commit to user
PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI TRADISI PADUSAN
(Studi Kasus Masyarakat Sekitar Cokro, Tulung, Klaten Mengenai Tradisi Padusan)
Skripsi Oleh: Retno Widyastutik
NIM:K 8405032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan menunjukkan suatu pengertian yang luas dan kompleks.
Di dalamnya tercakup baik segala sesuatu yang terjadi dalam dan dialami oleh
manusia secara personal dan secara kolektif, maupun bentuk-bentuk yang
dimanifestasikan sebagai ungkapan pribadi seperti yang dapat kita saksikan dalam
sejarah kehidupannya, baik hasil-hasil pencapaian yang pernah ditemukan oleh
umat manusia dan diwariskan secara turun-temurun, maupun proses perubahan
serta perkembangan yang sedang dilalui dari masa ke masa.
Kebudayaan yang merupakan hasil dari “budi” dan “daya” manusia,
dapat mengangkat derajat manusia sebagai makhluk Tuhan yang tertinggi diantara
makhluk-makhluk yang lain, seperti binatang dan tumbuhan. Tingkat kebudayaan
dan peradaban manusia ditentukan oleh kemampuan manusia dalam menghadapi
tantangan alam sekitar dimana mereka tinggal dan hidup. Alam sekitar memberi
batas kemampuan manusia untuk berbuat sesuai dengan budi dan dayanya. Oleh
karena itu manusia, kebudayaan dan alam sekitar merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, dan tidak ada kebudayaaan
jika tidak ada manusia pendukungnya.
Keberadaan manusia di dunia ini tidak bisa terlepas dari budaya yang
menyertainya. Kebudayaan memberikan bentuk perilaku kepada idividu-individu
secara khas, dalam arti setiap kebudayaan itu berlainan bentuknya dan perilaku
individu juga menampilkan sosok yang khas. Bentuk budaya yang berlainan dan
perilaku individu yang khas tersebut merupakan manivestasi dari seperangkat
unsur kebudayaan yang universal dan pranata yang berlaku. Unsur kebudayaan
yang universal terdiri dari tujuh unsur, yaitu bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian,
commit to user
”Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu
rasa identitas bersama” (Koentjaraningrat, 2000:146). Suatu masyarakat akan
menghasilkan kebudayaan dan diantara masyarakat dengan kebudayaan tidak
dapat dipisahkan, keduanya merupakan satu kesatuan sehingga tidak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan
tanpa adanya masyarakat, dengan kata lain bahwa masyarakat merupakan faktor
penyebab dari munculnya kebudayaan dan sekaligus sebagai wadah dan
pendukung dari kebudayaan yang diciptakan.
Bersamaan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin maju. Hal tersebut kerena sifat masyarakatnya yang dinamis.
Pada akhirnya masyarakat ini juga akan mengalami perubahan karena secara
langsung maupun tidak langsung, perkembangan masyarakat dan kemajuan ilmu
dan teknologi saling mempengaruhi. Pada masa sekarang, kebudayaan asing dapat
masuk dengan mudah ke dalam suatu masyarakat dan akan berhadapan langsung
dengan kebudayaan yang telah ada. Sehingga kebudayaan asing tersebut sedikit
banyak akan mempengaruhi terhadap nilai-nilai kebudayaan asli masyarakat.
Selama masyarakat sebagai pendukung dari kebudayaan asli tetap
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang telah dianut, pengaruh kebudayaan
asing tidak akan melunturkan tradisi yang telah berkembang di dalam masyarakat.
Masyarakat kita dewasa ini adalah suatu masyarakat yang bergerak
amat cepat, seiring dengan perubahan nilai dan perubahan sistem sosial yang
terjadi. Dalam kondisi seperti itu sebenarnya masyarakat kita sedang mengalami
perubahan yang luar biasa antar subkultur, antar kultur dan antar nilai-nilai.
Perubahan itu terjadi antara lain hadirnya teknologi komunikasi, pendidikan,
urbanisasi, transmigrasi, perkawinan antar suku dsb. Maka kebudayaan yang
semula tumbuh dan berkembang di lingkungannya sendiri-sendiri sekarang telah
commit to user
Indonesia merupakan bangsa dengan keanekaragaman yang komplek,
mungkin negara lain tidak memiliki. Keanekaragaman meliputi agama, sosial,
budaya, tradisi dan masih banyak lagi. Salah satu lingkup keberanekaragaman
adalah dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Setiap daerah mempunyai
tradisi dan cara menyambutnya. Sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Cokro
yang masih tetap menjalankan kebudayaan asli. Masyarakat Cokro, yang dalam
hal ini juga termasuk dalam masyarakat atau suku jawa, mamiliki tradisi yang
telah sekian lama bertahan hingga sekarang. Tradisi tersebut adalah tradisi
padusan yang dilaksanakan setiap setahun sekali menjelang bulan puasa. Berdasar
atas berbagai sumber, konon tradisi tersebut sudah ada sejak dahulu atau sejak
nenek moyang mereka. Bahkan menurut sumber pula, masyarakat Cokro sampai
sekarang belum berani untuk meniadakan tradisi tersebut
Istilah padusan dari kata “adus” atau mandi. Padusan biasanya
dilakukan sehari sebelum bulan Ramadhan. Makna dari padusan adalah
membersihkan segala kotoran yang menempel di badan atau di jiwa, sehingga
dalam berpuasa dalam keadaan bersih jasmani dan rohani. Padusan bisa
dilaksananakan di sungai, kolam renang atau bisa juga dilaksanakan di kamar
mandi dan biasanya dilakukan secara masal. Sedangkan modal utama menyambut
bulan Ramadhan adalah iman, keikhlasan serta kesungguhan dalam menjaga
kesucian. Setiap kali menghadap Allah, harus dalam kondisi yang suci. Sebagian
masyarakat di Jawa beranggapan tidak lengkap rasanya mengawali puasa tanpa
padusan. Padusan sudah menjadi adat kebiasaan tahunan menjelang puasa. Bukan
hanya sekedar kebiasaan, namun sudah menjadi kebutuhan. Bahkan, ada sebagian
masyarakat yang menganggap padusan itu wajib.
Tradisi sebagai salah satu bentuk kebudayaan bangsa yang masih
dilestarikan dan mempunyai pendukung yang kuat, merupakan salah satu
peninggalan budaya yang bisa memberi corak khas kepada kebudayaan bangsa.
Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul dari buah budi rakyat
commit to user
Tradisi padusan ini dilaksanakan setiap tahun sekali merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat Desa Cokro. Pemandian Cokro Tulung
merupakan salah satu lokasi yang cukup diminati masyarakat untuk menjalankan
ritual ini, karena dianggap berhubungan dengan petilasan pemandian putri
keraton. Setiap menjelang Ramadhan, ribuan orang berdesakan mendatangi lokasi
ini. Pengunjung yang sebagian besar merupakan remaja berdesak-desakan hanya
untuk menyaksikan prosesi pengguyuran tujuh pasang pemuda-pemudi yang
duduk di depan kolam kecil yang merupakan mata air. Bergantian, kepala mereka
diguyur dengan satu gayung air kembang. Seusai itu, sebuah wadah dari tanah liat
yang juga berisi air kembang dibanting di depan kolam kecil tersebut sebagai
penutup ritual
(http://antokoe.wordpress.com/2007/09/05/marhaban-ya-Ramadhan/).
Ritual padusan dan laku puasa sebenarnya sudah ada sejak ajaran
Islam belum masuk ke Jawa. Semasa Kerajaan Majapahit, para ksatria, pujangga,
brahmana, dan empu terbiasa melakoninya sebagai bentuk penyucian diri. Dimana
secara fisik, tradisi padusan memang tidak islami. Ini merupakan tradisi adopsi
dari kebudayaan tinggalan agama Hindu, Budha, dan Animisme. Namun, berkat
para Wali Songo yang berhasil mengawinkan tradisi adat jawa dengan nafas
islam, tradisi padusan yang dilestarikan masyarakat Jawa itu tetap berlangsung.
Tradisi dan adat jawa yang masih berlangsung di masyarakat pedesaan itu adalah
bermakna simbolis hubungan diri orang Jawa dengan para leluhur, dengan
sesama, maupun dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.
Pemaknaan terhadap tradisi dari suatu masyarakat banyak mungkin
sekali akan beragam. Makna yang muncul bisa bersifat positif dan negatif, dan
semua itu tergantung bagaimana persepsi dan sikap masyarakat terhadap adanya
tradisi padusan tersebut, mengenai itu semua tentu ada sesuatu hal yang menjadi
faktor yang mempengaruhinya. Seperti misalnya dalam masyarakat Cokro yang
begitu heterogen memiliki latar belakang pemikiran dan cara pandang yang
berbeda-beda pula. Kemudian dari bagaimana masing-masing individu
commit to user
untuk menarik sebuah jawaban. Proses modernisasi telah mendorong penyerapan
pengaruh, terutama budaya barat oleh karena itu, persepsi tradisi padusan juga
ikut bergeser.
Tradisi padusan memang mengalami banyak transformasi atau
perkembangan, seiring dengan kemajuan zaman. Acara mandi massal ini telah
berubah menjadi aktivitas plesiran yang diminati banyak warga masyarakat,
apalagi makna padusan di kalangan generasi muda sudah banyak bergeser dari
pemaknaan penyucian diri, tetapi padusan merupakan sarana rekreasi berenang
bersama teman-teman di saat hari libur menjelang puasa. Dinas pariwisata
Kabupaten Klaten juga menyuguhkan beberapa hiburan guna menunjang
pelaksanaan tradisi padusan dan juga untuk menarik para pengunjung. Kegiatan
hiburan terlihat dengan berbagai macam pertunjukan seperti penampilan artis
dangdut, musik regae, atraksi reog, dan berbagai karnaval kebudayaan. Kondisi
ini ternyata juga dapat memberikan penghasilan tambahan bagi para pedagang
di sekitar pemandian. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul: Pandangan Masyarakat Mengenai
Tradisi Padusan (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Cokro, Tulung, Klaten
Mengenai Tradisi Padusan)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut maka peneliti
mengambil beberapa permasalahan diantaranya adalah :
“Bagaimana pandangan masyarakat sekitar desa Cokro mengenai tradisi
commit to user C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
memahami bagaimana persepsi masyarakat sekitar desa Cokro mengenai tradisi
padusan. Selain itu sebagai usaha untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi
padusan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan :
a. Memberikan tambahan pengetahuan terhadap peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya mengenai suatu tradisi masyarakat.
b. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan
terutama mengenai penelitian tradisi masyarakat.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penulisan
penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah di
dalam memelihara dan melestarikan tradisi masyarakat.
b. Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi masyarakat supaya tetap
menjaga dan melestarikan tradisi sebagai warisan nenek moyang serta
menyadari potensi wisata budaya yang dimiliki di daerahnya.
c. Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah daerah (Pemda)
Klaten agar tetap mengembangkan potensi wisata budaya yang dimiliki
yaitu tradisi padusan dengan meningkatkan mutu pelayanan pelaksanaan
commit to user
d. Penelitian ini memberikan masukan bagi pengelola kawasan obyek wisata
Pemandian Umbul Cokro supaya menjaga dan mengembangkan potensi
kepariwisataan kawasan Cokro Tulung yang bertumpu pada potensi wisata
alam tirta (air) dan alam pedesaan sehingga akan mampu meningkatkan
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A.TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Tentang Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Kehidupan individu tidak lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu
secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula
individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan
dengan persepsi. Persepsi merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui
beberapa hal melalui panca indera yang dimilikinya.
Dalam memahami konsepsi pandangan digunakan teori pembahasan
persepsi, berikut penulis uraikan teori tentang persepsi :
Persepsi adalah “cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita
menjadi pengalaman yang bermakna” (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmad,
2001:25). Persepsi dapat dipandang sebagai suatu pengamatan terhadap obyek,
peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan dan menafsirkan
obyek yang ada (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmad, 2001:38).
“[Sociology is ] ... the science whose object is to interpret the meaning of
social action and thereby give a causal explanation of the way in which the action
proceeds and the effects which it produces”.
– Max Weber The Nature of Social Action 1922, [39] (www.wikipedia.com).
Maksudnya yaitu :
“Sosiologi adalah ilmu yang tujuannya untuk menafsirkan makna tindakan
sosial dan memberikan penjelasan sebab-akibat di mana setiap tindakan ada
akibatnya”
commit to user
”Persepsi ialah pengalaman manusia tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan tentang objek yang semuanya sangat tergantung atas
kebudayaan manusia”(Alo Liliweri, 2001:113).
”Persepsi sebagai proses pengorganisasian, pengintegrasian terhadap
stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti,
dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu” ( Bimo Walgito
1997:88).
Persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus
yang mempengaruhi indra kita. Persepsi merupakan proses yang mengorganisir
dan menghubungkan data-data indra kita untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri (De
Vito, Alex Sobur, 2003:445).
”Sebagian besar pengetahuan, pikiran, perasaan, dan persepsi manusia terkandung dalam bahasa, suatu sistem simbol. Kata-kata mengandung makna atau nama yang menggolong-golongkan objek dan pikiran. Kata-kata adalah persepsi konseptual mengenai dunia yang terkandung dalam simbol-simbol”(Achmad Fedyani Saifuddin, 2005:292).
”Persepsi kelompok adalah keseluruhan atau rata-rata persepsi individu
terhadap dunia luar yang lebih kurang sama” (Alo Liliweri. 2001:113).
Kesamaan-kesamaan tersebut biasanya diwujudkan ke dalam pengakuan bersama
terhadap suatu objek, misalnya memakai simbol, tanda-tanda, dan bahasa-bahasa
verbal dan non-verbal yang sama.
Persepsi merupakan cara pandang terhadap sesuatu hal, dimana individu
mengenali dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya. Bagaimana
individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun keadaan sekitarnya, hal ini
berkaitan dengan persepsi (perception). Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Persepsi berkaitan dengan
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.
Persepsi merupakan istilah yang memiliki pengertian yang berhubungan
commit to user
individu. Dengan kata lain persepsi adalah cara memandang atau menanggapi
seseorang terhadap suatu obyek yang ada disekitarnya dengan menyimpulkan
informasi yang sampai kepadanya. Persepsi seseorang terhadap suatu obyek ini
tidak terlepas dari kerangka pemikiran ataupun pengalamannya, karena persepsi
merupakan suatu proses memahami mengenai hubungan peristiwa-peristiwa atau
obyek-obyek sosial dengan cara merasakan dan menginterpretasikan lewat
pengalaman-pengalamannya. Jadi persepsi menunjuk pada aktivitas merasakan,
menginterpretasikan, dan memahami obyek-obyek fisik maupun sosial.
Sosial budaya akan selalu berpengaruh terhadap persepsi seseorang dan
makna yang akan dibangun. Hal lain yang turut mempengaruhi persepsi adalah
faktor cara belajar, perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati dan faktor
motivasional. Adanya aspek-aspek situasi yang mempengaruhi situasi individu,
maka persepsi pada diri seseorang dapat berubah sesuai dengan suasana hati, cara
belajar, dan keadaan jiwa.
Persepsi merupakan suatu penilaian, sebagai persiapan perilaku kongkrit
dan nilai-nilai itu dengan melalui emosi, motivasi dan ekspektasi akan
mempengaruhi persepsi, nilai-nilai yang berbeda juga mempengaruhi persepsi
perilaku tersebut. Dalam memandang sesuatu hal, baik itu benda, perbuatan
sesuatu yang lain, kita selalu mempunyai pendapat atau pandangan tersendiri yang
mungkin berbeda dengan pendapat orang lain. Hal tersebut karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal. Karena persepsi juga
merupakan sebuah internal yang dilakukan oleh individu untuk memilih,
mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal.
Setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam
menanggapi suatu objek. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan lingkungan
budaya dan dipengaruhi oleh aspek religi yang mempengaruhi persepsi individu,
maka persepsi dapat berubah-ubah. Persepsi dapat dilakukan dari jenis atau
bentuk stimulus atau karakteristik orang yang memberikan respon stimulus
(Jalaluddin Rakhmat, 2001:256).
Akal yang dimiliki manusia dapat dipergunakan untuk menghadapi segala
commit to user
mengambil tindakan yang bermanfaat bagi kehidupannya. Tindakan yang
dilakukan manusia pada dasarnya disertai suatu kesadaran untuk dijadikan
pengalaman dalam kehidupan. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh manusia
terhadap obyek yang dilihatnya, sehingga manusia sadar akan apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan. Timbulnya kesadaran manusia terhadap suatu obyek yang
telah dilihat disebut persepsi. Penerimaan informasi tahap awal pada diri manusia
melalui panca indera, sehingga manusia dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam penerimaan informasi tidaklah selalu sama antara orang yang satu dengan
orang yang lain.
Persepsi masyarakat terhadap suatu objek merupakan landasan pokok bagi
timbulnya perilaku dari masing-masing individu dalam setiap kegiatan. Makna
positif dan negatif sebagai hasil persepsi masyarakat terhadap suatu objek sangat
tergantung dari bentuk dan proses interaksinya. Masing-masing individu
mempunyai persepsi yang berbeda dalam menanggapi suatu objek. Kemudian
masing-masing individu akan melakukan proses pertukaran persepsi di antara
masing-masing individu. Proses pertukaran persepsi tersebut dapat berlangsung
antara individu yang tergabung dalam komunitas tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses pemahaman
individu atau pribadi seseorang terhadap sesuatu. Pemahaman terhadap sesuatu
tersebut dapat melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Munculnya persepsi masyarakat timbul karena adanya persepsi dari
masing-masing individu di mana persepsi dari masing-masing tersebut terhadap
suatu objek dikumpulkan menjadi satu, sehingga timbullah suatu persepsi
masyarakat. Persepsi masyarakat merupakan proses mengamati objek dengan
melalui indra.
Proses persepsi tersebut di internalisasi dan di hayati, kemudian di
ekspresikan menjadi pandangan seseorang atau sekelompok orang. Dengan
demikian teori yang digunakan adalah pandangan masyarakat yaitu menggunakan
commit to user b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
individu itu sendiri, seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, dan
kerangka acuan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor stimulus itu sendiri dan
faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung (Bimo Walgito, 2004 : 89).
Pendapat lain juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi yaitu individu yang mengadakan persepsi, situasi dan objek atau yang
dipersepsikan. Individu dipengaruhi oleh faktor nilai dan sikap, kepribadian,
pengalaman masa lalu, harapan serta motivasi. Situasi dipengaruhi oleh lokasi,
budaya organisasi. Objek atau yang dipersepsikan antara lain dipengaruhi oleh
intensitas ukuran, kontras, dan gerakan (Slameto, 1995 : 106).
Sedangkan faktor yang menyebabkan perbedaan persepsi yaitu :
1) Perhatian
Perhatian mempunyai peranan yang penting terhadap persepsi seseorang
karena perhatian merupakan langkah awal dari proses persepsi. Setiap kali
seseorang memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan akan
memperoleh makna dari apa yang ditangkap lalu menghubungkan dengan
pengalaman masa lalu dan untuk kemudian diingat kembali. Perhatian
yang terpusat akan menghasilkan persepsi yang lebih baik jika
dibandingkan dengan perhatian yang terpancar, karena perhatian yang
terpusat akan mengakibatkan kesan pada objek, sehingga membuat
persepsi yang baik.
2) Set atau kesiapan
Untuk faktor set atau kesiapan merupakan harapan seseorang terhadap
rangsangan yang timbul. Setiap individu mempunyai set berbeda-beda, hal
ini berpengaruh terhadap persepsi. Semakin tinggi tingkat kesiapan
seseorang maka persepsi yang terbentuk akan semakin baik begitu pula
commit to user
3) Kebutuhan
Faktor ini dapat mempengaruhi persepsi karena kebutuhan semakin tinggi
tingkat kebutuhan seseorang terhadap sesuatu maka akan semakin baik
persepsi yang dimiliki, sehingga individu akan mempunyai persepsi yang
berbeda tentang objek, peristiwa, dan realitas kehidupan.
4) Sistem nilai
Persepsi ditentukan oleh sistem nilai, yaitu suatu patokan untuk bertingkah
laku pada suatu lingkungan tertentu. Sistem nilai yang tertanam disini
dipengaruhi oleh budaya, masyarakat dan keluarga.
5) Ciri Kepribadian
Setiap individu mempunyai pembawaan dalam dirinya yang berbeda-beda
sehingga persepsi yang terbentuk akan berbeda juga. Ada individu yang
suka sesuatu hal walaupun itu hal kecil atau tidak, tetapi sebaliknya ada
individu yang tidak peduli pada lingkungan sekitar (Sarlito Wirawan
Sarwono, 1992 : 102).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1) Faktor internal yaitu faktor yang terdapat pada diri si pengamat, yang
meliputi kebutuhan, suasana hati, kemampuan, pendidikan dan
pengalaman.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri si pengamat, yang
meliputi ciri fisik dari objek yang diamati dan situasi pada saat seseorang
menginterpretasikan tentang objek yang diamati.
c. Proses dan Syarat-syarat Persepsi
Individu dalam mengenali dunia luar atau keadaan di sekitarnya
menggunakan alat inderanya. Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri
maupun keadaan yang ada di sekitarnya, berkaitan dengan persepsi.
commit to user
terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterimanya melalui alat indera atau reseptor’(Bimo Walgito, 1997 : 54).
Menurut kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya
persepsi melalui tiga tahapan, yaitu : tahap pertama yang dinamakan tahap fisik
atau kealaman, tahap kedua yang disebut sebagi tahap fisiologis dan tahap ketiga
yaitu tahap psikologis yang merupakan proses terakhir yang menyadari apa yang
individu terima melalui otak.
Langkah-langkah terjadinya persepsi sebagai berikut :
1) Persepsi dimulai dari menghimpun informasi yang masuk dari dunia luar
melalui panca indera.
2) Banyaknya informasi yang masuk melalui indera maka tidak semua dapat
di catat dan tidak dapat memuaskan pada semuanya sekaligus. Oleh sebab
itu harus menentukan pilihan atau harus menyeleksi mana yang menjadi
perhatian utamanya.
3) Pada langkah ini ada usaha untuk menambah terhadap apa yang diketahui
dan dipercayai. Informasi diubah dari tidak lengkap kemudian dilengkapi,
sehingga menjadi proses yang lebih aktif dan kreatif.
4) Setelah langkah mencampur dan menambah seleksi, maka campuran itu
diorganisir dan dikoordinir menjadi bentuk-bentuk yang teratur.
5) Arti bentuk teratur adalah usaha untuk memberikan arti atau makna dari
bentuk-bentuk yang teratur disebut tingkat menginterpretasi Pada saat
itulah telah tercapai pemahaman pengertian dari pesan atau informasi yang
telah disampaikan. Artinya ide pokok telah diterima, apakah sama antara
ide yang diterima dengan ide yang dikirim tergantung berbagai faktor, baik
internal atau eksternal. Hal ini terutama karena keterbatasan-keterbatasan
commit to user
Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil persepsi diperoleh
melalui beberapa tahapan yaitu menghimpun informasi, penyeleksian stimulus
atau informasi, dan menginterpretasi stimulus.
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar individu menyadari
dapat mengadakan persepsi adalah:
1) Adanya obyek yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar
langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang
langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
2) Alat indera atau reseptor yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu
otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan syaraf motoris.
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula
adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi (Bimo Walgito, 1997: 54).
Persepsi dipengaruhi oleh beberapa unsur yang mempunyai pengaruh
besar dan langsung terhadap makna-makna yang ada dalam persepsi seseorang.
Unsur-unsur tersebut dinamakan unsur sosio budaya yang terdiri dari tiga unsur
yaitu:” (a) sistem-sistem kepercayaan (belief), nilai (value) dan sikap (attitude);
(b) pandangan dunia (world view), (c) organisasi sosial (social organization)”
(Deddy Mulyana, 2001:26).
Pengertian tersebut masih pada taraf ”to know” sedang pandangan
sudah pada taraf ”to understand”. Oleh karena itu, apabila proses persepsi
tersebut di hayati dan dirasakan maka akan menjadi pendapat atau pandangan
commit to user
2. Tinjauan Tentang Pariwisata
a. Pengertian Pariwisata
Secara etimologi, kata pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan
wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan lengkap. Sedangkan
wisata berarti perjalanan, bepergian.”Wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata” (undang-undang nomor
9 tahun 1990). Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata, termasuk perusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.
“Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, proses kaitan-kaitan yang
berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat
tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah” (Chafid Fandeli, 1996:
58).
“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha (bussiness) atau mencari nafkah di tempat
yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”. (Oka A. Yoeti, 1996: 118).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata
merupakan suatu perjalanan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu, ke suatu
tempat di luar tempat tinggalnya dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan,
bukan untuk mencari nafkah. Berdasarkan definisi pariwisata tersebut, terdapat
tiga unsur yang menjadi batasan yaitu manusia (man), ruang ( space), dan waktu
(time). Unsur manusia yaitu orang yang melakukan perjalanan dan unsur waktu
adalah yang digunakan selama perjalanan ke tempat atau daerah tujuan wisata.
b. Bentuk dan Jenis Pariwisata
Sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah dan motivasi
commit to user
jenis pariwisata yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pengembangan
pariwisata suatu daerah. “Pariwisata dibagi menjadi 5 kategori yaitu menurut asal
wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka
waktu, jumlah wisatawan dan alat angkut yang digunakan” (Nyoman S. Pendit,
1999: 39). Kelima kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Menurut asal wisatawan
Terdiri dari dua yaitu pariwisata domestik dan pariwisata
internasional. Pariwisata domestik adalah wisatawan yang pindah
tempat sementara di dalam lingkungan negaranya sendiri,
sedangkan pariwisata internasional adalah wisata yang datang dari
luar negeri.
2) Menurut akibatnya tehadap neraca pembayaran
Terbagi menjadi dua yaitu pariwisata aktif dan pariwisata pasif.
Pariwisata aktif adalah wisatawan yang datang dari luar negeri ke
suatu negara tujuan wisata, sedangkan pariwisata pasif adalah
wisatawan yang keluar dari negerinya sehingga ia memberikan
dampak terhadap neraca pembayaran.
3) Menurut jangka waktu
Terbagi menjadi dua yaitu pariwisata jangka pendek dan pariwisata
jangka panjang. Waktu yang digunakan untuk mengukur lamanya
ia tinggal di negara yang bersangkutan tergantung pada ketentuan
masing-masing negara.
4) Menurut jumlah wisatawan
Terbagi menjadi pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.
Pariwisata tunggal adalah wisatawan yang datang sendiri ke objek
atau suatu tempat, sedangkan pariwisata rombongan adalah
commit to user
5) Menurut alat angkut yang digunakan
Berdasarkan alat angkut yang digunakan oleh wisatawan, maka
kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata laut, kereta api, dan
mobil.
Secara ekonomis, pembagian kategori bentuk-bentuk pariwisata dengan
istilah-istilah tersebut sangat penting dan perlu, karena klasifikasi tersebut akan
menentukan sistem statistik perpajakan dan perhitungan pendapatan industri
pariwisata. Selain berdasarkan bentuk, pariwisata perlu diklasifikasikan
berdasarkan jenisnya. Hal ini dilakukan guna menyusun data-data penelitian dan
peninjauan lebih akurat di bidang pariwisata, sehingga pembangunan industri
pariwisata di Indonesia dapat dilakukan secara optimal. Jenis-jenis pariwisata
yaitu “pariwisata terbagi menjadi pariwisata budaya, kesehatan, olah raga,
komersial, industri, politik, konvensi, sosial, pertanian, maritime (bahari), cagar
alam, buru, pilgrim, dan wisata bulan madu” (Nyoman S. Pendit, 1999: 41).
Jenis-jenis pariwisata tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Wisata budaya
Yaitu suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan
kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri,
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara
hidup , budaya dan seni di daerah tujuan wisata.
2) Wisata kesehatan
Yaitu perjalanan wisata dengan tujuan untuk menukar keadaan dan
lingkungan sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan
beristirahat secara jasmani dan rokhani dengan mengunjungi
tempat peristirahatan seperti mata air panas yang dapat
menyembuhkan, ke suatu daerah yang beriklim menyehatkan dan
commit to user
3) Wisata olah raga
Yaitu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan berolah raga,
mengikuti atau menyaksikan pesta olah raga ke suatu negara
misalnya Asian Games, Olimpiade, berenang, World Cup dan
sebagainya.
4) Wisata komersial
Yaitu perjalanan yang dilakukan dengan maksud untuk
mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat
komersial seperti pameran industri, pameran dagang dan
sebagainya.
5) Wisata industri
Yaitu perjalanan yang dilakukan ke suatu daerah perindustrian
dengan tujuan untuk mengadakan penelitian atau peninjauan.
6) Wisata politik
Yaitu perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau
mengambil bagian aktif dalam kegiatan politik seperti ulang tahun
perayaan HUT kemerdekaan RI pada 17 Agustus di Jakarta,
perayaan 10 Oktober di Moskow, maupun kegiatan politik seperti
konferensi, musyawarah, konggres atau konvensi politik yang
selalu disertai dengan darma wisata.
7) Wisata konvensi
Yaitu perjalanan yang dilakukan untuk mengikuti suatu pertemuan
seperti konferensi, musyawarah konvensi dan lain-lain yang
bersifat nasional maupun yang bersifat internasional.
8) Wisata sosial
Yaitu pengorganisasian suatu perjalanan murah dan mudah untuk
memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi
lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda,
commit to user
9) Wisata pertanian adalah perjalanan ke suatu proyek-proyek
pertanian, perkebunan, ladang pembibitan, dan sebagainya dengan
maksud studi maupun rekreasi.
10)Wisata maritime (bahari)
Jenis wiasta ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga seperti
memancing, berlayar, menyelam, dan sebagainya untuk
memperoleh suatu kesenangan.
11)Wisata cagar alam
Yaitu perjalanan yang dilakukan ke tempat cagar alam, taman
lindung, hutan di daerah pegunungan dan sebagaianya yang
kelestariaanya dilindingi oleh undang-undang.
12)Wisata buru
Yaitu jenis wisata yang dilakukan di suatu daerah atau hutan
tempat berburu yang dibenarkan pemerintah.
13)Wisata pilgrim
Yaitu jenis wisata yang dikaitkan dengan agama, sejarah,
adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok masyarakat seperti
kunjungan ke tempat-tempat suci, keramat, makam-makam yang
diagungkan, tempat-tempat yang mengandung legenda dan
sebagainya.
14)Wisata bulan madu
Yaitu penyelengaraan perjalanan wisata bagi pasangan pengantin
baru dengan fasilitas khusus.
Jenis pariwisata diklasifikasikan sesuai letak geografis, pengaruh
terhadap neraca pembayaran, alasan atau tujuan perjalanan, saat berkunjung dan
sesuai dengan objeknya (Oka A. Yoeti, 1996: 120). Jenis pariwisata tersebut
commit to user
1) Menurut letak geografis dimana kegiatan pariwisata berkembang
a) Pariwisata Lokal ( Local Tourism)
Yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja, misalnya kepariwisataan di daerah Bandung, Jakarta, dan sebagianya.
b) Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau ruang lingkup yang lebih luas dari pariwisata lokal, misalnya kepariwisataan Sumatra Utara, Nusa Dua dan sebagainya.
c) Pariwisata Nasional( National Tourism)
Yaitu pariwisata yang berkembang dalam suatu negara.
d) Pariwisata Regional-Internasional
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua negara dalam wilayah tersebut, misalnya wilayah kepariwisataan ASEAN
e) Kepariwisataan Dunia
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh
dunia, termasuk di dalamnya regional-international tourism
dan national tourism.
2) Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran
a) In Tourism atau pariwisata aktif
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu sehingga dapat menambah devisa bagi negara yang dikunjungi dan akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara.
b) Out-going Tourism atau pariwisata pasif
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri ke luar negeri sebagai wisatawan. Hal ini akan merugikan negara asal wisatawan karena uang yang seharusnya di belanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.
3) Menurut alasan atau tujuan perjalanan
a) Business Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan dengan
pekerjaaanya, konggres, seminar, konvensi, symposium,
commit to user
b) Vacation Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur atau cuti.
c) Educational Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang-orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.
4) Menurut saat atau waktu berkunjung
a) Seasonal Tourism
Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu.
b) Occasional Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisata dihubungkan
dengan kejadian (occasion) maupun suatu event seperti
sekaten, galungan dan sebaginya.
5) Menurut objeknya
a) Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan oleh adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.
b) Recuperation Tourism
Disebut juga pariwisata kesehatan. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit seperti mandi di sumber air panas.
c) Commercial Tourism
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang dikaitkan dengan kegiatan
perdagangan nasional atau internasional, misalnya expo, fair,
eksibisi dan sebagainya.
d) Sport Tourism
Yaitu perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk
menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu tempat atau negara tertentu.
e) Political Tourism
Yaitu perjalanan yang bertujuan untuk menyaksikan suatu peristiwa yang berhubungan dengan suatu negara seperti ulang tahun atau peringatan hari tertentu.
f) Social Tourism
commit to user
g) Religion Tourism
Yaitu kegiatan pariwisata yang bertujuan untuk menyaksikan upacara keagamaan.
Dari penjelasan tentang jenis pariwisata tersebut dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis pariwisata tersebut dapat bertambah tergantung pada kondisi
dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah. Hal ini berkaitan
dengan kreativitas para profesional yang berkecimpung dalam industri pariwisata.
Makin kreatif dan makin banyak gagasan yang dimiliki, maka semakin bertambah
pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan bagi kemajuan industri
pariwisata. Tradisi padusan menurut objeknya termasuk Cultural Tourism yaitu
jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan
disebabkan oleh adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.
c. Potensi Pariwisata
Secara umum potensi pariwisata diartikan sebagai apa yang dimiliki dari
pariwisata tersebut. Suatu daerah menjadi tujuan pariwisata karena memiliki suatu
sumber yang dapat dijadikan pariwisata. Sumber pariwisata yang menarik itulah
yang dapat dijadikan modal potensi pariwisata. Pengertian potensi pariwisata
biasanya dengan menggunakan istilah modal kepariwisataan (tourism asset) atau
sering juga disebut sumber kepariwisataan (tourism resources).
“Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi
wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan ( tourism
resources ). Modal atraksi yang menarik kedatangan wisata itu ada tiga
,yaitu: alam, kebudayaan dan manusia itu sendiri”(R.G. Soekadijo, 2000: 49).
Demikian juga dengan pendapat tentang pengertian potensi pariwisata
(tourist potentials).
commit to user
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa potensi
pariwisata merupakan sesuatu kemampuan dari objek wisata yang berasal dari
alam seperti keindahan alam, iklim, pegunungan, goa dan sebagainya. Potensi
pariwisata juga dapat berasal dari hasil budi daya manusia seperti candi,
peninggalan purbakala, kesenian dan sebagainya yang dapat dikembangkan untuk
mendukung kemajuan kepariwisataan di suatu tempat tertentu.
d. Jenis-Jenis Potensi Pariwisata
Suatu objek wisata dimungkinkan memiliki beberapa potensi yang dapat
dikembangkan. Semakin besar dan banyak potensi yang ada dalam suatu objek
wisata maka akan semakin besar peluang untuk dilakukan pengembangan. Potensi
pariwisata sebagai modal kepariwisataan, dapat dikembangkan menjadi atraksi
wisata ditempat dimana modal kepariwisataan itu ditemukan (in situ) maupun
ditempat aslinya (ex situ). Potensi yang dapat dikembangkan secara in situ seperti
candi, pemandian air panas dan sebagainya. Sedangkan potensi yang dapat
dikembangkan secara ex situ misalnya kebun raya, kebun binatang, museum dan
sebagainya
“Modal atau potensi pariwisata dapat berupa alam, kebudayaan dan
manusia itu sendiri” (R.G. Soekadijo, 2000: 52). Lebih lanjut mengenai potensi
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Potensi alam
Yang dimaksud dengan potensi alam adalah alam fisik,
fauna dan floranya. Suatu daerah yang memiliki potensi alam ini
akan menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi, misalnya
pantai yang indah dengan pemandangannya, hewan-hewan tertentu
yang hidup di suatu daerah dan tidak dijumpai di daerah lain,
maupun jenis flora atau tumbuhan langka. Potensi alam ini dapat
dinikmati oleh wisatawan rekreasi, pendidikan maupun jenis
commit to user
2) Potensi kebudayaan
Yang dimaksud kebudayaan disini adalah kebudayaan
dalam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti
kesenian atau peri kehidupan keraton, akan tetapi adat istiadat dan
segala kebiasaan yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat
(act) seperti cara berpakaian, cara berbicara, kegiatan dipasar dan
sebagainya, maupun hasil karya suatu masyarakat (artifact) baik
yang masih hidup maupun berupa peninggalan atau tempat
bersejarah seperti monumen, goa dan sebagainya. Potensi
kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Kebudayaan warisan (tourist heritage), semua berwujud
artifact. Artifact dari kebudayaan ini ada yang dikembangkan
secara ex situ maupun in situ di situs arkeologi.
b) Kebudayaan hidup, kebudayaan ini dapat berupa kebudayaan
tradisional dan kontemporer. Kebudayaan tradisional sebagian
berupa artifact dan terdapat dimuseum, sebagain berupa act
seperti adat kebiasaan, kesenian dan kerajinan tradisioanal.
Kebudayaan kontemporer sebagain berupa artifact dan terdapat
di museum modern serta terdapat ditengah masyarakat, sebagain
berupa act seperti tata cara kehidupan modern, kesenian dan
kerajinan kontemporer. Potensi kebudayaan ini dapat menarik
wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah dan tinggal lebih
lama di daerah itu.
3) Potensi manusia
Manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik
kedatangan wisatawan. Akan tetapi hal ini tidak boleh
merendahkan martabat manusia itu sendiri. Wisatawan dapat
tertarik untuk mengunjungi suatu daerah karena sikap ramah dari
masyarakat setempat. Akan tetapi hal ini sering disalah gunakan
commit to user
Berdasarkan uraian tentang jenis potensi pariwisata pemandian Umbul
Cokro Tulung terdapat potensi pariwisata baik yang berupa obyek wisata maupun
yang berupa atraksi wisata. Obyek wisata yang terdapat di daerah Cokro berupa
pemandian Umbul Ingas, kolam renang, suasana alam khas pedesaan dan
semacam wisata budaya yaitu tradisi padusan yang dialaksanakan setahun sekali
menjelang bulan suci Ramadhan.
e. Pengembangan Potensi Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah
dalam usaha pembangunan nasional. Begitu kompleksnya masalah yang diatur
didalamnya, mau tidak mau pariwisata membawa pengaruh dalam bidang
kehidupan masyarakat didalamnya salah satunya yaitu dalam bidang ekonomi.
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian
menyebabkan timbulnya kelangkaan (www.wikipidia.org).
Banyaknya orang yang berkecimpung didalamnya yang mempunyai
tujuan-tujuan tersendiri, menciptakan berbagai hal yang berdampak dalam
berbagai sendi-sendi kehidupan masyarakat. Pariwisata mempunyai peranan
dalam pembangunan, yaitu:
1) Menciptakan dan memperluas lapangan usaha dan lapangan kerja.
2) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
3) Mendorong pelestarian lingkungan hidup dan pengembangan budaya
bangsa.
4) Mendorong peningkatan bidang pembangunan sektor lainnya.
5) Memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.
commit to user
Dari keterangan diatas, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata mempunyai
peranan yang penting dalam usaha pembangunan. Karena hal tersebutlah
dibutuhkan kerjasama dari semua pihak agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat
tercapai. Semua potensi yang dimiliki daerah haruslah didayagunakan dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena nantinya akan kembali pada mereka
juga.
Dalam suatu usaha pengembangan pariwisata tentunya terdapat
dampak-dampak, baik itu positif maupun negatif. Dampak-dampak tersebut antara lain
sebagai berikut:
1) Dampak positif
a) Makin luasnya kesempatan kerja,
b) Makin luasnya lapangan kerja,
c) Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah,
d) Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah,
e) Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup,
f) Terpeliharanya keamanan dan ketertiban,
g) Mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan
sektor lainnya.
2) Dampak negatif
a) Harga di daerah yang menjadi tujuan wisata semakin tinggi,
b) Terjadinya pencemaran lingkungan alam dan lingkungan hidup,
c) Terjadinya sifat ikut-ikutan oleh masyarakat setempat,
d) Tumbuhnya sikap mental matrealistis,
e) Tumbuhnya pedagang asongan,
f) Tumbuhnya sikap meniru wisatawan,
commit to user
3. Tinjauan Tentang Masyarakat Desa
a. Pengertian Masyarakat Desa
Masyarakat menurut bahasa latin adalah socies sedangkan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah society, keduanya mempunyai makna yang sama
yakni kawan. Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu syaraka yang
berarti ikut serta berpartisipasi. “Desa itu adalah suatu hasil perpaduan antara
kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu
ialah suatu ujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi
antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain” (R.
Bintarto, 1989:11).
“Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri” (Sutardjo
Kartodikusumo dalam R. Bintarto, 1989:13).
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, artinya bahwa manusia
tidak dapat hidup sendiri. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
saling membutuhkan, terdapat saling ketergantungan antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain, maka untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus
bermasyarakat. Apabila suatu kelompok baik besar maupun kecil hidup bersama
sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya yang paling utama maka kelompok manusia tersebut dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling utama maka kelompok manusia
tersebut disebut masyarakat.
Kumpulan manusia yang berinteraksi satu dengan yang lain dapat
dikatakan sebagai masyarakat apabila mempunyai kebisaaan, nilai, tradisi, norma,
dan persatuan yang sama. Aspek teritorial bukan pengikat utama bagi
terbentuknya suatu masyarakat, sebab dapat saja suatu kelompok masyarakat
menempati dua batas teritorial atau lebih. Teritorial merupakan pengikat yang
commit to user
keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif merupakan pengikat yang lebih
berbobot untuk membentuk masyarakat.
Pada umumnya perkataan pedesaan merujuk pada suatu daerah desa atau
sekitarnya. Desa ditinjau dari segi hukum ketata negaraan merupakan unit
pemerintahan hierarkis langsung di bawah kecamatan. Desa berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Desa diartikan
sebagai suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang mengadakan
pemerintahan sendiri. Desa merupakan pemukiman yang relatif kecil dan
penduduknya kebanyakan mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian.
“Masyarakat desa merupakan suatu komunitas pertanian yang kecil” (Soerjono
Soekanto, 1985: 538). Sebuah desa mempunyai pergaulan hidup saling
kenal-mengenal, mengikat satu sama lain berdasarkan ikatan perasaan yang sama
tentang kesukuan adat-istiadat yang kuat dan dalam ikatan kekeluargaan yang
terjalin dalam lokalitas.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
desa adalah sekelompok individu yang bertempat tinggal di wilayah tertentu yang
berada di bawah kecamatan, mempunyai homogenitas dalam sosial ekonomi
maupun kebudayaan serta pola tingkah laku. Masyarakat desa terdiri dari
kumpulan pedukuhan dan telah mengikatkan diri dalam suatu pemerintahan desa.
Suatu desa terdiri dari beberapa pedukuhan. Besarnya suatu desa tidak sama
tergantung besarnya daerahnya. Setiap wilayah desa dikepalai oleh kepala desa
yang membawahi beberapa kepala dukuh. Masyarakat desa memiliki
norma-norma yang terdiri dari adat asli serta peraturan dan hukum yang digunakan untuk
mengatur hubungan sosial antara warga masyarakat desa.
b. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Desa
Pada umumnya penduduk desa hidup dari pertanian, pekerjaan disamping
pertanian hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Bila ditinjau dari segi
kehidupan sangat terikat dan tergantung pada tanah. Mata pencaharian masyarakat
pedesaan selain bertani yang merupakan pekerjaan utama juga ada yang menjadi
commit to user
adalah bertani, sedangkan pekerjaan di luar pertanian hanya merupakan pekerjaan
sampingan.
Salah satu ciri desa adalah keeratan dan kepatuhan masyarakat terhadap
adat istiadat, terikat oleh kebisaaan, tradisi, dan menjunjung tinggi adat-istiadat
yang ada. Keterikatan anggota masyarakat terhadap tradisi dan adat istiadat
menyebabkan manusia cukup tangguh untuk tetap memegang teguh
warisan-warisan dari nenek moyang dan semua yang diterima sebagai kebenaran oleh
anggota masyarakat pendukungnya (Suprihadi 1984: 7).
Peran seluruh anggota keluarga sangat penting. Terdapat pembagian
pekerjaan antara pria dan wanita. Pembagian tersebut merupakan pembagian
menurut kodratnya dari kebutuhan sosial ekonomi, kaum pria melakukan
pekerjaan untuk melakukan kebutuhan sosial, sedangkan wanita harus
menanggung kebutuhan ekonomi keluarga.
Tiap masyarakat desa di Indonesia pada umumnya mengenal sistem saling
membantu dengan istilah yang berbeda dari masing-masing tempat. Masalah
pemanfaatan tenaga bantuan tidak terbatas pada pengolahan lahan saja. Pada
musim panen disamping tenaga yang bersumber dari keluarga atau tetangga,
mereka harus menggunakan tenaga kerja lain yang dibayar dengan upah tertentu.
Hal ini dapat melahirkan kelompok buruh tani yang menjual tenaganya saja. Di
antara buruh tani yang menjual tenaga tersebut ada yang hidup sebagai buruh
musiman (migrant labors) atau kelompok tenaga kerja yang berpindah-pindah
dari satu desa ke desa lain mengikuti musim panen atau kesempatan kerja yang
terbuka. Dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dari sistem nilai budaya.
”Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tadi” (Koentjaraningrat, 2000:190).
Sistem nilai budaya berpangkal pada lima masalah pokok dalam
kehidupan manusia yang bersifat universal Masalah hakikat hidup manusia,
commit to user
harus bekerja keras untuk dapat bertahan hidup. Hidup itu buruk tetapi manusia
wajib berikhtiar supaya menjadi lebih baik.
1) Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia
2) Masalah hakikat karya manusia, ada kebudayaan yang
mengganggap bahwa kebudayaan manusia pada hakekatnya
bertujuan untuk meningkatkan hidup, selain itu ada yang
memandang hakekat dari karya manusia itu untuk memberikannya
kedudukan dan kehormatan dalam masyarakat. Ada juga yang
menganggap hakekat dan karya manusia sebagai suatu gerak hidup
yang harus menghasilkan lebuh banyak lagi.
3) Masalah hakikat dan kedudukan manusia dalam ruang dan waktu.
Kebudayaan yang memandang penting dalam kehidupan manusia
masa lampau yang akan diambil sebagai pedoman dalam
kelakuannya. Sebaliknya ada pula yang mempunyai pandangan
waktu yang sempit ataupun orientasi pada masa kini mereka hidup
pada masa keadaan sekarang selain berpandangan terhadap masa
depan.
4) Masalah hakikat Hubungan Manusia Dengan Alam. Pandangan
manusia tunduk pada alam dan sebaliknya ada yang berpandangan
bahwa manusia berhasrat menguasai alam. Selain itu ada yang
menganggap bahwa manusia berusaha menjaga keselarasan dengan
alam.
5) Hakikat Hubungan Manusia Dengan Sesama (Klukhon dalam
Koentjaraningrat, 2000:191).
Sistem nilai budaya terperinci dalam norma-norma yang merupakan tata
kelakuan dan pedoman untuk sebagian besar dari tindakan manusia dalam
msyarakat. Bentuk nyata dari norma-norma itu bermacam-macam diantaranya
adat istiadat, peraturan-peraturan, sopan santun pergaulan dan sebagainya. Norma
atau aturan dibuat atas kesepakatan bersama dan bersifat mengikat.
Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia
commit to user
kebudayaan yang berorientasi pada hubungan horizontal antara manusia dengan
sesamanya (gotong royong). Ada juga yang berorientasi pada sikap
individualisme.
Masyarakat desa mempunyai ciri khusus yaitu sebagai masyarakat yang
beradat, bertutur dan berkerohanian. Masyarakat desa sebagai masyarakat yang
beradat artinya mereka mempunyai ketaatan dan kepatuhan pada adat istiadat
yang berlaku di desanya. Keterikatan terhadap tradisi menyebabkan masyarakat
desa sebagai masyarakat bertutur yaitu memegang teguh tradisi lisan. Kebisaaan
bertutur dan bercerita secara lisan membuktikan adanya cerita rakyat yang
menyangkut kejadian-kejadian dalam masyarakat. Masyarakat desa juga
masyarakat yang berkerohananian yang artinya mereka pada dasarnya mempunyai
perhatian pada masalah yang berhubungan dengan kerohanian, kebatinan dan
kepercayaan.
Kegiatan sosial merupakan kegiatan integratif terpenting bagi kehidupan
budaya. Masyarakat terikat satu sama lain berdasarkan relasi sosial yaitu melalui
ikatan keluarga, letak geografis dan iman kepercayaan. Sebagian besar kehidupan
orang desa cenderung mengarah ke kerjasama dan tolong-menolong yang berlaku
dalam masyarakat pedesaan. Untuk daerah Jawa Tengah gotong royong disebut
sambatan. Istilah sambatan berasal dari kata sambat yang artinya meminta
bantuan. Gotong royong dalam pertanian bisaanya hanya dilakukan untuk
perbaikan pematang dan saluran air, sedangkan untuk pekerjaan memanen padi
digunakan tenaga buruh yang diberi upah (Koentjaraningrat, 1984:43).
Pengetahuan pertanian dan religius atau mistis saling terkait satu sama
lain. Keyakinan petani akan adanya dewa-dewa kesuburan ataupun dewa perusak
sangat kuat. Secara rinci berikut ini dikemukakan ciri khas kehidupan masyarakat
desa sebagai berikut:
1) Mereka mempunyai sifat homogenitas dalam hal mata pencaharian,
nilai-nilai dalam kebudayaan serta sikap dan tingkah laku.
2) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit
ekonomi artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat
commit to user
ekonomi rumah tangga dan juga ditentukan oleh kelompok primer yakni
dalam memecahkan suatu maslah cukup memainkan peranan yang penting
dalam pengambilan keputusan.
3) Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada misalnya
keterikatan masyarakat dengan tanah atau desa kelahiran.
4) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di
kota serta jumlah keluarga dari keluarga inti lebih banyak (Roucek dan
Warren dalam Jefta Leibo, 1995: 225)
Komunitas desa berdasarkan teknologi usaha tani menjadi dua bagian
yaitu: (a) desa-desa berdasarkan pada bercocok tanam di ladang, (b) desa-desa
yang berdasarkan pada bercocok tanam di sawah. Desa yang berdasarkan cocok
tanam di ladang sebagian besar terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku. Desa yang termasuk bercocok tanam di sawah
terutama terdapat di pulau Jawa, Bali, Lombok, Madura. Kehidupan mayoritas
bekerja dalam sektor pertanian. Dalam mengerjakan tanah pertanian, petani
mengerjakan tiga macam tanah yaitu: (a) kebun kecil yang terletak di sekitar
rumah, (b) tanah pertanian kering yang digarap dengan menetap tanpa irigasi, (c)
tanah pertanian basah yang telah diirigasi (Koentjaraningrat, 1984: 1).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ciri masyarakat pedesaan adalah
masyarakat yang lapangan geraknya mendiami daerah tertentu dan adanya ikatan
adat serta pengendalian sosial yang kuat. Saling mengenal antara yang satu
dengan yang lainnya, terikat berdasarkan ikatan perasaan yang sama, tidak
membedakan suku maupun adat istiadat dan diikat oleh rasa kekeluargaan yang
penuh dengan keakraban. Masyarakat pedesaan tercipta dari kumpulan
pendukuhan dan telah mengikatkan diri dalam perkumpulan masyarakat desa.
4. Tinjauan Tentang Tradisi
a. Pengertian Tradisi
Tradisi sebagai bagian dari kebudayaan memiliki beberapa pengertian.
commit to user
sesuatu hal yang kuno, atau sesuatu yang bersifat sebagai warisan dari generasi
terdahulu. Tradisi berasal dari bahasa inggris “Traditium” yang berarti “it is
anything which is transmitted or handed down from the past to the present”
(Edward Shils, 1981:12). Tradisi sebagai “adat kebiasaan turun-menurun (dari
nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat, dan penilaian atau
anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan
benar” (Anton Moeliono, 1996:1069). Hal tersebut berarti bahwa tradisi
merupakan suatu kebiasaan yang terus-menerus dijalankan sampai sekarang yang
berasal dari nilai-nilai dan kesepakatan bersama dalam masyarakat.
Dari pengertian tersebut tradisi adalah sesuatu yang diberikan atau
diteruskan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini. Tradisi yang diturunkan
tersebut memuat segala hal baik yang bersifat benda material, kepercayaan,
pandangan-pandangan, praktek-praktek dan lembaga-lembaga. Tradisi tidak
bersifat statis namun bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman oleh
masyarakat pendukungnya.
Pengertian tradisi berasal dari perkataan lain “tradition” yang berarti
penyerahan, dan penyerahan tersebut adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip
yang tertinggi (Nyoman Bharata, 1982: 22). Sehubungan dengan masalah tersebut
”Tradisi adalah suatu pengetahuan atau ajaran yang diturunkan dari masa kemasa yang memuat tentang prinsip universal yang digambarkan menjadi kenyataan dan kebebasan relatif. Dengan demikian segala kebenaran dan kenyataan dalam alam yang lebih
rendah adalah peruntukan (aplication) dari prinsip universal”
(Hardjono, 1975: 23).
Pendapat lainnya menyatakan bahwa “tradisi” adalah suatu aturan yang
sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu
kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan
sosial (Ariyono Suyono, 1985: 4).
Tradisi merupakan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat-istiadat,
kaidah-kaidah dan pewarisan harta kekayaan (Van Peursen 1978: 11). Pengertian
lain dari tradisi adalah sesuatu budaya yang didalam melakasanakan hak
commit to user
sebelumnya. Selanjutnya berkembang menjadi tradisional yang berarti segala
sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebisaaan dan ajaran yang turun temurun.
Tradisi dikatakan bahwa kehidupan kebudayaan berlaku dalam waktu kebudayaan
mempertahankan diri dengan jalan tradisi yaitu pewarisan unsur-unsur
kebudayaan dari suatu angkatan menuju angkatan berikutnya, karena sesuatu tidak
dengan tiba-tiba untuk menuju suatu kebudayaan. Tanpa kehidupan kebudayaan
itu akan selalu diakhiri dengan kemusnahan. Tradisi merupakan syarat
kasinambungan seluruh kehidupan, syarat bagi kesinambungan seluruh kehidupan
kebudayaan ada dalam waktu yaitu bentuk masa lalu, masa kini dan masa yang
akan datang (Sidi Gazalba, 1974: 147).
“Kebudayaan sebagai: (1) suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka; (2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara histories yang terkandung dalam bentuk-bentuk
simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, dan
mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi; dan (4) oleh karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi”(Clifford Geertz dalam Achmad Fedyani, Saifuddin, 2005:288).
Tradisi dalam masyarakat tidak akan pernah muncul tanpa adanya
kesepakatan dan kebersamaan pendukungnya, baik langsung maupun tidak
langsung. Kebersamaan dalam masyarakat dilaksanakan dalam berbagai bidang
sosial maupun keagamaan. Dengan didasari suatu keyakinan bersama
menimbulkan suatu kebisaaan dalam masyarakat.
“Cultural sociology involves a critical analysis of the words, artifacts and symbols which interact with forms of social life, whether within subcultures or societies at large. For Simmel, culture referred to "the cultivation of individuals through the agency of external forms which have been objectified in the course of history" (www.wikipedia.com).
Maksud dari kutipan di atas yaitu :