• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTI KUM IBP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTI KUM IBP"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ILMU BAHAN PAKAN

OLEH :

Nama : Galih Crysna Afrizal

Nim : D1A016104

Kelompok : 21

Asisten : Nuroniyah Maulani

LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

(2)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ILMU BAHAN PAKAN

Oleh:

Galih Crysna Afrizal D1A016104

Disusun untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Kurikuler Praktikum Mata Kuliah Ilmu Bahan Pakan Falkultas Peternakan

Universitas Jenderal Soedirman

LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK FALKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

(3)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ILMU BAHAN PAKAN

Oleh:

Galih Crysna Afrizal D1A016104

Diterima dan disetujui

Pada tanggal :...

Koordinator Asisten

Muh. Mahardika D1E014077

Asisten Pendamping

(4)

Kata Pengantar Assalamualaikum wr,wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan akhir Ilmu Bahan Pakan.

Laporan akhir ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan akhir ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penyusunan laporan akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat penilaian praktikum. Laporan akhir ini berisi materi dan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan akhir Ilmu Bahan Pakan ini menjadi lebih baik lagi.

Wasalamualaikum wr,wb.

Purwokerto, November 2017

(5)
(6)

V.2 Pembahasan

Berbagai jenis tumbuhan mulai dari hijauan segar seperti rerumputan (graminae) atau bisa juga kacang-kacangan (leguminosa) dapat hidup di daerah tropis seperti Indonesia. Belum lagi limbah pertanian yang jika dimanfaatkan dengan baik, dapat membantu proses

pemberian pakan begi ternak dalam menanggulangi musim kemarau yang datang setahun sekali di Indonesia. Bahan pakan ternak merupakan bahan yang sudah dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh ternak itu sendiri. Ada berbagai macam jenis bahan pakan, seperti bahan pakan yang berasal dari tumbuhan atau sering disebut dengan hijauan dan ada juga yang berasal dari hewan atau campuran berbagai macam jenis bahan pakan atau yang lebih dikenal dengan konsentrat. Pemberian nama atau nomenklatur bahan pakan dianggap perlu dilakukan karena adanya keanekaragaman jenis pakan sehingga dengan pemberian nama atau

nomenklatur ini akan terhindar dari kesamaan jenis bahan pakan antara yang satu dan yang lainnya.

Penganalisaan bahan pakan perlu adanya pengetahuan tentang alat-alat yang akan digunakan. Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum sangat beragam.Alat-alat tersebut harus

diketahui cara pemakaiannya dan fungsi-fungsinya, karena sangat menunjang ketepatan dalam menganalisis bahan pakan yang akan diuji.

Bahan pakan mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga dalam penanganan, pengolahan maupun penyimpanan memerlukan perlakuan yang berbeda. Metode yang digunakan adalah uji fisik, kimia maupun makroskopis. Terdiri dari sudut tumpukan, daya ambang, luas permukaan spesifik (LPS) dan BJ (density). Sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk oleh pakan yang diarahkan pada dinding datar, tujuannya untuk mengetahui sudut yang dibentuk oleh pakan. Daya ambang digunakan untuk mengetahui kecepatan bahan pakan dalam menempuh jarak tertentu. Luas permukaan spesifik (LPS) digunakan untuk mengetahui luas permukaan tertentu pula. Sedangkan berat jenis merupakan perbandingan antara berat bahan dengan ruang yang ditempati oleh bahan tersebut.

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan (pakan/ pangan). Satu item hasil analisis merupakan kumpulan dari beberapa zat makanan yang mempunyai sifat yang sama (fraksi). Analisis proksimat

(7)

Asam lemak bebas atau disebut FFA ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Sifat daripada lemak ditentukan oleh susunan asam lemak. Fungsinya sebagai sumber energi dan pelarut vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.

Pakan yang dikonsumsi oleh ternak akan menghasilkan energi. Energi merupakan sumber utama bagi proses metabolisme dalam tubuh ternak. Energi digunakan baik untuk hidup pokok ataupun produksi. Energi dari hasil pakan yang dikonsumsi dapat digunakan dengan tiga cara yaitu, menyediakan energi untuk aktivitas, dapat dikonversi menjadi panas, disimpan sebagai jaringan tubuh. Kelebihan energi akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak. Besarnya energi dapat diketaui dengan energi total, maka perlu adanya penghitungan energy total atau gross energy.

Bahan pakan memang menjadi hal yang paling utama dalam sebuah usaha peternakan. Selain faktor bahan pakan mempengaruhi hasil produktifitas dari faktor ini banyak sekali memakan biaya hampir separuh dari pembiayaan sutau peternakan. Maka banyak dilakukan upaya – upaya agar dapat menekan biaya pemrosesan tetapi tetap dapat meningkatkann

produktifitasnya. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya serangkaian praktikum ini. Diharapkan setelah diadakannya praktikum ini praktikan dapat mengembangkan

pengetahuannya.

I.2 Waktu Dan Tempat

Praktikum Nomenklatur Bahan Pakan Hijauan Dan Bahan Pakan Konsentrat dilaksanakan pada hari Jum’at , 15 september 2017 Praktikum Pengenalan Alat Dan Uji Fisik Bahan Pakan dilaksanakan pada hari Jum’at , 22 september 2017. Praktikum Analisis Proksimat

dilaksanakan pada hari Kamis sampai Sabtu , 5-7 oktober 2017. Pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum Ilmu Bahan Pakan Ternak dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak (IBMT). Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal

(8)

II. Tujuan Dan Manfaat

II.1 Tujuan

a. Mengetahui pengelompokan bahan pakan

b. Mengetahui tatacara pemberian nama pada bahan pakan (nomenklatur)

c. Mengetahui fungsi dan cara pemakaian alat-alat yang menunjang praktikum ilmu bahan pakan

d. Menganalisis kandungan nutrisi suatu bahan e. Mengetahui sifat fisik suatu bahan pakan ternak

f. Mengetahui kadar asam lemak bebas (FFA) pada bahan pakan g. Menganalisis energy bruto suatu bahan pakan.

II.2 Manfaat

a. Praktikan mampu membedakan nama dari ciri spesifik bahan pakan

b. Praktikan mampu mengetahui bentuk dan fungsi alat yang digunakan dalam praktikum

c. Praktikan dapat mengerti sifat-sifat fisik bahan pakan, sehingga mempermudah dalam pengangkutan, pengolahan dan menjaga homogenitas dan stabilitas saat pencampuran. d. Praktikan dapat mengetahui zat makanan dan zat gizi pada suatu bahan makanan

ternak.

e. Praktikan dapat menjalankan prosedur analisis FFA (kadar asam lemak bebas) dan kadarnya dalam suatu bahan pakan.

(9)

III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Nomenklatur Hijauan Dan Konsentrat

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern banyak produk sampingan dari bahan makanan manusia dapat digunakan untuk bahan pakan ternak. Sehingga apabila tidak diberikan pedoman dalam pemberian nama bahan pakan, maka dapat

menimbulkan keraguan. Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama bahan pakan. Setiap ciri atau nama internasional dari suatu bahan pakan ditentukan dengan menggunakan pedoman pencirian dari satu atau lenih dari enam faset (Sutardi, 2012).

Penyediaan pakan yang berkualitas merupakan salah satu faktor pendukung dalam upaya meningkatkan produktifitas ternak. Ternak yang sedang tumbuh memerlukan kebutuhan nutrien yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya yang sempurna . Formulasi pakan hijauan (rumput gajah, kaliandra, dan gamal) diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan bobot karkas ( Firdus, 2010 ).

Menurut Koddang (2008) bahwa tingkat pemberian konsentrat berpengaruh sangat nyata terhadap daya cerna bahan kering ransum pada sapi bali jantan yang

mendapatkan rumput Raja (Pennisetum purpurephoides) secara ad libitum. Semakin tinggi tingkat pemberian konsentrat disertai dengan meningkatnya daya cerna ( BK ) ransum. Penambahan konsentrat dalam ransum ternak merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum, pertambahan bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum.

III.2 Pengenalan Alat Dan Uji Fisik

Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di

(10)

Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat gelas. Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita ciptakan apabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja

laboratorium untuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan yang terjadi dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Tujuan dari praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam alat gelas yang sering digunakan dalam laboratorium dan penggunaanya (Ginting, 2010).

Pengenalan alat- alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun praktikum. (Hokayuruke, 2013) Pengetahuan sifat fisik dan termal butiran penting dalam masalah panas dan pemindahan masa bahan, termasuk penyimpanan butiran, pengeringan, aerosi,

pendinginan, dan pengolahan. Sifat fisik bahan pakan tergantung dari jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada enam sifat fisik pakan yang penting yaitu : berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan dan tumpukan, sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis (Jaelani dan Firahmi, 2007).

Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya. Perawatan alat secara rutin dapat

dilakukan.Sebelum alat digunakan hendaknya diperiksa dulu kelengkapannya dan harus dibersihkan terlebih dahulu.Setelah selesai dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan sampai disimpan dalam keadaan kotor (Budimarwati, 2007).

Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bidang miring bahan yang dicurahkan membentuk garis dalam bidang horizontal. Sudut tumpukan berfungsi untuk menentukan kemampuan mengalir suatu bahan efisiensi pada pengangkutan secara mekanik. Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan dimana semakin tinggi tumpukan, maka kebebasan partikel untuk bergerak semakin berkurang (Noordyansyah, 2007).

III.3 Analisis Proksimat

Pemilihan bahan tidak akan terlepas dari ketersediaan zat makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh ternak. Untuk mengetahui berapa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak serta cara penyusunan ransum, diperlukan pengetahuan mengenai kualitas dan kuantitas zat makanan. Merupakan suatu keuntungan bahwa zat makanan, selain mineral dan vitamin, tidak mempunyai sifat kimia secara individual (Handaka, 2008).

(11)

tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. (Sarmono, 2007).

Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi. Hijauan yang telah dikeringkan 550C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi as fed (keadaan apa adanya) (Utomo dan Soejono, 2009).

III.4 Penetapan FFA

Alkohol termasuk zat pelarut organik yang ssering digunakan untuk melarutkan lemak, fungsi penambahan alkohol dalam uji kandungan asam lemak bebas adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Fungsi pemanasan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak dapat antara alkohol dan minyak dapat bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol dapat larut seutuhnya. (Panagan, 2011)

fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan. Pengaruh penambahan NaOH pada pada analisa asam lemak bebas bahan padaminyak yaitu untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak. Jumlah volume yang digunakan untuk menitrasi larutan minyak dan alkohol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas. (Darnoko, 2003)

Asam lemak yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua hidrogen yang dapat diikatnya dinamakan asam lemak jenuh. Asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap dimana sebetulnya dapat diikat tambahan atom hidrogen dinamakan asam lemak tidak jenuh. Lipida hewani terutama mengandung asam lemak jenuh rantai panjang, yaitu asam palmitatdan asam stearat. (Anna poedjiadi:2005)

III.5 Gross Energy

Gross energi didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bila suatu zat dioksider menjadi karbohidrat dan air. Karbondioksida dan air ini mengandungair namun dianggap nol karena hewan tidak dapat memecah karbohidrat dan air. Besarnya energi bruto bahan pakan tidak sama, tergantung dari macam nutrient dan bahan pakan. (Sutardi, 2004)

Energi total bahan makanan adalah jumlah energi kimia yang ada dalam makanan. Dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panasnya. Jumlah panas ini diketahui sebagai sumber energi total dari makanan. (Tilman, 1993) Suatu nutrient organik dibakar sempurma sehingga menghasilkan CO2 dan air. Panas yang dihasilkan disebut energi bruto. Besarnya energi bahan pakan tidak sama

(12)

IV. MATERI DAN CARA KERJA 4.1. Materi

4.1.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat 4.1.1.1. Nomenklatur Hijauan

1. Kamera dokumentasi 11. Lamtoro (Leucaena glauca) 2. Daun nangka (Arthocarpus integra) 12. Daun pepaya (Carica papaya) 3. Daun waru (Hibiscus thiliaceus) 13. Jerami padi (Oryza sativa) 4. Daun gamal (Glirisida machulata) 14. Daun jagung (Zea mays) 5. Daun dadap (Erytrina lithospermae) 15. Daun pisang (Musa paradiaca) 6. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) 16. Daun murbei (Morus indica L.) 7. Daun singkong (Manihot utillisima ) 17. Setaria lampung (Setaria splendida) 8. Rumput raja (Pennisetum purproides) 18. Setaria ancep (Setaria spachelata) 9. Kaliandra (Calliandra callothyrsus) 19. Daun rami (Boehmeria nivea) 10. Rumput benggala (Panicum maximum)

4.1.1.2. Nomenklatur Konsentrat

1. Kamera dokumentasi 15. Bungkil kedelai (Glycin max) 2. Millet (Pennisetum glaucum) 16. Bungkil kelapa (Cocos

nucifera)

3. Onggok (Manihot utillisima) 17. Tepung ikan (Animal)

4. Fortevit 18. Tepung jagung (Zea mays)

5. Tepung udang (Crustacea sp) 19. Tepung kepala udang (Crustacea sp)

6. CuSO4 20. Bungkil Nyamplung

7. Kapur Dolmit (CaCO3) 8. EM4

(13)

10. Urea

11. Egg Stimulant

12. Corn Gluten Fiber (Zea mays) 13. Dedak (Oryza sativa)

14. Jagung giling (Zea mays)

IV.1.1.3 Pengenalan Alat

1. Kamera dokumentasi 18. Cawan porselen

2. Tanur 19. Pipet seukuran

3. Pompa vacuum 20. Pipet volume 4. Seperangkat alat desikator 21. Pipet tetes 5. Labu kjeldahl 22. Spatula 6. Destruktor 23. Tang penjepit 7. Kompor listrik 24. Becker glass

8. Kondensor 25. Bom kalorimeter

9. Waterbath 26. Cawan crucible

10. Oven 27. Labu Soxhlet

11. Neraca ohaus 28. Corong buchner 12. Tabung oksigen 29. Desikator

13. Bucket 30. Silica jell

14. Timbangan analitik 31. Biuret dan Statis 15. Filler roll 32. Erlenmeyer 16. Gelas ukur 33. Push push tinju 17. Corong

4.1.2. Uji Fisik

4.1.2.1 Berat Jenis

Alat: Bahan:

1. Timbangan analitik 1. Tepung Ikan 2. Gelas ukur 100 ml

4.1.2.2 Luas Permukaan Spesifik

Alat: Bahan:

1. Kertas milimeter blok 1. Tepung Ikan 2. Spidol/bolpoint

(14)

4.1.2.3 Daya Ambang

Alat: Bahan:

1. Stopwatch 1. Tepung Ikan

2. Nampan

3. Timbangan analitik 4.1.2.4 Sudut Tumpukan

Alat: Bahan:

1. Mistar siku - siku 1. Tepung Ikan 2. Corong

3. Timbangan analitik 4. Besi penyangga

4.1.3. Analisis Proksimat 4.1.4.1. Analisis Kadar Air

Alat: Bahan:

1. Cawan porselen 1. Bungkil Sawit 2. Kertas saring

3. Timbangan analik 4. Oven

5. Desikator 6. Tang penjepit

4.1.4.2. Analisis Kadar Abu

Alat: Bahan:

1. Cawan porselen 1. Bungkil Sawit 2. Kertas saring

1. Labu Kjehdahl 1. Bungkil Sawit

2. Destilator 2. NaOH 40% 10 ml

3. Erlenmeyer 125 ml 3. 0,3g katalisator (0,5% Se, 3,5% CuSO4, 96% K2SO4)

4. Buret 4. Asam borat 2%

(15)

7. Kompor listrik

4.1.4.4. Analisis Lemak Kasar

Alat: Bahan:

1. Labu penampung 1. Bungkil Sawit

2. Alat ekstraksi Soxhlet 2. Larutan Petroleum benzene

3. Timbangan analik 4. Oven

5. Kertas saring wathman 41 6. Waterbath

4.1.4.5. Analisis Serat Kasar

Alat: Bahan:

1. Labu erleneyer 250ml 1. Bungkil Sawit

2. Oven 2. H2SO4 0,3N

3. Tanur 3. Na2OH 1,5N

4. Tang penjepit 4. Aceton 5. Timbangan analitik 5. Aquadest 6. Kompor listrik

4.1.4. Free Fatty Acid

Alat: Bahan:

1. Labu erleneyer 250ml 1. Bungkil Sawit

2. Oven 2. Aceton

3. Tanur 3. Aquadest

4. Erlenmeyer 4. Alkohol 96% 25ml 5. Buret dan statif 5. Indikator Phenolptilein 6. Pipet tetes

7. Waterbath 8. Corong

4.1.5. Energi Bruto

Alat: Bahan:

1. Labu erleneyer 250ml 1. Bungkil Sawit 2. Bomb kalorimeter 2. Akuades 3. Tabung oksigen 3. Oksigen 4. Kawat energi

(16)

7. Erlenmeyer

4.2. Cara Kerja

4.2.1. Nomenklatur Bahan Pakan

4.2.2. Pengenalan Alat

4.2.3. Uji Fisik Bahan Pakan 4.2.3.1. Sudut Tumpukan

4.2.3.2 Berat Jenis

Hijauan / Konsentrat disiapkan

Diambil gambar /difoto

Dicatat nama,asal mula,bagian, proses,tingkat kedewasaan, defoliasi (pada tumbuhan), grade

Diambil foto

Dibuat table dan dicatat nama beserta fungsinya Alat-alat disiapkan

Siapkan bahan dan alat yang digunakan dalam pengukuran

Pasang corong pada besi penyangga

Timbang bahan yang akan diukur sebanyak 200 gram

Tuangkan bahan melalu corong

Ukur diameter dan tinggi (curahan) bahan

(17)

4.2.3.3 Luas Permukaan Spesifik

4.2.3.4 Daya Ambang

4.2.4. Analisis Proksimat 4.2.4.1. Penetapan Kadar Air

Bahan ditimbang 1g

Bahan diratakan pada kertas millimeter block hingga membentuk luasan tertentu

Bahan pakan diukur luasnya

Siapkan sampel, masukkan kedalam gelas ukur sampai vol 100 ml tetpi jangan dipadatkan cukup diketuk intuk meratakan berat

Timbang gelas ukur yang berisi sampel sebagai (B)

Bahan ditimbang ±1g

Stopwatch dan nampan disiapkan

Bahan dijatuhkan dan stopwatch ditekan bersamaan pada jarak tertentu

Catat waktu yang ditempuh

(18)

4.2.4.2 Penetapan Kadar Abu

4.2.4.2. Penetapan Lemak Kasar

18 Setelah dingin, ditimbang (Berat Cawan)

Sampel ditimbang sekitar 2 gram, kemudian dimasukkan kedalam cawan porselin timbang dan keringkan didalam oven apda suhu 105℃ selama

minimal 8 jam

Dinginkan didalam desikator selama 15 menit dan ditimbang, lalu ditimbang berat akhirnya

Sampel hasil pengeringan kadar air

Ditanur 600℃ selama minimal 4-12 jam (Di pijarkan sampai contoh bahan pakan berwarna putih seluruhnya)

Kemudian didinginkan dioven sehingga suhunya menjadi sekitar 140℃, lalu masukan kedalam desikator selama 15 menit

Sesudah dingin kemudian ditimbang abunya disimpan dan digunakan untuk penetapan mineral

Labu penampung dan alat ekstraksi soxhlet dibersihkan dan dikeringkan

Timbang 1 gram sampel, bungkus dalam kertas saring wathman 41

Dikeringkan dalam oven pada suhu 105℃ selama kurang lebih 14 jam. dinginkan sampel dalam desikator selama 15 menit, kemudian ditimbang (Y)

Sampel dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pasang diatas penangas air (waterbath) dan dihubungkan dengan kondensor. Masukkan petroleum melalui ubang pendingin sampai seluruhnya turun ke labu penampung. Kemudian diisi

(19)

4.2.4.3. Penetapan Serat Kasar

4.2.4.4. Penetapan Kadar Protein Kasar

Sampel bahan pakan ditimbang 0,1 gram, dimasukkan dalam labu kjeldahl. Diekstraksi selama 4-16 jam atau petroleum benzene yang ada di dalam alat

ekstraksi sudah jernih atau tidak berwarna

Kemudian sampel diambil dan diangin anginkan

Keringkan sampel dalam oven pada suhu 105℃ selama kurang lebih 14 jam. kemudian dinginkan dalam desikator selama 15 menit, setelah itu ditimbang

(Z)

Dimasukan ke labu Erlenmeyer, tambahkan H2SO4 0,3N 50 ml, dididihkan 30 menit dan ditambah 25 ml NaOH 1,5N lalu didihkan selama 30 menit

Sampel ditimbang 1 g

Kertas wathman dioven pada suhu 105℃selama 1jam dan didesikator selama 15 menit lalu ditimbang

Sampel dilakukan pencucian berturut turut dengan 50ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3N , 50 ml H2O panas, dan 25ml aceton. Dengan bantuan pompa

vacum

Kertas saring dan isinya dimasukkan cawan porselin dan diangin-anginkan terlebih dahulu, lalu dioven pada suhu 105℃ selama 4 jam

Ditanur pada suhu 600℃ selama 3 jam

Sampel dioven sampe suruh turun

(20)

Hasil yang ditamung di Erlenmeyer dititrasi menggunakan HCL 0,1 N.

Ditambah katalisator 3 gram dan H2SO4 pekat 1,5 ml.

Didestruksi sampai jernih.

Hasil destruksi dimasukkan ke destilator.

Ditambahkan akuadest dan NaOH 40% 10 m

Penyulingan dilakukan sampai volume dalam Erlenmeyer mencapai 60 ml.

4.2.4.5. Free Fatty Acids

4.2.5. Energi Bruto

Disiapkan Erlenmeyer yang ditambah asam borat 10 ml dan ditetesi indikaror metyl red untuk menampung hasil destilasi.

Direfluk 15 menit dalam waterbath Ditambah 25 ml alkohol netral 96% Sampel ditimbang 7,05 dimasukan erlenmeyer

Disaring, diambil 10ml, ditambahkan PP, dititrasi 0,1 NaOH sampai berwarna merah muda

Bomb didisi oksigen 23-35atm , masukan bomb ke dalam bucket Sampel dibungkus, ditaruh dicawan, dimasukan bomb kalorimeter

(21)

Tepat 5 menit ditekan combustone, lalu Dynamo dimatikan, bomb diangkat

Diambil 10ml, dihitung sisa kawat, dititrasi dan indicator metil orange Ditekan agritator, dan segnalator seteleh bunyi ditunggu 5 menit

(22)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 HASIL

V.1.1 Nomenklatur Hijauan Bahan Pakan Tabel 1. Nomenklatur Hijauan Pakan

Asal mula Bagian Proses Defoliasi Sumber Grade Gambar

Daun Singkong (Manihot

utilicima)

Daun Dilayukan Dewasa Protein

SK:

sativa) Aerial Dikeringkan Dewasa 90 hari

SK: 32,5% PK: 4,2%

Indigo Vera

(Indigo vera Sp) Daun Dilayukan Dewasa Protein

SK: 27,9%

(Zea mays) Aerial Segar Dewasa Energi SK: 8,5%PK: 2,5%

Rumput gajah (Pennicetum purpureum)

Aerial Segar 50-70hari Energi

(23)

SK:17-Daun waru (Hibiscus thileaceus)

Daun Segar Dewasa Energi PK: 12%

Daun gamal (Glirisida

maculate) Daun Segar Dewasa Energi

SK:8-10% PK:12-13%

Daun murbei

(Morus indica L) Daun Segar Dewasa Protein

SK: 13%

Daun Segar-dilayukan Dewasa Protein PK:16-19%

Daun nangka (Arthocarpus integra)

Daun Segar-dilayukan Dewasa Energi PK:9-12%

Dadap (Erytrina lithospermae)

(24)

Setaria lampung

(Carica papaya) Daun Segar dewasa Energi PK:24,1%SK:22,1%

Rami (Boehmeria Nivea)

Daun Segar dewasa Energi PK:17,1% SK:22,1%

Tabel 2. Nomenklatur Konsentrat Pakan

Konsentrat Asal mula Bagian Proses Grade Sumber Gambar

Tepung

Dolmit CaCO3 Batuan

(25)

Urea Ca(Na2)2 - - N : 45% Feed additives

Kelapa Cocos nucifera Daging dan buah kelapa Sisa ekstraksiminyak

PK:26

Millet Pennisetum glaucum Biji Dikeringkan

(26)

Corn Gluten

Fiber Zea mays Biji Dikeringkan, digiling

PK: 22% SK: 8%

Protein

EM4 Mikrobiologi - - - Feed additives

Dedak Oryza

sativa Biji (gabah ) Digiling

SK: 28% PK: 12%

Energi

Egg

Stimulant - - -

-Feed additives

Fortevit - - - - Vitamin

Bungkil

Kedelai Glycine max Biji

Sisa – sisa hasil ekstraksi minyak

PK:

52,1 % Protein

V.1.2 Pengenalan Alat

No Nama Alat Fungsi Gambar

1. Becker glass Mengukur & Menampung larutan

(27)

3. Labu Kjeldahl Labu untuk proses destruksi

4. Erlenmeyer Menampung larutan dan proses titrasi

5. Pipet seukuran Mengukur larutan dengan teliti

6. Push- Push Tinju Menampung Aquadest

7. Pipet tetes Mengambil dan memindahkan larutan

8. Pipet Volume Mengambil larutan

9. Cawan porselin Tempat atau wadah sampel

10. Timbangan

analitik Menimbang sampel

(28)

12. Tanur Alat pembakar dengan suhu 600o C

13. Filler roll Meneydoot larutan pada pipet seukuran

14. Labu didih Memanaskan larutan

15. Bomb

kalorimeter Pengukur gross energi

16. Spatula Untuk mengambil sampel

17. Desikator Menurunkan suhu

18. Statif dan Buret Penyangga buret, alat titrasi

19. Oven Mengeringkan bahan atau sampel pada suhu 105o C

(29)

21. Kondensor Pendingin atau penstabil suhu

22. Kompor listrik Alat untuk pemanas

23. Destruktor Mendestruksi sampel

24. Destilator Untuk proses destilasi

25. Labu Soxhlet Untuk analisis lemak kasar

26. Corong butcher Untuk filtrasi

27. Pure It Untuk membuat akuades

28. Vacuum Untuk menyedot larutan dalam serat kasar

(30)

33. Tabung Oksigen Menambah oksigen pada uji gross energy

31. Corong Memasukan larutan

32. Bucket Untuk menganalisis Gross energy

V.1.3 Uji Fisik Bahan Pakan Tabel 4. Tabel Uji Fisik Bahan Pakan Kelompok Bahan

Pakan

BJ (g/ml) LPS ( cm2/g)

ST° DA (m/s)

1 D. Lamtoro 0,343 32,5 36,86° 0,386

2 D. Gamal 0,267 45,5 27,92° 0,21 20 T.Ikan 8,43 24,34 5,34 39,375 13,37 21 B.Sawit -7,86 3,78 23,56 15,96 8,29

22 B.Kedela

i 10,19 11,34 3,024 52,01 -3,046 23 T.Ikan 7,83 25,3 5,374 11,23 14,344 24 B.Sawit 8,53 1,96 12,35 37,74 9,425

(31)

Tabel 6. Analisis % FFA

V.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsetrat

Pada dasarnya, semua makhluk hidup memerlukan pangan untuk dapat bertahan hidup. Sumber pangan untuk hewan biasa disebut sebagai pakan. Pakan pada konsentrat dibagi menjadi dua yaitu hijauan dan konsentrat.

Seiring dengan pertambahan penduduk dan majunya sektor pertanian, maka akan semakin banyak pula limbah dari pertanian yang terdapat di lingkungan. Pengolahan limbah pertanian menjadi bahan pakan sudah cukup akrab didengar ditelinga masyarakat. Pemanfaatn limbah pertanian seperti jerami padi atau jagung sendiri dapat dilakukan dengan memperhatikan kandungan yang didalam bahan pakan ini termasuk serat kasar, karena jika serat kasar tinggi maka kecernaan nya akan rendah. Dikutip dari suci (2008) bahwa tingginya serat kasar dalam bahan pakan akan menjadi pembatas dalam pemanfaatan bahan pakan tertentu. Sukaryana (2011) menyatakan bahwa bahan pakan yang berasal dari limbah agro industri dalam ransum unggas biasanya sangat terbatas karena umumnya bahan tersebut mengandung serat kasar yang tinggi.

(32)

ransum berkurang. Menurut Tandi (2013) tanin dapat mengikat protein membentuk ikatan kompleks protein tanin sehingga protein tersebut sukar dicerna oleh enzim protease.

Dalam perkembangan jaman, ketersediaan bahan pakan hijauan akan menjadi masalah bagi masyarakat ataui peternak mengingtaketersediaan lahan yang menipis. Oleh karena itu diperlukan terobosan baru dalam penciptaan bahan pakan untuk ternak dengan harapan bahan pakan tercukupi namun tetap efisiensi di biaya. Mardiyono (2007 menyatakan bahwa

penggunaan Bahan pakan alternatif ini tentunya akan mempertimbangkan harga, potensi, dan keamanan bahan.

Dalam pemanfaatan limbah dari pengolahan minyak atau tepung, banyak bahan yang potensial untuk dijadikan bahan pakan. CGF atau Corn Gluten Feed adalah salah satu campuran ransum yang dibuat dari sisa pengolahan pati jagung dengan penggilingan basah. CGF merupakan salah satu bahan tambahan pakan dengan sifat mudah dicerna. Umiyasih (2008) menyatakan bahwa CGF mengandung serat yang mudah dicerna cukup tinggi. EM4 adalah salah satu feed addictive yang sering digunakan dalam dunia peternakan. EM4 merupakan bakteri yang umum digunakan dalam peternakan unggas terutama untuk

penambahan nafsu makan. Menurut Surung (2008) pemberian EM4 secara optimal dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan secara optimal dengan keakuratan penelitian sebesar 95%.

V.2.2 Pengenalan Alat dan Uji Fisik

Dalam melaksanakan praktikum pengenalan alat, acara praktikum dibagi menjadi dua, yaitu pengenalan alat bagian dalam dan pengenalan alat bagian luar. Pengenalan alat bagian dalam sendiri memperkenalkan beberapa alat seperti timbangan analitik, labu kjehdal, pipet tetes, hingga ke alat seperti tanur. Pengenalan alat bagian luar sendiri memperkenalkan beberapa alat alat besar seperti oven, kompor listrik, hingga tanur dan tabung oksigen.

Pengenalan alat penting dilakukan mengingat kegiatan praktikum yang akan dilakukan oleh mahasiswa selalu membutuhkan alat dan masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahui fungsi dan bentuk alat yang terdapat di laboratorium. Dimana hal ini juga disampaikan oleh Maknun (2012) menyatakan bahwa kegiatan lab merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran biologi dan sains. Kegiatan lab berfungsi menghubungkan teori/ konsep dan praktek, meningkatkan daya tarik atau minat siswa, dapat memperbaiki miskonsepsi, dan mengembangkan sikap analisis dan kritis pada siswa. Oleh karenanya untuk mendukung fungsi kegiatan lab tersebut, maka metode penilaiannya perlu diperbaiki agar kegiatan lab berlangsung lebih efektif.

(33)

merupakan salah satu alat laboratorium yang berbentuk seperti labu ukur namun bagian dasarnya berbentuk bulat sempurna sehingga labu Kjeldahl tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Labu kjeldahl umumnya digunakan untuk proses destruksi dengan

menggunakan metode kjeldahl. Hal ini juga dilakukan oleh Ramadhia (2012) hasil protein kasar didapatkan dengan menggunakan metode kjeldahl dengan menggunakan labu kjeldahl dan pemanas kjeldahl.

Alat lain yang diperkenalkan pada saat praktikum pengenalan alat bagian dalam adalah desikator. Desikator merupakan alat yang digunakan untuk menurunkan suhu karena terdapat silica gel didalamnya. Dalam praktiknya, banyak yang menggunakan desikator untuk menghilangkan kadar air dalam suatu bahan tertentu. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya (2010) dimana desikator digunakan untuk mendinginkan bahan selama 30 menit untuk menghitung kadar air suatu bahan pakan. Bomb kalorimeter adalah salah satu alat yang diperkenalkan kepada praktikan pada saat melakukan praktikum pengenalan alat. Bomb kalorimeter merupakan alat laboratorium yang memiliki fungsi untuk mengukur jumlah kalor (nilaikalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa,bahan makanan, bahan bakar. Penggunaan bomb kalorimeter biasanya digunakan untuk mengukur besarnya energi pembakaran. Hal ini sejalan dengan Hartaya (2016) yang mengatakan bahwa Pengukuran besarnya energi pembakaran propelan dilakukan dengan bomb calorimeter. Alat yang dikenalkan juga ada yang berbentuk besar, seperti oven yang berfungsi untuk menurunkan kadar air. Oven yang digunakan merupakan oven listrik dan merupakan alat dengan bentuk yang paling mudah untuk dikenali. Hal ini sesuai dengan pernyataan budiman (2008) dimana Budiman mengatakan bahwa fungsi dari oven adalah untuk sterilisasi kering, meminimalkan kuman dan mikroba serta untuk mengurangi kadar air dalam suatu bahan pakan.

Tanur adalah salah satu alat yang digunakan ketika melakukan analisis proksimat. Tanur merupakan alat yang digunakan untuk proses pengabuan dengan suhu sebesar 600’C . hal ini sejalan dengan pendapat Bakri (2016) yang mengatakan bahwa tanur pada suhu 600 derajat dapat digunakan untuk mengabukan bahan atau mengarangkan bahan.

Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil berat jenis yang berbeda dari kedua kelompok yang menguji tepung ikan. Kelompok 2 menguji tepung ikan dengan berat jenis sebesar 0,538 sedangkan kelompok 6 menguji tepung ikan dengan berat jenis sebesar 0,574. perbedaan perhitungan ini bisa dikarenakan beberapa hal, namun yang bisa sangat berpengaruh adalah besar kecilnya ukuran penyaring ketika bahan pakan dibuat tepung, hal ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh mujnisa dimanaterdapat interaksi antara penyaring dan produk samping terhadap ukuran partikel dan berat jenis.

(34)

(2007), bahwa menghitung berat jenis adalah bobot bahan pakan (gram) dibagi dengan volume. Hal ini membuktikan bahwa cara kerja yang dilakukan saat praktikum dengan yang ditemukan di jurnal memiliki perbedaan.

Dilihat dari nilai berat jenis ternyata dari sampel menunjukan nilai di bawah 1 yang berarti lebih kecil dari volume. Hasil praktikum diperoleh nilai berat jenis 0,574 gr/ml. Besarnya berat jenis (density) bahan pakan penting diketahui karena apabila suatu bahan pakan mempunyai nilai densitas yang rendah yaitu perbandingan antara berat bahan pakan dengan volume lebih besar berarti intake untuk ternak hanya sedikit dan sebaliknya. Pakan yang baik adalah nilai densitasnya lebih besar sehingga intake pakan meningkat (Retnani, 2011).

Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan spesifik bahan pakan dengan berat tertentu. Luas pernukaan spesifik berperan untuk mengetahui tingkat kehalusan dari bahan pakan tanpa diketahui distribusi, ukuran komposisi partikel secara keseluruhan (Suparjo, 2010). Bahan yang digunakan saat pengukaran luas permukaan spesifik saat praktikum adalah dedak. Sampel seberat 1,0 gram, luas permukaan spesifik yang diperoleh cm²/gr. Luas permukaan spesifik sangat besar pengaruhnya untuk

keefisienan suatu proses penanganan seperti packaging, transportasi dan penyimpanan. Luas permukaan spesifik dapat mempengaruhi packaging karena apabila luas

permukaan spesifiknya tinggi, maka tingkat kehalusan juga tinggi. Semakin tinggi tingkat kehalusan, maka akan semakin muat banyak bahan pakan dalam suatu wadah atau karung. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaelani (2007) yang menyatakan bahwa keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan penanganan bahan pakan dapat dihindari.

Luas permukaan spesifik sangat besar pengaruhnya untuk keefisienan suatu proses penanganan seperti packaging, transportasi dan penyimpanan. Apabila luas permukaan spesifik besar atau tingkat kehalusan tinggi maka dalam suatu packaging akan memuat bahan pakan yang lebih banyak, hal ini berarti transportasi dan penyimpanan akan menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaelani (2007), yang menyatakan bahwa keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai. Penentuan daya ambang suatu bahan pakan bertujuan untuk pemindahan dan

pengankutan bahan pakan. Bertujuan juga untuk perataan pakan ketika pemberian pakan kepada ternak . Hal ini sesuai dengan pendapat Suparjo (2010), bahwa perhitungan daya ambang bertujuan untuk efisiensi pemindahan atau pengangkutan yang menggunakan alat penghisap dan pengisian silo yang menggunakan gaya gravitasi dan daya ambang berbeda akan terjadi pemisahan partikel.

(35)

sebesar 0,37 m/s. Daya ambang yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses pencurahan bahan karena dibutuhkan waktu yang lebih lama (Jaelani, 2007).

Daya ambang yang kami dapatkan berbeda dengan yang didapatkan oleh kelompok 2, dimana kelompok kami mendapatkan hasil sebesar 0,37 dan kelompok 2 mendapat hasil sebesar 0,269. Perbedaan daya ambang ini dikarenakan proses penjatuhan bahan pakan yang tidak kompak dengan pengawas dan pencatat waktu. Daya ambang sendiri berbanding lurus dengan berat jenis. Pernyataan ini sesuai dengan marpaung (2011) yang menyatakan bahwa berat jenis dapat memberikan pengaruh terhadap daya ambang, begitupun sebaliknya.

Berdasarkan hasil praktikum sudut tumpukan didapatkan 7,8 derajat dengan cara mencurahkan bahan pakan 100 gram melalui corong dan besi penyangga. Menurut Retnani (2011), nilai sudut tumpukan pada ransum penelitian termasuk dalam ransum yang mudah mengalir yaitu pada kisaran sudut tumpukan 30o-38o. Ransum bentuk padat memiliki sudut tumpukan berkisar antara 20o dan 50o. hal ini tidaksesuai dengan praktikum yang telah dilakukan karena hasilpraktikum hanya 7.8 derajat saja.

Sudut yang didapatkan sangat berbanding jauh dengan kelompoklain, hal ini

menandakan adanya human eror dalam pengukuran sudut tumpukan pada praktikum. Selain human eror, ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar sudut tumpukan itu sendiri seperti bentuk bahan pakan, berat jenis, dan kandungan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Retnani (2011),besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan karakteristik partikel, kandungan air, berat jenis dan kerapatan tumpukan. Ukuran partikel mempengaruhi sudut tumpukan, yaitu semakin kecil ukuran partikel maka semakin tinggi sudut tumpukannya.

Fungsi dari sudut tumpukan adalah salah satunya untuk pengosongan silo, hal ini dapat terjadi jika sudut tumpukan memiliki sudut berkisar antara 30-38 derajat. Hal ini sejalan dengan pendapat retnani (2011) yang mengatakan bahwa ransum yang mudah mengalir yaitu pada kisaran sudut tumpukan 30o-38 derajat. Hal ini berbanding terbalik dengan penjelasan asisten yang mengatakan bahwa semakin kecil sudut tumpukan maka pengosongan silo akan lebih cepat.

V.2.3 Analisis proksimat

Kadar air adalah salah satu nilai yang dicari ketika melakukan analisis proksimat. Prinsip dari kadar air adalah semua bahan pakan yang mengandung air apabila

dipanaskan pada suhu 105 derajat selama 8 jam maka airnya akan menguap. Kadar air terjadi karena tidak semua yang menguap ketika sampel dipanaskan merupakan air, adapula senyawa senyawa seperti C2 C3 dan C4 yang ikut menguap bersamaan dengan air.

(36)

menyatakan bahwa Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan 105C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut juga berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada

umumnya berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi as fed (keadaan apa adanya)

Hasil yang didapatkan ketika praktikum adalah -7,86 dimana hasil yang didapatkan sangat berbeda jauh dengan kadar air dari bungkil kelapa sawit dari kelompok lain. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dalam penghitungan. Menurut Miskiyah (2007) dalam pehitungan suatu kadar bahan pakan, diperlukan ketelitian yang ekstra dikarenakan kesalahan sedikit saja dapat menjadikan hasil menjadi tidak akurat.

Kadar abu merupakan salah satu nilai yang dapat dicari setelah mencari nilai kadar air. Sampel yang digunakan pada saat praktikum kadar abu adalah sampel dari kadar air. Nilai kadar abu yang didapatkan adalah sebesar 3,78%

Perhitungan kadar abu penting dilakukan untuk mengetahui kandungan fosfor dan kalsium yang terdapat dalam bahan pakan. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan yunus (2008) yang menyatakan bahwa Penetuan kadar abu berguna untuk menentukan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Yunus, 2008).

Kadar abu yang didapatkan adalah sebesar 3,78%. Kadar abu yang didapatkan ini masih tergolong normal untuk sampel kelapa sawit. Dimana hasil yang tidak jauh berbeda juga didapatkan oleh mangunwardoyo pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa kadar abu pada kelapa sawit adalah sebesar 4,16.

Perhitungan lemak kasar didapatkan dengan mengurangi berat sampel setelah dioven pertama dan kedua kemudian dibagi dengan berat sampel dan dikalikan 100%. Prinsip dari kadar lemak adalah bahan pakan mengandung lemak akan larut dalam pelarut lemak yang ditetukan oleh soxhlet. Pada kenyataanya, tidak hanya lemak yang akan larut dalam pelarut lemak, melainkan terdapat juga vitamin ADEK,sterol, pigmen, dan klorofil yang ikut larut dalam pelarut lemak.

Kadar lemak kasar yang didapatkan adalah sebesar8,29%. Kadar lemak yang didapat masih masuk dalam kategori normal untuk sampel bungkil kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan penelitian dari sukaryana (2009) yang menemukan hasil lemak kasar sebesar 7,79%.

Kadar lemak kasar dalam bahan pakan yang cukup tinggi tentu akan mempengaruhi kualitas dari bahan pakan itu sendiri. Semakin tinggi kadar lemak kasar dalam bahan pakan, maka umur simpan dari bahan pakan akan menjadi lebih singkat serta kecernaan dari bahan pakan akan menjadi lebih kecil. Hal ini sejalan dengan pendapat dari

(37)

kelapa yang akan diolah menjadi pakan karena akanmempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkanterutama dalam mempengaruhi umur simpan dan daya cerna pakan.

Protein kasar merupakan salah satu nilai yang dicari dalam analisis proksimat. Pencarian kadar protein kasar ini didapatkan dengan menggunakan metode destruksi, destilasi, dan titrasi. Titrant yang digunakan pada pencarian kadar protein kasar adalah HCl 0,1 N.

Protein kasar pada bahan pakan penting dicari mengingat fungsinya yang berperan sebagai pemenuhan kebutuhan protein untuk ternak. Kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan dengan kandungan protein kasar yang cukup baik untuk ternak. Hal ini sejalan dengan pendapat Miskiyah (2007) Ampas kelapa yang dihasilkan masih memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi terutama protein. Hal ini

menyebabkanampas kelapa berpotensi untuk diolah menjadi pakan.

Hasil perhitungan pada saat praktikum menunjukan hasil bahwa kandungan protein kasar adalah senilai 15,96%. Kadar protein kasar pada sampel ini masih berada di tahap aman dan normal. Kandungan protein kasar yang didapatkan oleh Sukaryana (2009) adalah sebesar 13,38 hal ini berarti hasil yang didapatkan pada saat praktikum tidak berbeda jauh dan masih berada didalam kadar normal.

Serat kasar memiliki prinsip dimana bahan pakan bebas air dan lemak akan larut asam basa kuat. Serat kasar adalah Berat sampel setelah dilakukan pemijaran. Disebut serat kasar karena yang larut dalam asam basa kuat masih didapati lignin, hemiselulosa, dan selulosa yang merupakan fraksi serat atau biasa disebut juga sebagai fraksi sederhana. Menurut sutardi (2000) kadar serat kasar didapatkan dengan membagi berat sampel setelah dioven dikurangi berat setelah ditanur dikurangi berat kertas saring dikali 100% dan dibagi berat sampel. Pendapat dari sutardi ini sejalan dengan penjelasan pada saat praktikum. Pada saat praktikum, kadar serat kasar yang didapatkan adalah senilai 23,56%.Hasil perhitungan kadar serat kasar pada praktikum yang sebesar 23,56% melebihi dari kadar normal serat kasar pada bungkil kelapa sawit. Hal ini dapat dikarenakan human eror pada saat perhitungan dan penimbangan. Menurut Miskiyah (2007) dalam pehitungan suatu kadar bahan pakan, diperlukan ketelitian yang ekstra dikarenakan kesalahan sedikit saja dapat menjadikan hasil menjadi tidak akurat.

V.2.4 Penetapan FFA

FFA adalah adalah kadar asam lemak bebas yang terdapat pada suatu bahan pakan. Asam lemak bebas terjadi karena asam lemak tersebut berikatan langsung dengan tligiserida. Hal ini sejalan dengan pendapat pahan (2006) yang menjelaskan bahwa sifat tligiserida akan tergantung pada perbedaan asam asam lemak yang bergabung untuk membentuk tligiserida.

(38)

menyatakan bahwa jika nilai asam lemak bebas terdapat banyak pada bahan pakan, maka pakan tersebut akan lebih cepat menjadi tengik.

Pada hasil praktikum didapatkan hasil 0,80% dan berbeda dengan perhitungan

kelompok 24 yang juga menghitung kadar ffa dari sampel kelapa sawit. Perbedaan hasil perhitungan ini bisa disebabkan karena sampel yang berbeda, karena pada prinsipnya, jika kelapa sawit tidak cepat cepat dibawa ke pabrik untuk dilakukan pemprosesan untuk dibuat minyaknya maka kandungan asam lemak bebasnya akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Setyamidjadja (2006) untuk menghindari peningkatan jumlah asam lemak bebas maka pengolahan buah kelapa sawit harus dilakukan secepatnya.

V.2.5 Gross Energi

Gross energi adalah total energi yang dilepaskan sebagai panas yang dihasilkan oleh bahan pakan ketika dioksidasi secara komplit. Gross energi penting dicari dalam analisis bahan pakan mengingat fungsi dari energi yang dapat mempengaruhi proses produksi di dunia peternakan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Mujnisa, 2008) yang menyatakan bahwa Selain itu energi juga diperlukan untuk pertumbuhan dan

pembentukan produk (susu, daging, telur)

Perhitungan nilai GE ini berbeda dengan kelompok 24. perbedaan ini dikarenakan terjadi kesalahan pada saat penghitungan yang merupakan faktor human eror. Menurut Miskiyah (2007) dalam pehitungan suatu kadar bahan pakan, diperlukan ketelitian yang ekstra dikarenakan kesalahan sedikit saja dapat menjadikan hasil menjadi tidak akurat. Hasil praktikum GE adalah 13.150,73 kkal. Menurut Rasyaf (1994), tinggi rendahnya energi dipengaruhi oleh kandungan protein, karena protein berperan sekali terhadap pertumbuhan sehingga mempengaruhi jumlah ransum yang masuk ke dalam

tubuh. Nilai energybruto dari suatu bahan pakan tergantung dari proporsi karbohidrat, lemak dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Bahan pakan dapat digolongkan sebagai sumber energi apabila SK < 18%, PK < 20%.

(39)

3. Terdapat 6 faset nomenklatur yaitu asal, bagian yang dimakan ternak, proses, tingkat kedewasaan, defoliasi (khusus hijauan), dan grade.

4. Terdapat 8 kelas kode yaitu hijauan kering, hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan feed additives.

5. Sifat fisik merupakan salah satu pengujian secara cepat untuk menentukan bahan baku pakan diterima atau tidak dalam proses quality control.

6. Suatu bahan pakan dapat diukur kualitasnya dengan melakukan uji fsik sampel Tepung Ikan yang meliputi :

1) Berat jenis bahan pakan adalah 0,538 gr/ml

2) Luas permukaan spesifk, luas permukaan spesifk bahan pakan 17,4 cm2 /gr

3) DA, daya ambang pakan Tepung Ikan yang diperoleh sebesar 0,269 m/s

4) Sudut tumpukan bahan pakan yang diperoleh adalah sebesar 33,02°

7. Dengan analisis proksimat, kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, serta kadar serat kasar dapat diketahui. Hasil yang diperoleh dari analisis proksimat sampel Bungkil Sawit:

1) Kadar air -7,86 %

2) Kadar Abu sebesar 3,78 % 3) Kadar protein kasar 15,96 % 4) Kadar lemak kasar 8,29 % 5) Kadar serat kasar 23,56 %

6.2. Saran

1. Kuis diperbanyak

2. Pematerian lebih dilengkapi.

3. Waktu pematerian dimaksimalkan sebaik mungkin karena masih ada materi yang belum dimengerti.

DAFTAR PUSTAKA

(40)

Fakri, S. 2010. Nutrisi Makanan ternak ruminansia. Akademik Press,Jakarta.

Firdus. 2010. Pengaruh formulasi pakan hijauan terhadap pertumbuhan dan bobot karkas domba. AGRIPET : Vol 10. No. 1

Handaka. 2008. Nutrisi Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Jaelani, Achmad dan Noordiansyah Firahmi. 2007. Kualitas Sifat Fisik dan Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit dari Berbagai Proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Jurnal Al’Ulum. Vol 33 (3) : 1 -7.

Koddang, A.Y.M. 2008. Pengaruh tingkat pemberian konsentrat terhadap daya cerna bahan kering dan protein kasar pada sapi bali yang mendapatkan rumput raja. Ad-libitum. Jurnal agroland 15(4)

Mangunwardoyo, W. 2011.

Miskiyah 2007. PEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan

Veteriner

Mujnisa, A. 2007. Kecernaan bahan kering in vitro, proporsi molar asamlemak terbang dan produksi gas pada kulit buah kakao, biji kapuk,kulit markisa dan biji markisa. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. 6(2): 31 – 36.

Murni, dkk. 2008. Buku ajar teknologi pemanfaatan Limbah untuk pakan. Fakultas peternakan jambi. Jambi.

Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Panagan, A.T. 2011. Analisis kualitatif dan kuatitatif asam lemak tak jenuh omega 3 dari minyak ikan patin. jurnal penelitian sains. 14: 38 -42

Penggunaan Bungkil Inti Kelapa Sawit Hasil Biokonversi sebagai Substrat Pertumbuhan Larva Hermetia illucens L. Biota Vol. 16 (2): 166−172

Poedjiadi, Anna 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta Universitas indonesia press. Rasyaf, M. 1994. Pakan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Retnani, Yuli, Dimar Wigati, dan Abdul Djamil Hasjmy. 2011. Uji Fisik Ransum Broiler Storter Berbentuk Crumble Berperekat Tepung Tapioka, Bentonik, ddan Onggok. Jurnal

Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol XII (3) : 93.

Sarmono. 2007. Ilmu Makanan Ternak Dasar.Gajah Mada University.Yogyakarta.

(41)

Soejono, M. 2004. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sukaryana, 2009. PENINGKATAN NILAI KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN LEMAK KASARPRODUK FERMENTASI CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN DEDAK PADI PADA BROILER. JITP Vol. 1 No.3

Sukaryana, W. 2011. Peningkatan nilai kecernaan protein kasar dan lemak aksar produk fermentasi campuran bungkil inti sawit. JITP Vol 1 No. 3

Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan secara Kimiawi, Analisis Proksimat dan Analisis Serat. Jambi : Universitas Jambi.

Surung, M.Y. pengaruh dosis EM-4 dalam air minum terhadap berat badan ayam buras. Jurnal Agrisistem, Vol 4 No. 2

Sutardi, 2000. Kamus Kimia : Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sutardi, T.R. 2012. Ilmu Bahan Pakan. Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Sutardi, Tri R. 2004. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Tandi, E.J. Pengaruh Tanin terhadap aktifitras enzim protease. Seminar Nasional teknologi peternakan dan veteriner.

Tilman, A.D. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2. Nomenklatur Konsentrat Pakan
Tabel 3. Pengenalan AlatNo
Tabel 4. Tabel Uji Fisik Bahan Pakan
Tabel 6. Analisis % FFA

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan daun trembesi dengan level berbeda terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar wafer

Selain rasanya yang enak salami juga mengandunmg nilai gizi yang baik seperti mengandung makro nutrient yaitu protein berasal dari daging, energi berasal dari lemak yang

Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda – beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur ringgi material kan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah

Solven yang akan digunakan untuk mengelusi pada percobaan kali ini terdiri dari 3 campuran pelarut yang berbeda, yaitu n-heksan : kloroform : etila asetat

Disamping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu

Berdasarkan penelitian didapatkan kualitas fisik es krim dengan penambahan Hidrolisat Protein Ikan Mujair pada konsentrasi yang berbeda tidak berbeda nyata dengan

Diharapkan salah satu kombinasi perlakuan ini dapat menurunkan kandungan serat kasar dan manan yang baik dari bungkil inti sawit dan lumpur sawit menurun serat kasar dan lemak serta

Sereal : sereal mempunyai 4 formula yang berbeda yakni berbahan tempe kelor, tempe kelor ikan, kedelai kelor, kedelai kelor ikan Kadar protein: kandungan protein didalam biscuit dan