PENINGKATAN KARAKTER PEDULI SOSIAL BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
Fransisca Ade Karunia Putri 131114021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KARAKTER PEDULI SOSIAL BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
Fransisca Ade Karunia Putri 131114021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Sabar, Sumeh, Semeleh
Tidak ada yang musathil dari kekuatan doa, usaha dan keyakinan
Belajar itu menyakitkan – R. H. Dj. Sinurat
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan Firman Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya –
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan bagi Tuhan Yesus andalanku
Yang senantiasa menjadi pendengar keluh kesahku menjadi sumber kekuatan bagiku
serta menemani perjuangan dan perjalanan hidupku.
Kupersembahkan untuk sumber bahagiaku Bapak dan Ibu
Yang telah memberikan dukungan dan pengharapan yang tiada batasnya dari awal hingga akhir proses studi.
Keluarga tersayang,
Christanti Widyaningsih, Andreas Udiutomo, Christiana Dwi Lestari, dan Setyo Budi
yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam perjalanan hidupku.
Keponakanku yang lucu dan selalu menjadi pelipur hati, Aloysius Gonzaga Mariel Putra Andresta, Azizah Dewi Ratna Swari,
Badriatus Solecha, Tresna Kustiningtyas
dan Atanasius Arsivada Wishaka Putra Andresta di surga.
Serta semua dosen BK, para sahabat di Prodi BK angkatan 2013, Universitas Sanata Dharma dan semua pihak
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KARAKTER PEDULI SOSIAL BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)
Fransisca Ade Karunia Putri Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) seberapa tinggi peningkatan karakter peduli sosial siswa antar sebelum dan sesudah implementasi layanan bimbingan klasikal dengan penerapan pendekatan experiential leraning
pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016, 2) signifikansi peningkatan karakter peduli sosial siswa karakter peduli sosial antar sebelum dan sesudah layanan diberikan, 3) peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016 antar siklus, 4) efektivitas implementasi pendidikan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning berdasarkan penilaian siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Subjek pada penelitian ini siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data menggunakan Tes Karakter Peduli Sosial, Skala Penilaian Diri, dan Kuesioner Validasi Efektivitas Model. Koefisien reliabilitas tes karakter peduli sosial sebesar (0,544) termasuk kategori sedang dan skala penilaian diri sebesar (0,742) termasuk kategori tinggi yang diukur menggunakan teknik Alpha Cronbach. Kuesioner validasi efektivitas model diukur menggunakan formula Kuder-Richardson dengan hasil hitung sebesar (0,8739) termasuk kategori tinggi. Teknik analisis data yang dipakai adalah kategorisasi dan uji Wilcoxon Signed Two Ranks.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) terdapat peningkatan karakter peduli sosial siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016, 2) karakter peduli sosial pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016 secara siginifikan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dari mean sebesar 59,33 pada
pre test menjadi 64,75 pada post test, signifikansi senilai 0,003, 3) terjadi peningkatan karakter peduli sosial antar siklus, 4) implementasi pendidikan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning efektif meningkatkan karakter peduli sosial siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016.
ix ABSTRACT
IMPROVEMENT ON SOCIAL CARE CHARACTER BASED ON CLASSICAL GUIDANCE SERVICE USING EXPERIENTIALLEARNING APPROACH (Guidance and Counseling Action Research on Class VII C Students ofSMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Batch 2015/2016)
Fransisca Ade Karunia Putri Sanata Dharma University
This study aims to analyze: 1) how high the improvement of students' social care character before and after the implementation of classical guidance services using experiential learning approach to class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016, 2) the significance of the improvement in the students' social care character before and after the service was provided, 3) the improvement in the implementation result of social care character education through the classical guidance services using experiential learning approach in class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016 in between cycles, 4) effectiveness of the implementation of social care character education through classical guidance services using experiential learning approach based on the students' assessment.
This is an action research on guidance and counseling. The subjects in this study were class 24 VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016. Data were collected using Social Care Character Test, Self-Assessment Scale, and Model Effectiveness Validation Questionnaire. The reliability coefficient of social care character test was (0,544) which was categorized as moderate and of the self-assessment scale was (0,742) which was categorized as high measured using Alpha Cronbach technique. The model effectiveness validation questionnaire was measured using Kuder-Richardson formula with the results of (0.8739) which was categorized as high. The data analysis techniques used were the categorization and Wilcoxon Signed Two Ranks test.
The study results show that: 1) there is an improvement in the social care character in the class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016, 2) the social care character of class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016 can be improved significantly through the classical guidance services using experiential learning approach based on the mean of 59.33 in the pre-test into 64.75 in the post-test, with significance value of 0.003, 3) there is an improvement in social care character between the cycles, 4) the implementation of social care character education through classical guidance services using experiential learning approach effectively improves the social care character of class VII C students of SMP Taman DewasaJetis batch 2015/2016.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasih-Nya sehingga Peneliti mampu menyelesaikan tuga akhir
dengan judul “Peningkatan Karakter Peduli Sosial Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII C SMP Taman
Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” dengan baik dan
lancar.
Peneliti menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang ikut terlibat
dalam mendampingi, membimbing, mengingatkan serta mendukung
Peneliti menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, Peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
sabar, memberi dukungan dan bimbingan hingga Peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Segenap dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan dan pendampingan selama Peneliti menempuh studi.
4. Stefanus Priyatmoko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan
sabar selama Penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan
dan Konseling.
5. Bapak Yohanes Budi Santoso dan Ibu Maria Suparsih selaku orang tua
yang telah memberikan dukungan, doa, serta nasihat kepada Peneliti
selama menempuh studi.
6. Kakak, keponakan, saudara yang selalu menjadi sumber inspirasi dan
motivasi bagi Peneliti.
7. Untuk sahabat-sahabat seperjuangan menulis Okdarina, Donald
Ivantoro, Yosep Yoga dan Rani Prihana yang saling mendukung dan
xi
8. Tim PKM-M Sri Main Dokar 2015 Okda, Gesta, Yoga, Dicky dan Ibu
Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A.
9. Sahabat terkasih yang selalu mendukung dan mendoakan selama
proses studi Elisabet Dwi Retno, Noviyana Sari, Hillary Deadinda,
Bernadeta Saridewi, Astrid Chintya, Christanti Nevita, dan Chrisna
Irawati.
10.Teman-teman angkatan 2013 yang selalu kompak dalam memberikan
dukungan serta doa satu sama lain.
11.Seluruh pihak SMP Taman Dewasa Jetis yang sudah memberikan
kesempatan bagi Peneliti untuk melaksanakan penelitian guna tugas
akhir ini.
12.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu persatu,
terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya. Akhir kata, atas perhatian dan
kesempatan yang diberikan, Penulis mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 10 Februari 2017
Peneliti
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN MOTTO...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii
ABSTRAK...viii
ABSTRACT...ix
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR GAMBAR...xvi
DAFTAR GRAFIK...xvii
DAFTAR LAMPIRAN...xviii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi Masalah...6
C. Pembatasan Masalah...7
D. Rumusan Masalah...8
E. Tujuan Penelitian...8
F. Manfaat Penelitian...9
G. Definisi Istilah... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA...12
xiii
1. Pengertian Karakter...12
2. Pengertian Pendidikan Karakter...13
3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan di SMP...14
4. Tujuan Pendidikan Karakter...17
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter...18
6. Faktor-faktor Pendukung Pendidikan Karakter...20
7. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP...21
B. Hakikat Karakter Peduli Sosial...22
1. Pengertian Karakter Peduli Sosial...22
2. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Peduli Sosial..22
3. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Peduli Sosial...23
4. Aspek Peduli Sosial...23
C. Hakikat Remaja...25
1. Pengertian Remaja...25
2. Ciri-ciri Remaja...25
3. Tugas Perkembangan Remaja...28
4. Urgensitas Peningkatan Karakter Peduli Sosial Pada Remaja..29
D. Hakikat Bimbingan Klasikal...30
1. Pengertian Bimbingan Klasikal...30
2. Tujuan Bimbingan Klasikal...31
3. Manfaat Bimbingan Klasikal...32
4. Langkah-langkah Persiapan Bimbingan Klasikal...34
5. Strategi Pelaksanaan Bimbingan Klasikal dalam Bimbingan Dan Konseling...35
E. Hakikat Experiential Learning...39
1. Pengertian Experiential Learning...38
2. Tujuan Experiential Learning...40
3. Model Pembelajaran dalam Experiential Learning.....40
4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning...42
5. Kelebihan PendekatanExperiential Learning...43
xiv
G. Kerangka Pikir...44
H. Hipotesis Penelitian...46
BAB III METODE PENELITIAN...47
A. Jenis dan Desain Penelitian...47
B. Setting dan Waktu Penelitian...56
C. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...59
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...60
1. Teknik Pengumpulan Data...60
2. Instrumen Pengumpulan Data...61
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen...67
1. Validitas Kuesioner...67
2. Reliabilitas Instrumen...73
F. Teknik Analisis Data...77
1. Analisis One Group Pretest – Posttest Peningkatan Karakter Peduli Sosial...77
2. Uji WilcoxonSigned Two Ranks Test...78
3. Kategorisasi Capaian Skor Tes dan Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial...79
4. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter...81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...83
A. Deskripsi Keterlaksanaan Penelitian...83
B. Hasil Penelitian...93
C. Pembahasan...105
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN...113
A. Kesimpulan...113
B. Keterbatasan Penelitian...114
C. Saran...114
DAFTAR PUSTAKA...116
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan Model Experiential Learning...41
Tabel 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan...57
Tabel 3.2 Mitra Kolaborasi...58
Tabel 3.3 Topik Bimbingan Per Siklus...59
Tabel 3.4 Indikator Keberhasilan...60
Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Karakter Peduli Sosial...63
Tabel 3.6Topik Bimbingan dan Nomor Item Skala Penilaian Karakter Peduli Sosial...65
Tabel 3.7 Pedoman Observasi...67
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Tes Karakter Peduli Sosial...69
Tabel 3.9Hasil Uji Validitas Skala Penilaian Diri...70
Tabel 3.10 Validitas Skala Validasi Efektivitas Model...73
Tabel 3.11 Norma Kategorisasi Reliability Statistic Guilford...74
Tabel 3.12 Reliabilitas Tes Karakter Peduli Sosial...75
Tabel 3.13Reliabilitas Skala Penilaian Diri...75
Tabel 3.14 Reliabilitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model Menurut Siswa....77
Tabel 3.15 Norma Kategorisasi...80
Tabel 3.16 Norma Kategorisasi Tes Karakter Peduli Sosial Siswa Kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran2015/2016...80
Tabel 3.17Norma Kategorisasi Berdasarkan Skala Penilaian Diri Siswa...81
Tabel 4.1 Hasil Presentase Pre dan Post Test...94
Tabel 4.2 Uji Sampel Berpasangan Pre dan Post Test Siswa Kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2015/2016...97
Tabel 4.3 Peningkatan Karakter Peduli Sosial Setiap Siklus Implementasi Pendidikan Karakter...99
Tabel 4.4 Validasi Efektivitas Model Responden Siswa...102
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Experiential Learning Cycle and Basic Learning Styles...40
Gambar 2.2 Kerangka Pikir...45
Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Peningkatan Rata-rata Skor Pre dan Post Test Karakter
Peduli Sosial Siswa...93
Grafik 4.2Perkembangan Karakter Peduli Sosial Sebelum dan
Sesudah Pemberian Layanan...96
Grafik 4.3 Peningkatan Karakter Peduli Sosial Siswa Setiap Siklus...101
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Satuan Layanan Bimbingan Proaktif...119
Lampiran 2 Satuan Layanan Bimbingan Peduli Terhadap Sesama...130
Lampiran 3 Satuan Layanan Bimbingan Menghargai Orang Lain...143
Lampiran 4 Instrumen Tes Karakter Peduli Sosial...153
Lampiran 5 Instrumen Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial...158
Lampiran 6 Tabulasi Data...160
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Tes Karakter Peduli Sosial...173
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial....176
Lampiran 9 Reliabilitas Tes Karakter Peduli Sosial...178
Lampiran 10 Reliabilitas Skala Penilaian Diri Karakter Peduli Sosial...179
Lampiran 11 Hasil Uji Wilcoxon Signed Two Ranks...180
Lampiran 12 Pedoman Observasi...181
Lampiran 13 Instrumen Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)...182
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)...183
Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa)...186
Lampiran 16 Presensi Siswa...188
Lampiran 17 Dokumentasi Kegiatan...189
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
batasan istilah.
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Seturut dengan Pasal 3 Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, saleh, sabar, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Dharma, Kesuma,
dkk (2011)). Mencermati tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan nasional
memiliki peranan yang strategis karena langsung mengarah pada
pengembangan potensi siswa. Potensi-potensi yang dikembangkan
membentuk karakter siswayangsemakin cerdas dan utuh.
Menurut Hurlock (1980), individu yang mengalami proses
pendidikan di sekolah akan mengalamiperkembangan sikap, nilai, perilaku
dan konsep diri. Perkembangan tersebut mendorong individu untuk
menyesuaikan diri terhadap dirinya maupun orang lain. Perkembangan yang
dicapai akan membentuk karakter pribadi yang semakin matang. Oleh sebab
itu, pendidikan dirasa penting untuk mencapai kematangan karakter
2
Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan seturut dengantujuan
pendidikan nasional yakni mewujudkan siswa yang berkualitas.
Berdasarkan hal itu, pendidikan di sekolah tidak hanya mengedepankan
ilmu akademik saja, melainkan juga perlu dibarengi dengan kematangan
karakter siswa. Kematangan karakter mendorongsiswaagar
semakinmemahami (kognitif), menghayati (afeksi) nilai-nilai karakter dan
menginternalisasikan dalam kehidupan nyata. Nilai karakter yang dapat
diterapkan oleh siswadalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud
keberhasilan proses pendidikan itu sendiri.
Suparno (2015) mengartikan pendidikan sebagai usaha membantu
siswa untuk semakin berkarakter melalui metode-metode yang khas sesuai
dengan situasi siswa. Saat ini banyak lembaga sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter dengan metode terintegrasi guna mewujudkan karakter
cerdas dan utuh pada siswa. Akan tetapi, metode yang digunakan belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Faktanya pada saat ini nilai
karakter pada siswa justru semakin merosot. Data yang dicatat oleh KPAI
menunjukkan bahwa pada tahun 2014 terdapat67 kasus siswa sekolah di
Indonesia terlibat sebagai pelaku bullyingdan bertambah menjadi 79 kasus
di tahun 2015. (http://nasional.republika.co.id). Faktor metode yang tidak
tepat dinilai sebagai penyebab permasalahan ini.
Fenomena kemerosotan nilai karakter yang juga memprihatinkan
ialahtawuran pada siswa sekolah. Hasil data pada tahun 2014 menunjukkan
3
kasus pada tahun 2015(http://nasional.republika.co.id).Menurut Ketua KPAI
Asrorun Ni‟am Sholeh pada 30 Desember 2015 mengatakan bahwa
kurangnya faktor keteladanan dari guru kepada peserta didik, internalisasi
semangat tanggung jawab dan kewajiban dalam dirisiswa yang belum
optimal dianggap menjadi penyebab merosotnya nilai karakter.
Nilai karakter pada siswa sekolahyang semakin merosot,
menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter di sekolah masih
mengalami kelemahan. Berdasarkan hasil evaluasi (Barus,2015) terkait
pelaksanaan pendidikan karakter di SMP, lemahnya pendidikan karakter
disebabkan oleh adanya hambatan yang dialami pihak sekolah saat
pelaksanaan pendidikan karakter. Hambatan yang dialami yakni tidak
operasionalnya pedoman pendidikan karakter, integrasi nilai karakter masih
sekedar tempelan, tidak tersedia alat dan cara evaluasi, penanaman nilai
karakter hanya pada tataran kognisi, dan tidak adanya kolaborasi antar
gurumata pelajaran dengan guru BK selama pelaksanaan pendidikan
karakter.Kelemahan itulah yang mengakibatkan nilai karakter siswa belum
dapat dimaknai dan diinternalisasikan dalam kehidupan nyata.
Di setiap sekolah, pelaksanaan pendidikan karakter menerapkan
metode-metode yang khas. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMP
Taman Dewasa Jetis menerapkan pendidikan karakter secara terintegrasi
yakni guru mata pelajaran berperan langsung dalam pembentukan karakter
siswa. Metode yang sering dilakukan adalah pemberian pujian dan nilai baik
4
pemberian teguran dan sanksi juga diberlakukan ketika siswa melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan aturan sekolah. Akan tetapi penggunaan
metode-metode yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan
karakterbelum menunjukkan hasil yang optimal.
Berdasarkanwawancara, guru BK SMP Taman Dewasa Jetis
mengungkapkan bahwa terdapat siswa yang menunjukkan gejala perilaku
peduli sosial yang rendah seperti mengejek teman, tidak mendengarkan
instruksi guru, mengobrol dengan teman, dan mengganggu teman lain saat
aktivitas belajar. Indikasi tersebut ditambah dengan adanya siswa yang
terlibat dalam anggota geng sekolah. Mengetahui adanya perilaku-perilaku
tersebut, pihak sekolah langsung memberi teguran dan sanksi berupa poin
sesuai pelanggaran yang dilakukan. Pemberian teguran dan sanksi yang
diberlakukan oleh sekolah nampaknya belum dibarengi dengan penanaman
nilai-nilai karakter sebagai langkah preventif maupun kuratif. Melihat dan
menyadari hal itu, maka pemberian informasi-informasi yang relevan terkait
nilai-nilai karakter pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis perlu dilakukan,
khususnya nilai karakter peduli sosial.
Karakter peduli sosial juga dapat disebut sebagai perilaku prososial.
Staub (Desmita, 2009) menjelaskan bahwa perilaku prososial merupakan
tindakan sukarelauntuk membantu orang lain atas dasar rasa tanggung
jawab. Perilaku prososial yang ditunjukkan oleh sesorang berdasarkan
dorongan dari dalam diri tanpa ada keinginan untuk dipuji. Perilaku
5
dengan orang-orang di sekitarnya. Seseorang yang memiliki perilaku
prososial telah mampu mencapai tugas perkembagan sosialnya.
Perkembangansosial remaja awaldapat ditunjukkan dengan dorongan
yang kuat untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dan adanya usaha
untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di
lingkungannya (Ali & Asrori, 2005). Perkembangan sosial pada remaja
tersebut dapat mempengaruhi karakter pribadi. Apabila siswa remaja
mengalami hambatan dalam proses perkembangan sosialnya,maka
akanmempengaruhi interaksinya terhadapteman, keluarga, guru maupun
orang lain di sekitarnya. Hambatan inilah yang menjadi keprihatinan
peneliti untuk menekankan perlunya pendidikan karakterpada siswa kelas
VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016.
Berdasarkan indikasi kurangnya nilai karakter peduli sosial pada
siswa dan adanya hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP
Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016, peneliti mencoba
mendesain sebuah model pendidikan karakter. Pendidikan karakter
diimplementasikan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learningyang belum pernah digunakan di sekolah
ini.Bimbingan klasikal yang diterapkan memuat topik-topik bimbingan
mengenai karakter peduli sosial, antara lainProaktif, Peduli Terhadap
Sesama, dan Menghargai Orang Lain. Model pendidikan karakter ini juga
6
experiential learning guna mewujudkan nilai karakter peduli sosial kepada
siswa.
Hasil dari implementasi pendidikan karakter ini diukur melalui
kuesioner berupa alat tes karakter peduli sosial yang diberikan pada saat
sebelum (pre test) dan sesudah (post test) implementasi. Selain itu,
kuesioner yang diberikan berupa skala penilaian karakter peduli sosial
kepada siswa untuk melihat peningkatan karakter usai pemberian tindakan
di setiap siklus. Hasil tes dan skala penilaian diri tersebut dihitung dan
dianalisis agar dapat melihat capaian nilai karakter peduli sosial setelah
diberikan tindakan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
tindakan bimbingan dan konseling mengenai “Peningkatan Karakter Peduli
Sosial Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan
Experiential Learning pada Siswa Kelas VII C di SMP Taman Dewasa
Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, data pengamatan dan
data wawancara awal masalah-masalah yang teridentifikasi adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan karakter bagi siswa belum terlaksana secara optimal.
2. Pendidikan karakter terintegrasi penekanannya masih pada ranah
7
3. Masih terdapat siswa di sekolah yang terlibat sebagai pelaku bullying
dan jumlahnya bertambah.
4. Masih terdapat siswa di sekolah terlibat tawuran dan jumlahnya
meningkat.
5. Adanya hambatan terkait pelaksanaan pendidikan karakter di SMP.
6. Adanya kemerosotan nilai karakter peduli sosial pada siswa sekolah.
7. Adanya indikasi kurangnya karakter peduli sosialseperti mengejek
teman, mengganggu teman, tidak mendengarkan instruksi saat guru
memberikan penjelasan, mengobrol dengan teman lain saat aktivitas
belajar, keterlibatan dalam anggota geng pada siswa kelas VII C di
SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.
8. Belum ada informasi yang relevan terkait nilai karakter peduli sosial di
SMP Taman Dewasa Jetis.
9. Belum ada penelitian mengenai karakter peduli sosial di SMP Taman
Dewasa Jetis.
10.Belum pernah diterapkan layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning di SMP Taman Dewasa Jetis.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi
pengkajian pada poin 7, 8, 9 dan 10. Fokus kajian penelitian ini diarahkan
pada upaya peningkatan karakter peduli sosial melalui layanan bimbingan
8 D. Rumusan Masalah
Berangkat dari beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian
ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus sorot PTBK sebagai
berikut:
1. Apakahkarakter peduli sosialsiswadapat ditingkatkan antar sebelum dan
sesudah implementasi layanan bimbingan klasikal dengan penerapan
pendekatan experiential leraning pada siswa kelas VII C SMP Taman
Dewasa Jetis tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah karakter peduli sosialsiswa meningkat secara signifikan melalui
layanan bimbingan klasikal dengan penerapan pendekatan experiential
learning?
3. Seberapa tinggi peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter
peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential leraning pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis
tahun ajaran 2015/2016 antar siklus?
4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter peduli sosialmelalui
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
berdasarkan penilaian siswa?
E.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkankarakter peduli sosialsiswa melalui implementasi layanan
9
pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran
2015/2016
2. Menganalisis signifikansi peningkatan karakter peduli sosialmelalui
layanan bimbingan klasikal dengan penerapan pendekatan experential
learning.
3. Menganalisispeningkatan hasil implementasi pendidikan karakter
peduli sosial melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
epxeriential learning pada siswa kelas VII C SMP Taman Dewasa Jetis
tahun ajaran 2015/2016 antar siklus.
4. Mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter peduli
sosialmelalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning berdasarkan penilaian siswa.
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
bahan kajian tentang implementasi pendidikan karakter berbasis
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning
dalam upaya peningkatkan karakter peduli sosial baik secara konsep
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru BK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK
sebagai dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan
menerapkan pendekatanexperiential learning.
b. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui efektivitas model pendidikan karakter
melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning guna meningkatkan karakter peduli sosial bagi siswa di
SMP. Selain itu, peneliti juga berkesempatan untuk berlatih
mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan dalam bimbingan dan
konseling guna meningkatkan karakter siswa.
c. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkankarakter peduli
sosial siswa di sekolah, keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
d. Bagi peneliti lain
Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk
mengaplikasikan layanan bimbingan klasikal
denganpendekatanexperiential learningguna meningkatkan karakter
peduli sosial disuatu kegiatan.
G.Definisi Istilah
1. Karakter dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai perilaku manusia
11
manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan serta perbuatan berdasarkan norma-norma,
agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
2. Pendidikan karakteryang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap TuhanYang Maha
Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaansehingga
menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.
3. Karakter peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
4. Bimbingan klasikal adalah pemberian layanan bimbingan dengan
mengangkat topik bahasan tertentu yang dilakukan secara klasikal atau
melibatkan siswa di dalam kelas.
5. Pendekatan experiential learning adalah pembelajaran yang
mendorong seseorang untuk terlibat aktif sehingga terwujud
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter peduli
sosial, hakikat bimbingan klasikal, dan hakikatexperiential learning.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter
Menurut Prayitno & Manullang (2011), karakter adalah sifat
pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi
penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Karakter
pribadi seseorang terbentuk berdasarkan pada kaidah agama, ilmu dan
teknologi, hukum, adat dan kebiasaan yang tercermin dalam perilaku
sehari-hari.
Ki Hadjar Dewantara (Zubaedi, 2011) mengartikan karakter sama
dengan watak yang terbentuk dari karakter biologisdan dipengaruhi oleh
unsur pendidikan yang diterima. Perpaduan antara karakter biologis dan
unsur pendidikan tersebut menghasilkan kualitas manusia yang halus budi
dan jiwa, berpikir secara logis, kecekatan raga dan memiliki kesadaran
akan kekurangan dan kelebihan dirinya. Karakter yang dihasilkan dapat
menetap dan menjadi kekhasan bagi setiap individu.
Suyanto (Zubaedi, 2011:11) mengartikan karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam hal ini, karakter sangat mempengaruhi seseorang dalam
13
Suparno (2015: 29) mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai dan
sikap hidup setiap orang yang bersifat positif yang dapat mempengaruhi
tingkah laku, cara berpikir dan bertindak hingga akhirnya menjadi tabiat
dalam hidupnya. Karakter sifatnya akan menetap apabila terus
dikembangkan, maka dari itu nilai karakter yang khas dapat menjadi
pendorong bagi setiap individu untuk menginternalisasikan nilai karakter
itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa karakter sudah dimiliki oleh setiap
individu sejak lahir. Karakter akan semakin berkembang dan menetap
apabila terdapat perpaduan antara karakter biologis denganpendidikan
yang diterima oleh setiap individu. Karakter khas yang dimiliki oleh
setiap individu menjadi pendorong untuk menginternalisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Internasilasi nilai karakter tersebut ditunjukkan
oleh individu dengan cara berpikir logis, halus budi dan jiwa dalam
menghadapi situasi, kecekatan raga dan memiliki kesadaran akan dirinya
sendiri.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Lickona (2012) memaparkan pendidikan karakter sebagai proses
membantu individu dalam memahami, peduli dan bertindak sesuai dengan
nilai-nilai etis yang ada. Pendidikan karakter membangun individu
menjadi pribadi yang memiliki kesesuaian berdasarkancara pandang dan
14
Samani & Hariyanto (2013) menjelaskan bahwa pendidikan
karakter merupakan proses pemberian bantuan kepada siswa agar menjadi
manusia berkarakter utuh. Pendidikan karakterdimaknai sebagai usaha
untuk menjadikan siswa semakin mengenal, peduli dan menghayati setiap
nilai-nilai hingga tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter digunakan dalam rangka membantu siswa agar
dapat mengalami, memperoleh dan memiliki karakter kuat yang
diinginkan. Harapannya, melalui pendidikan karakter dapat menghasilkan
pribadi-pribadi yang berkualitas. Pribadi yang berkualitas misalnya,
memiliki karakter menghargai orang lain dengan menunjukkan asumsi
dan tindakan yang mencerminkan bahwa dirinya memang menghargai
orang lain (Suparno, 2015).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
karakter sebagai usaha untuk membantu siswa semakin mengenal, peduli
dan memiliki karakter baik. Hasil dari usaha itu dapat dicerminkan
melalui tindakan sehari-hari sesuai dengan nilai etis yang berlaku di
masyarakat.
3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan di SMP
Berdasarkan Pusat Kurikulum Balitbang Diknas (Suparno, 2015)
terdapat 18 nilai karakter yang perlu dikembangkan untuk siswa.
Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai
15 a. Nilai Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
gender, jenis kelamin, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
16
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat pada diri seseorang yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik,sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu
17
m. Bersahabat/ Komunikatif
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan
sosial, baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial.
r. Tanggung Jawab
Sikapdan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
sertakewajibanyang seharusnya dilakukan.
4. Tujuan Pendidikan Karakter
Lickona (2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter
18
orang-orang yang terlibat seperti keluarga, sekolah dan komunitas.
Pelaksanaan pendidikan karakter menjadi usaha yang benar-benar
dibutuhkan untuk membentuk individu menjadi lebih adil, peduli,
terhormat dan bertindak sesuai dengan kebenaran yang diyakini. Artinya
pendidikan karakter menjadi bekal bagi individu dalam menanggapi
persoalan yang terjadi di masyarakat dengan prinsip nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya.
Kemendiknas (Zubaedi, 2011) menegaskan bahwa pendidikan
karakter sebagai langkah melaksanakan tujuan pendidikan nasional di
Indonesia. Pendidikan mengemban misi mengembangkan watak-watak
dasar yang perlu dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki esensi yang
sangat penting guna membangun pribadi-pribadi berwatak baik sehingga
dapat terinternalisasikan pada perilaku di masyarakat.
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kemendiknas (Samani & Hariyanto, 2013) berdasarkan grand
design pendidikan karakter pada tahun 2010 yang mewajibkan setiap
rumusan Standar Kompetensi Lususan (SKL) untuk memberikan
keterangan terkait karakter yang ingin dikembangkan. Untuk mencapai
SKL, perlu adanya prinsip pengembangan pendidikan karakter sebagai
19
a. Pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses tiada henti, dimulai dengan siswa memasuki bangku pendidikan hingga dapat
terjun ke masyarakat.
b. Pendidikan karakter dapat tertuang pada semua mata pelajaran baik pengembangan diri, budaya sekolah serta muatan lokal.
c. Nilai tidak diajarkan, melainkan dikembangkan dan dilaksanakan. Penanaman nilai-nilai karakter di sekolah hendaknya secara langsung
diinternalisasikan dalam proses belajar. Nilai-nilai tersebut tidak
dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika
mengajarkan suatu konsep, materi, teori, prosedur, atau pun fakta
seperti dalam mata kuliah atau pelajaran. Materi pelajaran biasa
digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai
karakter siswa. Oleh karena itu pendidik tidak perlu mengubah pokok
bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu
untuk mengembangkan nilai-nilai karakter.
d. Proses pendidikan dilakukan secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menegaskan bahwa proses memahami pendidikan karakter
dilakukan oleh siswa bukan oleh pendidik. Prinsip ini juga menyatakan
bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang
menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Hal ini mengajak
para guru untuk merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan
20
mengumpulkan informasi, mengolah hingga menumbuhkan nilai
karakter dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di luar sekolah.
6. Faktor-faktor Pendukung Pendidikan Karakter
Zubaedi (2012) memaparkan terdapat beberapa faktor-faktor
pendukung pendidikan karakter, yaitu:
a. Insting (naluri)
Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.
Insting memiliki corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia
dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.
b. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah perbuatan yang dikerjakan secara berulang
sehingga menjadi mudah melakukannya. Tindakan yang dilakukan
secara berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian,
makan, mandi, tidur, berolahraga.
c. Keturunan
Secara langsung atau tidak langsung faktor keturunan yang diturunkan
oleh kedua orang tua sangat mempengaruhi pembentukan karakter
seseorang. Misalnya, pantulan sifat-sifat dari orang tua yang menurun
kepada anak.
d. Lingkungan
Lingkungan sebagai lingkup yang membentuk corak sikap dan tingkah
21
7. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP
Barus (2015) memaparkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter
terintegrasi di SMP berpedoman pada aturanyang dibuat oleh Direktorat
Pembinaan SMP tahun 2010 yang dijadikan standar minimal ketentuan
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Ketentuan pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolahtersebut hanya melibatkan guru mata
pelajaran yang menjadi subjek pelaksana pendidikan karakter.
Kenyataannya, proses pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran mengalami hambatan. Hambatan-hambatan
umum dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter antara lain:
c. Tidak operasionalnya pedoman Pendidikan Karakter dari Direktorat Pembinaan SMP (2010),
d. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat acuan, belum dapat diterapkan,
e. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter,
f. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran kognitif, belum mengarah pada afeksi,
g. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; dan belum tercipta kolaborasi yang
baikantara para guru dan konselor/guru BK dalamimplementasi
22 B. Hakikat Karakter Peduli Sosial
1. Pengertian Karakter Peduli Sosial
Pupuh, dkk (2013) menjelaskan bahwa peduli sosial merupakan
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bagi orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan. Maka dapat diketahui bahwa sikap peduli
sosial berdasarkan konsep pemikiran yang menggerakkan sikap dan
terwujud dalam tindakan nyata terhadap orang lain.
Karakter peduli sosial juga dapat diartikan sebagai bentuk sikap
prososial. Dayakisni & Hudaniah (2012) mendefinisikan prososial sebagai
sikap yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain, artinya sikap
yang ditunjukkan oleh seseorang berupa tindakan positif.
Dapat disimpulkan bahwa karakter peduli sosial sebagai bentuk
sikap yang ditunjukkan melalui tindakan nyata. Tindakan tersebut
melibatkan orang lain yang menimbulkan konsekuensi positif, seperti
tindakan memberi bantuan.
2. KarakteristikSiswa yang MemilikiKarakter Peduli Sosial
Karakter peduli sosial menggambarkan kemampuan individu untuk
melibatkan dirinya terhadap situasi sosial di sekitarnya secara spontan.
Sikap peduli dapat dilihat melalui beberapa karakteristik. Karakteristik
peduli sosial menurut Pupuh, dkk(2013) meliputi :
a. Ikut dalam berbagai kegiatan sosial,
b. Memberikan bantuan berupa pinjaman bagi yang membutuhkan,
23
d. Menghormati petugas-petugas sekolah,
e. Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan,
f. Menyumbang darah.
3. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Peduli Sosial
Karakter pribadi seseorang tidak dapat terwujud dengan sendirinya,
akan tetapi terdapat faktor-faktor yang mendasarinya. Staub (Dayakisni &
Hudaniah, 2012) memaparkanfaktor-faktor yang mendasari pembentukan
karakter peduli sosial (prososial) sebagai berikut :
a.Self Gain
Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan
sesuatu, misalnya mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain.
b.Nilai dan Norma
Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh
individu selama mengalami sosialisasi akan mengakibatkan individu
bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
c.Empati
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk ikut merasakan
perasaan atau pengalaman orang lain.
4. Aspek Peduli Sosial
Aspek peduli sosial menurut Eisenberg & Mussen (Dayakisni
24
a. Kejujuran (Honesty)
Kejujuran merupakan sifat ketulusan hati yang melekat pada diri
seseorang, jauh dari sifat bohong dan meragukan.
b. Kerja Sama(Cooperative)
Kerja sama merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh
beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama.
c. Menyumbang (Donating)
Menyumbang merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dengan memberikan sesuatu kepada orang lain, seperti menyumbang
tenaga, pikiran, dan material.
d. Menolong (Helping)
Menolong adalah usaha yang ditunjukkan oleh seseorang guna
meringkankan beban kesulitan atau penderitaan orang lain.
e. Berbagi (Sharing)
Tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk membagikan sesuatu
kepada orang lain, seperti secara ide dan pengalaman.
f. Kedermawanan (Generosity)
Kedermawanan merupakan kebaikan hati atau kemurahan hati terhadap
sesama manusia dengan menunjukkan usaha seperti menolong orang
sakit, memberi sedekah dan sebagainya.
g. Kemampuan Mempertimbangkan Hak dan Kesejahteraan Orang Lain
Seseorang yang memiliki jiwa sosial memiliki kemampuan dalam
25
melalui sikap dalam mempertimbangkan hak dan kesejahteraan setiap
orang.
Ketujuh aspek ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
membuat kisi-kisi kuesioner karakter peduli sosial. Kuesioner karakter
peduli sosial dibuat berdasarkan dukungan aspek pembentuk sikap
peduli sosial.
C.Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja
Hurlock (1980) menjelaskan bahwa remaja memiliki istilah bahasa latin yaitu adolescence mempunyai arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Adolescencejuga memiliki arti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Artinya, remaja merupakan periodemasa
transisi anak menjadi dewasa.Masa remaja dibagi menjadi 2, yaitu remaja
awal dan akhir yang memiliki rentang usia awal 13 tahun sampai 16atau
17 tahun. Setiap rentang usia tersebut, remaja memiliki karakteristik yang
semakin sesuai dengan tugas perkembangannya.
2. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan
periode sebelumnya.Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1980), antara lain :
a. Periode Penting
Masa remaja sebagai periode yang penting karena pada masa itu remaja
mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental
26
sikap dan perilaku. Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
tersebut akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Periode Peralihan
Masa remaja sebagai periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Maka dari itu, dalam masa peralihan ini remaja akan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan
dirinya.
c. Periode perubahan
Masa remaja mengalami banyak perubahan seperti emosi, bentuktubuh,
minat, peran,serta perubahan konsep pada nilai-nilai yang dianut.
Remaja yang mengalami periode ini akan memunculkangejolak seperti
tidak siap menghadapi evolusi yang terjadi dalam dirinya.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Remaja memiliki kecenderungan mengalami kesulitan dalam mengatasi
kesulitannya sendiri yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, pada masa
kanak-kanak, remaja memiliki kebiasaan dibantu dalam mengatasi
masalahnya. Kedua, para remaja merasa sudah memiliki kemampuan
untuk mengatasi kesulitannya sendiri dan menolak bantuan orang lain.
Kesulitan-kesulitan yang diselsesaikan oleh remaja sendiri sering
27 e. Masapencarian identitas diri
Masa remaja merupakan masa dimana remaja banyak mencari identitas
akan dirinya. Remaja akanberusaha untuk menjelaskanidentitas siapa
dirinya dan apa peranannya di dalam masyarakat.
f. Masa Remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Pada masa remaja timbul anggapan atau stereotip terkait dirinya bahwa
remaja memiliki kecenderungan tidak rapih, tidak dapat dipercaya,
cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa
disekitarnya harus membimbing dan mengawasi setiap perilakunya.
Menerima stereotip ini menimbulkan kekhawatiran bagi remaja tentang
dirinya, sehingga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap
dirinya sendiri.
g. Masa Remaja sebagai usia yang tidak realistik
Remaja memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan, bukan sebagaimana adanya terlebih terkait cita-cita. Pada
masa ini, remaja lebih sensitif, mudah kecewa, sakit hati dan marah
apabila tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Semakin tidak
realistik cita-cita remaja maka akan semakin meninggi pula emosinya,
hal ini merupakan ciri khas dari remaja.
h. Masa Remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan pada diri remaja menuju
dewasa, remaja justru mengalami kegelisahan untuk meyakinkan
28
memiliki kecenderungan untuk berperilaku seperti orang dewasa yakni
mencoba merokok, minum minuman keras, terlibat perbuatan seks dan
lain-lain. Hal demikian dianggap akan membentuk citra dewasa pada
dirinya.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Masa remaja akan mengalami banyak perubahan dalam hal
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan pada
diri remaja diharapkan ada kesesuaian. Hurlock (1980) tugas
perkembangan remaja meliputi:
a.Mampu menerima keadaan fisik.
b.Mampu menerima dan memahami peran seks usia remaja.
c.Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
d.Mencapai kemandirian emosional.
e.Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g.Memahami dan mengunternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
h.Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
29
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Tugas perkembangan remaja dapat menjadi dasar pembentukan
karakter. Seturut dengan penelitian ini yang berfokus pada karakter
peduli sosial, ketercapaian tugas perkembangan yang menggambarkan
karakter peduli sosial merujuk pada poin c, f dan h. Ketiga poin tersebut
dapat menjadi acuan dalam pembentukan karakter peduli sosial bagi
remaja. Menurut Oswald Kroch (Desmita, 2009) remaja akan mulai
memiliki kesadaran dalam bersikap secara wajar dalam menghadapi
orang lain. Remaja akan menggambarkan sikap menghargai pendapat
orang lain serta dapat memberikan toleransi terhadap keyakinan orang
lain. Remaja mulai menyadari bahwa orang lain memiliki hak yang sama.
Seturut dengan pernyataan tersebut Maria Montessori (Desmita, 2009)
juga memaparkan bahwa usia remaja ialah periode penemuan diri dan
kepekaan terhadap lingkungan sosialnya. Disimpulkan bahwa karakter
peduli sosial pada remaja dapat diinternalisasikan dalam kehidupan nyata
apabila tugas perkembangan pada poin c, f dan h dapat tercapai.
4. Urgensitas Peningkatan Karakter Peduli Sosial Pada Remaja
Hurlock (1978)menjelaskan bahwa perkembangan perilaku sosial
terjadi pada masa pubertas atau remaja. Perilaku yang rawan muncul
adalah sikap anti sosial yang mengakibatkan remaja mengalami bahaya
dalam perkembangan sosialnya. Bahaya yang mungkin dialami yakni,
30
ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri secara tepat, timbulnya
prasangka dan sebagainya sehingga membentuk konsep diri dan reputasi
yang kurang baik terhadap lingkungan sosial. Berdasarkan hal tersebut,
karakter peduli sosial penting untuk ditingkatkan karena dapat
menciptakan perilaku sosial yang sesuai denganperkembangan diri remaja.
Selain itu, menurut Takdir (2014) gencarnya budaya global dan
gaya hidup yang semakin membius di kalangan remaja Indonesia saat ini,
tidak dipungkiri jika pendidikan karakter memang diperlukan untuk
membentuk kepribadian luhur sesuai nilai, norma dan agama.
Pembentukan kepribadian luhur berlandaskan pendidikan yang diterima di
sekolah selain keluarga hendaknya membina perilaku remaja dalam
menghadapi tantangan globalisasi dan gaya hidup pada saat ini. Maka dari
itu, pembentukan kepribadian remaja melalui pendidikan karakter secara
holistik dirasa penting agar menghasilkan lulusan yang cerdas,
berintegritas, loyal, peduli terhadap sesama, hormat, taat aturan,
bertanggung jawab dan berakhlak.
D. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Winkel & Hastuti (2013) menjelaskan bahwa bimbingan klasikal
merupakan layanan kegiatan yang diberikan oleh guru BK dalam yang
mencakup berbagai bidang seperti bidang akademik, sosial, pribadi, dan
karier. Bidang bimbingan yang diberikan dapat membantu mencapai aspek
31
Bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi layanan dasar
berupa layanan kegiatan yang diberikan kepada sejumlah siswa/ konseli
yang dilaksanakan secara tatap muka antara guru BK atau konselor dengan
siswa di dalam kelas. Layanan kegiatan yang diberikan berupa pemberian
bimbingan yang sifatnya pencegahan, pengembangan dan pemeliharaan.
Metode yang diberikan dalam bimbingan klasikal berupa diskusi, bermain
peran dan ekspositori(Kemendikbud Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan
kegiatanyang dirancangoleh guru BK kepada siswa secara tatap muka di
dalam kelas. Bimbingan yang diberikan mencakup berbagai bidang yang
sifatnya membantu mencapai setiap aspek perkembangan siswa.
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Kegiatan layanan bimbingan klasikal bertujuan membantu siswa
mencapai kemandirian dalam kehidupannya, mencapai perkembangan yang
utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan karir serta
mencapai keselarasan antara pikiran, perasaan dan perilaku.Tujuan
bimbimngan klasikal guna membantu mecapai perkembangan siswa
(Kemendikbud, 2016).
Menurut Barus (2015) bimbingan klasikal digunakan untuk
mengembangkan dimensi sosial-psikologis, keterampilan hidup,klarifikasi
nilai, dan perubahan sikapperilakuindividu dalam kelompok. Bimbingan
32
lebih luas, bimbingan klasikal membantu individu-individu dalam
mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang pada perwujudan tingkah laku.
Dapat diketahui bahwa bimbingan klasikal memiliki andil yang besar
dalam proses mencapai perkembangan sehingga membentuk karakter
tertentu pada siswa di sekolah. Layanan bimbingan klasikal memiliki sifat
yang fleksibel karena dapat dipalikasikan untuk pengembangan,
pencegahan, perbaikan hingga pemeliharaan.
3. Manfaat Bimbingan Klasikal
Menurut Hartinah (2009) menguraikan bahwa bimbingan secara
bersama-sama dalam kelasmemiliki manfaat sebagai berikut :
a. Bimbingan secara bersama-sama akan membantu tenaga pembimbing
yang terbatas jumlahnya. Secara klasikal pembimbing akan memberikan
pelayanan kepada siswa secara menyeluruh.
b. Melalui bimbingan klasikal, siswa dilatih untuk menghadapi dan
memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Dengan demikian,
siswa dilatih untuk saling bekerja sama.
c. Siswa yang dihadapkan untuk memecahkan masalah bersama, secara
tidak langsung didorong untuk berani mengemukakan pendapat serta
menghargai pendapat orang lain.
d. Informasi yang dibutuhkan oleh siswa dapat dibagikan oleh pembimbing
33
e. Melalui bimbingan secara bersama, siswa akan menjadi lebih sadar jika
mendapat bimbingan secara lebih mendalam oleh pembimbing.
f. Bagi pembimbing baru, melaksanakan layanan bimbingan secara
bersama-sama dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapat
kepercayaan dari murid.
Hartinah, 2009 : 9-10 memaparkan bahwa pelaksanaan bimbingan
dengan pendekatan kelompok juga memiliki keuntungan yang besar dalam
pembentukan karakter yang diharapkan antara lain sebagai berikut:
a. Siswa bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman-teman
kelompok, selain itu juga dapat membandingkan potensi dirinya
dengan yang lain. Siswa dibantu dalam menemukan dirinya dan dapat
membantu kawannya menemukan dirinya. Kecenderungan tersebut
didorong dengan dasar bahwa siswa adalah makhluk individu dan
sebagai makhluk sosial.
b. Melalui kelompok, sikap-sikap positif siswa dapat dikembangkan
seperti toleransi, saling menghargai, kerja sama, tanggung jawab,
disiplin, kreativitas, dan sikap-sikap positif lainnya.
c. Melalui kelompok, dapat menghilangkan beban-beban moril seperti
malu, penakut, dan sifat-sifat egoistis, agresif, manja dan sebagainya.
d. Melalui kelompok, dapat menghilangkan ketegangan emosi, konflik,
kekecewaan, sikap saling curiga, iri hati dan lainnya.
e. Melalui kelompok dapat mengembangkan gairah hidup dalam
34
4. Langkah-langkah Persiapan Bimbingan Klasikal
Langkah-langkah persiapan bimbingan klasikal menurut
Kemendikbud(2016) sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Mengajukan masuk kelas 2 jam setiap kelas/minggu untuk
ditetapkan pimpinan sekolah sesuai kalender akademik sekolah.
2) Mempersiapkan topik materi bimbingan klasikal yang dirumuskan
berdasarkan Standar Kompetensi Kemandirian Siswa (SKKPD)
(Ditjen PMPTK, 2007) terkait masalah yang dihadapi siswa/konseli
yang diakses menggunakan AUM atau DCM dan instrumen lainnya
yang relevan.
3) Menyusun rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dengan
menggunakan sistematika yang disajikan dalam format RPL.
4) Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan
klasikal yang akan diberikan.
b. Pelaksanaan
1) Melaksanakan layanan bimbingan klasikal sesuai jadwal dan materi
yang telah dirancang.
2) Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan
klasikal yang telah diberikan.
3) Mencatat peristiwa dan atau hal-hal yang perlu perbaikan dan atau
tindak lanjut setelah layanan bimbingan klasikal dilaksanakan.
35
1) Melakukan evaluasi proses layanan bimbingan klasikal.
2) Melakukan evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal yang telah
diberikan.
5. Strategi/ Teknik Pelaksanaan Bimbingan Klasikal
Romlah (2001) memaparkan bahwa strategi atau teknik bimbingan klasikal digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai. Untuk mendukung tujuan dari pemberian layanan bimbingan,
maka diperlukan adanya strategi, antara lain:
a. Pemberian Informasi
Pemberian informasi juga disebut sebagai metode ceramah.
Pemberian informasi merupakan penjelasan yang disampaikan oleh
pembicara kepada pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi
mencakup tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Keuntungan dari teknik ini ialah dapat melayani banyak orang, efisiensi
waktu, tidak banyak memerlukan fasilitas, dan mudah dilakukan. Akan
tetapi, teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu, sering dilakukan
secara monolog, pendengar menjadi kurang aktif, dan menuntut
keterampilan bicara yang baik dari pembicara agar menarik.
b. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan percakapan yang dilakukan oleh tiga
36
Melalui diskusi kelompok, seseorang dapat mengembangkan potensi
dalam diri, mengembangkan kesadaran diri, dan mengembangkan
pandangan baru terkait hubungan antar manusia.
c. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah mengajarkan seseorang untuk mencari solusi
yang tepat dari suatu permasalahanmelalui langkah-langkah yang
sistematis. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah,
2) Mencari sumber dan sebab-sebab masalah,
3) Mencari alternatif pemecahan masalah,
4) Menguji setiap alternatif pemecahan masalah,
5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan,
6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d. Bermain Peran
Bennett (Romlah, 2001) menjelaskan bahwa bermain peran
bermanfaat mengembangkan keterampilan dan dapat mempelajari
hubungan antar manusia dengan cara memerankan situasi yang sesuai
dengan kehidupan nyata. Terdapat dua macam bermain peran yakni
sosiodrama dan psikodrama. Sosiodrama merupakan permainan
peranan yang ditunjukkan untuk memecahkan masalah sosial. Pemeran
diberi kesempatan untuk menghayati situasi masalah yang terjadi,
37
Sedangkan psikodrama merupakan proses bermain peran yang
dilakukan seseorang guna mengurangi konflik atau ketegangan dalam
dirinya (psikis). Melalui psikodrama, seseorang dapat memperoleh
pengertian yang baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menilik
kebutuhan-kebutuhan pribadi serta menyatakan reaksi terhadap
tekanan-tekanan yang dialami.
e. Permainan Simulasi (Simulation Games)
Permaian simulasi bertujuan untuk membantu seseorang untuk
dapat merefleksikan situasi-situasi yang nyata. Simulasi permainan
dilakukan dengan cara bermain peran dan diskusi terkait situasi nyata
yang menjadi topik bahasan.
f. Home Room
Home Roommerupakan program kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk membahas hal-hal yang diperlukan. Kegiatan ini hendaknya
dilakukan di luar jam mata pelajaran agar dapat menciptakan
situasi-situasi yang lebih nyaman, bebas, menyenangkan sehingga murid dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaanya seperti di rumah. Kegiatan ini
berisi tanya jawab, diskusi pendapat, perencanaan kegiatan dan
sebagainya.