Ranaweera, n.d).

Secara umum, literasi informasi memiliki tujuan yang sama bagi setiap orang, sebagaimana yang dirumuskan oleh Williamette University (2019), seseorang yang telah terliterasi informasi (information literate) akan mampu untuk:

a. Menentukan kebutuhan informasinya. Dalam hal ini individu mampu untuk mengembangkan menyaring rumusan masalahnya, mengindentifikasi konsep inti dan istilah yang dibutuhkan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan serta mengukur potensi sumber daya yang spesifik untuk tujuan risetnya.

b. Mengakses informasi secara efektif dan efisien. Individu yang memiliki kemampuan literasi informasi yang baik akan mampu membedakan kata kunci, tajuk subjek dan berbagai ruas metadata, membedakan sumber informasi primer dan sekunder, mengimplementasikan berbagai varian strategi penelusuran informasi dan menggunakan seluruh sumber daya perpustakaan utnuk menemukan informasi

c. Mengevaluasi informasi dan sumbernya. Individu mampu menentukan tingkat akurasi dari informasi dengan cara mengkritisi dan mempertanyakan sumber inforamsinya, menganalisis batasan dari strategi atau media pengumpulan informasi dan menginvestigasi perbedaan sudut pandang informasi.

d. Mengintegrasikan informasi secara etis dan legal. Dalam tahap akhir, individu diharapkan mampu untuk menemukankembali dan mensintesa

(17)

informasi dalam berbagai konteks dan berbagai format, memahami hak kekayaan intelektual, hak cipta dan penggunaan informasi sebagaimana mestinya, serta juga mensitasi sumber informasi dengan gaya pendokumentasian sebagaimana seharusnya, tanpa melakukan tindakan plagiatisme dan kesalahan tafsir.

(sumber: https://libguides.willamette.edu/information-literacy).

Jika berbagai komponen tersebut telah dipenuhi, maka diharapkan munculnya individu yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengumpulkan, menggunakan dan menganalisis informasi dengan sebagaimana mestinya untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

Pada perpustakaan, literasi informasi merupakan komponen yang sangat erat kaitannya dengan layanan referensi dan pendidikan pengguna. Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, literasi informasi termasuk dalam komponen kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang pustakawan.

Dalam konteks perpustakaan perguruan tinggi, khususnya terkait pustakawannya, literasi informasi adalah kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap pustakawannya, mengingat bahwa pada dasarnya setiap pengguna di perpustakaan perguruan tinggi, literasi informasi adalah komponen yang juga wajib dimiliki oleh setiap mahasiswanya.

2.2.2 Manfaat Literasi Informasi

Menurut CILIP (2018), terdapat berbagai manfaat literasi informasi dapat dilihat dari berbagai konteks kehidupan, di antaranya adalah:

• Dalam kehidupan sehari-hari

Tanpa disadari, literasi informasi telah diterapkan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Sebagai contoh, dengan cara mencari tahu review checking hotel pada suatu website travel, membandingkan opsi

(18)

kebijakan pada penyedia asuransi dan bank dan berbagai transaksi online lainnya. Melalui hal tersebut, setiap orang telah memahami berbagai sumber daya online dan bagaimana mengetahui subjek dan menentukan nilai dari informasi tersebut. Sehingga literasi informasi membantu setiap individu untuk lebih bijak dalam melakukan aktifitas daring.

• Dalam kewarganegaraan

Literasi informasi memungkinkan setiap individu untuk mengembangkan pemahamannya mereka mengenai dunia di sekitarnya, mencapai sudut pandang dengan informasi yang benar dan kredibel dan mengenali bias dan informasi yang salah. Banyak berita palsu atau hoax yang beredar harus menuntut masyarakat untuk mampu mengenali dan menilai secara kritis berbagai infromasi yang tersedia secara online. Oleh karena itu, dengan kemampuan literasi informasi, dapat membantu masyarakt untuk menemukan sumber informasi yang lebih valid dan reliabel. Sehingga warga negara dapat berperan penuh dalam kehidupan masyarakat demoktrasi yang didasari oleh informasi yang baik.

• Dalam pendidikan

Pada dasarnya, literasi infromasi dapat diterapkan dalam setiap tingkatan pembelajaran, baik dalam formal, tidak formal, setiap tingkatan sekolah, pendidikan lanjutan dan yang lebih krusial, pembelajaran sepanjang hayat.

Dalam pendidikan tinggi, litearsi informasi dapat berkontribusi untuk kompetensi akademik, metode riset dan memahami plagiatsime. Sehingga literasi informasi dapat menjadi strategi dan alat bagi para pembelajar dalam

(19)

setiap tingkatan untuk menyelesaikan masalah dan memahami konteks situasinya.

• Dalam dunia kerja

Literasi informasi dalam dunia kerja digunakan untuk memahami kapan dan bagaimana informasi digunakan untuk menggapai tujuan dari organisasi dan menambahkan nilai dalam kegiatan organisasi. Hal ini dapat diterapkan dalam setiap sektor perusahaan, baik untuk komersil, publik, atau nonprofit.

Liteasi informasi membantu pegawainya untuk menginterpretasikan infromasi yang terkait pekerjana, membagikannya dengan pemangku kepentingan eksternal (seperti klien) dan mentrasformasikannya menjadi pengetahuan. Literasi informasi pada dasarnya juga dapat diartikan sebagai bekerja dengan etis, memahami perlindungan data dan informasi, pemahaman mengenai hak kekayaan intelektual dan hak cipta.

• Dalam kesehatan

Liteasi informais membantu individu dalam menentukan informasi terkait kesehatan bagi dirinya sendiri ataupun keluarganya. Kebutuhan untuk menemukan sumber yang reliabel untuk mengelola kondisi kesehatan adalah hal yang penting untuk dilakukan.

2.3. Keterampilam Literasi Informasi

The American Library Association (1989) mendefinisikan literasi informasi sebagai istilah yang diterapkan terhadap keterampilan- keterampilan informasi untuk memecahkan masalah, yang terdiri dari tujuh keterampilan, yaitu:

1) Mendefinisikan kebutuhan informasi, yaitu kemampuan seseorang dalam mengetahui bahwa pengetahuan yang dimilikinya tentang sesuatu subyek

(20)

tertentu adalah tidak mencukupi. Namun, dia sadar bahwa disekililingnya ada banyak sumber-sumber yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai masalahnya.

2) Menetapkan strategi pencarian, yaitu sebuah proses sebelum pencarian yang dengannya seseorang mampu mengorganisir data yang saat ini telah diketahuinya kedalam beberapa kategori atau subjek, mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi tentang bahan tambahan ke dalam kategori-kategori atau subjek dan menetukan kriteria untuk sumber- sumber yang potensial, kemuktahiran, bentuk/format, dan sebagainya.

3) Mengumpulkan sumber-sumber, yaitu kemampuan seseorang dalam melakukan proses pengumpulan berbagai sumber yang diperlukan baik dalam bentuk tercetak dan non-tercetak, online dan komputerisasi, interview antar pakar, permohonan dokumen-dokumen pemerintah yang cocok, konsultasi dengan para pustakawan dan para pakar lainnya untuk saran-saran tentang sumber-sumber tambahan yang diperlukan

4) Menilai dan memahami informasi, yaitu proses mengorganisir dan menyaring dan meneliti kata kunci dan topik-topik terkait, mengevaluasi otoritas dari sumber-sumber, mengidentifikasi kesalahan-kesalahan, pandangan-pandangan beberapa keberpihakan, dan kemudian kalau perlu, memperjelas kembali pertanyaan untuk pencarian informasi yang dibutuhkannya.

5) Menerjemahkan informasi melibatkan analisa, sintesa, evaluasi dan pengorganisasian data terseleksi untuk penggunaan dan kemudian menarik sebuah kesimpulan dari semua yang terkait dengan penelitian tersebut.

6) Mengkomunikasikan informasi, yaitu berbagai informasi dengan cara memberikan manfaat kepada orang lain dari pertanyaan riset, dalam bentuk laporan, poster, grafik, atau yang lainnya.

7) Mengevaluasi produk prosesnya, yaitu melakukan evaluasi terhadap produk dan proses penelitian yang dilakukannya. Keterampilan dalam mengevaluasi tersebut akan dapat menentukan sejauh mana baiknya data yang diperoleh memenuhi apa yang menjadi tujuan dari pada suatu penelitian yang dikerjakannya.

Dari uraian di atas keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam memperoleh informasi adalah dengan memahami informasi, mengidentifikasi informasi yang akan dicari, menetapkan strategi yang informasi akan dicari, mencari dan mengumpulkan sumber, memahami informasi yang didapatkan, menganalisis informasi, mengkomunikasikan informasi tersebut kepada orang lain dan mengevaluasi hasil informasi.

(21)

2.4 Model Literasi Informasi

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, literasi infromasi merupakan sebuah kompetensi. Dalam kata lain, pada setiap kompetensi baik dalam hal kepustakwanan atau secara umum, memiliki indikator yang diperlukan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana proses atau kemampuan seseorang untuk mendalami dan menguasai suatu kompetensi. Dalam literasi informasi, indikator itu disebut model literasi informasi.

Menurut Cervero dalam Tirado (2012), model literasi informasi adalah sebuah kerangka yang menentukan tingkatan atau level kompetensi seseorang untuk menguasai literasi informasi atau dapat disebut information literate.

Pengembangan model tersebut di dasari melalui berbagai standar, dan dibuat menjadi daftar kategori yang mendeskripsikan model tersebut.

Pada dasarnya, model atau standar literasi informasi tidak hanya memberikan gambaran global tentang core competencies, melainkan juga atribut, pemahaman, sikap (attitude, behaviour), kemampuan (skill, competency) serta karakteristik lainnya yang diharapkan dimiliki atau dicapai oleh individu yang information literate atau literasi informasi.

Hingga saat tulisan ini ditulis, terdapat beberapa model dan kerangka literasi informasi yang dinilai terkemuka, menurut CILIP (n.d), di antaranya seperti:

• CILIP Information Literacy Model, berisikan 8 kompetensi dan dikembangkan oleh CILIP.

(22)

• Sconul Seven Pillars of Information Literacy, dikembangkna oleh The Society of College, National and Unviersity Libraries (SCONUL) pada tahun 1999.

• A New Curriculum for Inforamtion Literacy (ANCIL), dikembangkan sebagai hasil penelitian Emma Coonan dan Jane Secker.

• National Inforamtion Liteacy Framework (Scotland), dikembangkan berdasarkan pemetaan pada Scottish Credit Qualification Framework (SCQF).

• National Information Liteacy Framework (WALES, dikembangkan sebagai bagian dari Welsh Informatino Literacy Project.

• Framework for Information literacy for higher education, dikembangkan oleh Association of College Research Libraries in the US.

• Big6, sebuah proses penyelesaian masalah infomrasi yang dikembangkan oleh Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz yang juga dikenal sebagai model liteasi informasi.

• PLUS Infomration Skills Model, dikembangkan oleh James Herring.

• Seven Faces of Information Literacy, dikembangkan oleh Christine Bruce.

• Six Frame for Information Literacy Education, dikembangkan oleh Christine Bruce. (sumber: https://infolit.org.uk/definitions-models/)

Berdasarkan dari daftar di atas, tedapat beberapa model literasi informasi yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan literasi seseorang, di antaranya adalah The Seven Pillars, The Empowering Eight dan The Big6 (Boeriswati, 2012).

(23)

2.4.1 Seven Pillars

Seven pillars of information literacy adalah sebuah model literasi infromasi yang dikembangkan oleh Society of College, National and University Libraries (SCONUL). Setelah melalui proses panjang, lembaga tersebut berhasil menyelesaikan rumusan model Seven Pillars of Information Literacy pada tahun 1999. SCONUL menyadari bahwa pertumbuhan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan landscape of information. Oleh karena itu, pada tahun 2011, SCONUL melakukan pembaharuan model ini dengan tujuan untuk menambahkan elemen- elemen dalam IL skills/ competencies yang sesuai dengan perubahan landscape of information tersebut (Harliansyah, 2015).

Berdasarkan SCONUL Working Group on Information Literacy (2011), Seven Pillars Information Literacy terdiri atas 7 pilar kemampuan utama yang di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Identify atau identifikasi. Individu mampu mengidentifikasi kebutuhan informasi untuk menetapkan rumusan masalah.

2. Scope atau cakupan. Individu mampu menilai pengetahuannya yang terkini dan mengidentifikasi jarak pengetahuannya dengan pengetahuan yang tersedia saat ini tersebut.

3. Plan atau rencana. Individu mampu merancang strategi untuk menentukan lokasi informasi dan data yang dibutuhkannya.

4. Gather atau pengumpulan. Individu mampu menemukan dan mengakses informasi dan data yang dibutuhkannya.

(24)

5. Evaluate atau evaluasi. Individu mampu meninjau proses, membandingkan dan mengevaluasi data dan informasi.

6. Manage atau mengelola. Individu mampu mengelola informasi secara profesional dan etis.

7. Present atau menyajikan. Individu mampu menerapkan pengetahuan yang telah dikembangkan, menyajika hasil risetnya, mensitensa informasi lama dan baru, serta data untuk menicptakan pengetahuan dan mendesimenasikannya dengan berbagai cara.

2.4.2 Empowering 8

Empowering 8 adalah sebuah model literasi informasi yang dikembangkan pada sebuah lokakarya yang diselenggarakan oleh IFLA-ALP dan National Institute of Library & Information Science (NILIS). Pada awalnya, tujuan lokakarya ini adalah untuk menambahkan pembelajaran basis sumber data yang memperkenalkan peserta kepada literasi informasi. Para peserta lokakarya tersebut telah bekerja secara mandiri untuk mengembangkan sebuah model literasi dan menggabungkan dua hasil yang telah diperoleh untuk menyempurnakan modelnya, maka dibentuk sebuah model literasi yang disebut Empowering 8 (Wijetunge & Alahakoon, 2005). Wijetunge & Alahakoon (2005) juga menjelaskan bahwa model Empowering 8 ini terdiri atas 8 komponen yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat dinilai sebagai individu yang terliterasi informasi. Komponen tersebut di antaranya adalah:

1. Identify atau identifikasi. Setiap individu diharapkan mampu menentukan topik/subjek, menentukan pendengar dan memahaminya, menentukan

(25)

format yang relevan dan mutakhir, menyusun strategi pencarian, mengidentifikasi berbagai sumber daya informasi yang diketahui.

2. Explore atau eksplorasi. Setiap individu diharapkna mampu menemukan sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan topik informasi, menemukan informasi yang dibutuhkan, melaukuan riset berupa wawancara, observasi dan lainnya.

3. Select atau seleksi. Setiap orang diharapkan mampu memilih informasi yang relevan dengan kebutuhannya, menentukan tingkatan sumber mana yang mudah, sulit atau tepat, merekam informasi yang relevan dan mengolahnya menjadi susunan visual seperti bagan, grafik atau ringkasan.

4. Organise atau organisasi. Setiap orang diharapkan mampu mensortir informasi, menetukan dan membedakan fakta, pendapat dan rekaan, memeringksa dan menganalisis prasangka di dalam sumber dan menyusun informasi secara logis.

5. Create atau menciptakan. Setiap individu diharapkan dapat mengolah dan melakukan parafrase terhadap informasi yang diperoleh, menyunting informasi dan membuat finalisasi format bibiografi.

6. Present atau menyajikan. Setiap individu diharapkan mampu mempresetansikan berbagai informasi yang diperoleh, membagikan informasi, menampilkan informasi pada format yang tepat dan sesuai, mengatur pengunaan peralatan dengan benar.

7. Asses atau menilai. Setiap individu dapat menerima masukan dari orang lain terhadap informasi yang diterimanya, mementukan apakah terdapat

(26)

kemampuan baru yang bisa diperoleh dan menilai kinerja seseorang dalam menanggapi pendapat.

8. Apply atau menerapkan. Setiap individu mampu mempertimbangan masukan dan penilaian yang diberikan, menerapkan masukan sebagai bentuk tugas yang berikutnya dan menambahkan hasil ke portofolio.

2.4.3. UNESCO

Literasi informasi adalahbelajar bagaimana memanfaatkan teknologi yang sangat beragam dan kuat efektif dan efektif untuk mencari, mengambil, mengatur, menganalisa, mengevaluasi informasi dan kemudian menggunakannya untuk menentukan keputusan dan keputusan pemecahan masalah berakhir.

Menurut UNESCO (2005). Information for all programme (IFAP):

towardsinformationliteracyindicators.http://www.uis.unesco.og/Library/Documen ts/wp08_InfoLit_enpdf diakses pada 16 November 2019. Model litetasi terdiri dari 11 tahap pemecah masalah, antara lain:

1. Menyadari bahwa ada masalah yang membutuhkan informasi penyelesaiannya yang memuaskan.

2. Tahu cara mengidentifikasi dan menetapkan informasi yang dibutuhkan secara akurat untuk memenuhi kebutuhan, menyelesaikan masalah, atau membuat keputusan.

3. Tahu cara menentukan apakah informasi yang dibutuhkan ada atau tidak, dan jika tidak, tahu cara membuat, atau menyebabkan dibuatnya informasi yang tidak tersedia (juga disebut sebagai "menciptakan pengetahuan baru").

(27)

4. Tahu cara menemukan informasi yang diperlukan jika Anda telah memastikan bahwa informasi itu memang ada.

5. Tahu cara membuat atau menyebabkan dibuat informasi yang tidak tersedia yang Anda butuhkan; kadang-kadang disebut “menciptakan pengetahuan baru.

6. Tahu cara memahami sepenuhnya informasi yang ditemukan, atau mengetahu kemana harus mencari bantuan jika perlu memahaminya.

7. Tahu cara mengatur, menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi informasi, termasuk keandalan sumber.

8. Tahu cara berkomunikasi dan menyajikan informasi kepada orang lain dalam format dan media yang sesuai dan dapat digunakan.

9. Tahu cara memanfaatkan informasi untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan atau memenuhi kebutuhan.

10. Tahu cara menyimpan, menggunakan kembali, merekam, dan mengarsipkan informasi untuk penggunaan di masa mendatang.

11. Tahu cara membuang informasi yang tidak lagi diperlukan, dan jaga informasi yang harus dilindungi.

2.4.4. The Big6

Model the Big6 digunakan sebagai kerangka kerja untuk menguji efektifitas individu terhadap pemecahan masalah yang dibuat oleh Eisenberg dan Berkowitz (Lin, Yaw-Huei & Wen-I, 2014). Berdasarkan website resminya, the Big6 merupakan model proses untuk mengetahui bagaimana seseorang dari segala kalangan usia menyelesaikan sebuah masalah informasi.

(28)

Menurut Lien (2010:4), model Big6 mengintegrasikan keterampilan pencarian dan penggunaan informasi dengan penggunaan perangkat teknologi dalam proses menemukan, menggunakan, mengaplikasikan dan mengevaluasi informasi secara sistematis, untuk memenuhi kebutuhan dan tugas tertentu.

Menurut Kumar, Natarajan dan Shankar (2005), secara umum Big6 meliputi : a. Pendekatan ang sistematis untuk memecahkan masalah informasi;

b. Enam kemampuan umum yang dibutuhkan dalam kebersihan memecahkan permasalahan informasi;

c. Kurikulum yang lengkap mencakup keterampilan informasi dan perpustakaan.

Model the Big6 terdiri atas 6 tahapan yang dapat membantu setiap individu menyelesaikan masalahnya dan membuat keputusan melalui penggunaan informasi. Melalui penggunaan model The Big6, setiap individu akan mampu mengindentifikasi tujuan, pencarian, penggunaan dan pengumpulan informasi yang relevan, kredibel, sehingga mampu menghasilkan produk dan proses yang elbih efektif dan efisin. Model th Big6 juga dapat diterapkan dalam setiap kondisi, baik di lingkungan pelajar, pekerjaan ataupun kehidupan sehari-hari. Tingkatan dari model the Big6 di antaranya terdiri atas:

a. Task Definition (menentukan tugas). Individui diharapkan mampu untuk menentukan masalah informasinya dan mengindentifikasi informasi yang dibutuhkannya.

(29)

b. Informaiton Seeking Strategies (strategi penelusuran informasi). Individu diharapkan mampu menentukan seluruh sumber daya yang mungkin untuk digunakan dan menentukan sumber daya terbaik untuk digunakan.

c. Location and Access (lokasi dan akses). Individu diharapkan mampu menentukan lokasi sumber informasi.

d. Use of Information (Penggunaan informasi). Individu diharapkan mampu menggunakan dan mengekstrak informasi yang relevan.

e. Synthesis (sintesa). Individu diharapkan mampu mengorganisasikan berbagai sumber daya informais dan menyajikan informasi tersebut menjadi informasi yang baru.

f. Evaluation (evaluasi). Individu diharapkan mampu menilai tingkat efektifitas inforamsi dan menentukan proses efisiensi informasi tersebut.(sumber: http://thebig6.org).

Model The Big6 telah sering digunakan pada lingkunga sekolah dan perpustaakaan sebagai sebuah kurikulum literasi informasi dan proses penyelesaian masalah informasi. Selain itu, the Big6 model juga disarankan sebagai utilitas esensi pengajaran informasi dan teknologi (Arroyo, 2013). Salah satu kelebihan model The Big6 akan membuat individu akan memahami bahwa mereka harus membuat pilihan yang efektif dalam setiap langkah selama proses penyelesaian masalah informasi (Lin, Yaw-Huei & Wen-I, 2014).

Berbagai argumen tersebut yang membuat penulis memutuskan untuk menggunakan model The Big6, dibandingkan dengan beberapa model lain,

(30)

sebagai metode dan medium untuk mengukur dan menganalisis pelaksanaan literasi informasi mahasiswa di Universitas Medan Area.

Tabel 2.1 Komponen Big6

No. Kemampuan Indikator Term Operasional

1. Perumusan a. Merumuskan masalah a)1. Penentuan topik

Masalah informasi. permasalahan; melakukan

analisis situasi, yaitu mencari informasi dan melihat apa yang dilakukan atau diketahui orang lain tentang suatu topik

2. Menjelaskan pertanyaan riset dengan cara

brainstroming menggunakan 5W+1H. Brainstroming yaitu teknik yang digunakan untuk menggali, mempertajam hubungan antar gagasan dan pemecahan masalah.

b. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi.

b)1. Membatasi kebutuhan informasi sesuai persoalan saja berdasarkan semua “keyword”

yang berhubungan dengan topik.

2. Strategi Mencari a. Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik.

a)1. Memiliki wawasan yang luas terhadap berbagai sumber informasi seperti sumber tercetak di perpustakaan atau toko buku dan dokumen elektronik di internet atau pangkalan data elektronik.

Informasi

(31)

b. Memilih sumber terbaik. b)1. Menggunakan 3 kriteria pemilihan sumber, yaitu otoritatif, kebaruan dan akurasi.

*Otoritatif: pemilihan sumber harus spesifik dan terpercaya.

*Kebaruan: sumber informasi lebih segar dan terbaru juga berbeda dari yang lain.

*Akurasi: informasi yang tidak menyesatkan, dibuktikan dengan cara memeriksa dan membandingkan suatu informasi dengan informasi yang tersedia di tempat lain.

3. Lokasi dan a. Mengalokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik).

a)1. Mengenali lokasi sumber- sumber informasi. Misalnya kemampuan mencari buku yang sesuai dengan

menggunakan OPAC dan Boolean untuk mempersempit atau memperluas pencarian.

Akses

b. Menemukan informasi dalam sumber tersebut.

b)1. Menemukan informasi yang relevan di lokasi tersebut sesuai kebutuhan.

4. Pemanfaatan a. Membaca, mendengar, meraba, dan sebagainya.

a)1. Menggunakan beberapa keahlian dalam menangani informasi yang tersimpan, dengan cara membaca,

mendengarkan, mewawancarai, mengamati dan mengobservasi informasi.

Informasi

23

(32)

b. Mengekstrasi informasi yang relevan.

b)1. Mengambil dan

mengidentifikasi bagian-bagian penting serta relevan dengan permasalahan. Bisa

mengunakan kutipan, paraphrase, dan membuat summary.

5. Sintesis a. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber.

a)1. Menggabungkan berbagai sumber yang terpisah-pisah menjadi satu bentuk produk/

hasil yang sistematis.

b. Mempersentasikan informasi tersebut.

b)1. Presentasi, yaitu

menunjukkan, menyebarkan informasi yang kita punya kepada orang lain. Biasanya melalui powerpoint, data statistik, tabel, bentuk-bentuk sastra seperti cerpen dan puisi.

6. Evaluasi a. Mengevaluasi hasil (efektivitas).

b. Mengevaluasi proses (efesiensi).

a)1. Evaluasi hasil, seperti apakah permasalahan itu berhasil dipecahkan, adakah cara pemecahan yang lain, dan sebaik apa tugas itu

diselesaikan.

b)1. Evaluasi proses, seperti adakah hal-hal yang perlu diperbaiki untuk penyelesaian masalah lainnya di lain waktu.

Evaluasi ini dapat dilakukan secara mandiri maupun melalui masukan dari orang lain.

Sumber: www.big6.com

24

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010, 29), metode deskriptif adalah metode yang menganalisis data dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan data yang telah diperoleh. Sedangkan menurut Arikunto (2010, 12), pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang sepenuhnya menggunakan angka dalam prosesnya, mulai dari pengumpulan, penafsiran dan penyajian data yang diperoleh. Dalam kata lain, pada penelitian ini, berbagai data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dan akan dijabarkan secara deskriptif.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada institusi Program Studi Ilmu Psikologi, Universitas Medan Area, Jalan Kolam Nomor 1 Medan Estate/Jalan Gedung PBSI, Medan, Sumatera Utara 20223. Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Juni- Agustus 2019.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Pada sebuah penelitian, terdapat sebuah kelompok subjek peneltian yang akan diteliti, atau dapat disebut sebagai populasi. Menurut Sugiyono (2010, 61), populasi merupakan wilayah generlisasi yang terdiri dari: objek atau subjek yang

(34)

memiliki karakteristik tertentu dan telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti untuk dipelajar dan ditarik kesimpulannya.

Populasi yang ditetapkan pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Psikologi Universitas Medan Area berjumlah 384 orang.

3.3.2 Sampel

Setelah mengetahui dan menentukan kelompok dan jumlah populasi pada penelitian, maka dibutuhkan jumlah representatif yang mampu mewakili seluruh populasi atau dalam lain disebut sampel. Menurut Sugiyono (2010, 62), secara sederhana, sampel dapat diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Tujuan dari penentuan jumlah sampel adalah untuk memudahkan proses penelitian tanpa memicu bias, oleh karena itu sampel harus mampu mewakili seluruh populasi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sanjaya (2013, 228), salah satu syarat dalam penentuan jumlah sampel adalah sampel yang bersifat representatif (mewakili populasi), karena sampel merupakan cerminan dari populasi. Sehingga, agar dapat memenuhi sampel yang representatif, maka dibutuhkan teknik dan rumus pengambilan jumlah sampel.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengambilan sampel simple random sampling. Metode ini digunakan karena populasi pada penelitian tidak memiliki sifat berstrata, atau dalam kata lain setara antara satu dengan lainnya, yaitu mahasiswa. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono (2013, 118), simple randong samping merupakan pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Sedangkan,

(35)

rumus yang digunakan untuk mengukur besar sampel adalah rumus Taro Yamane, dengan presisi yang ditetapkan 10%

𝑛 = 𝑁

��. ��2 + 1 Keterangan:

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

��2 : Presisi yang ditetapkan

𝑛 = 𝑁

��. ��2 + 1

= 384

384. 0,12 + 1

= 384

384.0,01 + 1

= 384

3,84 + 1

= 384

4,84 = 79,3

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh sampel sebanyak 79 (pembulatan dari 79,3) mahasiswa.

3.4 Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini, terdapat dua jenis data yang akan dibutuhkan sebagai bahan analisis, di antaranya adalah:

• Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden (dalam hal ini mahasiswa) melalui kuesioner.

(36)

• Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku, jurnal dan literature lain terkait penelitian, yang diperuntukan sebagai pendukung data primer.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik atau instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:

• Studi literatur

Teknik ini dilakukan untuk melakukan riset awal mengenai kondisi keilmuan saat ini, untuk selanjutnya berbagai data melalui berbagai bahan pustaka terkait topik penelitian tersebut, akan dijadikan sebagai acuan teoritis untuk mengembangkan kuesioner, menganalisis dan mengkaji hasil penelitian.

• Kuesioner

Teknik pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang sudah dirancang oleh penulis dengan berdasarkan teori yang ada. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung.

Dalam kata lain, pertanyaan akan diberikan secara langsung kepada responden dengan bentuk pertanyaan pilihan ganda.

(37)

Variabel Indikator No.

Pertanyaan

Jumlah Pertanyaan

Literasi informasi berdasarkan The Big6 Model

Merumuskan tugas 1,2,3 3

Strategi mencari informasi 4,5,6 3 Menentukan lokasi dan

akses 7,8 2

Menggunakan informasi 9,10 2

Sintesis informasi 11,12 2

Evaluasi informasi 13,14 2

3.6 Teknik Analisis Data

Berbagai data yang telah diperoleh melalui kuesioner, selanjutnya akan diolah untuk menghasilkan deskripsi jawaban yang dapat dipresentasikan sehingga menjawab rumusan maslah penelitian. Dalam menghitung dan menganalisis hasil kuesioner, peneliti menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

𝑃 = 𝐹 100%

𝑛

Keterangan:

P : Persentase

F : Jumlah jawaban yang diperoleh n : Sampel

Hasil yang diperoleh dari rumus tersebut dan telah diolah pada tabel tabulasi, akan ditafsirkan sebagai berikut:

a. Persentase 1-25 % : Sebagian kecil b. Persentase 26-49% : Hampir setengah

(38)

c. Persentase 50 % : Setengah d. Persentase 51-75 % : Sebagian besar e. Persentase 76-99% : Pada umumnya f. Persentase 100% : Seluruhnya

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Perpustakaan

Perpustakaan Universitas Medan Area dimulai dari berdirinya Universitas medan area (UMA) pada tahun 1983. Perpustakaan pertama yang didirikan adalah Perpustakaan yang berada di jl. Gatot Subroto, kemudian pada tahun 1989 perpustakaan pindah ke kampus jl. Kolam no.1 Medan Estate yang berada di gedung biro rektor lantai 1 dan perpustakaan inilah yang menjadi perpustakaan pusat Universitas Medan Area sampai sekarang. Perpustakaan Universitas Medan Area memiliki luas ± 550 m² dan jumlah koleksi sebanyak ± 13.000 judul buku dengan jumlah ± 23.000 eksemplar yang terdiri dari jenis koleksi buku, jurnal, majalah ilmiah, dan karya ilmiah.

Pada tahun 2008, Perpustakaan membuka beberapa cabang pada tingkat fakultas. Pembukaan perpustakaan cabang ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan perpustakaan kepada pengguna dan juga untuk mengatasi keterbatasan kapasitas ruangan perpustakaan induk. Perpustakaan cabang yang dibuka diantaranya fakultas Psikologi, Teknik, Hukum, Isipol, Pertanian, Biologi, Ekonomi dan Pascsarjana.

Saat ini Perpustakaan Universitas Medan Area menerapkan sistem automasi perpustakaan sehingga seluruh aktifitas kerumahtanggaan perpustakaan dilakukan secara online melalui 1 sistem. Selain itu, perpustakaan Universitas Medan Area telah membangun Repository Institusi yang saat ini sudah berhasil menghimpun

(40)

9345 lebih lokal konten Universitas Medan Area. Selain didukung sistem informasi yang kuat, perpustakaan Universitas Medan Area memiliki berbagai fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan pemustaka, seperti layanan Koleksi, Layanan digital, layanan administrasi dan layanan ask librarian untuk mempermudah pengguna dalam pemanfaatan perpustakaan. Didukung oleh seluruh sumber daya manusia (pustakawan) yang sudah mendapat sertifikasi oleh BNSP – Perpusnas, perpustakaan UMA berkembang dengan pesat mengikuti perkembangan perpustakaan di skala nasional maupun internasional.

Dari berbagai keunggulan tersebut, perpustakaan berhasil menjadi salah satu Perpustakaan Perguruan Tinggi Terbaik di Sumatera Utara pada tahun 2015 dan 2017 oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumatera Utara. Selain itu, Repository Universitas Medan Area juga mendapat peringkat memuaskan pada Webometrics Repository.

Pada tahun 2019, secara resmi perpustakaan Universitas Medan Area meraih penghargaan standar penyelenggaraan perpustakaan Perguruan Tinggi yaitu Akreditasi A (Excellent) yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

4.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam pembahasan ini berdasarkan indikator-indikator yang diukur antara lain ada 5 indikator, yaitu :

1. Perumusan Masalah 2. Strategi Mencari Informas

(41)

3. Lokasi dan Akses 4. Pemanfaatan Informasi 5. Sintesis

6. Evaluasi

4.2.1 Perumusan Masalah

Tabel 4.1 Menentukan Topik Suatu Permasalahan No Pernyataan

Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 1 Apakah anda pernah

melakukan analisis situasi atau mencari informasi saat merumuskan dan menentukan topik suatu permasalahan?

Selalu 0 0%

Sering 10 13%

Kadang-kadang 45 57%

Tidak Pernah 24 30%

Total 79 100%

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui jumlah responden yang menjawab sering sebanyak 10 (13%), jumlah responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 45 (57%), jumlah responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 24 (30%), dan tidak ada responden yang menjawab selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna melakukan analisis situasi atau mencari informasi saat merumuskan dan menentukan topik suatu permasalahan adalah sebagian besar (70%) responden menjawab pernah melakukannya. Tetapi hampir setengah (30%) responden yang menjawab tidak pernah. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa responden kadang-kadang melakukan analisis situasi atau mencari informasi saat merumuskan dan menentukan topik suatu permasalahan

(42)

Tabel 4.2 Mengidentifikasikan Kebutuhan Informasi

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 2 Apakah anda pernah

melakukan brainstorming misal (diskusi dengan teman) dalam

menentukan topik untuk tugas/makalah ?

Selalu 0 0%

Sering 54 68%

Kadang-kadang 21 27%

Tidak Pernah 4 5%

Total 79 100%

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui jumlah responden yang menjawab sering sebanyak 54 (68%), jumlah responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 21 (27%), jumlah responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 4 (5%), dan tidak ada responden yang menjawab selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna yang melakukan brainstorming misal (diskusi dengan teman) dalam menentukan topik untuk tugas/makalah adalah sebagian besar (95%) responden menjawab pernah melakukannya. Tetapi sebagian kecil (5%) responden yang menjawab tidak pernah. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa responden sering melakukan brainstorming misal (diskusi dengan teman) dalam menentukan topik untuk tugas/makalah.

Tabel 4.3 Membatasi Kebutuhan Informasi Berdasarkan Keyword

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 3 Apakah dengan

membatasi kebutuhan informasi berdasarkan keyword membantu mengidentifikasi informasi yang anda

Sangat Membantu 43 54%

Membantu 22 28%

Tidak Membantu 0 0%

Kurang Membantu 14 18%

(43)

butuhkan ?

Total 79 100%

Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui jumlah responden yang menjawab sangat membantu sebanyak 43 (54%), jumlah responden yang menjawab membantu sebanyak 22 (28%), jumlah responden yang menjawab kurang membantu sebanyak 14 (18%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak membantu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna yang membatasi kebutuhan informasi berdasarkan keyword membantu mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan adalah sebagian besar (72%) responden menjawab membantu pengguna. Tetapi sebagian kecil (18%) responden yang menjawab kurang membantu pengguna. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa membatasi kebutuhan informasi berdasarkan keyword membantu mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan pengguna.

4.2.2 Strategi Mencari Informasi

Tabel 4.4 Menetukan Informasi dan Format Fisik

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 4 Apakah anda menentukan

informasi dengan tepat dan format fisik dari informasi yang anda butuhkan ?

Selalu 0 0%

Sering 4 5%

Kadang-kadang 21 27%

Tidak Pernah 54 68%

Total 79 100%

Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui jumlah responden yang menjawab sering sebanyak 4 (5%), jumlah responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 31

(44)

(39%), jumlah responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 44 (45%), dan tidak ada responden yang menjawab selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna yang menentukan informasi dengan tepat dan format fisik dari informasi yang dibutuhkan adalah hampir setengah (68%) responden menjawab tidak pernah melakukannya. Tetapi sebagian besar (32%) responden yang menjawab pernah melakukannya. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa responden tidak pernah menentukan informasi dengan tepat dan format fisik dari informasi yang dibutuhkan.

Tabel 4.5 Memilih Sumber Informasi

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 5 Apakah memilih sumber

informasi yang terbaru, terpercaya dan akurat membantu anda dalam pencarian informasi ?

Sangat Membantu 16 20%

Membantu 56 71%

Tidak Membantu 0 0%

Kurang Membantu 7 9%

Total 79 100%

Berdasarkan Tabel 4.5, diketahui jumlah responden yang menjawab sangat membantu sebanyak 16 (20%), jumlah responden yang menjawab membantu sebanyak 56 (71%), jumlah responden yang menjawab kurang membantu sebanyak 7 (9%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak membantu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna memilih sumber informasi yang terbaru, terpercaya dan akurat membantu dalam pencarian informasi adalah pada umumnya (91%) responden menjawab

(45)

membantu pengguna. Tetapi sebagian kecil (7%) responden yang menjawab kurang membantu pengguna. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa memilih sumber informasi yang terbaru, terpercaya dan akurat membantu responden dalam pencarian informasi.

Tabel 4.6 Strategi Penentuan Informasi

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 6 Setelah anda menentukan

strategi penentuan informasi, apakah anda memilih sumber-sumber informasi atau referensi yang akan digunakan untuk pencarian informasi ?

Selalu 44 56%

Sering 28 35%

Kadang-kadang 7 9%

Tidak Pernah 0 0%

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui jumlah responden yang menjawab selalu 44 (56%), sering 28 (35%) dan kadang-kadang 7 (9%) dan tidak ada responden yang menyatakan pendapat tidak pernah.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna memilih sumber-sumber informasi atau referensi yang akan digunakan untuk pencarian informasi adalah pada umumnya (91%) responden menjawab memilih.

Tetapi sebagian kecil (9%) responden yang menjawab kadang-kadang memilih.

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa setelah menentukan strategi penentuan informasi, pengguna memilih sumber-sumber informasi atau referensi

yang akan digunakan untuk pencarian informas

(46)

4.2.3 Lokasi dan Akses

Tabel 4.7 Alat Pencarian Informasi

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 7 Dengan menggunakan

alat pencarian informasi (misal: OPAC, Boolean, Google dan lain-lain), apakah anda menemukan lokasi informasi ?

Selalu 0 0%

Sering 9 11%

Kadang-kadang 17 22%

Tidak Pernah 53 67%

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui jumlah responden yang menjawab sering 9 (11%), kadang-kadang 17 (22%, tidak pernah 53 (67%) dan tidak ada responden yang menyatakan pendapat selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna yang menemukan lokasi informasi dengan menggunakan alat pencarian informasi adalah sebagian besar (67%) responden menjawab tidak pernah menemukan.

Tetapi hampir setengah (33%) responden yang menjawab pernah menemukan.

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna tidak pernah menemukan lokasi informasi dengan menggunakan alat pencarian informasi.

Tabel 4.8 Menentukan Lokasi Informasi Yang Dibutuhkan

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 8 Pada lokasi yang telah

anda tentukan, apakah menemukan informasi yang dibutuhkan ?

Selalu 0 0%

Sering 54 68%

Kadang-kadang 4 5%

Tidak Pernah 21 27%

Total 79 100%

(47)

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui jumlah responden yang menjawab sering 54 (68%), kadang-kadang 4 (5%), tidak pernah 21 (27%) dan tidak ada responden yang menyatakan pendapat selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna yang menemukan informasi yang dibutuhkan setelah lokasi ditentukan adalah sebagian besar (73%) responden menjawab sering menemukan. Tetapi hampir setengah (27%) responden yang menjawab tidak pernah menemukan. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna sering menemukan informasi yang dibutuhkan setelah lokasi di tentukan.

4.2.4 Pemanfaatan Informasi

Tabel 4.9 Memanfaatkan dan Mengeliminasi Informasi No Pernyataan

Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 9 Untuk memanfaatkan

informasi yang sudah dikumpulkan, apakah anda mengeleminasi informasi yang tidak sesuai atau tidak dibutuhkan ?

Selalu 0 0%

Sering 45 57%

Kadang-kadang 18 23%

Tidak Pernah 16 20%

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui jumlah responden yang menjawab sering 45 (57%), kadang-kadang 18 (23%), tidak pernah 16 (20%) dan tidak ada responden yang menyatakan pendapat selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna mengeleminasi informasi yang tidak sesuai atau tidak dibutuhkan dengan memanfaatkan informasi yang sudah dikumpulkan adalah pada umumnya (80%)

(48)

responden menjawab sering mengeliminasi. Tetapi sebagian kecil (20%) responden yang menjawab tidak pernah mengeliminasi. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna sering mengeleminasi informasi yang tidak sesuai atau tidak dibutuhkan dengan memanfaatkan informasi yang sudah dikumpilkan.

Tabel 4.10 Melakukan Ekstraksi Informasi No Pernyataan

Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 10 Apakah anda melakukan

ekstrasi (misal:

paraphrase, summary, kutipan) dengan informasi yang telah ditemukan ?

Selalu 0 0%

Sering 6 8%

Kadang-kadang 12 15%

Tidak Pernah 61 77%

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui jumlah responden yang menjawab sering 54 (68%), kadang-kadang 4 (5%), tidak pernah 21 (27%) dan tidak ada responden yang menyatakan pendapat selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna yang melakukan ekstrasi dengan informasi yang telah ditemukan adalah pada umumnya (77%) responden menjawab tidak pernah melakukan. Tetapi hampir setengah (27%) responden yang menjawab pernah melakukan. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna tidak pernah melakukan ekstrasi dengan informasi yang telah ditemukan.

(49)

4.2.5 Sintesis

Tabel 4.11 Penyatuan Informasi Dari Berbagai Sumber

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 11 Apakah anda melakukan

penyatuan informasi- informasi yang

didapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab kebutuhan informasi anda

?

Selalu 29 37%

Sering 26 33%

Kadang-kadang 11 14%

Tidak Pernah 13 16%

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui jumlah responden yang menjawab selalu 29 (37%), sering 26 (33%), kadang-kadang 11 (14%), tidak pernah 13 (16%).

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna melakukan penyatuan informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab kebutuhan informasi adalah pada umumnya (84%) responden menjawab selalu melakukan. Tetapi sebagian (16%) responden yang menjawab tidak pernah melakukan.

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna selalu melakukan penyatuan informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai sumber untuk menjawab kebutuhan informasi.

Tabel 4.12 Menyajikan Informasi

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 12 Apakah anda menyajikan

kembali informasi yang sudah dikumpulkan ?

Selalu 0 0%

Sering 9 11%

Kadang-kadang 56 71%

Tidak Pernah 14 18%

(50)

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui jumlah responden yang menjawab sering 9 (11%), kadang-kadang 56 (71%), tidak pernah 14 (18%) dan tidak ada responden yang menyatakan pendapat selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna menyajikan kembali informasi yang sudah dikumpulkan adalah pada umumnya (82%) responden menjawab pernah menyajikan kembali informasi. Tetapi sebagian kecil (18%) responden yang menjawab tidak pernah menajikan kembali informasi. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna kadang- kadang menyajikan kembali informasi yang sudah dikumpulkan.

4.2.6 Evaluasi

Tabel 4.13 Keberhasilan Dalam Memecahkan Suatu Masalah No Pernyataan

Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 13 Apakah pencarian

informasi yang anda lakukan berhasil dalam memecahkan suatu masalah ?

Selalu 4 5%

Sering 51 65%

Kadang-kadang 19 24%

Tidak Pernah 5 6%

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui jumlah responden yang menjawab selalu 4 (5%), sering 51 (65%), kadang-kadang 19 (24%), tidak pernah 5 (6%).

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa keberhasilan pengguna dalam memecahkan suatu masalah dengan pencarian informasi yang

(51)

dilakukan adalah pada umumnya (94%) responden menjawab sering berhasil.

Tetapi sebagian kecil (6%) responden yang menjawab tidak pernah berhasil.

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna sering berhasil dalam memecahkan suatu masalah dengan pencarian informasi yang dilakukan.

Tabel 4.14 Memeriksa Kembali Informasi

No Pernyataan Kategori

Jawaban Frekuensi Persentase 14 Apakah anda memeriksa

kembali, apakah proses pencarian informasi telah dilakukan dengan optimal

?

Selalu 0 0%

Sering 14 18%

Kadang-kadang 19 24%

Tidak Pernah 46 58%

Total 79 100%

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui jumlah responden yang menjawab sering 14 (18%), kadang-kadang 19 (24%), tidak pernah 46 (58%) dan tidak ada responden yang menyatakan pendapat selalu.

Dari pernyataan di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa pengguna memeriksa kembali apakah proses pencarian informasi telah dilakukan dengan optimal adalah sebagian besar (58%) responden menjawab pernah memeriksa kembali. Tetapi hampir setengah (42%) responden yang menjawab tidak pernah memeriksa kembali. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pengguna tidak pernah memeriksa kembali, apakah proses pencarian informasi telah dilakukan dengan optimal.

Gambar

Tabel 2.1 Komponen Big6
Tabel 4.1 Menentukan Topik Suatu Permasalahan  No  Pernyataan
Tabel 4.2 Mengidentifikasikan Kebutuhan Informasi
Tabel 4.4 Menetukan Informasi dan Format Fisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih rinci, Hancock dalam Andayani (2008: 3) menyatakan bahwa literasi informasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk: (1) mengenali kebutuhan informasi,

Keterampilan dasar literasi informasi (pilar 1 sampai 4) merupakan dasar bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat pendidikan. Keterampilan tersebut juga

Hasil analisis data menunjukkan bahwa literasi informasi yang dimiliki mahasiswa psikologi Universitas HKBP Nommensen Medan dengan. menggunakan acuan Psychology Information

_______. American Library Association. Presidential Committee on Information Literacy. Final Report.Chicago : American Library Association. Australian Library and

Berikut hal yang Saudara lakukan untuk mentolerir ambiguitas informasi, agar menghasilkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang Saudara teliti kecuali :.. Mengevaluasi

Penelitian ini didasarkan pada metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yang bertujuan untuk mengumpulkan data siswa agar dapat Mengetahui kemampuan siswa

Untuk mendukung sebuah gagasan yangada, mahasiswa perlu diberikan pendidikan literasi informasi agar mahasiswa mengetahui kebutuhan informasi dan menyeleksi informasi

Untuk mengetahui informasi apa yang dibutuhkan dalam penelitian suatu topik maka dapat dilakukan dengan merumuskan topik tersebut ke dalam bentuk pertanyaan penelitian