• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan karakter peduli sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential Learning (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2015/.2016).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan karakter peduli sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential Learning (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2015/.2016)."

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KARAKTER PEDULI SOSIAL BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

Fransisca Ade Karunia Putri 131114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN KARAKTER PEDULI SOSIAL BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

Fransisca Ade Karunia Putri 131114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Sabar, Sumeh, Semeleh

Tidak ada yang musathil dari kekuatan doa, usaha dan keyakinan

Belajar itu menyakitkan – R. H. Dj. Sinurat

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan Firman Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya –

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan bagi Tuhan Yesus andalanku

Yang senantiasa menjadi pendengar keluh kesahku menjadi sumber kekuatan bagiku

serta menemani perjuangan dan perjalanan hidupku.

Kupersembahkan untuk sumber bahagiaku Bapak dan Ibu

Yang telah memberikan dukungan dan pengharapan yang tiada batasnya dari awal hingga akhir proses studi.

Keluarga tersayang,

Christanti Widyaningsih, Andreas Udiutomo, Christiana Dwi Lestari, dan Setyo Budi

yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam perjalanan hidupku.

Keponakanku yang lucu dan selalu menjadi pelipur hati, Aloysius Gonzaga Mariel Putra Andresta, Azizah Dewi Ratna Swari,

Badriatus Solecha, Tresna Kustiningtyas

dan Atanasius Arsivada Wishaka Putra Andresta di surga.

Serta semua dosen BK, para sahabat di Prodi BK angkatan 2013, Universitas Sanata Dharma dan semua pihak

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KARAKTER PEDULI SOSIAL BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

Fransisca Ade Karunia Putri Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) seberapa tinggi peningkatan karakter peduli sosial siswa antar sebelum dan sesudah implementasi layanan bimbingan klasikal dengan penerapan pendekatan experiential leraning

pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016, 2) signifikansi peningkatan karakter peduli sosial siswa karakter peduli sosial antar sebelum dan sesudah layanan diberikan, 3) peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016 antar siklus, 4) efektivitas implementasi pendidikan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning berdasarkan penilaian siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Subjek pada penelitian ini siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data menggunakan Tes Karakter Peduli Sosial, Skala Penilaian Diri, dan Kuesioner Validasi Efektivitas Model. Koefisien reliabilitas tes karakter peduli sosial sebesar (0,544) termasuk kategori sedang dan skala penilaian diri sebesar (0,742) termasuk kategori tinggi yang diukur menggunakan teknik Alpha Cronbach. Kuesioner validasi efektivitas model diukur menggunakan formula Kuder-Richardson dengan hasil hitung sebesar (0,8739) termasuk kategori tinggi. Teknik analisis data yang dipakai adalah kategorisasi dan uji Wilcoxon Signed Two Ranks.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) terdapat peningkatan karakter peduli sosial siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016, 2) karakter peduli sosial pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016 secara siginifikan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dari mean sebesar 59,33 pada

pre test menjadi 64,75 pada post test, signifikansi senilai 0,003, 3) terjadi peningkatan karakter peduli sosial antar siklus, 4) implementasi pendidikan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning efektif meningkatkan karakter peduli sosial siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016.

(10)

ix ABSTRACT

IMPROVEMENT ON SOCIAL CARE CHARACTER BASED ON CLASSICAL GUIDANCE SERVICE USING EXPERIENTIALLEARNING APPROACH (Guidance and Counseling Action Research on Class VII C Students ofSMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Batch 2015/2016)

Fransisca Ade Karunia Putri Sanata Dharma University

This study aims to analyze: 1) how high the improvement of students' social care character before and after the implementation of classical guidance services using experiential learning approach to class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016, 2) the significance of the improvement in the students' social care character before and after the service was provided, 3) the improvement in the implementation result of social care character education through the classical guidance services using experiential learning approach in class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016 in between cycles, 4) effectiveness of the implementation of social care character education through classical guidance services using experiential learning approach based on the students' assessment.

This is an action research on guidance and counseling. The subjects in this study were class 24 VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016. Data were collected using Social Care Character Test, Self-Assessment Scale, and Model Effectiveness Validation Questionnaire. The reliability coefficient of social care character test was (0,544) which was categorized as moderate and of the self-assessment scale was (0,742) which was categorized as high measured using Alpha Cronbach technique. The model effectiveness validation questionnaire was measured using Kuder-Richardson formula with the results of (0.8739) which was categorized as high. The data analysis techniques used were the categorization and Wilcoxon Signed Two Ranks test.

The study results show that: 1) there is an improvement in the social care character in the class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016, 2) the social care character of class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016 can be improved significantly through the classical guidance services using experiential learning approach based on the mean of 59.33 in the pre-test into 64.75 in the post-test, with significance value of 0.003, 3) there is an improvement in social care character between the cycles, 4) the implementation of social care character education through classical guidance services using experiential learning approach effectively improves the social care character of class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan kasih-Nya sehingga Peneliti mampu menyelesaikan tuga akhir

dengan judul “Peningkatan Karakter Peduli Sosial Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C SMP Taman

Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” dengan baik dan

lancar.

Peneliti menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang ikut terlibat

dalam mendampingi, membimbing, mengingatkan serta mendukung

Peneliti menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, Peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

sabar, memberi dukungan dan bimbingan hingga Peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Segenap dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

bimbingan dan pendampingan selama Peneliti menempuh studi.

4. Stefanus Priyatmoko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan

sabar selama Penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan

dan Konseling.

5. Bapak Yohanes Budi Santoso dan Ibu Maria Suparsih selaku orang tua

yang telah memberikan dukungan, doa, serta nasihat kepada Peneliti

selama menempuh studi.

6. Kakak, keponakan, saudara yang selalu menjadi sumber inspirasi dan

motivasi bagi Peneliti.

7. Untuk sahabat-sahabat seperjuangan menulis Okdarina, Donald

Ivantoro, Yosep Yoga dan Rani Prihana yang saling mendukung dan

(12)

xi

8. Tim PKM-M Sri Main Dokar 2015 Okda, Gesta, Yoga, Dicky dan Ibu

Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A.

9. Sahabat terkasih yang selalu mendukung dan mendoakan selama

proses studi Elisabet Dwi Retno, Noviyana Sari, Hillary Deadinda,

Bernadeta Saridewi, Astrid Chintya, Christanti Nevita, dan Chrisna

Irawati.

10.Teman-teman angkatan 2013 yang selalu kompak dalam memberikan

dukungan serta doa satu sama lain.

11.Seluruh pihak SMP Taman Dewasa Jetis yang sudah memberikan

kesempatan bagi Peneliti untuk melaksanakan penelitian guna tugas

akhir ini.

12.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu persatu,

terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya. Akhir kata, atas perhatian dan

kesempatan yang diberikan, Penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 10 Februari 2017

Peneliti

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR GRAFIK...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...6

C. Pembatasan Masalah...7

D. Rumusan Masalah...8

E. Tujuan Penelitian...8

F. Manfaat Penelitian...9

G. Definisi Istilah... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA...12

(14)

xiii

1. Pengertian Karakter...12

2. Pengertian Pendidikan Karakter...13

3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan di SMP...14

4. Tujuan Pendidikan Karakter...17

5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter...18

6. Faktor-faktor Pendukung Pendidikan Karakter...20

7. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP...21

B. Hakikat Karakter Peduli Sosial...22

1. Pengertian Karakter Peduli Sosial...22

2. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Peduli Sosial..22

3. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Peduli Sosial...23

4. Aspek Peduli Sosial...23

C. Hakikat Remaja...25

1. Pengertian Remaja...25

2. Ciri-ciri Remaja...25

3. Tugas Perkembangan Remaja...28

4. Urgensitas Peningkatan Karakter Peduli Sosial Pada Remaja..29

D. Hakikat Bimbingan Klasikal...30

1. Pengertian Bimbingan Klasikal...30

2. Tujuan Bimbingan Klasikal...31

3. Manfaat Bimbingan Klasikal...32

4. Langkah-langkah Persiapan Bimbingan Klasikal...34

5. Strategi Pelaksanaan Bimbingan Klasikal dalam Bimbingan Dan Konseling...35

E. Hakikat Experiential Learning...39

1. Pengertian Experiential Learning...38

2. Tujuan Experiential Learning...40

3. Model Pembelajaran dalam Experiential Learning.....40

4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning...42

5. Kelebihan PendekatanExperiential Learning...43

(15)

xiv

G. Kerangka Pikir...44

H. Hipotesis Penelitian...46

BAB III METODE PENELITIAN...47

A. Jenis dan Desain Penelitian...47

B. Setting dan Waktu Penelitian...56

C. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...59

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...60

1. Teknik Pengumpulan Data...60

2. Instrumen Pengumpulan Data...61

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen...67

1. Validitas Kuesioner...67

2. Reliabilitas Instrumen...73

F. Teknik Analisis Data...77

1. Analisis One Group Pretest – Posttest Peningkatan Karakter Peduli Sosial...77

2. Uji WilcoxonSigned Two Ranks Test...78

3. Kategorisasi Capaian Skor Tes dan Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial...79

4. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter...81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...83

A. Deskripsi Keterlaksanaan Penelitian...83

B. Hasil Penelitian...93

C. Pembahasan...105

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN...113

A. Kesimpulan...113

B. Keterbatasan Penelitian...114

C. Saran...114

DAFTAR PUSTAKA...116

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Model Experiential Learning...41

Tabel 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan...57

Tabel 3.2 Mitra Kolaborasi...58

Tabel 3.3 Topik Bimbingan Per Siklus...59

Tabel 3.4 Indikator Keberhasilan...60

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Karakter Peduli Sosial...63

Tabel 3.6Topik Bimbingan dan Nomor Item Skala Penilaian Karakter Peduli Sosial...65

Tabel 3.7 Pedoman Observasi...67

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Tes Karakter Peduli Sosial...69

Tabel 3.9Hasil Uji Validitas Skala Penilaian Diri...70

Tabel 3.10 Validitas Skala Validasi Efektivitas Model...73

Tabel 3.11 Norma Kategorisasi Reliability Statistic Guilford...74

Tabel 3.12 Reliabilitas Tes Karakter Peduli Sosial...75

Tabel 3.13Reliabilitas Skala Penilaian Diri...75

Tabel 3.14 Reliabilitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model Menurut Siswa....77

Tabel 3.15 Norma Kategorisasi...80

Tabel 3.16 Norma Kategorisasi Tes Karakter Peduli Sosial Siswa Kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran2015/2016...80

Tabel 3.17Norma Kategorisasi Berdasarkan Skala Penilaian Diri Siswa...81

Tabel 4.1 Hasil Presentase Pre dan Post Test...94

Tabel 4.2 Uji Sampel Berpasangan Pre dan Post Test Siswa Kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2015/2016...97

Tabel 4.3 Peningkatan Karakter Peduli Sosial Setiap Siklus Implementasi Pendidikan Karakter...99

Tabel 4.4 Validasi Efektivitas Model Responden Siswa...102

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Experiential Learning Cycle and Basic Learning Styles...40

Gambar 2.2 Kerangka Pikir...45

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model

(18)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Rata-rata Skor Pre dan Post Test Karakter

Peduli Sosial Siswa...93

Grafik 4.2Perkembangan Karakter Peduli Sosial Sebelum dan

Sesudah Pemberian Layanan...96

Grafik 4.3 Peningkatan Karakter Peduli Sosial Siswa Setiap Siklus...101

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Satuan Layanan Bimbingan Proaktif...119

Lampiran 2 Satuan Layanan Bimbingan Peduli Terhadap Sesama...130

Lampiran 3 Satuan Layanan Bimbingan Menghargai Orang Lain...143

Lampiran 4 Instrumen Tes Karakter Peduli Sosial...153

Lampiran 5 Instrumen Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial...158

Lampiran 6 Tabulasi Data...160

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Tes Karakter Peduli Sosial...173

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial....176

Lampiran 9 Reliabilitas Tes Karakter Peduli Sosial...178

Lampiran 10 Reliabilitas Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial...179

Lampiran 11 Hasil Uji Wilcoxon Signed Two Ranks...180

Lampiran 12 Pedoman Observasi...181

Lampiran 13 Instrumen Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)...182

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)...183

Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)...186

Lampiran 16 Presensi Siswa...188

Lampiran 17 Dokumentasi Kegiatan...189

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

batasan istilah.

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Seturut dengan Pasal 3 Undang-Undang

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, saleh, sabar, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Dharma, Kesuma,

dkk (2011)). Mencermati tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan nasional

memiliki peranan yang strategis karena langsung mengarah pada

pengembangan potensi siswa. Potensi-potensi yang dikembangkan

membentuk karakter siswayangsemakin cerdas dan utuh.

Menurut Hurlock (1980), individu yang mengalami proses

pendidikan di sekolah akan mengalamiperkembangan sikap, nilai, perilaku

dan konsep diri. Perkembangan tersebut mendorong individu untuk

menyesuaikan diri terhadap dirinya maupun orang lain. Perkembangan yang

dicapai akan membentuk karakter pribadi yang semakin matang. Oleh sebab

itu, pendidikan dirasa penting untuk mencapai kematangan karakter

(21)

2

Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan seturut dengantujuan

pendidikan nasional yakni mewujudkan siswa yang berkualitas.

Berdasarkan hal itu, pendidikan di sekolah tidak hanya mengedepankan

ilmu akademik saja, melainkan juga perlu dibarengi dengan kematangan

karakter siswa. Kematangan karakter mendorongsiswaagar

semakinmemahami (kognitif), menghayati (afeksi) nilai-nilai karakter dan

menginternalisasikan dalam kehidupan nyata. Nilai karakter yang dapat

diterapkan oleh siswadalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud

keberhasilan proses pendidikan itu sendiri.

Suparno (2015) mengartikan pendidikan sebagai usaha membantu

siswa untuk semakin berkarakter melalui metode-metode yang khas sesuai

dengan situasi siswa. Saat ini banyak lembaga sekolah yang menerapkan

pendidikan karakter dengan metode terintegrasi guna mewujudkan karakter

cerdas dan utuh pada siswa. Akan tetapi, metode yang digunakan belum

menunjukkan hasil yang menggembirakan. Faktanya pada saat ini nilai

karakter pada siswa justru semakin merosot. Data yang dicatat oleh KPAI

menunjukkan bahwa pada tahun 2014 terdapat67 kasus siswa sekolah di

Indonesia terlibat sebagai pelaku bullyingdan bertambah menjadi 79 kasus

di tahun 2015. (http://nasional.republika.co.id). Faktor metode yang tidak

tepat dinilai sebagai penyebab permasalahan ini.

Fenomena kemerosotan nilai karakter yang juga memprihatinkan

ialahtawuran pada siswa sekolah. Hasil data pada tahun 2014 menunjukkan

(22)

3

kasus pada tahun 2015(http://nasional.republika.co.id).Menurut Ketua KPAI

Asrorun Ni‟am Sholeh pada 30 Desember 2015 mengatakan bahwa

kurangnya faktor keteladanan dari guru kepada peserta didik, internalisasi

semangat tanggung jawab dan kewajiban dalam dirisiswa yang belum

optimal dianggap menjadi penyebab merosotnya nilai karakter.

Nilai karakter pada siswa sekolahyang semakin merosot,

menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter di sekolah masih

mengalami kelemahan. Berdasarkan hasil evaluasi (Barus,2015) terkait

pelaksanaan pendidikan karakter di SMP, lemahnya pendidikan karakter

disebabkan oleh adanya hambatan yang dialami pihak sekolah saat

pelaksanaan pendidikan karakter. Hambatan yang dialami yakni tidak

operasionalnya pedoman pendidikan karakter, integrasi nilai karakter masih

sekedar tempelan, tidak tersedia alat dan cara evaluasi, penanaman nilai

karakter hanya pada tataran kognisi, dan tidak adanya kolaborasi antar

gurumata pelajaran dengan guru BK selama pelaksanaan pendidikan

karakter.Kelemahan itulah yang mengakibatkan nilai karakter siswa belum

dapat dimaknai dan diinternalisasikan dalam kehidupan nyata.

Di setiap sekolah, pelaksanaan pendidikan karakter menerapkan

metode-metode yang khas. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMP

Taman Dewasa Jetis menerapkan pendidikan karakter secara terintegrasi

yakni guru mata pelajaran berperan langsung dalam pembentukan karakter

siswa. Metode yang sering dilakukan adalah pemberian pujian dan nilai baik

(23)

4

pemberian teguran dan sanksi juga diberlakukan ketika siswa melakukan

tindakan yang tidak sesuai dengan aturan sekolah. Akan tetapi penggunaan

metode-metode yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan

karakterbelum menunjukkan hasil yang optimal.

Berdasarkanwawancara, guru BK SMP Taman Dewasa Jetis

mengungkapkan bahwa terdapat siswa yang menunjukkan gejala perilaku

peduli sosial yang rendah seperti mengejek teman, tidak mendengarkan

instruksi guru, mengobrol dengan teman, dan mengganggu teman lain saat

aktivitas belajar. Indikasi tersebut ditambah dengan adanya siswa yang

terlibat dalam anggota geng sekolah. Mengetahui adanya perilaku-perilaku

tersebut, pihak sekolah langsung memberi teguran dan sanksi berupa poin

sesuai pelanggaran yang dilakukan. Pemberian teguran dan sanksi yang

diberlakukan oleh sekolah nampaknya belum dibarengi dengan penanaman

nilai-nilai karakter sebagai langkah preventif maupun kuratif. Melihat dan

menyadari hal itu, maka pemberian informasi-informasi yang relevan terkait

nilai-nilai karakter pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis perlu dilakukan,

khususnya nilai karakter peduli sosial.

Karakter peduli sosial juga dapat disebut sebagai perilaku prososial.

Staub (Desmita, 2009) menjelaskan bahwa perilaku prososial merupakan

tindakan sukarelauntuk membantu orang lain atas dasar rasa tanggung

jawab. Perilaku prososial yang ditunjukkan oleh sesorang berdasarkan

dorongan dari dalam diri tanpa ada keinginan untuk dipuji. Perilaku

(24)

5

dengan orang-orang di sekitarnya. Seseorang yang memiliki perilaku

prososial telah mampu mencapai tugas perkembagan sosialnya.

Perkembangansosial remaja awaldapat ditunjukkan dengan dorongan

yang kuat untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dan adanya usaha

untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di

lingkungannya (Ali & Asrori, 2005). Perkembangan sosial pada remaja

tersebut dapat mempengaruhi karakter pribadi. Apabila siswa remaja

mengalami hambatan dalam proses perkembangan sosialnya,maka

akanmempengaruhi interaksinya terhadapteman, keluarga, guru maupun

orang lain di sekitarnya. Hambatan inilah yang menjadi keprihatinan

peneliti untuk menekankan perlunya pendidikan karakterpada siswa kelas

VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016.

Berdasarkan indikasi kurangnya nilai karakter peduli sosial pada

siswa dan adanya hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP

Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016, peneliti mencoba

mendesain sebuah model pendidikan karakter. Pendidikan karakter

diimplementasikan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learningyang belum pernah digunakan di sekolah

ini.Bimbingan klasikal yang diterapkan memuat topik-topik bimbingan

mengenai karakter peduli sosial, antara lainProaktif, Peduli Terhadap

Sesama, dan Menghargai Orang Lain. Model pendidikan karakter ini juga

(25)

6

experiential learning guna mewujudkan nilai karakter peduli sosial kepada

siswa.

Hasil dari implementasi pendidikan karakter ini diukur melalui

kuesioner berupa alat tes karakter peduli sosial yang diberikan pada saat

sebelum (pre test) dan sesudah (post test) implementasi. Selain itu,

kuesioner yang diberikan berupa skala penilaian karakter peduli sosial

kepada siswa untuk melihat peningkatan karakter usai pemberian tindakan

di setiap siklus. Hasil tes dan skala penilaian diri tersebut dihitung dan

dianalisis agar dapat melihat capaian nilai karakter peduli sosial setelah

diberikan tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

tindakan bimbingan dan konseling mengenai “Peningkatan Karakter Peduli

Sosial Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan

Experiential Learning pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa

Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, data pengamatan dan

data wawancara awal masalah-masalah yang teridentifikasi adalah sebagai

berikut:

1. Pendidikan karakter bagi siswa belum terlaksana secara optimal.

2. Pendidikan karakter terintegrasi penekanannya masih pada ranah

(26)

7

3. Masih terdapat siswa di sekolah yang terlibat sebagai pelaku bullying

dan jumlahnya bertambah.

4. Masih terdapat siswa di sekolah terlibat tawuran dan jumlahnya

meningkat.

5. Adanya hambatan terkait pelaksanaan pendidikan karakter di SMP.

6. Adanya kemerosotan nilai karakter peduli sosial pada siswa sekolah.

7. Adanya indikasi kurangnya karakter peduli sosialseperti mengejek

teman, mengganggu teman, tidak mendengarkan instruksi saat guru

memberikan penjelasan, mengobrol dengan teman lain saat aktivitas

belajar, keterlibatan dalam anggota geng pada siswa kelas VII C di

SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

8. Belum ada informasi yang relevan terkait nilai karakter peduli sosial di

SMP Taman Dewasa Jetis.

9. Belum ada penelitian mengenai karakter peduli sosial di SMP Taman

Dewasa Jetis.

10.Belum pernah diterapkan layanan bimbingan klasikal dengan

pendekatan experiential learning di SMP Taman Dewasa Jetis.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi

pengkajian pada poin 7, 8, 9 dan 10. Fokus kajian penelitian ini diarahkan

pada upaya peningkatan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan

(27)

8 D. Rumusan Masalah

Berangkat dari beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian

ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus sorot PTBK sebagai

berikut:

1. Apakahkarakter peduli sosialsiswadapat ditingkatkan antar sebelum dan

sesudah implementasi layanan bimbingan klasikal dengan penerapan

pendekatan experiential leraning pada siswa kelas VII C SMP Taman

Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016?

2. Apakah karakter peduli sosialsiswa meningkat secara signifikan melalui

layanan bimbingan klasikal dengan penerapan pendekatan experiential

learning?

3. Seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter

peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential leraning pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis

tahun ajaran 2015/2016 antar siklus?

4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter peduli sosialmelalui

layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

berdasarkan penilaian siswa?

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkankarakter peduli sosialsiswa melalui implementasi layanan

(28)

9

pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran

2015/2016

2. Menganalisis signifikansi peningkatan karakter peduli sosialmelalui

layanan bimbingan klasikal dengan penerapan pendekatan experential

learning.

3. Menganalisispeningkatan hasil implementasi pendidikan karakter

peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

epxeriential learning pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis

tahun ajaran 2015/2016 antar siklus.

4. Mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter peduli

sosialmelalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning berdasarkan penilaian siswa.

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

bahan kajian tentang implementasi pendidikan karakter berbasis

layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

dalam upaya peningkatkan karakter peduli sosial baik secara konsep

(29)

10

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK

sebagai dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan

menerapkan pendekatanexperiential learning.

b. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui efektivitas model pendidikan karakter

melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential

learning guna meningkatkan karakter peduli sosial bagi siswa di

SMP. Selain itu, peneliti juga berkesempatan untuk berlatih

mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan dalam bimbingan dan

konseling guna meningkatkan karakter siswa.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkankarakter peduli

sosial siswa di sekolah, keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

d. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk

mengaplikasikan layanan bimbingan klasikal

denganpendekatanexperiential learningguna meningkatkan karakter

peduli sosial disuatu kegiatan.

G.Definisi Istilah

1. Karakter dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai perilaku manusia

(30)

11

manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan serta perbuatan berdasarkan norma-norma,

agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

2. Pendidikan karakteryang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap TuhanYang Maha

Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaansehingga

menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.

3. Karakter peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin

memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

4. Bimbingan klasikal adalah pemberian layanan bimbingan dengan

mengangkat topik bahasan tertentu yang dilakukan secara klasikal atau

melibatkan siswa di dalam kelas.

5. Pendekatan experiential learning adalah pembelajaran yang

mendorong seseorang untuk terlibat aktif sehingga terwujud

(31)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter peduli

sosial, hakikat bimbingan klasikal, dan hakikatexperiential learning.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter

Menurut Prayitno & Manullang (2011), karakter adalah sifat

pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi

penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Karakter

pribadi seseorang terbentuk berdasarkan pada kaidah agama, ilmu dan

teknologi, hukum, adat dan kebiasaan yang tercermin dalam perilaku

sehari-hari.

Ki Hadjar Dewantara (Zubaedi, 2011) mengartikan karakter sama

dengan watak yang terbentuk dari karakter biologisdan dipengaruhi oleh

unsur pendidikan yang diterima. Perpaduan antara karakter biologis dan

unsur pendidikan tersebut menghasilkan kualitas manusia yang halus budi

dan jiwa, berpikir secara logis, kecekatan raga dan memiliki kesadaran

akan kekurangan dan kelebihan dirinya. Karakter yang dihasilkan dapat

menetap dan menjadi kekhasan bagi setiap individu.

Suyanto (Zubaedi, 2011:11) mengartikan karakter adalah cara

berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup

dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara. Dalam hal ini, karakter sangat mempengaruhi seseorang dalam

(32)

13

Suparno (2015: 29) mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai dan

sikap hidup setiap orang yang bersifat positif yang dapat mempengaruhi

tingkah laku, cara berpikir dan bertindak hingga akhirnya menjadi tabiat

dalam hidupnya. Karakter sifatnya akan menetap apabila terus

dikembangkan, maka dari itu nilai karakter yang khas dapat menjadi

pendorong bagi setiap individu untuk menginternalisasikan nilai karakter

itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa karakter sudah dimiliki oleh setiap

individu sejak lahir. Karakter akan semakin berkembang dan menetap

apabila terdapat perpaduan antara karakter biologis denganpendidikan

yang diterima oleh setiap individu. Karakter khas yang dimiliki oleh

setiap individu menjadi pendorong untuk menginternalisasikannya dalam

kehidupan sehari-hari. Internasilasi nilai karakter tersebut ditunjukkan

oleh individu dengan cara berpikir logis, halus budi dan jiwa dalam

menghadapi situasi, kecekatan raga dan memiliki kesadaran akan dirinya

sendiri.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Lickona (2012) memaparkan pendidikan karakter sebagai proses

membantu individu dalam memahami, peduli dan bertindak sesuai dengan

nilai-nilai etis yang ada. Pendidikan karakter membangun individu

menjadi pribadi yang memiliki kesesuaian berdasarkancara pandang dan

(33)

14

Samani & Hariyanto (2013) menjelaskan bahwa pendidikan

karakter merupakan proses pemberian bantuan kepada siswa agar menjadi

manusia berkarakter utuh. Pendidikan karakterdimaknai sebagai usaha

untuk menjadikan siswa semakin mengenal, peduli dan menghayati setiap

nilai-nilai hingga tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter digunakan dalam rangka membantu siswa agar

dapat mengalami, memperoleh dan memiliki karakter kuat yang

diinginkan. Harapannya, melalui pendidikan karakter dapat menghasilkan

pribadi-pribadi yang berkualitas. Pribadi yang berkualitas misalnya,

memiliki karakter menghargai orang lain dengan menunjukkan asumsi

dan tindakan yang mencerminkan bahwa dirinya memang menghargai

orang lain (Suparno, 2015).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan

karakter sebagai usaha untuk membantu siswa semakin mengenal, peduli

dan memiliki karakter baik. Hasil dari usaha itu dapat dicerminkan

melalui tindakan sehari-hari sesuai dengan nilai etis yang berlaku di

masyarakat.

3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan di SMP

Berdasarkan Pusat Kurikulum Balitbang Diknas (Suparno, 2015)

terdapat 18 nilai karakter yang perlu dikembangkan untuk siswa.

Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai

(34)

15 a. Nilai Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

gender, jenis kelamin, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

(35)

16

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

j. Semangat Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

k. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat pada diri seseorang yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik,sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu

(36)

17

m. Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan

bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang

lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan

sosial, baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial.

r. Tanggung Jawab

Sikapdan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

sertakewajibanyang seharusnya dilakukan.

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Lickona (2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter

(37)

18

orang-orang yang terlibat seperti keluarga, sekolah dan komunitas.

Pelaksanaan pendidikan karakter menjadi usaha yang benar-benar

dibutuhkan untuk membentuk individu menjadi lebih adil, peduli,

terhormat dan bertindak sesuai dengan kebenaran yang diyakini. Artinya

pendidikan karakter menjadi bekal bagi individu dalam menanggapi

persoalan yang terjadi di masyarakat dengan prinsip nilai-nilai yang

diyakini kebenarannya.

Kemendiknas (Zubaedi, 2011) menegaskan bahwa pendidikan

karakter sebagai langkah melaksanakan tujuan pendidikan nasional di

Indonesia. Pendidikan mengemban misi mengembangkan watak-watak

dasar yang perlu dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki esensi yang

sangat penting guna membangun pribadi-pribadi berwatak baik sehingga

dapat terinternalisasikan pada perilaku di masyarakat.

5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Kemendiknas (Samani & Hariyanto, 2013) berdasarkan grand

design pendidikan karakter pada tahun 2010 yang mewajibkan setiap

rumusan Standar Kompetensi Lususan (SKL) untuk memberikan

keterangan terkait karakter yang ingin dikembangkan. Untuk mencapai

SKL, perlu adanya prinsip pengembangan pendidikan karakter sebagai

(38)

19

a. Pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses tiada henti, dimulai dengan siswa memasuki bangku pendidikan hingga dapat

terjun ke masyarakat.

b. Pendidikan karakter dapat tertuang pada semua mata pelajaran baik pengembangan diri, budaya sekolah serta muatan lokal.

c. Nilai tidak diajarkan, melainkan dikembangkan dan dilaksanakan. Penanaman nilai-nilai karakter di sekolah hendaknya secara langsung

diinternalisasikan dalam proses belajar. Nilai-nilai tersebut tidak

dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika

mengajarkan suatu konsep, materi, teori, prosedur, atau pun fakta

seperti dalam mata kuliah atau pelajaran. Materi pelajaran biasa

digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai

karakter siswa. Oleh karena itu pendidik tidak perlu mengubah pokok

bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu

untuk mengembangkan nilai-nilai karakter.

d. Proses pendidikan dilakukan secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menegaskan bahwa proses memahami pendidikan karakter

dilakukan oleh siswa bukan oleh pendidik. Prinsip ini juga menyatakan

bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang

menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Hal ini mengajak

para guru untuk merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan

(39)

20

mengumpulkan informasi, mengolah hingga menumbuhkan nilai

karakter dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di luar sekolah.

6. Faktor-faktor Pendukung Pendidikan Karakter

Zubaedi (2012) memaparkan terdapat beberapa faktor-faktor

pendukung pendidikan karakter, yaitu:

a. Insting (naluri)

Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.

Insting memiliki corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia

dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.

b. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah perbuatan yang dikerjakan secara berulang

sehingga menjadi mudah melakukannya. Tindakan yang dilakukan

secara berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian,

makan, mandi, tidur, berolahraga.

c. Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung faktor keturunan yang diturunkan

oleh kedua orang tua sangat mempengaruhi pembentukan karakter

seseorang. Misalnya, pantulan sifat-sifat dari orang tua yang menurun

kepada anak.

d. Lingkungan

Lingkungan sebagai lingkup yang membentuk corak sikap dan tingkah

(40)

21

7. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

Barus (2015) memaparkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter

terintegrasi di SMP berpedoman pada aturanyang dibuat oleh Direktorat

Pembinaan SMP tahun 2010 yang dijadikan standar minimal ketentuan

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Ketentuan pelaksanaan

pendidikan karakter di sekolahtersebut hanya melibatkan guru mata

pelajaran yang menjadi subjek pelaksana pendidikan karakter.

Kenyataannya, proses pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan

oleh guru mata pelajaran mengalami hambatan. Hambatan-hambatan

umum dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter antara lain:

c. Tidak operasionalnya pedoman Pendidikan Karakter dari Direktorat Pembinaan SMP (2010),

d. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat acuan, belum dapat diterapkan,

e. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter,

f. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran kognitif, belum mengarah pada afeksi,

g. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; dan belum tercipta kolaborasi yang

baikantara para guru dan konselor/guru BK dalamimplementasi

(41)

22 B. Hakikat Karakter Peduli Sosial

1. Pengertian Karakter Peduli Sosial

Pupuh, dkk (2013) menjelaskan bahwa peduli sosial merupakan

sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bagi orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan. Maka dapat diketahui bahwa sikap peduli

sosial berdasarkan konsep pemikiran yang menggerakkan sikap dan

terwujud dalam tindakan nyata terhadap orang lain.

Karakter peduli sosial juga dapat diartikan sebagai bentuk sikap

prososial. Dayakisni & Hudaniah (2012) mendefinisikan prososial sebagai

sikap yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain, artinya sikap

yang ditunjukkan oleh seseorang berupa tindakan positif.

Dapat disimpulkan bahwa karakter peduli sosial sebagai bentuk

sikap yang ditunjukkan melalui tindakan nyata. Tindakan tersebut

melibatkan orang lain yang menimbulkan konsekuensi positif, seperti

tindakan memberi bantuan.

2. KarakteristikSiswa yang MemilikiKarakter Peduli Sosial

Karakter peduli sosial menggambarkan kemampuan individu untuk

melibatkan dirinya terhadap situasi sosial di sekitarnya secara spontan.

Sikap peduli dapat dilihat melalui beberapa karakteristik. Karakteristik

peduli sosial menurut Pupuh, dkk(2013) meliputi :

a. Ikut dalam berbagai kegiatan sosial,

b. Memberikan bantuan berupa pinjaman bagi yang membutuhkan,

(42)

23

d. Menghormati petugas-petugas sekolah,

e. Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan,

f. Menyumbang darah.

3. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Peduli Sosial

Karakter pribadi seseorang tidak dapat terwujud dengan sendirinya,

akan tetapi terdapat faktor-faktor yang mendasarinya. Staub (Dayakisni &

Hudaniah, 2012) memaparkanfaktor-faktor yang mendasari pembentukan

karakter peduli sosial (prososial) sebagai berikut :

a.Self Gain

Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan

sesuatu, misalnya mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain.

b.Nilai dan Norma

Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh

individu selama mengalami sosialisasi akan mengakibatkan individu

bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

c.Empati

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk ikut merasakan

perasaan atau pengalaman orang lain.

4. Aspek Peduli Sosial

Aspek peduli sosial menurut Eisenberg & Mussen (Dayakisni

(43)

24

a. Kejujuran (Honesty)

Kejujuran merupakan sifat ketulusan hati yang melekat pada diri

seseorang, jauh dari sifat bohong dan meragukan.

b. Kerja Sama(Cooperative)

Kerja sama merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh

beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama.

c. Menyumbang (Donating)

Menyumbang merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang

dengan memberikan sesuatu kepada orang lain, seperti menyumbang

tenaga, pikiran, dan material.

d. Menolong (Helping)

Menolong adalah usaha yang ditunjukkan oleh seseorang guna

meringkankan beban kesulitan atau penderitaan orang lain.

e. Berbagi (Sharing)

Tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk membagikan sesuatu

kepada orang lain, seperti secara ide dan pengalaman.

f. Kedermawanan (Generosity)

Kedermawanan merupakan kebaikan hati atau kemurahan hati terhadap

sesama manusia dengan menunjukkan usaha seperti menolong orang

sakit, memberi sedekah dan sebagainya.

g. Kemampuan Mempertimbangkan Hak dan Kesejahteraan Orang Lain

Seseorang yang memiliki jiwa sosial memiliki kemampuan dalam

(44)

25

melalui sikap dalam mempertimbangkan hak dan kesejahteraan setiap

orang.

Ketujuh aspek ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk

membuat kisi-kisi kuesioner karakter peduli sosial. Kuesioner karakter

peduli sosial dibuat berdasarkan dukungan aspek pembentuk sikap

peduli sosial.

C.Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

Hurlock (1980) menjelaskan bahwa remaja memiliki istilah bahasa latin yaitu adolescence mempunyai arti yang luas mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik. Adolescencejuga memiliki arti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Artinya, remaja merupakan periodemasa

transisi anak menjadi dewasa.Masa remaja dibagi menjadi 2, yaitu remaja

awal dan akhir yang memiliki rentang usia awal 13 tahun sampai 16atau

17 tahun. Setiap rentang usia tersebut, remaja memiliki karakteristik yang

semakin sesuai dengan tugas perkembangannya.

2. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelumnya.Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1980), antara lain :

a. Periode Penting

Masa remaja sebagai periode yang penting karena pada masa itu remaja

mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental

(45)

26

sikap dan perilaku. Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami

tersebut akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

b. Periode Peralihan

Masa remaja sebagai periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju

dewasa. Maka dari itu, dalam masa peralihan ini remaja akan

menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan

dirinya.

c. Periode perubahan

Masa remaja mengalami banyak perubahan seperti emosi, bentuktubuh,

minat, peran,serta perubahan konsep pada nilai-nilai yang dianut.

Remaja yang mengalami periode ini akan memunculkangejolak seperti

tidak siap menghadapi evolusi yang terjadi dalam dirinya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Remaja memiliki kecenderungan mengalami kesulitan dalam mengatasi

kesulitannya sendiri yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, pada masa

kanak-kanak, remaja memiliki kebiasaan dibantu dalam mengatasi

masalahnya. Kedua, para remaja merasa sudah memiliki kemampuan

untuk mengatasi kesulitannya sendiri dan menolak bantuan orang lain.

Kesulitan-kesulitan yang diselsesaikan oleh remaja sendiri sering

(46)

27 e. Masapencarian identitas diri

Masa remaja merupakan masa dimana remaja banyak mencari identitas

akan dirinya. Remaja akanberusaha untuk menjelaskanidentitas siapa

dirinya dan apa peranannya di dalam masyarakat.

f. Masa Remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Pada masa remaja timbul anggapan atau stereotip terkait dirinya bahwa

remaja memiliki kecenderungan tidak rapih, tidak dapat dipercaya,

cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa

disekitarnya harus membimbing dan mengawasi setiap perilakunya.

Menerima stereotip ini menimbulkan kekhawatiran bagi remaja tentang

dirinya, sehingga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap

dirinya sendiri.

g. Masa Remaja sebagai usia yang tidak realistik

Remaja memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang

diinginkan, bukan sebagaimana adanya terlebih terkait cita-cita. Pada

masa ini, remaja lebih sensitif, mudah kecewa, sakit hati dan marah

apabila tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Semakin tidak

realistik cita-cita remaja maka akan semakin meninggi pula emosinya,

hal ini merupakan ciri khas dari remaja.

h. Masa Remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan pada diri remaja menuju

dewasa, remaja justru mengalami kegelisahan untuk meyakinkan

(47)

28

memiliki kecenderungan untuk berperilaku seperti orang dewasa yakni

mencoba merokok, minum minuman keras, terlibat perbuatan seks dan

lain-lain. Hal demikian dianggap akan membentuk citra dewasa pada

dirinya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Masa remaja akan mengalami banyak perubahan dalam hal

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan pada

diri remaja diharapkan ada kesesuaian. Hurlock (1980) tugas

perkembangan remaja meliputi:

a.Mampu menerima keadaan fisik.

b.Mampu menerima dan memahami peran seks usia remaja.

c.Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

d.Mencapai kemandirian emosional.

e.Mencapai kemandirian ekonomi.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan

untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g.Memahami dan mengunternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua.

h.Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

(48)

29

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.

Tugas perkembangan remaja dapat menjadi dasar pembentukan

karakter. Seturut dengan penelitian ini yang berfokus pada karakter

peduli sosial, ketercapaian tugas perkembangan yang menggambarkan

karakter peduli sosial merujuk pada poin c, f dan h. Ketiga poin tersebut

dapat menjadi acuan dalam pembentukan karakter peduli sosial bagi

remaja. Menurut Oswald Kroch (Desmita, 2009) remaja akan mulai

memiliki kesadaran dalam bersikap secara wajar dalam menghadapi

orang lain. Remaja akan menggambarkan sikap menghargai pendapat

orang lain serta dapat memberikan toleransi terhadap keyakinan orang

lain. Remaja mulai menyadari bahwa orang lain memiliki hak yang sama.

Seturut dengan pernyataan tersebut Maria Montessori (Desmita, 2009)

juga memaparkan bahwa usia remaja ialah periode penemuan diri dan

kepekaan terhadap lingkungan sosialnya. Disimpulkan bahwa karakter

peduli sosial pada remaja dapat diinternalisasikan dalam kehidupan nyata

apabila tugas perkembangan pada poin c, f dan h dapat tercapai.

4. Urgensitas Peningkatan Karakter Peduli Sosial Pada Remaja

Hurlock (1978)menjelaskan bahwa perkembangan perilaku sosial

terjadi pada masa pubertas atau remaja. Perilaku yang rawan muncul

adalah sikap anti sosial yang mengakibatkan remaja mengalami bahaya

dalam perkembangan sosialnya. Bahaya yang mungkin dialami yakni,

(49)

30

ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri secara tepat, timbulnya

prasangka dan sebagainya sehingga membentuk konsep diri dan reputasi

yang kurang baik terhadap lingkungan sosial. Berdasarkan hal tersebut,

karakter peduli sosial penting untuk ditingkatkan karena dapat

menciptakan perilaku sosial yang sesuai denganperkembangan diri remaja.

Selain itu, menurut Takdir (2014) gencarnya budaya global dan

gaya hidup yang semakin membius di kalangan remaja Indonesia saat ini,

tidak dipungkiri jika pendidikan karakter memang diperlukan untuk

membentuk kepribadian luhur sesuai nilai, norma dan agama.

Pembentukan kepribadian luhur berlandaskan pendidikan yang diterima di

sekolah selain keluarga hendaknya membina perilaku remaja dalam

menghadapi tantangan globalisasi dan gaya hidup pada saat ini. Maka dari

itu, pembentukan kepribadian remaja melalui pendidikan karakter secara

holistik dirasa penting agar menghasilkan lulusan yang cerdas,

berintegritas, loyal, peduli terhadap sesama, hormat, taat aturan,

bertanggung jawab dan berakhlak.

D. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Winkel & Hastuti (2013) menjelaskan bahwa bimbingan klasikal

merupakan layanan kegiatan yang diberikan oleh guru BK dalam yang

mencakup berbagai bidang seperti bidang akademik, sosial, pribadi, dan

karier. Bidang bimbingan yang diberikan dapat membantu mencapai aspek

(50)

31

Bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi layanan dasar

berupa layanan kegiatan yang diberikan kepada sejumlah siswa/ konseli

yang dilaksanakan secara tatap muka antara guru BK atau konselor dengan

siswa di dalam kelas. Layanan kegiatan yang diberikan berupa pemberian

bimbingan yang sifatnya pencegahan, pengembangan dan pemeliharaan.

Metode yang diberikan dalam bimbingan klasikal berupa diskusi, bermain

peran dan ekspositori(Kemendikbud Direktorat Jendral Guru dan Tenaga

Kependidikan, 2016).

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan

kegiatanyang dirancangoleh guru BK kepada siswa secara tatap muka di

dalam kelas. Bimbingan yang diberikan mencakup berbagai bidang yang

sifatnya membantu mencapai setiap aspek perkembangan siswa.

2. Tujuan Bimbingan Klasikal

Kegiatan layanan bimbingan klasikal bertujuan membantu siswa

mencapai kemandirian dalam kehidupannya, mencapai perkembangan yang

utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karir serta

mencapai keselarasan antara pikiran, perasaan dan perilaku.Tujuan

bimbimngan klasikal guna membantu mecapai perkembangan siswa

(Kemendikbud, 2016).

Menurut Barus (2015) bimbingan klasikal digunakan untuk

mengembangkan dimensi sosial-psikologis, keterampilan hidup,klarifikasi

nilai, dan perubahan sikapperilakuindividu dalam kelompok. Bimbingan

(51)

32

lebih luas, bimbingan klasikal membantu individu-individu dalam

mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang

menunjang pada perwujudan tingkah laku.

Dapat diketahui bahwa bimbingan klasikal memiliki andil yang besar

dalam proses mencapai perkembangan sehingga membentuk karakter

tertentu pada siswa di sekolah. Layanan bimbingan klasikal memiliki sifat

yang fleksibel karena dapat dipalikasikan untuk pengembangan,

pencegahan, perbaikan hingga pemeliharaan.

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

Menurut Hartinah (2009) menguraikan bahwa bimbingan secara

bersama-sama dalam kelasmemiliki manfaat sebagai berikut :

a. Bimbingan secara bersama-sama akan membantu tenaga pembimbing

yang terbatas jumlahnya. Secara klasikal pembimbing akan memberikan

pelayanan kepada siswa secara menyeluruh.

b. Melalui bimbingan klasikal, siswa dilatih untuk menghadapi dan

memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Dengan demikian,

siswa dilatih untuk saling bekerja sama.

c. Siswa yang dihadapkan untuk memecahkan masalah bersama, secara

tidak langsung didorong untuk berani mengemukakan pendapat serta

menghargai pendapat orang lain.

d. Informasi yang dibutuhkan oleh siswa dapat dibagikan oleh pembimbing

(52)

33

e. Melalui bimbingan secara bersama, siswa akan menjadi lebih sadar jika

mendapat bimbingan secara lebih mendalam oleh pembimbing.

f. Bagi pembimbing baru, melaksanakan layanan bimbingan secara

bersama-sama dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapat

kepercayaan dari murid.

Hartinah, 2009 : 9-10 memaparkan bahwa pelaksanaan bimbingan

dengan pendekatan kelompok juga memiliki keuntungan yang besar dalam

pembentukan karakter yang diharapkan antara lain sebagai berikut:

a. Siswa bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman-teman

kelompok, selain itu juga dapat membandingkan potensi dirinya

dengan yang lain. Siswa dibantu dalam menemukan dirinya dan dapat

membantu kawannya menemukan dirinya. Kecenderungan tersebut

didorong dengan dasar bahwa siswa adalah makhluk individu dan

sebagai makhluk sosial.

b. Melalui kelompok, sikap-sikap positif siswa dapat dikembangkan

seperti toleransi, saling menghargai, kerja sama, tanggung jawab,

disiplin, kreativitas, dan sikap-sikap positif lainnya.

c. Melalui kelompok, dapat menghilangkan beban-beban moril seperti

malu, penakut, dan sifat-sifat egoistis, agresif, manja dan sebagainya.

d. Melalui kelompok, dapat menghilangkan ketegangan emosi, konflik,

kekecewaan, sikap saling curiga, iri hati dan lainnya.

e. Melalui kelompok dapat mengembangkan gairah hidup dalam

(53)

34

4. Langkah-langkah Persiapan Bimbingan Klasikal

Langkah-langkah persiapan bimbingan klasikal menurut

Kemendikbud(2016) sebagai berikut:

a. Persiapan

1) Mengajukan masuk kelas 2 jam setiap kelas/minggu untuk

ditetapkan pimpinan sekolah sesuai kalender akademik sekolah.

2) Mempersiapkan topik materi bimbingan klasikal yang dirumuskan

berdasarkan Standar Kompetensi Kemandirian Siswa (SKKPD)

(Ditjen PMPTK, 2007) terkait masalah yang dihadapi siswa/konseli

yang diakses menggunakan AUM atau DCM dan instrumen lainnya

yang relevan.

3) Menyusun rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dengan

menggunakan sistematika yang disajikan dalam format RPL.

4) Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan

klasikal yang akan diberikan.

b. Pelaksanaan

1) Melaksanakan layanan bimbingan klasikal sesuai jadwal dan materi

yang telah dirancang.

2) Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan

klasikal yang telah diberikan.

3) Mencatat peristiwa dan atau hal-hal yang perlu perbaikan dan atau

tindak lanjut setelah layanan bimbingan klasikal dilaksanakan.

(54)

35

1) Melakukan evaluasi proses layanan bimbingan klasikal.

2) Melakukan evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal yang telah

diberikan.

5. Strategi/ Teknik Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Romlah (2001) memaparkan bahwa strategi atau teknik bimbingan klasikal digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai. Untuk mendukung tujuan dari pemberian layanan bimbingan,

maka diperlukan adanya strategi, antara lain:

a. Pemberian Informasi

Pemberian informasi juga disebut sebagai metode ceramah.

Pemberian informasi merupakan penjelasan yang disampaikan oleh

pembicara kepada pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi

mencakup tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Keuntungan dari teknik ini ialah dapat melayani banyak orang, efisiensi

waktu, tidak banyak memerlukan fasilitas, dan mudah dilakukan. Akan

tetapi, teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu, sering dilakukan

secara monolog, pendengar menjadi kurang aktif, dan menuntut

keterampilan bicara yang baik dari pembicara agar menarik.

b. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan percakapan yang dilakukan oleh tiga

(55)

36

Melalui diskusi kelompok, seseorang dapat mengembangkan potensi

dalam diri, mengembangkan kesadaran diri, dan mengembangkan

pandangan baru terkait hubungan antar manusia.

c. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah mengajarkan seseorang untuk mencari solusi

yang tepat dari suatu permasalahanmelalui langkah-langkah yang

sistematis. Langkah-langkah tersebut antara lain:

1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah,

2) Mencari sumber dan sebab-sebab masalah,

3) Mencari alternatif pemecahan masalah,

4) Menguji setiap alternatif pemecahan masalah,

5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan,

6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.

d. Bermain Peran

Bennett (Romlah, 2001) menjelaskan bahwa bermain peran

bermanfaat mengembangkan keterampilan dan dapat mempelajari

hubungan antar manusia dengan cara memerankan situasi yang sesuai

dengan kehidupan nyata. Terdapat dua macam bermain peran yakni

sosiodrama dan psikodrama. Sosiodrama merupakan permainan

peranan yang ditunjukkan untuk memecahkan masalah sosial. Pemeran

diberi kesempatan untuk menghayati situasi masalah yang terjadi,

(56)

37

Sedangkan psikodrama merupakan proses bermain peran yang

dilakukan seseorang guna mengurangi konflik atau ketegangan dalam

dirinya (psikis). Melalui psikodrama, seseorang dapat memperoleh

pengertian yang baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menilik

kebutuhan-kebutuhan pribadi serta menyatakan reaksi terhadap

tekanan-tekanan yang dialami.

e. Permainan Simulasi (Simulation Games)

Permaian simulasi bertujuan untuk membantu seseorang untuk

dapat merefleksikan situasi-situasi yang nyata. Simulasi permainan

dilakukan dengan cara bermain peran dan diskusi terkait situasi nyata

yang menjadi topik bahasan.

f. Home Room

Home Roommerupakan program kegiatan yang dilakukan oleh

guru untuk membahas hal-hal yang diperlukan. Kegiatan ini hendaknya

dilakukan di luar jam mata pelajaran agar dapat menciptakan

situasi-situasi yang lebih nyaman, bebas, menyenangkan sehingga murid dapat

mengungkapkan pikiran dan perasaanya seperti di rumah. Kegiatan ini

berisi tanya jawab, diskusi pendapat, perencanaan kegiatan dan

sebagainya.

Gambar

gambar siklus
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Gambar 3.3Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart
Tabel 3.1 Waktu dan tempat kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah pemahaman dan tingkat karakter berjiwa besar dapat dikembangkan melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif menggunakan metode dinamika kelompok yang

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Donald Ivantoro