• Tidak ada hasil yang ditemukan

R E S P O N TA N A M A N C A B E M E R A H T E R H A D A P P U P U K N K M A J E M U K YA N G D I A P L I K A S I K A N S E C A R A L A N G S U N G M E L A L U I TA N A M A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "R E S P O N TA N A M A N C A B E M E R A H T E R H A D A P P U P U K N K M A J E M U K YA N G D I A P L I K A S I K A N S E C A R A L A N G S U N G M E L A L U I TA N A M A N"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

KONSER KARYA ILMIAH

TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

“ Peluang dan Tantangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Era Global dan Digital”

Kamis, 13 September 2018 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW

ISSN 2460-5506

R E S P O N TA N A M A N C A B E M E R A H T E R H A D A P P U P U K N K

M A J E M U K YA N G D I A P L I K A S I K A N S E C A R A L A N G S U N G

M E L A L U I TA N A M A N

Tia Rostaman1), Nurjaya2) 1Balai Penelitian Tanah email : rostamantia@yahoo.com

2Balai Penelitian Tanah email: nurjaya_2608@yahoo.com

ABSTRACT

Potassium fertilizer is the main macro nutrient needed by plants during its growth, therefore the need is relatively large. Hortigo K-Power is a compound inorganic fertilizer that has met the quality requirements. The use of these fertilizers is given by spraying directly through plants. The aim of the study was to determine the need for potassium fertilizer in Inceptisol soil for chili plants. The study used a Randomized Block Design (RBD) consisting of 8 treatments with 3 replications. The treatments consisted of: control, standard NPK fertilizer, ¾ NPK, ¾ NPK fertilizer dose combined with 6 Hortigo K-power levels, namely: 0.5; 0.75, 1.00; 1.25; and 1.50 doses. The parameters observed were: soil analysis before research, plant height aged 30, 45, 60, and 75 days after plant, stover weight converted to t / ha, and fruit weight converted to t / han, RAE value and cropping value. research was obtained, Hortigo K-power inorganic fertilizer had no effect on plant height, Hortigo K-Power inorganic fertilizer ½ dose (250 g / ha) combined with ¾ NPK fertilizer dose (93.73 kg / ha, 187.5 kg SP36 / ha and 150 kg KCl / ha) agronomically effective in increasing chili yield shown by the RAE value of 139%. The provision of Hortigo K-Power fertilizer at a dose of 250 g / ha can save the use of NPK fertilizer by 25%. The optimum dose of K-Power Hortigo fertilizer is achieved at 315 g / ha. The use of Hortigo K-Power inorganic fertilizer on Inceptisol Citeko is economically advantageous with the value of IBCR> 1. The highest advantage is achieved when administering ¾ dose of NPK fertilizer combined with Hortigo K-Power fertilizer at a dose of 250 g / ha with an IBCR value of 1.74

(2)

ABSTRAK

Pupuk kalium merupakan hara makro utama yang diperlukan tanaman selama pertumbuhannya, oleh karena itu kebutuhannya diperlukan dalam jumlah relatif besar. Hortigo K-Power merupakan pupuk anorganik majemuk yang telah memenuhi persyaratan mutu. Penggunaan pupuk tersebut diberikan dengan cara disemprotkan langsung melalui tanaman. Tujuan penelitian adalah menentukan kebutuhan pupuk kalium pada tanah Inceptisol untuk tanaman cabe merah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 8 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas: kontrol, pupuk NPK standar, ¾ NPK, ¾ dosis pupuk NPK dikmbinasikan dengan 6 level Hortigo K-power yaitu: 0,5; 0,75, 1,00; 1,25; dan 1,50 dosis. Parameter yang diamati yaitu: analisis tanah sebelum penelitian, tinggi tanaman umur 30, 45, 60, dan 75 hari setelah tanaman, bobot brangkasan dikonversi ke t/ha, dan bobot buah dikonversi ke t/han, nilai RAE dan nilai usaha tanai.Hasil penelitian diperoleh, pupuk anorganik Hortigo K-power tidak berpengaruhnya terhadap tinggi tanaman, pupuk anorganik Hortigo K-Power ½ dosis (250 g/ha) dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK (93,73 kg/ha, 187,5 kg SP36/ha dan 150 kg KCl/ha) secara agronomis efektif meningkatkan hasil cabai ditunjukan dengan nilai nilai RAE 139%. Pemberian pupuk Hortigo K-Power dosis 250 g/ha dapat menghemat penggunaan pupuk NPK sebanyak 25%. Dosis optimum pupuk Hortigo K-Power dicapai pada pemberian 315 g/ ha. Penggunaan pupuk anorganik Hortigo K-Power pada Inceptisol Citeko, secara ekonomis menguntungkan dengan nilai IBCR > 1. Keuntungan tertinggi dicapai pada pemberian ¾ dosis pupuk NPK dikombinasikan dengan pupuk NPK majemuk dosis 250 g/ha dengan nilai IBCR 1,74.

Kata kunci: kalium, pupuk majemeuk, Inceptisols, cabe merah PENDAHULUAN

Potensi perluasan arel pertanian di Indonesia masih sangat besar mencapai sskitar 60 juta ha untuk pengembangan hortikultura, pangan dan perkebunan, pada umumnya tingkat kesuburan tanah rendah perlu pengapuran untuk pening-katan pH, penambahan fosfat, kalium, nitrogen dan unsur-unsur mikro (Sumarno, 2000). Pupuk merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam usahatani tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Dengan demikian petani diarahkan terutama dalam penggunaan pupuk kalium harus lebih efektif dan efisien. Efisiensi pemupukan kalium rendah yaitu <40%, hal ini disebabkan pupuk K mudah larut dalam air sehingga mudah tercuci bersama air perkolasi atau terikat oleh mineral liat 2:1. (Abdullah dan Azwir, 2000). Alternatif pemberian pupuk yang efisien adalah dengan cara pemberian langsung kepada tanaman.

Pengelolaan lahan hara yang benar men-syaratkan penggunaan pupuk secara proposional sebagai sumber hara tanaman sehingga

kebu-tuhan hara makro maupun mikro dapat terpenuhi. Pupuk anorganik mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit, akan tetapi apabila terjadi kahat unsur mikro dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Tanaman selama pertumbuhannya memerlukan 16 unsur hara makro dan mikro untuk mendukung pertumbuhannya. Akan tetapi pada umumnya petani hanya menambahkan unsur hara makro NPK kedalam tanah sebagai unsur hara, sehingga dalam jangka panjang akan tejadi kekahatan unsur hara mikkro. Keadaan ini apabila terus berlanjut dalam jangkan panjang tentu saja sangat tidak menguntungkan karena akan terjadi kahat hara mikro sehingga meng-ganggu kesuburan tanah dan keseimbangan hara dalam tanah dan tanaman. Menurut Cox dan Kamprath (1972) penanaman bibit unggul disertai pemupukan anorganik takaran tinggi dalam jangka panjang menyebabkan unsur-unsur hara lain dan unsur makro dan makin terkuras.

(3)

sejalan dengan berkembangnya tingkat per-tambahan penduduk dan usaha kuliner. Hal inilah yang menjadi pendorong para petani atau pengusaha untuk mengembangkan budidaya cabai. Produksi cabai menurut provinsi belum merata, produksi cabai tertinggi di Jawa barat mencapai 3.53.498 ton, di Jawa Timur 341.142 ton dan Jawa Tengah 318.402 ton, dan produksi secara nasional per tahun mencapai 1.915.016 ton (BPS, 2016), sedangkan rata-rata tingkat produktivitas cabe merah nasional sekitar 8,65 t/ha (Statistik Pertanian, 2016).

Pupuk Hortigo K-Power merupakan pupuk anorganik majemuk mengandung N dan K selain itu juga mengandung unsur hara mikro B, Zn. Cu, Mn, Mo dan Co yang diperlukan tanaman demgankadar <0,1%. Tujuan penelitian adalah menentukan kebutuhan pupuk kalium pada tanah Inceptisol untuk tanaman cabe merah.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanah Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisaru, Kabupaten Bogor, tahun 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri atas 9 perlakuan diulang 3 kali. Sebagai indikator ditanam cabe merah, dengan jarak tanaman 70 cm x 50 cm. Ukuran petak percobaan 4 m x 5 m. Pupuk dasar kompos kotoran ayam dosis 20 t/ha. Pupuk Urea diberikan dengan dosis 125 kg/ha atau 300 kg ZA/ha, TSP 250 kg/ha dan KCl 200 kg/ha dengan cara ditugal di pinggir tanaman. Pemberian pupuk Urea/ZA, SP36 dan KCl diberikan sebanyak dua kali yaitu pada umur 1 dan 4 minggu setelah tanaman masing-masing setengah dosis. Sebelum ditanam tiap bedengan ditutup mulsa plastik hitam perak. Pupuk K-Power merupakan pupuk NK majemuk diberikan sebanyak 4 kali yaitu pada umur 20, 40, 50, dan 60 hari setelah tanaman (HST) sesuai dosis perlakuan dengan cara disemprotkan ke tanaman. Dosis pupuk Hortigo K-power dosis 1 g/l setara dengan 0,5 kg/ha dilarutkan dalam

500 l air untuk satu kali aplikasi.

Parameter yang diamati: (1) analisis tanah sebelum percobaan meliputi: tekstur, pH, C-organik, N-total, P terekstrak Bray I, kadar P dan K terekstrak HCl 25%, Nilai Tukar Kation, Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kejenuhan Basa (KB); (2) tinggi tanaman umur 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam (HST); (3) bobot brangkasan, dan (4) bobot buah; (5) Nilai Relative Agronomic Effectiveness (RAE) = Hasil pupuk yang diuji – kontrol/Hasil pupuk standar – kontrol x 100 % (Machayet al., 1984); dan (6) Analisis ekonomi usaha dengan metoda IBCR (Incremental Benefit Cost Ratio) (Kadariah, 1988). Pupuk Hortigo K-Power secara ekonomi menguntungkan apabila nilai IBCR >1, IBCR = Keuntungan perlakuan pupuk yang diuji – Keuntungan kontrol/Keuntungan perlakuan pupuk standar – Keuntungan kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tanah Awal

Tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisol sebelum pengujian disajikan pada Tabel 1), tanah bertekstur lempung berliat.

(4)

organik sangat diperlukan untuk memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah.

Hasil Analisis Pupuk Hortigo K-Power Pupuk Hortigo K-Power (Tabel 2), merupakan pupuk anorganik majemuk mengan-dung unsur hara utama N 13,18%, K2O 46,41%, dan kadar P2O5 <0,01%, mengandung hara mikro B, Zn, Cu, Mn, Mo dan Co masing- masing <0,1%. Kandungan logam berat Pb, Cd dan As tergolong rendah masing-masing <0,1% dan logam berat Hg 0,28 ppm.; As dan Hg tidak terdeteksi. Dengan demikian pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power memenuhi syarat mutu sebagai pupuk anorganik majemuk NK.

Jenis Analisis Nilai Kategori

Telstur :

Tabel 1Hasil analisis tanah Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisarua sebelum penelitian

Parameter penetapan kandungan

Tabel 2 Hasil analisis sifat kimia pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power Tinggi tanaman

(5)

200 kg KCl/ha) dan pupuk NPK-standar + pupuk Hortigo-K-power dosis 500 g/ha. Pada pengamatan umur 30 dan 80 HST pemberian pupuk Hortigo K-Power pada berbagai taraf dosis dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK maupun perlakuan ¾ dosis pupuk NPK saja tidak berbeda nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK-standar dan pupuk NPK-standar + pupuk Hortigo-K-power dosis 500 g/ha. Hortigo-K-power dosis 500g/ha dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Kecuali pada umur 45 dan 60 HST pemberian pupuk Hortigo K-Power pada berbagai taraf dosis dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK maupun perlakuan ¾ dosis pupuk NPK saja tidak berbeda nyata dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK-standar dan pupuk NPK-NPK-standar + pupuk Hortigo K-Power tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Secara kuantitatif pertumbuhan tertinggi pada umur 60 HST dicapai pada pemberian ¾ dosis NPK + 1½ dosis Hortigo K-Power yaitu mencapai 64,46 cm sedangkan pada umur 80 HST pertumbuhan tertinggi pada perlakuan ¾ dosis NPK + 1¼ dosis Hortigo K-Power yaitu mencapai 76,46 cm.

No Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

30 HST 45 HST 60 HST 80 HST

1 Kontrol lengkap 19,96 a 32,00 a 48,13 a 63,73 a

2 NPK-Standar 20,26 ab 36,73 ab 57,46 b 71,20 ab

3 NPK-Standar+1 dosis Hortigo K-Power 22,33 ab 38,93 b 62,26 b 76,20 ab

4 ¾ NPK 21,93 ab 38,66 b 62,80 b 74,00 ab

5 ¾ NPK+½ dosis Hortigo K-Power 23,47 b 42,53 b 63,40 b 76,06 ab 6 ¾ NPK+¾ dosis Hortigo K-Power 21,73 ab 41,13 b 61,26 b 78,06 b 7 ¾ NPK+ 1 dosis Hortigo K-Power 20,93 ab 39,20 b 57,80 b 74,20 ab 8 ¾ NPK+1¼ dosis Hortigo K-Power 21,80 ab 41,00 b 63,00 b 76,46 ab 9 ¾ NPK+1½ dosis Hortigo K-Power 21,00 ab 42,33 b 64,46 b 75,53 ab Tabel 3 Pengaruh perlakuan pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power terhadap tinggi tanaman cabe

umur 30, 45, 60 dan 80 HST pada Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisarua

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%, HST = hari setelah tanaman

Bobot Brangkasan

Data bobot brangkasan basah dan kering tanaman cabai sebagai respon terhadap pemberian pupuk Hortigo K-Power dikombinasikan dengan ¾ dosis NPK dan NPK standar (Tabel 5). Hasil uji statistik bobot brangkasan basah pemberian pupuk Hortigo K-Power pada berbagai taraf dosis (250, 375, 500, 675 dan 750 g/ha) dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan NPK standar maupun yang dikombinasi-kan pupuk Hortigo K-Power dosis 500 g/ha dan kontrol. Kecuali pada pemberian ¾ dosis pupuk Hortigo K-Power dikombansikan dengan ¾ dosis pupuk NPK + ½ dosis Hortigo K-Power berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan ¾ dosis NPK + 1,5 dosis Hortigo K-Power dan kontrol.

Hasil Cabe Merah

(6)

tetapi berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, kecuali perlakuan ¾ dosis pupuk NPK saja tanpa dikombinasikan dengan pupuk Hortigo K-Power tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Secara kuantitatif hasil cabai tertinggi diperoleh pada perlakuan ¾ dosis pupuk Hortigo K-Power dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK yaitu 6.818 kg/ha dan pemberian pupuk

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Tabel 4 Pengaruh perlakuan pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power terhadap bobot brangkasan

basah dan kering tanaman cabai pada Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisarua

No Perlakuan Bobot brangkasan (kg/ha)

Basah Kering

1 Kontrol lengkap 5.956 b 804 b

2 NPK-Standar 7.537 ab 1.018 ab

3 NPK-Standar+1 dosis Hortigo K-Power 6.973 ab 946 ab

4 ¾ NPK 6,498 ab 871 ab

5 ¾ NPK+½ dosis Hortigo K-Power 8.247 a 1.113 a

6 ¾ NPK+¾ dosis Hortigo K-Power 6.847 ab 924 ab

7 ¾ NPK+ 1 dosis Hortigo K-Power 6.706 ab 916 ab

8 ¾ NPK+1¼ dosis Hortigo K-Power 6.606 ab 907 ab

9 ¾ NPK+1½ dosis Hortigo K-Power 5.915 b 798 b

No Perlakuan Hasil Cabai (kg/ha)

1 Kontrol lengkap 5.667 b

2 NPK-Standar 6.702 a

3 NPK-Standar+1 dosis Hortigo K-Power 6.768 a

4 ¾ NPK 6.394 ab

5 ¾ NPK+½ dosis Hortigo K-Power 7.105 a

6 ¾ NPK+¾ dosis Hortigo K-Power 6.818 a

7 ¾ NPK+ 1 dosis Hortigo K-Power 6.620 a

8 ¾ NPK+1¼ dosis Hortigo K-Power 6.531 a

9 ¾ NPK+1½ dosis Hortigo K-Power 6.477a

Tabel 5 Pengaruh perlakuan pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power terhadap hasil cabai pada Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisarua

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Hortigo K-Power dengan dosis yang ditingkatkan di atas dosis tersebut hasil cabai cenderung menurun menjadi 6.477 kg/ha pada perlakuan 1,5 dosis Hortigo K-Power dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK.

Hubungan pemberian pupuk Hortigo K-Power dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK terhadap hasil Cabai disajikan pada Gambar 1.

(7)

Pemberian pupuk majemuk Hortigo K-Power dapat meningkatkan hasil Cabai, akan tetapi pemberian pupuk tersebut diatas dosis 1 g/l hasil cabai cenderung menurun yang ditunjukkan oleh persamaan regresi Y= -3E-06x2 + 0,0022x + 6,4838. Berdasarkan persamaan tersebut, tanaman cabai memberikan respon terhadap pemberian pupuk Hortigo K-Power ditunjukkan dengan nilai R2 = 0,6067. Dosis maksimum pupuk Hortigo K-Power dapat ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan dari fungsi diferensial atau turunan pertama persamaan Y = - -3E-06x2 + 0,0022x + 6,4838. Dosis maksimum pupuk Hortigo K-Power dikombinasi-kan dengan ¾ dosis pupuk NPK dicapai pada pemberian 367 g/ha, dosis optimum pupuk mikro Hortigo K-Power adalah 85% dari dosis maksi-mum yaitu 312 g/ha atau setara dengan 315 g/

ha pada Inceptisol, Citeko.

Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) Nilai RAE (relative agronomic effectiveness) merupakan parameter yang digunakan untuk menilai secara gronomis apakah pupuk yang diuji meningkatkan hasil dibandingkan dengan pupuk standar. Sebagai pupuk standar digunakan pupuk tunggal Urea, SP-36 dan KCl yang telah memiliki nomor pendaftaran dan beredar luas di pasaran. Dosis rekomendasi pupuk standar yaitu 125 kg urea/ha, 250 kg SP36/ha, dan 200 kg KCl/ha. Aplikasi pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power sebanyak 4 kali yaitu pada umur 20, 40, 50 dan 60 hari setelah tanaman. Setiap aplikasi, dosis perlakuan pupuk Hortigo K-Power dilarutkan ke dalam 500 liter air/ha.

No Perlakuan Hasil Cabai

(t/ha) RAE (%)

1 Kontrol lengkap 5,667 0

2 NPK-Standar 6,702 100

3 NPK-Standar+1 dosis Hortigo K-Power 6,768 106

4 ¾ NPK 6,394 66

5 ¾ NPK+½ dosis Hortigo K-Power 7,105 139

6 ¾ NPK+¾ dosis Hortigo K-Power 6,818 111

7 ¾ NPK+ 1 dosis Hortigo K-Power 6,620 92

8 ¾ NPK+1¼ dosis Hortigo K-Power 6,531 83

9 ¾ NPK+1½ dosis Hortigo K-Power 6.477 78

Tabel 6 NilaiRelative Agronomic Effectiveness pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power terhadap tanaman cabai pada tanah Inceptisol, Citeko, Kecamatan Cisarua

No Perlakuan

Biaya Produksi

(Rp/ha)

Penerimaan (Rp/ha)

Kuntungan

(Rp/ha) IBCR

1 Kontrol lengkap 34.900.000 85.005.000 50.105.00

-2 NPK-Standar 40.425.000 100.530.000 60.105.000 1,00

3 NPK-Standar+1 dosis Hortigo K-Power 40.521.000 101.520.000 60.999.000 1,09

4 ¾ NPK 39.043.750 95.910.000 56.866.250 0,11

5 ¾ NPK+½ dosis Hortigo K-Power 39.091.750 106.575.000 67.483.250 1,74 6 ¾ NPK+¾ dosis Hortigo K-Power 39.115.750 102.270.000 63.154.250 1,30 7 ¾ NPK+ 1 dosis Hortigo K-Power 39.139.750 99.300.000 60.160.250 1,01 8 ¾ NPK+1¼ dosis Hortigo K-Power 39.163.750 97.965.000 58.801.250 0,87 9 ¾ NPK+1½ dosis Hortigo K-Power 39.187.750 97.155.000 57.967.250 0,79 Keterangan: Harga cabai saat panen Rp 15.000/kg ditingkat petani, harga pupuk Hortigo K-Power Rp 24.000/

500g. Harga pupuk pupuk Urea Rp 7.000/kg, pupuk SP-36 Rp 9.000/kg, dan pupuk KCl Rp 12.000/ kg. Harga pupuk Urea, SP36 dan KCl merupakan harga eceran non subsidi di tingkat pengecer. Tabel 7 Analisis ekonomi usaha tani (IBCR) Cabai pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power per ha

(8)

Nilai RAE pemberian pupuk Hortigo K-Power (Tabel 6) perlakuan pupuk NPK tunggal standar sebagai pembanding diberi nilai RAE 100%. Hasil perhitungan nilai RAE bervariasi dari 66% sampai dengan 139%. Pemberian ¾ dosis pupuk NPK menghasilkan nilai RAE 66%; pemberian pupuk NPK ¾ dosis +0,5 dosis pupuk Hortigo K-Power secara signifikan meningkat-kan nilai RAE sampai 139%, sedangmeningkat-kan pem-berian Hortigo K-Power ditingkatkan menjadi ¾ dosis nilai RAE menurun menjadi 111%, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar. Pemberian pupuk Hortigo K-Power dengan dosis yang ditingkatkan secara agronomis efektivitasnya cenderung menurun ditunjukkan dengan nilai RAE dari 111%. Pada perlakuan ¾ dosis NPK + ¾ dosis Hortigo K-Power 92%, perlakuan ¾ dosis NPK + 1 dosis Hortigo K-Power dan terus menurun menjadi 78% pada perlakuan ¾ dosis pupuk NPK + 1,5 dosis pupuk Hortigo K-Power dengan nilai RAE 78%.

Analisis Ekonomi Usaha Tani Cabai Hasil analisis ekonomi usaha tani pupuk Hortigo K-Power (Tabel 7), penggunaan pupuk Hortigo K-Power secara ekonomi menguntung-kan, tertinggi dicapai pada pemberian pupuk Hortigo K-Power ½ dosis (250 g/ha) dikombi-nasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK dengan nilai IBCR 1,74; lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK standar dengan nilai IBCR 1,00. Pemberian pupuk Hortigo K-Power ditingkatkan menjadi ¾ dosis (375 g/ha) dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK masih menguntungkan dengan nilai IBCR 1,30 akan tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan pemberian Hortigo K-Power ½ dosis (250 g/ha). Nilai IBCR terendah perlakuan ¾ dosis pupuk NPK secara tunggal dengan nilai IBCR 0,11.

KESIMPULAN

1. Pemberian pupuk Hortigo K-Power dikom-binasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tananam dan hasil cabai

2. Pupuk anorganik Hortigo K-Power ½ dosis (250 g/ha) dikombinasikan dengan ¾ dosis pupuk NPK (93,73 kg/ha, 187,5 kg SP36/ha dan 150 kg KCl/ha) secara agronomis efektif meningkatkan hasil cabai ditunjukan dengan nilai nilai RAE 139%.

3. Pemberian pupuk Hortigo K-Power dosis 250 g/ha dapat menghemat penggunaan pupuk NPK sebanyak 25%. Dosis optimum pupuk Hortigo K-Power dicapai pada pemberian 315 g/ha.

4. Penggunaan pupuk anorganik Hortigo K-Power pada Inceptisol Citeko, secara ekonomis menguntungkan dengan nilai IBCR > 1. Keuntungan tertinggi dicapai pada pemberian ¾ dosis pupuk NPK dikombinasikan dengan pupuk Hortigo K-Power dosis 250 g/ha dengan nilai IBCR 1,74.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Azwir. 2010. Efektivitas pupuk kalium dan/atau bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah pada lahan sawah kahat kalium di kasang, Kabupaten Padang Pariaman. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 315-324. Bogor, 30 November - 1 Desember 2010

BPS. 2016. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, 2016.

Cox, F.R., and Kamprath. 1972. Micronutrient soil test.In Micronutrient in Agriculture. Ed: J.J. Mortvedt, P.M. Giordano, and W.L. Lindsay. SSSA Inc. Madison Wiscosin, USA.

(9)

Produksi Cabai Surplus 15.509, Bawang Merah 21.305 ton Tidak Perlu Impor. https://www.facebook.com/kementanRI/ posts/1807142829569392:0

Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Edisi kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. Machay, A.D., J.K. Syers, and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to asses the agronomic effectiveness of phosphate rock materials. New Zealand Journal of Agriculture Research. 27:219-230.

Peraturan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/ SR/10/2017. Tentang Pendaftaran Pupuk An-organik.

Statistik Produksi Hortikultura. 2016. Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2016 Sumarno. 2000. Konsep pendayagunaan

sumber-daya lahan untuk pengembangan tanaman hortikultura. Dalam Prosiding Seminar Nasional Reorientasi Pendayagunaan Sumberdaya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Hal 27 – 53. Cipayung-Bogor, 31 Oktober – 2 November 2000

(10)

Gambar

Tabel 1 Hasil analisis tanah Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisarua sebelum penelitian
Tabel  3 Pengaruh perlakuan pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power terhadap tinggi tanaman cabeumur 30, 45, 60 dan 80 HST pada Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisarua
Tabel 4  Pengaruh perlakuan pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power terhadap bobot brangkasanbasah dan kering tanaman cabai pada Inceptisol Citeko, Kecamatan Cisarua
Tabel 6  Nilai Relative Agronomic Effectiveness pupuk anorganik majemuk Hortigo K-Power terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada KSP Utama Karya di Jepara, sehingga semakin tinggi

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

Begitulah bisnis “gratisan” di dunia internet, paling tidak setelah Anda melewati masa 1 tahun, Anda harus membayar kurang lebih $3 dollar US untuk memperpanjang layanan pada

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dua siklus, dengan menggunakan media animasi pada anak kelompok B TK Merpati Pos Surakarta

Menurut Darminto (2010) kinerja keuangan juga merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki yang dapat.. Kinerja

Penyimpanan buah jambu biji tanpa perlakuan khusus hanya dapat bertahan sampai 4 hari saja sehingga diperlukan proses penyimpanan cara lain yaitu penyimpanan buah jambu biji

Untuk menumbuhkan minat dan motivasi mahasiswa, dosen dapat memberi rangsangan dan dukungan moral dalam belajar writing dengan bantuan media internet yaitu Facebook

Diantara pemikirannya adalah mengenai konsep falah, hayyah thayyibah, dan tantangan ekonomi umat Islam, kebijakan moneter, lembaga keuangan syariah yang lebih ditekankan kepada