• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA (STUDI KASUS: ANALISIS PUTUSAN. MAHKAMAH AGUNG 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA (STUDI KASUS: ANALISIS PUTUSAN. MAHKAMAH AGUNG 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017) SKRIPSI"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA (STUDI KASUS: ANALISIS PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DEVIRA RAMADHANI 160200060

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA

BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

SURAT PERYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : DEVIRA RAMADHANI

NIM : 160200060

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN : PERDATA BW

JUDUL SKRIPSI :PERLINDUNGAN HUKUM BAGI

PEMEGANG MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA (STUDI KASUS : ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017)

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungawab saya.

3. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 20 April 2020

Devira Ramadhani

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA (STUDI KASUS : ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas Hukum Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis sadar penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan sehingga kritik dan saran akan diterima oleh penulis agar dapat memperbaiki kekurangan dalam skripsi ini.

Terimakasih kepada kedua Orang Tua yang sangat penulis cintai, yang selalu berada disisi penulis serta memberikan segala dukungan, motivasi, nasihat, kasih sayang, dan doa yang tak pernah putus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., Mum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

(5)

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., Mum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penasihat Akademik;

3. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, S.H., M. Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam setiap bimbingan, serta waktuyang bapak berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

4. Ibu Puspa Melati, S.H., Mum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., Mum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M. Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan, saran, nasihat dan ilmu yang bapak berikan selama ini disetiap bimbingan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai ;

(6)

8. Seluruh Dosen dan Staff pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ;

9. Kepada teman-teman baik penulis selama penulisan skripsi ini Fadilla, Jihan, Margareth atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis ;

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas semua dukungan tersebut , penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas berkatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 20 April 2020

Devira Ramadhani NIM : 160200060

(7)

ABSTRAK Devira Ramadhani

OK. Saidin

Syamsul Rizal

Merek merupakan alat pembeda antara produk yang satu dengan produk lainnya juga sebagai petunjuk suatu kualitas atas suatu produk di samping sebagai pengenal atau identitas yang akan memudahkan konsumen menentukan pilihannya. Persaingan dagang saat ini semakin besar dan pesat sehingga membuat orang ataupun perusahaan melakukan tindakan yang tidak seharusnya atau melakukan jalan pintas terhadap merek yang sudah terkenal. Tindakannya berupa meniru, menyerupai merek yang sudah terkenal agar merek dagangnya laku dipasaran karena menumpang merek terkenal tersebut. Perlindungan hukum merek perlu diberikan karena merek sangat penting bagi sebuah produk dan juga dalam dunia bisnis, khususnya bagi merek dagang asing dipasaran. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana pengaturan hukum tentang merek asing yang ada di dalam Undang-Undang tentang merek Nomor 20 Tahun 2016, bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap merek asing di Indonesia, bagaimana kedudukan putusan nomor 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017 dalam kasus merek

“HUGO’ ditinjau dalam hukum merek.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang disebut juga penelitian hukum teoritis atau penelitian hukum dogmatis karena tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi hukum. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji isi Putusan Mahkamah Agung Nomor 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017.

Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah Putusan Mahkamah Agung Nomor 92 K/Pdt.Sus-HKI/2016 mengenai kasus merek “HUGO” dapat disimpulkan bahwa pelanggaran merek dapat dibuktikan sesuai dengan hukum yang berlaku. Keterkenalan merek serta unsur itikad tidak baik dapat dibuktikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Bahwa pelaksanaan perlindungan hukum bagi merek asing yang sudah terkenal di Indonesia maupun di luar Indonesia sudah sesuai hukum yang berlaku.

Berdasarkan fakta-fakta di mana objek sengketa yang terdaftar atas nama tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya baik dari bunyi maupun tulisan dengan merek terdaftar dan/atau milik penggugat yang merupakan merek terkenal yaitu merek “HUGO BOSS” Pengugat juga telah membuktikan bahwa merek “HUGO BOSS” dengan berbagai variasinya adalah merek terkenal yang sudah didaftar diberbagai negara dan telah pula terdaftar terlebih dahulu di Indonesia dari pada merek HUGO milik tergugat.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Merek Dagang Asing

Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

 Dosen Pembimbiing I, Departemen Hukum keperdataan Fakultas Hukum USU

 Dosen Pembingbng II Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..………. i

ABSRAK ………..… iv

DAFTAR ISI ………. v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penulisan ... 12

D. Manfaat Penulisan ... 12

E. Metode Penelitian ... 13

F. Keaslian Penulisan ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA ... 18

A. Tinjauan Umum Mengenai Merek ... 18

B. Tinjauan Umum Merek Dagang Asing ... 44

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK ASING 51 A. Perlindungan Merek Asing Dalam Konvensi Internasional .... 51

B. Perlindungan Merek Asing Dalam Undang-Undang No.20 Tahun2016 ... 59

(9)

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG Nomor : 92

K/Pdt.Sus-HKI/2017 ... 62

A. Posisi Kasus ... 62

B. Pertimbangan Hukum putusan Mahkamah Agung ... 72

C. Putusan ... 78

D. Analisis Yuridis Putusan Nomor 92 K/Pdt.Sud-HKI/2017 .... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Selama beberapa dekade terakhir merek telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di manapun kita berada, kita akan selalu melihat merek yang melekat pada suatu produk baik yang berbentuk barang maupun dalam bentuk pelayanan/jasa. Mulai dari pakaian yang kita pakai, peralatan yang kita gunakan, makanan yang kita makan, hingga mode transportasi yang kita pilih. Hampir selalu ada tanda yang melekat berupa merek yang membedakan proDuk tersebut dari yang lain. Dengan kata lain, merek berperan penting dalam perilaku masyarakat saat ini.1

Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari suatu produk dan citra produk sangat penting untuk melakukan pemilihan dan keputusan pembelian, produk dari suatu perusahaan dikenal dengan mencantumkan merek dan identitas yang mudah di ingat dan mempunyai nilai tinggi. Merek memiliki kemampuan sebagai tanda yang dapat menghasilkan perbedaan perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya didalam pasar. Fungsi merek tidak hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan produk lainnya , melainkan juga berfungsi sebagai asset perusahaan yang tidak ternilai harganya, khususnya merek terkenal.

Merek telah digunakan sejak ratusan tahun lalu untuk memberikan tanda dan produk yang dihasilkan dengan maksud asal-usul barang. Merek dan

1 Agung Indriyanto dan Irni Mela yusnita, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2017hlm. 1

(11)

2

sejenisnya dikembangkan oleh para pedagang sebelum adanya industrialisasi.

Bentuk sejenis merek mulai dikenal dari bentuk tanda resmi (hallmark) di Inggris bagi tukang emas, tukang perak dan alat-alat pemotong. Sistem tanda resmi seperti itu terus dipakai karena bisa membedakan dari penghasil barang sejenis lainnya.2

Bahwa didalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah di ratifikasi Indonesia, peranan merek menjadi sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat. Merek merupakan defenisi hukum yang memberikan pelindungan dan upaya pemulihan jika suatu tanda perdagangan digunakan pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu.

Merek sebagai Hak Kekayaan Intelektual pada dasarnya adalah tanda untuk mengidentifikasi dan membedakan produk dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.3

Perlindungan atas merek di inggris pada perkembangan awalnya adalah untuk melawan peniruan. Kasus mengenai merek yang pertama diselesaikan di pengadilan Inggris adalah kasus Lord Hardwicke L.C. in Blanchard lawan Hill pada tahun 1742. Sedangkan peraturan merek yang pertama dibuat ialah Merchandise Marks Act pada tahun 1862. Sebelumnya, Inggris pada tahun 1857 telah mengadopsi sistem pendaftaran merek dari hukum Prancis.

Indonesia mengenal Hak Merek pertama kali pada saat penjajahan Belanda dengan dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik Perindustrian, yaitu dalam

2 Muhammad Djumhana dan R.Djubaedilah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori Dan Prakteknya , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,,1997 hlm.159

3 Rahmi Janed Parindu Nasution, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan (Penyaalahgunaan HKI), Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 203.

(12)

“Reglement Industriele Eigendem Kolonien”Stb. 1912-545 jo Stb. 1913-214, kemudian pada zaman penjajahan Jepang dikeluarkan peraturan merek yang dikenal dengan Osamu Seirei Nomor 30 tentang Menyambung Pendaftaran Cap Dagang yang mulai berlaku pada tanggal 1 bulan 9 tahun Syowa (2603) yang kemudian diperbaharui dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek. Kemudian diperbaharui lagi dan diganti dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Setelah Indonesia meratifikasi Undang-Undang No. 7 tahun 1994 tentang Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) UU Merek Nomor 19 Tahun 1992 kemudian dirubah dengan Undang-Undang No. 14 tahun 1997 tentang Merek dan terakhir UU Merek Indonesia di perbaharui dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001.

Berdasarkan sejarah perkembangannya, hukum merek merupakan bagian dari hukum yang mengatur tentang persaingan curang (unfair competion) dari pemalsuan barang agar konsumen mengenali asal barang tersebut. Prinsip awal perlindungan merek adalah tidak seorang pun berhak menjual barangnya kepada masyarakat seolah-olah barang pengusaha lainnya, yaitu dengan menggunakan tanda yang sama yang telah dikenal masyarakat sebagai tanda milik seseorang.

Lambat laun perlindungan diberikan sebagai suatu pengakuan bahwa tanda tersebut merupakan merek millik orang lain yang telah memakainya dan menjadi tanda pembeda dari barang barang lain yang tidak menggunakan merek tersebut.

Saat ini merek menjadi asset yang sangat berharga bagi produsen, distributor, bahkan di tingkat penjual terendah. David Heigh mengatakan bahwa sumber tunggal terbesar dari nilai yang tak terwujud dalam suatu perusahaan adalah

(13)

4

merek. Bahkan dengan hanya menggunakan perhitungan keuangan yang konservatif, merek masih terhitung sebagai asset yang berjumlah sangat besar.

Oleh karena itu, perlindungan hukum atas merek mutlak diperlukan.4

Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang dengan pesat setelah banyaknya orang yang melakukan peniruan. Terlebih pula setelah dunia perdagangan semakin maju, alat transportasi juga semakin baik dan maju, juga dengan dilakukannya promosi maka wilayah pemasaran barang pun menjadi lebih luas lagi. Keadaan seperti itu menambah pentingnya merek , yaitu untuk membedakan asal-usul barang dan kualitasnya, juga menghindarkan peniruan. Pada gilirannya perluasan pasar seperti itu juga memerlukan penyesuaian dalam sistem perlindungan hukum terhadap merek yang digunakan pada produk yang diperdagangkan.

Bahwa seiring dengan perkembangan globalisasi, Indonesia sebagai negara yang berkembang seharusnya dapat mengantisipasi segala perubahan dalam perkembangan globalisasi. Salah satu bagian terpenting dalam perkembangan globalisasi yaitu Hukum Hak Kekayaan Intelektual Asing di Indonesia . Indonesia termasuk sebagai anggota organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization) yang telah ikut meratifikasi Konvensi International tentang Agreement Establishing The World Trade Organization dengan Undang- Undang No. 7 tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

4 Agung Indriyanto dan Irnie Mela Yusnita, Op.Cit, hlm.1-2

(14)

Merek merupakan alat pembeda antara produk yang satu dengan produk lainnya juga sebagai petunjuk suatu kualitas atas suatu produk di samping sebagai pengenal atau identitas yang akan memudahkan konsumen menentukan pilihannya. Apabila suatu produk tidak memiliki merek, tentu tidak akan dikenal atau dibutuhkan oleh konsumen , oleh karena itu suatu produk apakah produk itu baik atau tidak , tentu akan memiliki merek .5

Bahkan sangatlah memungkinkan bahwa merek yang telah dikenal luas oleh konsumen karena mutu dan harganya akan selalu diikuti , ditiru , dibajak bahkan mungkin dipalsukan oleh produsen lain dalam melakukan persaingan bisnis atau dagang . Perilaku persaingan curang tidak hanya terjadi di Indonesia tapi lazim pula terjadi di negara-negara lain tidak terkecuali di negara-negara industri maju, persoalan pelanggaran merek tetap terjadi .6

Permasalahan merek erat kaitannya dengan produk yang ditawarkan oleh produsen baik berupa barang atau jasa, sedangkan bagi konsumen akan timbul suatu prestise tersendiri jika dia menggunakan merek tertentu. Tidak jarang dalam kehidupan sosial masyarakat ada anggapan bahwa merek barang atau jasa yang digunakan dapat menunjukkan status sosial pemakai merek .7

Perkembangan ilmu dan teknologi yang demikian pesat membawa dampak dalam tatanan kehidupan masyarakat serta dampak terhadap aktifitas ekonomi dalam skala nasional maupun internasional. Pesatnya perkembangan ilmu

5 Sulastri,Satino, Yuliana Yuli W Perlindungan Hukum Terhadap Merek (Tinjauan Terhadap Merek Dagang Tupperware Versus Tulipware) Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Vol.5 No.1 Juni 2018 hal. 162.

6 Loc.cit

7 Aulia Muthiah, “Hukum Dagang Dan Pelaksanaanya Di Indonesia” ,Yogyakarta, PT.Pustaka Baru,2016, hal.158.

(15)

6

teknologi ini berpengaruh terhadap perkembangan dunia industri dan perdagangan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri perdagangan. Adanya iklim perekonomian khususnya perdagangan yang berkembang dengan pesat dan diikuti dengan teknologi dan komunikasi yang semakin maju dan mendominasi membuat setiap orang khususnya yang terkadang tidak lagi mengindahkan nilai etis dan norma hukum yang ada pada praktek perdagangan. Didalam dunia usaha banyak terjadi pemakaian merek tanpa hak terutama merek terkenal dengan tujuan hanya untuk menarik keuntungan semata mata yang dilakukan secara sengaja oleh pihak yang bertanggungjawab.8

Persaingan dagang saat ini semakin besar dan pesat sehingga membuat orang ataupun perusahaan melakukan tindakan yang tidak seharusnya atau melakukan jalan pintas terhadap merek yang sudah terkenal . Tindakannya berupa meniru , menyerupai merek yang sudah terkenal agar merek dagangnya laku dipasaran karena menumpang merek terkenal tersebut.

Perlindungan hukum merek perlu diberikan karena merek sangat penting bagi sebuah produk dan juga dalam dunia bisnis, khususnya bagi merek dagang asing dipasaran. Indonesia menjadi pasar yang potensial bagi para pelaku bisnis yang curang dengan melakukan pembajakan , peniruan dan memakai nama merek yang sudah cukup terkenal , karena masih lemahnya pengaturan hukum Hak Kekayaan Intelektual terutama pada merek.

Undang-undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek merupakan perubahan dari Undang-Undang No.15 Tahun 2001 . Hak atas merek adalah hak khusus yang

8 Meli Hertati Gultom, Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Merek Terdaftar Terhadap Pelanggaran Merek, Universitas Dharmawangsa, Jurnal Warta Edisi:56, April 2018

(16)

diberikan pemerintah kepada pemilik merek, untuk menggunakan merek tersebut atau memberikan izin untuk menggunakannya kepada orang lain.9

Merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial, sehingga tidak jarang merek lebih bernilai tinggi dibandingkan asset riilnya.

Merek dapat menjadi merek terkenal dan memiliki aspek goodwill, yang membutuhkan usaha keras dan biaya yang tidak sedikit.10

Perlindungan hukum merek dagang milik orang asing yang telah tercatat dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang Merek yang telah tercakup dalam Pasal 21 angka 1 tentang yang menyatakan bahwa permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan jasa sejenis merupakan suatu kemajuan dalam peraturan hukum merek di Indonesia yang memberikan jaminan terhadap hasil karya intelektual seseorang maupun beberapa orang atau badan hukum yang telah terdaftar pada Kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual . Hal ini berbeda dengan Undang- Undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang merek perusahaan dan merek perniagaan yang tidak mengatur tentang merek terkenal yang selanjutnya diperbaharui dengan Undang-Undang No.19 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.14 Tahun 1997 yang telah

9 Tim Lindsey,et.al, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, Bandung, PT Alumni , 2011 hal.131

10 Viva Hotmauli Napitupulu,”Kajian Merek Pada Fenomena Vaksin Palsu Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2016”, Dipenogoro Law Jurnal, II Sepetember 2017, hlm.3

(17)

8

memberikan perlindungan terhadap pemilik merek dagang terkenal meskipun dalam realitanya masih mengalami berbagai macam kendala. 11

Pengaturan mengenai merek tidak terbatas pada pengaturan hukum nasional saja, tetapi juga terikat pada hukum internasional. Hubungan hukum antara pengaturan hukum nasional dan internasional dalam merek dapat dilihat bahwa hukum nasional sesuai dengan asas teritorial, melahirkan atau menciptakan Kekayaan Intelektual dan memberikan perlindungan Kekayaan Intelektual, sementara pengaturan hukum internasional mengenai Kekayaan Intelektual bertujuan untuk menciptakan keseragaman pengaturan, mulai dari persoalan istilah hingga penegakan hukumnya, terutama jika menyangkut isu aspek-aspek perdagangan internasional.12

Perlindungan atas merek yang pada dasarnya merupakan bagian dari perlindungan hukum terhadap persaingan curang yang adalah perbuatan melanggar hukum di bidang perdagangan. Perlindungan atas merek dagang itu bertujuan untuk melindungi dua kepentingan tersebut secara seimbang yang hendak dilindungi oleh hukum merek dapat dipisah-pisahkan menjadi empat kelompok berikut :

1. Kepentingan pemilik merek untuk tidak ganggu gugat dalam hubungan baiknya dengan para konsumen, yang telah dibina olehnya dipasar melalui penggunaan suatu merek tertentu, serta dalam harapan yang wajar untuk memperoleh langganan tetap pada masa yang akan datang, yang

11 M.rasyid,Hj.Yunial Laily,Sri Handayani, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing Dalam Era Perdagangan Bebas di Indonesia , Universitas Sriwijaya, hlm.4861.

12 Titon Slamet Kurnia, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di Indonesia Pasca Perjanjian TRIPs, Bandung, PT Alumni, 2011, hlm. 67

(18)

kesemuanya itu terjamin oleh pengenalan masyarakat kepada merek tersebut, yang menunjukan bahwa pemilik merek itu adalah produsen dari barang yang bersangkutan.

2. Kepentingan para produsen atau para pedagang lainnya bersaing, untuk bebas memasarkan barang-barangnya dengan memakai tanda-tanda umum yang dapat dipakai oleh siapa saja, dan yang seharusnya tidak boleh dimonopoli oleh siapapun sehingga tidak merugikan kebebasan mereka untuk menjual barang-barangnya dalam persaingan yang jujur dan sah 3. Kepentingan para konsumen untuk dilindungi terhadap praktik-praktik

yang cenderung hendak menciptakan kesan-kesan yang dapat menyesatkan dan menipu atau membingungkan mereka, dengan cara mempengaruhi pikiran mereka bahwa suatu perusahaan adalah sama dengan perusahaan lain, atau hasil-hasil dari suatu perusahaan yang lain tersebut

4. Kepentingan umum untuk memajukan perdagangan yang jujur dipasar- pasar, serta untuk mencegah timbulnya praktik-praktik yang tidak jujur dan pula bertentangan dengan norma-norma kepatutan dalam perdagangan.13

Adanya perlindungan hukum terhadap merek terkenal dalam hal ini merek dagang asing tidak memberikan jaminan yang pasti dalam kenyataannya karena masih banyak pihak-pihak yang melakukan pemalsuan dan peniruan terhadap merek dagang asing yang ada di Indonesia. Hal ini mengakibatkan para pemilik

13 Suyud Margono, Hak Milik Industri Pengaturan Dan Praktik di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, Juni 2011, hlm. 48-49

(19)

10

hak merek tersebut mengalami banyak kerugian dalam kegiatan bisnisnya yang dapat berakibat pada berkurangnya investasi di Indonesia yang juga memberi dampak pada perekonomian nasional yang akan menurun.

Perlindungan berdasarkan etika dan keadilan menekankan bahwa pemilik merek diberikan hak karena ia dilindungi dimana individu terikat oleh kontrak sosial untuk menghormati hak dan kebebasan masing masing. Hukum merek berkembang dengan kaitan yang sangat erat dengan hukum persaingan curang.

Keduanya sama sama melindungi merek terhadap tindakan tertentu pihak ketiga.

Akan tetapi, konsep perlindungan di antara keduanya berbeda. Hukum persaingan curang bekerja dengan norma objektif untuk melindungi semua kepentingan yang terkait, sedangkan hukum merek memberikan hak subjektif yang melindungi kepentingan pemilik merek.14

Membiarkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap merek-merek, terutama dinegara-negara yang sudah berkembang, dengan dalih “untuk mengejar ketinggalan” dari negara-negara industri yang sudah maju adalah sautu impian kosong yang menyesatkan. Bukan kemajuan yang akan diperoleh dengan cara tersebut, tetapi justru akan berakibat sebaliknya. Praktik-praktik yang tidak sehat itu akan mematikan kreativitas dan semangat membangun dari para moral perdagangan disetiap bidang kegiatan perdagangan, dan akhirnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan konsumen dan masyarakat pada umumnya kepada kejujuran dunia perdagangan secara keseluruhan. Keadaan tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut, akan menghambat perkembangan perdagangan pada

14 Agung Indriyanto dan Irnie Mela Yusnita, Op.cit.,hlm 12

(20)

umumnya, dan terlebih jauh lagi akan membawa pengaruh buruk terhadap pembangunan ekonomi dinegara-negara yang sedang berkembang.15

Seperti contoh kasus yang akan dibahas pada skripsi ini mengenai pendaftaran merek yang memiliki kesamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek dagang asing yang sudah terdaftar di Indonesia. Pada kasus tersebut para pihaknya yaitu HUGO BOSS TRADE MARK MANAGEMENT GMBH & CO.

KG (Penggugat), yang diwakili oleh Authorized Representative, Volker Herre, berkedudukan di Dieselstrasse 12,72555 Metzingen, Jerman, dalam hal ini memberi kuasa kepada Justisiari Perdana Kusumah S.H., M.H., dan kawan- kawan, Para Advokat pada “K&K Advocates-lntellectual Property, penggugat merupakan pemilik merek dagang “HUGO BOSS” yang sudah mendaftarkan mereknya di Indonesia pada tanggal 24 Januari 1989 dengan perpanjangan pendaftaran tanggal 28 April 2009, ternyata merek “HUGO” milik Teddy Tan (Tergugat) mempunyai nama yang sama, Tergugat mendaftarkan mereknya pada tahun 1993 yang mana merek milik Penggugat telah mendapatkan perlindungan hukum sejak tahun 1985, dikarenakan merek milik Tergugat secara jelas mempunyai persamaan pada pokoknya sebagaimana yang terdapat pada Pasal 21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 , selain itu tergugat diduga tidak mempunyai itikad baik dalam mendaftarkan produknya .

Berkaitan dengan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk memilih judul “Perlindungan Hukum Bagi

15 Suyud Margono, Op.cit., hlm 49

(21)

12

Pemegang Merek Dagang Asing Di Indonesia”(Analisis Putusan Mahkamah Agung 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan merek asing yang ada di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Merek ?

2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap merek asing di Indonesia ? 3. Bagaimana kedudukan putusan dalam kasus merek “HUGO” ditinjau dalam

hukum merek ? C. Tujuan Penulisan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum merek asing yang ada di Indonesia

b. Untuk mengetahui bentuk perlindungan merek asing yang ada di Indonesia c. Untuk mengetahui apakah putusan Mahkamah Agung sudah sesuai dengan

pengaturan hukum merek asing di Indonesia

D. Manfaat Penulisan 1. Secara Teoretis

Penelitian dapat berguna sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu di bidang Hukum Perdata yang berkenaan dengan Hukum Kekayaan Intelektual Khususnya di bidang Merek .

2. Secara Praktis

a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi penulis khususnya mengenai merek

(22)

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi mahasiswa bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara

d. Untuk melengkapi bahan pustaka yang telah ada di perpustakaan Fakultas Hukum Sumatera Utara

E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut juga penelitian hukum teoritis atau penelitian hukum dogmatik karena tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi hukum. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji isi Putusan Mahkamah Agung Nomor 92 K/Pdt.Sus-HKI/2016 , bahan-bahan pustaka, dan perundang-undangan , keputusan pengadilan , teori hukum dan dapat juga berupa pendapat para sarjana. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian terhadap utusan pengadilan.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini bersifat deskriptif, dengan teknik deskriptif dimaksudkan peneliti memaparkan apa adanya tentang suatu peristiwa hukum atau kondisi hukum. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang beraspek hukum, terjadi disuatu tempat tertentu pada saat tertentu.

Sebagai kondisi hukum, misalnya suatu undang-undang bertentangan

(23)

14

dengan peraturan perundang-undanganan lainnya dengan mengutip pasal-pasal terkait seperti apa adanya atau suatu putusan hakim yang kontroversial dengan mengutip bagian-bagian tertentu dari putusan seperti apa adanya tanpa diberi komentar oleh peneliti yang bersifat solusi. 16

3. Sumber Data

Berkaitan dengan permasalahan dan pendekatan masalah yang digunakan maka penelitian ini menggunakan sumber data kepustakaan . Data yang digunakan adalah data sekunder yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan pokok masalah yang akan diteliti. Bahan-bahannya yaitu terdiri atas bahan kepustakaan seperti dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian, surat kabar, makalah, peraturan perundang-undangan yang berkembang mengenai ketentuan tentang merek, dan lain sebagainya.

Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

2. Peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek

3. Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights (TRIPs) 4. Paris Convention

5. Trademark Law Treaty

16 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori Hukum, Prenadamedia Group, 2016, hlm.152

(24)

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yaitu data yang secara tidak langsung diperoleh dari sumbernya dengan cara Library Research (Studi Kepustakaan) yaitu dengan membaca buku-buku atau literature yang berkaitan dengan Kekayaan Intelektual yaitu Undang- Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

5. Analisis Data

Analisis data dalam penulisan ini menggunakan data kualitatif, metode ini digunakan agar penulis dapat mengerti dengan gejala yang ditelitinya. Metode penelitian data selagi cara untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul digunakan metode analisis normatif yaitu penelitian yang bertolak dari peraturan perundang- undangan yang ada sebagai hukum positif.

Penelitian kualitatif merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logos, sistematis dan empiris terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi disekitar kita untuk di rekonstruksi guna mengungkapkan kebenaran, bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis

(25)

16

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penelitian di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara diketahui tidak ada penulisan yang serupa mengenai Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Merek Dagang Asing Di Indonesia (Studi Putusan No.92 K/Pdt.Sus.HKI/2017). Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun tambahan dalam penulisan ini menambah uraian penulis dalam skripsi ini. Sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: MEMBAHAS TINJAUAN UMUM MENGENAI MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA

Bab ini membahas pengertian merek dagang asing dan tata cara pendaftaran merek menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2016.

BAB III: MEMBAHAS PERLINDUNGAN HUKUM MEREK ASING

(26)

Bab ini membahas tentang perlindungan hukum merek dagang asing dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2016 serta konvensi internasional yang mengatur tentang merek.

BAB IV: ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG (STUDI PUTUSAN NO. 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017)

Bab ini membahas putusan Mahkamah Agung nomor 92 K/Pdt.Sus-HKI/2017 antara HUGO BOSS TRADE MARK MANAGEMENT GMBH & CO.KG melawan TEDDY TAN BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan penulisan yang ditulis penulis dari awal sampai akhir beserta saran.

(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI MEREK DAGANG ASING DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Mengenai Merek 1. Pengertian merek

Merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan dipasaran. Pengusaha biasanya berusaha mencegah orang lain menggunakan merek, para pedagang memperoleh reputasi baik dan kepercayaan dari para konsumen serta dapat membangun hubungan antara reputasi tersebut dengan merek yang telah digunakan perusahaan secara regular. Semua hal diatas tentunya membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan uang.17

Istilah merek sejauh ini diartikan dengan berbagai cara, tergantung pada perspektif pemahaman atas fenomena merek itu sendiri. Dalam arti klasik, merek dihubungkan dengan identifikasi sebuah produk dan pembedaannya dari produk-produk para pesaing, baik dalam bentuk pemakaian nama tertentu, logo spesifik, desain khusus, maupun tanda dan simbol visual lainnya.18

Merek berdasarkan Pasal 1 angka (1) UU No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis adalah merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,

17 Tim Lindsey, Loc.Cit

18 Casavera, 2009, 15 Kasus Sengketa Merek Di Indonesia, Graha ilmu, Yogyakarta, hlm.3.

(28)

susunan warna, dalam 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/jasa.

Pada Undang-Undang No 20 Tahun 2016 membagi merek menjadi dua jenis menjadi yaitu, merek dagang dan merek jasa. Pada pasal 1 ayat 2 (dua) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 mendefenisikan merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh sesorang atau beberapa orang secaraa bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya. Pasal 1 ayat 3 (tiga) merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh sesorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.

Defenisi tentang merek yang dikeluarkan Bivieaux International Reunis pour la Protection de la Propriete Intectuelle (BIRPI) yang tercantum pada Pasal 1 ayat (1) sub a sebagai berikut:

“Trade mark means any visible sign serving to distinguish the good of one enterprise from those of other enterprises”.19

Merek dalam Pasal 15 ayat (1) TRIPs Agreement:

“Setiap tanda, atau kombinasi dari beberapa tanda yang mampu membedakan barang dan jasa atau satu dari yang lain, dapat membentuk merek. Tanda-tanda tersebut, terutama berupa kata-kata

19 Muhammad Djumhana, R.Djubaudillah, Op.Cit. hlm.165.

(29)

20

termasuk nama orang, huruf, angka, unsur figurative dan kombinasi dari beberapa warna atau kombinasi warna-warna tersebut, dapat didaftarkan sebagai merek. Dalam hal suatu tanda tidak dapat membedakan secara jelas barang atau jasa yang satu dengan yang lain, negara-negara anggota dapat mendasarkan keberadaan daya pembeda tanda-tanda tersebut melalui penggunanya, sebagai syarat bagi pendaftarnya. Negara negara dapat menetapkan persyaratan bahwa tanda tanda tersebut harus dapat dikenali secara visual sebagai syarat pendaftaran suatu merek”.

Didalam banyak perundang-undangan tentang merek diadakan pembedaan umumnya pada apa yang dinamakan merek dari perusahaan (Manufacturer’s Mark, Marques de fabrique) yaitu merek-merek dari seorang produsen yang membedakan benda-bendanya, hasil produksinya dan yang dijual olehnya ini dengan merek-merek yang dipakai dalam perdagangan (merek perniagaan, marques de commerce). Dengan istilah yang terakhir ini diartikan merek-merek yang membedakan barang dari suatu pedagang yang tidak memproduksinya sendiri dari pada barang barang yang dijual oleh orang lain.20

Selain menurut undang-undang ada beberapa sarjana juga memberikan pendapatnya tentang merek yaitu :

20 Sudargo Gautama, Hukum Merek Indonesia, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 31 Januari 1977

(30)

a. H.M.N. Purwo Sutjipto, memberikan rumusan bahwa mereka adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.

b. Philip S. James MA, Sarjana Inggris, menyatakan bahwa “a trade mark is a mark used in conextion with good which atrader uses in order to tignity that a certain type of good arehis trade not be the actual manufacture of goods, inorder to give him the right to use a trademark, it will suffice ifthey merely pass through his hand is the course of trade”.

(Merek dagang adalah suatu tanda yang dipakai oleh seorang pengusaha atau pedagang untuk menandakan bahwa suatu bentuk tertentu dari barang-barang kepunyaannya, pengusaha atau pedagang tersebut tidak perlu penghasilan sebenarnya dari barang- barang itu, untuk memberikan kepadanya hak untuk memakai sesuatu merek, cukup memadai jika barang-barang itu ada di tangannya dalam lalu lintas perdagangan).

c. Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau merek dari aspek fungsinya, yaitu suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barangsejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.

d. Harsono Adisumarto, S.H.,MPA, merumuskan bahwa :

(31)

22

Merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan meberi tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaaan.

e. Essel R. Dillaou, Sarjana Amerika Serikat, sebagaimana dikutip oleh Prastius Daritan, merumuskan seraya memberi komentar bahwa :

“No complete definition can be gifenfor a trade mark generally it is any sign, symbol mark, work or arrangement of words in the form of a label adopted and used by a manufacturer distributor to designed bis particular goods, and which no other person has the legal right to use it. Originally, the sign or trade mark, indicated origin, but to day it is used more as anadversiting mechanism”.

(Tidak ada defenisi yang lengkap yang dapat diberikan secara untuk suatu merek dagang, secara umum adalah suatu lambang, symbol, tanda, perkataan atau susunan kata-kata didalam bentuk suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh seseorang pengusaha atau distributor untuk menandakan barang-barang khususnya, dan tidak ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakainya desain

(32)

atau trade mark menunjukan keaslian tetapi sekarang itu dipakai sebagai suatu mekanisme periklanan.)21

Sebuah merek dapat disebut merek bila memenui syarat mutlak berupa adanya daya pembeda yang cukup (capable of distinguishing). Maksudnya tanda yang dipakai (sign) tersebut mempunyai kekuatan untuk membedakan barang atau jasa yang diproduksi sesuatu perusahaan dari perusahaan lainnya.

Untuk mempunyai daya pembeda ini, maka merek itu harus dapat memberikan penentuan atau “individualsering” pada barang atau jasa bersangkutan.22

2. Fungsi Merek

Dengan melihat arti kata merek dan objek yang di lindunginya, maka merek digunakan untuk membedakan barang atau produksi 1(satu) perusahaan dengan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang sejenis. Dengan demikian, merek adalah tanda pengenal asal barang dan jasa yang bersangkutan dengan produsennya, maka hal itu menggambarkan jaminan kepribadian (individuality) dan reputasi barang dan jasa hasil usahanya tersebut sewaktu diperdagangkan.

Merek juga memberikan jaminan nilai atau kualitas barang dan jasa yang bersangkutan. Hal itu tidak hanya berguna bagi produsen pemilik merek tersebut, tetapi juga memberikan perlindungan dan jaminan mutu barang kepada konsumen. Selanjutnya, merek juga berfungsi sebagai sarana promosi

21 Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 343-345

22 Muhammad Djumhana, R.Djubaedillah, Op.Cit. hlm.166

(33)

24

(means of trade promotion) dan reklame bagi produsen atau pengusaha- pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa yang bersangkutan. Di pasaran luar negeri, merek-merek sering kali adalah satu-satunya cara untuk menciptakan dan mempertahankan “goodwill” di mata konsumen. Merek tersebut adalah simbol dengan mana pihak pedagang memperluas pasarannya di luar negeri dan juga mempertahankan pasaran tersebut. Goodwill atas merek adalah sesuatu yang tidak ternilai dalam memperluas pasaran.

Merek juga dapat berfungsi merangsang pertumbuhan industri dan perdagangan yang sehat, dan menguntungkan semua pihak. Diakui oleh Commercial Advisory Foundation in Indonesia (CAFI), bahwa masalah paten dan trademark di Indonesia memegang peranan yang penting di dalam ekonomi Indonesia, terutama berkenaan dengan berkembangnya usaha-usaha industri dalam rangka penanaman modal.

Realisasi dari pengaturan merek tersebut juga akan sangat penting bagi kemantapan perkembangan ekonomi jangka panjang. Juga merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam menghadapi mekanisme pasar bebas yang akan dihadapi dalam globalisasi pasar internasional seperti untuk menghadapi AFTA maupun NAFTA. Pamor Indonesia pun akan bertambah serta dianggap sebagai negara yang sudah cukup dewasa untuk turut serta dalam pergaulan antara bangsa-bangsa (The Family of Nations).23

Merek juga berfungsi sebagai:

23 Muhammad Djumhana, R.Djubaedillah, Op.Cit. hlm.171

(34)

a. Fungsi pembeda, yakini membedakan produk yang satu dengan produk perusahaan lain

b. Fungsi jaminan reputasi, yakini selain tanda asal usul produk, juga secara pribadi menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan produsennya, sekaligus memberikan memberikan jaminan kualitas akan produk tersebut.

c. Fungsi promosi, yakini merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan dan mempertahankan reputasi produk lama yang di perdagangkan, sekaligus untuk menguasai pasar.

d. Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakini merek dapat menunjang pertumbuhan industri melalui penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dalam menghadapi mekanisme pasar bebas yang sudah di alami saat ini.

Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen. Dari segi produsen merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas, kemudian pemakaiannya, dari pihak pedagang, merek di gunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasaran, dari pihak konsumen, merek di gunakan untuk mengadakan pilihan barang yang akan di beli oleh konsumen.

Menurut Rahayu Hartini, merek memiki fungsi yang sangat penting dan strategis didalam perdagangan, karena tidak hanya berfungsi untuk membedakan suatu produk dengan produk lainnya, melainkan juga berfungsi

(35)

26

sebagai asset perusahaan yang tidak ternilai, terutama untuk merek-merek yang berpredikat terkenal (Well-Known Marks).24

Selain fungsi fungsi diatas, merek juga dapat memiliki fungsi dan tujuan yang dapat dilihat dari segi berbeda. Bagi produsen, merek bertujuan untuk :

1. Memberi jaminan kepada konsumen bahwa barang yang dibelinya bersal dari perusahaannya

2. Menjamin mutu barang 3. Memberi nama barang

4. Memberi perlindungan kepada pemilik merek yang sah dari tindak peniruan yang dilakukan oleh pihak lain.

Bagi pedagang merek digunakan untuk promosi barang dagangnyanya guna mencari dan memuaskan pasar. Bagi konsumen, merek berfungsi untuk memberikan pilihan barang yang akan dibeli.25

3. Sejarah Hukum Merek

Indonesia mengenal pertama kali Hak Merek pertama kali pada saat penjajahan Belanda dengan dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik Perindustrian, yaitu dalam “Reglement Industriele Eigendom Kolonien” Stb.

1912-545 jo Stb 1913-214, kemudian pada zaman penjajahan Jepang dikeluarkan peraturan merek yang dikenal dengan Osamu Seirie Nomor 30 tentang Menyambung Peraturan Cap Dagang yang mulai berlaku pada tanggal

24 Rahayu Hartini, Hukum Komersial, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, 2006, hlm. 336.

25 Harsono Adisumarto, Hak Milik Perindustrian, Akademika Pressindo, Jakarta, 1990, hlm.44

(36)

1 bulan 9 Syowa 2603). Selanjutnya, peraturan-peraturan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek Perusahaan dan Perniagaan.26

Setelah Indonesia merdeka peraturan dari RIE juga masih dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUd 1945. Ketentuan itu masih terus berlaku hingga akhirnya pada tahun 1961 ketentuan tersebut diganti dengan UU No.21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan yan diundangkan pada tanggal 11 Oktober 1961 dan dimuat dalam lembaran negara RI No.290 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI No.2341 yang mulai berlaku pada bulan November 1961.

Undang-undang ini kemudian diganti dengan undang-undang baru dengan berbagai dasar pertimbangan kenapa harus dicabut dan digantikan oleh Undang-undang No.19 Tahun 1992 tentang “Merek” yang diundangkan dalam lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 81 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara No.3490. Alasan dicabutnya UU No.21 Tahun 1961 itu adalah karena UU Merek No.21 Tahun 1961 dinilai tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat pada masa ini jika dilihat, UU Merek Tahun 1992 ini ternyata memiliki banyak perubahan-perubahan yang sangat berarti disbanding dengan UU Merek No.21 Tahun 1961. Antara

26 Muhammad Djumhana, Op.Cit. hlm.160

(37)

28

lain yaitu mengenai sistem pendaftaran, lisensi, merek kolektif dan sebagainya.27

Seiring berkembangnya perdagangan internasional, terwujud lah persetujuan TRIPs yang memuat norma standar perlindungan hak atas kekayaan intelektual, termasuk didalamnya tentang hak merek. Indonesia pun telah meratifikasinya pada tahun 1997. Setiap revisi UU merek Indonesia dimaksudkan untuk selalu mengikuti perkembangan global, khususnya dalam perdagangan internasional, menyediakan iklim persaingan usaha yang sehat dan mengadaptasi konvensi-konvensi internasional.28

Konvensi internasional tentang merek sebenarnya sudah ada sejak lama, yakni The Paris Convention for The Protection of Industrial Property, yang kemudian terkenal dengan Konvensi Paris. Konvensi ini disusul dengan Perjanjian Madrid, Konvensi Hague serta Perjanjian Lisbon. Dari semua konvensi tersebut, yang menjadi dasar perlindungan merek adalah Konvensi Paris. Pada tahun 1934, ketika Indonesia masih dijajah kolonial Belanda, sebenarnya Hindia Belanda telah menjadi anggota Uni Paris. Dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka Indonesia tidak secara otomatis tetap menjadi anggota Konvensi Paris. Pada tahun 1953. Indonesia kembali menjadi anggota Uni Paris setelah mengadakan permohonan atau pernyataan tertulis secara sepihak untuk turut serta pada konvensi tersebut. Namun

27 Ok Saidin, Op.Cit. hlm.444

28 Ending Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights Kajian Hukum terhadap Ha katas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hlm. 9-10

(38)

demikian, pada saat itu Indonesia mengadakan reservasi terhadap pasal-pasal penting sehingga kemudian reservasi tersebut dicabut pada tahun 1997. 29

Dalam implementasinya, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan ini menggunakan sistem

“first to use”, demi kepentingan perlindungan konsumen (publik). Namun, pada tahun 1972, Mahkamah Agung menginterpretasikan isitilah “pemakai pertama di Indonesia yang beritikad baik”. Interpretasi tersebut menjadi yurisprudensi tetap hingga saat ini, sejak adanya putusan Mahkamah Agung RI Nomor 677/K/Sip/1972 tanggal 13 Desember 1972 yang mengadili kasus PT. Tancho Indonesia Co. Ltd., melawan Wong A Kiong (Ong Sutrisno) yang mendaftarkan merek “Tancho” atas nama perusahaannya Firma Tokyo Osaka Comapny di Jakarta. Wong A Kiong telah mendaftarakan Merek Tancho untuk kategori Kosmetik di tahun 1965. Pada tanggal 16 November 1970, PT.

Tancho Indonesia Co. Ltd. (perusahaan patungan antara Tancho Kabushiki Kaisha, Jepang dengan NV. The city Factory, Jakarta) mengajukan pendaftaran merek Tancho di Direktorat Paten. Namun walaupun Tancho Kabushiki Kaisha telah memasarkan kosmetik bermerek Tancho di Filipina, Singapura, Hongkong, dan bahkan Indonesia sejak 1961, permohonan registrasi merek ditolak oleh Direktorat Patten dengan alasan bahwa merek tersebut telah didaftarkan oleh Wong A Kiong.30

29 Ibid, hlm.10

30 Casavera, 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hlm.23-24

(39)

30

Pada saat perkara tersebut sampai ke tingkat kasasi, Mahkamah Agung menginterpretasikan istilah “pemakai pertama di Indonesia” sebagai “pemakai pertama di Indonesia yang jujur (beritikad baik)”, dengan pertimbangan bahwa hal tersebut adalah sesuai dengan maksud Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 yang bertujuan mengutamakan perlindungan terhadap khalayak ramai. Mahkamah Agung memutuskan bahwa A Kiong tidak beritikad baik, dengan alasan:

1. Kedua merek Tancho mempunyai persamaan dalam keseluruhannya 2. Wong A Kiong secara sengaja mencantumkan kata-kata “Trade Marks

Tokyo Osaka Co” sehingga menunjukkan adanya maksud menimbulkan kesan seakan-akan produknya buatan luar negeri, padahal jelas-jelas merupakan buatan Indonesia.31

Setelah 31 tahun berlalu, Undang-Undang ini dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek yang di undangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 81 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 3490 pada tanggal 28 Agustus 1992 yang berlaku sejak 1 April 1993.32

Berbeda dengan Undang-Undang Merek No.21 Tahun 1961 yang menerapkan first to use system, sedangkan Undang-Undang Merek No.19 Tahun 1992 menggunakan sistem konstitutif atau first file to principle. Sistem yang lama berdasarkan pada pemakaian pertama yang menimbulkan adanya hak atas merek. Dan pendaftaran atas suatu merek bukan menunjukan adanya

31 Ibid., hlm.24

32 Ok Saidin. Op.Cit. hlm 331-332

(40)

hak tapi merupakan anggapan adanya hak. Berbeda dengan sistem konstitutif.

Sistem ini mendasarkan pada sistem pendaftaran,dan adanya pendaftaran atas sutau merek merupakan bukti adanya hak atas merek tersebut. Tanpa perlu membuktikan apakah merek itu kemudian digunakan dalam kancah perdagangan atau tidak.33

Dalam sistem ini, Undang-Undang Merek hanya mengakui adanya hak atas merek apabila merek itu telah didaftar dan sistem ini dianut secara kaku.

Sehingga tidak ada pengakuan atas hak merek meskipun merek itu telah digunakan dalam jangka waktu yang lama sebelum diterapkan Undang- Undang Merek No.19 Tahun 1992. Umpamanya, jika ternyata pemilik baru mengajukan pendaftarannya kemudian, sementara itu telah ada pihak lain yang lebih dulu mendaftarkan walaupun ia baru saja melakukan aktivitas bisnisnya, maka pemakai pertama merek itu tetap akan ditolak pendaftarannya. Padahal, dalam praktek yang terjadi di beberapa negara lain, misalnya : Singapura, Amerika dan Australia, Kantor Merek masih memberikan kesempatan Untuk menerima pendaftaran mereknya diajukan belakangan dibandingkan dengan pemilik merek yang mendaftarkan lebih dulu, namun penggunaan merek itu dilakukan lebih akhir .

Disamping itu, Undang-Undang Merek No.19 Tahun 1992 tidak mengakui “hak yang telah ada” berdasarkan Undang-Undang Merek No.21 Tahun 1961 karen adanya pemakaian lebih dulu atau factual prior use yang seharusnya wajib dipertimbangkan. Apalagi dalam kondisi geografis negara

33 Insan Budi Maulana. . Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa Ke Masa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 106

(41)

32

Indonesia yang memiliki ribuan kepulauan, seharusnya fakta pemakaian yang nyata atau pemakaian lebih dulu itu harus juga diperhatikan sebelum memutuskan menerima atau menolak permintaan pendaftaran merek tersebut.

Tambahan lain, bukankah masih begitu banyak para pengusaha Indonesia yang dikategorikan sebagai pengusaha kecil dan menengah yang tingkat kesadaran terhadap hukum merek masih begitu rendah.34

Selanjutnya, pada tahun 1977, Undang-Undang Merek tahun 1992 tersebut diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1977.

Lalau, pada tahun 2001, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tersebut dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001.

Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 ini diterbutkan dengan alasan bahwa semakin meluasnya arus globalisasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, maupun bidang-bidang kehidupan lainnya serta perkembangan teknologi informasi dan transportasi telah menjadikan kegiatan sektor perdagangan meningkat secara pesat dan bahkan telah menempatkan dunia ini sebagai pasar tunggal bersama. Berdasarkan hal tersebut, era perdagangan global hanya dapat dipertahankan apabila terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Disini, Merek memegang peranan yang sangat penting sehingga diperlukan sistem pengaturan yang lebih memadai sehingga

34 Ibid. hlm. 107

(42)

perlu dibuat Undang-Undang merek yang baru dan terbitlah Undang-Undang Merek Nomor 1 Tahun 2001.35

Selanjutnya setelah Undang-Undang merek Nomor 15 Tahun 2001 diterbitkan juga diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 memuat ketentuan yang baru dari Undang-Undang yang sebelumnya salah satunya adalah perlindungan merek terkenal yang diniai lebih jelas dari aturan sebelumnya.

3. Jenis-jenis Merek

Jenis merek yang ada di Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 di dalam pasal 2 ayat (2), merek sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 meliputi :

a. Merek Dagang; dan b. Merek Jasa

Adapun dalam pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 menyebutkan bahwa :

“ Merek Dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangankan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama- sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainya”.

Selanjutnya dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 menyebutkan bahwa :

35 Ok Saidin, Op.Cit. hlm.336

(43)

34

“ Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama- sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya”.

Kelas barang atau jasa adalah kelompok jenis barang atau jasa yang mempunyai persamaan dalam sifat, cara pembuatan, dan tujuan penggunaannya. Pada prinsipnya suatu permohonan pendaftaran bagi suatu barang atau jasa tertentu hanya dapat diajukan untuk 1(satu) kelas barang atau jasa, tetapi dalam hal dibutuhkan pendaftaran untuk lebih dari 1(satu) kelas, maka terhadap setiap kelas yang diinginkan harus diajukan permohonan pendaftarannya.36

Berdasarkan ketentuan yang ada pada peraturan perundang-undangan di bidang Merek, pada dasarnya pendaftaran merek dapat dimintakan untuk lebih dari 1 (satu) kelas barang dan jasa secara bersamaan prosedur pendaftaran seperti itu memberikan kemudahan kepada pemilik merek dan pemeriksa merek, karena administrasinya lebih sederhana juga penanganan pemeriksaannya pun akan lebih sederhana. Meskipun demikian, hal itu tidaklah menyebabkan bertentangan dengan esensi ketentuan yang mengatur, bahwa perlindungan hukum diberikan untuk barang dan jasa yang berada pada jenis yang bersangkutan.37

36 Muhammad Djumhana , Op.Cit. hlm169-170

37 Ibid, hlm. 170

(44)

Selain Merek Dagang dan merek jasa juga dikenal dengan Merek Kolektif di dalam Undang-Undang Merek Nomor 20 Tahun 2016 menyebutkan bahwa :

“ Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan ketentuan yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum sevar bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.”

Selain klasifikasi Merek tersebut, terdapat pula beberapa klasifikasi Merek lainnya antara lain Suryatin, terdapat beberapa jenis merek yakni38 :

1. Merek lukisan (beel mark) 2. Merek kata (word mark) 3. Merek bentuk (form mark)

4. Merek bunyi-bunyian (klank mark) 5. Merek judul (tittle mark)

Selanjutnya R.M Suryodiningrat mengklasifikasikan merek dalam tiga jenis yaitu39 :

a. Merek kata yang terdir dari kata-kata saja

Misalnya : Good Year, Dunlop, sebagai merek untuk ban mobil dan ban sepeda.

38 Suryatin, Hukum Dagang I dan II, Paradnya Paramitha, Jakarta, 1980, hlm. 87

39 R.M Suryodiningrat, Aneka Hak Milik Perindustrian, Tarsito, Bandung, 1981, hlm. 15

(45)

36

b. Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali digunakan.

c. Merek kombinasi kata dari lukisan, banyak sekali digunakan.

Misalnya : Rokok putih merek “Escort” yang terdiri dari lukisan iring- iringan kapal laut dengan tulisan di bawahnya “Escort”; The wangi merek

“Pendawa” yang terdiri dari lukisan wayang kulit pendawa dengan perkataan dibawahnya “Pendawa Lima”.

Jenis-jenis merek juga dapa dibagi menjadi berdasarkan tingkat derajat kemasyuran suatu merek yaitu seberapa terkenalkah merek tersebut ditegah masyarakat. Ada 3 jenis merek yan dikenal masyarakat yaitu :

1. Merek Biasa

Disebut juga “normal mark” yang berarti merek ini tidak memiliki reputasi yang baik dalam masyarakat karena kualitasnya yang rendah. Merek ini tidak memberikan citra yang baik kepada masyarakat sehingga masyarakat enggan memeliki merek produk tertentu diantara berbagai merek yang ada untuk barang sejenis. Akan tetapi perlu diingat, terkadang suatu merek tergolong merek biasa (the men in the street), bukan semata-mata disebabkan faktor kualitas teknologinya yang kurang, juga bukan disebabkan desain atau kemudahan serta efektivitas pemakaian dan pemeliharaan. Tidak pula karena faktor lukisan dan warna merek yang dipencarkan. Kemungkinan besar dikarenakan faktor strategi promosi dan pengiklanan. Dana iklan yang tidak

(46)

memadai, menyebabkan pengenalan masyarakat konsumen terhadapnya kurang memadai.40

2. Merek Terkenal

Sering disebut “well known mark”. Merek ini memiliki reputasi yang baik dan merupakan merek yang sering dipilih masyarakat yang biasanya memiliki kualitas yang baik dan dapat memuaskan konsumen yang memakai merek tersebut. Suatu merek terkenal harus terdaftar pada negara asalnya agar mendapatkan perlindungan di negara lain. Ada beberapa faktor objektif untuk menentukan suatu merek terkenal yaitu :

a. Persentase nilai pasarannya tinggi

b. Dan persentase tersebut harus pula dikaitkan dengan luas wilayah pemasaran diseluruh dunia

c. Serta kedudukan bersifat stabil dalam jangka waktu yang lama d. Kemudian tidak terlepas dari faktor jenis dan tipe barang41 3. Merek Termasyur

Jenis merek ini adalah adalah merek yang sudah dikenal dan memiliki reputasi paling tinggi yang pada beberapa negara bahkan diakui keberadaannya sehingga meskipun tidak terdaftar, kemasyhurannya dapat mencegah pihak yang tidak memiliki hak untuk menggunakan merek termasyhur tersebut.

40 M Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesai Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 1992, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Hlm.81-82

41 Ibid, hlm.84

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah survai deskriptif, yang bertujuan mengetahui kandungan sisa klor dan Candida albicans serta keluhan kesehatan mahasiswa Fakultas Ilmu

Untuk meningkatkan loyalitas dan kepuasan pelanggan, perusahaan perlu meningkatkan kualitas produk atau jasa.Upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan

2) Pembagian kelompok, dari jumlah sampel dibagi 2 yaitu kelompok yang menggunakan media cetak berupa leaflet , dan kelompok yang menggunakan media elektronik

Pada Class Aplikasi terdiri dari beberapa form yang menunjangnya, antara lain Form Utama, Form Pengiriman Baru, Form Notifikasi, Form Admin, Form Tambah Cabang,

Asuhan yang diberikan antara lain : menginformasikan hasil pemeriksaan kepada klien, menjelaskan masalah mules pada perut, menganjurkan untuk mobilisasi secara

[r]

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran terpadu

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil