• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Distilasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Distilasi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

LANDASAN TEORI

Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan tahun diaplikasikan secara luas. Di sperempat abad pertama dari abad ke-20 ini, aplikasi unit distilasi berkembang pesat dari yang hanya terbatas pada upaya pemekatan alcohol kepada berbagai aplikasi di hampir seluruh industri kimia. Distilasi pada dasarnya adalah proses pemisahan suatu campuran menjadi dua atau lebih produk lewat eksploitasi perbedaan kemampuan menguap komponen-komponen dalam campuran. Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu klom baki (tray column) atau kolom dengan isian (packing column) untuk mendapatkan kontak antar fasa seintim mungkin sehingga diperoleh unjuk kerja pemisahan yang lebih baik.

Salah satu modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch distillation). Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa keuntungan :

1. Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu. Beberapa peralatan pendukung seperti pompa, tungku/boiler, perapian atau instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau ukuran minimum agar dapat digunakan pada skala industrial. Di bawah batas minimum tersebut, harga peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan operasinya akan semakin tinggi.

2. Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung yang mampu menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit diperoleh dan mahal harganya. Peralatan distilasi curah dapat dipandang memiliki fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini merupakan salah satu alas an mengapa peralatan distilasi curah sangat cocok digunakan sebagai alat serbaguna untuk memperoleh kembali pelarut maupun digunakan pada pabrik skala pilot. Perangkat praktikum distilasi batch membawa para pengguna untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar pemisahan

(2)

dengan operasi distilasi, seperti kesetimbangan uap cair dan pemisahan lewat multi tahap kesetimbangan.

Perangkat ini dapat juga dimanfaatkan untuk mempelajari dasar-dasar penilaian untuk kerja kolom distilasi pacing dan mempelajari perpindahan massa dalam kolom distilasi packing.

Kesetimbangan Uap-Cair

Seperti telah disampaikan terdahulu, operasi distilasi mengekspoitasi perbedaan kemampuan menguap (volatillitas) komponen-komponen dalam campuran untuk melaksanakan proses pemisahan. Berkaitan dengan hal ini, dasar dasar keseimbangan uap-cair perlu dipahami terlebih dahulu. Berikut akan diulas secara singkat pokok-pokok penting tentang kesetimbangan uap-cair guna melandasi pemahaman tentang operasi distilasi.

1.1.1 Harga-K dan Volatillitas Relatif

Harga-K (K-Value) adalah ukuran tendensi suatu komponen untuk menguap. Jika harga-K suatu komponen tinggi, maka komponen tersebut cenderung untuk terkonsentrasi di fasa uap, sebaliknya jika harganya rendah, maka komponen cenderung untuk terkonsentrasi di fasa cair. Persamaan (1) di bawah ini menampilkan cara menyatakan harga-K.

Dengan adalah fraksi mol komponen i di fasa uap dan adalah fraksi mol komponen i di fasa fasa cair.

Harga-K adalah fungsi dari temperatur, tekanan, dan komposisi. Dalam kesetimbangan, jika dua di antara variable-variabel tersebut telah ditetapkan, maka variable ketiga akan tertentu harganya.

Dengan demikian, harga-K dapat ditampilkan sebagai fungsi dari tekanan dan komposisi, temperature dan komposisi, atau tekanan dan temperatur.

(3)

Volatillitas relative (relative volatility) antara komponen i dan j didefinisikan sebagai :

Dengan Ki adalah harga-K untuk komponen I dan Ki adalah harga-K untuk komponen j. Volatillitas relatif ini adalah ukuran kemudahan terpisahkan lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus, volatillitas relative ditulis sebagai perbandingan harga-K dari komponen lebih mudah menguap (MVC = more-volatile component) terhadap harga K komponen yang lebih sulit menguap.

Dengan demikian, harga α mendekati satu atau bahkan satu, maka kedua komponen sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan lewat operasi distilasi.

Sebagai contoh untuk sistem biner, misalkan suatu cairan yang dapat menguap terdiri dari dua komponen, A dan B. Cairan ini dididihkan sehingga terbentuk fasa uap dan fasa cair, maka fasa uap akan kaya dengan komponen yang lebih mudah menguap, misalkan A, sedangkan fasa cair akan diperkaya oleh komponen yang lebih sukar menguap, B. Berdasarkan persamaan (1) dan (2), volatillitas relative, αAB, dapat dinyatakan sebagai berikut :

⁄ ⁄

Atau dapat dikembangkan menjadi :

( )

Jika persamaan (4) tersebut dialurkan terhadap sumbu x-y, maka akan diperoleh kurva kesetimbangan yang menampilkan hubungan fraksi mol komponen yang menampilkan hubungan fraksi mol komponen yang mudah menguap di fasa cair dan fasa uap yang dikenal sebagai diagram

(4)

x-y. Perhatikan gambar (1). Garis bersudut 45° yang dapat diartikan semakin banyaknya komponen A di fasa uap pada saat kesetimbangan. Ini menandakan bahwa semakin besar harga αAB, semakin mudah A dan B dipisahkan lewat distilasi.

Gambar 1 Diagram x-y sistem biner A-B

1.1.2 Sistem Ideal dan Tak Ideal

Uraian terdahulu berlaku dengan baik untuk campuran-campuran yang mirip dengan campuran ideal. Yang dimaksud dengan campuran ideal adalah campuran yang perilaku fasa uapnya mematuhi Hukum Dalton dan perilaku fasa cairnya mengikuti Hukum Raoult. Hokum Dalton untuk gas ideal, seperti diperlihatkan pada persamaan (5), menyatakan bahwa tekanan parsial komponen dalam campuran, pi, sama dengan fraksi mol komponen tersebut, , dikalikan tekanan parsial komponen, , sama dengan fraksi mol komponen di fasa cair, . Persamaan (6) menampilkan pernyataan ini.

(5)

Dari persamaan (5) dan (6), harga-K untuk sistem ideal dapat dinyatakan sebagai berikut.

Pernyataan harga-K untuk system tak ideal tidak seringkas pernyataan untuk system ideal. Data kesetimbangan uap-cair umumnya diperoleh dari serangkaian hasil percobaan. Walaupun tidak mudah, upaya penegakan persamaan-persamaan untuk mengevaluasi system tak ideal telah banyak dikembangakn dan bahkan telah diaplikasikan. Pustaka sepaerti walas (1984) dan Smith-van Ness (1987) dapat dipelajari untuk mendalami topik tersebut.

1.1.3 Diagram T-x-y

Proses-proses distilasi industrial seringkali diselenggarakan pada tekanan yang relative konstan. Untuk keperluan ini diagram fasa isobar (pada tekanan tertentu) paling baik untuk ditampilkan. Diagram yang menempatkan temperatur dan komposisi dalam ordinat dan absis ini dinamai diagram T-x-y. Bentuk umum diagram ini diperlihatkan dalam gambar 1 yang mewakili campuran dengan dua komponen A dan B berada dalam kesetimbangan uap-cairnya. Kurva ABC adalah titik-titik komposisi cairan jenuh, sedangkan kurva AEC adalah titik-titik komposisi untuk uap jenuh. Titik C mewakili titik didih komponen A murni dan Titik A mewakili titik didih komponen B murni.

Bayangkan suatu campuran berfasa cair titik G, bertemperatur T0 dan

komposisinya X0, dipanaskan hingga mencapai temperatur T1 di kurva

ABC yang berarti campuran berada pada temperatur jenuhnya sedemikian hingga pemanasan lebih lanjut akan mengakibatkan terjadinya penguapan T1 dapat dianggap sebagai temperatur terbentuknya uap pertama kali atau

dinamai titik didih (bubble point) campuran cair dengan komposisi X0.

Perhatikan bahwa uap yang terbentuk memiliki komposisi tidak sama dengan x0 tetapi y0 (diperoleh dari penarikan garis horizontal dari T1).

(6)

Pemanasan lebih lanjut mengakibatkan semakin banyak uap terbentuk dan sebagai konsekuensinya adalah perubahan komposisi terus menerus di fasa cair sampai tercapainya titik E. Pada temperatur ini, semua fasa cair telah berubah menjadi uap. Karena tidak ada massa hilang untuk keseluruhan sistem, komposisi uap yang diperoleh akan sama dengan komposisi cairan awal.

Penyuplaian panas berikutnya menghasilkan uap lewat jenuh seperti diwakili oleh titik F. Sekarang operasi dibalik. Mula-mula campuran fasa uap di titik F didinginkan dari temperatur T2 hingga mencapai titik E di kurva AEC. Di titik ini, uap berada dalam keadaan jenuh dan cairan mulai terbentuk. Titik ini kemudian dinamai titik embun (dew point). Pendinginan lebih lanjut menyebabkan fasa cair makin banyak terbentuk sampai tercapainya titik H yang mewakili titik jenuh fasa cair. Diagram T-x-y dengan demikian dapat dibagi menjadi tiga daerah :

1) Daerah di bawah kurva ABC yang mewakili subcooled liquid mixtures (cairan lewat jenuh),

2) Daerah di atas kurva AEC yang mwakili superheated vapor (uap lewat jenuh), dan

3) Daerah yang dibatasi kedua kurva tersebut yang mewakili system dua fasa dalam kesetimbangan. Operasi distilasi bekerja di daerah tempat terwujudnya kesetimbangan dua fasa, uap dan cair.

(7)

1.1.4 Azeotrop dan Larutan Tak Campur

Gambar 2 adalah tipikal untuk sistem normal. Jika interaksi fisik dan kimiawi yang terjadi di dalam sistem sangat signifikan maka bentukan kurva T-x-y dan x-y akan mengalami penyimpangan yang berarti. Pada gambar 3 berbagai modifikasi, seperti distilasi ekstraktif, distilasi kukus, dsb, perlu dilakukan untuk memisahkan komponen-komponen dari system yang tak ideal ini.

Gambar 3 Diagram T-x-y untuk sistem tak ideal

Gambar 3a dan 3b mewakili sistem azeotrop yaitu sistem yang memiliki perilaku seperti zat murni di suatu komposisi tertentu. Lihat titik a dengan komposisi xa. Pada titik ini perubahan temperatur saat penguapan

terjadi tidak menyebabkan perbedaan komposisi di fasa uap dan cair. Gambar 3a mewakili sistem maximum boiling azeotrope, sedangkan gambar 3b mewakili sistem minimum boiling azeotrop.

(8)

Interaksi antar komponen yang sangat kuat memungkinkan terbentuknya dua fasa cairan yang ditunjukkan oleh daerah tak saling larut (immiscible region) dalam diagram fasa seperti tampak dalam gambar 3c. Diagram x-y untuk sistem-sistem ini dapat dilihat pada gambar 4.

Destilasi Diferensial

Kasus distilasi batch (partaian) yang paling sederhana adalah operasi yang menggunakan peralatan seperti pada Gambar berikut ini.

Gambar 5 Distilasi Diferensial

Pada alat ini, cairan dalam labu dipanaskan sehingga sebagian cairan akan menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap berada dalam kesetimbangan

dengan komposisi cairan yang ada di labu, xw. Uap keluar labu menuju kondenser

dan diembunkan secara total. Cairan yang keuar dari kondenser memiliki komposisi xD yang besarnya sama dengan yD. Dalam hal ini, distilasi berlangsung

satu tahap.

Uap yang keluar dari labu kaya akan komponen yang lebih sukar menguap (A), sedangkan cairan yang tertinggal kaya akan komponen yang lebih sukar menguap (B). Apabila hal ini berlangsung terus, maka komposisi di dalam cairan akan berubah; komponen A akan semakin sedikit dan komponen B akan semakin banyak. Hal ini juga berdampak pada komposisi uap yang dihasilkan.

Keterangan :

D = laju alir distilat, mol/jam yD = komposisi distilat, fraksi mol

V = jumlah uap dalam labu W = jumlah cairan dalam labu

(9)

Jika komposisi komponen A di dalam cairan menurun, maka komposisi komponen A di dalam uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tadi juga akan menurun. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi dalam operasi ini berubah terhadap waktu. Neraca massa proses distilasi diferensial dapat dinyatakan sbb :

( ) ( ( ) )

Bentuk integrasi persamaan di atas adalah sbb :

( ) ∫

Dimana x0 dan W0 masing-masing adalah komposisi dan berat cairan di dalam

labu mula-mula. Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Rayleigh.

Jika operasi dilaksanakan pada tekanan tetap, perubahan temperature cairan dalam labu tidak terlalu besar, dan konstanta kesetimbangan uap-cair dapat dinyatakan sebagai : y = Kx, sehingga persamaan (9) dapat dengan mudah diselesaikan menjadi :

( )

( )

Untuk campuran biner, hubungan kesetimbangan dapat dinyatakan dengan koefisien volatillitas relative, α. Jika koefisien volatillitas relatif ini dapat dianggap tetap selama operasi, maka integrasi persamaan (5) adalah :

( )

[ ( ) ( )]

(10)

Rektifikasi dengan Refluks Konstan

Distilasi partaian menggunakan kolom rektifikasi yang ditempatkan di atas labu didihnya (reboiler) akan memberikan pemisahan yang lebih baik dari pada distilasi diferensial biasa, karena kolom rektifikasi menyediakan terjadinya serangkaian tahap kesetimbangan. Dengan jumlah tahap kesetimbangan yang lebih banyak, komposisi komponen yang mudah menguap di fasa uap akan semakin besar atau dengan kata lain, pemisahan yang diperoleh akan lebih baik. Kolom rektifikasi dapat berupa kolom dengan piringan (plate) atau dengan isian (packing).

Di puncak kolom, sebagian cairan hasil kondensasi dikembalikan ke dalam kolom sebagai refluks agar pada kolom terjadi kontak antar fasa uap-cair.

Jika nisbah refluks dibuat tetap, maka komposisi cairan dalam reboiler dan distilat akan berubah terhadap waktu. Untuk saat tertentu, hubungan operasi dan kesetimbangan dalam kolom distilasi dapat digambarkan pada diagram McCabe-Thiele. Perhatikan gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 Diagram McCabe-Thiele

Pada saat awal operasi (t=t0), komposisi cairan di dalam reboiler

dinyatakan dengan x0. Jika cairan yang mengalir melalui kolom tidak terlalu besar

dibandingkan dengan jumlah cairan di reboiler dan kolom memberikan dua tahap pemisahan teroritik, maka komposisi distilat awal adalah xD. Komposisi ini dapat

(11)

diperoleh dengan membentuk garis operasi dengan kemiringan L/V dan mengambil dua buah tahap kesetimbangan antara garis operasi dan garis kesetimbangan seperti yang ditunjukan pada gambar 3. Pada waktu tertentu setelah operasi (t=t1), komposisi cairan di dalam reboiler adalah xW dan komposisi

distilat adalah xD. Karena refluks dipertahankan tetap, maka L/V dan tahap

teoritik tetap.

Secara umum, persamaan garis operasi adalah sbb : untuk waktu ke-i,

Persamaan (12) jarang digunakan dalam praktek karena melibatkan besaran L dan V yaitu laju alir cairan dan uap yang mengalir di dalam kolom. Dengan mendefinisikan nisbah refluks, R, sebagian R = L/D, maka persamaan (12) dapat diubah menjadi :

Waktu yang diperlukan untuk distalasi curah menggunakan kolom rektifikasi dengan refluks konstan dapat dihitung melalui neraca massa total berdasarkan laju penguapan konstan, V, seperti ditunjukkan berikut ini :

(12)

Sistem Peralatan Kontrol 7 12 12 8 Blok-3 1 10 Blok-4 11 Blok-5 2 Keterangan : 1. Tombol alarm 2. Tombol start 3. Tombol heater OFF 4. Tombol heater ON 5. Tombol heater intermit 6. Tombol heater pemanasan 7. Tombol cooler ON

8. Tombol cooler CLOSED 9. Tombol ON-OFF

Blok 3 : Kontrol aliran cairan dan uap di dalam kolom Blok 4 : Kontrol laju alir distilat

(13)

BAB II

TUJUAN

Tujuan dari percobaan pompa sentrifugal ini antara lain untuk menentukan karakteristik pompa sentrifugal dengan :

1. Memisahkan campuran biner air dan ethanol.

2. Membuat kurva kalibrasi antara indeks bias dengan fraksi mol etanol.

3. Mengukur fraksi distilat (xo) dan residu (xw) dalam hal ini perubahan

konsentrasi terhadap waktu.

4. Menghitung etanol dalam sampel yang diperoleh dengan persamaan luas Rayleigh.

(14)

BAB III

HASIL PERCOBAAN

Kurva Kalibrasi

Kurva Hasil Destilat

y = 0.1475x + 0.4605 R² = 0.8352 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Ind ek s B ia s

Fraksi Mol Ethanol

Kurva Kalibrasi

y = 40.066x - 11.372 R² = 0.7146 -2.000 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 1 /( Xd -Xw ) Xw

(15)

Perhitungan Berdasarkan Persamaan Rayleigh

Dengan menggunakan persamaan Simpson, Luas di bawah kurva ( )

( ) ( ⁄ )

(16)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Oleh : Syahdini Handiani (101411057)

Pada percobaan ini, komponen yang akan dipisahkan adalah ethanol dan air. Titik didih etanol yaitu 78 oC sedangkan air memiliki titik didih 100 oC pada tekanan 1 atmosfer. Perbandingan massa ethanol-air dapat diperoleh dengan cara mengalikan massa jenis dengan volumenya.

Pada saat destilat terbentuk pertama kali (setelah umpan mendidih), suhu reaktor umpan mencapai 90 oC, disini telihat bahwa titik didih campuran umpan dipengaruhi oleh titik didih komponen dalam campuran tersebut, sedangkan suhu kondensat mencapai 80 oC, ini membuktikan bahwa senyawa ethanolnya yang terdistilasi. Komposisi dari destilat dan residu dapat dilihat dengan menggunakan indeks bias yang diperoleh dari masing-masing destilat dan residu, dengan cara memplotkan pada kurva kalibrasi antara indeks bias dengan residu. Dari kurva kalibrasi ini diperoleh bahwa kenaikan indeks bias akan sebanding dengan peningkatan komposisi ethanolnya.

Total volume destilat yang didapat yaitu sebesar 96,25 ml. Sedangkan volume residu didapat yaitu sebesar 25,55 ml. Semakin lama waktu destilasi maka semakin besar fraksi mol ethanol yang terkandung dalam destilat, serta semakin sedikit fraksi mol ethanol di dalam campuran (umpan).

Untuk mencari neraca massa total, digunakan persamaan Rayleigh dengan menggunakan grafik persamaan Rayleigh yang merupakan metode luas dibawah kurva yaitu persamaan integral dari 1/(XD-XW) yang sebanding dengan ln

perbandingan berat etanol awal dan akhir. Dari grafik luas diperoleh luasnya sebesar 2,9386 sehingga berat etanol akhir didalam residu sebesar 48,381 gram.

(17)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini yaitu :

1. Kenaikan indeks bias berbanding lurus dengan peningkatan komposisi ethanol.

2. Semakin lama waktu destilasi maka semakin besar fraksi mol ethanol yang terkandung dalam destilat, serta semakin sedikit fraksi mol ethanol di dalam campuran (umpan).

3. Volume total destilat yang didapat yaitu sebesar 96,25 ml. 4. Volume total destilat yang didapat yaitu sebesar 25,55 ml. 5. Berat etanol akhir didalam residu sebesar 48,381 gram.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G, H. Gester, H. Hauser, H. Stauble, dan E. Schneiter. 1995. Teknologi Kimia. Bagian 2. Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Lienda Handojo, M. Eng. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Geankoplis, C. J. 1993. Transport Processes And Unit Operation. Third Edition, pp 127-132. London : Prentice Hall International.

Henley, E.J., J.D., Equilibrium-Stage Separation Operations in Chemical Engineering, John Wiley, New York, 1981, Chapter 3, 9..

Kister, H.Z. Distillation Design, Mc Graw-Hill, New York, 1992, Chapter 1, 5. McCabe, Warren L, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi keempat.

Diterjemahkan oleh: Ir. E.Jasjfi,M.Sc. Jakarta: Erlangga.

Mc. Cabe, Waren L,. Operasi Teknik Kimia. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 1999. Perry’s, “Chemical Engineering Handbook”, edisi 3, 1988.

Tim. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi : Distilasi. Jurusan Teknik Kimia. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Walas, S.M., Phase Equilibria in Chemical Engineering, Butterworths Publishers, MA, 1984

Warren L., Mc Cabe, Julian C. Smith. Peter Harriott. 1990. Unit Operations of Chemical Engineering. Fifth Edition. New York : Mc Graw Hill, Inc. Warren L. , Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter Harriot. 1990. Operasi Teknik

(19)

LAMPIRAN A

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN Alat

1. Alat distilasi dan unit pengendali 1 unit

2. Refraktometer 3. Stopwatch

4. Gelas sampel 10 buah 5. Botol semprot 1 buah 6. Pipet ukur 10 ml 2 buah 7. Gelas kimia 250 ml 5 buah 8. Pipet tetes 2 buah

Bahan 1. Aquades

(20)

LAMPIRAN B

DATA PENGAMATAN Kondisi Operasi

Pemanas minyak (oil bath) = 90°C Temperatur uap (vapour) = 80°C Perbandingan reflux, R = L/D = 6/3 = 2

Kurva Kalibrasi

Ethanol (ml) Aquades (ml) Indeks Bias

10 0 0.603 9 1 0.576 8 2 0.566 7 3 0.565 6 4 0.558 5 5 0.554 4 6 0.532 3 7 0.516 2 8 0.512 1 9 0.487 0 10 0.407 Pengamatan

Waktu (s) Volume Ethanol (ml) Indeks Bias

Destilat Residu Destilat Residu

0 0 2 0.545 0.532 900 12 3 0.548 0.53 1800 16 4.55 0.563 0.524 3600 20 4.5 0.566 0.522 7200 16.25 4 0.57 0.514 14400 15 3 0.582 0.509 28800 17 4.5 0.601 0.501

(21)

LAMPIRAN C

PENGOLAHAN DATA

Total Volume Destilat dan Residu

Waktu (s) Volume Ethanol (ml) Destilat Residu 0 0 2 900 12 3 1800 16 4.55 3600 20 4.5 7200 16.25 4 14400 15 3 28800 17 4.5 TOTAL 96.25 25.55 Kurva Kalibrasi

Ethanol (ml) Aquades (ml) XEthanol Indeks Bias

10 0 1 0.603 9 1 0.9 0.576 8 2 0.8 0.566 7 3 0.7 0.565 6 4 0.6 0.558 5 5 0.5 0.554 4 6 0.4 0.532 3 7 0.3 0.516 2 8 0.2 0.512 1 9 0.1 0.487 0 10 0 0.407

(22)

Perhitungan Berdasarkan Kurva Kalibrasi

Waktu (s)

Indeks Bias Dari Kurva Kalibrasi

Destilat Residu XDestilat (XD) XResidu (XW) ( ) ( ) 0 0.545 0.532 0.578 0.490 0.088 11.308 900 0.548 0.53 0.599 0.476 0.122 8.167 1800 0.563 0.524 0.701 0.435 0.265 3.769 3600 0.566 0.522 0.721 0.422 0.299 3.341 7200 0.57 0.514 0.748 0.367 0.381 2.625 14400 0.582 0.509 0.830 0.333 0.497 2.014 28800 0.601 0.501 0.959 0.279 0.680 1.470

Perhitungan Berdasarkan Persamaan Rayleigh

Dengan menggunakan persamaan Simpson, Luas di bawah kurva ( )

( ) ( ⁄ )

Gambar

Gambar 1 Diagram x-y sistem biner A-B
Gambar 2 Tipikal Diagram T-x-y
Gambar 2 adalah tipikal untuk sistem normal. Jika interaksi fisik dan  kimiawi  yang  terjadi  di  dalam  sistem  sangat  signifikan  maka  bentukan  kurva  T-x-y  dan  x-y  akan  mengalami  penyimpangan  yang  berarti
Diagram x-y untuk sistem-sistem ini dapat dilihat pada gambar 4.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Larutan yang terbentuk mempunyai tekanan uap jenuh yang lebih rendah daripada air murni (terjadi penurunan tekanan uap jenuh)2. Larutan yang terbentuk mempunyai titik didih

Titik Didih Cairan adalah suhu di mana Point fase cair dan uap berada dalam kesetimbangan dengan satu sama lain pada tekanan tertentu.. Oleh karena itu, titik

Ketika dipandang dari sisi yang berlawanan (dari cair menjadi padat) disebut titik beku, Titik didih adalah suhu (temperatur) ketika tekanan uap sebuah zat cair

b) Komposisi overhead konstan, dengan berbagai refluks. Jika diinginkan untuk mempertahankan komposisi overhead yang konstan dalam kasus biner campuran, jumlah

•Isomer orto memiliki tekanan uap yang tinggi pada suhu sekitar titik didih campuran, sedangkan tekanan uap isomer para lebih rendah dibandingkan isomer orto. •Isomer

Pada suhu 78 O C (setara dengan titik didih alkohol) etanol akan menguap terlebih dulu dari pada air yang memiliki titik didih 100. Proses perubahan uap menjadi cair atau

Masukan dari menara distilasi biasanya berupa cair jenuh, yaitu cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan terbentuk uap dan memiliki dua arus

Distilasi uap merupakan suatu pemisahan campuran yang komponennya memiliki titik didih tinggi antara 200°C dan dapat menguapkan senyawa dengan air mendidih di suhu yang mendekati 100°C